Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berisi ringkasan beberapa penelitian yang pernah dilakukan di PT. BUKIT
ASAM Tbk yang digunakan sebagai referensi untuk mengerjakan proposal penelitian ini.

2.1.1 Analisis Potensi Bahaya Serta Rekomendasi Perbaikan Dengan Metode Hazard and
Operability (HAZOPS) di PT. BUKIT ASAM Tbk. Oleh Ratih Rahayu Putri,
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri, Universitas Diponegoro.

Dari penelitian yang dilakukan di dapat 3 kesimpulan yaitu :

1) Dari 13 proses pekerjaan yang dilakukan penelitian maka ditemukan 40 bahaya yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja
2) Terdapat pekerjaan yang mendapat nilai 9 pada risk rating yaitu ada beberapa pekerja
yang tidak menggunakan APD kacamata pada proses bubut, pekerja tidak menggunakan
sarung tangan dan baju keselamatan pada proses memotong bucket bager dengan las.
Nilai 9 cenderung memiliki kemungkinan resiko cedera berat sehingga perlu ditingkatkan
pengawasan mengenai penerapan SMKP.
3) Perbaikan beberapa penerapan SMKP yang diharapkan dapat mengurangi kecelakaan
kerja pada area bengkel utama.

2.1.2 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT. BUKIT ASAM Tbk.
Oleh Katerina Tri Wulandari, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Proses pelaksanaa K3 di PT. BUKIT ASAM Tbk. Dimulai dari safety talk, pembinaan,
pengawasan dan kajian terhadap tindakan dari adanya identifikasi bahaya yang
berhubungan dengan K3.
2) Perusahaan memberikan jaminan kepada pekerja berdasarkan undang-undang yang
ditetapkan oleh pemerintah.
3) Secara rutin melakukan pelatihan 1 tahun sekali mengenai penanggulangan dan
pengurangan kecelakaan kerja.
4) Perusahaan menerapkan program kes
5) ehatan kerja kepada pegawainya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Karyawan Dalam Penerapan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Area Penambangan Tambang Bawah
Tanah PT. BUKIT ASAM Tbk. Unit Pertambangan Ombilin, Sawahlunto, Sumatera
Barat. Oleh Ricci Rahman, Rijal Abdullah, Yunasril, Universitas Negeri Padang.

Metode penelitian yang dilakukan adalah tergolong kepada jenis penelitian kolerasional yang
tujuannya untuk mengetahui ada atau tidak nya hubungan antara dua variabel. Hasil analisi yang
didapat berupa analisi univariat dan analisi bivariat.

Hasil analisis univariat sebagai berikut :

1) Gambaran responden tentang pengetahuan K3 yang didapat dari hasil penelitian adalah
baik dengan presentase 54,5 %.
2) Gambaran responden tentang tindakan K3 adalah 63,6%.
3) Gambaran responden tentang sikap K3 dengan presentasi 54,5 %.

Hasil analisis bivariat adalah sebagai berikut :

1) Terdapat hubungan antara pengetahuan K3 responden dengan penerapannya dengan nilai


p value = 0,002
2) Terdapat hubungan antara sikap K3 responden dengan penerapan K3, dimana nilai p
value = 0,002
3) Terdapat hubungan antara tindakan K3 responden dengan penerapan K3, dimana nilai p
value = 0,019.

2.1.4 Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pelatihan Terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. BUKIT ASAM Tbk. Bandar Lampung. Oleh Lara Andini, IIB
Darmajaya.

Metode yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan data
yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat simpulan yang umum.

Diketahui ada sedikitnya 72 responden dalam penelitian ini dimana di dominasi oleh laki-laki
dengan presentase 76,39% dan perempuan 23,61%. Dari survey ini di dapatkan hasil 42,26%
sangat setuju, 45,24% responden memilih setuju, 6,94% kurang setuju, 4,37% responden tidak
setuju dan 1,19% responden memilih sangat tidak setuju.

