GEOLOGI UMUM
Oleh:
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk oleh magma yang mengalami
proses pendinginan. Batuan sedimen terbentuk oleh material-material sedimen
yang terkompaksi, mengeras, dan mengalami litifikasi. Material sedimen sendiri
berasal dari suatu lapukan batuan yang lebih dahulu terbentuk yang mengalami
erosi, dan lapukan ini diangkut oleh air maupun udara yang kemudian diendapkan
dan berakumulasi di dalam cekungan endapan. Beragam jenis batuan dapat
diklasifikasikan berdasarkan tekstur serta warnanya (Sultoni dkk, 2019).
I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari praktikum ini adalah sebagai pengetahuan dasar bagi
mahasiswa untuk memahami orientasi medan, navigasi darat, strike/dip, batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Tatanan tektonik, struktur dan sedimetologi daerah Barru dikenal cukup rumit dan
termasuk dalam kompleks tektonik pra-tersier bagian Selatan lengan Selatan
Pulau Sulawesi. Tersusun atas batuan dasar metamorfik, ultrabasa, dasit dan
sedimen laut dalam formasi Balangbaru yang berumur kapur. Selanjutnya ditutupi
oleh sedimen teresterial-marine Formasi Mallawa yang berumur eosen dan
paparan (platform) karbonat batu gamping Formasi Tonasa yang berumur eosen
hingga miosen Tengah. Pada bagian atas sebagai lapisan penutup adalah batuan
vulkanik marin sampai dengan non-marin Formasi Camba yang berumur Miosen.
Sejak kala Eosen sedimen laut dangkal batu gamping Formasi Tonasa
digambarkan merupakan sedimen yang terendapkan bersamaan blok sesar (faulted
block) sehingga beberapa fasiesnya adalah sedimen redeposisi, pengendapan
sedimen laut dangkal sedimen karbonat Formasi Tonasa dikontrol oleh segmen-
segmen rifting (rifting segmentation), hal ini tentunya menggambarkan bahwa
daerah ini memiliki pola struktur yang mengontorol tidak hanya terhadap pola
sedimentasi, namun juga penyingkapan batuan dan tentunya adalah memfasilitasi
terbentuknya jalur Rembesan hidrokarbon (Jaya dkk, 2021).
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah
dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral
adalah bentuk kristalnya (crystall form), berat jenis (specific gravity), bidang
belah (fracture), warna (color), kekerasan (hardness), goresan (streak), dan kilap
(luster). Sifat kimiawi Mineral Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat
dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8
(delapan) kelompok mineral Non- silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat,
Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat. Adapun mineral silikat
(mengandung unsur SiO) yang umum dijumpai dalam batuan adalah seperti
terlihat pada tabel 3-2. Di depan telah tonic dikemukakan bahwa tidak kurang dari
2000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa
jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut
dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock–forming minerals”, yang
merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi, Mineral
pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat yaitu, Silikat, Oksida, Sulfida,
dan Karbonat dan Sulfat (Noor, 2014).
Tabel 2.1 Skala kekerasan relatif mineral
Batuan merupakan agregat padat yang terbentuk oleh mineral mineral yang telah
membeku dari proses ilmiah. Umumnya batuan merupakan gabungan dari 2
mineral atau lebih. Mineral merupakan suatu zat anorganik yang mempunyai
komposisi kimia tertentu. Batuan mempunyai komposisi mineral, sifat sifat fisik,
dan umur yang bermacam macam (Sultoni dkk, 2019).
Pada dasarnya batuan yang terdapat dipermukaan bumi terdiri dari 3(tiga) jenis,
berdasarkan dari cara pembentukan batuan tersebut, yaitu: batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf. Sebenarnya tiga jenis batuan ini saling
berhubungan dalam proses pembentukannya. Ketiga jenis batuan ini membentuk
siklus daur batuan seperti pada Gambar II.2. Batuan pertama yang terbentuk dari
magma adalah jenis batuan beku. Kemudian batuan batuan beku ini mengalami
pelapukan, hasil dari lapukan ini lalu mengendap bisa pada wilayah daratan
ataupun lautan. Endapan inilah yang kemudian mengeras dan terbentuklah batuan
sedimen. Batuan beku dan batuan sedimen yang mengalami perubahan bentuk
akibat dari tekanan maupun temperature menghasilkan jenis batuan metamorf.
Tekstur merupakan kenampakan variasi bentuk dan ukuran butir mineral (kristal),
serta hubungan antar butir pada mineral dalam batuan. Pada daskripsi batuan
secara makroskopik dikenal beberapa tekstur utama pada batuan beku, yaitu
Fenerik (Phaneric), Afanitik (Aphanitic), Porfiritik (Porphyritic), Vesikuler
(Vesicular), dan Gelas (Glassy). Tekstur fenerik ditemukan pada batuan yang
memiliki tekstur kasar, dicirikan dengan ukuran kristal (butir) lebih besar dari 1
mm hingga lebih besar dari 5 mm. Laju kristalisasi magma yang lambat
menyebabkan kristal terbentuk dengan ukuran kasar. Bentuk kristal pada tekstur
fenerik dapat dilihat jelas menggunakan mikroskop, sehingga kenampakan kristal
dibedakan menjadi tiga macam yaitu euhedral, subhedral dan anhedral. Tekstur
afanitik ditemukan pada batuan yang memiliki tekstur halus atau berukuran
mikroskopik dengan ukuran kurang dari 1 mm, sehingga sulit diamati tanpa
bantuan mikroskop. Tekstur afanitik pada umumnya terdapat pada batuan dengan
proses pendinginan yang cepat sehingga terbentuk kristal berukuran halus.
Tekstur porfiritik ditemukan pada batuan yang memiliki tekstur tidak seragam
dimana ukuran butirnya berupa campuran antara ukuran butir yang besar
(phenocryst) dan ukuran butir yang lebih kecil (groundmass/matrix). Tekstur
vesikuler ditemukan pada batuan yang memiliki rongga atau pori (vesicle).
Rongga tersebut terbentuk akibat terperangkap gelembung udara/gas pada saat
batuan beku mengkristal. Apabila rongga tersebut telah terisi oleh mineral maka
disebut amygdaloidal. Tekstur gelas ditemukan pada batuan yang tampak seperti
gelas serta tidak memiliki bentuk kristal (amorph). Lava yang mendingin dalam
waktu yang cepat menyebabkan unsur penyusunnya tidak dapat membentuk
susunan kristal sehingga mengeras menjadi seperti gelas/kaca.
Warna batuan beku dapat diklasifikasikan ke dalam 4 jenis yaitu, Felsik (terang),
batuan beku yang mengandung silika lebih dari 65%. Intermediet, batuan beku
yang mengandung silika 55%- 65%. Mafik (gelap), batuan beku yang
mengandung silika 45% - 55%. Batuan ini juga memiliki 10% kuarsa dan kaya
akan mineral besi-magnesium. Ultramafik, batuan beku yang mengandung silika
kurang dari 45% (Atimi dan Sartika, 2022).
Tabel 2.2 Tabel klasifikasi batuan beku
Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama,
karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah
mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran
sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir.
Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi
(confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar
di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen
yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat
tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut
relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang gaya
grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak
melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang
diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan
tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan.
Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat sedimen
yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi sekitar cekungan
seperti adanya patahan.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam
membawa sedimen-sedimen yang ada, maka sedimen tersebut akan jatuh atau
mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi
dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi
suatu batuan sedimen. Material yang menyusun batuan sedimen adalah lumpur,
pasir, kelikir, kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen
apabila mengalami proses pengerasan. Sedimen akan menjadi batuan sedimen
melalui proses pengerasan atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses
pemadatan (compaction), sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi.
Ciri - ciri batuan sedimen adalah, berlapis (stratification), umumnya mengandung
fosil, memiliki struktur sedimen, dan tersusun dari fragmen butiran hasil
transportasi (Noor, 2014).
Secara umum tekstur batuan sedimen dapat dibagi menjadi 2 yakni Tekstur
Klastik dan non klastik. Tekstur klastik merupakan tekstur batuan sedimen yang
terbentuk melalui proses–proses mekanik. Pada tekstur klastik terdapat fragmen
yaitu batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir. Material halus yang
menjadi pengikat, semen umumnya berupa silika, kalsit, sulfat, atau oksida besi.
Tekstur ini didentifikasikan melalui ukuran butir material penyusun batuan
sedimen. Komponen dari tekstur sedimen klastik adalah ukuran butir, bentuk butir
(bentuk, kebundaran dan tekstur permukaan) dan fabrik (orientasi butiran dan
hubungan antar butiran). Tekstur sedimen akan mengontrol sifat fisik. Tekstur non
- klastik merupakan tekstur yang dijumpai pada batuan sedimen yang terbentuk
melalui proses kimia dan organik. nonklastik terdapat tingkat kebundaran butir
(roundness) dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis proses
transportasi dan jarak transport. Kenampakan yang dapat diamati yakni bentuk
interlocking dari agregasi Kristal atau material yang sangat kompak. Pada batuan
sedimen dikenal dua macam tekstur, yaitu syngenetik terbentuk bersamaan
dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga sebagai struktur primer dan
epigenetik terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar sesar dan
lipatan (Chaerul, 2017).
Pada klasifikasi batuan sedimen hasil sedimentasi dan sementasi yang umum
digunakan dalam geologi teknik dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan
tekstur (ukuran butir), seperti klasifikasi yang umum digunakan dalam tanah juga
berdasarkan tekstur. Berikut adalah klasifikasi batuan sedimen berdasarkan
ukuran butir yang ada pada tabel 2.3 (Kurniawan dan Hadimuljono, 2020).
Tabel 2.3 penamaan batuan sedimen berdasarkan tekstur
Sementara itu, klasifikasi batuan sedimen selain berdasarkan tekstur, juga dikenal
sebagai klasifikasi batuan sedimen berdasarkan hasil pembentukan proses kimia
atau aktivitas organik seperti yang dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.4 Klasifikasi batuan sedimen akibat proses kimia dan/atau organik
Pada batuan sedimen dikenal ada dua jenis mineral yakni mineral autogenic dan
mineral allogenik. Mineral autogenic merupakan mineral yang terbentuk pada
daerah sedimentasi dan langsung diendapkan, seperti halit, gypsum, anhydrite dan
kalsit. Sedangkan mineral allogenik merupakan mineral yang dijumpai pada
daerah sedimentasi yang berasal dari luar cekungan (daerah sedimentasi). Mineral
ini telah mengalami transportasi, biasanya merupakan mineral yang resisten
terhadap proses pengikisan dan pelapukan selama proses sedimentasi berlangsung
(Chaerul, 2017).
Pada metamorfisme kontak akibat yang umum terjadi adalah rekristalisasi dari
sebagian atau seluruh komponen batuan yang terpengaruh. Bila tidak ada tekanan
dari luar pada batuan sehingga hanya panas yang beraksi, mineral baru timbul
dengan arah yang tidak tertentu atau ke segala arah. Dalam hal demikian, batuan
metamorf yang terjadi memiliki tekstur granular fabric (butir-butirnya tidak atau
mirip anyaman), misalnya tekstur pada honrfels. Selama kontak mungkin terjadi
transfer material, dan gas ataupur cairan panas dari masa batuan melakukan
penetrasi ke batuan di sekitarnya. Peristiwa ini dinamakan pneumatolisis. Selama
metamorfisme kontak berlangsung, batuan di sekitar tidak mencair, tetapi
biasanya mengalami eminasi yaitu mengeluarkan air, asam karbonat dan
sebagainya. Suhu mungkin tidak melampaui 500° C.
Foliasi adalah gejala kesejajaran atau perlapisan pada batuan metamorf karena
kesejajaran atau keteraturan letak mineral yang menyusun batuan tersebut. Batuan
metamorf ada yang menunjukkan gejala foliasi ada pula yang tidak. Foliasi pada
batuan metamorf ada tiga macam yaitu handed foliation/gneissic, schistosic
foliation dan, slaty cleavage. Banded Foliation/Gneissic Banded foliation adalah
foliasi yang ditunjukkan oleh keteraturan posisi bila mengalami metamorfisme
regional mineral yang pertama mengalami kristalisasi adalah klorit. Klorit dapat
terbentuk pada suhu yang relatif rendah yaitu sekitar 200° C. Bila dalam suatu
batuan metamorf terdapat klorit maka tingkat metamorfismenya dikatakan rendah.
Bila suhu dan tekanan terus naik maka akan terbentuk kristal mineral lain yang
lebih stabil dalam kondisi baru. Tingkat metamorfisme tinggi yaitu bila dalam
batuan tersebut terdapat mineral silimanit. Silimanit terbentuk pada suhu 800° C,
batuan yang mengandung silimanit selain magma cair adalah migmatit dan gneiss.
Keberadaan feldspar dan kwarsa tidak dapat menunjukkan tingkat metamorfisme,
sebab kedua mineral ini sangat stabil, tidak berubah sampai suhu 800° C. Batuan
metamorf diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya foliasi, strukturnya,
teksturnya, tingkat metamorfisme, dan komposisi (Hariyanto dkk, 2015).
Tabel 2.5 Klasifikasi batuan metamorf
Navigasi darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu
tempat dan memberikan bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang
alam dari bumi dengan bantuan minimal peta dan kompas. Pekerjaan navigasi
darat di lapangan secara mendasar adalah titik awal perjalanan (intersection dan
resection), tanda medan, arah kompas menaksir jarak, orientasi medan dan
resection, perubahan kondisi medan dan mengetahui ketinggian suatu tempat.
kompas adalah salah satu alat untuk menentukan arah mata angin berdasarkan
sifat magnetik kutub bumi . Arah mata angin utama yang bisa ditentukan adalah N
(north = utara), S (south = selatan), E (east = timur) dan W (west = barat), serta
arah mata angin lainnya, yaitu NE (north east = timur laut), SE (south east =
Tenggara) , SW (south west = barat daya) dan NW (north west = barat laut). Jenis
kompas yang umum digunakan adalah kompas sylva , kompas orientasi , dan
kompas bidik / prisma.
Alat navigasi tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menunjukkan arah mata
angin Maupun sebagai alat untuk menentukan koordinat suatu lokasi, sistem
navigasi sudah dipergunakan oleh bangsa Mesir kuno sebagai alat untuk pelayaran
dan kemudian dikembangkan lagi oleh bangsa-bangsa lain. Navigasi kuno
berpusat pada ilmu perbintangan dan gejala alam yang telah banyak dipelajari dan
kemudian berkembang menjadi kompas, sedangkan teknologi navigasi modern
berpusat pada perkembangan kompas menjadi navigasi radar dan pada berbasis
pada alat GPS. Di Indonesia sistem navigasi telah digunakan Sebagai alat bantu
transportasi, baik transportasi darat, udara, maupun air (Sukmana, 2007).
Strike atau jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar
dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Dip adalah derajat yang
dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari
garis strike. Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang
perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dan sebagainya (Dhamayanti dkk, 2015).
III.2.2 Bahan
1. Batuan Sedimen
a. Batu gamping kuarsit (Quartzite Limestone)
Praktik lapangan yang berupa pengambilan sampel batuan dan data dimulai di
hari Sabtu, 6 Mei 2023. Sekitar pukul 04.30 WITA kami sholat subuh dan para
praktikan mempersiapkan segala perlengkapannya, kemudian sarapan pagi.
Kegiatan dilanjutkan pada pukul 06.30 WITA masing-masing praktikan berbaris
berdasarkan kelompok untuk mendengarkan arahan dan instruksi secara seksama
dari kakak asisten sebelum berangkat menuju pos batuan. Kami melakukan
kegiatan senam dan pemanasan terlebih dahulu dan tak lupa pula berdoa. Setelah
senam pagi, instruksi pertama yang dilakukan adalah memplot dua gunung yang
diketahui di peta untuk menentukan lokasi basecamp (posisi awal) pada peta
tersebut. Setelah selesai menentukan titiknya dan semua persiapan selesai serta
sudah mengetahui posisi dipeta, maka perjalan dimulai.
Pos I
1. Tiba di pos I pada pukul 07.28 WITA
2. Melakukan orientasi medan.
3. Mencari sampel batuan gamping kuarsa yang akan diteliti dengan
menggunakan palu geologi.
4. Melakukan identifikasi batuan seperti warna segar, kandungan mineral, fosil
dan mengukur skala kekerasan batuan dengan beberapa media yang dibawa
yaitu kaca dan paku.
5. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah disediakan.
6. Memasukkan sampel kedalam plastik sampel yang telah disediakan.
7. Memotret lokasi pengambilan sampel batuan dan foto bersama asisten.
8. Berangkat ke pos II pada pukul 08.24 WITA.
Pos II
1. Tiba di pos II pada pukul 08.40 WITA.
2. Melakukan orientasi medan.
3. Mencari sampel batuan gamping pasiran yang akan diteliti dengan
menggunakan palu geologi.
4. Melakukan identifikasi batuan seperti warna segar, kandungan mineral, fosil
dan mengukur skala kekerasan batuan dengan beberapa media yang dibawa
yaitu kaca dan paku.
5. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah disediakan.
6. Memasukkan sampel kedalam plastik sampel yang telah disediakan.
7. Memotret lokasi pengambilan sampel batuan dan foto bersama asisten.
8. Berangkat ke pos III pada pukul 09.01 WITA.
Pos III
1. Tiba di pos III pada pukul 09.06 WITA.
2. Melakukan orientasi medan.
3. Mencari sampel batuan serpih yang berada tepat dibawah jurang yang akan
diteliti dengan menggunakan palu geologi.
4. Melakukan identifikasi batuan seperti warna segar, kandungan mineral, fosil
dan mengukur skala kekerasan batuan dengan beberapa media yang dibawa
yaitu kaca dan paku.
5. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah disediakan.
6. Memasukkan sampel kedalam plastik sampel yang telah disediakan.
7. Memotret lokasi pengambilan sampel batuan dan foto bersama asisten.
8. Berangkat ke pos IV pada pukul 09.37 WITA.
Pos IV
1. Tiba di pos IV pada pukul 10.12 WITA.
2. Melakukan orientasi medan.
3. Mencari sampel batu pasir yang akan diteliti dengan menggunakan palu
geologi.
4. Melakukan identifikasi batuan seperti warna segar, kandungan mineral, fosil
dan mengukur skala kekerasan batuan.
5. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah disediakan.
6. Memasukkan sampel kedalam plastik sampel yang telah disediakan.
7. Memotret lokasi pengambilan sampel batuan dan foto bersama asisten.
8. Berangkat ke pos V pada pukul 10.48 WITA.
Pos V
1. Tiba di pos V pada pukul 11.02 WITA.
2. Melakukan orientasi medan.
3. Mencari sampel batu bara yang akan diteliti dengan menggunakan palu
geologi.
4. Meidentifikasi batuan seperti warna segar, kandungan mineral, fosil dan
mengukur skala kekerasan batuan dengan beberapa media yang dibawa yaitu
kaca dan paku.
5. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah disediakan.
6. Memasukkan sampel kedalam plastik sampel yang telah disediakan.
7. Memotret lokasi pengambilan sampel batuan dan foto bersama asisten.
8. Berangkat ke pos VI pada pukul 11.43 WITA.
Pos VI
1. Tiba di pos VI pada pukul 11.45 WITA.
2. Melakukan orientasi medan.
3. Mencari sampel batuan gamping bioturbasi yang akan diteliti dengan
menggunakan palu geologi.
4. Melakukan identifikasi batuan seperti warna segar, kandungan mineral, fosil
dan mengukur skala kekerasan batuan.
5. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah disediakan.
6. Memasukkan sampel kedalam plastik sampel yang telah disediakan.
7. Memotret lokasi pengambilan sampel batuan dan foto bersama asisten.
8. Berangkat ke pos VII pada pukul 12.08 WITA.
Pos VII
1. Tiba di pos VII pada pukul 12.15 WITA.
2. Melakukan orientasi medan.
3. Mencari sampel batuan konglomerat dan breksi yang akan diteliti dengan
menggunakan palu geologi.
4. Melakukan identifikasi batuan pada sampel batuan.
5. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah disediakan.
6. Memasukkan sampel kedalam plastik sampel yang telah disediakan.
7. Memotret lokasi pengambilan sampel batuan dan foto bersama asisten.
8. Berangkat ke pos VIII pada pukul 13.47 WITA.
Pos VIII
1. Tiba di pos VIII pada pukul 15.19 WITA.
2. Mencari sampel batuan basalt di pinggir sungai yang akan diteliti dengan
menggunakan palu geologi.
3. Mengukur strike dan dip.
4. Melakukan identifikasi batuan pada sampel batuan.
5. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah disediakan.
6. Memasukkan sampel kedalam plastic sampel yang telah disediakan.
7. Memotret lokasi pengambilan sampel batuan.
8. Berangkat kembali ke basecamp pada pukul 16.35 WITA.
9. Tiba di basecamp pada pukul 17.25 WITA
Hari Kedua
Pos IX
1. Berangkat dari basecamp ke pos IX pada pukul 07.22 WITA.
2. Tiba di pos pada pukul 08.30 WITA.
3. Mencari batuan yang akan diidentifikasi.
4. Menyampling singkapan yang didapat pada pos IX menggunakan palu
geologi.
5. Mengidentifikasi batuan, yaitu batu sekis hijau.
6. Memasukkan sampel ke dalam plastik sampel yang telah disediakan.
7. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah dipersiapan.
8. Melakukan foto bersama kelompok dan asisten.
9. Berangkat dari pos IX ke pos X pukul 8.50 WITA.
Pos X
1. Tiba di pos pada pukul 09.10 WITA.
2. Mengukur strike dan dip pada singkapan menggunakan kompas geologi
sebanyak dua kali di tempat yang berbeda.
3. Mencatat hasil pengukuran.
4. Berangkat dari pos X ke pos XI pada pukul 09.30 WITA.
Pos XI
1. Tiba di pos pada pukul 09.50 WITA.
2. Mencari batuan yang akan diidentifikasi.
3. Menyampling singkapan yang didapat pada pos XI menggunakan palu
geologi.
4. Mengambil batu yang berada di dasar sungai.
5. Mengidentifikasi batuan, yaitu batu kuarsit dan batu rijang.
6. Memasukkan sampel ke dalam plastik sampel yang telah disediakan.
7. Memotret sampel batuan dengan kamera yang telah dipersiapan.
8. Melakukan foto bersama kelompok dan asisten.
9. Berangkat dari pos XI ke pos XII pada pukul 10.30 WITA.
Pos XII
1. Tiba di pos pada pukul 10.40 WITA.
2. Menyiapkan yel-yel kelompok.
3. Menampilkan yel-yel kelompok masing-masing.
4. Melakukan foto bersama teman, asisten, dan dosen.
5. Berangkat dari pos XII ke basecamp pada pukul 11.45 WITA.
6. Tiba di basecamp pada pukul 12.55 WITA.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Format Batuan Beku
FORMAT LAPORAN BATUAN BEKU
Waktu tiba :
No. Stasiun :
Warna Lapuk :
Warna Segar :
Tekstur :
Kristalinitas :
Granularitas :
Fabric :
Struktur :
Kekerasan :
Nama Mineral Warna Bentuk Butir
Nama Batu :
Keterangan
Kegunaan :
Posisi Batuan :
Vegetasi :
Topografi :
Elevasi :
Waktu Berangkat :
IV.1.2 Format Batuan Sedimen
FORMAT LAPORAN BATUAN SEDIMEN
Waktu tiba :
No. Stasiun :
Warna Lapuk :
Warna Segar :
Tekstur :
Struktur :
Kekerasan :
Komposisi Mineral :
Sortasi :
Permeabilitas :
Porositas :
Kemas :
Nama Batu :
Keterangan
Proses terbentuk :
Kegunaan :
Posisi Batuan :
Vegetasi :
Topografi :
Elevasi :
Fosil :
Ling. Pengendapan :
Waktu Berangkat :
FORMAT LAPORAN BATUAN SEDIMEN
Waktu tiba :
No. Stasiun :
Warna Lapuk :
Warna Segar :
Tekstur :
Struktur :
Kekerasan :
Komposisi Mineral :
Sortasi :
Permeabilitas :
Porositas :
Kemas :
Nama Batu :
Keterangan
Proses terbentuk :
Kegunaan :
Posisi Batuan :
Vegetasi :
Topografi :
Elevasi :
Fosil :
Ling. Pengendapan :
Waktu Berangkat :
IV.1.3 Format Batuan Metamorf
FORMAT LAPORAN BATUAN METAMORF
Waktu tiba :
No. Stasiun :
Warna Lapuk :
Warna Segar :
Tekstur :
Struktur :
Kekerasan :
Porositas :
Permeabilitas :
Nama Mineral Warna Bentuk Mineral
Nama Batuan :
Keterangan
Kegunaan :
Posisi Batuan :
Vegetasi :
Topografi :
Elevasi :
Waktu Berangkat :
IV.2 Pembahasan
Praktikum ini dimulai dengan menentukan titik koordinat pada basecamp yang
dilakukan secara berkelompok, kemudian setelah titik koordinat ditemukan maka
setiap kelompok akan berangkat terlebih dahulu melanjutkan perjalanan ke pos 1
dengan mencatat waktu. Kemudian setelah tiba di pos 1 setiap anggota kelompok
melaksanakan tugasnya masing-masing, mulai dari yang bertugas mencatat waktu
tiba, melakukan plot titik koordinat, sampling batuan yang bertujuan untuk
mengambil sampel dari batuan yang ada di pos atau lokasi tersebut, dan
cameramen yang bertugas untuk mengambil dokumentasi di setiap kegiatan yang
dilakukan. Di pos 1 ini, kami dari kelompok 8 mendapatkan sampel batuan
sedimen yaitu batu gamping kuarsit yang warna lapukannya warna orange
kecoklatan dan warna segarnya putih kekuningan. Kami mengamati warna dengan
menggunakan alat bantu loop. Untuk teksturnya non klastik dan strukturnya
berfosil. Kemudian posisi batuan itu berada pada 119 42’10’ E/ 4 29’ 26’ S
dengan vegetasi tertutup yaitu ditutupi dengan semak-semak, topografi yang agak
terjal, dengan elevasi......... MDPL. Pada batu gamping kuarsit ini, tidak
ditemukan fosil didalamnya. Tingkat kekerasan batu yaitu 5,5 skala mohs yang
diuji menggunkan kaca. Mineral yang terkandung dalam batuan ini adalah mineral
CaCO3. Tingkat permeabilitas dan porositasnya baik karena tidak menyerap air.
Batu ini berada di lingkungan pengendapan laut dangkal yang kemudian
mengalami pengangkatan batuan sehingga singkapan batuan terlihat seperti aliran
air. Batuan ini biasanya digunkan dalam bahan campuran industri.
Selanjutnya di pos 2, di pos ini kami melakukan hal yang sama dilakukan di pos
yang sebelumnya, yaitu mencatat waktu tiba, melakukan plot titik koordinat
menggunkan kompas bidik, dan melakukan sampling batuan serta mengambil
dokumentasi di setiap kegiatan. Disini kami mendapatkan sampel berupa batuan
sedimen yaitu batu gamping pasiran yang memiliki warna lapuk coklat dan warna
segar coklat krem. Untuk strukturnya masif dan teksturnya klastik, untuk
mengetahuinya kita mengunakan alat bantu loop. Batu ini memiliki kekerasan
2,5-5 skla mohs yang diuji menggunkan kaca yang digoreskan. Posisi batuan ini
yaitu terletak pada, 119 ’42’10’ E/ 4 29’18’ S dengan vegetasi terbuka dan
topografi landai. Memiliki elevasi 160 mdpl dan tidak ditemukan fosil di
dalamnya. Untuk mineral yang terkandung di dalamnya adalah kuarsa. Batu
gamping pasiran memiliki tingkat permeabilitas baik dan porositasnya buruk.
Batu ini terbentuk dari sedimen lain yang memiliki buturan halus yang mengalami
perpindahan dengan media air, angin dan gravitasi. Batuan ini berada pada laut
dangkal, kegunaan batu ini sebagai bahan bangunan.
V.1 Kesimpulan
1. Kompas Bidik digunakan dalam mencari lokasi tempat pengambilan batu,
dengan membidik bukit terdekat dan menghitung selisih arah sebenarnya dan
arah magnetik. Kompas geologi digunakan dalam mencari nilai strike dan dip
pada batu dengan cara memutar kompas geologi sampai jarum magnetik
menunjuk ke arah utara dan membaca angka pada skala inklinasi. Loop
digunakan untuk mengidentifikasi tekstrur dan struktur batu yang didapat.
Kemudian palu geologi digunakan untuk mendapat kan sempel batu dengan
cara memukul batu.
2. Orientasi medan dapat dilakukan dengan cara melihat kondisi alam yang
sebenarnya lalu kita cocokan dengan peta kontur. Tracking perjalanan dapat
dibuat pada peta lintasan sesuai dengan arah perjalanan yang dilalui
menggunakan kompas bidik, untuk peta kontur kita perhatikan skala yang
terdapat pada peta.
3. Menentukan koordinat singkapan batuan yang ditemukan di lapangan yaitu
dengan melakukan navigasi darat, dengan bantuan peta kontur, kompas bidik,
busur, penggaris, papan dan alat tulis.
4. Pengelompokan jenis batuan berdasarkan karakteristik terbagi menjadi 3
batuan, yaitu batuan beku, sedimen dan metamorf. Berdasarkan
pengelompokan yang lakukan didapatkan batuan gamping kuarsit, gamping
pasir, Serpih/ shell, batu pasir, bara, bioturbasi, breksi dan rijang sebagai
batuan sedimen, Basalt sebagai batuan beku kemudian batu kuarsit dan sekis
hijau sebagai batuan metamorf.
5. Mineral merupakan bahan alamiah yang terbentuk secara alami, memiliki
struktur kristal yang teratur, dan memiliki komposisi kimia yang tetap.
Sedangkan batuan merupakan bahan padat yang terdiri dari satu atau lebih
mineral yang terikat bersama. Batuan terbentuk melalui proses geologi yang
kompleks dan dapat ditemukan di permukaan atau dalam kerak bumi.
Mengetahui jenis batu dilakukan dengan pengamatan dan mengisi format
batuan yang tersedia.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Praktikum
Dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat dan sebaiknya lebih
teliti lagi dalam pembuatan peta kontur.
Pos 2
Pos 3
Pos 4
Pos 5
Pos 6
Pos 7
Pos 8
Lampiran 4. Foto Kegiatan
Lampiran 5. Foto Bersama Asisten
Lampiran 6. Biodata
Nama Lengkap : Nur insani sucianti
Nama Panggilan : Suci
Tempat, tanggal lahir : Maros, 7 Juli, 2004
Agama : Islam
Suku : Bugis/Makassar
Jenis Kelamin : Perempuan
Email : nrsnsci@gmail.com
No. HP : 0895805392857
Hobi : Menggambar dan Menonton
Pengalaman Organisasi : 1. ROHIS
2. Kompeling
3. OSIS
Riwayat Pendidikan : SMA
Nama orang tua
a. Ayah : Ambo Masse
b. Ibu : Syamsinar
Motto Hidup : “Bintang pun takkan bersinar tanpa kegelapan”
Alasan masuk Geofisika : Menyukai alam bebas
Kesan di Geologi Umum 2023 : Seru, capek, 3 hari yang menyenangkan
Lampiran 6. Biodata
Nama Lengkap : Nur insani sucianti
Nama Panggilan : Suci
Tempat, tanggal lahir : Maros, 7 Juli, 2004
Agama : Islam
Suku : Bugis/Makassar
Jenis Kelamin : Perempuan
Email : nrsnsci@gmail.com
No. HP : 0895805392857
Hobi : Menggambar dan Menonton
Pengalaman Organisasi : 1. ROHIS
2. Kompeling
3. OSIS
Riwayat Pendidikan : SMA
Nama orang tua
a. Ayah : Ambo Masse
b. Ibu : Syamsinar
Motto Hidup : “Bintang pun takkan bersinar tanpa kegelapan”
Alasan masuk Geofisika : Menyukai alam bebas
Kesan di Geologi Umum 2023 : Seru, capek, 3 hari yang menyenangkan
LAMPIRAN 2
(berisi format batuan yang telah diisi, diasistensikan dan ACC)
DAFTAR PUSTAKA
Atimi, R.L. Dan Sartika. (2022). Implementasi Forward Chaining Method Untuk
Analisis Klasifikasi Mineralogi Batuan Beku. Jurnal Edukasi Dan Penelitian
Infomartika. 8(1), 80–86.
Dhamayanti, E., Alkatiri, K., Warman, G., Rizky, Y., Dan Putra, D.P.E. (2015).
"Techno-Kompas” Teknologi Kompas Geologi Digital Dan Klinometer
Serba Bisa Untuk Akuisisi Data Pengukuran Strike-Dip Pada Bidang
Geologi, Geofisika, Dan Arkeologi. Jurnal Nasional Kebumian. 2(1), 1-8.
Fitri, D.B.D., Hidayat, I. B., DEA, Subandrio, A.S., Dan Geol. (2017). Klasifikasi
Jenis Batuan Sedimen Berdasarkan Tekstur Dengan Metode Gray Level Co-
Occurrence Matrix Dan K-NN. Jurnal Proceeding of Engineering. 4(2),
1638–1645.
Hariyanto, S., Irawan, B., Mochammadi, N., Dan Soedarti, T. (2015). Lingkungan
Biotik Jilid I: Atmosfer, Hidrosfer, Litosfer. Surabaya: Airlangga University
Press.
Jaya, A., Nurdin, H., Dan Alimuddin, I. (2021). Potensi Rembesan Hidrokarbon
Dan Pola Struktur Geologi Di Kabupaten Barru. 9, 130–140.
Rosia, I., Derta, S., Efriyanti, L., Dan Okra, R. (2022). Penerapan Aplikasi
ARCGIS Dalam Pembuatan Peta Topografi Pada Pendidikan Navigasi Darat
MPA Jamarsingsia IAIN Bukittinggi. Jurnal Multidisiplin Ilmu. 1(3),
862–871.
Sari, W. P., Akmam Dan Hidayati. (2018). Analisis Struktur Batuan Berdasarkan
Data Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-Pole Di Kecmatan
Malalak Kabupaten Agam. Jurnal Pillar of Physics. 11(2), 25–32.
Sultoni, M. I., Hidayat, B., Dan Subandrio, A. S. (2019). Klasifikasi Jenis Batuan
Beku Melalui Citra Berwarna Dengan Menggunakan Metode Local Binary
Pattern Dan K-Nearest Neighbor. Jurnal TETRIKA. 4(1), 10–15.
Wahyuni, A., Fuadi, N., Zelviani, S., Ayu, D., Aminah, Azyurah, Z., Dan Nur, F.
(2019). Pengukuran Strike Dan Dip Di Desa Padae Lo' Kecamatan Mallawa
Kabupaten Maros. Jurnal Fisika Terapan. 6(1), 89–93.