Anda di halaman 1dari 17

27

BAB III
BATUAN BEKU

3.1. Tujuan Percobaan


1. Untuk mengidentifikasi batuan beku yang telah disediakan
berdasarkan tekstur dan strukturnya.
2. Dapat membedakan batuan beku asam, batuan beku basa, dan batuan
beku intermediate.
3. Dapat mengetahui proses pembentukan dari batuan beku (ganesa)

3.2. Dasar Teori


3.2.1. Proses Pembentukan Batuan Beku
Awalnya magma yang berada di dalam permukaan bumi akan
mengalami proses pengkristalan secara lambat, setelah mengalami proses
pengkristalan magma akan berubah menjadi Batuan Beku Dalam /
Intrusif.

Gambar 3.1. Proses Pembentukan Batuan Beku

Kemudian lava yang telah mencapai ke permukaan akan


mengalami proses pendinginan dan pengkristalan dengan cepat akibat
kontak langsung dengan udara. Sehingga proses ini akan menghasilkan
Batuan Beku Luar / Ekstrusif.

3.2.2. Batuan Beku


28

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari


permbekuan magma dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah
permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun diatas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).Batuan beku disusun oleh senyawa-
senyawa kimia yang membentuk mineral dan mineral menyusun batuan
beku.
3.2.3. Magma dan Deret Bowen’s
Magma adalah cairan silikat yang sangat panas, mengandung
oksida, sulfide serta volatile. Temperature magma berkisar antara
6000°C (magma asam) sampai 12500°C (magma basa), dimana kedua
jenis magma ini merupakan induk batuan beku. Temperature magma
turun hingga mencapai titik jenuhnya, maka magma akan mulai
mengkristal. Umumnya unsure-unsur yang sukar larut akan mengkristal
terlebih dahulu seperti apatit, zircon, ilmenit, magnetit, rutile, titanit,
chromit. Sementara mineral yang mudah larut mengkristal kemudian
dan terjebak di sekitar Kristal yang terbentuk terlebih dahulu.
Mineral utama pembentuk batuan juga mengalami hal yang serupa,
yang mula-mula mengkristal dan selanjutnya yaitu olivine, piroksen,
amfibol, dan seterusnya seperti yang dikemukakan oleh Bowen (1992).
Bowen menggambarkannya dengan berupa chart yang disbut Deret
Bowen ( Bowen’s series).
29

Gambar 3.2. Bowen's Reaction Series

Urutan pembekuan magma berdasarkan temperaturnya dapat


dibedakan menjadi empat tahap pembekuan yaitu :
a. Tahap Orthomagmatik, yaitu pembekuan magma yang pertama kali
dengan temperature > 8000°C.
b. Tahap Pegmatitik, yaitu pembekuan magma pada temperature
antara 6000°C - 8000°C.
c. Tahap Pneumatolitik, yaitu pembekuan magma pada temperature
antara 4000°C - 6000°C serta kaya akan gas.
d. Tahap Hydrothermal, yaitu pembekuan magma yang berkisar
antara 1000°C - 4000°C. Berupa larutan sisa yang kaya akan gas
dan larutan/cairan.

Dalam perjalannya magma mengalami perubahan yang terdiri dari tiga


proses utama, yaitu :
a. Differensiasi Magma
Yaitu suatu proses yang menyebabkan magma yang asalnya
relative homogeny terpecah-pecah menjadi berapa bagian atau
fraksi dengan komposisi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan
oleh migrasi ion atau molekul dalam larutan magma karena adanya
perubahan temperature dan tekanan. Ketika magma mengalami
penurunan tekanan dan temperature, maka mineral yang memiliki
30

titik lebur yang tinggi mulai mengkristal, sedangkan cairan yang


belum membeku akan terus naik dan akhirnya keseluruhan cairan
magma itu membeku.
b. Assimilasi
Ketika magma naik menuju ke permukaan, magma tersebut
tentunya melewati batuan samping, hal ini akan menyebabkan
terjadinya interaksi antara magma dan batuan samping. Interaksi
yang terjadi yaitu meleburnya batuan samping, terjadi reaksi
dengan batuan samping dan pelarutan batuan samping, dengan
demikian magma akan mengalami perubahan komposisi. Tingkat
perubahan komposisi pada magma tergantung pada jenis magma,
jenis batuan samping, dan jauh dekatnya jarak yang ditempuh oleh
magma.
c. Pencampuran Magma
Dalam perjalannya, magma dapat bertemu dengan magma
yang memiliki komposisi berbeda, hal ini tentunya akan merubah
komposisi magma. Magma dapat berubah menjadi magma yang
bersifat lain oleh proses-proses berikut :
1. Hibridasi, pembentukan magma baru karena pencampuran dua
magma yang berlainan jenis.
2. Sinteksis, pembentukan magma baru karena proses asimilasi
dengan batuan samping.
3. Anateksis, proses pembentukan magma dari peleburan batuan
pada kedalama yang sangat besar.

3.2.4. Tekstur Batuan Beku


Tekstur pada batuan beku adalah sifat yang menunjukkan derajat
pengkristalan, bentuk butir, ukuran butir dan pola susunan butir
mineral-mineral di dalam massa batuan.
a. Derajat Pengkristalan
1. Holokristalin, bila massa batuan seluruhnya terdiri dari kristal.
2. Hipokristalin, bila massa batuan terdiri dari kristal dan gelas
vulkanik.
3. Holohialin, bila massa batuan seluruhnya terdiri dari gelas
vulkanik.
31

b. Bentuk Kristal
1. Euhedral, bentuk kristalnya sempurna.
2. Subhedral, bentuk kristalnya kurang sempurna.
3. Anhedral, bentuk kristalnya tidak sempurna.

Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya, batuan beku dibagi


menjadi:
1. Unidomorphic granular bila seluruhnya terdiri dari kristal
euhedral
2. Hypidiomorphic granular bila terdiri dari kristal subhedral

3. Allotriomorphyc granular bila terdiri dari kristal anhedral

c. Ukuran Kristal
1. Halus : < 1 mm
2. Sedang : 1 - 5 mm
3. Kasar : 5 - 30 mm
4. Sangat Kasar : > 30 mm
Berdasarkan keseragaman antar butirnya,batuan beku dibagi
menjadi:
1. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir
sama
2. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak
sama
d. Pola Susunan Butir
1. Faneritik, ukuran butir relatif seragam dan dapat dikenali
dengan mata telanjang.
2. Faneroporfiritik, fenokris dan massa dasar masih dapat
dikenali dengan mata telanjang.
3. Porfiroafanitik, fenokris dapat dikenali dengan mata telanjang,
massa dasar tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.
4. Afanitik, semua butir mineral halus, tidak dapat dikenali
dengan mata telanjang.
5. Glassy, semuanya gelas vulkanik.
6. Fragmental, terdapat fragmen-fragmen hasil erupsi gunung api.

3.2.5. Struktrur Batuan Beku


32

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan


menjadi batuan beku ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan
menyebabkan perbedaan pada tekstur masing-masing batuan tersebut.
Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama
yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai
struktur batuan beku.
a. Struktur Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses
pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku
ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat
pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
1. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan
yang terlihat seragam.
2. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai
lapisan.

3. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang


bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan
terjadi pada lingkungan air.
4. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang
pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas
pada saat pembekuan.
5. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolitg. Struktur aliran, yaitu struktur
yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah
tertentu akibat aliran.
6. Skoria, seperti vesikuler tetapi tidak menunjukan arah yang
teratur.
b. Struktur Batuan Beku Intrusif
33

Intrusive Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang


proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi.
berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi
dua yaitu konkordan dan diskordan.
1. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan
disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
 Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan
perlapisan batuan disekitarnya.
 Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome),
akibat penerobosan tubuh batuan, sedangkan bagian dasarnya
tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil
dengan kedalaman ribuan meter.
 Lopolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.
Lopolith memiliki diameter mencapai puluhan sampai
ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
 Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau
antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan
paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.
2. Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan
batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
 Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan
disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang.
Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan
kilometer dengan panjang ratusan meter.
 Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang
sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman
yang besar.
34

 Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi


ukurannya lebih kecil

3.2.6. Klasifikasi Batuan beku


Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya,
warna, kimia, tekstur dan mineraloginya. Berdasarkan tempat
terbentuknya, batuan beku dibedakan atas :
a. Batuan Beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di
perut bumi.
b. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentuk tidak
jauh dari permukaan bumi.
c. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di
permukaan bumi.
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua,
yaitu mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan
biotik, dan mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit,
kuarsa dan feldspatoid. Klasifikasi batuan beku berdasarkan
warnanya adalah sebagai berikut:
a. Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%.
b. Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%.
c. Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%.
d. Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%.

Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang


membentuk mineral. Kemudian Mineral tersebut menyusun batuan beku.
Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa
oksidasinya, seperti SiO2, TiO2, AIO3, Fe2O3, MnO, CaO, Na2O, K2O,
H2O, P2O5. Dari prosentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan
beberapa lingkungan pembentukan mineral.
Pembagian batuan beku berdasarkan kandungan Silikanya (SiO2) :

Tabel 1.2. Pembagian Batuan Beku Berdasarkan kandungan Silika


35

Nama Batuan Kandungan Silika


Batuan Beku Asam > 66%
Batuan Beku Intermediate 52 – 66%
Batuan Beku Basa 45 – 52%
Batuan Beku Ultrabasa < 45%

3.3. Peralatan dan Bahan


3.3.1. Peralatan
a. Modul praktikum geologi fisik
b. Tabel kalasifikasi batuan
c. Loop (kaca pembesar)
d. Tabel klasifikasi mineral
3.3.2. Bahan
a. 3 buah Batuan Beku

3.4. Waktu Praktikum


Tanggal : 14 November 2015
Pukul : 13.30 – Selesai
Tempat : Gedung C,Kampus STT Migas Km 8
3.5. Prosedur Kerja
1. Pertama, kita ambil batuan beku yang telah disediakan.
2. Lalu, kita amati batuan beku tersebut dengan menggunakan lup dan
tabel klasifikasi batuan.
3. Kemudian kita amati tekstur batuan tersebut dan kita tentukan
derajat kristalisasi dengan memperhatikan bentuk kristalnya.
4. Untuk menentukan bentuk kristalnya, kita amati dengan
menggunakan lup dengan mengamati bentuk kristal yang ada pada
batuan.
5. Untuk menentukan ukuran butir kita dapat memperkirakan ukuran
dengan meraba butiran yang ada pada batuan beku.
6. Kemudian untuk menentukan pola susunan butir, kita amati bentuk
permukaan batuan beku.
7. Setelah itu kita amati lagi batuan beku untuk menentukan Fenokris,
Massa Dasar dan Aksesoris.
36

8. Untuk menentukan Fenokris kita lihat pecahan mineral yang


dominan pada batuan beku.
9. Untuk menentukan massa dasar kita lihat dari mineral yang paling
terlihat mencolok pada batuan beku.
10. Untuk mengetahui aksesoris kita lihat pada fenokris atau massa
dasar, biasanya aksesoris melekat pada fenokris atau massa dasar
tetapi tidak menutupi fenokris maupun massa dasar.
11. Kemudian untuk menentukan struktur pada batuan beku, kita amati
permukaan batuan beku.
12. Setelah itu kita tentukan ciri khusus batuan yang kita amati.
13. Selanjutnya dari data identifikasi yang ada kita simpulkan nama
batuan yang telah di identifikasi.
14. Lalu kita juga menentukan genesa batuan tersebut.
15. Langkah terakhir gambar mineral serta beri keterangan gambar
pada kolom keterangan gambar.
37

3.6. Hasil Pengamatan

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU


PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
IDENTIFIKASI
JURUSAN S1 MEGASKOPIK
TEKNIK PERMINYAKAN BATUAN BEKU
KONSENTRASI GEOLOGI STT
MIGAS BALIKPAPAN
Nama :
NIM :
Kelompok :

No. Urut :
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :
2. Warna : :
:
3. Tekstur
a. Derajat Pengkristalan :
b. Bentuk Kristal :
c. Ukuran Butir :
d. Pola Susunan Butir :
4. Komposisi Mineral
a. Mineral sebagai Fenokris :
b. Mineral Massa Dasar :
c. Mineral sebagai Aksesoris :
5. Struktur :
6. Ciri Khusus :
7. Nama Batuan :
8. Genesa :

Sketsa Peraga
38

GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI





PARAF ASPRAK

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU


PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
JURUSANIDENTIFIKASI MINERAL PADA
S1 TEKNIK PERMINYAKAN BATUAN BEKU
KONSENTRASI GEOLOGI STT
MIGAS BALIKPAPAN
No. Urut :

No. Peraga :

Deskripsi Mineral

1. Mineral sebagai Fenokris


a) Warna :
b) Ukuran :
c) Bentuk :
d) Kelimpahan :
e) Nama Mineral :

2. Mineral sebagai Massa Dasar


a. Warna :
b. Ukuran :
c. Bentuk :
d. Kelimpahan :
e. Nama Mineral :

3. Mineral sebagai Aksesoris


a. Warna :
b. Ukuran :
c. Bentuk :
d. Kelimpahan :
e. Nama Mineral :
39

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU


PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
JURUSAN S1 TEKNIK PERMINYAKAN KONSENTRASI GEOLOGI STT
MIGAS BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU

Nama :
NIM :
Kelompok :

No. Urut :
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :
2. Warna : :
:
3. Tekstur
a. Derajat Pengkristalan :
b. Bentuk Kristal :
c. Ukuran Butir :
d. Pola Susunan Butir :
4. Komposisi Mineral
a. Mineral sebagai Fenokris :
b. Mineral Massa Dasar :
c. Mineral sebagai Aksesoris :
5. Struktur :
6. Ciri Khusus :
7. Nama Batuan :
8. Genesa :

Sketsa Peraga
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI

 Fenokris :
 Massa Dasar :
 Aksesoris :
40

PARAF ASPRAK

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU


PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
JURUSANIDENTIFIKASI MINERAL PADA
S1 TEKNIK PERMINYAKAN BATUAN BEKU
KONSENTRASI GEOLOGI STT
MIGAS BALIKPAPAN
No. Urut :

No. Peraga :

Deskripsi Mineral

1. Mineral sebagai Fenokris


a) Warna :
b) Ukuran :
c) Bentuk :
d) Kelimpahan :
e) Nama Mineral :

1. Mineral sebagai Massa Dasar


a. Warna :
b. Ukuran :
c. Bentuk :
d. Kelimpahan :
e. Nama Mineral :

2. Mineral sebagai Aksesoris


a. Warna :
b. Ukuran :
c. Bentuk :
d. Kelimpahan :
e. Nama Mineral :
41

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU


PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
IDENTIFIKASI
JURUSAN S1 MEGASKOPIK
TEKNIK PERMINYAKAN BATUAN BEKU
KONSENTRASI GEOLOGI STT
MIGAS BALIKPAPAN
Nama :
NIM :
Kelompok :

No. Urut :
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :
2. Warna :
:
3. Tekstur
a. Derajat Pengkristalan :
b. Bentuk Kristal :
c. Ukuran Butir :
d. Pola Susunan Butir :
4. Komposisi Mineral
a. Mineral sebagai Fenokris :
b. Mineral Massa Dasar :
c. Mineral sebagai Aksesoris :
5. Struktur :
6. Ciri Khusus :
7. Nama Batuan :
8. Genesa :

Sketsa Peraga
42

GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI

 Fenokris :
 Massa Dasar :
 Aksesoris :
PARAF ASPRAK

LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU


PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
JURUSANIDENTIFIKASI MINERAL PADA
S1 TEKNIK PERMINYAKAN BATUAN BEKU
KONSENTRASI GEOLOGI STT
MIGAS BALIKPAPAN
No. Urut :

No. Peraga :

Deskripsi Mineral

1. Mineral sebagai Fenokris


a. Warna :
b. Ukuran :
c. Bentuk :
d. Kelimpahan :
e. Nama Mineral :

2. Mineral sebagai Massa Dasar


a. Warna :
b. Ukuran :
c. Bentuk :
d. Kelimpahan :
e. Nama Mineral :

3. Mineral sebagai Aksesoris


a. Warna :
b. Ukuran :
c. Bentuk :
d. Kelimpahan :
e. Nama Mineral :
43

3.7 Pembahasan.

3.8. Kesimpulan
Dari hasil klasifikasi dan identifikasi yang telah dilakukan, serta
analisa batuan beku dapat disimpulkan :
1. Bahwa jenis-jenis batuan beku, yaitu batuan beku asam, batuan beku
intermediet dan batuan beku basa dapat ditentukan dari melihat warna
pada batuan beku.
2. Setiap batuan beku memiliki komposisi mineral yang berbeda-beda
baik itu mineral sebagai fenokris, massa dasar, maupun mineral
aksesorisnya.
3. Tidak selamanya batuan beku memiliki fenokris, massa dasar dan
aksesoris. Terkadang sebuah batuan hanya memiliki fenokris dan
massa dasar saja.
4. Batuan beku memiliki proses pembentukan yang berbeda-beda ada
yang terbentuk secara intusi magma maupun terbentuk dari
intermediate.

Anda mungkin juga menyukai