Anda di halaman 1dari 10

A.

JUDUL
MENGIDENTIFIKASI BATUAN BEKU

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis batuan beku
2. Mahasiswa dapat memahami karakteristik batuan beku
3. Mahasiswa dapat mengambarkan macam-macam batuan beku
4. Mahasiswa dapat mengetahui batuan beku berdasarkan batuan bentuk dan komponen
penyusunnya.
5. Mahasiswa dapat mengetahui deskripsi batuan beku dan proses pembentukannya

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Batu Basalt
2. Batu Apung Pumice
3. Batu Dasit
4. Batu Andesit
5. Komparator Batuan
6. Skala Garis
7. Pensil warna
8. Pensil
9. Pulpen biru
10. Penghapus
11. Penggaris
12. Loupe mineral
Bahan
1. lembar Instrumen
2. kertas cover
3. kertas HVS F4
D. DASAR TEORI
1. Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau igeneus (dari Bahasa Latin: Ignis, “api”) adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Menurut (turner dan verhogen,1960. F.F Groun, 1947. Takeda, 1970) magma
didefinisikan sebagai carian silikat kental yang pijar terbentuk secara ilmiah,
bertemperatur tinggi antara 1.500°-2.500°C dan bersifat volatile (air, CO2, chlorine,
fllorine, iron, sulhur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, and
non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam
batuan beku.
Menurut (bates dan jackson, 1990) batuan beku adalah batuan yang terbentuk
secara langsung dari proses pembekuan magma baik secara ekstrusif maupun intrusif,
yaitu proses perubahan fase dari fase cair menjadaai padat.
Menurut (muhammad zuhdi dalam buku ajar pengantar geologi, 2019) batuan beku
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi
2. Tekstur dan struktur batuan beku
a. Tekstur batuan beku
Tekstur adalah keadaan atau hubungan antara mineral-mineral sebagai bagian
dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa
dari batuan
1) Kristalisasi
Kristalisasi adalah derajat kristal dari suatu batuan beku. Kristalisasi
digunakan untuk menunjukan berapa banyak yang berbentuk kristgal dan tidak
berbentuk kristal dan dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Dalam pembentukannya kristalisasi dikenal dengan 4 kelas, yaitu:
a) Holokristalin, adalah batuan beku yang semuanya tersusun oleh kristal.
Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membek di dekat permukaan.
b) Hipokristalin, adalah sebagian batuan yang terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal
c) Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari masssa gelas.
Tekstur holohilian banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan
d) Amorf adalah batuan beku yang tidak terdiri dari mineral dan massa gelas
2) Granulatitas
Granularitas adalah sebagian besar butir (ukuran) pada batuan beku. Dikenal
dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a) Fanerik/fanerokristalin, besar kristal dalam golongan fanerik dapat
dibedakan suatu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa.
b) Afanitik, besar kristal dari tingkat granulariats ini tidak dapat dibedakan
denga mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop.
3) Kemas
Kemas/fabric adalah derajat keterkaitan anatara butir oenyusun batuan serta
hubungan antar butir. Kemas batuan beku terdiri dari bentuk kristal dan relasi
butir, bentuk kristal yaitu:
a) Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli bidang kristal
b) Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terllihat lagi
c) Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli
b. Struktur Batuan Beku
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan
yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku yaitu:
1) Masif, adalah struktur batuan yang tidak menunjukan adanya sifat aliran, jejak
gas (tidak menunjukan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukan adanya
fragmen lain yang tertanam dalam batuan beku
2) Pillow lava atau bantal adalah struktur batuan paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal
3) Joint struktur adalah struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak aliran.
4) Vesikular adalah struktur batuan beku yang berlubang-lubang yang disebabkan
oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut
menunjukan arah yang teratur.
5) Scoria adalah struktur batuan yang sama dengan struktur vesikuler teteapi
lubang-lubangnya besar dan menunjukan arah yang tidak teratur
6) Amygdaloidal adalah struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat
7) Xenolith adakah struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan
batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi
8) Diabasik adalah struktur khusus berbentuk prismatic panjang
3. Klasifikasi Batuan Beku
a. Klasifikasi Berdasarkan Tempat Terbentuknya
Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Batuan beku lelehan (volcanis rock) merupakan batuan beku yang berasal dari
hasil pembekuan magma pada permukaan bumi. Batuan beku lelehan pada
umumnya memeliki tekstur holohyalin, porfiritik dalam massa dasar.
2) Batuan beku gang atau korok (hypabysal rock) mrupakan batuan beku yang
berasal dari hasil pembekuan magma pada daerah gang atau korok. Pembekuan
ini terletak antara batuan beku lelehan dan batuan beku dalam. Batuan beku
gang atau korok pada umumnya memiliki tekstur hipokristalin, contohnya
seperti dacite atau mikrodiore.
3) Batuan beku dalam (Plutonic rocks) merupakan batuan beku yang terbentuk
dari hasil pembekuan magma di dalam bumi pada kedalaman yang cukup besar.
Batuan beku dalam pada umumnya memiliki tekstur hobokristalin dan memiliki
struktur masif, contohnya seperti gabbro dan granit.
b. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineral (SiO2)
1) Mineral felsik (batuan beku asam), yaitu mineral yang berwarna terang dengan
kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit
2) Mineral mafik (batuan beku intermediate), yaitu mineral berwarna gelap
dengan kandungan SiO2 antara 52%-66%. Contohnya adalah dasit
4. Seri Reaksi Bowen

