Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan
kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan:
beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa
Yunani petra, yang berarti batu. Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan
tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari
batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan
plutonik. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikelpartikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf
(batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau
beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi
ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya). Petrologi memanfaatkan bidang klasik
mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisa kimia untuk menggambarkan
komposisi dan tekstur batuan.
Batuan adalah bagian dari kerak bumi sebagai agregat mineral-mineral yang
membangun bumi. Pengetahuan tentang batuan sangat penting dalam mempelajari
cabang-cabang geologi yang lain.
Kerak bumi bersifat dinamis dan merupakan tempat berlangsungnya proses
pembentukan batuan. Karena sifatnya yang dinamis tersebutlah banyak proses-proses
lain yang mempengaruhi batuan tersebut sehingga suatu batuan dapat berubah menjadi
batuan lain atau merupakan suatu siklus yang berkesinambungan yang prosesnya masih
berlangsung hingga sampai saat ini.

I.2 Maksud dan Tujuan


I.2.1 Maksud
Petrologi merupakan suatu ilmu pengetahuan geologi, diberikan kepada
praktikan dengan maksud praktikan dapat gambaran tentang proses-proses pembatuan
yang terjadi di dalam maupun dipermukaan bumi.

I.2.2 Tujuan
Adapun tujuan mengikuti praktikum petrologi ini adalah, antara lain :
Dapat mengenal berbagai jenis batuan.
Mengetahui tekstur dan struktur dari suatu batuan.
Mengetahui komposisi mineral yang terkandung dalam suatu batuan, serta dapat
mendeskripsikan mineral-mineral yang terkandung tersebut.
Mengetahui nama batuannya dan dapat menafsirkan genesanya.

BAB II
BATUAN BEKU

2.1. Jenis Batuan Beku


Batuan beku adalah merupakan kumpulan mineral-mineral silikat dari hasil
penghabluran magma yang mendingin. (W.T. Huang, 1962). Penggolongan batuan beku
dapat didasarkan kepada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan,
berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineralnya.
Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat terjadinya dari batuan beku dapat
dibagi atas batuan ekstrusi, batuan intrusi dan batuan beku korok (gang).

2.1.1. Jenis Batuan Beku Berdasarkan Tempat Terjadinya

A. Batuan Beku Ekstrusi


Batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi
baik di daratan maupun di bawah permukaan laut material ini mendingin dengan cepat,
ada yang berbentuk padat atau suatu larutan yang kental dan panas yang disebut lava.
Magma yang mencapai permukaan bumi melalui rekahan atau lubang kepundan
gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan beku
luar.
Keluarnya magma dipermukaan bumi melalui rekahan dinamakan erupsi linear (fissure
eruption), pada umumnya magma basaltic yang vikositasnya rendah, sehingga dapat
mengalir disekitar rekahan, menjadi hamparan lava basalt. Sedangkan yang keluar
melalui lubang kepundan dinamakan erupsi sentral.
Magma dapat mengalir melalui lereng, sebagai aliran lava atau tersembur ke atas
bersama gas-gas sebagai piroklastik, atau rempah gunung api. Lava terdapat dalam
berbagai bentuk dan jenis tergantung dari komposisi magmagnya dan tempat atau
lingkungannya dimana pembekuan terjadi, apabila membeku dalam permukaan air
terbentuklah lava bantal (pillow lava), sesuai dengan namanya bentuknya mirip dengan
bantal.
3

B. Batuan Beku Intrusif


Batuan intrusi adalah batuan hasil pendinginan magma yang menerobos
kepermukaan bumi, berbeda dengan kegiatan batuan ekstrusi pendinginannya sangat
lamban (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan munculnya kristal yang besar dan
sempurna menjadi tubuh batuan intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai
bentuk dan ukuran yang beragam, karena magma dapat menguak batuan di sekitarnya
atau menerobos melalui rekahan.
Tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri
adalah :
Bentuk yang tidak beraturan pada umunya berbentuk diskordan dan biasanya
memiliki bentuk yang jelas di permukaan (batholit dan stock).
Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda yaitu yang mempunyai
bentuk diskordan (dike) dan yang berbentuk konkordan (silt dan lakolit).
Tipe ketiga dari tubuh intrusi relatif memiliki tubuh yang kecil. Bentuk khas dari grup
ini adalah intrusi silinder atau pipa, sebagian besar sisa dari korok gunung api (vulcanik
neck).
Assimilasi
Evolusi magma dapat juga dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dengan batuan sekitarnya
(Wall Rock). Jika magma yang menerobos kepermukaan yang temperature
temperaturnya lebih tinggi daripada batuan sekitarnya sehhingga akan mempengaruhi
komposisi magma tersebut, sering terjadi terutama pada magma plutonik karena
letaknya yang jauh dari permukaan bumi.
Proses Pencampuran
Proses Pencampuran terjadi antara dua batuan yang terbentuknya ditempat yang
berbeda, seperti batuan vulkanik dan batuan intrusi dangkal dapatjuga dihasilkan dari
campuran sebagian kristalisasi, yaitu kristalisasi magma. Contohnya adalah batuan
Basalt, Andesit, dan Rhyolit di kolorado dihasilkan dari pergantian erupsi yang cepat
dari suatu lubang erupsi.
Pembekuan magma
Mineral-mineral yang pertama terbentuk dari magma biasanya mineral yang anhydrous,
pada temperatur tinggi yang hanya mengandung sedikit bahan-bahan atau unsure
volatile. Mineral-mineral semacam ini disebut minera-mineral pyrogenetik. Setelah
pembentukan mineral-mineral tersebut maka sisa magma akan relatif kaya akan bahan4

bahan volatile dan selanjutnya terbentuklah hidroksil. Mineral seperti amphibol dan
mika yang disebut hydratogenetik.

C. Batuan Beku Korok.


Batuan beku korok terbentuk karena proses penyusupan magma pada celahcelah litosfer bagian atas dan kemudian membeku. Oleh karenanya, posisi batuan beku
korok biasanya dekat dengan permukaan bumi. Batuan beku jenis ini juga mengkristal.
Beberapa contoh batuan beku korok antara lain porfir granit, porfir diorit, dan ordinit.

