Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.21. No.2 Mei 2020 hal 77-84
Sumber Daya Geo
Ilmu Geo

Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral


lo gi Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
eo
G Beranda jurnal: http://jgsm.geologi.esdm.go.id
ISSN 0853 - 9634, e-ISSN 2549 - 4759

Sedimentologi Batugamping Formasi Jayapura di Sepanjang Lintasan


Dewarebru, Mamei-Waibron, Jayapura
Sedimentologi Batugamping Formasi Jayapura Sepanjang Bagian Dewarebru,
Mamei-Waibron, Jayapura
1
Sigit Maryanto 1, Dian H. Saputra1, Sonia Rijani 1dan M.Luthfi Faturrakhman

1Pusat Survei Geologi, Badan Geologi jalan Diponegoro No. 57 Bandung, 40122
email: sigitmaryanto@ymail.com

Naskah diterima : 13 Mei 2020, Revisi terakhir : 19 Mei 2020 Disetujui : 20 Mei 2020, Online : 20 Mei 2020
DOI: http://dx.doi.org/10.33332/jgsm.geologi.21.2.77-84p

Abstrak- Batugamping Formasi Jayapura yang berumur Abstrak-Batugamping Formasi Jayapura berumur Pleistosen terpotong

Plistosen tersingkap cukup baik di Lintasan Dewarebru, dengan baik di Bagian Dewarebru, Mamey-Waybron, Kabupaten Jayapura.

Mamei-Waibron, Kabupaten Jayapura. Pemerian rinci Deskripsi detail singkapan batuan dan analisis petrografi sampel

singkapan batuan di lapangan dan pengujian petrografi batugamping terpilih digunakan untuk mengetahui karakter sedimentologi

terhadap sampel terpilih digunakan untuk mengetahui batugamping. Batugamping Jayapura ini terbagi menjadi empat fasies

karakter sedimentologi batugamping tersebut. batugamping, antara lain fasies lithoclastic rudstone, bioclastic packstone,

Batugamping Formasi Jayapura ini terbagi menjadi bioclastic grainstone dan bioclastic wackesone rock. Batuan diendapkan

empat fasies batugamping, yaitu rudstone lithoklastika, pada talus lereng depan membentuk kipas aluvial bawah laut, selanjutnya

packstone bioklastika, grainstonebioklastika, dan batuan diendapkan pada lereng lokal pada lingkungan terumbu belakang.
SM
wackestone bioklastika. Batuan merupakan endapan
runtuhan lereng depan yang membentuk kipas aluvial
bawah laut, selanjutnya berkembang menjadi endapan Kata kunci: Batugamping, petrografi, stratigrafi, sedimentologi,
Jayapura
di lingkungan lerengan lokal terumbu belakang.

Katakunci: Batugamping, petrografi, stratigrafi, sedimentologi,


Jayapura
JG

© JGSM. Ini adalah artikel akses terbuka


di bawah lisensi CC-BY-NC (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ )
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral - Terakreditasi KEMENRISTEKDIKTI No. 21/E/KPT/2018
berlaku sejak Jilid 17 Nomor 1 Tahun 2016 sampai Jilid 21 Nomor 4 Tahun 2020
lG
JuJRkamuNRANlAG eoelHaiHailG um
HaiSayaGDSayaADNsebuahSuSM lHai
di dalamSayaeNReARlAV
menjadiBReDRADyAAyaMM .N
Hai.Hai3.4AN
VlHai.2l.02.0N s 2R 152- 236
guHaiSayTekamumb0e192H0A1l91H4A3l-22

Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.21. No.2 Mei 2020 hal 77-84
78