Seri reaksi bowen menguraikan urutan kristalisasi mineral dari magma yang
mendingin. Dibagi menjadai dua cabang utama yaitu :discontinues series dan continous
series
a. Discontinous Series
Cabang rangkaian reaksi ini menggambarkan urutan kristalisasi mineral tertentu
seiring penurunan suhu. Terdiri dari dua tahap:
1) Fase olivin, olivin adalah mineral pertama yang mengkristal dari magma yang
mendingin yang terbentuk pada suhu tertinggi dalam cabang terputus-putus.
Olivin adalah mineral berwarna kehijauan hingga kekuningan yang sebagian
besar terdiri dari besi dan magnesium silikat.
2) Fase biotit amfibol piroksen fase ini ditandai dengan kristalisasi berturut-turut
piroksen, amfibol dan mika biotit seiring dengan pendingin magma yang terus
menerus. Piroksen amfibol biasanya merupakan mineral berwarna gelap,
sedangkan biotit adalah mineral mika berwarna gelap. Urutan kristalisasi dalam
fase ini dapat bervariasi tergantung pada komposisi spesifik magma.
b. Continous Series
Cabang continous menggambarkan urutan mineral yang terbentuk seiring
penurunan suhu secara lebih bertahap dan berkelanjutan. Mineral utama di cabang
ini meliputi:
1) Fase feldspar cabang continous dimulai dengan kristalisasi feldspar plagioklas
(anorthite) yang kaya kalsium pada suhu yang lebih tinggi. Ketika suhu
menurun, komposisi feldspar plagioklas berubah menjadi varietas yang lebih
kaya natrium (bytownite, labradorite, andenise dan ologolclase)
2) Feldspar-alkali fase feldspar ketika suhu terus menurun, feldspar plagioklas
yang kaya natrium bertransisi menjadi feldspar kalium (ortoklas dan mikrolin),
yang memiliki suhu kristalisasi lebih tinggi dibandingkan dengan plagioklas.
3) Fase kuarsa pada suhu terendah dalam cabang kontinu kuarsa mulai
mengkristal. Kuarsa terdiri dari silikon dan oksigen dan biasanya berupa
mineral bening atau putih susu.
5. Contoh Batuan Beku plutonik dan vulkanik
a. Batuan Asam

Batuan asam adalah batuan beku yang bersifat asam, memiliki kandungan
SiO2>60% memiliki indeks warna <20%. Terbentuk langsung dari pembekuan
magma yang merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat di daerah
vulkanik dengan temperatur tinggi. Pada umumnya batuan beku asam memiliki
warna terang, karena terletak pada golongan felsik. Berasal dari magma asam
kuarsa, sedangkan kansungan oksida magnesiumnya rendah.
b. Batuan Basa

Batuan beku basa adalah batuan beku yang mengandung senyawa kimia
sebanyak 45%-52% SiO2. Kandungan mineral penyusunan di dominasi oleh
mineral-mineral gelap (mafic). Batuan beku basa dapat terbentuk secara plutonik
maupun vulkanik.
c. Batuan Intermediet
Batuan intermediet adalah batuan yang mineralnya berbutir kasar hingga
sedang. Terbentuk langsung dari pembekuan magma dimana proses pembekuan
berada di daerah pipa unung api dengan komposisi dan presentase secara umum
dari mineral pembentukan batuannya adalah plagiokis, mineral pembentuk
batuannya adalah plagiokis, mineral mafis, juga mengandung SiO2. Batuan beku
intermediet memliki kandungan silica anatara 52%-66%.
d. Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik merupakan bebatuan klastik yang terbentuk dari meterial


