Anda di halaman 1dari 36

BAB I

BATUAN

1. Nomor Percobaan : 1, 2, 3 dan 4


2. Nama Percobaan : Batuan Beku
3. Tujuan Praktikum :
a. Praktikan dapat menjelaskan definisi batuan beku
b. Praktikan dapat menjelaskan diagenesa/terbentuknya batuan beku
c. Praktikan dapat menjelaskan jenis - jenis batuan beku
d. Praktikan dapat menjelaskan macam-macam struktur batuan beku
e. Praktikan dapat menjelaskan dan menunjukkan komposisi mineral batuan
beku
f. Praktikan dapat menentukan penamaan batuan beku berdasarkan
karakteristiknya.
4. Alat dan bahan :Handspecimen batuan beku, Kaca pembesar,
Komperator, Tabel Rossenbusch, lembar
determinasi batuan beku.
5. Prosedur Praktikum :
a. Ambil handspecimen batuan yang akan diamati
b. Perhatikan warna untuk menentukan jenis batuan tersebut, apakah termasuk
batuan asam, basa atau intermediet
c. Amatilah tekstur dari batuan yang meliputi: Derajat kristalisasi, ukuran
kristal, kesempurnaan bentuk kristal dan keseragaman ukuran butir dari
batuan beku tersebut.
d. Amatilah komposisi mineral yang menyususun batuan beku tersebut.
e. Tentukan nama batuan beku tersebut berdasarkan jenis dan teksturnya
dengan pendekatan tabel Rossenbusch.
f. Catat dan determinasikan batuan beku tersebut.

1
6. Dasar teori :
Batuan Beku
Batuan beku (Igneous) merupakan batuan yang berasal dari hasil
proses pembekuan magma. Igneous berasal dari kata ignis yang berarti api atau
pijar, karena magma merupakan material silikat yang panas dan pijar yang
terdapat di dalam bumi.
1. Pengenalan magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah bersifat mobile, bersuhu antara 900°-1200°C atau lebih dan
berasal dai kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas
(F.F.Grouts, 1947; Tumer dan verhogen 1960, H. Williams, 196).
Komposisi kimiawi magma dari contoh-contoh batuan beku terdiri dari:
a. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatile dan merupakan senyawa
oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dariseluruh isi magma,
sehingga merupakan mayor element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3,
FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO.
b. Senyawa volatile yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri
dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SOdsb.
c. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan
merupakan minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.

(Dally 1933, Winkler 1957,Vide W. T. Huang 1962) berpendapat


lain yaitu magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan
mengalami proses diferensiasi menjadi magma yang bersifat lain. (Bunsen
1951, W. T. Huang, 1962) mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis
magma primer, yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan
hasil campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi
lain.

2
2. Evolusi Magma
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses
proses sebagai berikut:
1. Hibridasi
Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma berlainan
jenisnya.
2. Sinteksis
Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
samping.
3. Anateksis
Proses pambentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman
yang sangat besar, dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya
mengalami differensiasi magma.
4. Differensiasi Magma
Differensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah magma
dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa
batuan beku dengan komposisi yang bervariasi.

Proses-proses differensiasi magma meliputi :


1. Fragsinasi
adalah pemisahan kristal dari larutan magma, karena proses kristalisasi
berjalan tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu pendinginan
tidak dapat mengikuti perkembangan. Komposisi larutan magma yang
baru ini terjadi terutama karena adanya perubahan temperatur dan
tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.

3
2. Crystal Settling/Gravitational Settling
adalah pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal-kristal berat Ca,
Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada bagian dasar waduk.
Disini mineral silikat berat akan terletak dibawah mineral silikat ringan.
3. Liquid Immisibility
adalah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah
menjadi larutan yang masing-masing akan membeku membentuk
bahan yang heterogen
4. Crystal Flotation
adalah pengembangan kristal ringan dari sodium (Na) dan potassium
(K) yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk
magma.
5. Vesiculation
adalah proses dimana magma yang mengandung komponen seperti
CO2, SO2,S2,Cl2,dan H2O sewaktu naik kepermukaan membentuk
gelembung-gelembung gas dan membawa serta komponen volatile
Sodium (Na) dan Potasium (K).
6. Difussion
adalah bercampurnya batuan dinding dengan magma didalam waduk
magma secara lateral.

4
Gambar 1.1. Skema differensiasi magma (Atlasof Volcanic USGS)

4. Klasifikasi Batuan Beku


Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Tempat terjadinya
Berdasarkan tempat terjadinya batuan beku dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) jenis yang diantaranya adalah :
a.1. Batuan beku dalam (Plutonik)
Batuan beku dalam terjadi di dalam perut bumi atau jauh
dari permukaan bumi, dengan proses pembekuan yang sangat
lambat sehingga kristal-kristalnya terbentuk dengan sempurna.
Pada umumnya batuan jenis ini mempunyai tekstur holocrystalin,
phaneritik dan Equigranular.
a.2. Batuan beku gang (korok)
Batuan jenis ini biasanya terjadi pada rongga-rongga yang
menuju ke permukaan bumi, tetapi tidak sampai pada permukaan
bumi. Pembekuan batuan jenis ini terjadi lebih cepat dari pada
pembekuan yang terjadi pada batuan beku dalam sehingga kristal-
kristal yang terbentuk tidak sesempurna kristal pada batu beku

5
dalam. Batuan beku ini mempunyai tekstur hypocrystalin-
hypohyalin, porpiritik dan Inequigranular.
a.3. Batuan beku luar
Batu beku luar terjadi pada permukaan bumi dengan waktu
pendinginan yang sangat cepat sehingga kristal yang terbentuk
sangat kecil (Afanerik) atau bahkan tidak terjadi kristal (Glassy).
Batuan ini mempunyai tekstur hypohyalin (afanerik)-holohyalin
(Glassy).
b. Berdasarkan Kadar silika Kimiawi
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan kimia (silika)
dibagi dalam tiga golongan, yaitu :
b.1. Batuan beku asam
Batuan beku asam adalah batuan beku yang mempunyai
kadar silika lebih besar dari 55% dari massa batuannya,
mempunyai warna yang terang dan didominasi oleh mineral asam.
Contoh batuan ini Granit dan Rhyolit.
b.2. Batuan beku intermediet
Batuan beku ini mempunyai kadar silika antara 45%-55%
dari massa batuannya, mempuyani warna yang lebih gelap dari
batu beku asam.
Contoh batuan ini Diorit dan Andesit
b.3. Batu beku basa
Batuan beku ini didominasi oleh mineral-mineral gelap,
mempunyai kandungan silika lebih rendah dari 45% dari masa
batuannya. Batuan ini mempunyai warna gelap. Contoh batuan ini
Gabro dan Basalt.

6
2. Struktur Batuan Beku
Struktur batuan beku adalah kenampakan pada batuan yang dapat diamati
secara langsung di lapangan. Secara umum struktur batuan beku adalah
sebagai berikut :
1. Massive
Struktur batuan yang menunjukkan batuan kompak dan keras.
2. Vesikular
Struktur batuan yang menunjukkan adanya lubang-lubang bekas
keluarnya gas.
3. Scoria
Struktur yang memperlihatkan lubang-lubang yang tidak teratur akibat
pendinginan yang terlalu cepat.
4. Amigdaloidal
Struktur yang memperlihatkan lubang-lubang yang tidak teratur telah
berisi mineral lainnya.
5. Xenolitis
Stuktur yang menunjukkan adanya mineral ikutan yang ikut membeku.

3. Tekstur Batuan Beku


Tekstur pada batuan beku digunakan untuk menggambarkan kenampakan
batuan yang didasarkan pada ukuran (sifat) dan susunan kristal-kristal
penyusun batuan beku. Tektur merupakan ciri yang sangat penting, karena
tekstur dapat menggambarkan kondisi proses pembentukan batuan beku.
Kenampakan ini memungkinkan ahli geologi untuk mengetahui kejadian
batuan beku di lapangan. Tekstur pada batuan beku dikelompokan
berdasarkan :
a. Derajat Kristalisasi, yang terdiri dari :
a.1. Holocrystalin : semuanya mengkristal.
a.2. Hypocrystalin : massa yang mengkristal lebih bayak dari massa
glass.

7
a.3. Hypohyalin : Massa yang mengkristal lebih sedikit dari massa
glass.
a.4. Holohyalin : Tidak terjadi kristal,semuanya dalam massa
glass.

b. Ukuran Kristal, terdiri dari :


b.1. Faneritik : Butiran kristal yang terbentuk relatif besar dan
dapat dilihat dengan mata telanjang.
b.2. Porfiritik : Butiran kristalnya sebagian besar dan sebagian
halus.
b.3. Afaneritik : Butiran kristal yang terjadi sangat halus sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

c. Kesempurnaan Bentuk Kristal


c.1. Euhedral : bentuk kristal sempurna.
c.2. Subhedral : kristal yang terbentuk sebagian sempurna dan
sebagian lagi tidak sempurna.
c.3. Anhedral : kristal yang terbentuk tidak sempurna.

d. Keseragaman Ukuran butir


d.1. Equigranular : ukuran butir kristal seragam.
d.2. Inequigranular : Ukuran butir kristal tidak seragam (porpiritik).

4. Komposisi Mineral
Mineral-mineral yang membentuk batuan beku dideterminasi oleh
komposisi kimia magma darimana mineral-mineral tersebut mengkristal.
Seperti halnya batuan beku yang telah diketahui mempunyai variasi yang
sangat besar, maka dapat pula diasumsikan bahwa macam magma pun
mempunyai variasi yang besar pula. Pada ahli geologi telah mendapatkan
bahwa satu gunung api mempunyai tingkat erupsi yang bervariasi kadang-

8
kadang mengeluarkan lava yang mempunyai mineral yang berbeda,
terutama pada gunung api yang mempunyai periode letusannya cukup lama.
Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa magam yang sama kemungkinan
dapat menghasilkan kandungan mineral yang bervariasi. Secara umum
kandungan mineral penyusun batuan terbagi atas :
A. Mineral Utama
1. Mineral terang (salic mineral)
a. Kwarsa : Bening tak bercleavage
b. Kelompok Ortoklas/Kalsium Feldpar
1. Sanidin : Putih keabuan
2. Adular : Putih Kekuningan
3. Mikroklin : Hijau muda
4. Ortoklas : Merah Muda
c. Kelompok Plagioklas
1. Plagioklas asam : Putih kapur – putih kehijauan
Terdiri dari mineral – mineral : Albit, Oligoklas, Andesin
2. Plagioklas basa : Abu-abu coklat – coklat
Terdiri dari mineral - mineral : Anortit, Labradorit, Bitounit.
d. Voiden [(K/Na)Si2O6]
1. Leusit : putih – putih tulang
2. Neplin : Abu-abu kecoklatan – merah
e. Mika terang [K2O.3Al2O3.6SiO2.2M2O]
1. Muscovite : Putih Mengkilap, berupa lembaran tipis
seperti sisik.
2. Phlogopite : Kuning kecoklatan mengkilap berupa
lembaran tipis.
2. Mineral gelap (Mafic mineral)
1. Amfibol : Hitam mengkilap
2. Piroksen : Hitam kusam

