Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang
mempelajari batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula
pembentukan batuan, pembentuk kulit bumi, serta penyebarannya baik didalam
maupun dipermukaan bumi, mencakup aspek deskripsi dan aspek genesa-
interpretasi. Aspek pemberian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur,
komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas)
dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa – interpretasi mencakup
tentang sumber asal (“source”) hingga proses atau cara terbentuknya batuan.
Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak (kulit)bumi dan
merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur
(mengkristal). Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan
bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisika maupun
biologis, serta proses erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil
pelapukan dan erosi tersebut termasuk batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan, yaitu :
1. Batuan beku (“igneous rocks”), adalah kumpulan mineral silikat sebagai hasil
pembekuan daripada magma yang mendingin (Huang, 1962).

1
2. Batuan sedimen (“sedimentary rocks”), adalah batuan hasil litifikasi bahan
rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia
maupun hasil kegiatan organisme (Pettijohn, 1964).
3. Batuan metamorf atau batuan malihan (“metamorphic rocks”), adalah batuan
yang berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami perubahan
tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai perubahan kondisi
fisika (tekanan dan temperatur) (Winkler, 1967).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan batuan beku dan bagaimana proses
terbentuknya?
2. Apakah yang dimaksud dengan batuan sedimen dan bagaimana proses
terbentuknya?
3. Apakah yang dimaksud dengan batuan metamorf dan bagaimana proses
terbentuknya?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Supaya praktikan dapat mengetahui mineral pembentuk batuan( Rock


forming mineral)
2. Supaya praktikan dapat mengetahui batuan beku intrusive dan ekstrusif.
3. Supaya praktikan dapat mengetaui batuan sedimen klastik dan non klastik.
4. Supaya praktikan dapat mengetahui batuan metamorf foliasi dan
nonfoliasi.

2
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
1. Praktikan dapat mengetahui mineral pembentuk batuan( Rock forming
mineral)
2. Praktikan dapat mengetahui batuan beku intrusive dan ekstrusif.
3. Praktikan dapat mengetaui batuan sedimen klastik dan non klastik.
4. Praktikan dapat mengetahui batuan metamorf foliasi dan nonfoliasi.

1.5 Alat dan Bahan


Alat-alat dan Bahan praktikum yang digunakan adalah :
1. Alat tulis
2. Larutan HCL
3. Buku Deskripsi
4. Kamera

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batuan Beku


Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mengalami pembekuan. Batuan beku ini juga disebut dengan batuan ignesius.
Magma yang membeku ini merupakan magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, yang terjadi baik di bawah permukaan
sebagai jenis batuan intrusif atau plutonik, maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif atau vulkanik.

Proses Terbentuknya Batuan Beku

Batuan beku ini terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau
mengalami pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun
oleh batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun
di kerak bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu
proses dari kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan
komposisi. Selanjutnya untuk proses pembentukan batuan beku ini juga
terkadang tergantung pada jenis batuan bekunya masing- masing. Beberapa jenis
batuan beku dan proses pembentukannya antara lain:

1. Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan


yang terjadi di dalam dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga
tubuh batuan terdiri dari kristal- kristal besar. Contoh dari batuan ini adalah
batuan granit, batuan peridotim, dan juga batuan gabro.

4
2. Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah
antar lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih
cepat sehingga di samping kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil.
Contoh dari batuan jenis ini antara lain batu granit porfir
3. Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini
adalah ketika gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini
terjadi tidak hanya di sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara.
Proses pembekuan ini berlangsungsingkat dan hampir tidak mengandung
kristal (armorf).

Jenis- jenis Batuan Beku

Batuan beku ternyata tidak hanya terdiri dari satu jenis saja, melainkan
terdiri dari bernagai jenis. Lalu, apa saja yang merupakan jenis- jenis batuan beku
ini? Sebenarnya jenis bauan beku ini dapat diklasifikasi menurut bermacam-
macam aspek, antara lain menurut cara terjadinya, menurut kandungan SiO2 nya,
dan juga menurut indeks warnanya. Untuk lebih jelasnya, jenis- jenis batuan
tersebut akan kita bahas satu per satu.

1. Klasifikasi batuan beku menurut cara atau proses terjadinya


Jika dilihat dari cara atau proses terjadinya, batuan beku ini dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yakni :

a. Deep seated Rock, yakni batuan beku yang terbentuk jauh di dalam lapisan
atmosfer bumi. Deep seated rock ini disebut juga dengan batuan plutonik.
Batuan plutonik ini merupakan batuan beku yang proses terbentuknya atau
proses terjadinya ada di dalam dapur magma.

5
b. Dike rock, yakni batuan beku yang terbentuk di dekat permukaan. Dike rock
ini juga batuan beku gang atau korok. Batuan beku jenis ini merupakan batuan
beku yang terbentuk di gang ataupun celah- celah antar lapisan di dalam kulit
bumi.
c. Effusive rock, yakni batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. Effusive
rock ini juga disebut dengan batuan vulkanik atau batuan beku luar atau
batuan lelehan. Batuan jenis ini merupakan batuan beku luar yang proses
pembentukannya berada di luar permukaan bumi

2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 nya


Selanjutnya adalah jenis batuan beku yang dibedakan berdasarkan kandungan
SiO2nya. Jika dilihat dari klasifikasi ini, batuan beku dibedakan menjadi empat
macam, yakni:

a. Batuan beku asam. Batuan beku asam merupakan jenis batuan beku yang
kandungan SiO2nya lebih dari 66%. Contoh dari batuan ini adalah riolit.
b. Batuan beku intermediate. Batuan beku intermediate merupakan batuan
beku yang kandungan SiO2nya antara 52% hingga 66%. Contoh dari batuan
ini adalah dasit.
c. Batuan beku basa. Batuan beku basa merupakan jenis batuan beku yang
kandungan SiO2nya antara 45% hingga 52%. Contoh dari batuan ini adalah
andesit.
d. Batuan beku ultra basa. Batuan beku ultra basa merupakan jenis batuan
beku yang kandungan SiO2 nya kurang dari 45%. Contoh dari batuan jenis
ini adalah batu basalt.

6
3. Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warnanya
Selanjutnya adalah jenis- jenis batuan beku yang dilihat dari indeks warna batuan
itu sendiri. Jika dilihat dari klasifikasi sudut ini, batuan beku dibedakan menjadi 3
hingga 4 macam. Mengapa 3 hingga 4 macam? Karena ada beberapa pendapat
dari para ahli yang menyatakan jenis- jenis dari batuan beku berdasarkan indeks
warnanya ini.

a. Pendapat pertama dari S.J. Shand (1943) – yang menyatakan bahwa batuan
beku dilihat dari indeks warnanya dibedakan menjadi 3 jenis, yakni:

 Leucoctaris rock, yakni batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik
kurang dari 30%.
 Mesococtik rock, yakni batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik
sebanyak 30% hingga 60%.
 Melanocractik rock, yani batuan beku yang mengandung kadar mineral
mafik lebih dari 60%.

Itulah lasifikasi betuan beku berdasarkan indeks warna yang dipaparkan menurut
S.J. Shand. Selanjutnya adalah pendapat dari S.J. Ellis (1984).

b. Pendapat kedua dari S.J. Ellis – Berbeda dengan pendapat sebelumnya, S.J.
Ellis mengklasifikasikan batuan beku menurut indeks warna ini menjadi 4 macam,
yakni:

 Holofelsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna kurang
dari 10%.

7
 Felsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna antara 10%
hingga 40%.
 Mafelsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna antara
40% hingga 70%.
 Mafik, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna lebih dari
70%.

Dalam pengamatan/deskripsi batuan beku, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain
:warna batuan, komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan.
1. Warna Batuan
Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral
penyusunnya.Mineralpenyusun batuan dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga
dari warnadapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang
berteksturgelasan.
 Batuan beku yang berwarna cerah, umumnya adalah batuan beku asam yangtersusun
oleh mineral-mineral felsik
 Batuan beku yang berwarna gelap-hitam, umumnya adalah batuan beku
intermedieryang tersusun oleh mineral-mineral felsik dan mineral
mafik hampir sama banyak
 Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan, umumnya adalah batuan
beku basayang tersusun oleh mineral-mineral mafik
 Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik, umumnya
adalah batuan beku ultrabasa yang tersusun oleh hampir seluruhnya
mineral-mineral mafik.

8
2. Komposisi Mineral

Gambar 1. Persentase Mineral

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4


yaitu:

 Kelompok Granit – RiolitBerasal dari magma yang bersifat


asam,terutama tersusun olehmineral-mineral kuarsa ortoklas,
plaglioklas Na, kadang terdapathornblende,biotit,muskovit dalam
jumlah yang kecil.2.
 Kelompok Diorit – AndesitBerasal dari magma yang bersifat
intermediet,terutama tersusun atasmineral-mineral plaglioklas,
Hornblende, piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah
kecil3.

9
 Kelompok Gabro– BasaltTersusun dari magma yang bersifat basa dan
terdiri dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca, piroksen dan
hornblende.4.
 Kelompok Ultra BasaTersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain
yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

Biasanya hadir dalam jumlah yang cukup banyak dan menentukan


nama/sifatbatuan. Contoh : mineral-mineral Seri Bowen (olivin, piroksen,
hornblenda, biotit,plagioklas, k-felspar, muskovit, kuarsa) dan felspathoid.
Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang terbentuk dari
kristalisasimagma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%), dan tidak
menentukan nama/sifatbatuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit,
rutil, dll.
Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan dari mineral-
mineralprimer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau metamorfosa. Contoh
: klorit,epidot, serisit, kaolin, aktinolit, garnet, dll.
Tabel 1. Pengenalan mineral dan sifatnya
Nama Warna Bentuk dan Belahan Keterangan
Mineral Perawakan
Mineral

Olivine Hijau Tak teratur Tidak sempurna Kilap kaca


membutir massif

Piroksen Hijau tua Prismatic pendek 2 arah saling Kilap kaca,


tegak lurus permukaan
halus

10
Amfibol Prismatic panjang, 2 arah, membentuk Kilap arang
menyerat, sudut
(Hornblende) Hitam, coklat
membutir

Hitam, coklat Tabular, Kilap kaca


berlembar
Biotit 2 arah

Alkali Prismatic / tabular Kilap kaca/arang


feldspar panjang , massif,
Merah jambu, putih 2 arah
membutir

Prismatic/tabular Kilap kaca/arang


panjang , massif ,
Plagioklas Putih susu, abu-abu 3 arah
membutir

Tabular, Kilap kaca/


berlembar, mutiara sering
Muskovit Putih, transparan 1 arah
terdapat dalam
granit pegmite

Kuarsa Tidak teratur, Tidak ada Kilap kaca /


massif, membutir pembuih
Tak berwarna, putih

Kalsit Rhombohedral, Membuih bila


massif, membutir ditetesi HCL,
Tak berwarna, putih Sempurna
kilap kaca

Umum pada
batuan
Klorit Hijau Berlembar Sempurna
metamorf

Serisit Tak berwarna, putih Tabular, Sempurna Kilap kaca


berlembar

11
Terutama
tersusun atas
Asbes Putih Menyerat -
antopilit

Garnet Coklat merah Polygonal, Tidak ada Kilap


membutir kaca/mutiara

Halite Tak berwarna, putih Kubus, massif, Sempurna Sebagai garam


merah membutir evaporit

Memapan, Lembar-lembar
membutir tipis terjadi dari
Gypsum Tak berwarna, putih Sempurna
evaporit

Anhidrit Putih, abu-abu,biru Massif, membutir Sempurna Karena evaporit


pucat umumnya

Tahapan sifat - sifat fisik yang perlu diketahui adalah:


1. Warna.
Bila suatu mineral dikenai sinar/cahaya, maka cahaya yang jatuh
dipermukaanmineral sebagian diserap (diabsorbsi) dan sebagian dipantulkan
(refleksi).Mineral yang berwarna gelap adalah mineral yang secara merata
dapat menyerapseluruh panjang gelombang pembentuk cahaya putih tadi. Jadi
cahaya dipantulkan ini akantimbul sebagai warna dari mineral.Faktor - faktor yang
mempengaruhi warna :
a. Komposisi kimia
contoh : Chlorite : hijau
Albite : putih
b. Struktur kristal dan ikatan atom
Contoh : Intan : tidak berwarna : isometrik

12
Grafit : hitam : heksagonal
c. Pengotoran dari mineral
Contoh : Silika : tidak berwarna
Jasper : merah
2. Kilap
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan mineral.
Macam - macam kilap :
a. Kilap metalik/logam
Contoh : pyrite, tembaga

b. Kilap non metalik/non logam


Contoh : kuarsa, talk
3. Bentuk Kristal/Perawakan
KristalApabila dalam pertumbuhan tidak mengalami gangguan apapun,
maka mineral akanmempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk yang
sempurna ini jarang sekali kitadapatkan karena gangguan tersebut di alam selalu
ada. Mineral di alam yang dijumpai
sering pula bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit u
ntk mengelompokkannya ke dalam sistem kristal. Sebagai gantinya dipakai istilah
perawakankristal.

Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan besar menurut


Richard M.Pearl (1975), yaitu :

13
a. Elongated Habits (meniang/berserabut)
Tabel 2. Elongated habits

Jenis Mineral Gambar

Columnar
Tourmaline
( meniang )

Columnar
Tourmaline
(meniang )

Fibrous
Asbestos
( menyerat )

Acicular
Natrolite
( menjarum )

Raticulated Rutile
( menjaring )

Filiform
Nat silver
( membenang )

14
Capilery
Bysolite
( merambut )

Stout ( mondok ) Zircon

Stelated
Phyropyllite
( membintang )

Radiated
Marcasite
( mrnjari )

b. Flattened Habits (lembaran tipis)


Tabel 3. Flattened habits
Jenis mineral Gambar

Blede ( membilah ) Kynite

15
Tabular ( memapan ) Barite

Bloky ( membata ) microclie

Foliated ( mendaun ) Mika

Lammelar ( melapis ) Mika

Bladed ( membilah ) Stilbite

Divergent ( Gypsum
memencar )

Plumose ( mika
membuluh)

Plumuse ( mika

16
membuluh )

c. Rounded Habits (membutir)


Tabel 4. Round habits
Jenis mineral Gambar

Mammilery ( Malachite
mendada )

Colloform ( membulat glauconite


)

Colloform radial ( Pyromorphyte


membulat jari )

Granular ( membutir ) Olivine

17
Pisolitic Opal -

Pisolitic Oapl -

Stalictid -

Reniform ( mengginjal -
)

3. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan hubungan
keteraturanmineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan
danketerdapatannya.Pengamatan tekstur batuan beku meliputi :
a. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi batuan beku tergantung dari proses pembekuan magma.
Padapembekuan magma yang berlangsung lambat maka akan terbentuk kristal-
kristal yangberukuran kasar-sedang, bila berlangsung cepat akan terbentuk

18
kristal-kristal yangberukuran halus, dan bila berlangsung sangat cepat akan
terbentuk gelas. Derajatkristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
 Holokristalin : batuan beku terdiri dari kristal seluruhnya
 Hipokristalin : batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas
 Holohyalin : batuan beku terdiri dari gelas seluruhnya
b. Granulitas/Besar butir
Granulitas/besar butir batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
 Fanerik : kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasaUkuran
butir/kristal untuk batuan bertekstur fanerik dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
 Halus : besar butir < 1 mm
 Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm
 Kasar : besar butir 5 mm - 30 mm
 Sangat kasar : besar butir > 30 mm
 Afanitik : kristal-kristalnya sangat halus, tidak dapat dilihat dengan mata
biasa,hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Jika batuan bertekstur porfiritik maka
ukuranfenokris dan masa dasar dipisahkan.
 Gelasan (glassy) : batuan beku semuanya tersusun oleh gelas.
4. Kemas / fabric
Kemas / fabric batuan beku dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
 Equigranular : ukuran besar butir/kristal relatif sama.
 Inequigranular : ukuran besar butir/19ristal tidak sama.

Equigranular dapat dibedakan menjadi 2 tekstur yaitu :

19
 Panidiomorfik apabila sebagian besar mineral
didalam batuan beku tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbent
uk euhedral.
 Hipidiomorfik apabila sebagian besar mineral didalam batuan beku tersebut
berukuran butir relatif seragam dan berbentuk subhedral.3.

Gambar 2. Hipidiomorfik
 Allotriomorfik apabila sebagian besar mineral
didalam batuan beku tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbent
uk anhedral.

Gambar 3. Allotriomrfik

inequigranular dapat dibedakan menjadi 2 tekstur yaitu :


 Porfiritik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam
masa dasar(matriks) kristal yang lebih halus.

20
Gambar 4. Porfiritik
 Vitrofirik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam
masa dasar(matriks) gelas/amorf.
5. Struktur Batuan Beku
Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat terbentuknya
batuanbeku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di
lapangan(dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat dilihat juga
dalamhandspecimen.
Tabel 5. Bentuk Kristal :
Bentuk Tekstur Keterangan Gambar
Kristal

Euhedral Panidiomorfik Senagian Kristal


mempunyai batas
sempurna

21
Batas Kristal
peralihan antara
Subhedral Hypidiomorfik
sempurna dan
tidak beraturan

anhedral Allotrimorfik Batas Kristal tak


beraturan

Gambar 5. Bentuk Kristal

Struktur batuan beku yang berhubungan dengan aliran magma :


 Schlieren : struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih
ataumemanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
 Segregasi : struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik)
yangmengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan
induknya. Lava Bantal (pillow lava) : struktur yang diakibatkan oleh pergerakan

22
lava akibatinteraksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana
bagian atascembung dan bagian bawah cekung.
 Blok Lava (Lava aa) : aliran lava yang permukaannya sangat kasar,
merupakanbongkah-bongkah.
 Lava Ropy (Lava Pahoehoe) : aliran lava yang permukaannya halus dan berbentuk
seperti pilinan tali, bagian depannya membulat, bergaris tengah samapai
beberapameter.