vulkanik, ketika material vulkanik dikirim dan diolah kembali proses makanik,
seperti dengan air atau dingin, bebatuan tersebut disebut vulkaniklastik. Piroklastik
biasanya dibentuk dari abu vulkanik, lapili dan bom vulkanik yang dikeluarkan dari
gunung berapi, bergabung dengan bebatuan di daerah tersebut yang hancur.
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan praktikum Geologi Dasar
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum
3. Mahasiswa mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh asisten praktikum
4. Mahasiswa menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti kepada asisten praktikum
5. Mahasiswa di bagikan batuan beku oleh asisten praktikum
6. Mahasiswa menganalisis batuan beku yang dibagikan menggunakan loupe mineral dan
komperator batuan
7. Mahasiswa merapikan alat-alat yang digunakan
8. Mahasiswa mencari referensi untuk membuat laporan praktikum
9. Mahasiswa membuat laporan hasil praktikum pengenalan alat-alat geologi dasar
10. Mahasiswa mengumpulkan praktikum mengidentifikasi batuan beku tapat waktu pada
asisten praktikum
F. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
(terlampir pada lembar instrumen)
G. KESIMPULAN
Batuan beku atau igeneus (dari Bahasa Latin: Ignis, “api”) adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi,
baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Batuan beku memiliki tekstur dan strukturnya, tekstur
pada batuan beku dibagi manjadi 3 yaitu kemas, granularitas dan kristalin, struktur pada
batuan beku dibagi menjadi masif, pillow lava, joint struktur, vesikular, scoria,
amygdaloidal, xenolith, diabasik. Dan klasifikasi batuan beku dibagi berdasarkan tempat
terbentuknya dan berdasarkan komposisi mineralnya.
Pada praktikum batuan beku didapatkan 4 janis batuan yaitu: batu apung, dacite,
andesit, dan basalt porfiri. Batu apung yang merupakan hasil pembentukan dari komposisi
mineral yang berupa 100% abu vulkanik dengan jenis batuan asam/felsic, berwarna putih
dengan struktur scoria (berlubang tidak teratur) dengan derajat kristalin berupa amorf dan
tingkat granularitas fragmental. Dacite merupakan jenis batuan yang berkambang pada
zona subduksi dengan komposisi mineral felsik sebanyak 90% berupa plagioklas 50% dan
kuarsa 40% dan pada mineral mafik berupa biotit sebesar 10% berwarna abu-abu dengan
bintik putih, jenis batuan termasuk jenis asam/felsik, struktur masif (tidak memiliki lubang-
lubang) dengan kristalin berupa holo kristalin dan grnularitas porfiritik. Andesit terbentuk
pada temperatur 90-1.100℃ yang termasuk jenis batuan intermediate berwarna abu-abu
memiliki struktur batuan yang sama seperti dacite yaitu masif dengan derajat kristalin
berupa holokristalin dan granularitas afanitik dan komposisi mineral felsik 50% terdiri dari
plagioklas 30% dan kuarsa 20% dan mineral mafik 50% berupa biotit 30%, piroksen 5%
dan hornblende 15%. Dan batuan beku basalt porfiri yang terbentuk dari hasil pembekuan
magma yang berkomposisi basa dengan warna hitam, memiliki struktur yang masif dan
derajat kristalin berupa holokristalin dengan granularitas porfiritik dengan komposisi
mineral felsisik 10% berupa plagioklas 5% dan kuarsa 5%, mineral mafiknya sebesar 90%
berupa biotit 30%, hornblade 30% dan piroksen 30%.
Identifikasi batuan beku pada praktikum ini menggunakan bantuan komperator
mineral dan loupe mineral untuk mengidentifikasi batuan beku yang disediakan, untuk
melihat struktur atau tekstur yang tidak dapat dilihat secara langsung dan membutuhkan
bantuan alat seperti loupe mineral ataupun komperator batuan agar identifikasi yang
dilakukan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Alden andrew. (2019). The textures of igneous rocks. https://www.thoughtco.com/igneous-rock-


textures-4122902. (diakses pada 3 november 2023)
MAT Mahmut. (2023). Bowen’s reaction series. https://geologyscience.com/geology/bowens-
reaction-series/#gsc.tab=0. (diakses pada 3 november 2023)
Noor Djauhari. (2014). “Pengantar geologi”. Yogyakarta: Deepublish
Putri, S. A., Putra, A., & Abdurrachman, M. (2018). Studi Petrografi Batuan Beku dan Sinter Silika
di Kecamatan Alam Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan. Jurnal Fisika Unand, 7(4), 320-
327.
Pranata, M. B., Marin, J., & Aribowo, Y. (2018). Petrogenesis Batuan Beku dan Karakteristik
Kekar Tiang di Bukit Pajangan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Purworejo, Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah. Jurnal Geosains Dan Teknologi, 1(2), 41-49.
Yulhendra Dedy. (2016). “Geologi Pertambang”. Jakarta:Kementrian Pendidikan Dan Kebudyaan

Anda mungkin juga menyukai