2.1.2. Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineral


Secara garis besar mineral pembentuk batuan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu
mineral utama, mineral skunder dan mineral tambahan.
A. Mineral Utama
Mineral-mineral utama penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk
batuan, terutama mineral golongan silikat. Golongan mineral yang berwarna tua/gelap
disebut mineral mafik yang kaya akan unsur Mg dan Fe. Sedangkan golongan mineral
yang berwarna muda/terang disebut mineral felsik yang miskin akan unsur Mg dan Fe.
Beberapa mineral hitam yang sering dijumpai adalah olivin, augit, hornblende dan
biotit. Sedangkan mineral putih yang sering dijumpai adalah plagioklas, k-feldspar,
muskovit, kuarsa dan leusit.
Mineral-mineral mafik berwarna gelap hitam. Misalnya olovin, piroksin amphibol,
biotit. Sedangkan mineral-mineral felsik berwarna cerah misalnya plagioklas, kfeldspar, muskovit, kuarsa, felspatoit. Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari
kristalisasi magma, dan kehadirannya sangat menentukan dalam penamaan batuan
Berdasarkan warna dan densitas dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Mineral Felsik (mineral bewarna terang dengan densitas rata-rata 2,5-2,7) yaitu :
Kuarsa (SiO2)
Kelompok feldspar,terdiri dari seri feldspar alkali (Kna) AlSi3O8 dan seri plagioklas,
anorthoklas, adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit, oligoklas, andesit,
labradoriot, bitownit dan labradorit.
5

2. Mineral mafik (mineral eromagnesia dengan warna gelap dan densitas rata- rata 3,03,6) yaitu :
Kelompok olivine terdiri dari fayalite dan forsterite.
Kelompok piroksen terdiri dari enstatit, hiperstein, augite, pigeonit, diopsid.
Kelompok mika terdiri dari biotit muscovite plogopite.
Kelompok ampibol terdiri dari anthofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit, tremolit,
aktinolit, gluacofan.
B. Mineral Sekunder
Mineral skunder adalah mineral-mineral yang dibentuk kemudian dari mineralmineral utama oleh proses pelapukan, sirkulasi air atau larutan dan metamorfosa.
Suatu contoh yang baik adalah mineral klorit yang biasanya terbentuk dari mineral
biotit oleh proses pelapukan. Mineral ini terdapat pada batuan-batuan yang telah lapuk
dan batuan sedimen dan juga pada batuan metamorf.
C. Mineral Tambahan
Mineral tambahan adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi
magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit sekali. Umumnya kurang dari 5% sehingga
kehadiran atau ketidakhadirannya tidak mempengaruhi sifat dan penamaan dari batuan
tersebut.
Contohnya adalah mineral magnetit, suatu oksidabesi yang berwarna hitam mempunyai
sifat magnetit kuat dan terdapat dalam jumlah yang sedikit dalam batuan beku. Mineralmineral tambahan dari batuan beku adalah zircon, sphen, magnetit, ilmenit, hematite,
apatit, pyriot, rutil, corundum dan garnet.

2.1.3. Batuan Beku Berdasarkan Kimiawi


Klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawinya dapa dilihat dari kandungan
SiO2-nya. Maka batuan beku dapat diklasifikasikan atas
A. Batuan Beku Asam
Batuan beku diklasifikasikan sebagai batuan beku asam apabila batuan beku
tersebut memiliki kandungan SiO2 lebih besar dari 66 % (> 66 %). Batuan beku asam
6

tersusun atas mineral kwarsa, orthoklast, palgioklast Na, terkadang terdapat biotit,
muskovit dalam jumlah yang sangat kecil. Batuan beku asam umumnya akan berwarna
cerah apabila kelimpahan mineral kwarsa dan orthoklast di dalam batuannya. Contoh
dari batuan ini adalah granite, riolite, granudiorite.
B. Batuan Beku Intermedier
Batuan beku intermedier mengandung SiO2 antara 52 % - 60 %, terutama
tersusun oleh mineral plagioklast, hornblende, dan kwarsa. Sedangkan biotit dan
orthoklast dalam jumlah kecil. Warna dari batuan ini juga masih cerah, tetapi tidak
secerah dari batuan beku asam. Contohnya adalah andesit, diorite, seanite.

C. Batuan Beku Basa


Batuan beku basa mengandunu 45 % - 52 % SiO2. batuan ini tersusun dari
magma asal yang bersifat basa. Warna dari batuan beku ini akan terlihat lebih gelap,
karena mineral-mineral mafik sudah sangat jarang terbentuk pada batuan golongan ini.
Batuan beku basa terdiri dari mineral-mineral seperti olivine, plagioklast Ca, dan
hornblende. Contoh batuannya adalah gabro, basalt, dan diabas.

D. Batuan Beku Ultrabasa


Pada batuan ini kandungan SiO2 lebih kecil dari 45 % (< 45 %). Warna batuan
ini gelap, lebih gelap dari batu beku basa. Batuan ini tersusun oleh mineral-mineral
olivine, piroksine, serpentine. Hanya satu atau dua macam mineral saja yang hadir pada
suatu batuan. Mineral lain yang mungkin hadir adalah plagioklast Ca dalam jumlah
yang kecil. Contoh batuannya adalah dunit, piroksinite, peridotite, serpentinite.

2.2 Struktur Batuan Beku


Struktur merupakan tekstur dalam skala besar yang hanya dapat dilihatjelas
dilapakan. Seperti struktur aliran lava yang dibedakan atas pillow lava, ropy, blocky
lava maupun sheeting joint dan columnar joint.
Macam-macam struktur batuan beku menurut Russel B. Travis (1995) meliputi :

1. Masif
Struktur dari batuan beku apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas
atau tidak adanya menunjukkan fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
2. Pillow Lava atau Lava Bantal
Merupakan struktur khas pada batuan vulkanik bawah laut membentuk struktur seperti
bantal.
3. Vesikuler
Merupakan struktur yang ditandai dengan adanya lubang-lubang dengan arah yang
teratur. Lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung.
4. Skoria
Seperti vesikuler tetapi tidak menunjukkan arah yang teratur.
5. Amiqdoloidal
Struktur dimana lubang-lubang keluarnya gas terisi oleh mineral-mineral skunder
seperti zeolit, karbonat dan bermacam silica.
6. Zenolit
Struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam
dalam batuan beku.

