Anda di halaman 1dari 11

Batu merupakan sebuah benda padat dan keras yang keberadaannya sangat

mudah kita temukan di lingkungan sekitar kita. Batu ini apabila jumlahnya banyak
maka disebut degan batuan. Batuan ini ada berbagai macam. Batuan yang
jenisnya ada bermacam- mamcam ini terbentuk oleh bermacam- macam sebab
pula. Adanya perbendaan jenis jenis batuan ini dapat dilihat dari terkstur ataupun
massa dari batuan tersebut, atau juga keran proses pembentukannya.

Proses Terbentuknya Batuan Beku

Pembahasan selanjutnya kita akan membicarakan mengenai proses terbentuknya


batuan beku. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa batuan beku ini
terbentuk oleh magma yang ada di dalam perut bumi. Namun kita juga perlu
mengetahui proses terjadinya dari magma hingga menjadi bentuk batuan. Batuan
beku ini terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau mengalami
pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh batuan
yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun di kerak bumi.
Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu proses dari
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi.
Selanjutnya untuk proses pembentukan batuan beku ini juga terkadang
tergantung pada jenis batuan bekunya masing- masing. Beberapa jenis batuan
beku dan proses pembentukannya antara lain:

1. Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan


yang terjadi di dalam dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga
tubuh batuan terdiri dari kristal- kristal besar. Contoh dari batuan ini
adalah batuan granit, batuan peridotim, dan juga batuan gabro.
2. Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah
antar lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih
cepat sehingga di samping kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil.
Contoh dari batuan jenis ini antara lain batu granit porfir
3. Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini
adalah ketika gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini
terjadi tidak hanya di sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara.
Proses pembekuan ini berlangsungsingkat dan hampir tidak mengandung
kristal (armorf).
Jenis- jenis Batuan Beku

1. Klasifikasi batuan beku menurut cara atau proses terjadinya


Jika dilihat dari cara atau proses terjadinya, batuan beku ini dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yakni :

1. Deep seated Rock, yakni batuan beku yang terbentuk jauh di dalam lapisan
atmosfer bumi. Deep seated rock ini disebut juga dengan batuan plutonik.
Batuan plutonik ini merupakan batuan beku yang proses terbentuknya atau
proses terjadinya ada di dalam dapur magma.
2. Dike rock, yakni batuan beku yang terbentuk di dekat permukaan. Dike rock
ini juga batuan beku gang atau korok. Batuan beku jenis ini merupakan
batuan beku yang terbentuk di gang ataupun celah- celah antar lapisan di
dalam kulit bumi.
3. Effusive rock, yakni batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi.
Effusive rock ini juga disebut dengan batuan vulkanik atau batuan beku luar
atau batuan lelehan. Batuan jenis ini merupakan batuan beku luar yang
proses pembentukannya berada di luar permukaan bumi

2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 nya


Selanjutnya adalah jenis batuan beku yang dibedakan berdasarkan kandungan
SiO2nya. Jika dilihat dari klasifikasi ini, batuan beku dibedakan menjadi empat
macam, yakni:

1. Batuan beku asam. Batuan beku asam merupakan jenis batuan beku yang
kandungan SiO2nya lebih dari 66%. Contoh dari batuan ini adalah riolit.
2. Batuan beku intermediate. Batuan beku intermediate merupakan batuan
beku yang kandungan SiO2nya antara 52% hingga 66%. Contoh dari batuan
ini adalah dasit.
3. Batuan beku basa. Batuan beku basa merupakan jenis batuan beku yang
kandungan SiO2nya antara 45% hingga 52%. Contoh dari batuan ini adalah
andesit.
4. Batuan beku ultra basa. Batuan beku ultra basa merupakan jenis batuan
beku yang kandungan SiO2 nya kurang dari 45%. Contoh dari batuan jenis
ini adalah batu basalt.

3. Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warnanya


Selanjutnya adalah jenis- jenis batuan beku yang dilihat dari indeks warna batuan
itu sendiri. Jika dilihat dari klasifikasi sudut ini, batuan beku dibedakan menjadi 3
hingga 4 macam. Mengapa 3 hingga 4 macam? Karena ada beberapa pendapat
dari para ahli yang menyatakan jenis- jenis dari batuan beku berdasarkan indeks
warnanya ini.

a. Pendapat pertama dari S.J. Shand (1943) – yang menyatakan bahwa batuan
beku dilihat dari indeks warnanya dibedakan menjadi 3 jenis, yakni:

a) Leucoctaris rock, yakni batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik
kurang dari 30%.
b) Mesococtik rock, yakni batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik
sebanyak 30% hingga 60%.
c) Melanocractik rock, yani batuan beku yang mengandung kadar mineral
mafik lebih dari 60%.

b. Pendapat kedua dari S.J. Ellis – Berbeda dengan pendapat sebelumnya, S.J.
Ellis mengklasifikasikan batuan beku menurut indeks warna ini menjadi 4 macam,
yakni:

a) Holofelsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna kurang
dari 10%.
b) Felsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna antara 10%
hingga 40%.
c) Mafelsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna antara
40% hingga 70%.
d) Mafik, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna lebih dari
70%.

Contoh dari Batuan Beku

Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwasannya batuan beku merupakan jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma yang mengalami
pengerasan ini pada akhirnya akan menjadi batuan. Ada beberapa jenis batuan
beku yang seringkali kita kenal, diantaranya adalah batu obsidian, batu granit, dan
batu basalt. Batuan- batuan yang berbeda- beda tersebut mempunyai ciri- ciri
tertentu. Ciri- ciri ataupun karakteristik dari masing- masing batu tersebut akan
dipaparkan lebih jelasnya sebagai berikut.
1. Batu Obsidian
Batu obsidian merupakan salah satu jenis batuan beku. Batu obsidian ini juga
disebut sebagai batu kaca. Batu obsidian ini memiliki warna hitam ataupun
cokelat tua. Batu obsidian ini memiliki permukaan yang halus dan juga mengkilap.
Batu obsidian ini banyak dimanfaatkan sebagai alat pemotong dan juga mata.
Proses terjadinya batu obsidian ini berasal dari magma yang membeku dengan
cepat di atas permukaan bumi. Karena proses terbentuknya ini yang berada di
luar permukaan bumi, maka batu obsidian ini seringkali disebut sebagai salah satu
jenis batuan beku luar atau batuan beku efusit.

2. Batu Granit
Batu granit juga merupakan salah satu jenis batuan beku. Batu granit terbentuk
atas butiran- butiran yang kasar yang semi berwarna- warni. Disebut semi
berwarna warni karena jenis batu ini memiliki warna yang berbeda- beda ada
yang berwarna putih dan ada juga yang berwarna keabu- abuan. Batu ini
merupakan jenis batu yang sering digunakan untuk bahan bangunan atau sering
digunakan untuk membangun sebuah gedung. Jenis batuan ini terbentuk karena
adanya magma yang membeku yang prosesnya terjadi di dalam kerak bumi.
Proses pembekuan ini berlangsung secara perahan- lahan dan dalam waktu yang
cukup lama. Maka dari itu jenis batuan ini termasuk ke dalam jenis batuan beku
dalam.

3. Batu Basal
Salah satu jenis lain dari batuan beku adalah batu Basal. Batu basal ini sering
disebut juga sebagai batu lava. Batu lava atau basal ini memiliki warna hijau
keabu- abuan dan terdiri dari butiran- butiran kecil atau berbentuk butiran-
butiran kecil. Batu ini juga merupakan salah satu jenis batuan yang sering
digunakan untuk membuat bahan bangunan. Proses terbentuknya batu ini berasal
dari magma yang membeku di bawah lapisan kerak bumi yang bercampur dengan
gas- gas tertentu yang menyebabkan magma tersebut memiliki rongga- rongga
kecil. Proses terjadinya dimulai dari magma yang keluar dari dapur magma dan
mencapai permukaan bumi yang membeku dengan cepat di atas permukaan
bumi. Maka dari itu jenis batuan ini termasuk ke dalam jenis batuan beku luar
atau batuan beku efusit.

