Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA PETROLOGI BATUAN BEKU

Disusun oleh:
Yolanda Syafitri
1806136896
Geofisika/2018

Asisten Acara :
Abi Tiyana
Rahmawan Setyadi

Shift Praktium: (Kamis, 17.00)

Departemen Geosains
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Petrologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang aspek-aspek batuan seperti
jenis batuan, proses keterbentukan batuan atau genesanya dan juga sifat-sifat dari batuan. Definisi
dari batuan itu sendiri adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda dan tidak
mempunyai kompisisi kimia yang tetap. Batuan adalah material yang membentuk kulit bumi
termasuk fluida yang ada didalamnya (Talobre, 1948). Ada tiga objek batuan yang dipelajari dalam
petrologi yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang masing –masing terbentuk
secara siklus.
Batuan pertama kali terbentuk ketika terjadi erupsi magma dan kemudian magma tersebut
mengalami kristalisasi atau pembekuan ketika berada pada suatu kondisi dengan suhu tertentu.
Batuan yang biasa kita temui di alam ada berbagai macam bentuk dan jenis, terkadang dijumpai
di beberapa lapisan pada sebuah struktur geologi regional di suatu area.
Latar belakang dilakukannya praktikum petrologi batuan beku ini adalah untuk mengetahui
jenis-jenis dari batuan beku dan bagaiamana mendeskripsikan batuan beku ketika ditemui di
lapangan. Batuan beku atau felsic sendiri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan proses
keterbentukan batuannya dengan komposisi mineral-mineral yang berbeda serta kristal yang
terbentuk pada batuan tersebut. Untuk mengetahui bagaimana cara mendeskripsikan batuan beku,
terdapat beberapa hal yang harus dipelajari terlebih dahulu selain mineralogi dan kristalografi
seperti parameter untuk mendeskripsikan batuan beku dan lain sebagainya.
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum petrologi batuan beku adalah sebagai berikut :
a) Mengetahui cara identifikasi batuan beku
b) Mendeskripsikan jenis batuan beku
c) Mengidentifikasi unsur-unsur mineral pada batuan beku
d) Mengetahui proses keterbentukan batuan beku

1.2.2 Manfaat
Manfaat dari praktikum petrologi batuan beku adalah mahasiswa mampu membedakan
jenis batuan beku yang akan di temui dilapangan ketika dilakukan survey ataupun kuliah lapangan,
selain itu mahasiswa mampu membayangkan batuan yang ada di pelajaran teori pada petrologi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian batuan
2.1.1 Batuan beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan
intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Magmaini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik
dimantel ataupun kerak bumi. umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari
proses-proses seperti kenaikan temperatur , penurunan tekanan, atau perubahan komposisi..

Jenis batuan didasarkan pada pembagian batuan beku secara genetis, yaitu terdiri
dari batuan beku dalam (plutonik) dan batuan beku luar (volkanik). Batuan beku dalam
adalah batuan beku yang terbentuk di dalam atau di bawah bumi, pendinginannya sangat
lambat dan memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan bentuknya sempurna,
tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada
kondisi magma dan batuan disekitarnya magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya
atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya, sering disebut juga
dengan batuan beku intrusi. Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di
permukaan bumi akibat keluarnya magma melalui rekahan atau lubang kepundan gunung
api sebagai erupsi, batuan beku ini sering disebut batuan beku ekstrusi

Selain itu ada beberapa jenis batuan beku seperti batuan beku asam, intermediet,
basa dan ultrabasa. Pengelompokan batuan ini sendiri berdasarkan pada kandungan atau
komposisi dari batuan tersebut selain itu proses keterbentukannya. Batuan beku asam
memiliki kandungan SiO2 > 60%, memiliki indeks warna < 20% atau biasanya berwarna
terang sedangkan batuan beku basa mayoritas tersusun atas piroksen, plagioklas kaya
kalsium dan sejumlah kecil olivine