Dari presentasi yang didapat dari survey menunjukkan bahwa sebagian besar responden
menyetujui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja dan pelatihan terhadap kinerja karyawan PT.
BUKIT ASAM Tbk.

2.1.5 Analisis Pelaksanaan Manajemen Risiko Dengan Aplikasi Enterprise Risk


Management pada PT. BUKIT ASAM Tbk. Oleh Indah Zulya Astari, Didi Achjari,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Secara umum pelaksanaan manajemen resiko dengan aplikasi ERM telah berdasarkan ISO
31000. PT BUKIT ASAM Tbk telah menerapkan manajemen risiko dengan tools berbasis risiko
untuk mengidentifikasi risiko agar lebih terintegrasi.

Adapun pelaksanaan manajemen risiko di PT BUKIT ASAM Tbk dilakukan dengan beberapa
tahapan berikut:

1) Penetapan konteks dilakukan saat awal pengembangan aplikasi dan dipaparkan dalam
pedoman manjemen resiko.
2) Mengidentifikasi risiko
3) Analisis risiko
4) Evaluasi risiko
5) Pemberian tanggapan terhadap risiko untuk menerima atau tidak menerima risiko

2.2 Keselamatan Kerja

Menurut Bangun Wilson (2012:3777) Keselamatan Kerja adalah perlindungan atas


keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaan.

Menurut Bangun Wilson (2012:379) terdapat tiga alasan keselamatan kerja merupakan
sebuah keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya, yaitu :

1. Moral

Pekerja memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan


kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia dan nilai-nilai agama (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)

2. Hukum

Sesuai dengan yang tertera di Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang


Keselamatan dan Kesehatan kerja untuk melindungi para pekerja pada segala lingkungan
kerja baik di darat, dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang
berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

3. Ekonomi

Perusahaan membebankan biaya akibat kecelakaan kerja kepada pihak asuransu,


namun dengan terjadi nya kecelakaan kerja akan menghambat jalan nya produksi dan
terhambatnya pekerjaan yang sudah tersusun sesuai jadwal.

2.3 Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja merupakan suatu bidang ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan
kualitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan. Kesehatan dilingkungan kerja
merupakan salah satu faktor penentu produksi dapat berjalan dengan baik. Tenaga kerja yang
sehat secara jasmani dan rohani dapat bekerja dengan efektif dan pekerja yang sehat
memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang
terganggu kesehatannya.

Fungsi dari keselamatan kerja yaitu :

1) Melakukan identifikasi terhadap resiko kesehatan di tempat kerja


2) Mengelola tindakan P3K dan tindakan darurat
3) Merancang desain pengendalian bahaya, metode penerapannya, prosedur pelaksanaan
dan program kerja
4) Menerapkan desain pengendalian bahaya dan program kerja yang sudah di rancang
5) Melakukan survei kesehatan kerja kepada para pekerja
6) Meninjau kembali keefektifan desain pengendalian bahaya yang sudah di terapkan

2.4 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/Men/1998 adalah suatu
kejadian yang tidak di kehendaki atau tidak terduga yang dapat menimbulkan korban manusia
dan atau harta benda.

2.4.1 Klasifikasi kecelakaan kerja

Menurut international labor organization (ILO), ada 4 klasifikasi kecelakaan kerja yaitu :

1) Tipe kecelakaan (orang jatuh, tersengat listrik, terjepit, terkena radiasi, dan lain-lain)
2) Menurut benda (mesin, alat angkut dan sarana transportasi)
3) Menurut jenis luka (gegar otak, luka dalam,sesak nafas, terkilir dan lain-lain)
4) Menurut lokasi luka (kaki, tangan, kepala, tungkai, leher dan lain-lain)

2.4.2 Faktor-Faktor penyebab kecelakaan kerja

Ada beberapa tolak ukur terjadinya kecelakaan kerja, yaitu :

1) Umur

umur sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja, pekerja dengan golongan umur yang
lebih tinggi cenderung berpotensi mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan golongan
muda yang memiliki kecepatan reaksi yang lebih tinggi.

