Anda di halaman 1dari 11

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

STUDI PETROLOGI DAN PETROGRAFI PADA ALTERASI BUKIT BERJO,


GODEAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PENELITIAN AWAL MENGENAI ALTERASI DI BUKIT BERJO

Adnan Hendrawan1*
Gabriela N.R. Bunga Naen1
Eka Dhamayanti1
Anastasia Dewi Titisari1
1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
*Email : adnan.hendrawan@mail.ugm.ac.id

SARI
Bukit Berjo merupakan suatu bukit intrusi yang terletak di Kecamatan Godean, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Bukit Berjo merupakan suatu tubuh intrusi andesit porfiri dimana sebagian dari intrusi
tersebut telah terubah menjadi mineral lempung, sehingga Bukit Berjo terkenal sebagai daerah
penghasil lempung dimana industri berbahan dasar tanah lempung berkembang pesat di daerah ini,
beberapa diantaranya adalah industri genteng dan keramik. Secara megaskopis, batuan penyusun Bukit
Berjo dapat diklasifikasikan sebagai andesit porfiri yang mengindikasikan suatu tubuh intrusi dangkal.
Belum ada penelitian mendetail yang membahas mengenai genesa mineral lempung yang ada disini.
Penelitian terdahulu yang dilakukan di Bukit Berjo membuktikan bahwa Bukit Berjo merupakan suatu
tubuh intrusi andesit porfiri dimana sebagian dari tubuh intrusi tersebut telah terubah menjadi mineral
lempung. Karakteristik petrologi dan petrografi mineral yang terubah di Bukit Berjo sangat membantu
dalam menjelaskan genesa mineral lempung tersebut. Data di lapangan menunjukkan keberadaan
lempung yang sangat tebal (>12 m) yang mengindikasikan terjadinya alterasi hidrotermal. Oleh sebab
itu, peneliti ingin mendalami mengenai kemungkinan terjadinya alterasi hidrotermal yang berpengaruh
pada daerah penelitian. Studi ini digunakan sebagai penelitian awal terhadap alterasi hidrotermal di
daerah penelitian sehingga dapat diketahui pengaruh alterasi hidrotermal tersebut terhadap
pembentukan asosiasi mineral baru pada tubuh intrusi. Andesit porfiri Bukit Berjo tersusun oleh
fenokris berupa plagioklas, piroksen, muskovit, sedangkan massa dasarnya berupa mineral mafik.
Tingginya kandungan plagioklas pada batuan ini menyebabkan terbentuknya morfologi berupa
pelapukan membola. Sebagian besar feldspar telah terubah menjadi mineral lempung. Berdasarkan
pengamatan petrografi ditemukan adanya mineral berupa epidot, klorit,zoisite, dan serisit yang
mengindikasikan produk dari alterasi hidrotermal.

Kata Kunci : Alterasi, Propilitik, Epidot, Berjo, Intrusi, Andesit Porfiri

I. PENDAHULUAN Potensi lainnya adalah kemungkinan


ditemukannya mineral ekonomis yang
Alterasi hidrotermal adalah proses perubahan diendapkan oleh larutan hidrotermal sejalan
mineralogi dan komposisi batuan akibat dengan semakin dekatnya tipe alterasi
pengaruh dari fluida hidrotermal sehingga hidrotermal dengan tubuh intrusi utama.
menghasilkan mineral ubahan yang stabil
pada kondisi hidrotermal. Alterasi Penelitian dilakukan di Bukit Berjo yang
hidrotermal menjadi bahan diskusi yang merupakan sebuah bukit intrusi yang
menarik berkaitan dengan zonasi yang berlokasi di kecamatan Godean, Sleman,
dihasilkan oleh proses tersebut, dimana setiap Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukit ini yang
zonasi dicirikan oleh kumpulan mineral yang menyediakan mineral lempung sebagai
spesifik. Dengan mengidentifikasi mineral mineral hasil ubahannya menjadi sumber
hasil alterasi hidrotermal maka dapat material utama dari industri keramik yang
diinterpretasikan kondisi pH larutan dan berkembang di daerah tersebut. Karakteristik
kondisi temperatur pembentukan mineral. lempung dari bukit Berjo yang plastis sangat
583
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
cocok sebagai bahan dasar industri keramik lapili, aglomerat, dan sisipan aliran lava
dan genteng karena tidak retak ketika dibakar andesit yang berumur Oligo-Miosen. Kedua
pada suhu yang tinggi. Batuan segar yang formasi batuan tersebut kemudian diterobos
dijumpai di Bukit Berjo terdiri dari batuan oleh diorit (dr) dan andesit (a), yang berumur
beku andesit porfiri dimana sebagian besar Miosen Bawah. Volkanisme Kuarter di
tubuh intrusinya telah mengalami pelapukan daerah Yogyakarta membentuk Gunung api
membola dan mengalami perubahan menjadi Merapi, yang materialnya terbagi menjadi
mineral lempung. Endapan Gunung api Merapi Tua (Qmo) dan
Gunung api Merapi Muda (Qmi) (Bronto
Andesit porfiri bukit Berjo tersusun oleh dkk., 2014).
fenokris berupa plagioklas, piroksen,
muskovit, sedangkan massa dasarnya berupa III. SAMPEL DAN METODE
mineral mafik. Keberadaan lempung yang PENELITIAN
tebal yang terbentuk di bukit Berjo menjadi
indikasi awal bahwa proses pembentukan Lokasi penelitian berada di Bukit Berjo,
mineral lempung di bukit Berjo tidak hanya Berjo Wetan, Sidoluhur, Godean, Sleman.
dikontrol oleh proses pelapukan semata, Penelitian dilakukan melalui dua tahapan,
namun terdapat agen lain yaitu larutan yaitu tahap pengambilan data di lapangan dan
hidrotermal yang mengakselerasi tahap analisis data di laboratorium.
pembentukan mineral lempung di bukit Berjo. Pengambilan data langsung di lapangan
Belum ada penelitian yang mendalami bertujuan untuk mengetahui indikasi adanya
mengenai genesa lempung di Bukit Berjo, alterasi hidrotermal pada batuan secara
kemungkinan terjadinya alterasi hidrotermal megaskopis. Pengambilan data dilakukan
di bukit Berjo dan tipe alterasi yang pada sembilan lokasi pengamatan (Gambar
dihasilkan oleh interaksi antara larutan 2). Data dari sembilan lokasi pengamatan
hidrotermal dengan batuan dinding. tersebut kemudian dipilih tujuh sampel
batuan yang mengindikasikan adanya alterasi
Penelitian ini berfokus pada pengamatan hidrotermal untuk dilakukan analisis
petrologi dan petrografi dari batuan di bukit petrografi. Analisis petrografi bertujuan
Berjo. Pengamatan ini menjadi studi awal untuk mengetahui adanya perubahan
mengenai alterasi hidrotermal dan perubahan tekstur dan komposisi mineral
pengaruhnya terhadap pembentukan asosiasi penyusun batuan secara mikroskopis.
mineral baru pada tubuh intrusi. Studi ini juga
menjadi pembuka dari kemungkinan potensi IV. DATA DAN ANALISIS
mineral ekonomis lain yang diendapkan oleh
Data diperoleh dari deskripsi petrologi secara
larutan hidrotermal, salah satunya adalah
megaskopis dan deskripsi petrografi secara
kehadiran mineral bersuhu tinggi seperti