PENDAHULUAN Penggolongan jenis batugamping yang ada


berdasarkan klasifikasi batugamping menurut Dunham
Evolusi tektonika Papua selama Neogen sangat
(1962) yang telah dijelaskan oleh Embry dan Klovan
dipengaruhi oleh dampak negatif antara
(1971). Analisis lingkungan pengendapan batugamping
LempengAustralia dan Lempeng Pasifik (Sapiie,
dikelompokkan berdasarkan pembagian standar
2016), sehingga mempengaruhi perkembangan
mikrofaseis (selanjutnya disingkat SMF menurut Flugel,
konfigurasi tepian dan tutupan cekungan (Harris,
1982; 2004) yang merupakan pengembangan dari
2003). Dua mendala geologi dapat diidentifikasi di
sabuk fasies (selanjutnya disingkat FZ menurut Wilson,
wilayah Papua (Davies, 2012), yaitu mendala benua
1975).
yang berupa batuan sedimen setelah batuan alas
Paleozoikun, dan mendala samudra yang berupa
batuan gunungapi Paleogen dan batuan yang lebih HASIL PENELITIAN
muda, batuan granitoid Trias, dan batuan ofiolit
(Pieters dkk ., 1983). Dengan pola tektonika yang Stratigrafi Umum
rumit tersebut, terbentuklah keadaan geologi yang
Secara umum satuan batuan yang ditemukan di lembar
rumit (Sapiie dkk., 2012), yang tercermin oleh
peta Dondai, khususnya di daerah penelitian, hasil
morfologi Pulau Papua seperti sekarang ini.
interpretasi inderaan jauh skala 1:50.000 (Saputra dkk.,
Daerah lembar Dondai termasuk ke dalam Mendala
Papua Utara (Nawipa, 2012). Morfologi daerah ini
dapat dibedakan atas empat satuan, yaitu
pegunungan, daerah karst, perbukitan
bergelombang, dan dataran rendah (Kambu, 2014).
SM 2016), yang dibuat berdasarkan peta geologi bersistem
skala 1:250.000 Lembar Jayapura (Suwarna dan Noya,
1995 ), dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai
berikut:

Genes Cycloops (Mzmc): menempatkan sebagian besar


Daerah kars pada umumnya ditempati oleh
Pegunungan Cyclops yang dicirikan oleh pegunungan
beberapa formasi batugamping, seperti Formasi
dengan puncak yang relatif tumpul, pola aliran sejajar
Numbai, Formasi Benai, dan Formasi Jayapura.
dengan kerapatan sedang, bentuk lembah dalam dan
Batugamping Formasi Jayapura menempati wilayah
JG
agak terjal. Batuannya tersusun oleh gen, sekis, filit,
terbanyak di antara sebaran batugamping di
amfibolit dan hornfels. Gen tersusun oleh mineral mika,
Lembar Dondai. Permasalahan yang ada, hingga
hornblende, klorit dan epidot. Batuan berumur Kapur.
saat ini belum dilakukan penelitian petrologi dan
sedimentologi secara terinci pada batugamping
Formasi Jayapura. Dengan demikian, penelitian ini Batuan Mafik (Mzm): menempati lereng selatan
bertujuan untuk mengetahui karakter petrologi dan Pegunungan Cycloops yang ditandai oleh pegunungan
petrografi batugamping yang membentuk runtunan landai sampai perbukitan bergelombang, bentuk
stratigrafi batugamping Formasi Jayapura di lintasan lembah sempit dan dangkal, batas dengan Satuan
penelitian, dalam kaitannya dengan proses Genes Cycloops berupa sesar naik. Batuan penyusun
pengendapan batuan tersebut. satuan ini berupa gabro, gabro mikro dan diorit.
Batuan ini berinteraksi tektonik dengan Genes
Objek penelitian adalah batugamping penyusun
Cycloops, dan diperkirakan berumur Kapur.
Formasi Jayapura yang tersingkap di sepanjang
lintasan Dewarebru, Mamey-Waibron, Kabupaten
Jayapura, Propinsi Papua (Gambar 1). Lintasan
penelitian yang memanjang sekitar 4 km, dimulai
dari bagian selatan Desa Mamey menuju ke utara,
yaitu Desa Waibron. Lintasan ini dipilih karena
batugamping Formasi Jayapura tersingkap cukup
baik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi


pengumpulan data geologi di lokasi lintasan terpilih,
khususnya data petrologi dan sedimentologi. Sampel
batuan diambil di lintasan terpilih tersebut, untuk diuji
petrografi di laboratorium. Pengujian petrografi
Gambar 1.Peta geologi daerah penelitian yang berada di Lembar
terhadap beberapa sampel batugamping di lintasan ini Dondai, Papua (Saputra dkk., 2016) dan lokasi pengamatan di
digunakan untuk mempertajam analisis dan Formasi Batugamping Jayapura.
interpretasi aspek sedimentologi batugamping.
Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Sedimentologi Batugamping Formasi Jayapura...(Sigit Maryanto,dkk)
79

Batupasir Formasi Auwewa (Peas): menempatkan terkekarkan cukup intensif dan berketebalan mencapai
pinggiran Danau Sentani di daerah Ayapo yang 23 m. Batugamping rudstone lithoklastika berwarna
dicirikan oleh perbukitan hingga pegunungan dengan putih terang sedikit kekuningan, padat, keras,
puncak meruncing, pola aliran sejajar dengan tekstur umumnya pejal, terpilah sangat buruk, terdukung
sedang, bentuk lembah dangkal dan sempit. Satuan kepingan yang meruncing hingga meruncing
batuan ini tersusun oleh batupasir, batulempung, serta tanggung, berukuran mencapai 60 cm. Komponen
setempat terdapat lahar dengan struktur bantal. lithoklas lebih dominan daripada bioklas, meliputi
Batuan terendapkan pada kala Eosen, menindih kepingan batugamping wackestone-packstone
takselaras Gen Cycloops dan Batuan Mafik, serta bioklastika, batugamping terumbu karang, dan
tertindih selaras oleh Batugamping Formasi Numbai. beberapa kepingan fosil beragam. Semakin ke atas,
batuan berkembang menjadi lebih halus, yaitu berupa
Batugamping Formasi Numbai (Omnl): memiliki tipe
batugampingpackstonebioklastika. Batuan berwarna
lokasi di daerah Numbai, Jayapura, dicirikan oleh
putih terang sedikit penampakannya, padat, agak
pegunungan kars, sungai utama lebar dan dalam, pola
keras, umumnya pejal, tampak terkekarkan dengan
aliran dendritik dengan tekstur sedang dan kasar.
isian kalsit sekunder, butiran berukuran halus, bagian
Batuan penyusun formasi ini terdiri atas batugamping
atasnya lapuk berat dan tertutup tanah. Kadang-
klastika dan terumbu karang. Batugamping ini
kadang batuan berkembang menjadi batugampingbatu
terbentuk pada kala Oligo-Miosen, menindih selaras
butir bioklastika dan batugampingwackestone
Batupasir Formasi Auwewa dan ditindih takselaras oleh
bioklastika. Batugampingbatu butirbioklastika (lokasi
Batugamping Formasi Jayapura.
16SGT35) berwarna putih terang sedikit kekuningan,
SM
Batugamping Formasi Jayapura (Qpj): membentuk padat, keras, pejal, terpilah sangat buruk, terdukung
morfologi perbukitan hingga pegunungan kars, kepingan meruncing hingga meruncing tanggung,
berlapis dan terkekarkan cukup baik, lembah sungai berukuran mencapai 25 cm, berupa bioklas yang
utama relatif lebar dan dalam. Batuan penyusun seimbang dengan lithoklas. Batugampingwackestone
satuan ini terdiri atas batugamping koral-ganggang, bioklastika (lokasi 16SGT35 dan 16SGT34) berwarna
kalsirudit, kalkarenit, setempat batugamping putih terang sedikit kekuningan, padat, keras,
kapuran, batugamping napalan dan napal berlapis umumnya pejal, kadang dengan pembintalan,
jelek dan setempat berstruktur terumbu. Batuan pengkekaran dan penggerusan batuan, berukuran
terendapkan pada kala Plistosen, menindih butiran halus, terutama bioklas beragam jenis.
takselaras Batugamping Formasi Numbai dan
sebagian ditutup oleh Aluvium.

Aluvium (Qa): membentuk morfologi umumnya datar,


pola aliran berkelok dengan tekstur yang halus, bentuk
lembah lebar dan dangkal. Endapannya berupa
material lepas ukuran lempung, pasir, kerikil dan
kerakal, yang berasal dari endapan sungai, endapan
kipas aluvium dan endapan banjir.