Struktur batuan beku yang berhubungan dengan pendinginan magma :


 Masif : bila batuan secara keseluruhan terlihat pejal,
monoton, seragam, tanparetakan atau lubang-lubang bekas gas.
 Vesikuler : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava)
 Amigdaloidal : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisioleh
mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.
 Kekar kolom (columnar joint) : kekar berbentuk tiang dimana
sumbunya tegak lurusarah aliran.
 Kekar berlembar (sheeting joint) : kekar berbentuk lembaran,
biasanya padatepi/atap intrusi besar akibat hilangnya beban.

2.2 Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan dari proses litifikasi
bahan-bahan yang dihembuskan dari pusat vulkanik selama masa erupsi yang
memiliki sifat eksplosif. Dimana nantinya bahan-bahan tersebut akan jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian akan mengalami litifikasi baik itu sebelum
di transport maupun hasil dari reworking. Menurut Williams, Turner dan Guillbert
pada tahun 1954, batuan ini merupakan batuan yang tersusun atas fragmen-
fragmen hasil dari erupsi vulkanik.

23
Tekstur

Tekstur dari batuan piroklastik adalah suatu parameter yang digunakan untuk
mendeskripsikan apakah batuan tersebut merupakan batuan piroklastik atau
tidak, berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui tentang tekstur umum dari
batuan piroklastik:

 Ukuran butirnya berdasarkan pendapat dari Wentworth dan Fisher.


Menurut Wentworth, debu/tufanya memiliki ukuran butir 0-2 mm, lapili
memiliki ukuran butir 2-32 mm, block/bom memiliki ukuran butir 32-256
mm. Sedangkan menurut Fisher, debu/tufanya memiliki ukuran butir <2
mm, lapili memiliki ukuran butir 2-64 mm dan block/bomb memiliki ukuran
butir >64mm.
 Bentuk butirnya bulat sempurna seperti bola dan memiliki sudut di setuap
permukaannya. Bentuk butir ini merupakan keadaan dari batuan tersebut.
 Kompaksinya terdiri atas kompaksi yang mudah hancur dan kompak,
dimana kompaksi yang mudah hancur bila dipegang akan meninggalkan
serbuk di tangan, sedangkan kompaksi yang kompak memiliki permukaan
yang kuat, keras dan padat.

Struktur
Struktur dari batuan piroklastik memiliki butiran yang kasar maupun halus,
dimana struktur tersebut sering kali terdapat pada batuan sedimen seperti halnya
perlapisan. Batuan piroklastik yang berbutir halus terkadang memperlihatkan
tekstur yang hampir pada batuan bekulelehan. Butiran halus yang terdapat pada
batuan piroklastik sering disebut sebagai tufa, dimana struktur tufa ini akan
mempengaruhi penamaan dari batuan piroklastik yang kemudian terbagi menjadi
3 jenis, yaitu:

 Aglomerat – Aglomerat merupakan jenis batuan sedimen klastik.


Aglomerat merupakan batuan piroklastik yang hampir sama dengan batuan
konglomerat, akan tetapi memiliki komposisi yang berbeda. Dimana

24
aglomerat berasal dari material vulkanik, sedangkan konglomerat berasal
dari material sedimen. Aglomerat ini memiliki ukuran butir >32 mm.
 Breksi Vulkanik – Breksi vulkanik merupakan breksi yang menyerupai
batuan sedimen akan tetapi komposisinya berasal dari material vulkanik
yang mempunyai ukuran butir >32 mm. ( baca : Batuan Breksi )
 Tufa Lapili – Tufa merupakan batuan piroklastik yang berukuran halus,
batuan ini terdiri atas material fragmen yang mengkristal atau berasal dari
mneral. Berdasarkan komponen yang memiliki kandungan fragmen
kristal/mineral yang terkandung, tufa terbagi atas 3 jenis, yaitu tufa vitric
yang memiliki banyak fragmen gelas, tufa kristal yang memiliki banyak
fragmen kristal dan tufa lithik yang memiliki banyak fragmen batuan.

Klasifikasi Endapan
Endapan piroklastik bermula dari adanya jatuhan ketika gunung berapi meletus
yang kemudian pengendapan yang terjadi memiliki ukuran yang tebal. Adapun
pembagian endapan piroklastik terbagi atas 3 macam, yaitu:

 Endapan Jatuhan Piroklastik – Merupakan endapan piroklastik yang


dihasilkan dari letusan eksplosif material vulkanik ke atmosfer yang
kemudian jatuh kembali dan terkumpul di sekitar gunung berapi. Endapan
ini memiliki ketebalan endapan yang relatif berukuran sama. ( baca
: Dampak Vulkanisme )
 Endapan Aluran Piroklastik – Merupakan endapan yang dihasilkan dari
proses pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen
piroklastik yang di transport dalam bentuk gas atau cairan, dimana material
vulkanik ini akan di transportasi jauh dari gunung berapi. Endapan ini pada
umumnya memiliki aliran kebawah dari pusat letusan gunung berapi yang
memiliki kecepatan tinggi ketika terjadi longsoran. Endapan ini biasanya
berisi batuan yang memiliki ukuran bongkah.
 Endapan Surge Piroklastik – Endapan ini dihasilkan dari letusan gunung
berapi yang kemudian dialirkan karena terdapat penyatuan dari jatuhan
dan aliran. Karakteristik dari endapan ini adalah memiliki stratifikasi yang
bersilang, strukturnya berpasir, laminasi planar, memiliki struktur pind and

25
swell serta memiliki endapan yang sedikit menebal pada bagian topografi
yang rendah dan menipis pada bagian topografi yang tinggi.