2.1.2 Deskripsi batuan beku


Batuan beku di deskripsikan dengan cara melakukan identifikasi pada batuan
tersebut dengan melihat sifat-sifat fisik dari batuan dan bantuan komparator serta
parameter seperti diagram Fenton (1940) ataupun dengan melihat proses keterbentukan
mineral batuan pada deret bowen. Ada beberapa sifat fisik dari batuan beku yang akan di
identifikasi untuk menentukan nama atau jenis batuan yang ditemui yaitu :
1) Warna adalah pantulan cahaya dari batuan yang dilihat oleh mata yang terdiri dari
warna lapuk dan warna segar.
2) Komponen dari mineral seperti fenokris dan massa dasar dari batuan beku
3) Tekstur umum dari batuan beku dari ukuran kristal, derajat kristal, keseragaman,
dan juga bentuk kristal
4) Komposisi mineral penyusun dari batuan dari mineral pembentuk batuan pada
deret bowen
5) Struktur batuan seperti massif, granular dan lain sebagainya
6) Keterbentukan batuan pada permukaan atau plutonik, hypabisal atau
vulkanik/ekstrusif.
7) Nama batuan yang di identifikasi dari sifat-sifat fisik batuan

2.2 Penamaan Batuan berdasarkan klasifikasi


Dalam menamakan batuan yang sudah di identifikasi sifat-sifat fisiknya dapat
dilakukan dengan melihat dua indikator yaitu penamaan batuan beku berdasarkan Fenton,
1940 dan juga penamaan batuan berdasarkan deret bowen.

Gambar 1: Penamaan batuan beku berdasarkan (Fenton, 1940)


Penamaan batuan beku berdasarkan Fenton, 1940 dapat dilakukan dengan melihat
tekstur batuan yang di identifikasi seperti granular, afanitik, porfiritik atau fragmen
kemudian melihat warna dari batuan apakah batuan yang di identifikasi cenderung
berwarna gelap atau terang. Warna terang lebih menunjukkan kepada batuan yang bersifat
asam sedangkan warna gelap dominan batuan beku basa atau ultrabasa. Setelah melihat
warna dari batuan, lihat kandungan kuarsa pada batuan tersebut setelah semua indicator
yang diminta telah terpenuhi maka batuan bisa di identifikasi namanya.
Sedangkan pada indikastor klasifikasi batuan yang kedua adalah dengan melihat
sifat-sifat fisik bataun seperti kandungan atau komposisi mineral pada batuan tersebut dan
melihat mineral dominan pada batuan tersebut serta warna pada batuan beku yang
diidentifikasi. Pada dasarnya penamaan batuan beku menurut deret bowen berdasarkan
mineral yang terbentuk pada batuan atau genesa dari batuan. Untuk penamaan batuan bisa
menggunakan kedua indicator ini tergantung lebih suka menggunakan indicator apa.

Gambar 2 : Penaamaan batuan berdasarkan deret bowen


BAB III

HASIL

SPESIMEN 2

( dokumentasi pribadi (kiri) , nature guide book rock (kanan))

Warna dari batuan ini adalah abu-abu kehijauan / abu-abu kehitaman dengan warna lapuk
abu agak kekuningan dengan komponen fenokris nya adalah plagioklas dan kaursa serta massa
dasar dengan ukuran mikroskopis. Tekstur dari batuan ini adalah porfiritik dengan derajat kristal
adalah holokristalin yang memiliki keseragaman inequgranular serta bentuk kristal subhedral.

Komposisi mineral penyusun dari batuan ini adalah plagioklas yang menjadi fenokris
yang melimpah serta terdapat beberapa mineral kuarsa dan alkali feldspar cukup melimpah.
Batuan ini memiliki struktur yang masif dengan keterbentukan dari batuan ini adalah hypabisal.
Nama batuan ini adalah granit porfiri. Batuan beku ini terbentuk disekitar pipa magma / kawah .
Dengan komposisi kristal beragam , ada yang besar , kecil , dan sedang. Dari deskripsi yang
didapatkan , nama batuan tersebut adalah Granodiorit Porfiritik
SPESIMEN B6

( dokumentasi pribadi (kiri) , nature guide book rock (kanan))

Warna dari batuan ini jika dilihat agak gelap , warna lapuk hitam keputihan serta warna
segar hitam . memiliki komponen fenokris dan massa dasar . fenokris terdiri dari olovin dan
plagioklas serta masa dasar terdiri dari piroksen. Tekstur dari batuan ini ukuran kristal porfiritik ,
derajat kristalisasi hipokristalin , keseragaman inequigranular , serta bentuk kristal anhedral.

Komposisi mineral dari batuan B6 mineral utama terdiri dari piroksen 75 % ( sangat
melimpah) , olivine 20 % ( kurang melimpah ) dan plagioklas sedikit (5%) , dan tidak memiliki
mineral sekunder. Struktur masif , keterbentukan batuan antara hipabisal dan vulkanik. Struktur
masif , terbentuk di daerah antara hipabisal dan vulkanik. Nama batuan tersebut adalah Basalt
SPESIMEN A2

( dokumentasi pribadi (kiri) , nature guide book rock (kanan))

Warna dari batuan pada sample di atas adalah jingga terang yang memiliki bentuk hijau serta
warna lapuk yang cenderung warna jingga keabuan. Komponen fenokris dan massa dasar dari
batuan ini tidak diketahui, namun tekstur dari batuan ini adalah faneritik, holokristalin serta bentuk
kristal yang cenderung euhedral.
Komposisi mineral penyusun batuan ini adalah ortoklas yang sangat melimpah serta terdapat
mineral plagioklas yang lumayan melimpah dan juga mineral kuarsa. Struktur dari batuan ini
adalah masif dengan keterbentukan batuan ini adalah plutonik instrusif. Nama batuan ini adalah
batu beku granit (Fenton, 1940)
Spesimen A1

( dokumentasi pribadi (kiri) , nature guide book rock (kanan))

Andesit
Warna dari batuan ini adalah abu-abu dengan warna lapuk yang abu namun agak putih.
Komponen penyusun batuan ini adalah fenokrisnya biotit serta massa dasarnya yang bisa ditemui
di batuan tersebut. Tekstur batuan ini adalah porfiritik dengan derajat kristal holokristalin serta
keseragaman equigranular dengan bentuk kristal euhedral.
Komposisi penyusun mineral ini adalah plagioklas yang melimpah serta mineral hornblende
dan biotit yang melimpah. Keterbentukan dari batuan ini pada kondisi pertengahan sehingga batu
ini adalah batuan hypabisal. Nama batuan ini adalah batu andesit (Fenton, 1940)
SPESIMEN B5

( dokumentasi pribadi (kiri) , nature guide book rock (kanan))

Berdasarkan hasil deskripsi, batuan ini memiliki warna segar dan lapuk yang mana warna
segar, yaitu Hijau Keabuan. Kompenen yang tersusun batu B5 ini, yaitu massa dasar yang
terkandung pyroxen, dan olivine. Terdapat beberapa tekstur pada batuan beku B5 pada saat
diamati, yaitu memiliki ukuran kristal yang Faneritik karena karena batuan tersebut mengandung
gabungan kristal kecil dan kristal berukuran besar pada saat diamati langsung, derajat kristalisasi
batuan beku B5 ini adalah holokristalin karena batuan beku ini seluruhnya tersusun kristal,
keseragaman pada batuan beku tersebut yaitu Equigranular karena mineral yang terkandung pada
batuan beku tersebut memiliki ukuran yang tidak sama besarnya, dan bentuk kristal pada batuan
beku tersebut adalah Anhedral karena bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang tidak sempurna.
Komposisi mineral pada batuan beku B5 tersusun atas Pyroxene yang melimpah, dan
Amphibole yang sangat melimpah, dan Olivine yang sangat melimpah, dan memiliki mineral
sekunder yang terkandung Plagioklas Ca. Struktur pada batuan beku tersebut, yaitu Masif karena
tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang didalam batuan beku tersebut.
Berdasarkan hasil deskripsi sifat batuan, dapat disimpulkan bahwa batuan beku B5 yaitu Batu
Peridotit. Batu Peridotit termasuk ke dalam batuan plutonik.
Batu Peridotit merupakan batuan beku intrusif yang berbutir kasar dan padat. Batu
Peridotit terbentuk di mantel bumi. Batu tersebut ditemukan di antara lapisan yang kaya zat besi
dan magnesiumdi bagian bawah lapisan batuan beku yang berlapis lapis, dimana kristal kristal
pada padatnya terbentuk pertama kali melalui kristal selektif dan kemudia mengendap di dasar
bulu yang mengkristal atau setengah padat. Batu Peridotit digunakan sebagai perhiasan
SPESIMEN B7