4. Batu Andesit
Salah satu jenis batuan beku lainnya adalah batu andesit. Batu andesit ini
merupakan jenis batuan beku yang mempunyai warna putih keabu- abuan dan
butirannya kecil- kecil seperti ciri- ciri yang dimiliki oleh batu basal. Batu ini
seringkali digunakan dalam pembuatan arca dan juga bangunan- bangunan candi
dan semacamnya. Proses terbentuknya batu ini berasal dari magma yang
membeku dengan sangat cepat yang berada di bawah kerak bumi. Batu andesit
ini merupakan salah satu jenis batuan beku yang tergolong ke dalam batuan beku
luar atau batuan beku efusit.

5. Batu Apung
Jenis batuan beku selanjutnya adalah batu apung. Batu apung merupakan salah
satu jenis dari batuan beku yang memiliki ciri khusus berwarna cokelat bercampur
dengan abu- abu muda. Selain warna yang khas tersebut, batu ini juga memiliki
bentuk berongga- rongga. Batu ini seringkali digunakan untuk mengampelas kayu
dan juga digunakan sebagai bahan penggosok. Batu ini terbentuk dari magma
yang membeku di permukaan bumi. Maka dari jenis cara pembentukannya, batu
ini tergolong sebagai batuan beku dengan jenis batu beku efusit.

Proses Terjadinya Batuan Metamorf

Batuan metamorf ini bukanlah merupakan jenis batuan yang langsung ada di
dunia ini. Untuk berubah menjadi batuan metamorf, diperlukan beberapa proses.
Proses terjadinya batuan metamor ini berasal dari batuan yang sudah ada
sebelumnya, yakni protolith. Protolith atau batuan asal yang dikenai panas lebih
dari 150 derajat celcius dan juga tekanan yang ekstrem akan mengalami
perubahan fisika atau perubahan kimia yang besar. Batuan protolith ini banyak
sekali jenisnya. Yang termasuk ke dalam batuan protolith ini adalah batuan beku,
batuan sedimen, atau bisa juga batuan metamorf lainnya yang usianya lebih tua
seperti batu Gneis, batu sabak, batu marmer, dan juga batu skist.

Jenis- jenis Batuan Metamorf

1. Batuan metamorf kontak

Jenis batuan metamorf yang pertama akan kita bahas adalah jenis batuan
metamorf kontak. Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf
yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi
atau sebagai akibat dari adanya aktivitas magma. Ada yang menyatakan pula
bahwa batuan metamorf kontak ini adalah batuan yang terbentuk karena adanya
pengaruh intrusi magma pada suhu yang sangat tinggi. Adanya suhu yang sangat
tinggi yang berasal dari aktivitas magma ini menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk maupun perubahan warna batuan. Suhu yang tinggi ini juga karena
letaknya dekat dengan magma. Contoh dari batuan metamorf kontak ini adalah
batu kapur atau gamping menjadi batu marmer, kemudian batuan batolit, batuan
lakolit, dan juga batuan sill. Satu hal yang perlu kita ketahui tentang batuan jenis
ini, yakni batuan jenis ini dipengaruhi oleh letak instrusinya, dimana semakin jauh
letaknya dari intrusinya maka derajat metamorfosisnya akan semakin berkurang.

2. Batuan metamorf dinamo

Jenis batuan metamorf yang kedua adalah batuan metamorf dinamo. Batuan
metamorf dinamo merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfose sebagai
akibat adanya tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga endogen dalam waktu
yang lama, serta dihasilkan dalam proses pembentukan kulit bumi karena adanya
tenaga endogen. Batuan metamorf dinamo ini biasanya terjadi atau ada di bagian
atas kerak bumi. Adanya tekanan dengan arah berlawanan mengekibatkan
terjadinya perubahan butiran- butiran mineral ada yang berbentuk pipih dan ada
pula yang kembali menjadi bentuk kristal. Beberapa jenis batuan metamorf ini
berubah menjadi batuan hablur. Contohnya adalah batuan serbuk dan juga
serpih. Contoh lain dari batuan metamorf dinamo ialah batu lumpur atau mud
stone menjadi batu tulis atau slate. Batuan jenis ini banyak dijumpai di daerah-
daerah patahan ataupun lipatan. (baca : jenis jenis patahan)

3. Batuan metamorf kontak pneumatolistis

Jenis dari batuan metamorf selanjutnya adalah batuan metamorf kontak


pneumatolistis. Jenis batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses
metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh dari gas- gas yang ada pada
magma. Pengaruh dari gas yang panas ini menyebabkan perubahan komposisi
kimiawi mineral dari batuan ini. Contoh dari batuan metamorf kontak
pneumatolistis ialah batu kuarsa dengan gas borium berubah menjadi turmalin
atau sejenis batu permata. Contoh lain dari jenis batu ini yaitu batu kuarsa
dengan gas florium dan berumah menjadi topas.

Dampak dari Metamorfosis


Proses metamorfosis yang dialami oleh bebatuan ini bukan saja hanya
menghasilkan batu- batu tertentu, namun juga kita akan mendapatkan dampak-
dampak tertentu dari adanya proses metamorfosis ini.

a) Ketika material dari luar bumi, seperti jenis jenis sistem tata surya seperti
meteorit atau komet yang jatuh ke bumi, atau apabilah terjadi ledakan
gunung berapi yang sangat besar, tekanan yang sangat tinggi dapat terjadi
pada batuan- batuan yang terkena dampaknya.
b) Tekanan- tekanan yang sangat tinggi tersebut menghasilkan mineral yang
hanya bisa stabil pada tekanan yang sangat tinggi, seperti halnya polimorf
SiO2 seperti koesit dan juga stishofit.
c) Selain itu mereka ini juga dapat menghasilkan terkstur yang dikenal sebagai
shock lamellae di buturan- butiran mineral dan juga tekstur seperti atau
menyerupai kerucut pecah dai batuan yang berdampak.

Mineral Metamorfik

Mineral metamorfik adalah mineral yang terbentuk hanya pada suhu dan tekanan
tinggi terkait dengan proses metamorfosis. Mineral ini, yang dikenal
sebagai mineral - mineral indeks, termasuk silimanit, kyanit, staurolit, andalusit,
dan beberapa garnet.
Mineral lainnya, seperti olivin, piroksen, ampibol, mika, feldspar,
dan kuarsa dapat ditemukan dalam batuan metamorf, tetapi belum tentu
merupakan hasil dari proses metamorfisme. Mineral ini terbentuk selama
kristalisasi batuan beku. Mereka stabil pada suhu dan tekanan tinggi yang secara
kimia tidak berubah ketika selama terjadinya proses metamorfisme. Namun,
semua mineral stabil hanya dalam batas-batas tertentu, dan adanya beberapa
mineral dalam batuan metamorf menunjukkan perkiraan suhu dan tekanan di
mana mereka terbentuk.
Perubahan ukuran partikel batuan selama proses metamorfisme
disebut rekristalisasi. Misalnya, kristal kalsit kecil pada batugamping berubah
menjadi kristal yang lebih besar di marmer pada batuan metamorf, atau dalam
batupasir yang termetamorfosis, rekristalisasi dari kuarsa asal butir-butir pasir
menghasilkan kuarsit yang sangat kompak, atau biasa disebut dengan
metakuarsit, di mana kristal kuarsa yang lebih besar biasanya saling bertautan.
Baik suhu maupun tekanan yang tinggi berkontribusi terhadap rekristalisasi.
Temperatur yang tinggi memungkinkan atom dan ion dalam kristal padat untuk
bermigrasi, sehingga membentuk suatu susunan pada kristal, sementara tekanan
tinggi menyebabkan pelarutan kristal dalam batuan di titik kontak mereka.