Mekanisme Pengendapan
Proses bentukan batuan piroklastik berawal dari letusan gunung berapi yang
mengeluarkan magma dari perut bumi yang disebabkan karena tenaga yang
sangat besar, yaitu tenaga endogen Mekanisme pengendapan batuan tersebut
terbagi atas 3 macam, yaitu:

 Fall Deposit merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang


dibentuk dari jatuhan mineral halus yang terbawa oleh tenaga angin.
 Flow Deposit merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang
diangkut oleh media air, dimana ketika diangkut bersama air terjadi
pencampuran dari berbagai macam ukuran butiran.
 Surge Deposite merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik
yang terbentuk karena gabungan antara pirkolastik yang dibentuk oleh
jatuhan dan aliran.

Mineral Penyusun
Mineral penyusun batuan piroklastik hampir sama dengan mineral
pembentuk batuan beku. Hal ini disebabkan karena zat yang terkandung dalam
mineral penyusunnya sama, yaitu tersusun dari magma ( baca : Proses Terjadinya
Magma). Untuk membedakannya maka dapat dilihat dari bentuk butirannya,
pada batuan beku butirannya merupakan campuran dari beberapa butir
sedangkan pada batuan piroklastik butirannya merupakan gabungan dari butiran.
Mineral penyusun batuan piroklastik terbagi atas 3 macam, yaitu :

 Mineral Sialis – Mineral sialis merupakan mineral yang terdiri atas mineral
kuarsa, mineral feldspar dan mineral felspatoid.

 Mineral Femis – Mineral jenis ini sangat kaya akan kandungan besi
magnesiumnya, yang terdiri atas olivin, melilit dan piroskin.

 Mineral Tambahan – Mineral tambahan ini terdiri atas biotit, amfibol dan
hipersten.

26
2.3 Batuan sedimen
Batuan sedimen ini merupakan salah satu jenis batuan yang mana
terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Batuan
sedimen atau sering juga disebut sebagai endapan merupakan batuan yang
terbentuk dari endapan bahan- bahan yang terbawa oleh air ataupun angin. Ada
lagi pengertian mengenai batuan sedimen yakni batuan yang terbentuk karena
adanya proses pembatuan atau litifikasi dari hasil proses pelapukan dan juga erosi
tanah yang telah terbawa arus dan kemudian diendapkan. Seorang ahli, yakni
Hutton (1875) menyatakan bahwasannya batuan sedimen ini merupakan batuan
yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut
ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan juga longsoran gravitasi, gerakan
tanah atau juga tanah longsor. Selain terbentuk dari demikian, batuan sedimen ini
juga terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam, dan juga
material- material lainnya. Demikianlah yang disebut dengan batuan sedimen.

2.3.1 Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik juga dapat diartikan sebagai batuan yang diperoleh
dari perubahan ukuran atau hancurnya batu besar menjadi batu kecil secara
mekanik sehingga sifat kimiawi batu tersebut masih sama dengan batuan asalnya.
Untuk memahami hal tersebut, dapat diambil contoh pelapukan batuangunung.
Batu gunung yang berukuran besar hancur karena proses pelapukan batuan. Hasil
pelapukan tersebut adalah batu- batuan kecil yang kemudian terbawa oleh aliran
air sehingga mengendap di sungai sebagai batu pasir.

Proses Pembentukan Batuan


Proses terbentuknya batuan sedimen klastik di awali dengan pelapukan
batuan sedimen itu sendiri maupun jenis- jenis batuan lain. Hasil pelapukan
berupa fragmen yang terbawa oleh aliran air kemudian diendapkan di sungai,
danau atau rawa. Pengendapan tersebut berlangsung secara mekanis yang
terbagi menjadi 2 jenis menurut ukuran butiran batu. Batuan yang memiliki
ukuran besar terjadi akibat proses pengendapan langsung setelah peristiwa erupsi
gunung berapi. Pengendapan langsung ini terjadi di lingkungan sungai, danau atau

27
laut yang berada di sekitar gunung berapi. Batuan yang terbentuk akan
dikategorikan dalam batuan detritus kasar. Sedangkan batuan yang berukuran
kecil terbentuk akibat proses pengendapan yang terjadi di zona laut dangkal
maupun laut dalam.

Dalam proses pengendapan, batuan sedimen akan mengalami diagenesa. Disebut


diagenesa karena proses- proses yang akan terjadi pada meterial endapan
berlangsung pada suhu yang rendah, baik selama litifikasi maupun sesudahnya.
Diagenesa ini bertujuan untuk membuat material endapan menjadi batuan yang
keras. Tahapan dari diagenesa meliputi :

1. Kompaksi sedimen – Pada tahap diagenesa yang pertama ini, material


sedimen akan dimampatkan satu dengan yang lain. Pemampatan tersebut
terjadi akibat adanya tekanan berupa beban berat yang berasal dari atas
material sedimen. Setelah dimampatkan, volume material sedimen akan
menurun, sedangkan kerapatan antar butiran menjadi semakin tinggi.
2. Sementasi – Dalam tahap kedua yang disebut dengan sementasi, material
yang berada di antara rongga butir sedimen akan mengendap dan mengikat
butiran sedimen yang lain.
3. Rekristalisasi – Tahap ini merupakan proses pengkristalan ulang suatu
mineral. Mineral tersebut diperoleh dari proses pelarutan material sedimen
sebelum maupun sesudah diagenesa.
4. Autigenesis – Pada tahap autigenesis akan dibentuk mineral yang
merupakan partikel baru pada suatu sedimen. Mineral tersebut berupa
silika, karbonat, gypsum, klorita dan lain sebagaimya.
5. Metasomatisme – Tahap yang terakhir adalah metasomatisme, yakni
bergantinya material sedimen tanpa disertai penurunan volume material
asalnya.

Contoh Batuan Sedimen Klastik


Terdapat banyak contoh batuan sedimen klastik baik yang berukuran besar
maupun berukuran kecil. Berikut adalah contoh dari batuan sedimen klastik
beserta penjelasannya.

28
 Konglomerat

Contoh batuan sedimen klastik yang pertama adalah batu konglomerat. Batu ini
memiliki struktur butiran yang kasar dengan ukuran fragmen berkisar antara 2 –
256 mm. Bantuk fragmen konglomerat yaitu kebulat- bulatan. Bentuk tersebut
merupakan akibat dari adanya proses transport pada mineral- mineral
penyususnnya. Konglomerat tersusun dari beberapa mineral seperti granit, rijang,
kuarsa dan lain- lain. Mineral- mineral penyusun konglomerat tersebut bisa saja
hanya sejenis, dan bisa juga campuran.

 Breksi

Contoh batuan sedimen klastik yang kedua yaitu batu breksi. Butiran pada batu
breksi bersifat coarse. Hal tersebut karena mineral- mineral penyusunnya terdiri
dari kuarsa, kuarsit, granit, rijang dan batu gamping. Ukuran fragmen breksi
hampir sama dengan ukuran fragmen konglomerat, yakni dikelompokkan dalam
ukuran batu kasar. Hanya saja, fragmen breksi berbentuk runcing dan memiliki
sudut, sedangkan konglomerat berbentuk bulat. Fragmen breksi berasal dari
akumulasi fragmen yang terkumpul dan mengendap pada dasar lereng. Fragmen
tersebut juga bisa diperoleh dari hasil material longsoran yang mengalami
litifikasi.

 Batu pasir

Contoh yang ketiga yakni batu pasir yang juga disebut dengan
istilah standstone. Batu pasir termasuk batu dengan ukuran butiran kecil, yakni
ukuran matriksnya hanya berkisar antara 0,1 – 2 mm. Komposisi batu pasir
bermacam- macam. Ada yang tersusun dari bijih besi, pecahan batu sabak, klorit,
riolit dan batu basal. Ada juga yang tersusun dari mineral kuarsa dan feldspar
yang keberadaannya mudah ditemui di lapisan kulit bumi.

 Batu serpih

Contoh keempat adalah batu serpih atau shale. Seperti halnya batu pasir, batu
serpih juga mempunyai ukuran butiran yang kecil (matriks) bahkan sangat halus.

29
Begitu halusnya hingga mineral penyusunnya sulit untuk diteliti. Meski demikian,
para ahli dapat mengidentifikasi beberapa mineral yang ada pada batu serpih,
diantaranya adalah kaolit, smektit, illite, oksida besi, karbonat, kuarsa, sulfida dan
bahan organik. Bahan organik yang menyusun batu serpih mempengaruhi warna
batu tersebut. Batu serpih yang mengandung bahan organik akan berwarna gelap
yakni dari abu- abu hingga hitam. Selain itu, batu serpih juga ada yang berwarna
terang seperti merah dan kuning. Warna cerah tersebut dikarenakan batu serpih
terbentuk di tempat yang banyak mengandung oksigen.

 Batu lempung

Contoh batu sedimen klastik yang terakhir dalam pembahasan ini adalah batu
lempung. Batu ini tersusun dari mineral silika, alumina, kaolin, vermikulit, haloisit
dan lain- lain. Ukuran mineralnya juga sangat kecil seperti batu serpih, yakni
kurang dari 2 mm. Terdapat dua jenis batu lempung yakni lempung residu dan
lempung letakan. Batu lempung banyak dimanfaatkan untuk pembuatan keramik,
gerabah, genteng dan juga sebagai bahan baku pembuatan semen portland.

2.3.2 Batuan Sedimen Non Klastik


Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
reaksi kimia atau hasil kegiatan organisme, dan tidak mengalami proses
transportasi, sehingga pengendapan nya secara insitu. Batuan sedimen nonklastik
disebut monomineralik karbonat artinya hanya memiliki 1 kandungan mineral.

Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang
larut dalam air (terutama air laut). Material ini terendapkan karena proses
kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan
bantuan proses biologi. Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat

30
rumit, dan sulit untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia,
atau proses biologi (yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung).

Tekstur pada batuan sedimen dibedakan menjadi :

1. Kristalin : terdri dari kristal-kristal yang interlocking. Dalam penamaannya


digunakan ukuran besar butir, dari butir yang sangat halus sampai dengan
butir yang kasar (0,004 – 2 mm).
2. Amorf : terdiri dari mineral-mineral yang tidak membentuk kristal-kristal.

Macam-macam struktur batuan sedimen non-klastik :

1. Fossiliferous : struktur yang menunjukan adanya fosil

Gambar 6. Struktur Fossiliferous

2. Bioherm : tersusun oleh organismen murni insitu, yaitu organisme yang


sudah mati dan terfosilkan ditempat yang sama.
3. Biostorm : seperti bioherm, namun bersifat klastik
4. Goode : berupa rongga-rongga yang terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh
ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat berupa kalsit atau kuarsa, dan
biasanya terdapat di batugamping
5. Stylolit : kenampakan bergerigi sebagai hasil pelarutan, pada batu gamping.

31
Jenis batuan sedimen non-klastik :

1. Batuan Sedimen Evaporit


Batuan in terbentuk dari hasil penguapan air laut. Dimana akan terjadi
penghabluran bahan kimia jika hampir semua kandungan air menjadi uap.
Proses ini membentuk batuan garam halite (NaCl), gypsum (CaSO4.2H2O),
dan batuan travertine yang umumnya terbentuk dalam gua batugamping
dan kawasan airpanas (hotspring). Pada proses penguapan dibutuhkan
sinar matahari yang cukup lama.