Runtunan Batugamping Formasi Jayapura

Runtunan batugamping Formasi Jayapura dibuat


berdasarkan data di sepanjang Lintasan Dewarebru,
Mamey-Waybron, Jayapura. Batuan pada umumnya
tersingkap di pinggir jalan, membentuk tebing terjal
akibat kupasan jalan atau galian untuk bahan tambang.
Runtunan batuan penyusun Formasi Jayapura dapat
dirunut dengan baik dari bagian bawah hingga atas,
dapat dibuat kolom stratigrafinya, dan mempunyai
ketebalan total sekitar 80 m (Gambar 2).

Bagian bawah runtunan batugamping Formasi


Jayapura tersingkap berupa batugamping klastika Gambar 2.Kolom stratigrafi rinci batugamping Formasi Jayapura
sangat kasarbatu permatalithoklastika (lokasi 16SGT42, di Lintasan Dewarebru, Mamei-Waibron.

16SGT 37, dan 16SGT36; (Gambar 2 dan 3) yang


Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.20. No.4 November 2019 hal 225 - 236
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.21. No.2 Mei 2020 hal 77-84
80

sangat jarang fosil lain. Batugampingbatu permata


lithoklastika yang lain terlihat berwarna putih terang
sedikit kekuningan, padat, keras, pejal, terpilah sangat
buruk, terdukung kepingan yang berbentuk meruncing
hingga meruncing tanggung, berukuran mencapai 25 cm,
beberapa dapat diremas, lithoklas dominan selain
beberapa fosil beragam ukuran dan jenisnya.

Gambar 3.Bagian bawah Formasi Jayapura di lintasan


Dewarebru yang tersusun oleh a) batugampingbatu permata
(16SGT37) berbutir sangat kasar dan terpilah sangat buruk, b)
batugampingbatu permata(16SGT36) yang lebih halus, c)
batugampingbatu permata(16SGT35) yang kadang
mengandung urat-urat kalsit, dan d) batugampingpackstone(
SM
16SGT34) yang relatif pejal.

Bagian tengah runtunan batugamping penyusun


Formasi Jayapura tersingkap berupa batugamping
packstone-wackestonebioklastika yang berlapis
buruk berketebalan mencapai 32 m. Batugamping Gambar 4.Bagian tengah Formasi Jayapura di lintasan
Dewarebru yang tersusun oleh a) batugampingpackstone
packstone-wackestonebioklastika (lokasi 16SGT33, (16SGT28) berbutir kasar dan berlapis buruk, b)
16SGT32, 16SGT31, dan 16SGT30; Gambar 2 dan 4) batugamping packstone(16SGT26) yang pejal, c)
berwarna putih terang sedikit kekuningan, padat, batugampingpackstone (16SGT28) yang kurang baik, dan
d) batugampingpackstone(16SGT30) yang terkekarkan.
agak keras, umumnya pejal, terpilah buruk,
terdukung kepingan yang berbentuk meruncing
tanggung, berukuran mencapai 5 cm, lithoklas
seimbang dengan bioklas yang jenisnya beragam.
Batugamping packstonebioklastika ini berkembang
menjadi rudstone lithoklastika (lokasi 16SGT31) yang
berwarna putih terang sedikit kekuningan, kurang
padat, agak keras, lapisan buruk, terpilah buruk,
terdukung kepingan yang berbentuk meruncing
tanggung, berukuran mencapai 15 cm, lithoklas
lebih banyak daripada bioklas. Selanjutnya, batuan
berkembang menjadipackstoneberlapis tebal (lokasi
16SGT29, 16SGT27 dan 16SGT26) dengan sisipan
batu permata(lokasi 16SGT28).

Bagian atas batugamping penyusun Formasi Jayapura


berada di sebelah selatan jalan antar distrik, tepatnya di
Kampung Mamey, dengan ketebalan mencapai 18 m
Gambar 5.Bagian atas Formasi Jayapura di lintasan Dewarebru
(Gambar 2 dan 5). Batuan berupa batugamping klastika yang tersusun oleh a) batugampingbatu permata(16SGT24)
kasarbatu permatalithoklastika (lokasi 16SGT05, berbutir kasar dan terpilah buruk, b) batugampingbatu permata(
16SGT25, 16SGT24, 16SGT23 dan 16SGT56; Gambar 2 16SGT23) yang lebih kasar dan terpilah sangat buruk, c)
batugamping batu permata(16SGT24) dengan beberapa kepingan
dan 5), putih terang sedikit terlihat, padat, keras, pejal, fosil beragam, dan d) batugampingbatu permata(16SGT25) yang
terpilah sangat buruk, terdukung kepingan yang berbutir lebih halus kembali.
berbentuk meruncing hingga meruncing tanggung,
berukuran mencapai 10 cm, lithoklas dominan selain
beberapa kerangka koral, moluska, brakhiopoda,
gangg merah dan
Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Sedimentologi Batugamping Formasi Jayapura...(Sigit Maryanto,dkk)
81
Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi dan Sekitaranya...(Fitriani Agustin dan Sutikno Bronto)
Fasies dan Lingkungan Pengendapan lithoklastika, khususnya di bagian bawah runtunan
batuan. Batuan bebas dari lumpur karbonat. Komponen
Fasies batugamping penyusun Formasi Jayapura
butiran pada batugampingbatu butirbioklastika ini
dapat diidentifikasi berdasarkan data petrologi di
seimbang antara bioklas dan lithoklas. Butiran karbonat
lapangan dan petrografi. Ringkasan pengujian
tersebut pada umumnya telah mengalami pencucian dan
petrografi 9 (sembilan) sampel batugamping terpilih
abrasi. Jenis bioklas yang dijumpai dikuasai oleh ganggang
di Lintasan Dewarebru, Mamey-Waybron, Jayapura
merah, moluska dan foraminifera. Jenis lithoklas
terlihat pada Tabel 1. Pada hasil petrografi tersebut,
umumnya berupa kepingan batugamping bioklastika dan
batugamping yang dianalisis berupa total batuan (R)
batugamping lumpuran. Kenyataan ini mencerminkan
atau merupakan komponen kepinganbatu permata
bahwa lingkungan pengendapan fasies batugampingbatu
litoklastika (F). Batugamping yang ada di Lintasan
butirbioklastika ini masih di lingkungan runtuhan bagian
Dewarebru terdiri atas empat fasies batugamping,
jauh (distal talus).
yaitubatu permatalitoklastika,packstonebioklastika,
batu butirbioklastika, danwackestonebioklastika. Fasies batugampingwackestonebioklastika (sampel
16SGT36) dijumpai menyisip di antara fasiesbatu permata
Fasies batugamping rudstone lithoklastika menguasai
lithoklastika, khususnya di bagian bawah runtunan
bagian bawah, bagian atas dan beberapa bagian
batuan. Butiran karbonat dikuasai oleh bioklas, berupa
tengah runtunan batuan penyusun Formasi Jayapura.
kepingan ganggang merah, moluska dan foraminifera.
Batuan pada umumnya terpilah buruk hingga sangat
Beberapa fosil terlihat masih utuh dan belum mengalami
buruk, terdukung kepingan yang berbentuk meruncing
pencucian atau abrasi. Kenyataan ini mencerminkan
hingga meruncing tanggung, dan memiliki ukuran
bahwa lingkungan pengendapan fasies batugamping
beragam dari sedang hingga sangat kasar. Kepingan
wackestonebioklastika ini masih di lingkungan lerengan
penyusun batugamping terdiri atas beragam jenis
SM
batugamping (Gambar 6). Kepingan ini meliputi
lokal terumbu belakang (local slope on back reef).

batugampingbatu butir bioklastika dari lingkungan


Tabel 1.Ringkasan analisis petrografi batugamping Formasi
lereng depan, batugampingwackestonebioklastika dari Jayapura di Lintasan Dewarebru, Mamay-Waibron, Kab. Jayapura
lingkungan tepi dangkalan dalam (deep shelf margin),
batugampingwackestonebioklastika dari lingkungan
cekungan (baskom), dan batugampingbatu butir
intraklastika dari lingkungan runtuhan depan terumbu
karang (fore talus). Karakter batuan dengan kepingan
beragam tersebut pada umumnya terendapkan di
lingkungan depan terumbu karang dengan mekanisme
peruntuhan (Flugel, 2004). Sumber batuan tersebut
berasal dari batugamping penyusun Formasi Numbai
yang berumur Oligo-Miosen.

Fasies batugampingpackstonebioklastika dijumpai di


bagian tengah runtunan batuan (sampel 16SGT28,
16SGT29 dan 16SGT33), dan menyisip di antara
fasiesbatu permatalithoklastika di bagian bawah dan
bagian tengah runtunan batuan. Karakter
batugamping ini seringkali mempunyai jenis dan
ukuran fosil yang beragam, khususnya berupa
kepingan fosil jenis moluska, ganggang merah, dan
foraminifera bentonik. Beberapa fosil telah tercuci
dan terabrasi, hingga mempunyai ukuran yang
relatif agak seragam (Gambar 7). Batugamping
berbutir halus dengan kenampakan tersebut di atas
pada umumnya terendapkan di lingkungan lerengan
lokal terumbu belakang (local slope on back reef).

Fasies batugampingbatu butirbioklastika (sampel


16SGT42) dijumpai menyisip di antara dan
merupakan fraksi terhalus pada fasiesbatu permata
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.20. No.4 November 2019 hal 225 - 236
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.21. No.2 Mei 2020 hal 77-84
82

terbentuk sebelumnya. Ukuran kepingan yang relatif


beragam dan pada umumnya sangat kasar serta
berbentuk masih meruncing pada umumnya terendapkan
dengan mekanisme peruntuhan (talus). Dalam hal ini,
sumber batugamping tersebut merupakan penyusun
batugamping Formasi Numbai yang berumur Oligo-
Miosen, ditemukan dengan kehadiran fosil foraminifera
besar bentonik berumur MiosenAwal yang terkandung di
dalam beberapa kepingan batuan. Model pengendapan
batuan sesuai dengan model landaian terbatas (ramp
berbingkai; Baca, 1985). Mekanisme peruntuhan batuan
tersebut dapat terjadi akibat adanya perbedaan lereng
yang ekstrem (terjal) akibat sesar sehingga membentuk
paparan terbatas di blok yang naik, dan bentuk kipas
Gambar 6.Mikrofoto kepingan rudstone lithoklastika
penyusun Formasi Jayapura yang terdiri atas kepingan aluvium bawah laut di bagian blok yang turun.
batugamping yang berumur lebih tua, meliputi: a) Kesemuanya masih dalam lingkungan laut dangkal (rudist-
batugampingbatu butirbioklastika (16SGT42) dengan
coral patch reef; Hattori dkk., 2019).
beragam jenis fosil dari lingkungan lereng depan, b)
batugampingwackestonebioklastika (16SGT37) dengan fosil
Di antara fase peruntuhan tersebut, kadang-kadang
foraminifera bentonik dari lingkungan tepi dangkalan
dalam, c) batugampingwackestone(16SGT26) berbutir tumbuh terumbu setempat (karang tambalan; Munasik
SM
sangat halus dari lingkungan cekungan, dan d) dkk, 2018) yang menyebabkan adanya lingkungan
batugampingbatu butir intraklastika (16SGT25) dari
dangkal laguna dengan sirkulasi air terbuka (Flugel,
lingkungan runtuhan depan terumbu
2004). Bangunan terumbunya sendiri tidak dijumpai di
lintasan penelitian, kemungkinan sudah terabrasi dan
hilang. Menginj ak bagi an t tengah runtunan ba tuan,
perkembangan masih berlangsung. Lintasan penelitian
pada umumnya berada di lingkungan belakang
terumbu.
JG

Perkembangan selanjutnya, sebagai akibat tektonik


aktif, maka pertumbuhan terumbu karang menjadi
berkurang kembali, dan yang berkembang adalah
terbentuknya kelerengan beda yang cukup menonjol.
Akibatnya, proses pelongsoran batuan yang lebih tua
(dalam hal ini adalah batugamping Formasi Numbai)
berulang kembali, dan membentuk endapan kipas
Gambar 7.Mikrofoto batugamping packstone bioklastika aluvial (Read, 1985), yang menyusun bagian atas
penyusun Formasi Jayapura yang berukuran butiran halus, runtunan batugamping Formasi Jayapura.
meliputi: a) batugampingwackestonebioklastika (16SGT36)
dengan beberapa fosil yang masih utuh, b) batugamping
packstonebioklastika (16SGT33) dengan kepingan moluska
berukuran kasar, c) batugampingpackstonebioklastika
(16SGT29) dengan fosil telah tercuci dan terabrasi, dan d)
batugampingpackstonebioklastika (16SGT28) dengan ukuran
fosil mulai seragam.

DISKUSI

Kepingan penyusun batugamping rudstone


lithoklastika yang menguasai runtunan batuan di
lintasan penelitian terdiri atas beragam jenis
batugamping seperti batugamping terumbu
koralbryozoa, batugamping bioklastika, batugamping
lumpuran dan batugamping kristalin. Keterdapatan
lithoklastika yang lebih banyak daripada intraklastika Gambar 8.Model pengendapan batugamping Formasi Jayapura
mengungkapkan bahwa sumber batugamping berasal yang diawali dengan hadirnya perbedaan morfologi yang cukup
menonjol, diikuti dengan fase peruntuhan batugamping Formasi
dari formasi batuan yang lebih tua yang telah Numbai membentuk kipas aluvium.
Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Sedimentologi Batugamping Formasi Jayapura...(Sigit Maryanto,dkk)
83
Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi dan Sekitaranya...(Fitriani Agustin dan Sutikno Bronto)
KESIMPULAN Batugamping yang berumur Plistosen tersebut
terendapkan takselaras di atas batuan alas
Runtunan stratigrafi batugamping Formasi Jayapura di
batugamping Formasi Numbai yang berumur Oligo-
Lintasan Dewarebru, Mamey-Waybron, Jayapura terdiri
Miosen. Lingkungan pengendapan batugamping
atas empat fasies batugamping, meliputi Batugamping
Formasi Jayapura ini secara umum berada di
Formasi Jayapura ini terbagi menjadi empat fasies
lingkungan runtuhan lereng depan yang membentuk
batugamping, yaitubatu permata litoklastika,packstone
kipas aluvium, yang beberapa bagian berkembang
bioklastika,batu butir bioklastika, danwackestone
menjadi lingkungan lerengan lokal terumbu belakang.
bioklastika. Runtunan stratigrafi di lintasan ini secara
berurutan dimulai dari bagian bawah adalahbatu
permatalithoklastika dengan sisipanpackstone UCAPAN TERIMAKASIH
bioklastika,wackestonebioklastika danbatu butir
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr.
bioklastika; bagian tengah runtunan berupapackstone-
Supriyono, Sdr. Undang Sukandi, dan Sdr. Herwin Syah,
wackestonebioklastika dengan sedikit sisipanbatu yang telah membantu penulis dalam pengumpulan
permatalitoklastika; dan bagian atas runtunan dikuasai data di lapangan, pembuatan sayatan pipih, dan
olehbatu permatalithoklastika.
pendigitan gambar dan peta.

ACUAN
Davies, HL, 2012. Geologi Guinea Baru - Pinggiran Cordileran dari Benua Australia. Episode, 35(1):
87-102.

Dunham, RJ, 1962. Klasifikasi Batuan Karbonat Menurut Tekstur Pengendapan. Dalam: WE Ham (Ed),
Klasifikasi Batuan Karbonat.Am. Asosiasi Bensin. Geol. Mem., 1: 108-121.

Embry, AF dan Klovan, JE, 1971. A Late Devonian Reef Tract di North-Eastern Banks Island, North West Territory.
Banteng. Bisa. Bensin. Geol., 19: 730-781.
SM
Flugel, E., 2004. Mikrofasies Batuan Karbonat: Analisis, Interpretasi, dan Aplikasi. Springer-Verlag Inc., Berlin,
Heidelberg, New York, 976 hal.

Flugel, E., 1982. Analisis Mikrofasies Batugamping. Springer-Verlag Inc., Berlin, Heidelberg, New York, 633 hal.

Harris, R., 2003. Pola Geodinamika Ofiolit dan Cekungan Marjinal di Wilayah Indonesia dan Nugini. Di dalam:
Dilek, Y. dan Robinson, PT (eds). Ofiolit dalam Sejarah Bumi. Masyarakat Geologi, London, Publikasi Khusus, 218:
481-505.

Hattori, KE, Kerans, C., dan Martindale, RC, 2019. Urutan Analisis Stratigrafi dan Paleoekologi Albian
JG

Coral-Rudist Patch Reef, Arizona, USA. Palaios, 34(12): 600-615.

Kambu, MR, 2014. Geologi dan Karakteristik Batuan Beku Ultramafik Sebagai Bahan Baku Konstruksi di Daerah
Lembah Sunyi, Kelurahan Angkapura, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Jurnal Ilmiah MTG, 7(1): 1-6.

Munasik, Sugiyanto, Sugianto, DN, dan Sabdono, A., 2018. Pengembangan Terumbu pada Patch Karang Buatan di Dangkal
Perairan Pulau Panjang, Jawa Tengah. 3rd International Conference on Tropical and Coastal Region Eco
Development 2017, doi :10.1088/1755-1315/116/1/012095.

Nawipa, D.Jr., 2012. Tektonik Papua Dalam Ilmu Geologi: Sejarah Perkembangan Tektonik di Papua. melalui:
http://demimaki.wordpress.com/geofisika/tektonik-papua-dalam-ilmu-geologi/

Pieters, PE, Pigram, CJ, Trail, DS, Dow, DB, Ratman, N., and Sukamto, R., 1983. Stratigrafi Irian Barat
Jaya. Buletin Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 8: 14-48.

Baca, FJ, 1985. Carbonate Platform Facies Models.Am.Assoc. Bensin. Geol. Bull., 69(1): 1-21.

Sapiie, B,. 2016. Analisis Kinematik Data Fault-Slip di Rentang Tengah Papua, Indonesia. Jurnal Indonesia di
Geosains, 3(1): 1-16.
Sapiie, B., Naryanto, W., Adyagharini, AC, Pamumpuni, A., 2012. Geologi dan Evolusi Tektonik Kepala Burung
Region Papua, Indonesia: Implikasi Eksplorasi Hidrokarbon di Kawasan Timur Indonesia. Konferensi dan Pameran
Internasional AAPG, 13 September 2012, Singapura.
Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.21. No.2 Mei 2020 hal 77-84
84
Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi dan Sekitaranya...(Fitriani Agustin dan Sutikno Bronto)
Saputra, DH, Faturrakhman, ML, Kusumah, KD, Maryanto, S. dan Rijani, S., 2016. Geologi Inderaan Jauh Lembar
Dondai, Papua, Skala 1:50.000. Pusat Survei Geologi, Bandung.

Suwarna, N. dan Noya, Y., 1995. Geologi Lembar Jayapura, Irian Jaya, Skala 1:250.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Tarsis, AD, 2006. Inventarisasi Batubara di Daerah Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Prosiding Pemaparan Hasil-
hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung, 7h.

Virman, BE dan Nurhandoko, B., 2016. Pemetaan Lapisan Aquifer Formasi Makats Daerah Tanah Hitam, Distrik
Abepura, Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis. Wahana Fisika, 1(2): 87-98. http://
ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Wilson, JL 1975. Fasies Karbonat dalam Sejarah Geologi. Springer-Verlag, NewYork, Heidelberg, Berlin, 471 hal.

Yonas, MN, 2016. Geologi dan Potensi Batubara di Daerah Bonggo dan Sekitarnya, Kabupaten Jayapura, Provinsi
Papua. Jurnal Janji, 4(1): 1-7.
SM
JG

Anda mungkin juga menyukai