2) Masa kerja
Pengalaman dalam bekerja di dunia pertambangan menjadi salah satu tolak ukur bagaimana
pekerja akan bersikap saat terjadi kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang sudah berpengalaman
lebih mudah dalam mengenali lingkungan kerja.

3) Pendidikan

Pendidikan memegang peran penting dalam kecelakaan kerja, pekerja yang tidak memiliki dasar
ilmu pertambangan dapat meningkatkan resiko kecelakaan kerja.

4) Lama kerja

Lama kerja atau jam kerja menentukan efesiensi dan produktivitas para pekerja. Maksimal jam
kerja umumnya 6-8 jam, memperpanjang waktu kerja akan menurunkan produktivitas serta
kelelahan, penyakit dan kecelakaan kerja.

2.4.3 Pencegahan Kecelakaan

Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan kerja dapat dicegah dengan beberapa hal berikut :

1) Peraturan perundangan yang mengatur mengenai SMKP


2) Perencaan konstruksi yang baik, perawatan dan pemeliharaan dilakukan sebagai
pencegahan kecelakaan
3) Pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industry
4) Latihan supervisi medis
5) P3K dan pemeriksaan kesehatan’
6) Standarisasi yang ditetapkan secara resmi dan alat pelindung diri (APD)
7) Pengawasan penerapan SMKP dilokasi kerja
8) Penelitian bersifat teknik
9) Riset medis
10) Penelitian psikologis
11) Penelitian secara statistic
12) Asuransi

2.4.4 Perhitungan Statistik kecelakaan kerja

Ada lima perhitungan statistik yang digunakan dalam perhitungan kecelakaan kerja, yaitu:

1) Frequency Rate (tingkat keseringan)


 Menentukan tingkat keseringan kecelakaan kerja / insiden kerja per 1.000.000 (satu juta)
jam kerja orang.
 FR = (total kasus kecelakaan kerja / total jam kerja orang) X 1.000.000
2) Severety rate (tingkat keparahan)
 Menentukan tingkat hari kerja yang hilang karena kecelakaan kerja / insiden kerja per
1.000.000 (satu juta) jam kerja orang.
 SR = (total hari kerja hilang karena kecelakaan kerja / total jam kerja orang) X 1.000.000
3) Incident rate (tingkat kejadian)
 Menentukan presentase tingkat terjadinya kecelakaan kerja untuk tiap tenaga kerja
 IR = (total kasus kecelakaan kerja / total tenaga kerja) X 100%
4) Average time lost rate (rata-rata hilang hari kerja karna kecelakaan kerja)
 Menentukan rata-rata hilangnya hari kerja karna kecelakaan kerja untuk tiap kasus
kecelakaan kerja
 ATLR = (total hari hilang karna kecelakaan kerja / total kasus kecelakaan kerja)
5) Sate –T Score (nilai keselamatan kerja)
 Menunjukkan tingkat perubahan (peningkatan / perubahan) kinerja K3 yang berkaitan
dengan kecelakaan kerja / insiden kerja
 Safe –T Score = (FR(n) – FR(n-1)) / FR(n-1)
 Keterangan :
 FR(n) = Nilai FR saat ini
 FR(n-1) = Nilai FR sebelumnya
 STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perbedaan berarti
 STS diatas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk
 STS dibawah -2,00 menunjukkan keadaan membaik

2.5 Istilah-Istilah Bahaya di lingkungan kerja

Ada beberapa istilah bahaya dalam dunia pertambangan, berikut beberapa istilah yang sering
digunakan dilapangan, yaitu :

1. Hazard

Hazard merupakan sesuatu yang memiliki potensi membahayakan keselamatan, keamanan,


kesehatan, serta kenyamanan orang di tempat kerja. Hazard (bahaya) dapat mengakibatkan
cedera pada manusia dan kerusakan pada alat atau lingkungan.

Contohnya yaitu :

1) Batuan rapuh ditambang bawah tanah


2) Bahan kimia yang berpotensi mengakibatkan masalah kesehatan

2. Danger

Danger merupakan suatu keadaan yang bisa menyebabkan peluang bahaya yang telah mulai
terlihat, hingga menimbulkan satu aksi.

Contohnya, yaitu :
1) Gas bocor
2) Listrik konslter

3. Resiko

Resiko di definisikan juga sebagai peluang terpaparnya seorang atau alat disuatu hazard
(bahaya).

Contohnya, yaitu :

1) Keracunan makanan
2) Kelelahan
3) Ngantuk

4. Unsafe Action

Unsafe Action merupakan tindakan membahayakan yang dapat mengakibatkan keccelakaan


akibat dari tindakan manusia.

Contohnya, yaitu :

1) Kecerobohan
2) Mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan skill/keterampilan
3) Tidak melakukan prosedur kerja dengan baik

5. Unsafe Condition

Unsafe Condition merupakan keadaan atau lingkungan kerja yang tidak aman dan terlalu
beresiko bagi para pekerja.

Contohnya, yaitu :

1) Tempat kerja yang tidak sesuai standard


2) Alat pelindung diri yang tidak sesuai standard
3) Jam kerja terlalu berlebihan
4) Perlakuan tidak baik dari atasan

6. Incident
Incident merupakan peristiwa yang dapat menyebabkan atau memiliki potensi menyebabkan
kecelakaan.

Contohnya, yaitu :

1) Bahan kimia yang tumpah


2) Kenaikan temperature mesin

7. Accident

Accident yaitu kejadian yang tidak menyebabkan cedera pada manusia yang mengakibatkan
luka-luka, kematian, serta berkenaan dengan health and safety yang lain (OHSAS18001:2007)

Contohnya, yaitu :

1) Kecelakaan industry
2) Kecelakaan perjalanan

8. Near miss

Nearmiss merupakan peristiwa kecelakaan yang tidak menyebabkan cedera atau merusak alat
namun memiliki resiko terjadinya cedera dan kerusakan.

Contohnya, yaitu :

1) Terpeleset
2) Nyaris kesetrum saat mencabut kabel

2.6 Konsep 5R dalam SMKP

Setiap pekerja pasti menginginkan lingkungan kerja yang selalu bersih,raoi dan aman serta
nyaman, masing-masing orang mempunyai konsistensi dan disiplin diri, sehingga mendukung
terjadinya efisiensi dan produktivitas yang tinggi di lingkungan kerja dan perusahaan. Namun
ada beberapa kondisi yang memicu kondisi emosional pekerja seperti kurang nyaman dengan
kondisi berkas kerja yang berantakan dan lingkungan kerja yang tidak bersih. Permasalahan ini
dapat diatasi dengan konsep 5R yang dikembangkan di jepang dan sudah digunakan di banyak
Negara. Metode ini cenderung sederhana untuk menata dan membersihkan tempat kerja secara
disiplin untuk menciptakan kenyamanan kerja.

Konsep 5R merupakan budaya bagaimana pekerja memperlakukan/merawat tempat kerja nya


secara benar. Dengan begitu pekerja dapat bekerja lebih efektif dengan lingkungan yang sehat,
bersih dan tersusun rapi.
1) Ringkas (Seiri)

Prinsip ringkas ialah memisahkan sesuatu yang diperlukan dan memindahkan sesuatu yang tidak
dibutuhkan dari tempat kerja.

