PENDAHULUAN
I.2.2 Tujuan
Adapun tujuan mengikuti praktikum petrologi ini adalah, antara lain :
Dapat mengenal berbagai jenis batuan.
Mengetahui tekstur dan struktur dari suatu batuan.
Mengetahui komposisi mineral yang terkandung dalam suatu batuan, serta dapat
mendeskripsikan mineral-mineral yang terkandung tersebut.
Mengetahui nama batuannya dan dapat menafsirkan genesanya.
BAB II
BATUAN BEKU
bahan volatile dan selanjutnya terbentuklah hidroksil. Mineral seperti amphibol dan
mika yang disebut hydratogenetik.
2. Mineral mafik (mineral eromagnesia dengan warna gelap dan densitas rata- rata 3,03,6) yaitu :
Kelompok olivine terdiri dari fayalite dan forsterite.
Kelompok piroksen terdiri dari enstatit, hiperstein, augite, pigeonit, diopsid.
Kelompok mika terdiri dari biotit muscovite plogopite.
Kelompok ampibol terdiri dari anthofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit, tremolit,
aktinolit, gluacofan.
B. Mineral Sekunder
Mineral skunder adalah mineral-mineral yang dibentuk kemudian dari mineralmineral utama oleh proses pelapukan, sirkulasi air atau larutan dan metamorfosa.
Suatu contoh yang baik adalah mineral klorit yang biasanya terbentuk dari mineral
biotit oleh proses pelapukan. Mineral ini terdapat pada batuan-batuan yang telah lapuk
dan batuan sedimen dan juga pada batuan metamorf.
C. Mineral Tambahan
Mineral tambahan adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi
magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit sekali. Umumnya kurang dari 5% sehingga
kehadiran atau ketidakhadirannya tidak mempengaruhi sifat dan penamaan dari batuan
tersebut.
Contohnya adalah mineral magnetit, suatu oksidabesi yang berwarna hitam mempunyai
sifat magnetit kuat dan terdapat dalam jumlah yang sedikit dalam batuan beku. Mineralmineral tambahan dari batuan beku adalah zircon, sphen, magnetit, ilmenit, hematite,
apatit, pyriot, rutil, corundum dan garnet.
tersusun atas mineral kwarsa, orthoklast, palgioklast Na, terkadang terdapat biotit,
muskovit dalam jumlah yang sangat kecil. Batuan beku asam umumnya akan berwarna
cerah apabila kelimpahan mineral kwarsa dan orthoklast di dalam batuannya. Contoh
dari batuan ini adalah granite, riolite, granudiorite.
B. Batuan Beku Intermedier
Batuan beku intermedier mengandung SiO2 antara 52 % - 60 %, terutama
tersusun oleh mineral plagioklast, hornblende, dan kwarsa. Sedangkan biotit dan
orthoklast dalam jumlah kecil. Warna dari batuan ini juga masih cerah, tetapi tidak
secerah dari batuan beku asam. Contohnya adalah andesit, diorite, seanite.
1. Masif
Struktur dari batuan beku apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas
atau tidak adanya menunjukkan fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
2. Pillow Lava atau Lava Bantal
Merupakan struktur khas pada batuan vulkanik bawah laut membentuk struktur seperti
bantal.
3. Vesikuler
Merupakan struktur yang ditandai dengan adanya lubang-lubang dengan arah yang
teratur. Lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung.
4. Skoria
Seperti vesikuler tetapi tidak menunjukkan arah yang teratur.
5. Amiqdoloidal
Struktur dimana lubang-lubang keluarnya gas terisi oleh mineral-mineral skunder
seperti zeolit, karbonat dan bermacam silica.
6. Zenolit
Struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam
dalam batuan beku.
Hipidiomorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk sub-hedral
dan ukuran butir relatip seragam
Allotriomorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk anhedral
dan ukuran butir relatip seragam.
B. Inequigranular, bila mineral disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatip tidak
seragam, seperti :
Porfiritik, bila kristal/mineral yang berukuran besar (fenokris) tertanam dalam massa
dasar (matrix) kristal-kristal yang berukuran lebih kecil
Vitroferi, seperti tekstur porfiritik tetapi masa dasarnya berupa gelas
Grafik, tekstur yang umum pada batuan granitis dimana kwarsa tumbuh bersama kfeldspar
Ofitik, tekstur dimana mineral besar diinklusi oleh mineral yang berukuran lebih kecil
Diabasik, tekstur yang khas pada batuan diabasik dimana fenokris plagioklas hadir
secara radial.
Warna batuan
Struktur
Tekstur
a. Derajat kristalisasi : holocrystalin
b. Ukuran kristal
: afaneritik
c. Bentuk kristal
: euhedral
d. ukuran butir
: inequigranular
Komposisi Mineral
a. M primer
b. M skunder
c. aksesor
Rumus kimia mineral
: feldspar kalium
: kwarsa
: mineral mafic
: feldspar(KALSi3O8) kwarsa ( SiO2) Kalium(K)
Genesa
Nama Batuan
Warna batuan
Struktur
: massive
11
Tekstur
a. Derajat kristalisasi
: holokristalin
b. Ukuran kristal
: faneritik
c. Bentuk kristal
: euhedral
d. ukuran butir
: equigranular
Komposisi Mineral
: plagioklas,kwarsa
: (NA,CA) (Si,Al)
Genesa
Nama Batuan
: Granodiorit
Warna batuan
Struktur
: massive
Tekstur
a. Derajat kristalisasi
: holokrisrtalin
b. Ukuran kristal
: faneritik
c. Bentuk kristal
: euhedral
d. ukuran butir
: equigranular
Komposisi Mineral
: ortoklas
: KLSi308
Genesa
Nama Batuan
: Sienit
12
warna batuan
: abu-abu
Struktur
: massive
Tekstur
a. Derajat kristalisasi
: holokristalin
b. Ukuran kristal
: forpiritik
c. Bentuk kristal
: subhedral
d. ukuran butir
: inequigranular
Komposisi Mineral
: kwarsa,sanidin
: SiO2
Genesa
Nama Batuan
: Aplit
warna batuan
Struktur
: massive
Tekstur
a. Derajat kristalisasi
: holokristalin
b. Ukuran kristal
: porfiritik
c. Bentuk kristal
: anhedral
d. ukuran butir
: equigranular
Komposisi Mineral
kwarsa,orthoklas,plagioklas,biotit,hornblende
Rumus kimia mineral
Genesa
: intrusif
13
Nama Batuan
: Granit
warna batuan
warna
: cream keabu-abuan
Struktur
: masif
Tekstur
a. Derajat kristalisasi
: holokristalin
b. Ukuran kristal
: fenerik
c. Bentuk kristal
: anhedral
d. ukuran butir
: sangat kasar
Komposisi Mineral
: kuarsa,biotit
: CaCO3
Genesa
: Intrusif
Nama Batuan
: pegmatite
warna batuan
Struktur
: massive
14
Tekstur
a. Derajat kristalisasi
: holokristalin
b. Ukuran kristal
: fanerik sedang
c. Bentuk kristal
: euhedral
d. ukuran butir
: equigranular
Komposisi Mineral
plagioklas,orthoklas,hornblende,piroksen,
Kwarsa,biotit.
Rumus kimia mineral
Genesa
yang
zona subduksi.
Nama Batuan
: Diorit
warna batuan
: cream keabu-abuan
Struktur
: massiv
Tekstur
a. Derajat kristalisasi
: holokristalin
b. Ukuran kristal
: afanitik
c. Bentuk kristal
d. ukuran butir
: sedang
Komposisi Mineral
: piroksen,olivin
: SiO4 XY(Si,Al)2O6
Genesa
: Intrusif
Nama Batuan
: Diabase
15
warna batuan
: coklat keabuan
Struktur
: massive
Tekstur
a. Derajat kristalisasi
: holokristalin
b. Ukuran kristal
: faneritik
c. Bentuk kristal
: anhedral
d. ukuran butir
: equigranular
Komposisi Mineral
Rumus kimia mineral
: piroksen olivin
:
Genesa
Nama Batuan
: Dunit
warna batuan
: abu-abu kehitaman
Struktur
: masif
Tekstur
a. Derajat kristalisasi
: holokristalin
b. Ukuran kristal
: fenerik
c. Bentuk kristal
: subhedral
d. ukuran butir
: hipidiomorphic granular
Komposisi Mineral
: amphibole,feldspar,quartz
16
: FeCr2O4
Genesa
: Intrusif
Nama Batuan
: peridotite
BAB III
BATUAN SEDIMEN
batu karang yang terbentuk dari terumbu karang yang mati dan fosfat yang terbentuk
dari kotoran kelelawar.