Proses Pembentukan Batuan Sedimen

Batuan sedimen ini mengalami proses pemadatan dan juga pengompakan dari
bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen yang utuh. Proses ini
dinamakan sebagai diagenesa. Proses diagenesa sendiri dapat terjadi pada suhu
dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 derajat celcius dan juga tekanan
1 – 2 kilobar yang berlangsung mulai dari sedimen mengalami penguburan hingga
terangkat dan juga tersingkap kembali di atas permukaan lapisan atmosfer bumi.
Berdasarkah hal ini maka ada 3 macam diagnesa, yakni:

a) Diagnesa eogenik, yakni diagnesa awal yang terjadi pada sedimen di bawah
permukaan air.
b) Diagnesa mesogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada waktu sedimen
mengalami penguburan yang semakin dalam.
c) Diagnesa telogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada saat batuan sedimen
tersingkap kembali ke permukaan bumi yang disebabkan karena
pengangkatan dan juga erosi

Jenis- jenis Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku atau zat padat lainnya yang
kemudian mengalami erosi di tempat tertentu dan kemudian mengendap dan
pada kahirnya menjadi keras. Batuan sedimen ini biasanya bentuknya berlapis-
lapis secara mendatar. Tahukah Anda bahwa jenis batuan sedimen ini masih
dibedakan lagi menjadi beberapa jenis? Jenis- jenis dari batuan sedimen ini
diklasifikasikan menurut beberapa kategori. Banyak ahli yang mengkategorikan
atau mengjklasifikasikan jenis batuan ini dengan jumlah yang berbeda- beda. Lalu,
apa saja jenis- jenis dari batuan sedimen ini?

1. Menurut Pettijohn (1975), O’Dunn dan Sill (1986) – membagi batuan batuan
sedimen ini berdasarkan terksturnya yang terbagi ke dalam dua kelompok besar,
yakni batuan batuan sedimen klastika dan juga batuan sedimen non- klastika.
a. Batuan sedimen klastika disebut juga dengan batuan sedimen detritus,
mekanik, eksogen yang merupakan batuan sedimen yang terdiri atas
klastika- klastika atau hancuran bebatuan yang mengendap secara alami
atau mekanik oleh gaya beratnya sendiri. Batuan jenis ini terbentuk sebagai
hasil pengerjaan kembali atau reworkin dari batuan yang sudah ada
sebelumnya. Proses pengerjaan kembali yang terjadi sebagai pembentukan
batuan ini meliputi pelapukan, erosi, transportasi, dan juga redeposisi atau
pengendapan kembali. Untuk menunjang proses tersebut dapat terjadi,
diperlukan beberapa media yakni air, angin, es , dan juga efek gravitasi atau
beratnya sendiri. Khusus untuk media yang terakhir tersebut atau media
gravitasi ini sebagai akibat dari longsoran batuan yang telah ada
sebelumnya. Yang perlu kita ketahui dari kelompok batuan jenis ini adalah
bahwa kelompok batuan ini bersifat fragmental atau terdiri dari butiran-
butiran atau pecahan batuan sehingga bertekstur klastika. Contoh dari
batuan sedimen klastika ini antara lain batu breksi, konglomerat, batu pasir,
dan juga batu lempeng. Batu breksi merupakan endapan krikil yang
bersudut tajam yang masih dekat dengan tempat asalnya. Batu
konglomerat merupakan endapan kerikil yang sudutnya membulat (sudut
yang jauh terbawa aliran sungai). Sedangkan batu pasir merupakan batuan
endapan yang berasal dari fragmen batuan yang berukuran 1/16 hingga 2
mili meter.
b. Batuan sedimen non- klastika. Selanjutnya kita akan membahas mengenai
jenis kelompok batuan non- klastika. Batuan non- klastika ini merupakan
jenis batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu
larutan atau pengendapan material yang berada di tempat itu juga. Proses
pembentukan batuan jenis ini bisa terjadi dengan proses kimiawi, biologi
ataupun organik, ataupun kombinasi antara keduanya, yakni kombinasi
antara kimiawi dan juga organik atau biologi. Proses yang merupakan
kombinasi dari keduanya ini disebut dengan biokomia. Proses
pembentukan batuan ini yang terjadi secara biologi atau organik
merupakan prosen pembentukan yang dilakukan oleh aktivitas alam
tertentu yakni oleh tumbuhan maupun binatang. Sebagai contoh dari
proses pembentukan batuan ini secara organik adalah pembentukan rumah
binatang laut atau karang, terkumpulnya cangkang binatang (fosil), dan
terkuburnya kayu- kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.

2. Menurut Sanders tahun 1981 dan Tucker 1991 – mengklasifikasikan atau


membagi batuan sedimen ini menjadi empat macam yakni:
a. Batuan sedimen detritus atau klastika
b. Batuan sedimen kimia – Batuan sedimen kimia merupakan batuan sedimen
yang terbentuk melalui reaksi kimia, seperti evaporasi, presitasi, dan juga
konsentrasi. Contoh drai batuan sedimen kimia ini adalah batu garam, batu
gypsum, stalaktit, dan juga stalagmit.
c. Batuan sedimen organik – Batuan sedimen organik ini juga dikenal sebagai
batuan sedimen asal jasad. Batuan sedimen organik merupakan batuan
sedimen yang berasal dari sisa- sisa jasad hidup atau dibuat oleh jasad
hidup. Golongan batuan jenis ini dapat dipecah menjadi dua macam, yakni
sedimen biomekanik dan juga sedimen biokimia. Sedimen biomekanik
merupakanendapan dari sisa- sisa bagian tubuh jasad hidup yang
mengendap secara alami karena beratnya sendiri, misalnya adalah batu
gamping, kerang, batu numilites, dan juga batu gamping
berlapis. Sementara batuan sedimen biokimia merupakan batuan yang
terjadi karena pengendapan unsur gamping dan juga silisium dengan
batuan makhluk hidup. Contoh dari batuan ini adalah batu gamping
terumbu atau rumah binatang kerang dan juga tanah diatomea atau
pengendapan unsur silisium karena adanya karbondioksida dalam air yang
banyak diserap oleh ganggang diatomea.
d. Batuan sedimen klastika gunung api. – Khusus untuk batuan jenis ini
merupakan batuan sedimen yang mempunyai tekstur klastika dengan
bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan oleh gunung api.

3. Menurut Graha (1987) – Batuan sedimen jenis ini merupakan batuan sedimen
yang pada umumnya bertekstur non klasika. Graha membagi batuan sedimen ini
menjadi empat kelompok juga, yakni:

a. Batuan sedimen detritus (klastika/ mekanis)


b. Batuan sedimen batubara (organik/ tumbuh- tumbuhan)
c. Batuan sedimen silika, dan
d. Batuan sedimen karbonat

Khusus untuk jenis batuan ini dan juga batuan sedimen silika ini bisa merupakan
batuan sedimen klastika maupun batuan sedimen non- klastika. Kemudian
berdasar pada komposisi penyusun utamanya , batuan sedimen klastika atau
bertekstur klastika, dapat dibagi lagi menjadi tiga macam. Yakni:
a. Batuan sedimen silisiklastika. Batuan jenis ini merupakan jenis batuan
sedimen klastika yang mineral penyusun utamanya berupa kuarsa dan juga
felspar.
b. Kemudian ada batuan sedimen klastika gunung api. Batuan sedimen
gunung api merupakan salah satu jenis batuan sedimen dengan material
penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunung api, seperti kaca,
kristal, dan atau litik.
c. Yang terkahir ada batuan sedimen klastika karbonat atau dikenal sebagai
batu gamping klastika. Batuan jenis ini merupakan batuan sedimen klastika
dengan mineral penyusun utamanya adalah material karbonat (kalsit).

Anda mungkin juga menyukai