Langkah melakukan Ringkas,yaitu :

 Memeriksa semua barang di area masing-masing


 Masukkan barang-barang yang tidak diperlukan kedalam kardus
 Pindahkan barang yang tidak di perlukan ke tempat yang telah ditentukan

2) Rapi (Seiton)

Prinsip rapi ialah menempatkan item yang diperlukan pada tempat yang memudahkan untuk
dijaangkau dan meletakkan barang-barang dalam tata letak yang benar sesuai aturan.

Langkah penerapan rapi, yaitu :

 Meletakkan barang sesuai aturan


 Memastikan semua barang berada sesuai tempat nya
 Beri label untuk mengidentifikasi dan mempermudah pencarian barang

3) Resik (Seiso)

Prinsip resik ialah menjaga lingkungan kerja dan semua item atupun alat kerja dalam keadaan
baik dan bersih.

Langkah penerapan resik, yaitu :

 Memberi tugas kepada para pekerja untuk bertanggung jawab terhadap kebersihan di area
masing-masing
 Menjadwalkan pembersihan
 Melakukan pembersihan sesuai jadwal
4) Rawat (Seiketsu)

Prinsip rawat ialah, mempertahankan hasil yang telah dicapai pada 3R sebelumnya dengan
menjadikannya sebagai standar dari prosedur pemeliharaan lingkungan kerja.

Langkah melakukan rawat, yaitu :

 Menetapkan standar kebersihan,penempatan dan penataan


 Melakukan koordinasi dengan semua karyawan
5) Rajin (Shitsuke)

Prinsip rajin ialah, membuat 4R sebelumnya menjadi kebiasaan untuk pengembangan yang
berkalanjutan.

Langkah melakukan rajin, yaitu :

 Menentukan standar peraturan secara procedural


 Menerapkan kedisiplinan
 Menciptakan suasana kondusif sehingga semua orang saling mnghormati satu sama lain

2.7 Pengaruh SMKP Terhadap SDM

Sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja pertambangan terhadap sumber daya manusia
selaku pekerja diterapkan untuk meminimalisasi dan menghindarkan diri dari resiko kerugian
moral dan material maupun keselamatan manusia dan lingkungan sekitarnya yang dapat
meningkatkan kinerja yang efektif dan efisien.

SMKP diterapkan untuk mencegah kecelakaan terjadi dan menanggapi dengan cepat dan tepat
kecelakaan yang sudah terjadi, dengan begitu

Dengan adanya SMKP selaku pencegah terjadi nya kecelakaan, para pekerja akan merasa aman
dan nyaman selama bekerja. Hal ini akan memaksimalkan kinerja SDM. Semakin baik
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) semakin tinggi juga kinerja karayawan.

Menurut Rivai dan Sagala (2013, p.234), tujuan keselamatan kerja adalah perusahaan dapat
menurunkan tingkat terjadinya kecelakaan kerja, penyakit dan stress, serta mampu meningkatkan
kualitas hidup pekerja maka perusahan akan semakin efektif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widagda, Rodhiyah dan Sendhang (2014), hasil penelitian
tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Firmanzah, Djamhur
Mochammad (2017) yang menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh
terhadap kinerja karyawan.

2.8 Undang-Undang mengenai SMKP

Dengan diterbitkannya peraturan menteri ESDM No.38 Tahun 2014 tentang penerapan sistem
manajemen keselamatan menjadi awal pertambangan Indonesia memiliki sistem manajemen
kesalamatan pertambangan baru.

Sebelum diterapkan peraturan menteri ESDM No.38 Tahun 2014, berikut beberapa pearutaran
pemerintah maupun Undang-Undang yang pernah digunakan sebagai acuan keselamatan kerja
pertambangan.
1) PP Nomor 50 Tahun 2012 pasal 4 dan pasal 19
2) UUD I945 pasal 27
3) UU No 1 Tahun 1970 pasal 9
4) PP Nomor 19 Tahun 1973 pasal 2

2.9 Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi pemakainya dari resiko kecelakaan kerja yang
bisa terjadi kapan saja, karna itu para pekerja wajib melengkapi diri dengan peralatan kesehatan
yang memadai.

1) Alat pelindung kepala (safety helmet)

Gambar 2.1 safety helmet

Sumber : klikmikro

Safety helmet berfungsi melindungi kepala dari benturan atau tertimpa reruntuhan di lokasi
kerja. Safety helmet untuk pekerja pada tambang bawah tanah biasanya dilengkapi dengan
lampu.

Safety helmet memiliki beberapa warna dengan makna yang berbeda pada setiap warna, hal ini
dilakukan untuk memudahkan membedakan pekerja berdasarkan pekerjaan maupun tugas nya.

a) Kuning
 Operator
 Sub-kontraktor
 Pekerja umum
b) Biru
 Supervisor
 Pekerja listrik
 Operator teknis
c) Hijau
 Pengawas lingkungan
d) Merah
 Safety officer
e) Cokelat
 Tukang las
 Pekerja lain dengan aplikasi panas tinggi
f) Putih
 Manajer
 Pengawas
 Insinyur
 Mandor

2) Rompi reflektor (safety vest)

Gambar 2.2 Rompi Reflektor

Sumber : Fariz Akbar

Dilengkapi dengan illuminator yang dapat berpendar jika terkena cahaya, bahan ini memudahkan
dalam mengenali posisi pekerja dalam kondisi gelap. Rompi ini digunakan untuk mencegah
pekerja tertabrak/ terlindas oleh kendaraan alat berat.

3) Sepatu pengaman (safety shoes)


Gambar 2.3 safety shoes

Sumber : klikmikro

Safety shoes terbuat dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol karet yang tebal dan kuat, hal ini
untuk menghindari kecelakaan yang menimpa kaki.

4) Kacamata pengaman

Gambar 2.4 kacamata pengaman

Sumber : klikmikro

Kacamata pengaman ini merupakan satu kesatuan yang terdiri dari safety goggles, face shield,
serta full face masker yang berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari percikan bahan
kimia, percikan benda-benda berukuran kecil dan juga pancaran cahaya.

5) Alat pelindung pernafasan (safety masker)


Gambar 2.5 safety masker

Sumber : klikmikro

Hampir semua wilayah pertambangan banyak bertebaran debu yang menghasilkan kualitas udara
yang buruk, hal ini dapat membahayakan kesehatan dan dalam jangka waktu panjang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan pada pernafasan.

6) Alat pelindung tangan (safety gloves)

Gambar 2.6 safety gloves

Sumber : klikmikro

Berfungsi melindungi tangan dari cedera yang dapat disebabkan oleh pekerja banyak berinteraksi
dengan benda-benda panas, tajam, ataupun yang beresiko terluka saat melakukan pekerjaan.

7) Alat pengaman telinga (ear plug/earmuff)


Gambar 2.7 alat pengaman telinga

Sumber : klikmikro

Akibat dari tingginya tingkat kebisingan atau peralatan yang mengeluarkan kebisingan tinggi,
earplug/earmuff digunakan untuk mencegah pekerja mengalami gangguan pendengaran akibat
terpapar kebisingan. Alat pelindung telinga hanya mampu menahan besaran kebisingan sampai
dengan 80-85 dB.

8) Tali pengaman (safety harness)

Gambar 2.8 safety harness

Sumber : klikmikro

Alat pelindung ini digunakan saat bekerja di ketinggian. Alat ini wajib digunakan apabila bekerja
di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

9) Pelampung (lifevest)
Gambar 2.9 pelampung

Sumber : klikmikro

Para pekerja biasa menggunakan pelampung pada saat melintasi perairan menuju ke lokasi
tambang.

Semua alat pelindung diri atau APD wajib digunakan sesuai ketentuan yang ada saat bekerja, hal
ini untuk mengurangi resiko apabila terjadi kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai