Disusun Oleh:
I MADE ANDRYOGIKA
G81120005
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
BAB I
1.1 Pendahuluan
1.1.4 Manfaat
Batuan dalam geologi dibedakan menjadi tiga jenis batuan, yaitu batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf yang dalam penyusunan
permukaan bumi, batuan sedimen menyumbang sebesar 70% dan batuan
beku serta batuan metamorf hanya 30% saja. Batuan akan mengalami
siklus yang terjadi akibat dari berbagai bentuk perubahan maupun
pergerakan di permukaan bumi (Djauhari Noor, 2009).
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses
berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan,
sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi (Djauhari
Noor,2009).
4 817401 9884382 222 Sedimen Berlapis, rada runcing & berwarna hitam
redup
1.4.2 Pembahasan
Secara regional, daerah Palu dan sekitarnya termasuk Mandala Geologi
Sulawesi Barat atau Busur Sulawesi Barat atau Lajur Sulawesi Barat
disebut sebagai volcanic arc, yang terdiri atas Lengan Selatan Sulawesi,
Bagian Tengah, Leher Sulawesi, dan Lengan Utara Sulawesi (Surono dan
Hartono, 2013).
1.5 Penutup
1.5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan penelitian ini, yaitu:
1. Identifikasi jenis batuan dapat dilakukan dengan cara mengamati
secara langsung keadaan batuan tersebut dan dapat juga
menggunakan mikroskop petrografi dalam menentukan komposisi
batuan tersebut. Jenis batuan dominan pada daerah penelitian adalah
batuan sedimen dan batuan beku.
2. Pembuatan peta dapat menggunakan software GIS dan untuk peta
regional lembar palu dapat menggunakan peta geologi Indonesia dari
Direktorat Geologi Indonesia. Pada peta geologi lembar palu tedapat
empat formasi batuan, yaitu Formasi Alluvium dan Endapan Pantai,
Formasi Molasa Celebes Serasin dan Serasin, Formasi Kompleks
Batuan Metamorfis, dan Formasi Tinombo.
1.5.2 Saran
2.1 Pendahuluan
2.1.1 Latar Belakang
Geomorfologi regional mandala Geologi Sulawesi bagian Barat
Sukamto(1973) menjelaskan bahwa daerah Palu terdiri dari jajaran
pegunungan barat danjajaran pegunungan timur yang keduanya berarah
utara-selatan dan terpisahkanoleh Lembah Palu (Fosa Sarasina). Jajaran
pegunungan barat berada di dekatPalu dengan ketinggian hingga lebih
dari 2000 meter, namun di Donggalamenurun hingga mukalaut. Jajaran
pegunungan timur dengan tinggi puncak dari400 meter hingga 1900
meter yang menghubungkan pegunungan di SulawesiTengah dengan
lengan utara (Sukamto, 1973).
Ada tiga aspek yang dilibatkan dalam proses geomorfologi yaitu aspek
morfografi, morfogentik, dan morfometri. Van zuidam telah
mengklasifikasikan ketiga aspek tersebut dalam penelitiannya.
2.1.3 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu, untuk mengetahui bentuk permukaan
bumi menurut klasifikasi Van Zuidam.
2.1.4 Manfaat
Adapun manfaat praktikum ini yaitu, dapat mengetahui bentuk
permukaan bumi menurut klasifikasi Van Zuidam.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Geomorfologi
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu tentang yang
membicarakan tentang bentuklahan yang mengukir permukaan bumi,
Menekankan cara pembentukannya serta konteks kelingkungannya
(Dibyosaputro, 1998).
2. Morfogenetik
Morfogenetik adalah bentuk bentang alam permukaan bumi yang
melibatkan proses pembentukannya, seperti proses pembentukan
daratan, perbukitan, lembah, gunung api, plato, pola pengaliran dan
bentuk lereng. Proses yang telah dikenal yaitu proses eksogen dan
proses endogen. Proses endogen adalah proses yang di pengaruhi oleh
kekuatan dari dalam kerak bumi sedangkan proses eksogen adalah
proses yang di pengaruhi oleh kekuatan yang berasal dari luar bumi.
Tabel 2.2.2.2 Klasifikasi morfogenetik (Van Zuidam)
3. Mormometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari bentuk lahan sebagai
aspek pendukung morfografi dan morfogenetik.
a. Pengambilan Data
b. Pengolahan Data
2.1 Hasil dan Pembahasan
2.1.1 Hasil
Koordinat
No Kemiringan Lereng Elevasi Relief Foto
Latitude Longitude
X Z
Y (Latitude)
(Longitude) (Elevasi)
829627 9892301 36
2.1.2 Pembahasan
Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini
bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan
Batuan utama seperti grafik (Sutardji, 2006:104).
Berdasarkan data pengamatan hasil yang didapat yaitu, kemiringan lereng pada
daerah penelitian berkisar 35 derajat dan diklasifikasikan sebagai kenampakan
berbukit-pegunungan, hal ini sesuai dengan literatur bahwa keadaan
geomorfologi daerah paneki berupa berbukit-pegunungan.
2.5 Penutup
2.5.1 Kesimpulan
GEOLOGI STRUKTUR
3.1 Pendahuluan
3.1,3 Tujuan
3.1.4 Manfaat
3.2.1 Kekar
Kekar adalah suatu rekahan pada batuan yang relative tidak mengalami
pergeseran pada bidang rekahnya, yang disebakan oleh gejala tektonik
maupun non tektonik, kekar disebabkan oleh adanya gaya yang bekerja
pada batuan (Hall, R. 2002).
Kekar adalah salah satu jenis struktur geologi yang banyak dijumpai di
permukaan Bumi dan seringkali memiliki arti penting dalam eksplorasi
mineral dan hidrokarbon. Selain itu kekar juga bermakna penting dalam
menguraikan sejarah deformasi tektonik suatu mandala geologi. Namun
penggunaannya memerlukan proses identifikasi yang tepat serta tahapan
analisa yang benar (Montgomery, 1987).
3.2.2 Lipatan
Bagian-bagian lipatan :
1. Antiklin atau punggung lipatan adalah unsur geometri lipatan yang
mempunyai permukaancembung atau conveks dengan arah
cembungan ke atas. Bagian ini memiliki 2 buahlimbdengan arah
kemiringan berlainan dan saling menjauh satu dengan yang lain.
Padabagiantengah antiklin terdapat core atau inti antiklin.
2. Sinklin atau lembah lipatan adalah unsur geometri lipatan yang
mempunyai permukaancekung atau konkav dengan arah cekungan ke
atas. Bagian ini memiliki 2 buah limbdenganarah kemiringan yang
saling mendekat. Pada bagian tengah antiklin terdapat core atau
intisinklin.
3. Limb atau sayap adalah bidang miring yang membangun struktur
sinklinal atau antiklinal.Limb dapat diartikan juga sebagai bagian
dari lipatan yang memiliki posisi menurun mulai darilengkungan
maksimal sebuah antiklinal hingga lengkungan maksimal suatu
sinklinal. Limbmemiliki bentuk yang panjang dari axial plane pada
suatu lipatan ke axial plane padalipatanlainnya. Terdapat dua jenis
limb yaitu back limb atau sayap yang landai dan fore limbatausayap
yang curam pada lipatan simetris.
4. Axial plane adalah suatu bidang yang memotong puncak suatu
lipatan.
5. Axial surface atau hinge surface adalah bidang imajiner yang terdapat
semua axial linedarisuatu lipatan.
6. Crest atau hinge line adalah garis yang menghubungkan antara titik-
titik tertinggi dari sebuahlipatan pada satu bidang yang sama. Garis
ini terletak pada bagian tertinggi dari sebuahlipatan.Crest terbentuk
pada crestal plane yaitu suatu bidang pada lipatan.
7. Through adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik paling
rendah dari bidangyangsama. Garis ini terletak pada bagian paling
rendah dari sebuah lipatan. Through terbentukpadasuatu bidang
lipatan yang disebut dengan trough line.
8. Pluge adalah sudut yang terbentuk karena adanya pertemuan poros
dengan garis horizantalpada suatu bidang vertikal.
9. Inflection point adalah titik yang mana terjadi perubahan pada sebuah
lengkungan yangmasihtermasuk bagian dari limb.
10. Wavelenght atau half adalah jarak antara dua buah inflection point.
11. Core adalah bagian lipatan yang berada di sekitar sumbu lipatan.
12. Depresion adalah daerah paling rendah dari puncak lipatan.
3.2.3 Sesar
Sesar atau patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan terlebih
dahulu yang kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan
batuan yang mendapatkan gaya sehingga timbul adanya retakan
(fracture). Tekanan yang diberikan mampu memberikan perubahan pada
batuan dengan waktu yang sangat lama dan hingga memberikan gerakan
sebesar seperseratus sentimeter dan bahkan sampai beberapa meter.
Ketika ini terjadi, maka akan timbul sebuah gaya yang sangat besar yang
berdampak getaran bagi sekitarnya saat suatu batuan mengalami patahan
atau yang sering kita sebut dengan gempabumi. Arah pergerakan pada
suatu sesar tergantung pada kekuatan batuan.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 22 Mei 2022 pada pukul :
09.00- 16.00 WITA, bertempat di Wera, Desa Balumpewa, Kec. Dolo
Barat, Kab. Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
STRATIGRAFI
4.1 Pendahuluan
Secara luas arti dari stratigrafi yaitu ilmu yang membahas aturan,
hubungan dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam
ruang dan waktu sedangkan dalam arti sempit ialah ilmu pemerian
lapisan-lapisan batuan (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1998).
4.1.3 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu
4.1.4 Manfaat
4.2.1 Stratigrafi
Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan
dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan
waktu sedangkan dalam arti sempit ialah ilmu pemerian lapisan-lapisan
batuan. Lapisan-lapisan batuan akan memberikan karakter khas pada tiap
tempat yang berbeda. Kondisi stratigrafi yang khas ini pula terbentuk
pada suatu kondisi yang berbeda-beda pada tiap daerah, tergantung pada
proses keterjadian (genesa) dan lingkungan pengendapan yang ada pada
suatu daerah tersebut (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1998).
Proses terbentuknya kondisi stratigrafi suatu daerah meliputi genesa dan
lingkungan pengendapan lapisanlapisan batuan ini dijelaskan pada
cabang ilmu geologi yaitu sejarah geologi. Sejarah geologi juga
menjelaskan bagaimana lapisan-lapisan batuan tersebut dapat terbentuk
sedemikian rupa sehingga terlihat seperti pada kenyataan yang ada di
lapangan. Ilmu stratigrafi muncul pertama kalinya di Britania Raya pada
abad ke-19 dan perintisnya adalah William Smith yang ketika itu dia
mengamati beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki
urutan perlapisan yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya,
kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang terbawah
merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena
banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat
yang berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat
ke tempat lainnya pada suatu daerah yang luas. Berdasarkan hasil
pengamatan ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu sistem
yang bersifat umum untuk periode-periode geologi meskipun pada waktu
itu belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan
William Smith dan kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang
susunan, hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal dengan
stratigrafi (Djauhari Noor, 2019)
Menurut Arsyad (2017), Ada tiga hokum stratigrafi yang di kenal sebagai
Steno’s Law:
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini yaitu hari Jumat,
20 Mei 2022, pukul 15.00 WITA sampai selesai, bertempat di Layana
Indah, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
Koordinat Ketebalan
Elevasi
No Titik Jenis Batuan Lapisan
Longitude (X) Latitude (Y) (m)
(cm)
Batu Pasir 210
1 L1 821657 9909200 74
Kerakal 200
Tanah Lumpur 70
2 L2 821666 9909206 75 Kerikil 160
Batu Pasir 195
Tanah Lumpur 60
Batu Pasir 40
3 L3 821701 9909229 75
Tanah Lumpur 140
Kerikil 190
Tanah Lumpur 90
4 L4 821738 9909259 77 Batu Pasir 160
Kerikil 260
Tanah Lumpur 260
5 L5 821553 9909058 70
Kerikil 260
4.4.1.2 Kolom Stratigrafi
Kuarter
di lingkungan
Holosen
200 Kerakal dengan
pantai dan
tekstur
alur sungai
kasar
berwarna Terendapkan
Layana Batu keabuan, di lingkungan
2 821666 9909206 75 195
2 Pasir tekstur pantai dan
aluvium
satuan halus alur sungai
dan
endapan berwarna
endapan Terendapkan
pantai kehitaman
pantai di lingkungan
160 kerikil dan
pantai dan
tekstur
alur sungai
kasar
berwarna
cokelat
Terendapkan
kehitaman,
tanah di lingkungan
70 tekstur
lumpur pantai dan
sangat
alur sungai
halus dan
kering
berwarna
Terendapkan
kehitaman
Layana di lingkungan
3 821701 9909229 75 190 kerikil dan
3 pantai dan
tekstur
alur sungai
kasar
berwarna
cokelat
Terendapkan
kehitaman,
tanah aluvium di lingkungan
140 satuan tekstur
lumpur dan pantai dan
endapan sangat
endapan alur sungai
pantai halus dan
pantai
kering
berwarna
cokelat
Terendapkan
kehitaman,
tanah di lingkungan
60 tekstur
lumpur pantai dan
sangat
alur sungai
halus dan
kering
berwarna Terendapkan
batu keabuan, di lingkungan
40
pasir tekstur pantai dan
halus alur sungai
berwarna
Terendapkan
kehitaman
Layana di lingkungan
4 821738 9909259 77 260 kerikil dan
4 pantai dan
tekstur
alur sungai
kasar
berwarna Terendapkan
batu aluvium keabuan, di lingkungan
160 satuan
pasir dan tekstur aluvial dan
batuan
endapan halus alur sungai
aluvial
pantai berwarna
cokelat
Terendapkan
kehitaman,
tanah di lingkungan
90 tekstur
lumpur aluvial dan
sangat
alur sungai
halus dan
kering
berwarna
cokelat
aluvium Terendapkan
satuan kehitaman,
tanah dan di lingkungan
5 821553 9909058 70 260 batuan tekstur
lumpur endapan aluvial dan
aluvial sangat
pantai alur sungai
Layana halus dan
5 kering
berwarna
Terendapkan
kehitaman
di lingkungan
260 kerikil dan
aluvial dan
tekstur
alur sungai
kasar
4.4.2 Pembahasan
Stratigrafi berasal dari kata stratos yang artinya perlapisan dan kata
“graphos” yang artinya gambaran. Startigrafi berarti bentuk gambaran suatu
lapisan batuan penyusun bumi (BPSDM, 2019).
Umur batuan pada setiap lapisan batuan di daerah penelitian, diduga zaman
Kuarter dengan kala Holosen (0,07 juta tahun lalu), formasi batuan daerah
penelitian merupakan formasi alluvium dan endapan pantai dengan satuan
pengendapan merupakan endapan pantai dan endapan alluvial adapun
lingkungan pengendapan yaitu daerah pantai dan endapan sungai serta
endapan alluvium.
Formasi alluvium dan endapan pantai di Kota Palu iperkirakan berumur
holosen yang terdiri dari pasir, lanau, kerikil dan kerakal dengan ukuran
material yang tidak seragam yang masing-masing terbentuk dilingkungan
sungai, delta, dan laut dangkal yangmerupakan sedimen termuda di daerah
ini. Material ini meripakan penyusun utama wilayah lembah Palu (Sukamto,
1973).
4.5 Penutup
4.5.1 Kesimpulan
4.5.2 Saran
Adapun saran dalam percobaan ini, yaitu asisten dan praktikan harus
memperhatikan dengan seksama cara mengukur ketebalan lapisan agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan dta lapangan.S
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Z., & Aji, B. (2017). Karakteristik Ravinement Surface Dan Transgressive
Lag SebagaiMarker Korelasi Stratigrafi. Seminar Nasional Kebumian Ke-10
Peran Penelitian
Ilmu Kebumian Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia (pp. 706-
711). Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.
5.1 Pendahuluan
5.1.1 Latar Belakang
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan lapisan tanah
di suatu tempat yang diakibatkan oleh perpindahan batuan yang terbentuk
akibat dari pelapukan dari satu tempat yang terendapkan di tempat lain.
Kemudian hasil pelapukan tersebut dipindahkan oleh air dan angin sebagai
pengangkut yang utama. Sedimen tersebut apabila mengeras akan menjadi
batu sedimen, contohnya adalah sedimentasi yang terjadi di delta sungai
dan daerah sekitar gunung berapi. Ilmu ini berkaitan erat dengan
pembentukan bahan galian, seperti batubara, minyak bumi, emas, dan
perak. Petrologi sedimen adalah cabang petrologi yang membahas batuan
sedimen, terutama pemeriannya (deskripsi, atau penguraian unsur-unsur).
Sedimen adalah partikel hasil dari pelapukan batuan, material biologi,
endapan kimia, debu, material sisa tumbuhan dan daun (Bent et al., 2001).
5.1.3 Tujuan
5.1.4 Manfaat
5.2.1 Sedimentologi
Sifat material sedimen sangat bervariasi dari sisi origin, ukuran, bentuk
dan komposisi. Material tersebut dapat berasal dari pelapukan batuan
yang lebih tua, hasil erupsi gunung api, ataupun organisme seperti
filamen mikroba yang terbentuk dari kalsium karbonat baik dalam bentuk
utuh atau berupa pecahan cangkang, terumbu karang, tulang dan sisa-sisa
tanaman. Pengendapan langsung larutan mineral dalam air juga
merupakan sumber material sedimen pada kondisi tertentu. Proses
transportasi material sedimen ke lokasi pengendapan dipengaruhi oleh
gaya gravitasi, air, udara, es, dan aktivitas organisme/biologi. Sebagian
besar akumulasi material sedimen dipengaruhi oleh unsur kimia, suhu,
dan karakter biologinya. Proses transportasi dan pengendapan dapat
diinterpretasikan dari karakteristik tiaptiap lapisan batuan sedimen, baik
dari struktur, ukuran, bentuk, dan distribusi material sedimennya
(Anonim, 2015).
b. Komposisi Sedimen
Batuan sedimen berbeda dengan batuan beku, karena batuan sedimen
memiliki komposisi yang lebih bervariasi, meskipun ada beberapa
diantaranya yang memiliki komposisi sangat sederhana. Konsentrasi
unsur-unsur kimia di kerak bumi terutama ditemukan dalam batuan
sedimen. Sebagian konsentrat itu merupakan produk pembersihan dan
penggabungan residu pelapukan batuan tua, misalnya pasir kuarsa
yang dapat mengandung silika lebih dari 99%. Sebagian konsentrat
lain merupakan produk dari proses-proses kimia dan biokimia selektif,
contohnya adalah batu gamping kalsium-tinggi (mengandung CaCO3
>99%), garam batu, dan gipsum (Anonim, 2012).
5.2.5 Karakteristik Batuan Sedimen
Menurut Stow, D. A. V. (2005) Jenis-jenis dan karakteristik batuan
sedimen yaitu:
1. Batuan Klastik (Clastic)
Batuan klastik terdiri dari fragmen, mineral dan batuan yang sudah ada
sebelumnya. Klastik adalah fragmen, potongan dan butir batu yang
lebih kecil yang terhasil dari batuan lainnya dengan pelapukan fisik.
Ahli geologi menggunakan istilah klastik dengan mengacu pada batuan
sedimen serta partikel dalam transportasi sedimen baik dalam suspensi
atau lapisan, dan pada endapan sedimen. Batuan Klastik dapat dibagi
sesuai dengan ukuran butiran bahan komponen. Dari yang terbesar
sampai yang terkecil: Konglomerat (Conglomerate) Batu pasir
(Sandstone) Siltstone (Siltstone) Serpih (Shale) Konglomerat
Konglomerat terdiri dari gabungan kerikil, dengan berbagai jumlah
pasir dan lumpur di tempat antara butir-butir besar.
a. Konglomerat adalah komposit yang diurutkan dari berbagai macam
ukuran butir bulat mulai dari pasir sampai batu bulat (> 2 mm).
Batuan berbutir kasar ini telah tersemensasi dengan batuang halus,
dengan demikian batuan berbutir kasar ini sudah tidak bisa
dilepaskan lagi dari kesatuan batuan nya.
b. Batu pasir
Batu pasir mengacu pada batuan sedimen dengan butiran antara 1/16
milimeter dan 2 mm, yang sudah tersemen bersama melalui proses
litifikasi. Oleh karena itu batu pasir tidak memiliki mineral tertentu,
namun dalam praktiknya, batupasir biasanya hampir semua kuarsa.
Kebanyakan batupasir memiliki sejumlah kecil lempung mineral,
hematit, ilmenit, feldspar, dan mika lainnya yang menambahkan
warna dan karakter pada matriks kuarsa. Pasir pasir tersebut sudah
melalui proses pengendapan, pemadatan dan penyemenan sehingga
pasir pasir tersebut sudah membentuk suatu kesatuan yang padat.
c. Batu Silt
Silt atau lempung adalah istilah ukuran yang digunakan untuk bahan
yang lebih kecil dari pasir (umumnya 1/16 sampai 1/256 milimeter)
Ini terutama terdiri dari butiran butiran bulat yang disortir dengan
baik. Lumpur di dalam siltstone ini sangat murni, tidak mengandung
pasir dan tidak ada tanah liat.
d. Serpih (Shale/Mudstone)
Deposit padat lumpur dan tanah liat dikenal sebagai Shale. Shale
adalah batuan halus, cukup sampai halus yang terbentuk dari
pemadatan butiran dengan ukuran bulat dan dan sangat kecil dengan
ukuran partikel kurang dari 1/256 mm. Warnanya bervariasi,
misalnya Serpih hitam kaya akan bahan organik (ini menununjukkan
deposit di lingkungan perairan yang tenang, seperti laguna, laut
dangkal, dan zona pasang surut. Serpih merah ini adalah karena
diwarnai oleh oksida besi dan mengindikasikan kondisi
pengoksidasi di lingkungan seperti dataran banjir. Sedimen yang
membentuk serpih kemungkinan besar dideposit secara bertahap di
lingkungan yang tidak bergejolak, seperti danau, laguna, dataran
banjir, dan cekungan laut dalam.
2. Batuan non-klastik
Batuan non-klastik (Batuan Biogenic atau Organic dan Batuan
Chemical) tercipta saat air menguap atau dari sisa-sisa tumbuhan dan
hewan. Batuan non klastik yang umum adalah :
a. Limestone (Batu Kapur)
Batu kapur adalah batuan sedimen non-klastik, terdiri dari kalsium
karbonat (kalsit atau CaCO3) dan berasal dari proses kimia dan
organik. Ketika organisme ini mati, kerang mereka terakumulasi di
dasar laut, untuk waktu yang lama, kerang tersebut membangun
deposit batu kapur. Batu kapur bisa setebal seratus meter dan lebih
dari seribu kilometer persegi. Batu kapur adalah bahan bangunan yang
umum. Batu kapur terbuat dari mineral kalsit. Seringkali mengandung
fosil. Batu kapur terbentuk di lautan dari cangkang dan kerangka
makhluk laut mati. Beberapa fosil batu kapur terlalu kecil untuk
dilihat tanpa mikroskop. Kapur adalah sejenis batu kapur yang
biasanya berwarna putih. Terdiri hampir seluruhnya dari cangkang
makhluk laut kecil mungil.
b. Dolostone
Dolostone sangat mirip dengan batu kapur, namun sebagian besar
terdiri dari mineral dolomit, magnesium karbonat kalsium (CaMg
(CO3)2). Dolostone terbentuk saat magnesium dalam air pori
menggantikan beberapa kalsium yang ada di batu kapur. Untuk alasan
ini, dolostone sering didahului dengan pembentukan endapan batu
kapur. Dolostone terbentuk sangat lambat dan jarang diamati
terbentuk di lingkungan modern saat ini.
c. Batu Garam (Rock Salt / Halite)
Halit umumnya dikenal sebagai batu garam, adalah sejenis garam,
mineral (alami) berupa natrium klorida (NaCl). Halit membentuk
kristal isometrik. Mineralnya biasanya tidak berwarna atau putih, tapi
mungkin juga biru muda, biru tua, ungu, merah muda, merah, oranye,
kuning atau abu-abu tergantung pada jumlah dan jenis lain yang
mengotorinya. Biasanya terjadi dengan mineral deposit evaporite
lainnya seperti beberapa sulfat, halida, dan borat.. Warna ini
memberikan indikasi bahwa batuan garam ini telah tercampur dengan
mineral lainnya.
d. Gypsum
Gypsum adalah mineral sulfat lunak yang tersusun dari kalsium sulfat
dihidrat, dengan rumus kimia CaSO4 · 2H2O. Ini banyak ditambang
dan digunakan sebagai pupuk, dan sebagai penyusun utama dalam
banyak bentuk plester, kapur tulis dan papan dinding. Varietas
gypsum berbintik putih atau berwarna halus, yang disebut alabaster,
telah digunakan untuk patung oleh banyak kebudayaan termasuk
Mesir Kuno, Mesopotamia, Romawi Kuno, Kekaisaran Bizantium
dan altar Nottingham di Inggris Abad Pertengahan. Skala Mohs
kekerasan mineral, mendefinisikan nilai kekerasan 2 untuk gypsum.
Gypsum terbentuk sebagai mineral evaporite dan sebagai produk
hidrasi anhidrit.
e. Coal (Batubara)
Batu bara adalah batuan sedimen hitam atau kecoklatan yang mudah
terbakar. Batu bara antrasit, dapat dianggap sebagai batuan metamorf
karena kemudian terpapar dengan suhu dan tekanan tinggi. Batubara
terdiri terutama dari karbon, bersama dengan sejumlah unsur lainnya,
terutama hidrogen, sulfur, oksigen, dan nitrogen.
5.4.2 Pembahasan
Sedimentologi adalah ilmu yang belajar tentang suatu klasifikasi dan
interprestasi sedimentasi ( Garry, 2009).
5.5 Penutup
5.5.1 Kesimpulan
5.5.2 Saran
GEOHAZARD
6.1 Pendahuluan
Pada dasarnya kata geohazard berasal dari geo yang berarti bumi
(geologi) dan hazard yang memiliki arti membahayakan., geohazard
merupakan keadaan/peristiwa geologi yang dapat membahayakan.
Hazard dapat didefinisikan sebagai bahaya atau ancaman. Dalam bidang
seismologi, hazard dapat diartikan sebagai potensi bahaya atau ancaman
yang merupakan hasil dari interaksi antara kejadian alam yang ekstrim
(yang masih berupa potensi) dengan sistem lingkungan manusia (yang
berupa realita). Seismik hazard (bahaya kegempaan) merupakan bahaya
yang memiliki hubungan dengan aktivitas gempa di mana resikonya
mengandung makna probabilitas terjadi kerugian materi maupun korban
jiwa yang diakibatkan oleh suatu bencana alam tertentu. Resiko tersebut
menghubungkan secara langsung antara kejadian bencana alam dengan
kerugian yang diakibatkannya (Sunardi, 2013)
6.1.3 Tujuan
6.1.4 Manfaat
1. Gempabumi
2. Tanah Longsor
Tanah yang terdiri dari komponen penyusun dan ruang pori menjadi
salah satu penyebab likuefaksi. Ketika goncangan gempa terjadi di
tanah yang kaya atau dekat dengan sumber air, ruang pori terebut terisi
air sehingga mengurangi volume keseluruhan tanah. Proses ini
meningkatkan tekanan air antara butiran komponen tanah sehingga
kemudian butiran tersebut bergerak bebas di antara air dan kehilangan
ikatan antarsatu dnegan yang lain. Secara substansial, perubahan ini
menurunkan ketahanan tanah terhadap tegangan geser dan
menyebabkan massa tanah mengambil karakteristik cairan. Dalam
keadaan cair, tanah mudah berubah bentuk, dan benda berat seperti
konstruksi di atasnya dapat rusak karena kehilangan kekuatan yang
menopang dari dalam tanah. Tanah yang terlikuefaksi akan
memberikan dampak seperti pasir hisap, merendam bangunan atau
material di atasnya. Terlebih, dapat pula menyebabkan tanah longsor.
Sebelum terjadi gempa, tekanan air di dalam tanah relative rendah.
Namun, pada saat terjadi gempa, getaran yang ditimbulkan dapat
menyebabkan peningkatan tekanan air ke titik di mana partikel-
partikel tanah dapat dengan mudah bergerak sehingga ikatan antar
partikel luruh.
4. Banjir Bandang
5. Tsunami
Palu adalah salah satu kota yang memiliki resiko kegempaan yang tinggi.
Terdapat delapan kecamatan di Kota Palu: Palu Barat, Palu Timur, Palu
Selatan, Palu Utara, Tatanga, Mantikulore, dan Taweli dan Ulujadi, di
mana semua kecamatan beresiko tinggi gempa dan hanya Kecamatan
Ulujadi yang berisiko sedang (Rusydi dkk., 2018).
6.3 Metode Penelitian
6.3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat-Minggu, 20-22 Mei 2022
pada pukul 09.00- 16.00 WITA, bertempat di Layana Indah, Kec. Palu
Timur, Kota Palu ; di Desa Pombewe, Kec. Sigi Biromaru, Kabupaten
Sigi dan di Wera, Desa Balumpewa, Kec. Dolo Barat, Kab. Sigi,
Sulawesi Tengah.
6.5 Penutup
6.5.1 Kesimpulan
6.5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu lebih banyak dalam mencari
literatur mengenai potensi bencana di daerah Sulawesi Tengah dan
mitigasi yang perlu dilakukan, sehingga dapat memberikan pengetahuan
akan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam.
.
BIOGRAFI