9
3. Olivin : Hijau muda transparan sering dijumpai
bening
4. Biotit : Hitam mengkilap berupa lembaran tipis
seperti mika.
B. Mineral Aksesor
a. Pyrit : Kuning emas.
b. Galena : Abu-abu timbal
c. Zirkon : Coklat pudar atu bening
d. Apatit : Hijau atau coklat
e. Sphane : Abu-abu, coklat, hijau kuning
f. Magnetit : Hitam metalik, bersifat magnet
g. Ilmenite : Hitam metalik, Kristalnya pipih
h. Tourmalin : Hitam, kristalnya prisma hexagonal.

5. PENAMAAN BATUAN

Adapun tahapan dalam penamaan batuan beku adalah sebagai berikut :

1. Tentukan jenis batuan dengan melihat warna dari batuan tersebut.

2. tentukan kelompok batuannya dengan melihat tekstur dan struktur dari

batuan tersebut.

3. Tentukan nama batuan dengan melihat komposisi mineral dan

mengkorelasikannya dengan table Rossenbusch.

10
BAB II
BATUAN PIROKLASTIK

1. Nomor Percobaan : 4
2. Nama Percobaan : Batuan Piroklastik
3. Tujuan Praktikum :
a. Praktikan dapat menjelaskan definisi batuan piroklastik
b. Praktikan dapat menjelaskan diagenesa/terbentuknya batuan piroklastik
c. Praktikan dapat menjelaskan jenis - jenis batuan piroklastik
d. Praktikan dapat menjelaskan macam-macam struktur batuan piroklastik
e. Praktikan dapat menjelaskan dan menunjukkan komposisi mineral batuan
piroklastik
f. Praktikan dapat menentukan penamaan batuan beku berdasarkan
karakteristiknya.dan lembar determinasi batuan beku.

7. Alat dan bahan :Handspecimen batuan piroklastik, Kaca


pembesar, lembar determinasi batuan beku.
5. Prosedur Praktikum :
a. Ambil handspecimen batuan yang akan diamati
b. Perhatikan warna batuan tersebut.
c. Amatilah tekstur dan struktur dari batuan tersebut
d. Amatilah komposisi mineral yang menyususun batuan piroklastik tersebut.
e. Tentukan nama batuan tersebut berdasarkan jenis dan teksturnya
f. Catat dan determinasikan batuan beku tersebut.

6. Dasar Teori
Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material
penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan/terkonsolidasikan sebelum
mengalami

11
transportasi (reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada kenyataanya
batuan hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava sebagaimana
diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk ledakan (eksplosif) dari
material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.
1. Komponen Penyusun Batuan Piroklastik
Fisher (1984) dan Williams, (1982) mengelompokkan material-material
penyusun batuan piroklastik menjadi:
a. Kelompok Material Esensial (Juvenil), yang termasuk dalam kelompok ini
adalah material langsung dari magma yang diletuskan baik yang tadinya
berupa padatan atau cairan serta buih magma. Massa yang tadinya berupa
padatan akan menjadi blok piroklastik, massa cairan akan segera membeku
selama diletuskan dan cenderung membentuk bom piroklastik dan buih
magma akan menjadi batuan yang porous dan sangat ringan, dikenal
dengan nama batuapung (pumice)
b. Kelompok material Asesori (Cognate), yang termasuk dalam kelompok ini
adalah apabila materialnya berasal dari endapan letusan sebelumnya dari
gunungapi yang sama atau tubuh volkanik yang lebih tua.
c. Kelompok Asidental (Bahan Asing), yang dimaksud dengan material
asidental adalah material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua di
bawah gunungapi tersebut, terutama adalah batuan dinding di sekitar leher
vulkanik.Batuannya dapat berupa batuan beku,endapan maupun batuan
ubahan.

12
2. Struktur dan Tekstur Batuan Piroklastik
Seperti halnya batuan vulkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai struktur
vesikuler, skoria dan amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke udara dan
kemudian terendapkan dalam kondisi masih panas, memiliki kecenderungan
mengalami pengelasan antara klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut
dikenal dengan pengelasan atau welded. Struktur berlapis sebagaimana terdapat
pada batuan sedimen juga umum didapatkan dalam batuan piroklastik, oleh
karena itu secara deskriptif batuan piroklastik dimasukkan kedalam batuan
endapan atau sedimen.
1. Ukuran Butir Pada Piroklastik
Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan salah satu kriteria
untuk menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi
endapan piroklastik tersebut.

13
Tabel 2.2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan ukuran
butirnya.

Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik. Pengendapan yang dikarenakan gaya
beratnya dikenal dengan piroklastik jatuhan. Jenis piroklastik ini umum terjadi di
setiap gunungapi. Struktur dan teksturnya menyerupai batuan endapan. Dua
kelompok piroklastik yang lain adalah piroklastik aliran dan piroklastik
hembusan.

2) Derajat Pembundaran (Roundness)


Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan piroklastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi:
1) Membundar Sempurna (Well Rounded) Hampir semua permukaan
cembung (Ekuidimensional)
2) Membundar (Rounded), Pada umumnya memiliki permukaan bundar,
ujung-ujung dan tepi butiran cekung.
3) Agak Membundar (Subrounded), Permukaan umumnya datar dengan
ujung--ujung yang membundar.
4) Agak Menyudut (Sub Angular), Permukaan datar dengan ujung-ujung
yang tajam
5) Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing
dan tajam

14
3) Derajat Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan piroklastik.
Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
1. Terpilah baik (well sorted)
Kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang seragam pada
semua komponen batuan sediment.
2. Terpilah buruk (poorly sorted)
merupakan kenampakan pada batuan sediment yang memiliki besar butir
yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah.
Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti
menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak
seragam.
4) Komposisi Mineral Batuan Piroklastik
1. Mineral-Mineral Sialis
Mineral-mineral sialis terdiri dari :
a. Kuarsa (SiO),ditemukan hanya pada batuan gunungapi yang kaya
kandungan silika atau bersifat asam.
b. Felspar,baik alkali maupun kalsium felspar (Ca)
c. Felspatoid,merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi larutan
magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh silika.
2. Mineral Ferromagnesian
Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silikat yang
kadang-kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa
kelompok mineral.
a. Piroksen, mineral penting dalam batuan gunung api
b. Olivin, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan
miskin silika.
c. Hornblende, biasanva hadir dalam andesit
d. Biotit, merupakan mineral mika yang terdapat dalam batuan volkanik
berkomposisi intermediet hingga asam.

15
3. Mineral Tambahan
Mineral tambahan yang sering hadir dalam batuan piroklastik adalah ilmenit dan
magnetit. keduanya merupakan mineral bijih. Selain itu seringkali didapati
mineral senyawa sulfida atau sulfur murni.
4. Mineral Ubahan
Dalam batuan piroklastik, mineral ubahan seringkali muncul saat batuan
terlapukkan atau terkena alterasi hidrotermal. Mineral tersebut seperti: klorit,
epidot, serisit, limonit,montmorilonit dan lempung, kalsit.

Contoh Diskripsi Batuan Piroklastik

Jenis Batuan : Batuan Piroklastik


Warna : Abu-abu
Struktur : Welded
Tekstur :
 Ukuran butir: Lapillus (2mm-64 mm)
 Derajat pembundaran: Menyudut
 Derajat pemilahan : Terpilah Buruk
 Kemas : Terbuka
Komposisi :
 Mineral Sialis: Kuarsa
 Mineral Ferromagnesian: Hornblende
 Mineral Tambahan: Debu Halus
Nama Batuan : Batulapili

16
BAB III

1. Nomor Percobaan :5
2. Nama Percobaan : Batuan sedimen klastik
3. Tujuan Praktikum :
a. Praktikan dapat menjelaskan definisi batuan
sedimen klastik
b. Praktikan dapat menjelaskan
diagenesa/terbentuknya batuan sedimen klastik
c. Praktikan dapat menjelaskan jenis - jenis
batuan sedimen klastik
d. Praktikan dapat menjelaskan macam-macam
struktur batuan sedimen klastik
e. Praktikan dapat menjelaskan dan
menunjukkan komposisi mineral batuan sedimen klastik
f. Praktikan dapat menentukan nama batuan
sedimen berdasarkan karakteristiknya.
4. Alat yang digunakan : Sampel batuan sedimen klastik, Komperator butir
batuan sedimen, Skala Wentworth, Lup., Larutan
HCl 1 M, lembar determinasi.
5. Prosedur Praktikum :
a. Ambil hanspecimen batuan sedimen
b. Tentukan jenis dari batuan sedimen yang akan dideterminasikan.
c. Tentukan struktur batuan sedimen tersebut
d. Tentukan tekstur batuan tersebut
e. Tentukan komposisi batuan beku tersebut.
f. Catat dan determinasikan batuan tersebut.

6. Dasar teori :
Batuan Sedimen

17
Produk dari proses pelapukan mekanik dan kimia merupakan sumber
material untuk pembentukan batuan sedimen. Kata sedimentary menunjukkan
sifat alam dari batuan sedimen yang berasal dari bahasa Latin sedimentum
yang berarti endapan, yang digunakan untuk materi padat yang diendapkan dari
fluida. Material hasil proses pelapukan secara tetap akan terkikis dari batuan
induknya, kemudian mengalami pengangkutan dan diendapkan di danau,
lembah sungai, laut atau cekungan lainnya. Partikel-partikel pada bukit pasir di
gurun, lumpur di dasar rawa-rawa, kerakal di sungai, merupakan produk dari
proses yang diada hentinya. Karena proses pelapukan batuan, transportasi dan
pengendapan material hasil proses pelapukan terus beralangsung, maka
material sedimen dapat dijumpai dimana-mana. Setelah diendapkan material
yang dekat dengan dasar akan mengalami kompaksi. Lama kelamaan endapan
ini akan tersemenkan oleh mineral yang mengkristal di pori-pori antar butiran
sehingga membentuk batuan sedimen.

1. Jenis Batuan Sedimen


a. Batuan Sedimen Klastik
Merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali
detritus atau pecahan batuan sebelumnya/batuan asal. Batuan asal dapat
berupa batuan beku, metamorf maupun batuan sedimen. Fragmentasi
batuan asal dimulai dari pelapukan mekanis (disintegrasi) maupun
secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan tertransportasi
menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan
berlangsung, mulai mengalami diagenesa, yaitu proses perubahan-
perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah didalam suatu
sedimen, selama dan sesudah lithifikasi terjadi. Lithifikasi ini
merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan
keras.
b. Batuan Sedimen Non Klastik
Terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan
organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung

18
atau reaksi organik (penggaraman unsur – unsur laut, pertumbuhan
kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement).

2. Stuktur batuan sedimen


Stuktur batuan sedimen juga terdapat perbedaan antara sedimen
klastik dan sedimen non-klastik.
1. Struktur sedimen klastik
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal
dari batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan
keadaan energi pembentuk. Dalam sedimen klastik struktur terbagi
menjadi dua yaitu :
a. Stratified : Adanya perlapisan pada batuan
b. Unstratified : Jika batuan tidak memiliki perlapisan.
2. Struktur sedimen non-klastik
Struktur sedimen non-klastik terbentuk dari proses reaksi kimia
ataupun kegiatan organik, macamnya yang penting antara lain adlah
sebagai berikut :
a. Fosiliferaus, strukturnya yang ditunjukkan oleh adnya fosil atau
komposisis terdiri dai fosil.
b. Oolitik, struktur suatu fragmen klastik yang diselubungi mineral
non-klastik.
c. Pisolitik, sama dengan Oolitik, tetapi ukuran diameter lebih besar
2mm.
d. Cone incone, struktur batu gamping kritalin yang menunjukkkan
pertumbuhan krucut per krucut.
e. Bioherin, tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu.

3. Tekstur batuan sedimen

19
Tekstur pada batuan sedimen terbagi atas dua bagian, yaitu tekstur
pada batuan klastik dan batuan non-klastik. Adapun tekstur pada batuan
klastik antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran butir (Grain size)
Dilihat dengan menggunakan skala Wentworth
2. Derajat pemilahan (Sorting)
Adalah tingkat keseragaman dari butiran mineral pembentuk batuan
sedimen, adapun tingkat keseragamannya adalah sebagai berikut :
a. Terpilah baik (Well sorted)
b. Terpilah sedang (Moderately sorted)
c. Terpilah buruk (poorly sorted)

TABEL 3.1
SKALA WENTWORTH
Nama Nama
Ukuran
Nama butir Umum Batuan
Butir (mm)
Sedimen Sedimen
> 256 Boulder
Konglomera
64 – 256 Coubel
Kerakal t atau
4 – 64 Pebble
Breksi
2–4 Granule
1–2 Very Coarse Sand
½-1 Coarse Sand
¼-½ Medium Sand Pasir Batupasir
1/8 – ¼ Fine Sand
1/16 – 1/8 Very Fine sand
1/256 – 1/16 Silt (Lanau) Batulanau
Mud
< 1/256 Clay (Lempung) Batulempung

20
3. Derajat pembundaran
Derajat pembundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap
fragment batuan, dimana derajat pembundaran tersebut terdiri dari :
a. Angular (menyudut)
b. Subangular (menyudut tanggung)
c. Subrounded (membulat tanggung)
d. Rounded (membulat)
e. Wellrounded (membulat sempurna )
Sedangkan tekstur batuan sedimen non-klastik terdiri dari :
1. Kristalin : Terdiri dari mineral-mineral yang interlocking satu
sama lainnya.
2. Amorf : Batuan sedimen tersebut tidak memiliki tekstur
yang beraturan.
3. Glassy : Tekstur batuan yang tidak mengkristal dan halus
seperti kaca.
4. Fibrous : Tekstur yang berserat-serat.
5. Porous : Tekstur yang berpori-pori.

4. Komposisi mineral batuan sedimen


1. Komposisi mineral sedimen klastik
Komposisi mineral sedimen klastik dapat dibedakan menjadi :
a. Fragmen
Fragmen adalah bagian butir yang ukurannya paling besar .
b. Matrik
Yaitu bagian dari batuan yang ukurannya lebih kecil dari fragmen
dan terletek diantara fragmen sebagai masa dasar.matrik dapat
berupa mineral batuan atau fosil.
c. Semen
Semen bukan butir, tetapi material pengisi rongga-rongga antara
butir dan bahan pengikatdiantara fragmen dan matrik. Biasanya

21
dalam bentuk amorf atau kristalin, bahan semen biasanya berasal
dari semen karbonat (kalsit, dolomit), semen silika (kalsedon,
kuarsa), semen oksida (limonit, hematit,siderit).
2. Komposisi mineral sedimen non-klastik
Komposisi mineral batuan sedimen non-klastik sangat penting dalam
penamaan batuan. Pada batuan sedimen non-klastik biasanya
komposisi mineralnya sederhana yaitu, bisa terdiri dari satu atau dua
macam mineral sebagai berikut :
Batu gamping : Kalsit, dolomit
Chert/Rijang : Kalsedon
Gypsum : Mineral Gypsum
Anhidrit : Mineral anhidrid

22
BAB IV

1. Nomor Percobaan :5
2. Nama Percobaan : Batuan sedimen non klastik
3. Tujuan Praktikum :
a. Praktikan dapat menjelaskan definisi batuan sedimen non klastik
b. Praktikan dapat menjelaskan diagenesa/terbentuknya batuan sedimen non
klastik
c. Praktikan dapat menjelaskan jenis - jenis batuan sedimen non klastik
d. Praktikan dapat menjelaskan macam-macam struktur batuan sedimen non
klastik
e. Praktikan dapat menjelaskan dan menunjukkan komposisi mineral batuan
sedimen non klastik
f. Praktikan dapat menentukan nama batuan sedimen non klastik berdasarkan
karakteristiknya.
4. Alat yang digunakan : Sampel batuan sedimen klastik, Komperator butir
batuan sedimen, Skala Wentworth, Lup., Larutan
HCl 1 M, lembar determinasi.
5. Prosedur Praktikum :
g. Ambil hanspecimen batuan sedimen
h. Tentukan jenis dari batuan sedimen yang akan dideterminasikan.
i. Tentukan struktur batuan sedimen tersebut
j. Tentukan tekstur batuan tersebut
k. Tentukan komposisi batuan beku tersebut.
l. Catat dan determinasikan batuan tersebut.

23
6. Dasar Teori
Batuan Sedimen Non Klastik
Adalah batuan yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung
atau reaksi organik (penggaraman unsur – unsur laut, pertumbuhan kristal dari
agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement).
1. Struktur sedimen non-klastik
Struktur sedimen non-klastik terbentuk dari proses reaksi kimia
ataupun kegiatan organik, macamnya yang penting antara lain adalah
sebagai berikut :
a) Fosiliferaus, strukturnya yang ditunjukkan oleh adnya fosil atau
komposisis terdiri dai fosil. Oolitik, struktur suatu fragmen klastik
yang diselubungi mineral non-klastik.

b) Pisolitik, sama dengan Oolitik, tetapi ukuran diameter lebih besar 2mm.

c) Cone incone, struktur batu gamping kritalin yang menunjukkkan


pertumbuhan krucut per krucut.

d) Bioherin, tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu.

e) Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri


khasnya adalah adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan
bahan lempungan tersebut karena proses dehidrasi yang semua celah-
celahnya terisi oleh mineral karbonat.

24
f) Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang
terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut.
Kristal dapat berupa kalsit maupun kuarsa.

g) Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.

2. Tekstur sedimen non klastik

1. Kristalin : Terdiri dari mineral-mineral yang interlocking satu


sama lainnya.

2. Amorf : Batuan sedimen tersebut tidak memiliki tekstur yang


beraturan.

3. Glassy : Tekstur batuan yang tidak mengkristal dan halus seperti


kaca.

4. Fibrous : Tekstur yang berserat-serat.

5. Porous : Tekstur yang berpori-pori.


3. Komposisi mineral sedimen non klastik
Komposisi mineral batuan sedimen non klastik sangat penting dalam
penamaan batuan. Pada batuan sedimen non klastik biasanya
komposisimineralnya sederhana yaitu, bisa terdiri dari satu atau dua
macam mineral sebagai berikut :
Batugamping : Kalsit, Dolomit
Chert/Rijang : Kalsedon
Gypsum : Mineral Gypsum
Anhidrit : Mineral Anhidrid

25
4. Penamaan Batuan di Laboratorium
Penamaan batuan sedimen non klastik sangat tergantung oleh mineral
penyususnnya, dan proses pembentukannya, apakah disebabkan oleh
reaksi larutan kimia ataupun organis, maka sedimen non klastik ini
akanbersifat monomineralik. Contoh penamaan batuan sedimen non
klastik
Batu gypsum : Jika tersusun oleh mineral Gypsum
Rijang : Jika tersusun oleh mineral Kalsedon
Batubara : Jika tersusun oleh mineral karbon.

BAB V

1. Nomor Percobaan :4
2. Nama Percobaan : Batuan Metamorf foliated
3. Tujuan Praktikum :
a. Praktikan dapat menjelaskan definisi
batuan metamorf foliated
b. Praktikan dapat menjelaskan
diagenesa/terbentuknya batuan metamorf foliated
c. Praktikan dapat menjelaskan jenis - jenis
batuan metamorf foliated
d. Praktikan dapat menjelaskan macam-
macam struktur batuan metamorf foliated
e. Praktikan dapat menjelaskan dan
menunjukkan komposisi mineral batuan metamorf foliated
f. Praktikan dapat menentukan nama batuan
metamorf berdasarkan karakteristiknya.
4. Alat yang digunakan : Handspecimen batuan metamorf foliated,
kaca pembesar, lembar determinasi.
5. Prosedur Praktikum :
Ambil handspecimen batuan metamorf foliated

26
Tentukan jenis batuan metamorf foliated
Tentukan struktur dari batuan tersebut.
Tentukan tekstur batuan tersebut.
Tentukan komposisi batuan metamorf foliated tersebut.
Catat dan determinasikan batuan tersebut.

6. Dasar teori :
Batuan Metamorf foliated
Proses metamorfisme adalah proses perubahan batuan yang sudah ada
menjadi batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperatur yang
besar. Batuan asal dari batuan metamorf tersebut dapat batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf sendiri yang sudah ada. Kata metamorf sendiri
adalah perubahan bentuk. Agen atau media menyebabkan terjadinya proses
metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan
perubahan yang terjadi pada batuan meliputi tekstur dan komposisi mineral.

1. Struktur Batuan Metamorf


A. Batuan Berfoliasi (Foliated Rocks)
Merupakan struktur pada batuan metamorf yang ditunjukkan dengan
adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan tersebut , struktur
ini meliputi :
1. Batusabak (slate)
Merupakan batuan metamorf berfoliasi yang berbutir halus
dan disusun oleh mineral mika. Batuan ini menunjukkan cleavage
batuan yang sangat bagus. Karena sifatnya, maka batusabak sering
digunakan sebagai atap, lantai, papan tulis dan meja bilyard.
Batusabak terbentuk dari shale yang mengalami metamofisme
tingkat rendah. Kadang-kadang batuan ini juga terbentuk dari
batuan beku volkanik. Warna batusabak bervariasi tergantung pada
kandungan mineralnya. Batusabak yang berwarna hitam banyak

27
mengandung material organik, batusabak merah mengandung
banyak oksida besi, dan batusabak hijau mengandung banyak
mineral klorit, mineral yang menyerupai mika terbentuk dari Fe
silikat. Karena batusabak terbentuk pada metamorfisme tingkat
rendah, maka bidang perlapisan batuan asal kadang masih terlihat.
Tetapi orientasi cleavage batuan batusabak pada umumnya
cenderung memotong perlapisan batuan asal. Jadi tidak seperti
shale yang dapat memisah melalui bidang perlapisan, batusabak
memecah memotong bidang perlapisan.
2. Filit (phyllite)
Merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada derajat
metamorfismenya lebih tinggi dari batusabak, tetapi lebih rendah
dari sekis. Batuan ini disusun oleh mineral-mineral pipih yang
lebih besar daripada mineral yang menyusun batusabak, tetapi
tidak cukup besar untuk dibedakan tanpa alat pembesar. Walaupun
kenampakan filit hampir sama dengan batusabak, tetapi berbeda
dengan batusabak dari kenampakannya yang lebih mengkilap. Filit
biasanya menunjukan adanya cleavage dan disusun terutama oleh
mineral-mineral halus seperti klorit dan mika.
3. Skistosa
Merupakan batuan metamorf yang sangat mudah dikenal
dan sangat umum seperti halnya genes. Sekis merupakan batuan
metamorf yang mengandung lebih dari 50% mineral pipih
umumnya biotit dan muskovit. Seperti batusabak, sekis berasal dari
metamorfisme batuan yang berbutis halus seperti shale, tetapi
metamorfismenya lebih tinggi. Bila batuan asalnya banyak
mengandung silika, sekis akan mengandung lapisan tipis kuarsa
atau feldspar.
Penamaan sekis tergantung pada komposisi mineral yang
dominan. Sekis yang disusun terutama oleh muskovit dan biotit
dengan sedikit kuarsa dan feldspar disebut sekis mika. Tergantung

28
pada derajat metamorfismenya, sekis mika kadang-kadang
mengandung mineral yang unik sebagai mineral tambahan untuk
batuan metamorf. Mineral tambahan tersebut diantaranya garnet,
staurolit dan silamanit. Ada juga sekis yang mengandung grafit,
yang banyak digunakan sebagai bahan pensil, fiber dan lubrikan.
Sekis juga kadang disusun oleh mineral klorit dan talk yang disebut
sekis klorit dan sekis talk. Kedua macam batuan metamorf ini
terbentuk dari batuan yang berkomposisi basaltik yang mengalami
metamorfisme.
4. Genes (geneiss)
Adalah batuan metamorf yang terutama disusun oleh
mineral butiran. Mineral yang umum terdapat pada genes adalah
kuarsa, potas feldspar, sodium feldspar. Sedang mineral tambahan
yang sering dijumpai adalah muskovit, biotit dan horblende.
Segregasi dari mineral terang dan gelap memberikan kenampakan
tekstur foliasi yang khas pada genes. Kebanyakan genes terdiri dari
selang seling antara mineral yang kaya feldspar yang berwarna
putih atau kemerahan dengan lapisan mineral feromagnesian yang
berwarna gelap.
Genes biasanya mempunyai komposisi yang hampir sama
dengan granit dan kemungkinan berasal dari granit atau batuan
afanitik granitik. Tetapi genes kemungkinan juga berasal dari shale
yang mengalami metamorfisme derajat tinggi. Dalam hal ini, genes
merupakan batuan terakhir dari sekuen shale, batusabak, filit, sekis
dan genes. Seperti halnya sekis, pada genes kadang dijumpai juga
mineral garnet dan staurolit. Apabila foliasi batuan disusun
terutama oleh mineral gelap, maka batuannya disebut amfibolit,
yang berasal dari nama mineral amfibol.
B. Batuan Tidak Berfoliasi (Nonfoliated Rocks)
Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral
penyususn batuan metamorf.

29
1. Hornfelsik
Dicirikan dengan adanya butiran-butiran yang seragam, terbentuk
pada bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada
umumnya merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi
tetapi batuan halus dan padat.
2. Milonitik
Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran terhadap
batuan asal yang mengalami metamorfosa dynamo, batuan berbutir
halus dan liniasinya ditunjukkan dengan adanya orientasi mineral
yang berbentuk rentikuler yang terkadang masih meyimpan lensa
batuan asalnya.
3. Kataklastik
Sruktur ini hampir sama dengan milonitik hanya saja butirannya
lebih kasar.
4. Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya relative lebih
kasar dan strukturnya mendekati struktur tipe philit.
5. Flaser
Struktur ini mirip dengan kataklastik dimana struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
6. Augen
Seperti struktur flaser, hanya saja lensa-lensanya terdiri dari butir-
butir feldspar dalam masa dasar yang lebih halus.

7. Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya
mempunyai ukuran yang tidak sama besar.
8. Liniasi

30
Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang
berbentuk seperti jarum.

2. Tekstur Batuan Metamorf


1. Tekstur batuan metamorf foliated
a. Gneiss
Lapisan permukaannya kasar dan tidak mempunyai batas yang
jelas. Terlihat berlapis-lapis karena susunan mineralnya searah atau
karena barisantar mineral gelap dan mineral terang berurutan,
terdapat pada batuan orthometamorf.
b. Schist
Lapisan permukaannya halus, pararel dan mempunyai bidang batas
yang jelas. Biasanya ditandai dengan adanya mineral mika, kuarsa
dan chlorite. Terdapat pada batuan orthometamorf dan
parametamorf.
c. Filitik
Lapisan permukaannya kasar, pararel dan jelas batasnya tetapi
tidak begitu kompak. Terdapat pada batuan metamorf.
d. Slaty
Lapisan permukaanya sangat halus, rapat dan pararel. Kristalnya
sangat halu tetapi batuannya sangat kompak.