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah
ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan
kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air,
angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat
longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri
dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan
kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai
hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3. Secara organik adalah pembentukan
sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan
rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau
terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Sanders (1981) dan Tucker (1991), membagi batuan sedimen menjadi :
1. Batuan sedimen detritus (klastika)
2. Batuan sedimen kimia
3. Batuan sedimen organik, dan
4. Batuan sedimen klastika gunungapi.
Batuan sedimen jenis ke empat itu adalah batuan sedimen bertekstur klastika dengan
bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi.
Graha (1987) membagi batuan sedimen menjadi 4 kelompok juga, yaitu :
1. Batuan sedimen detritus (klastika/mekanis)
18
lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang
mikro (micro-crosslamination), yaitu adanya kesan riak. (Mohamed, 2007).
A. Cross Bedding ( Perlapisan Silang )
Cross bedding merupakan struktur primer yang membentuk srutur penyilangan
suatu lapisan batuan terhadap lapisan batuan yang lainya, atau lapisan batuan yang
lebih muda memotong lapisan batuan yang lebih tua. Cross bedding didefinisikan oleh
Pettijohn (1972) sebagao struktur yang membatasi suatu unit sedimentasi dari jenis
yang lain dan dicirikan dengan perlapisan dalam atau laminasi disebut juga dengan
foreset bedding miring ke permukaan bidang akumulasi (deposisi).
B. Graded Bedding ( Perlapisan Bersusun )
Graded bedding merupakan struktur perlapisan sedimen yang menunjukan
perbedaan fragmen atau ukuran butir sedimen yang membentuk suatu lapisan batuan.
Perbedaan ini terbentuk karena adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi saat
terjadinya pengendapan pada sedimen tersebut. sedimen yang memiliki ukuran butir
lebih besar akan lebih dahulu mengendap dibandingkan dengan sedimen yang memiliki
ukuran lebih kecil sehingga struktur graded bending akan selalu menunjukan sturktur
perlapisan yang semakin keatas lapisan tersebut ukuran butir yang dijumpai akan
semakin keci.
B. Parallel Laminasi ( Perlapisan Sejajar )
Struktur primer lapisan sedimen yang sejajar. Seperti gambar di bawah ini.
20
2.
3.
4.
5.
6.
Resting, Crawling and Grazing Traces Dwelling, Feeding and Escape Burrows.
21
Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan
bersama-sama dengan fragmen.
Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan setelah fragmen
dan matrik. Semen umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi.
B. Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan
pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu
(Gambar 3.2):
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule(kerikil, f 2 mm). Bentuk butir
itu dapat disebutkan seperti halnya pemerian kebundaran di bawah ini.
22
Gambar 3.2 Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l),
menengah (i) dan pendek (s) menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk
disk); B = equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod). Masingmasing kelas bentuknya digambarkan seperti terlihat pada gambar 3.3.
C. Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi (Gambar 3.3). Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
23
Gambar 3.3 kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk.,
1987).
Tekstur Permukaan
1. Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur
permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat
meruncing-meruncing.
2. Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini
terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat
tanggung.
3. Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses
abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan
demikian butiran sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada
kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Gambar 3.3, sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini
nampaknya lebih didasarkan pada tekstur permukaan daripada butir.
24
D. Ukuran Butir
Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922,
dalam Boggs, 1992) seperti tersebut pada Tabel 3.7.
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran
butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir
seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan
lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air
akan terasa sangat licin.
Tabel 3.7 Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).
Ukuran butir
Nama Butiran
Nama batuan
> 256
Breksi
64 256
Cobble (kerakal)
(bentuk / kebundaran
(mm)
butiran meruncing)
4 64
Pebble
Konglomerat
24
Granule (kerikil)
(bentuk / kebundaran
butiran membulat)
1/16 2
Sand (pasir)
Batupasir
1/16 1/256
Silt (lanau)
Batulanau
< 1/256
Clay (lempung)
Batulempung
25
1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan
atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila
ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast
supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka
disebutpolymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Gambar 3.4 memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk
pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau
arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan
matriks.
Gambar 3.4 Batuan sedimen berkemas butir: paking, kontak dan orientasi butir serta
hubungan antara butir matrik.
F. Pemilahan
26
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin
baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal
ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang
seragam maupun yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari
halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas
terbuka.
27
Permeabilitas (Kelulusan)
Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat cair).
1. Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a. Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar.
b. Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan.
c. Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih
kasar.
d. Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan / rekahan.
2. Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a. Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan.
b. Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau lempung.
Material lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.
c. Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan.
Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di
permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan.
Sebaliknya, batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila di
permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke dalam batuan atau
tetap di permukaan batuan.
H. Kompaksi
Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites, f > 2 mm) biasanya terdiri dari
fragmen dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang tertanam di
dalam butiran yang lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai
dengan pasir, atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder.
28
Mineral utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa, opal dan
kalsedon), felspar serta mineral lempung. Sebagai mineral tambahan adalah mineral
berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan mika. Untuk batuan klastika
gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi. Selain mineral, maka di
dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan fosil
tumbuh-tumbuhan.
Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil
dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil penguapan), utamanya
tersusun oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan
sedimen ironstone tersusun oleh mineral oksida besi (hematit, magnetit, limonit,
glaukonit dan pirit). Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit. Batubara
tersusun oleh mineral carbon. Batuan sedimen silika (chert atau opal)tersusun oleh
kuarsa dan kalsedon.
Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya bahan
semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah material
karbonat, oksida besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan
cairan HCl. Semen oksida besi, selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna
coklat, Semen silika umumnya tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan
yang terbentuk sangat keras. Semen itu tidak selalu dapat diamati secara megaskopik.
iii. Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran butir yang
lebih besar, lebih dari 2mm
iv. Sakaroidal, terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran yang
sama besar
v. Kristalin, tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar
Ukuran butir kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas:
- Berbutir kasar, dengan ukuran >5mm
- Berbutir sedang, dengan ukuran 1-5mm
- Berbutir halus, dengan ukuran <1mm
Warna
: coklat keputih-putihan
Jenis batuan
: sedimen klastik
Struktur
: massiv
Tekstur
Campuran
Fragmen pembentuk
kuarsa
Semen/Matrik
: matriks
Besar butir
Pemilahan
: terpilah buruk
30
Bentuk butir
: menyudut
Kemas
: terbuka
Mineral sedikit
Porositas
: sedang
Nama batuan
: Breksi
Warna
: coklat kehitaman
Jenis batuan
: sedimen klastik
Struktur
: massiv
Tekstur
Campuran
Fragmen pembentuk
: basalt
Semen/Matrik
Besar butir
: kerakal
Pemilahan
: buruk
Bentuk butir
: membundar sedang
Kemas
: terbuka
Mineral sedikit
:-
Porositas
: sedang
Nama batuan
: konglomerat
31
Warna
: hitam
Jenis batuan
: sedimen klastik
Struktur
: massiv
Tekstur
Campuran
: lempung ,silika
Fragmen pembentuk
:-
Semen/Matrik
Besar butir
: clay/lempung
Pemilahan
: pemilahan baik
Bentuk butir
: membundar baik
Kemas
: tertutup
Mineral sedikit
: kwarsa
Porositas
: sangat baik
Nama batuan
: batu lempung
Warna
: putih
Jenis batuan
: sedimen klastik
Struktur
: massiv
32
Tekstur
Campuran
: ash,silika,kwarsa
Fragmen pembentuk
:-
Semen/Matrik
Besar butir
: sedang
Pemilahan
: pemilahan baik
Bentuk butir
: membundar baik
Kemas
: tertutup
Mineral sedikit
:-
Porositas
: sedang
Nama batuan
: Tuff
Warna
: coklat
Jenis batuan
: sedimen klastik
Struktur
: massiv
Tekstur
Campuran
Fragmen pembentuk
: fosil
Semen/Matrik
Besar butir
: pasir kasar
Pemilahan
: pemilahan buruk
Bentuk butir
: membundar
33
Kemas
: terbuka
Mineral sedikit
:-
Porositas
: sedang
Nama batuan
: Gamping berfosil
Warna
: putih abu-abu
Jenis batuan
: sedimen klastik
Struktur
: perlapisan
Tekstur
Campuran
Fragmen pembentuk
:-
Semen/Matrik
Besar butir
: pasir sedang
Pemilahan
: pemilahan baik
Bentuk butir
: membulat baik
Kemas
: kemas tertup
Mineral sedikit
:-
Porositas
: baik
Nama batuan
34
Warna
: putih
Jenis batuan
Struktur
: massiv
Tekstur
: kristalin
Mineral pembentuk
: karbonat, monomineralik
Pencampuran
:-
Kekompakan
: medium hard
Nama batuan
Warna
: coklat
Jenis batuan
Struktur
: massiv
Tekstur
: amorf
Mineral pembentuk
: monomineralik, silika
Pencampuran
: silika
Kekompakan
: friable
Nama batuan
: Rijang
35
Warna
: putih
Jenis batuan
Struktur
: fosiliferous
Tekstur
: amorf
Mineral pembentuk
: monomineralik karbonat
Pencampuran
Kekompakan
: hard
Nama batuan
: Gamping terumbu
Warna
: hitam
Jenis batuan
Struktur
: fosiliferous
Tekstur
: amorf
Mineral pembentuk
: monomineralik karbon
Pencampuran
: fosil, karbonat
Kekompakan
: soft
Nama batuan
: batu bara
36
BAB IV
BATUAN METAMORF
metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metamorfosa lokal dan metamorfosa
regional.
4.1.1. Tipe Metamorfosa Lokal
Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah yang
sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Jenis metamorfosa ini
dapat dibedakan menjadi :
1. Metamorfosa kontak / thermal
Tipe metamorfosa ini faktor yang paling berpengaruh adalah pada temperatur
tinggi, yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan
biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan
batuan di sekitarnya dengan lebar 2 3 km. Salah satu contohnya adalah pada zona
intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.
butiran/prismatik.
Karena banyaknya mineral pipih ini maka pada batuan terlihat adanya kesan sejajar dan
penjajaran mineral pipih yang berbutir, keadaan ini disebut segregation bending.
Struktur biasanya dihasilkan oleh proses metamorfosa regional, bisa juga metamorfosa
kontak bila magmanya mempunya kekuatan injeksi yang maksimal (Turner, 1954).
40
FOLIASI NON-FOLIASI
Komposisi kompleks banyak terdapat berbagai jenis mineral Komposisi sederhana,
hanya terdapat beberapa mineral. Seperti kalsit atau kwarsa
Banyak mineral baru yang terbentuk akibat dari pengaruh P atau T Tidak terbentuk
mineral baru dengan perubahan T dan atau P
Tekstur yang berlapis-lapis
Tekstur granular dan equi-dimensi
Banyak batuan dengan beragam komposisi,
Beberapa batu dengan komposisi yang sederhana
Struktur skistosa, Gnessic, Milonitik, Slaty cleavage dan struktur Phyllitic Struktur
hornfelsik kataklastik, milonitik, pilonitik, augen, granulose dan struktur liniasi.
42
45
Warna
: abu-abu
Jenis batuan
: metamorfosis regional
Struktur
: foliasi (slaty)
Tekstur
: lepidoblasti
Komposisi mineral
: mika,quartz,muscovit
Derajat metamorfisme
: rendah
Asal
Nama batuan
: slate
Warna
Jenis batuan
: metamorfosis regional
Struktur
: phyllitic
Tekstur
: lepidoblastik
Komposisi mineral
Derajat metamorfisme
: rendah
Asal
: metamorfisme shale
Nama batuan
: filit
46
Warna
: hitam,hijau,ungu
Jenis batuan
: regional
Struktur
: schistose
Tekstur
: lepidoblastik
Komposisi mineral
Derajat metamorfisme
: menengah - tinggi
Asal
Nama batuan
: sekis
Warna
: abu-abu
Jenis batuan
: regional
Struktur
: gneissic
Tekstur
: granoblastic
Komposisi mineral
Derajat metamorfisme
: tinggi
Asal
Nama batuan
: Gneiss
47
Warna
Jenis batuan
: thermal
Struktur
: granulose
Tekstur
: granoblastik
Komposisi mineral
Derajat metamorfisme
: rendah-tinggi
Asal
Nama batuan
: Marmer
Warna
Jenis batuan
: thermal
Struktur
: granulose
Tekstur
: granoblastik
Komposisi mineral
: kuarsa
Derajat metamorfisme
: intermediet-tinggi
Asal
: metamorfisme sandstone
Nama batuan
: Kuarsit
48
Warna
Jenis batuan
: thermal
Struktur
: hornfelsic
Tekstur
: blastofellit
Komposisi mineral
: kursa,mika
Derajat metamorfisme
: metamorfisme kontak
Asal
Nama batuan
: Hornfels
Warna
Jenis batuan
: thermal
Struktur
: liniasi
Tekstur
: blastofellit
Komposisi mineral
: serpentine
Derajat metamorfisme
: rendah-tinggi
Asal
Nama batuan
: Serpetinit
49
Warna
: abu-abu,kehitaman,coklat,biru
Jenis batuan
: thermal
Struktur
: milonitic
Tekstur
: granulose
Komposisi mineral
:-
Derajat metamorfisme
: tinggi
Asal
: metamorfisme dinamik
Nama batuan
: Milonit
Warna
: abu-abu,coklat,biru,kehitaman
Jenis batuan
: thermal
Struktur
: hornfelsic
Tekstur
: hornfelsic
Komposisi mineral
Derajat metamorfisme
: tinggi
Asal
Nama batuan
: filonit
50
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengendapan,pemadatan dan
51
Struktur batuan sedimen terbagi dua, yaitu struktur Sedimen Primer dan stuktur
Sedimen sekunder.
5.1.3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan asal yang telah mengalami
metamorfosa
Berdasarkan atas proses pembentukannya batuan metamorf dibedakan menjadi:
Metamorfosa Regional (dominan tekanan)
Metamorfosa Beban (dominan tekanan)
Metamorfosa Termal (dominan temperatur)
Metamorfosa Kataklastik (dominan temperatur)
Tekstur batuan metamorf adalah tekstur Kristaloblastik, Palimset dan tekstur lain
seperti tekstur Heteroblastik dan Homeoblastik.
Struktur batuan metamorf adalah Foliasi dan Non-foliasi
Bentuk individu batuan metamorf adalah Idioblastik, Hypioblastik dan Xenoblastik.
Penamaan batuan metamorf adalah:
Berdasarkan Tekstur/Struktur
Berdasarkan komposisi mineral yang dominan
Berdasarkan jenis batuan asal dengan menambahkan kata meta didepannya,
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber: http://geologiterapan.blogspot.com/p/geologi.html#ixzz2rnb8R1Yn
Read more
2. at http://geologiterapan.blogspot.com/p/geologi.html#LuqfTpgErZdu3dSQ.9
3. Setia Graha, Doddy, Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova, Bandung.
4. ...................., 2008. A Beginning To Understand Geology. Himpunan
Mahasiswa Geologi UNPAD. Tidak diterbitkan.
5. www.google.com
6. Kuswan Susilo, Budhi, S.T.,M.T., Texture of Sedimentary Rock Sediment
Ary Rocks. Pdf.
7. Boggs jr., Sam, 1995. Principles of Sedomentology and Stratigrafy, Pearson
Education,inc. , New Jersey
8. Sedimentary Rocks, Pettijohn, F.J., 1975
9. Sapiie, Benyamin, dkk.2009. GEOLOGI DASAR Bandung : ITB.
10. Slide presentasi Batuan Sedimen dari Arif Susanto
11. Suprihartoyo, Djuminah, Esti Dwi Wardayati. 2009. Ilmu Pengetahuan
Sosial 1 : untuk SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
[bse.kemdikbud.go.id]
53