2.3. Tekstur Batuan Beku


Tekstur adalah kenampakan atau cirri batuan yang berkaitan dengan hubungan
antara komponen batuan baik yang kristalin maupun yang nonkristalin dan dapat
mencerminkan cara terdapatnya ataupun cara pembentukan batuan. Hal tersebut
dikarenakan tekstur batuan beku menunjukkan derajat kristalisasi, ukuran butir atau
granularitas dan fabrik (kemas).
2.3.1. Derajat Kristalisasi (Degree of crystallinity)
Mencerminkan proporsi antara komponen kristalin dengan yang non-kristalin
(amorf), dapat dibedakan atas :
Holokristalin, bila batuan disusun oleh seluruhnya Kristal
Hipokristalin/merokristalin/mesokristalin, bila batuan disusun oleh
sebagian Kristal dan sebagian gelas
Holohialin/hipohialiln/mesohialin, bila batuan seluruhnya disusun oleh gelas.
8

2.3.2. Ukuran Butir (Granularitas)


Ukuran butir batuan beku dibedakan atas :
A. Fanerik, bila batuan mempunyai ukuran butir kasar, dibedakan atas :
Fanerik sangat kasar, bila diameter berukuran > 3 cm
Fanerik kasar, bila diameter berukuran 5 mm 3 cm
Fanerik sedang, bila diameter berukuran 1 mm 5 mm
Fanerik halus, bila diameter berukuran < 1 mm
B. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan mata
telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dibedakan
menjadi tiga yaitu :
- Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan
mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 0,01 mm.
- Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati
meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

2.3.3. Fabrik (kemas)


Merupakan tekstur yang memperlihatkan hubungan geometri antara bentuk dan
(peroporsi) butir-butir penyusun batuan. Secara individu bentuk butir mineral
dibedakan atas:
Euhedral, bila mineral dibatasi oleh bidang/bentuk kristal yang sempurna.
Subhedral, bila mineral dibatasi oleh sebagian bidang/bentuk kristalnya.
Anhedral, bila mineral tidak dibatasi oleh bidang/bentuk kristalnya.
Sedangkan fabrik (kemas) dibedakan atas :
A. Equigranular, bila batuan disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatip seragam,
dibedakan atas :
Panidiomorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk euhedral dan
ukuran butir relatip seragam
9

Hipidiomorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk sub-hedral
dan ukuran butir relatip seragam
Allotriomorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk anhedral
dan ukuran butir relatip seragam.
B. Inequigranular, bila mineral disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatip tidak
seragam, seperti :
Porfiritik, bila kristal/mineral yang berukuran besar (fenokris) tertanam dalam massa
dasar (matrix) kristal-kristal yang berukuran lebih kecil
Vitroferi, seperti tekstur porfiritik tetapi masa dasarnya berupa gelas
Grafik, tekstur yang umum pada batuan granitis dimana kwarsa tumbuh bersama kfeldspar
Ofitik, tekstur dimana mineral besar diinklusi oleh mineral yang berukuran lebih kecil
Diabasik, tekstur yang khas pada batuan diabasik dimana fenokris plagioklas hadir
secara radial.

2.3.4. Hubungan Antar Kristal ( Relasi)


Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan
antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. hubungan
antar kritak dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut :
- Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan
berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular
dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak
sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau
matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
10

2.4. Sepuluh Deskripsi Batuan Beku

BATUAN BEKU ASAM

Warna batuan
Struktur

: coklat keabu-abuan,bercorak hijau


: Massive

Tekstur
a. Derajat kristalisasi : holocrystalin
b. Ukuran kristal

: afaneritik

c. Bentuk kristal

: euhedral

d. ukuran butir

: inequigranular

Komposisi Mineral
a. M primer
b. M skunder
c. aksesor
Rumus kimia mineral

: feldspar kalium
: kwarsa
: mineral mafic
: feldspar(KALSi3O8) kwarsa ( SiO2) Kalium(K)

Genesa

: magma yang membeku di dalam perut bumi

Nama Batuan

: Batu Granit profiri

Warna batuan

: putih keabu-abuan berbintik hitam

Struktur

: massive
11

Tekstur
a. Derajat kristalisasi

: holokristalin

b. Ukuran kristal

: faneritik

c. Bentuk kristal

: euhedral

d. ukuran butir

: equigranular

Komposisi Mineral

: plagioklas,kwarsa

Rumus kimia mineral

: (NA,CA) (Si,Al)

Genesa

: batuan beku dalam

Nama Batuan

: Granodiorit

Warna batuan

: coklat kehitaman bercorak putih

Struktur

: massive

Tekstur
a. Derajat kristalisasi

: holokrisrtalin

b. Ukuran kristal

: faneritik

c. Bentuk kristal

: euhedral

d. ukuran butir

: equigranular

Komposisi Mineral

: ortoklas

Rumus kimia mineral

: KLSi308

Genesa

: batuan beku dalam

Nama Batuan

: Sienit

12

warna batuan

: abu-abu

Struktur

: massive

Tekstur
a. Derajat kristalisasi

: holokristalin

b. Ukuran kristal

: forpiritik

c. Bentuk kristal

: subhedral

d. ukuran butir

: inequigranular

Komposisi Mineral

: kwarsa,sanidin

Rumus kimia mineral

: SiO2

Genesa

: batuan beku dalam

Nama Batuan

: Aplit

warna batuan

: putih bintik hitam

Struktur

: massive

Tekstur
a. Derajat kristalisasi

: holokristalin

b. Ukuran kristal

: porfiritik

c. Bentuk kristal

: anhedral

d. ukuran butir

: equigranular

Komposisi Mineral

kwarsa,orthoklas,plagioklas,biotit,hornblende
Rumus kimia mineral

Genesa

: intrusif
13

Nama Batuan

: Granit

warna batuan
warna

: cream keabu-abuan

Struktur

: masif

Tekstur
a. Derajat kristalisasi

: holokristalin

b. Ukuran kristal

: fenerik

c. Bentuk kristal

: anhedral

d. ukuran butir

: sangat kasar

Komposisi Mineral

: kuarsa,biotit

Rumus kimia mineral

: CaCO3

Genesa

: Intrusif

Nama Batuan

: pegmatite

BATUAN BEKU INTERMEDIET

warna batuan

: putih bercorak hitam keabuan

Struktur

: massive
14

Tekstur
a. Derajat kristalisasi

: holokristalin

b. Ukuran kristal

: fanerik sedang

c. Bentuk kristal

: euhedral

d. ukuran butir

: equigranular

Komposisi Mineral

plagioklas,orthoklas,hornblende,piroksen,
Kwarsa,biotit.
Rumus kimia mineral

: K(Mg,Fe) 3 ALSi 3 O 10(F,OH)

Genesa
yang

: Batuan hasil terobosan batuan beku


terbentuk dari hasil peleburan lantai samudera yang bersifat mafic pada suatu

zona subduksi.
Nama Batuan

: Diorit

BATUAN BEKU BASA

warna batuan

: cream keabu-abuan

Struktur

: massiv

Tekstur
a. Derajat kristalisasi

: holokristalin

b. Ukuran kristal

: afanitik

c. Bentuk kristal

d. ukuran butir

: sedang

Komposisi Mineral

: piroksen,olivin

Rumus kimia mineral

: SiO4 XY(Si,Al)2O6

Genesa

: Intrusif

Nama Batuan

: Diabase

15

BATUAN BEKU ULTRA BASA

warna batuan

: coklat keabuan

Struktur

: massive

Tekstur
a. Derajat kristalisasi

: holokristalin

b. Ukuran kristal

: faneritik

c. Bentuk kristal

: anhedral

d. ukuran butir

: equigranular

Komposisi Mineral
Rumus kimia mineral

: piroksen olivin
:

Genesa

: batuan beku dalam(basa)

Nama Batuan

: Dunit

warna batuan

: abu-abu kehitaman

Struktur

: masif

Tekstur
a. Derajat kristalisasi

: holokristalin

b. Ukuran kristal

: fenerik

c. Bentuk kristal

: subhedral

d. ukuran butir

: hipidiomorphic granular

Komposisi Mineral

: amphibole,feldspar,quartz
16

Rumus kimia mineral

: FeCr2O4

Genesa

: Intrusif

Nama Batuan

: peridotite

BAB III
BATUAN SEDIMEN

3.1 Jenis Batuan Sedimen


Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku atau zat padat yang mengalami erosi
di tempat tertentu kemudian mengendap dan menjadi keras. Batuan sedimen biasanya
berlapis-lapis secara mendatar. Di antara batuan ini, seringkali ditemukan fosil-fosil.
Batuan sedimen dapat dibagi berdasarkan proses pembentukannya, yaitu sedimen
klastis, kimiawi, dan organik.
A. Batuan Sedimen Klastis.
Batuan sedimen klastis terbentuk karena pelapukan atau erosi pada pecahan
batuan atau mineral, sehingga batuan menjadi hancur atau pecah dan kemudian
mengendap di tempat tertentu dan menjadi keras. Susunan kimia dan warna batuan ini
biasanya sama dengan batuan asalnya. Contoh batuan sedimen klastis antara lain batu
konglomerat, batu breksi, dan batu pasir.
B. Batuan Sedimen Kimiawi
Batuan sedimen kimiawi terbentuk karena pengendapan melalui proses kimia pada
mineral-mineral tertentu. Misalnya, pada batu kapur yang larut oleh air kemudian
mengendap dan membentuk stalaktit dan stalagmit di gua kapur. Contoh batuan
sedimen kimiawi lainnya adalah garam.
C. Batuan Sedimen Organik.
Batuan sedimen organik atau batuan sedimen biogenik terbentuk karena adanya
sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pengendapan di tempat tertentu. Contohnya,
17

batu karang yang terbentuk dari terumbu karang yang mati dan fosfat yang terbentuk
dari kotoran kelelawar.

Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah
ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan
kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air,
angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat
longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri
dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan
kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai
hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3. Secara organik adalah pembentukan
sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan
rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau
terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Sanders (1981) dan Tucker (1991), membagi batuan sedimen menjadi :
1. Batuan sedimen detritus (klastika)
2. Batuan sedimen kimia
3. Batuan sedimen organik, dan
4. Batuan sedimen klastika gunungapi.
Batuan sedimen jenis ke empat itu adalah batuan sedimen bertekstur klastika dengan
bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi.
Graha (1987) membagi batuan sedimen menjadi 4 kelompok juga, yaitu :
1. Batuan sedimen detritus (klastika/mekanis)
18

2. Batuan sedimen batubara (organik/tumbuh-tumbuhan)


3. Batuan sedimen silika, dan
4. Batuan sedimen karbonat
Batuan sedimen jenis kedua pada umumnya bertekstur non-klastika. Tetapi batuan
sedimen jenis ketiga dan keempat dapat merupakan batuan sedimen klastika ataupun
batuan sedimen non-klastika.
Berdasar komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika (bertekstur klastika)
dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Batuan sedimen silisiklastika, adalah batuan sedimen klastika dengan mineral
penyusun utamanya adalah kuarsa dan felspar.
2. Batuan sedimen klastika gunungapi adalah batuan sedimen dengan material
penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi (kaca, kristal dan atau litik),
dan
3. Batuan sedimen klastika karbonat, atau batugamping klastika adalah batuan sedimen
klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah material karbonat (kalsit).

3.2 Struktur Batuan sedimen


3.2.1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses
sedimentasi dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti
perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan
bersusun,dan lain-lain. (Suhartono, 1996 : 47)
Struktur Primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika
batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur
primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu
batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.
Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung termasuk
19

lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang
mikro (micro-crosslamination), yaitu adanya kesan riak. (Mohamed, 2007).
A. Cross Bedding ( Perlapisan Silang )
Cross bedding merupakan struktur primer yang membentuk srutur penyilangan
suatu lapisan batuan terhadap lapisan batuan yang lainya, atau lapisan batuan yang
lebih muda memotong lapisan batuan yang lebih tua. Cross bedding didefinisikan oleh
Pettijohn (1972) sebagao struktur yang membatasi suatu unit sedimentasi dari jenis
yang lain dan dicirikan dengan perlapisan dalam atau laminasi disebut juga dengan
foreset bedding miring ke permukaan bidang akumulasi (deposisi).
B. Graded Bedding ( Perlapisan Bersusun )
Graded bedding merupakan struktur perlapisan sedimen yang menunjukan
perbedaan fragmen atau ukuran butir sedimen yang membentuk suatu lapisan batuan.
Perbedaan ini terbentuk karena adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi saat
terjadinya pengendapan pada sedimen tersebut. sedimen yang memiliki ukuran butir
lebih besar akan lebih dahulu mengendap dibandingkan dengan sedimen yang memiliki
ukuran lebih kecil sehingga struktur graded bending akan selalu menunjukan sturktur
perlapisan yang semakin keatas lapisan tersebut ukuran butir yang dijumpai akan
semakin keci.
B. Parallel Laminasi ( Perlapisan Sejajar )
Struktur primer lapisan sedimen yang sejajar. Seperti gambar di bawah ini.

20

D. Riple Mark ( Gelembur Gelombang )


Ripple mark merupakan struktur primer perlapisan sedimen yang menunjukan
adanya permukaan seperti ombak atau begelombang yang disebabkan adanya
pengikiran oleh kerja air, dan angin. Pada awalnya lapisan batuan sedimen tersebut
datar dan horizontal karena adanya pengaruh kerja air dan angin menyebabkan bagianbagian lemah terbawa air atau angin sehingg menyisahkan cekungan-cekungan yang
membentuk seperti gelombang.
3.2.2. Struktur Sedimen Sekunder
Adalah struktur sedimen yang terjadi akibat proses biogenik/organisme.
Fosil Jejak (Trace Fossils) :
1.

Tracks (jejak berupa tapak organisme)

2.

Trails (jejak berupa seretan bagian tubuh organisme)

3.

Burrows (lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme)

4.

Mold (cetakan bagian tubuh organisme)

5.

Cast (cetakan dari mold)

6.

Resting, Crawling and Grazing Traces Dwelling, Feeding and Escape Burrows.

3.3 Tekstur Batuan Sedimen


3.3.1. Tekstur Batuan Sedimen Klastik
Seperti diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non
klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah terjadi
rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur kristalin.
Batuan sedimen kristalin umum terjadi pada batugamping dan batuan sedimen kaya
silika yang sangat kompak dan keras.
A. fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.