( dokumentasi pribadi (kiri) , nature guide book rock (kanan))

Spesimen B7 memiliki warna lapuk abu kekuningan dan warna segar abu kehitaman.
Komponen dari fenokris adalah piroksen dan plagioklas dan tidak memiliki massa dasar karena
ukuran fenokris nya sama besar dan sama banyak , jadi terlihat seperti tidak mempunyai massa
dasar.

Tekstrur dari batuan tersebut memiliki ukuran kristal faneritik , derajat kristalisasi
hipokristalin , keseragaman inequigranular serta bentuk kriistal subhedral. Komposisi mineral
plagioklas sangat melimpah , piroxen melimpah dan olicin kurang dari 20 %. Berstruktur masif
dan keterbentukan plutonik. Nama batua tersebut adalah Gabro
SPESIMEN BM-1

( dokumentasi pribadi (kiri) , nature guide book rock (kanan))

Spesimen BM 1 memiliki warna lapuk abu kecoklatan serta warna segar abu-abu
kehitaman. Komponen fenokris teriri dari hornblende dan kuarsa dan tidak memiliki massa
dasar.tekstur batuan ini yaitu , ukuran kristal faneritik , derajat kristalisasi holokristalin ,
keseragaman inequigranular , serta bentuk kristal subhedral.

Komposisi mineral kuarsa dan amphibole sangat melimpah , dan alkali feldspar yang
juga melimpah. Struktur masif keterbentukan plutonk . Nama dari batuan tersebut adalah
Granodiorit
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam dunia pertambangan, salah satu tujuan industri pertambangan yaitu pencarian bahan
galian yang memiliki nilai ekonomis serta bergunadalam kehidupan manusia. Sebagian besar
batuan yang ada di bumi merupakanbatuan beku. Bahan galian yang mimiliki nilai ekonomis dan
berguna bagi manusia salah satunya terdapat di dalam tubuh batuan beku. Pada praktikum ini,
praktikan dapat mengenali macam - macam batuan beku yang terdapat di laboratorium Petrologi.
Batuan Beku dideskripsikan langsung oleh praktikan sehingga praktikan mengetahui iformasi dari
pembentukan batuan beku dan indikasi nama batuan beku. Jika praktikand apatmendeskripsikan
batuan beku, maka praktikan telah mengetahui ciri - ciridari batuan beku. Praktikan mengamati
bahwa ada batu yang bewarna hitam dan bewarna terang tenyata praktikan mengetahui bahwa
kandungan silica dalam batuan mengakibatkan perbedaan warna, semakin banyak kandungan
silica maka semakin putih warnanya.
REFERENSI

Tarbuck, E. J., Lutgens, F. K., & Tasa, D. (1997). Earth science. Upper Saddle River, NJ: Prentice
Hall.
Fisher, R. V., & Schmincke, H. U. (2012). Pyroclastic rocks. Springer Science & Business Media.
Williams, H., Turner, F. J., & Gilbert, C. M. (1982). Petrography: An introduction to the study of
rocks in thin section
Prothero, Donald R.; Schwab, Fred. 2004.Sedimentary geology: an introduction to sedimentary
rocks and stratigraphy (2nd ed.). New York: Freeman. p. 12.

Anda mungkin juga menyukai