mikroskopis. Pada kenampakan di lapangan
epidot yang termasuk dalam tipe alterasi
terdapat batuan dengan kondisi segar
propilitik.
(Gambar 3) dan telah terubah (Gambar 4).
II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL Batuan yang ada pada lokasi pengamatan 1,
2, 3, 4, 5, 6, dan 7 relatif segar, sehingga
Daerah penelitian berada di daerah Bukit tekstur dan komposisi mineral penyusun
Berjo, Godean, Sleman, Yogyakarta. Secara batuan dapat dengan mudah diamati.
regional, daerah Godean dan sekitarnya telah
dilaporkan oleh Rahardjo dkk. (1995) dalam Secara megaskopis, batuan penyusun Bukit
Peta Geologi Lembar Yogyakarta (Gambar Berjo dapat diklasifikasikan sebagian
1). Batuan tertua dimasukkan ke dalam Andesit Porfiri. Batuan berwarna abu-abu,
Formasi Nanggulan (Teon) yang berumur dengan ukuran kristal <1 – 6 mm (fenokris: 1
Eosen. Formasi ini terdiri atas batupasir – 6 mm, massa dasar: < 1 mm), tekstur
dengan sisipan lignit, napal pasiran, holokristalin, porfiroafanitik, hipidiomorfik
batulempung dengan konkresi limonit, granular. Fenokris dari batuan ini terdiri dari
sisipan napal dan batugamping, batupasir, plagioklas, piroksen, muskovit, sedangkan
dan tuf. Diatas Formasi Nanggulan massa dasarnya berupa mineral mafik.
diendapkan Formasi Kebobutak (Tmok),
yang tersusun oleh breksi andesit, tuf, tuf
584
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Sampel batuan pada lokasi pengamatan 1, 2, Indikasi lainnya adalah kehadiran mineral
3, 4, 5, 6, dan 7 juga dilakukan analisis penciri alterasi dapat digunakan untuk
petrografi. Secara mikroskopis, batuan mengetahui kondisi alterasi batuan. Secara
penyusun Bukit Berjo memiliki tekstur umum mineral sekunder yang paling banyak
holokristalin, hipidiomorfik granular, hadir adalah klorit (Gambar 8) dan epidot
porfiritik, dengan ukuran fenokris berkisar (Gambar 7). Keduanya merupakan mineral
antara 0,2 – 5 mm dengan massa dasar penciri alterasi propilitik, ditambah dengan
berukuran < 0,2 mm. Mineral primer kehadiran mineral zoisite (Gambar 8) yang
penyusun batuan terdiri dari plagioklas dan juga merupakan mineral penciri alterasi
piroksen dengan kelimpahan yang berbeda- propilitik. Alterasi propilitik dalam
beda pada masing-masing sampel. pengamatan megaskopis umumnya terjadi
pada batuan beku intermediet hingga basa
Berdasarkan analisis petrografi, ketujuh yang umumnya ditandai oleh warna hijau.
sampel batuan dari masing-masing lokasi
pengamatan menunjukkan adanya mineral Klorit dijumpai pada semua sampel yang
sekunder penciri alterasi hidrotermal, seperti diamati dengan kelimpahan berkisar antara
klorit, epidot, zoisite, serisit, dan kuarsa 15.0% – 30.5% (Tabel 1). Klorit
sekunder. Kelimpahan mineral-mineral menunjukkan warna coklat hingga hijau pada
tersebut pada tiap sampel dapat dilihat pada pengamatan ppl. Klorit merupakan mineral
Tabel 1. yang terbentuk sebagai hasil ubahan dari
feldspar, hornblende dan biotit (Gambar 11).
Batuan yang ada pada lokasi 8 dan 9
pengamatan relatif mengalami ubahan Epidot dijumpai pada semua sampel yang
sehingga menghasilkan tanah lempung yang diamati dengan kelimpahan berkisar antara
sangat tebal (Gambar 4). Sampel pada lokasi 1.0% – 8.0% (Tabel 1). Epidot menunjukkan
8 dan 9 tidak dilakukan analisis lebih lanjut. warna colorless hingga kuning pada
pengamatan ppl, memiliki relief yang sangat
V. DISKUSI tinggi. Pada pengamatan xpl, epidote
Intrusi andesit porfiri menjadi awal menunjukkan warna interferensi yang tinggi.
pembentukan morfologi di Bukit Berjo. Epidot merupakan mineral hasil ubahan dari
Intrusi andesit porfiri diperkirakan terjadi hornblende.
lebih dari sekali, hal ini diinterpretasikan dari Zoisite dijumpai pada sampel nomor 3
variasi ukuran fenokris plagioklas yang dengan kelimpahan 4% (Tabel 1). Zoisite
ditemukan di Bukit Berjo. merupakan anggota dari kelompok mineral
Indikasi adanya alterasi hidrotermal di Bukit epidot. Zoisite dicirikan dengan relief yang