Fragmen/ Grain : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir.

21

Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan
bersama-sama dengan fragmen.

Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan setelah fragmen
dan matrik. Semen umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi.

B. Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan
pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu
(Gambar 3.2):
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule(kerikil, f 2 mm). Bentuk butir
itu dapat disebutkan seperti halnya pemerian kebundaran di bawah ini.

22

Gambar 3.2 Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l),
menengah (i) dan pendek (s) menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk
disk); B = equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod). Masingmasing kelas bentuknya digambarkan seperti terlihat pada gambar 3.3.

C. Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi (Gambar 3.3). Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)

23

5. Membundar (membulat (rounded), dan


6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Gambar 3.3 kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk.,
1987).
Tekstur Permukaan
1. Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur
permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat
meruncing-meruncing.
2. Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini
terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat
tanggung.
3. Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses
abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan
demikian butiran sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada
kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Gambar 3.3, sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini
nampaknya lebih didasarkan pada tekstur permukaan daripada butir.

24

D. Ukuran Butir
Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922,
dalam Boggs, 1992) seperti tersebut pada Tabel 3.7.
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran
butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir
seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan
lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air
akan terasa sangat licin.
Tabel 3.7 Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).
Ukuran butir

Nama Butiran

Nama batuan

> 256

Boulder / block (bongkah)

Breksi

64 256

Cobble (kerakal)

(bentuk / kebundaran

(mm)

butiran meruncing)
4 64

Pebble

Konglomerat

24

Granule (kerikil)

(bentuk / kebundaran
butiran membulat)

1/16 2

Sand (pasir)

Batupasir

1/16 1/256

Silt (lanau)

Batulanau

< 1/256

Clay (lempung)

Batulempung

E. Kemas dan Fabrik

25

1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan
atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila
ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast
supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka
disebutpolymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Gambar 3.4 memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk
pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau
arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan
matriks.

Gambar 3.4 Batuan sedimen berkemas butir: paking, kontak dan orientasi butir serta
hubungan antara butir matrik.
F. Pemilahan
26

Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin
baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal
ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang
seragam maupun yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari
halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas
terbuka.

Gambar 3.5 Pemilahan ukuran butir di dalam batuan sedimen.


G. Porositas (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam
batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak
dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan
mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat atau tersemen
dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-pori.

27

Permeabilitas (Kelulusan)
Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat cair).
1. Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a. Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar.
b. Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan.
c. Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih
kasar.
d. Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan / rekahan.
2. Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a. Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan.
b. Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau lempung.
Material lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.
c. Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan.
Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di
permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan.
Sebaliknya, batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila di
permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke dalam batuan atau
tetap di permukaan batuan.

H. Kompaksi
Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites, f > 2 mm) biasanya terdiri dari
fragmen dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang tertanam di
dalam butiran yang lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai
dengan pasir, atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder.
28

Mineral utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa, opal dan
kalsedon), felspar serta mineral lempung. Sebagai mineral tambahan adalah mineral
berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan mika. Untuk batuan klastika
gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi. Selain mineral, maka di
dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan fosil
tumbuh-tumbuhan.
Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil
dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil penguapan), utamanya
tersusun oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan
sedimen ironstone tersusun oleh mineral oksida besi (hematit, magnetit, limonit,
glaukonit dan pirit). Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit. Batubara
tersusun oleh mineral carbon. Batuan sedimen silika (chert atau opal)tersusun oleh
kuarsa dan kalsedon.
Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya bahan
semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah material
karbonat, oksida besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan
cairan HCl. Semen oksida besi, selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna
coklat, Semen silika umumnya tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan
yang terbentuk sangat keras. Semen itu tidak selalu dapat diamati secara megaskopik.

3.3.2. Tekstur Batuan Sedimen Nonklastik


Pada umumnya batuan sedimen non-klastik terdiri atas satu jenis mineral atau
yang biasa disebut monomineralik. Pembagian jenis-jenis tekstur pada batuan sedimen
non-klastik biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya.
Macam-macam tekstur batuan sedimen non-klastik adalah sebagai berikut :
i. Amorf, partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau berupa koloid, nonkristalin
ii. Oolitik, tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau elipsoid. Berkoloni
atau berkumpul, ukuran butirnya berkisar 0,25 mm - 2mm
29

iii. Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran butir yang
lebih besar, lebih dari 2mm
iv. Sakaroidal, terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran yang
sama besar
v. Kristalin, tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar
Ukuran butir kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas:
- Berbutir kasar, dengan ukuran >5mm
- Berbutir sedang, dengan ukuran 1-5mm
- Berbutir halus, dengan ukuran <1mm