2. Tekstur batuan metamorf Unfoliated


a. Porfiroblast : Kristalnya tidak sama besar,
b. Granoblast/Homoblast : Kristalnya sama besar,butirnya
lonjong atau bulat.
c. Lepidoblast : Kristalnya seperti susunan sisik.
d. Nematoblast : Kristalnya prismatic (persegi agak
teratur).

31
BAB VI

7. Nomor Percobaan :8
8. Nama Percobaan : Batuan Metamorf Unfoliated
9. Tujuan Praktikum :
a. Praktikan dapat menjelaskan definisi
batuan metamorf Unfoliated
b. Praktikan dapat menjelaskan
diagenesa/terbentuknya batuan metamorf Unfoliated
c. Praktikan dapat menjelaskan jenis - jenis
batuan metamorf Unfoliated
d. Praktikan dapat menjelaskan macam-
macam struktur batuan metamorf Unfoliated
e. Praktikan dapat menjelaskan dan
menunjukkan komposisi mineral batuan metamorf Unfoliated
f. Praktikan dapat menentukan nama batuan
metamorf berdasarkan karakteristiknya.

32
10. Alat yang digunakan : Handspecimen batuan metamorf Unfoliated,
kaca pembesar, lembar determinasi.
11. Prosedur Praktikum :
Ambil handspecimen batuan metamorf Unfoliated
Tentukan jenis batuan metamorf Unfoliated
Tentukan struktur dari batuan tersebut.
Tentukan tekstur batuan tersebut.
Tentukan komposisi batuan metamorf Unfoliated tersebut.
Catat dan determinasikan batuan tersebut.

12. Dasar teori :


Batuan Metamorf Unfoliated
Proses metamorfisme adalah proses perubahan batuan yang sudah ada
menjadi batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperatur yang
besar. Batuan asal dari batuan metamorf tersebut dapat batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf sendiri yang sudah ada. Kata metamorf sendiri
adalah perubahan bentuk. Agen atau media menyebabkan terjadinya proses
metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan
perubahan yang terjadi pada batuan meliputi tekstur dan komposisi mineral.

1. Jenis Batuan Metamorf


a) Orthometamorf
Adalah batuan metamorf yang berasal dari proses rekristalisasi mineral-
mineral pembentuk batuan beku
b) Parametamorf
Adalah batuan metamorf yang berasal dari proses rekristalisasi mineral-
mineral pembentuk batuan sedimen.

2. Batuan Tidak Berfoliasi (Nonfoliated Rocks)


Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral
penyususn batuan metamorf.

33
1. Hornfelsik
Dicirikan dengan adanya butiran-butiran yang seragam, terbentuk pada
bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya
merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi tetapi batuan halus
dan padat.
2. Milonitik
Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran terhadap batuan
asal yang mengalami metamorfosa dynamo, batuan berbutir halus dan
liniasinya ditunjukkan dengan adanya orientasi mineral yang berbentuk
rentikuler yang terkadang masih meyimpan lensa batuan asalnya.
3. Kataklastik
Sruktur ini hampir sama dengan milonitik hanya saja butirannya lebih
kasar.
4. Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya relative lebih kasar dan
strukturnya mendekati struktur tipe philit.
5. Flaser
Struktur ini mirip dengan kataklastik dimana struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
6. Augen
Seperti struktur flaser, hanya saja lensa-lensanya terdiri dari butir-
butir feldspar dalam masa dasar yang lebih halus.
7. Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya
mempunyai ukuran yang tidak sama besar.
8. Liniasi
Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang
berbentuk seperti jarum.

3. Tekstur Batuan Metamorf

34
3. Tekstur batuan metamorf foliated
a. Gneiss
Lapisan permukaannya kasar dan tidak mempunyai batas yang
jelas. Terlihat berlapis-lapis karena susunan mineralnya searah atau
karena barisantar mineral gelap dan mineral terang berurutan,
terdapat pada batuan orthometamorf.
b. Schist
Lapisan permukaannya halus, pararel dan mempunyai bidang batas
yang jelas. Biasanya ditandai dengan adanya mineral mika, kuarsa
dan chlorite. Terdapat pada batuan orthometamorf dan
parametamorf.
c. Filitik
Lapisan permukaannya kasar, pararel dan jelas batasnya tetapi
tidak begitu kompak. Terdapat pada batuan metamorf.

d. Slaty
Lapisan permukaanya sangat halus, rapat dan pararel. Kristalnya
sangat halu tetapi batuannya sangat kompak.

4. Tekstur batuan metamorf Unfoliated


a. Porfiroblast : Kristalnya tidak sama besar,
b. Granoblast/Homoblast : Kristalnya sama besar,butirnya
lonjong atau bulat.
c. Lepidoblast : Kristalnya seperti susunan sisik.
d. Nematoblast : Kristalnya prismatic (persegi agak
teratur).

5. Penamaan Batuan Metamorf Unfoliated

35
a. Dicirikan dengan tidak adanya penjajaran mineral, sehingga untuk
unfoliated, maka kita harus memastikan tidak ada pensejajaran mineral.
b. Untuk penamaan batuan metamorf unfoliated, komposisi mineralmemegang
peranan penting dalam penamaan batuan metamorf unfoliated. Disini
ditinjau dari komposisi dominan, sebagai contoh :
 Bila dominan Kuarsa, maka nama batuan Kuarsit
 Bila dominan Kalsit, nama batuan Marmer

36

Anda mungkin juga menyukai