Berjo dapat terlihat dari pengamatan secara tinggi dalam pengamatan ppl, serta memiliki
megaskopis di lapangan. Dijumpainya tanah warna interferensi yang tinggi. Zoisite dapat
yang tersusun oleh mineral lempung yang terbentuk dari ubahan mineral plagioklas
cukup tebal (> 12 m) menjadi salah satu (Gambar 8).
indikasi. Tanah yang tebal dan tidak Hasil analisis menunjukkan kelimpahan yang
dijumpainya horizon tanah tidak dapat cukup signifikan dari klorit, epidot, dan
dihasilkan dari proses pelapukan, melainkan zoisite. Pengaruh alterasi yang terjadi pada
dihasilkan dari proses endogenik yang sampel batuan yang diamati bekerja pada
disebut sebagai proses alterasi hidrotermal. individu mineral secara selektif, yakni terjadi
Indikasi lain dari adanya alterasi hidrotermal apabila batuan berinteraksi dengan fluida
adalah dijumpainya pelapukan membola hidrotermal bersifat tidak reaktif sehingga
(Gambar 5). Salah satu faktor pengontrol hanya mineral-mineral tertentu yang dapat
pembentukan pelapukan membola adalah bereaksi terhadap fluida hidrotermal. Alterasi
adanya rekahan atau kekar pada batuan. ini juga terjadi apabila rasio fluida terhadap
Adanya rekahan dapat menjadi jalan untuk batuan cukup rendah.
fluida hidrotermal dapat masuk ke dalam Feldspar yang umumnya berupa plagioklas
batuan dan berinteraksi dengan mineral- mengalami alterasi menjadi klorit dan zoisite.
mineral penyusun batuan. Sementara, hornblende mengalami alterasi
585
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
menjadi epidot. Alterasi dengan tipe kuarsa sekunder. Urat kuarsa dapat menjadi
propolitik umumnya berkembang pada salah satu indikasi adanya alterasi
bagian luar dari endapan porfiri dengan hidrotermal. Adanya urat kuarsa
kedalaman menengah hingga dalam. Epidot menunjukkan bahwa terdapat rekahan-
merupakan mineral yang dapat digunakan rekahan yang dapat menjadi jalan bagi fluida
sebagai indikator suhu dari fluida hidrotermal. hidrotermal dan menjadi tempat untuk
Epidot terbentuk pada suhu 180⁰C - 220⁰C mengendapkan mineral-mineral pengisi urat.
dengan bentuk butiran yang buruk, dan pada
suhu 220⁰C - 250⁰C akan membentuk butiran VI. KESIMPULAN
yang lebih baik (Fonkwe dkk., 2012). Mineral lempung yang terbentuk di bukit
Berdasarkan pengataman petrografi, epidot Berjo bukan hanya sebagai hasil dari
yang teridentifikasi memiliki bentuk butiran pelapukan semata, namun juga merupakan
yang baik. Oleh karena itu, dapat manifestasi dari proses alterasi hidrotermal
diinterpretasikan bahwa fluida yang melewati akibat interaksi antara fluida hidrotermal
batuan memiliki suhu antara 220⁰C - 250⁰C. dengan batuan beku andesit porfiri. Alterasi
Alterasi ini terjadi pada fluida dengan pH hidrotermal terbukti dari hasil pengamatan
yang netral. petrologi berupa ketebalan mineral lempung
Selain mineral penciri alterasi propilitik, pada yang besar dan didukung dengan hasil
sampel batuan juga dijumpai mineral serisit. analisis petrografi yang menunjukkan
Mineral serisit dijumpai pada semua sampel kemunculan mineral-mineral penciri alterasi
batuan yang diamati dengan kelimpahan seperti epidot, serisit, klorit, zoisite, dan
berkisar antara 6.0% – 13.0% (Tabel 1). kuarsa sekunder.
Serisit dicirikan dengan warna coklat hingga VII. ACKNOWLEDGEMENT
kuning keemasan pada kenampakan xpl
dengan ukuran kristal relatif halus. Mineral Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
serisit merupakan mineral hasil ubahan dari semua pihak yang telah membantu dalam
mineral plagioklas (Gambar 12). proses pembuatan paper ini. Ucapan terima
kasih secara khusus kami sampaikan kepada
Dalam beberapa sampel batuan yang diamati Bapak Dr. I Wayan Warmada yang telah
juga dijumpai adanya urat kuarsa (Gambar 6). memberikan ide-ide yang membangun
Urat kuarsa ditandai oleh bentuk memanjang pemikiran kami selama ini penyusunan paper
pada sayatan tipis yang terisi oleh mineral ini.