3.4 Sepuluh Deskripsi Batuan Sedimen

BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Warna

: coklat keputih-putihan

Jenis batuan

: sedimen klastik

Struktur

: massiv

Tekstur
Campuran

: batuan riolit ortoklas kuarsa plagioklas

Fragmen pembentuk

: berukuran kerakal tersusun dari batuan riolit ortoklas dolomit dan

kuarsa
Semen/Matrik

: matriks

Besar butir

: 6-28 mm/ kerakal

Pemilahan

: terpilah buruk
30

Bentuk butir

: menyudut

Kemas

: terbuka

Mineral sedikit

Porositas

: sedang

Nama batuan

: Breksi

Warna

: coklat kehitaman

Jenis batuan

: sedimen klastik

Struktur

: massiv

Tekstur
Campuran

: basalt kuarsa silika

Fragmen pembentuk

: basalt

Semen/Matrik

: matrik = kuarsa, semen= silika

Besar butir

: kerakal

Pemilahan

: buruk

Bentuk butir

: membundar sedang

Kemas

: terbuka

Mineral sedikit

:-

Porositas

: sedang

Nama batuan

: konglomerat

31

Warna

: hitam

Jenis batuan

: sedimen klastik

Struktur

: massiv

Tekstur
Campuran

: lempung ,silika

Fragmen pembentuk

:-

Semen/Matrik

: semen= silika , matrik = lempung

Besar butir

: clay/lempung

Pemilahan

: pemilahan baik

Bentuk butir

: membundar baik

Kemas

: tertutup

Mineral sedikit

: kwarsa

Porositas

: sangat baik

Nama batuan

: batu lempung

Warna

: putih

Jenis batuan

: sedimen klastik

Struktur

: massiv
32

Tekstur
Campuran

: ash,silika,kwarsa

Fragmen pembentuk

:-

Semen/Matrik

: semen = silika , matriks = ash

Besar butir

: sedang

Pemilahan

: pemilahan baik

Bentuk butir

: membundar baik

Kemas

: tertutup

Mineral sedikit

:-

Porositas

: sedang

Nama batuan

: Tuff

Warna

: coklat

Jenis batuan

: sedimen klastik

Struktur

: massiv

Tekstur
Campuran

: fosil, pasir, karbonat

Fragmen pembentuk

: fosil

Semen/Matrik

: semen = karbonat , matriks = pasir sedang

Besar butir

: pasir kasar

Pemilahan

: pemilahan buruk

Bentuk butir

: membundar
33

Kemas

: terbuka

Mineral sedikit

:-

Porositas

: sedang

Nama batuan

: Gamping berfosil

Warna

: putih abu-abu

Jenis batuan

: sedimen klastik

Struktur

: perlapisan

Tekstur
Campuran

: pasir halus, silika, kwarsa,biotit

Fragmen pembentuk

:-

Semen/Matrik

: semen = silika, matriks = pasir halus

Besar butir

: pasir sedang

Pemilahan

: pemilahan baik

Bentuk butir

: membulat baik

Kemas

: kemas tertup

Mineral sedikit

:-

Porositas

: baik

Nama batuan

: Batu pasir sedang

BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK

34

Warna

: putih

Jenis batuan

: sedimen non klastik

Struktur

: massiv

Tekstur

: kristalin

Mineral pembentuk

: karbonat, monomineralik

Pencampuran

:-

Kekompakan

: medium hard

Nama batuan

: Batu Gamping kristalin

Warna

: coklat

Jenis batuan

: sedimen non klastik

Struktur

: massiv

Tekstur

: amorf

Mineral pembentuk

: monomineralik, silika

Pencampuran

: silika

Kekompakan

: friable

Nama batuan

: Rijang

35

Warna

: putih

Jenis batuan

: sedimen non klastik

Struktur

: fosiliferous

Tekstur

: amorf

Mineral pembentuk

: monomineralik karbonat

Pencampuran

: karbonat, terumbu, biotit

Kekompakan

: hard

Nama batuan

: Gamping terumbu

Warna

: hitam

Jenis batuan

: sedimen non klastik

Struktur

: fosiliferous

Tekstur

: amorf

Mineral pembentuk

: monomineralik karbon

Pencampuran

: fosil, karbonat

Kekompakan

: soft

Nama batuan

: batu bara

36

BAB IV
BATUAN METAMORF

4.1 Jenis Batuan Metamorf


Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan
struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid slate) akibat adanya perubahan
temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers & Blatt, 1982).
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang mengubah mineral
suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam
kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak
termasuk pelapukan dan diagenesa.
Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi,
reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang
sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk.
Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan
tekanan dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian
dalam batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena
pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida, dimana
fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori batuan
yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses
metamorfisme.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut yaitu,
Komposisi mineral batuan asal
Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
Pengaruh gaya tektonik, dan
Pengaruh fluida
Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan
membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan
menjadi batuan-batuan baru lagi. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi,
37

metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metamorfosa lokal dan metamorfosa
regional.
4.1.1. Tipe Metamorfosa Lokal
Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah yang
sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Jenis metamorfosa ini
dapat dibedakan menjadi :
1. Metamorfosa kontak / thermal
Tipe metamorfosa ini faktor yang paling berpengaruh adalah pada temperatur
tinggi, yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan
biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan
batuan di sekitarnya dengan lebar 2 3 km. Salah satu contohnya adalah pada zona
intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.

2. Metamorfosa dislokasi / kataklastik / dinamo / kinematik.


Jenis metamorfosa ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi. Misalnya
pada daerah sesar besar, dimana proses metamorfosa terjadi pada lokasi dimana massa
batuan tersebut mengalami penggerusan. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh
tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang
dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah
sesar/patahan.
Metamorfosa pada jens ini diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang
berpengaruh disini ada dua macam, yaitu:
hidrostatis yaitu yang mencakup ke segala arah dan
stress yaitu yang mencakup satu arah saja.

4.1.2. Tipe Metamorfosa Regional


Metamorfosa regional atau disebut juga metamorfosa dinamothermal adalah
merupakan metamorfosa yang terjadi pada daaerah yang sangat luas. Metamorfosa ini
dapat dibedakan menjadi :
38

1. Metamorfosa Regional / dinamothermal.


Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam, dimana faktor yang
berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat tinggi akibat dari adanya
proses orogenesa dan sebarannya sangat luas.
2. Metamorfosa beban / burial.
Istilah ini diberikan oleh Combs (1961). Tetapi terjadi pada daerah geosinklin
(cekungan sedimentasi yang dasarnya terus menurun), sehingga akibat adanya
pembebanan sedimen yang tebal dibagian atas maka lapisan sedimen yang berada
dibawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.
Batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batulempung
Batu marmer yang merupakan perubahan dari batugamping
Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batupasir

4.2. Struktur Batuan Metamorf


Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran,
bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970). Pembahasan
mengenai struktur juga meliputi susunan bagian massa batuan termasuk hubungan
geometrik antar bagian serta bentuk dan kenampakan internal bagian-bagian tersebut
(Bucher & Frey, 1994). Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi.
4.2.1. Struktur Foliasi
Yaitu struktur pada batuan metamorf yang ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineralmineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini mencakup :
4.2.1.1. Struktur Skistosa (Schistosity)
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatik atau
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar.
Batuannya disebut schist (sekis). Jadi, struktur skistosa ini adalah suatu struktur dimana
mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih dominan dibandingkan mineral
39

butiran/prismatik.
Karena banyaknya mineral pipih ini maka pada batuan terlihat adanya kesan sejajar dan
penjajaran mineral pipih yang berbutir, keadaan ini disebut segregation bending.
Struktur biasanya dihasilkan oleh proses metamorfosa regional, bisa juga metamorfosa
kontak bila magmanya mempunya kekuatan injeksi yang maksimal (Turner, 1954).

4.2.1.2. Struktur Gneisik (Gnessic)


Suatu struktur dimana jumlah mineral yang granular / berbutir relatif lebih
banyak dari mineral pipih. Sehingga kenampakan kesejajaran adalah dari mineral yang
granular. Terbentuk oleh adanya perselingan lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granular (feldspar dan
kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatik (mineral ferromagnesium).
Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya
disebut gneiss.
4.2.1.3. Struktur Slaty cleavage
Dalam struktur ini hampir sama dengan struktur skistosa, hanya mineralmineralnya berukuran dan kesan kesejajaran mineralnya halus sekali (dari mineral
lempung). Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat
rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).
4.2.1.4. Struktur Phyllitic
Struktur ini hampir mirip dengan slaty cleavage, hanya mineralnya dan kesan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar, terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai
terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite
(filit)

40

4.2.2. Struktur non-Foliasi


Struktur non-folisi adalah struktur pada batuan metamorf dimana tidak terlihat adanya
penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Yang termasuk dalam struktur foliasi
adalah sebagai berikut.
4.2.2.1. Struktur Hornfelsik
Dicirikan oleh adanya butiran-butitan mineral yang seragam. Terbentuk akibat
adanya metamorfosa thermal dan yang dibentuk oleh mozaic mineral-mineral
equidimensional dan equigranular dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya
disebut hornfels (batutanduk).

4.2.2.2. Struktur Kataklastik


Struktur kataklastik adalah struktur yang berkembang oleh adanya penghancuran
terhadap batuan asal yang mengalami metamorfosa dinamo. Terbentuk oleh
pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk
kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik.
Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
4.2.2.3. Struktur Milonitik
Struktur ini hampir sama dengan struktur pilonitik, hanya butirannya lebih halus
lagi, serta dibedakan oleh adanya liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk
paralel, dimana struktur ini dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik. Ciri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus
menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi
mineral-mineral primer. Batuannya disebut mylonite (milonit).

4.2.2.4. Struktur Pilonitik


Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya lebih kasar dan strukturnya
mendekati tipe struktur pada filit (pilonit = filit milonit) tetapi umumnya telah terjadi
rekristalisasi. Ciri-ciri lainnya adalah kenampakan kilap sutera pada batuan yang
mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit)
41

4.2.2.5. Struktur Flaser


Seperti struktur kataklastik dimana struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam
pada massa dasar milonit.
4.2.2.6. Struktur Augen
Seperti struktur falser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam massa
dasar yang lebih halus.
4.2.2.7. Struktur Granulose
Struktur ini hampir sama dengan struktur hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran yang tidak sama besar.
4.2.2.8. Struktur Liniasi
Adalah struktur yang diperlihatkan oleh kumpulan mineral yang berbentuk seperti
jarum (fibrous).

FOLIASI NON-FOLIASI
Komposisi kompleks banyak terdapat berbagai jenis mineral Komposisi sederhana,
hanya terdapat beberapa mineral. Seperti kalsit atau kwarsa
Banyak mineral baru yang terbentuk akibat dari pengaruh P atau T Tidak terbentuk
mineral baru dengan perubahan T dan atau P
Tekstur yang berlapis-lapis
Tekstur granular dan equi-dimensi
Banyak batuan dengan beragam komposisi,
Beberapa batu dengan komposisi yang sederhana
Struktur skistosa, Gnessic, Milonitik, Slaty cleavage dan struktur Phyllitic Struktur
hornfelsik kataklastik, milonitik, pilonitik, augen, granulose dan struktur liniasi.

42

4.3. Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk
dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran
blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya. Penamaan tekstur tersebut akan
dibahas pada bagian berikut ini.
4.3.1. Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa
Berdasarkan ketahanannya terhadap proses metamorfosa ini tekstur batuan metamorf
dapat dibedakan menjadi :
4.3.1.1. Relict/Palimset/Sisa
Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf
tersebut. Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini.
Contohnya adalah blastoporfiritik yaitu batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan
beku asalnya masih bisa dikenali. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering
disebut batuan metabeku atau metasedimen. Dibedakan atas :
Blastopsefitik, tekstur dengan ukuran butir lebih besar dari pasir(gravel).
Blastopsemit, tekstur dengan ukuran butir pasir
.Bastopelitik, tekstur dengan ukuran butir lempung.
Blastoporfiritik, tekstur sisa dari batuan asal yang porfiritik.
4.3.1.2. Kristaloblastik
Tekstur kristloblastik adalah merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk
oleh sebab adanya proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah
mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaan pada tekstur ini dengan menggunakan akhiran blastik dapat dibedakan atas,
sebagai berikut ini :
Lapidoblastik, terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih yang relatif terorientasi,
seperti mineral mika group (muskovit, biotit).
Nematoblastik, terdiri dari mineral-mineral prismatik yang relatif terorientasi, seperti
43

mineral plagioklas, K-felspar, piroksin.


Granoblastik, terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional) yang relatif
terorientasi, seperti mineral kwarsa. Biasanya memperlihatkan batas-batas sutura (tidak
teratur) dengan bentuk mineral yang anhedral.
Porfiriblastik, tekstur yang memperlihatkan beberapa mineral dengan ukuran yang
lebih besar dikelilingi oleh mineral yang lebih kecil.
4.3.2. Tekstur berdasarkan ukuran butir
Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :
Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
Afanit, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata
4.3.3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal
Berdasarkan bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi :
Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang dipergunakan pada batuan
beku. Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi :
Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk euhedral
Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
anhedral.

4.3.4. Tekstur berdasarkan bentuk mineral


Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan pada batuan metamorf, teksturnya
dapat dibedakan menjadi :
Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular
Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatik
Granoblastik, yaitu apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
44

equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya


kristalnya berbentuk anhedral.
Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.
Selain tekstur yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya
yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi, yaitu:
Porfiroblastik, apabila terdapat beberapa mineral yangh ukurannya lebih besar
tersebut sering disebut sebagai porphyroblastis.
Poikiloblastik/Sieve Texture merupakan tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts
tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar
material yang berasal dari kirstal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
Sacaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut bertekstur
homeoblastik, sedangkan batuan yang mempunyai lebih dari satu tekstur disebut
bertekstur heteroblastik.
Tekstur heteroblastik, bila batuan metamorf mempunyai lebih dari satu tekstur,
seperti lepidoblastik dan granuloblastik.
Tekstur homeoblastik, bila batuan metamorf hanya mempunyai satu tekstur saja.

45

4.4. Sepuluh Deskripsi Batuan Metamorf

Warna

: abu-abu

Jenis batuan

: metamorfosis regional

Struktur

: foliasi (slaty)

Tekstur

: lepidoblasti

Komposisi mineral

: mika,quartz,muscovit

Derajat metamorfisme

: rendah

Asal

: metamorfisme shale dan mudstone

Nama batuan

: slate

Warna

: warna terang,abu-abu perak, abu-abu kehijauan

Jenis batuan

: metamorfosis regional

Struktur

: phyllitic

Tekstur

: lepidoblastik

Komposisi mineral

: mineral utama = kuarsa,serisit,klorit; mineral tambahan = plagioklas

Derajat metamorfisme

: rendah

Asal

: metamorfisme shale

Nama batuan

: filit

46

Warna

: hitam,hijau,ungu

Jenis batuan

: regional

Struktur

: schistose

Tekstur

: lepidoblastik

Komposisi mineral

: mika, grafit, hornblende

Derajat metamorfisme

: menengah - tinggi

Asal

: metamorfisme silistone, shale, basalt

Nama batuan

: sekis

Warna

: abu-abu

Jenis batuan

: regional

Struktur

: gneissic

Tekstur

: granoblastic

Komposisi mineral

: kuarsa, feldspar, ampibol,mika

Derajat metamorfisme

: tinggi

Asal

: metamorfisme regionak siltstone, shale, granit

Nama batuan

: Gneiss

47

Warna

: putih bercorak kuning

Jenis batuan

: thermal

Struktur

: granulose

Tekstur

: granoblastik

Komposisi mineral

: kalsit atau dolomit

Derajat metamorfisme

: rendah-tinggi

Asal

: metamorfisme batu gamping dan dolostone

Nama batuan

: Marmer

Warna

: abu abu kekuningan, coklat, merah

Jenis batuan

: thermal

Struktur

: granulose

Tekstur

: granoblastik

Komposisi mineral

: kuarsa

Derajat metamorfisme

: intermediet-tinggi

Asal

: metamorfisme sandstone

Nama batuan

: Kuarsit

48

Warna

: abu-abu , biru kehitaman, hitam

Jenis batuan

: thermal

Struktur

: hornfelsic

Tekstur

: blastofellit

Komposisi mineral

: kursa,mika

Derajat metamorfisme

: metamorfisme kontak

Asal

: metamorfisme kontak shale dan claystone

Nama batuan

: Hornfels

Warna

: hijau terang / gelap

Jenis batuan

: thermal

Struktur

: liniasi

Tekstur

: blastofellit

Komposisi mineral

: serpentine

Derajat metamorfisme

: rendah-tinggi

Asal

: batuan beku basa

Nama batuan

: Serpetinit

49

Warna

: abu-abu,kehitaman,coklat,biru

Jenis batuan

: thermal

Struktur

: milonitic

Tekstur

: granulose

Komposisi mineral

:-

Derajat metamorfisme

: tinggi

Asal

: metamorfisme dinamik

Nama batuan

: Milonit

Warna

: abu-abu,coklat,biru,kehitaman

Jenis batuan

: thermal

Struktur

: hornfelsic

Tekstur

: hornfelsic

Komposisi mineral

: beragam (kuarsa,mika, dll)

Derajat metamorfisme

: tinggi

Asal

: metamorfisme shale , mudstone

Nama batuan

: filonit

50

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

5.1.1. Batuan Beku


Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan, baik keterdapatannya
maupun cara terbentuknya dipermukaan bumi yang mencakup mengenai cara
terjadinya, komposisi, klasifikasi batuan serta hubungannya dengan proses-proses dan
sejarah geologinya.
Berdasarkan tempat pembentukan magma, maka batuan beku dibedakan atas dua
yaitu :
Batuan beku vulkanik (ekstruksif), yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan
magma yang membeku di permukaan (di luar)
Batuan beku plutonik (intrusive), yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan
magma yang membeku di dalam.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawinya dapa dilihat dari kandungan SiO2nya. Maka batuan beku dapat diklasifikasikan atas :
Kandungan SiO2 > 60 % adalah batuan beku asam
Kandungan SiO2 52 - 60 % adalah batuan beku intermedier
Kandungan SiO2 45 52 % adalah batuan beku basa
Kandungan SiO2 < 45 % adalah batuan beku ultrabasa
Struktur batuan beku adalah sebagai barikut massiv, xenolit, scoria, vesikuler dan
amikdoloidal.
5.1.2. Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengendapan,pemadatan dan

litifikasi hancuran batuan lain.


Jenis batuan sedimen dibagi menjadi dua, yaitu klastik dan non klastik.
Tekstur sedimen klastik terdiri dari fragmen,semen,besar butir,pemilahan,bentuk
butir,kemas,porositas,dan kekompakan. Sedangkan sturktur non klastik terdiri dari
mineral pembentuk,pencampur dan kekompakan.

51

Struktur batuan sedimen terbagi dua, yaitu struktur Sedimen Primer dan stuktur
Sedimen sekunder.
5.1.3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan asal yang telah mengalami
metamorfosa
Berdasarkan atas proses pembentukannya batuan metamorf dibedakan menjadi:
Metamorfosa Regional (dominan tekanan)
Metamorfosa Beban (dominan tekanan)
Metamorfosa Termal (dominan temperatur)
Metamorfosa Kataklastik (dominan temperatur)

Tekstur batuan metamorf adalah tekstur Kristaloblastik, Palimset dan tekstur lain
seperti tekstur Heteroblastik dan Homeoblastik.
Struktur batuan metamorf adalah Foliasi dan Non-foliasi
Bentuk individu batuan metamorf adalah Idioblastik, Hypioblastik dan Xenoblastik.
Penamaan batuan metamorf adalah:
Berdasarkan Tekstur/Struktur
Berdasarkan komposisi mineral yang dominan
Berdasarkan jenis batuan asal dengan menambahkan kata meta didepannya,

contoh : meta batupasir, dll


5.2. Saran
Untuk mempelajari batuan sebaiknya jangan hanya dilaboratorium tetapi perlu
diadakannya praktek lapangan agar praktikan dapat mengetahui jenis-jenis dari batuan
tersebut di lingkungan asalnya.
Untuk lebih memahami tata cara pendeskripsian sebaiknya dilakukan ujian teori
setiap sebelum dan sesudah melakukan pendeskripsian
Asisten diharapkan mau memberi contoh dalam menjaga kebersihan laboratorium
petrologi.
Hendaknya fasilitas yang mendukung kelancaran praktikum, misalnya buku-buku
yang berhubungan dengan praktikum diperbanyak,lup,dan mikroskop.

52

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber: http://geologiterapan.blogspot.com/p/geologi.html#ixzz2rnb8R1Yn
Read more
2. at http://geologiterapan.blogspot.com/p/geologi.html#LuqfTpgErZdu3dSQ.9
3. Setia Graha, Doddy, Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova, Bandung.
4. ...................., 2008. A Beginning To Understand Geology. Himpunan
Mahasiswa Geologi UNPAD. Tidak diterbitkan.
5. www.google.com
6. Kuswan Susilo, Budhi, S.T.,M.T., Texture of Sedimentary Rock Sediment
Ary Rocks. Pdf.
7. Boggs jr., Sam, 1995. Principles of Sedomentology and Stratigrafy, Pearson
Education,inc. , New Jersey
8. Sedimentary Rocks, Pettijohn, F.J., 1975
9. Sapiie, Benyamin, dkk.2009. GEOLOGI DASAR Bandung : ITB.
10. Slide presentasi Batuan Sedimen dari Arif Susanto
11. Suprihartoyo, Djuminah, Esti Dwi Wardayati. 2009. Ilmu Pengetahuan
Sosial 1 : untuk SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
[bse.kemdikbud.go.id]

53

Anda mungkin juga menyukai