Gambar 7. Travertine

2. Batuan Sedimen Karbonat


Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi lebih dari 50%
mengandung miineral-mineral atau garam karbonat. Batuan ini terbentuk
dari hasil proses kimiawi, dan juga proses biokimia. Kelompok batuan
karbonat antara lain adalah batugamping dan dolomit. Mineral utama
pembentuk batuan karbonat adalah: Kalsit (CaCO3) dan Dolomit
(CaMg(CO3)2). Contoh :
 Batugamping terumbu
 Batugamping berfosil
 Coquina (cangkang fosil yang tersemen)

32
 Batugampin kristalin, dsb.

Gambar 8. Batugamping Terumbu Gambar 9. Batu Coquina

3. Batuan Organik
Endapan organik terdiri daripada kumpulan material organik yang akhirnya
mengeras menjadi batu. Contohnya batubara. Serpihan daun dan batang
tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan
lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan
termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon
batubara. Contoh Batuan Sedimen Non-Klastik
 Rijang ( Chert )

Gambar 10. Rijang (Chert)

33
 Batubara

Gambar 11. Jenis Batubara

3.4 Batuan metamorf


Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang langsung ada di dunia ini.
Untuk berubah menjadi batuan metamorf, diperlukan beberapa proses. Proses
terjadinya batuan metamor ini berasal dari batuan yang sudah ada sebelumnya,
yakni protolith. Protolith atau batuan asal yang dikenai panas lebih dari 150
derajat celcius dan juga tekanan yang ekstrem akan mengalami perubahan fisika
atau perubahan kimia yang besar. Batuan protolith ini banyak sekali jenisnya.
Yang termasuk ke dalam batuan protolith ini adalah batuan beku, batuan
sedimen, atau bisa juga batuan metamorf lainnya yang usianya lebih tua seperti
batu Gneis, batu sabak, batu marmer, dan juga batu skist.

Jenis- jenis Batuan Metamorf

1. Batuan metamorf kontak

Jenis batuan metamorf yang pertama akan kita bahas adalah jenis batuan
metamorf kontak. Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf

34
yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi
atau sebagai akibat dari adanya aktivitas magma. Ada yang menyatakan pula
bahwa batuan metamorf kontak ini adalah batuan yang terbentuk karena adanya
pengaruh intrusi magma pada suhu yang sangat tinggi. Adanya suhu yang sangat
tinggi yang berasal dari aktivitas magma ini menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk maupun perubahan warna batuan. Suhu yang tinggi ini juga karena
letaknya dekat dengan magma. Contoh dari batuan metamorf kontak ini adalah
batu kapur atau gamping menjadi batu marmer, kemudian batuan batolit, batuan
lakolit, dan juga batuan sill. Satu hal yang perlu kita ketahui tentang batuan jenis
ini, yakni batuan jenis ini dipengaruhi oleh letak instrusinya, dimana semakin jauh
letaknya dari intrusinya maka derajat metamorfosisnya akan semakin berkurang.

2. Batuan metamorf dinamo

Jenis batuan metamorf yang kedua adalah batuan metamorf dinamo. Batuan
metamorf dinamo merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfose sebagai
akibat adanya tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga endogen dalam waktu
yang lama, serta dihasilkan dalam proses pembentukan kulit bumi karena adanya
tenaga endogen. Batuan metamorf dinamo ini biasanya terjadi atau ada di bagian
atas kerak bumi. Adanya tekanan dengan arah berlawanan mengekibatkan
terjadinya perubahan butiran- butiran mineral ada yang berbentuk pipih dan ada
pula yang kembali menjadi bentuk kristal. Beberapa jenis batuan metamorf ini
berubah menjadi batuan hablur. Contohnya adalah batuan serbuk dan juga
serpih. Contoh lain dari batuan metamorf dinamo ialah batu lumpur atau mud
stone menjadi batu tulis atau slate. Batuan jenis ini banyak dijumpai di daerah-
daerah patahan ataupun lipatan.

3. Batuan metamorf kontak pneumatolistis

Jenis dari batuan metamorf selanjutnya adalah batuan metamorf kontak


pneumatolistis. Jenis batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses
metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh dari gas- gas yang ada pada
magma. Pengaruh dari gas yang panas ini menyebabkan perubahan komposisi
kimiawi mineral dari batuan ini. Contoh dari batuan metamorf kontak

35
pneumatolistis ialah batu kuarsa dengan gas borium berubah menjadi turmalin
atau sejenis batu permata. Contoh lain dari jenis batu ini yaitu batu kuarsa
dengan gas florium dan berumah menjadi topas.

Jenis jenis Metamorfosa Batu Metamorf


Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang mengalami proses metamormofis
atau metamorfosa. Proses metamorfosis batuan sendiri terdiri dari tiga macam,
yakni metamorfosis termal, metamorfosis dinamo, dan juga metamorfosis,
regional.

1. Metamorfosis Termal

Metamorfosis termal ini juga disebut dengan metamorfosis sentuh, dimana


metamorfosis jenis ini merupakan metamorfosis yang terjadi saat batu- batuan
mengalami sentuhan oleh magma panas di sekitar dapur magma atau tubuh
batuan intrusive. Contoh dari metamorfosis termal atau sentuh ini adalah batu
gamping yang berubah menjadi batu marmer.

2. Metamorfosis Dinamo

Jenis dari metamorfosis yang selanjutnya adalah metamorfosis dinamo atau


yang juga sering disebut dengan metamorfosis tekanan. Metamorfosis jenis ini
merupakan metamorfosis yang terjadi dimana ada batuan yang terkena tekanan
yang berasal dari peristiwa tetonik (pada kulit bumi hanya terjadi di bagian atas)
sehingga akan mengalami metamorfosis. Contoh dari metamorfosis jenis ini
adalah pada bidang patahan akan terbentuk sebuah cermin gesekan atau tepung
milonit.

3. Metamorfosis Regional

Jenis metamorfosis selanjutnya adalah metamorfosis regional. Metamorfisi


regional juga dikenal dengan nama metamorfosis dinamik. Metamorfosis regional
merupakan metamorfosis yang mengenai daerah sangat luas yang terjadi di
bagian bawah kerak bumi akibat dari tekanan seluruh terbentuk yakni skis, mika,
filit, dan gneiss. Batuan dapat mengalami metamorfosis hanya dengan atau

36
apabila berada di kedalaman besar di bawah permukaan bumi, mengalami suhu
yang tinggi, dan juga mengalami tekanan yang besar yang disebabkan oleh berat
yang sangat besar dari lapisan- lapisan batuan yang berada di atasnya dan akan
mengganggu struktur bumi. Metamorfosis regional ini cenderung membuat
batuan menjadi lebih keras, dan pada saat yang bersamaan menyebabkan
terbentuknya tekstur foliasi, skistos, atau gneiss yang etrdiri dari susunan palanar
mineral. Sehingga memnyebakan mineral- mineral lempeng atau prismatik seperti
halnya mika dan hornblende memiliki sumbu- sumbu terpanjang yang bentuknya
sejajar satu sama lain. Ciri utaman dari batuan metamorf yang mengalami
metamorfosis jenis ini adalah adanya warna yang mengkilat dan juga tidak
berfosil.

4. Metamorfosis Kataklastik

Selanjutnya ada jenis metamorfosis kataklastik. Metamorfosis kataklastik ini


terjadi sebagai akibat drai deformasi mekanis, seperti contoh ketika dua tubuh
batuan bergeser melewati satu dengan lainnya sepanjang zona sesar. Gesekan
yang terjadi di sepanjang zona geser akan menghasilkan panas, dan batuan
terdeformasi secara mekanik. Batuan tersebut kemudian hancur dan tertumbuk
akibat pergeseran tersebut. Metamorfosis jenis ini tidak umum terjadi terbatas
zona sempit dimana sesar mendatar akan terjadi.

5. Metamorfosis Hidrotermal

Selanjutnya ada metamorfosis hidrotermal. Metamorfosis hidrotermal terjadi


ketika ada batuan yang terubah pada suhu tinggi dan tekanan sedang akibat
cairan hidrotermal. Hal tesebut berarti bahwa batuan tersebut sedang mengalami
metamorfosis hidritermal. Hal ini biasa terjadi dalam tbatuan basaltik yang pada
umumnya kekurangan mineral- mineral hidrat. Metamorfosis hidrotermal ini
menyebabkan alterasi menjadi mineral- mineral hidray yang kaya akan Mg – Fe
seperti talk, klorit, serpenting, aktinolit, tremolit, zeolit, dan juga mineral lempung
endapan kaya bijih juga seringkali terbentuk sebagai akibat dari metamorfosis
hidrotermal.

37
6. Metamorfosis Tindihan

Selanjutnya ada jenis metamorfosis lagi yakni metamorfosis


tindihan.metamorfosis tindihan akan terjadi ketika batuan sedimen terkubur
hingga kedalaman beberapa ratus meter, dan suhu yang lebih besar dari 300
derajat celcius dapat berkembang dengan tanpa adanya stres diferensial. Mineral
baru tumbuh, namun batuan tidak tampak sedag bermetamorfosis, mineral
utama yang biasanya dihasilkan dari proses ini adalah zeolit. Metamorfosis
tindihan ini merupakan metamorfosis tindihan tumpang tindih dengan diagnesis
sampai denganbatas tertentu. dan metamorfosis inilah yang dapat berubah
menjadi metamorfosis regional seiring dengan meningkatnya suhu dan juga
tekanan.

Proses metamorfosis yang terjadi pada batu ini terjadi karena alami dan
tejadi karena proses alam. Proses metamorfosis yang terjadi pada batuan ini
tejadi karena proses alam yang melibatkan elemen- elemen tertentu seperti air,
angin, suhu udara, cahaya matahari, dan lain sebagainya. Semua yang terlibat di
dalam proses metamorfosin batu ini merupakan bahan- bahan alami atau yang
dapat ditemukan dalam alam dan tidak dapat dibuat oleh manusia. Proses
metamorfosis sendiri membutuhkan waktu yang tidak sebenta. Untuk dapat
berubah menjadi batu yang bagus dan batu yang sempurna, proses metamorfosis
sendiri memerlukan keadaan yang mendukung, termasuk juga keadaan
lingkungan sekitar dan juga waktu yang menunjang. Waktu yang dibutuhkan pun
ada yang tergolong lama dan bahkan tergolong sangat lama. Tanpa
sepengetahuan manusia, batu- batu tersebut sudah ada dan kita senidiri tidak
menyadarinya. Inilah yang dinamakan oleh proses alam.

38
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dan penulisan laporan ini, maka disimpulkan


bahwa:

 Bumi ini tersusun oleh material – material batuan yang terdiri dari batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
 Batuan beku merupakan batuan hasil pembekuan magma yang sudah
mendingin, baik yang pembekuannya di dalam kerak bumi maupun di luar.
 Batuan sedimen merupakan hasil litifikasi dari batuan baik itu batuan beku,
batuan sedimen, betuan metamorf yang tertrasport dengan medianya
berupa air, angin, dan es dan diendapkan di laut.
 Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat suhu dan tekanan.

3.2 Saran

Saran dari penulis untuk praktikum ini yaitu sebaiknya sebelum mahasiswa
memulai praktikum harus terlebih dahulu mengerti apa itu petrologi. Sehingga
hasil yang diperoleh memuaskan dan tidak mengambang.

Selain itu dengan adanya alat-alat laboratorium yang lengkap dan sample-
sampel yang banyak, sehingga praktikum ini dapat memberi pengetahuan yang
mendalam tentang batuan sehingga memudahkan dalam penamaannya.

39
DAFTAR PUSTAKA

https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-beku

https://jagad.id/batuan-beku/

https://www.academia.edu/27214132/LAPORAN_PRAKTIKUM_PETROLOGI

http://cithorues.blogspot.com/2014/04/laporan-praktikum-petrologi.html

https://jagad.id/batuan-metamorf/

https://www.geologinesia.com/2017/08/macam-macam-jenis-batuan-

metamorf-dan-contohnya.html

https://dedisasmito.wordpress.com/bahan-ajar-2/litosfer/batuan-beku-2/

https://jagad.id/batuan-sedimen/

https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-sedimen

http://geosjepara.blogspot.com/2014/02/batuan-piroklastik.html

https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-piroklastik

40

Anda mungkin juga menyukai