DAFTAR PUSTAKA
Bateman, A.M., Jensen, M.L., 1981. Economic Mineral Deposits. John Wiley and Sons, Australia.
Bronto,S., Ratdomopurbo A., Asmoro P., Adityarani M., 2014. Longsoran Raksasa Gunung Api Merap
I Yogyakart A-Jawa Tengah, J.G.S.M .Vol.15 No. 4 hal .165-183
Buol, S. W., Hole, F. D., McCracken, R. J., 1980. Soil Genesis and Classification, 2nd ed. The Iowa
State University Press.
Deer, W.A., Howie, R.A., and Zussman, J., 1992. An Introdution to the Rock-Forming Minerals, 2nd
ed. Longman, England.
Delvigne, J.E., 1998. Atlas of Micromorphology of Mineral Alteration and Wheathering. Mineralogical
Association of Canada, Canada.
Dixon, J. B., Weed, D. D., Kttrick, J. A., Milford, M. H., White, J. L., 1977. Minerals in Soil
Environments, Soil Science of American, Madison, Wisconsin, USA.

586
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Fonkwe, M., Kyser, K., Clark, A.H., Urqueta, E., Oates, C.J., Ihlenfeld, C., 2012. Recognizing Propylitic
Alteration Associated with Porphyry Cu-Mo Deposits in Lower Greenschist Facies
Metamorphic Terrain of the Collahuasi District, Northern Chile—Implications of Petrographic
and Carbon Isotope Relationships, Society of Economic Geologists, Inc.Economic Geology,v.
107, pp. 1457–1478
Kerr, P.F., 1959. Optical Mineralogy. McGraw Hill Book Company, Inc., New Yotk, Toronto, London.
Morrison, Kingston, 1996. Magmatic-Related Hydrothermal System. Short Course Manual, Australia.
Nesse, W.D., 1991. Introduction to Optical Mineralogy, 2nd ed. Oxford University Press, New York.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, Rosidi, H.M.D., 1995. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa skala
1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Shelley, D., 1975. Manual of Optical Mineralogy. Elsevier, Amsterdam, Netherlands.

TABEL

Tabel 1. Kelimpahan mineral-mineral penciri alterasi pada masing-masing sampel dihitung dari
keseluruhan mineral yang ada pada tiap sayatan.
Sampe Kelimpahan (%) Total Intensitas alterasi
l Chl Ep Zo Ser Qtz (%) (Morrison, 1996)
1 15.0 2.0 - 7.0 3.0 27.0 Sedang
2 30.0 8.0 - 8.0 7.0 53.0 Sedang
3 25.0 3.0 4.0 8.0 10.0 50.0 Sedang
4 17.0 1.0 - 11.0 5.0 34.0 Sedang
5 30.5 8.0 - 6.0 6.0 50.5 Sedang
6 23.0 4.0 - 13.0 4.0 44.0 Sedang
7 20.0 5.0 - 8.0 9.3 42.3 Sedang
Chl: chlorite; Ep: epidote; Zo: zoisite; Ser: serisite; Qtz: secondary quartz.

587
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Peta geologi lembar Yogyakarta serta plot daerah penelitian (kotak biru). Sumber peta:
Rahardjo, dkk (1995).

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan dan persebaran mineral penciri alterasi.

588
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Kenampakan andesit porfiri dalam keadaan segar pada lokasi pengamatan 1.

Gambar 4. Kenampakan andesit porfiri yang telah mengalami perubahan menjadi mineral lempung
pada lokasi pengamatan 8.

589
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Pelapukan membola yang terjadi pada andesit porfiri.

Gambar 6. Kenampakan petrografis sampel 1 pada pengamatan XPL (a) dan PPL (b). Sayatan ini
menunjukkan adanya urat kuarsa.

Gambar 7. Kenampakan petrografis sampel 2 pada pengamatan XPL (a) dan PPL (b). Sayatan ini
menunjukkan adanya mineral epidot dengan ukuran yang relatif besar.

590
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 8. Kenampakan petrografis sampel 3 pada pengamatan XPL (a, c) dan PPL (b, d). (a,b) Klorit
sebagai ubahan dari mineral plagioklas. (c,d) Zoisite sebagai mineral ubahan plagioklas.

Gambar 9. Kenampakan petrografis sampel 4 pada pengamatan XPL (a) dan PPL (b). Sayatan ini
menunjukkan adanya mineral klorit sebagai ubahan dari mineral plagioklas.

591
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 10. Kenampakan petrografis sampel 5 pada pengamatan XPL (a) dan PPL (b). Sayatan ini
menunjukkan adanya mineral epidot yang berukuran cukup besar serta mineral serisit
sebagai ubahan dari mineral plagioklas.

Gambar 11. Kenampakan petrografis sampel 6 pada pengamatan XPL (a) dan PPL (b). Sayatan ini
menunjukkan adanya mineral klorit yang cukup besar sebagai hasil dari ubahan mineral
plagioklas.

592
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 12. Kenampakan petrografis sampel 7 pada pengamatan XPL (a, c) dan PPL (b, d). (a, b)
Urat kuarsa. (c, d) Mineral serisit sebagai ubahan dari mineral plagioklas.

593

Anda mungkin juga menyukai