Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


ACARA II : PENGENALAN BATUAN BEKU

OLEH :
MUHAMMAD NURUL
ISRA
D061231018

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geologi adalah suatu bidang ilmu Pengetahuan Kebumian yang


mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernh ada.
Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan
yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik di dalam
maupun di atas permukaan bumi, kedudukannya di alam semesta hingga sekarang.

Bumi terbagi menjadi dua, yaitu daratan dan lautan. Dimana daratan
disusun oleh tiga lapisan, yaitu lapisan Litosfer atau kerak bumi, lapisan Mantel
Bumi, dan lapisan Inti Bumi. Pada lapisan Litosfer, tersusun atas beberapa jenis
unsur kimia seperti silikon, besi, oksigen, kalsium, natrium, kalium, dan
magnesium. Sebagian besar unsur yang terdapat pada lapisan terluar ini, telah
berkombinasi dengan satu atau lebih unsur lainnya untuk membentuk senyawa
yang disebut mineral. Mineral adalah suatu ikatan kimia padat yang terbentuk
secara alamiah dan termasuk di dalamnya materi geologi padat yang menjadi
penyusun terkecil dari batuan (Klein & Hurlbut, 1993).

Batuan merupakan komponen penting dalam ilmu geologi dan


memainkan peran sentral dalam pemahaman sejarah geologis Bumi. Batuan
terbentuk melalui proses alamiah yang berlangsung jutaan tahun, melibatkan
pembekuan magma, pengendapan bahan padat, dan metamorfosis batuan yang
sudah ada. Terdapat tiga jenis utama batuan: batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorfik. Batuan beku merupakan komponen esensial dalam studi
geologi dan memegang peran sentral dalam pemahaman geologi kerak Bumi.
Batuan beku terbentuk melalui proses pendinginan dan pembekuan magma atau
lava yang mungkin berlangsung selama ratusan hingga jutaan tahun. Ada dua jenis
utama batuan beku: batuan beku intrusif dan ekstrusif. Batuan beku intrusif
terbentuk di dalam kerak Bumi, seperti granit, ketika magma mendingin secara
perlahan dan membeku. Di sisi lain, batuan beku ekstrusif, seperti basal, terbentuk
ketika lava mencapai permukaan dan cepat membeku. Batuan beku memiliki sifat
fisik yang khas.
1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah sebagai


berikut:
1. Praktikum acara dua geologi dasar dilaksanakan agar pengimplementasian
pengenalanan batuan beku dapat dilakukan secara langsung di laboratorium
dan salah satu aspek dalam kelulusan mata kuliah ini.
2. Praktikan dapat mendeskripsikan sampel batuan beku dan golongannya.
3. Praktikan dapat memahami genesa pembentukan batuan.beku.

1.3. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagaiberikut :
1. Lembar kerja praktikum (LKP)
2. Alat tulis kertas (ATK)
3. Sampel peraga
4. Komperator
5. Lup
6. Klasifikasi Travis (1955) dan klasifikasi fenton (1940)
7. Buku Rocks and Minerals
8. Clipboard
9. Kertas HVS
1.4. Batasan Masalah
Pada percobaan ini hanya membahas pada batuan beku dan deskripsi
mikroskopis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Batuan Beku


Batuan beku atau batuan igneus dari (Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma
ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari
proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian
besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.. (Djauhari Noor, 2012).

2.1 Struktur Batuan Beku


Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini nantinya akan menyebabkan perbedaan
pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang
tersingkap merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Kenampakan inilah
yang disebut sebagai struktur batuan beku.

2.1.1 Struktur batuan beku ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki
berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat
pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a) Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu massa batuan yang
terlihat seragam.
b) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
c) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
d) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air.
e) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
f) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolite
g) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.
h) Skoria, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
i) Pumisan ; bila lubang-lubang gas saling berhubungan

2.1.2 Struktur Batuan Beku Intrusif


Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dibawah permukaan bumi. Berdasarkan kedudukannya terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi
menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

Gambar 2.1 Bagan Struktur Batuan Beku Intrusif


a) Konkordan
Konkordan merupakan tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan
perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan
disekitarnya.
2) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan
batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh
batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
3) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu
bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.
4) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah
terbentuk sebelumnya.
b) Diskordan
Diskordan merupakan tubuh batuan beku intrusif yang memotong
perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
1) Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan
memiliki bentuk tabular atau memanjang.
2) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu
> 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
3) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih
kecil. (Djauhari Noor, 2012).
2.2 Tekstur Batuan Beku
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan atau
keadaan yang erat antara unsur-unsur mineral dengan massa gelas yang membentuk
massa yang merata dari batuan. Tekstur dalam batuan beku di bagi menjadi
beberapa faktor, antara lain ; tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir,
granulitas dan hubungan antar butir (fabric).
2.2.1 Tingkat Kristalisasi
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan
itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan terdapat cukup
energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase dari cair ke padat
sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu
relatif cepat maka kristal yang di hasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila
pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena
tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga
akan dihasilkan gelas. Tingkat kristalisasi batuan beku dapat di bagi menjadi :

a. Holokristalin, apabiila seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal mineral.


b. Hypokristalin/Hypohyalin/Merokristalin, apabila batuan beku terdiri dari
sebagian kristal dan gelas.
c. Holohyalin, apabila seluruh batuan tersusun oleh gelas.
2.2.2 Ukuran Kristal

Tabel 2.1 Ukuran Kristal

2.2.3 Granulitas.
Dalam batuan beku granulitas menyangkut derajat kesamaan ukuran butir
dari kristal penyusun batuan. Granulitas pada batuan beku non fragmental dapat di
bagi menjadi beberapa macam yaitu:
a. Equigranular. Disebut equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang
seragam. Tekstur equigranular di bagi menjadi :
a) Fanerik granular Bila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata
telanjang dan berukuran seragam. Kristal fanerik dapat dibedakan menjadi
ukuran-ukuran halus, sedang, kasar, dan sangat kasar.
b) Afanitik. Apabila ukuran kristal-kristal mineral sangat halus, sehingga tidak
dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang bertekstur afanitik
dapat tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula
istilah Mikrokristalin dan Kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila
kristal individu dapat dikenal/dilihat dengan menggunakan mikroskop,
sedangkan Kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan mikroskop.
b. Inequigranular. Disebut memiliki tekstur inequigranular apabila ukuran
kristapembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
a) faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal
mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal dengan mata
telanjang.
b) Porfiroafanitik Bila fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.
c) Glas (glassy) Batuan beku dikatakan memiliki tekstur glas apabila
semuanya tersusun atas glas.
2.2.4 Bentuk Kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali
biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya
mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang
terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan pada praktikum ini merupakan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dapat dijelaskan sebagai metode
penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa bahasa tertulis atau lisan.
Dalam praktikum ini, praktikan mendeskripsikan dan menggambarkan data-data
yang ada dengan cara pengamatan langsung terhadap sampel batuan.
3.2. Tempat dan Waktu
Adapun tempat pelaksanaan praktikum adalah di Laboratorium
Sedimentologi, Dapartemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin. Praktikum dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 19 september 2023
pukul 15.00 WITA-selesai.
3.3. Tahapan Penelitian
Adapun praktikum kali ini terdiri atas 4 tahapan, yaitu :
3.3.1. Pendahuluan
Pada tahap ini praktikan wajib mengikuti asistensi acara. Pada saat asistensi
acara, asisten lab menyampaikan semua hal yang dibutuhkan dan yang akan
dilakukan sebelum praktikum, seperti mengerjakan tugas pendahuluan, melakukan
respon dan menyiapkan alat dan bahan. Pada tahap ini juga praktikan dianjurkan
melakukan studi literatur untuk memperdalam pemahaman tentang praktikum
batuan beku.
3.3.2. Praktikum
Pada tahap ini, praktikan diberikan masing masing 3 sampel, tiap
kelompok. Dari sampel tersebut, praktikan akan diminta mendeskripsikan batuan
dalam lembar kerja praktikum serta sketsa dari sampel yang telah dideskripsikan.
3.3.3. Analisis Data
Pada tahap ini, praktikan akan melakukan minimal 3 kali asistensi untuk
melengkapi deskripsi yang kurang dari lembar kerja praktikum dan mulai
membuat laporan.
3.3.4. Pembuatan Laporan
Pada tahap ini, praktikan akan membuat laporan. Adapun tahapan-
tahapan yang dilakukan pada saat pembuatan laporan yaitu tahap penyusunan,
asistensi, revisi dan pengumpulan jurnal.

PENDAHULUAN

PRAKTIKUM

ANALISIS
DATA

PEMBUATAN
LAPORAN

Gambar 3.1 Diagram Alir


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL
4.1.1. Sampel 1
Pada sampel pertama dengan nomor peraga 9 ini termasuk dalam jenis batuan
beku intermediet dengan warna segar putih keabu-abuan, dan warna lapuknya adalah
kecoklatan. Sampel ini memiliki tekstur kristalinitas hipokristalin dengan
granularitas porfiroafanitik. Serta sampel ini memiliki bentuk subhedral- anhedral,
relasinya inequigranular, dan struktur massif. Pada sampel ini dijumpai 3 mineral,
yaitu mineral plagioklas sebanyak 30%, mineral kuarsa sebanyak 10%, dan mineral
gelas sebanyak 60%, dengan bentuk subhedral-anhedral, dan berwarna putih,
kuning, abu-abu serta memiliki kompisis kimia (Na,A15,308) dan (S1O2 sebanyak).
Nama batuan dari sampel ini adalah Dacite (Fenton 1940).

Gambar 4.1 Sampel Dacite Peraga 9

4.1.2. Sampel 2
Pada sampel kedua dengan nomor peraga 13 ini termasuk dalam jenis batuan
beku asam dengan warna segar merah, dan warna lapuknya adalah hitam. Sampel ini
memiliki tekstur kristalinitas holokristalin dengan granularitas faneritik. Serta
sampel ini memiliki bentuk euhedral, relasinya equigranular, dan struktur massif.
Pada sampel ini dijumpai mineral orthoclas sebanyak 70% dan mineral kuarsa
sebanyak 30%, memiliki bentuk euhedral, serta memiliki warna kemerahan.
komposisi kimia (KAlSi3O8) dan (S1O2). Nama batuan dari sampel ini adalah Granit
(Fenton 1940)
Gambar 4.2 Sampel Granit Peraga 13

4.1.3. Sampel 3
Pada sampel ketiga termasuk dalam jenis batuan beku ultrabasa dengan warna
segar hitam kehijauan, dan warna lapuknya adalah putih. Sampel ini memiliki tekstur
kristalinitas holokristalin dengan granularitas faneritik. Serta sampel ini memiliki
bentuk euhedral, relasinya equigranular, dan struktur massif. Pada sampel ini
dijumpai mineral pyroxen sebanyak 90% dan mineral serpentine sebanyak 10%,
memiliki bentuk euhedral, serta memiliki warna hitam dan hijau, komposisi kimia
(Mg,Fe,Al) (Si,Al)2O6 dan (Mg,Fe,Ni,Mn,Zn)2-3 (Si,Al,Fe)2o5 Nama batuan dari
sampel ini adalah Pyroxenite (Fenton 1940).

Gambar 4.3 Sample Pyroxenite


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Melalui praktikum ini dapat diketahui pengimplementasian pengenalan batuan
beku secara langsung di laboratorium.
2. Melalui praktikum ini, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mendeskripsikan batuan beku, seperti jenis batuan, warna,
tekstur, bentuk, struktur, dan kandungan mineral beserta komposisi kimianya.
Adapun dalam menentukan nama mineral, dapat digunakan dua jenis
pengklasifikasian, yaitu klasifikasi Fenton 1940 dan klasifikasi Travis 1955.
3. Melalui praktikum ini dapat diketahui genesa dari batuan beku yang dideskripsi.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan melalui laporan ini mengenai
pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut:
1. Untuk asisten tetap semangat menghadapi praktikan yang sulit memahami
materi.
2. Untuk laboratorium diharapkan dapat menyediakan ac.
3. Untuk praktikan diharapkan lebih responsive dan dapat menghargai ilmu yang
telah diberikan oleh asisten.
DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: Lembaga


Pengembangan Pendidikan (LPP)
Graha, D. S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova
CHAERUL, MUHAMMAD. 2017. Pengantar ilmu batuan. Jakarta: Publisher,
Kurniadi, Ari Sandra. 2017. Geologi Dan Petrogenesa Batuan Beku Diorit.
Noor, Djauhari. 2014. Pengantar geologi. Deepublish.
Sultoni, Muhammad. 2019. Klasifikasi jenis batuan beku melalui citra berwarna
dengan menggunakan metode local.
Zuhdi, Muhammad. 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram : FMIPA
IKIP
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai