Anda di halaman 1dari 44

“Geologi Rekayasa”

GEOLOGI REKAYASA
SKS : 2
Ir. SURYA EKA PRIANA, MT.

I. PENDAHULUAN
II. SUSUNAN BUMI
III. DEFORMASI DAN TEKTONIK
IV. DENUDASI ( PELAPUKAN DAN EROSI )
V. AIR
VI. PETA GEOLOGI
VII. DEFINISI GEOLOGI TEKNIK
VIII. SIFAT-SIFAT FISIS BERBAGAI MATERIAL GEOLOGI
IX. SIFAT-SIFAT GEOLOGI TEKNIK DARI BATUAN
X. SIFAT-SIFAT GEOLOGI TEKNIK DARI TANAH
XI. PRINSIP-PRINSIP DASAR GEOLOGI TEKNIK
XII. PENELITIAN LAPANGAN
XIII. REAKSI MASSA TANAH TERHADAP PROSES GEOTEKNIS DAN PROSES ALAMI
XIV. MATERIAL KONSTRUKSI GEOLOGIS

PERTEMUAN
I
I. PENDAHULUAN

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang kulit


bumi dan karakteristik batuan yang terdapat di alam.

Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa
lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkungan dan kehidupan fosil yang
terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan
air dalam tanah/batuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Studi Bidang Geologi ini
juga bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral
maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat
mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung
meletus, banjir, gerakan tanah, dll.

Geologi sebagai ilmu pengetahuan bumi, karena yang dipelajari segala sesuatu yang
berkenaan dengan gejala-gejala yang ada di bumi baik asal, proses hasil. Geologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajarii tentang bumi baik mengenai susunanannya,
komposisi, sejarah, proses terjadinya maupun bentuknya.
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi. Tetapi pada kenyataannya hanya pada
bagian kulitnya saja yaitu sampai kedalaman lk. 35 km.

Dalam geologi ilmu pengetahuan dasar yang dimanfaatkan adalah :


 Ilmu Pasti ( berkaitan dengan cara berfikir / metode )
 Ilmu Fisika ( berkaitan dengan energi )
 Ilmu Kimia ( berkaitan dengan zat )
 Ilmu Biologi ( berkaitan dengan kehidupan )
Cabang-cabang dalam Ilmu Geologi yang kita kenal sekarang ini, antara lain :
 Minerologi : ilmu yang mempelajari tentang mineral-mineral.
 Petrologi : ilmu yang mempelajari tentang batuan.
 Geokimia : ilmu yang mempelajari tentang unsur-unsur serta migrasinya.
 Geofisika : ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat fisis bumi
 Stratigrafi : ilmu yang mempelajari tentang rangkaian lapisan bumi
 Geologi Umum : ilmu yang mempelajari tentang proses dan efek dari
perubahan
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

 Geologi Ekonomi : ilmu yang mempelajari tentang bahan-bahan alam yang


ekonomis
 Geologi Teknik : ilmu yang mempelajari tentang penggunaan geologi dalam
lapangan teknik sipil
 Geomorfologi : ilmu yang mempelajari tentang permukaan kulit bumi
 Hidrogeologi : ilmu yang mempelajari tentang air tanah.

========== sep ==========

II. SUSUNAN KULIT BUMI

Menurut Plato : bumi terdiri dari massa cair pijar yang dikelilingi oleh lapisan batuan atau
kerak bumi/kulit bumi.
Menurut Kant-La Place : bumi selama milyaran tahun dilepas dari matahari dalam bentuk
bola gas yang pijar hingga lambat laun mendingin dan membentuk kerak batuan ( kerak
bumi ).

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Hampir seluruh kulit bumi ( 98,5% ) terdiri dari 8 unsur, yairu : O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K
dan Mg. Sedangkan sisanya ( 1,5% ) dibentuk oleh unsur lain seperti : C, S, P, H, Pb, Zn
dll.
Sementara itu menurut Suess dan Wiecher, pembagian bumi itu adalah :

A. Kerak Bumi :
A Ketebalan 30-70 km
B Sifat batuannya asam dan basa
C
Berat Jenis + 2,7
D B. Selubung Bumi ( Sisik Silikat )
Litosfer
Ketebalan + 1200 km
Berat Jenis 3,4 - 4
C. Lapisan Antara ( Chalcosfer ) :
Sisik Oksida dan Sulfida
Ketebalan 1700 km
Berat Jenis 6,4
D. Inti Besi Nikel ( Barisfer )
Jari-jari 3500 km
Berat Jenis + 2,7
Gambar 2.1 Pembagian Bumi (Suess dan Wiecher)
Mineral-mineral penting pembentuk batuan atau disebut juga dengan kelompok-kelompok
mineral adalah :
1. Kuarsa ( SiO2 )
2. Kelompok Felspar
3. Kelompok Mika ( Muskovit dan Biotit )
4. Amfibol
5. Piroksen
6. Olivin
Kuarsa, felspar dan mika jenis muskovit mineral berwarna putih atau terang sedangkan
sisanya mineral dengan warna gelap.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Batuan merupakan kombinasi dari berbagai mineral yang dapat dibagi atas :
a. Berdasarkan cara pembentukannya.
b. Berdasarkan jenis material yang dikandung.
a. Berdasarkan cara pembentukaannya.
Berdasarkan cara pembentukan ini dapat dibedakan atas :
 Batuan Beku,
Batuan ini terbentuk oleh bermacam-macam kristal, seringkali terjadi dari fasa cair
yang hampir selalu tidak berlapis.
Berdasarkan cara pembentukannya batuan beku ini dibagi atas :
Batuan Dalam ( Plutonit )
Batuan Gang
Batuan Lelehan ( batuan Efusif ) yang adakalanya dalam bentuk kaca.

Gambar 2.2 Batuan Beku


 Batuan Sedimen,
Batuan ini pada umumnya berbentuk butiran-butiran tersendiri, mulai dari yang
sangat halus sampai sangat kasar.
Berdasarkan susunan dan cara pembentukannya batuan sedimen ini dibagi atas :
Sedimen Silika Klastik
Batuan Karbonat
Evaporit, batuan hasil penguapan
Sedimen organik
Sedimen Piroklastik atau Sedimen Vulkanik
Fosforit

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Gambar 2.3 Batuan Sedimen


 Batuan Metamorf,
Batuan Metamorf adalah batuan beku dan batuan sedimen yang akan berubah lebih
lanjut setelah mengalami diagenesis akibat pengaruh temperatur ( T ) dan tekanan (
P ) yang tinggi.
Berdasarkan cara pembentukannya batuan metamorf dibagi atas :
Metamorfosis Kontak
 Terjadi pada kontak, sebuah intrusi magma ; batuan berada disampingnya
seakan-akan dibakar.
T – tinggi ; P – rendah
Metamorfosis Dinamo
 Terjadi pada deformasi lokal yang intensif, dimulai dengan breksi
patahan, kemudian milonit.
T – rendah ; P – tinggi
Metamorfosis Regional
 Terjadi pada daerah-daerah yang lebih luas dibanding type sebelumnya
dan berkaitan erat dengan orogenesis dan deformasi. Dalam hal ini tidak
terdapat hubungan yang sederhana dengan suatu intrusi atau kedalaman.
T – rendah s/d tinggi ; P – rendah s/d tinggi

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Gambar 2.4 Batuan Metamorf


b. Berdasarkan jenis material yang dikandung.
Pada hakikatnya pembagian batuan berdasarkan jenis material yang dikandungnya,
mempunyai kaitan dengan susunan kimiawi dari magma aslinya.

DIAGENESIS

Pada umumnya sedimen muda tidak terdapat hubungan diantara butiran-butiran lepas. Dengan terus
berlakunya waktu akan terjadi perekatan, dan akhirnya adalah batuan keras.
Jadi diagenesis yaitu : proses pengkristalan dan pengkerasan sedimen.
Diagenesis dari sedimen ini biasanya terjadi disebabkan oleh :
a. Kompaksi, yaitu pemadatan oleh tekanan yang meningkat dimana air terdesak keluar.
b. Sementasi ( perekatan )
c. Pengkristalan kembali sebagai akibat dari pelarutan dan pengerasan pada titik-titik lain.
d. Pembentukan konkresi, yaitu pemindahan zat dan pemisahan di tempat lain.

PERLAPISAN
Pada umumnya sedimen ada dalam bentuk berlapis yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi
pada endapan material. Pada curah hujan yang lebat didaerah hulu, misalnya sedimen yang ada
berupa massa pasir kasar di tepi pantai di muara sungai, pada hujan kecil hanya berupa pasir halus,
sedangkan pada periode kering yang panjang sedimen berupa lapisan lempung tipis.
Lapisan yang paling bawah pada sedimen merupakan yang paling tua, sedangkan lapisan yang lebih
muda akan mengendap diatasnya.

Sedimentasi akan berhenti jika permukaan air telah tercapai.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

DISKORDANSI dan TRANSGRESI

Sedimen-sedimen muda dapat mengendap di atas lapisan-lapisan yang telah tererosi sebagian.
Dengan demikian lapisan-lapisan yang paling muda tersebut akan diskordansi diatas lapisan-lapisan
tua. Yang menjadi bidang pemisahnya adalah bidang diskordansi atau bidang transgresi.
Maka, transgresi adalah : terungkapnya ada periode-periode ketidak-tenangan atau pelipatan dalam
sejarah terjadinya bumi.

Periode-periode ini merupakan saat-saat dimana pada tempat tersebut tidak terjadi sedimentasi.

========== sep ==========

PERTEMUAN II-
III
III. DEFORMASI DAN TEKTONIK

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang


deformasi dan tektonik

DEFORMASI JANGKA PENDEK : Mekanika Batuan

Dalam kehidupan ini, batuan berperilaku sebagai benda padat.


Namun demikian, dapat pula kita sebut dengan deformasi plastis ( meleleh ) misalnya : aspal, es,
garam batu atau bahan-bahan yang jika dilakukan pemukulan akan mengalami kehancuran.
Kekuatan ( strength ) dari suatu bahan tergantung dari cara deformasi dan dari sifat fisis bahan yang
bersangkutan.
Pada keadaan runtuh ( rupture ) akibat dari rapuh akan sedikit terjadinya deformasi elastic,
sementara itu jika daya regang maksimumnya sudah terlewati, maka akan terjadi kehancuran.

DEFORMASI JANGKA PANJANG : Geologi Struktural

Tekanan ke semua arah yang terjadi pada lapisan kerak bumi tidak akan menimbulkan deformasi.
Namun demikian jika terjadi perbedaan tegangan yang disebabkan oleh kekuatan endogen, maka
akan terjadi deformasi yang akan membentuk patahan dan lipatan.

Suatu batuan akan hancur atau melentur tergantung dari sejumlah faktor, yaitu :
a. Temperatur dan tekanan ke semua arah
 Jika temperatur dan tekanan rendah, maka akan lebih cepat terjadi
patahan, sedangkan jika temperatur dan tekanan tinggi, maka akan terjadi
lenturan bahkan dapat terjadi lelehan.
b. Kecepatan gerakan yang disebabkan oleh gaya yang diberikan
 Jika gerakan yang terjadi cepat akan menyebabkan patahan, sedangkan
gerakan yang terjadi lambat, maka dapat menimbulkan lenturan.
c. Sifat material
 Sifat material dapat lebih rapuh atau dapat juga lebih lentur.

PEMBELAHAN, PENGIRISAN, SKISTOSITAS.

Sebagai akibat dari deformasi, pemampatan atau perataan terhadap batuan yang relatif homogen
dan lunak, akan terjadi perubahan fisik-kimiawi, yang mengarah kepada pola anisotrop yang
terbentuk sebagai pelat-pelat tipis tegak lurus pada arah perpendekan.

LIPATAN, GESERAN, TERBENTUKNYA PATAHAN


I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

Setelah terjadinya deformasi elastis, maka akan menyusul terjadinya “rangkak” ( creep ), yaitu
deformasi plastis yang terus berlangsung sekalipun tegangan sudah berhenti.
Akibat pengaruh dari temperatur dan tekanan semua sisi, maka deformasi berlangsung sangat
lambat.
Pada deformasi yang berlangsung sangat cepat, maka akan terjadi patahan.
Dengan demikian jangka waktu dan kecepatan deformasi sangat berpengaruh, dimana akan terjadi
lipatan batu keras yang kadang-kadang lekukan-lekukan tajam tanpa satupun terjadi patahan.

PEMBEBASAN, TEGANGAN SISA, DIAKLAS

Sisa tegangan dapat tertinggal pada batuan pejal.


Pada tegangan yang telah diperbaharui, maka tegangan sisa akan dapat aktif kembali.
Diaklas terdapat relatif dekat permukaan dan merupakan titik tangkap untuk melakukan pelapukan
dan penyaluran air.

Bidang diaklas dan bidang-bidang belahan merupakan hal-hal yang penting, karena :
1. Penyaluran air yang sangat potensial.
2. Pemecahan homogenitas dan keterkaitan batuan.
3. Bidang tangkap untuk terjadinya pelapukan.

KEMIRINGAN dan RENTANGAN

Posisi dari sebuah bidang ditentukan dalam sebuah ruang, oleh hal sebagai berikut :
a. Kemiringan dan rentangan
b. Kemiringan dan arah kemiringan.
Rentangan, yaitu : garis potong antara bidang horizontal dan bidang lapisan.
Arah kemiringan, yaitu sudut yang dibuat oleh rentangan dan arah Utara serta ditentukan oleh sudut
yang dibuat oleh bidang vertikal yang mengandung sudut lereng dan arah Utara.
Dengan demikian kemiringan akan tegak lurus pada rentangan.

LIPATAN
Pada lipatan akan mempunyai antiklinal, sinklinal, poros, bidang poros dan sayap.
Bentuk lipatan tergantung dari sifat batuan dan perbedaan viskositas dari berbagai lapisan batuan
yang terletak saling berbatasan.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

PATAHAN
Pada umumnya terjadinya patahan disebabkan bila gaya geser maksimum telah terlampaui.
Bentuk-bentuk dari patahan, antara lain :
1. Patahan yang bergeser turun
 Bidang patahan melereng ke sisi bongkah yang turun, diiringi dengan
memanjang, seringkali berkaitan dengan regangan di kedalaman.
2. Geseran ke atas
 Bidang patahan melereng ke sisi bongkah yang naik, lapisan-lapisan
bergeser satu di atas yang lainnya. Biasanya disebabkan oleh tekanan
lateral.
3. Geseran saling melintas
 Pada umumnya sama dengan geseran ke atas, biasa kemiringannya lebih
kecil dan jumlah geserannya lebih besar. Seringkali berkaitan dengan
penglipatan.
4. Patahan transversal
 Adakalanya ( tetapi bukan merupakan suatu ketentuan ) bidang patahan
berdiri vertikal. Bongkah-bongkah saling geser secara horizontal dan
transversal.
5. Fleksur
 Pembengkokkan lapisan-lapisan di sela-sela bongkah yang naik dan
bongkah yang turun, seringkali beralih menjadi patahan.

Adapun gejala-gejala tambahan, antara lain :


1. Adakalanya goresan-goresan pada bidang patahan memberikan petunjuk tentang arah
gerakan patahan tersebut.
2. Breksi gesekan, yaitu : batuan di dalam atau lapisan sepanjang bidang gerak telah patah.
3. Seretan, yaitu pembengkokkan lapisan-lapisan di betulan bidang patahan, menunjukkan
arah dari geseran.
4. Patahan tambahan, yaitu patahan-patahan kecil yang mempunyai kaitan dengan patahan
utama, sejajar atau bercabang dengannya.

GEMPA BUMI.

Lama-kelamaan tegangan di dalam kerak bumi akan menimbulkan deformasi sepanjang batuan
yang bereaksi secara perlahan. Jika deformasi terjadi dengan sangat cepat, maka elastisitas dan
kerapuhan dapat menentukan deformasi tersebut. Ketahanan akan terlampaui jika deformasi terus
meningkat dan secara tiba-tiba akan terjadi patahan dan geseran yang pada akhirnya akan
mengakibatkan terjadinya gempa bumi.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Istilah-istilah yang berkaitan dengan gempa bumi, antara lain :


a. Hiposentrum, sumber gempa di kedalaman.
b. Episentrum, titik yang terletak tegak lurus di atas hiposentrum pada permukaan bumi.
c. Isoseisten, garis-garis konsentris, dimana pengaruh gempa bumi sama kuatnya.

Gempa bumi sering terjadi terutama dalam zona-zona atau daerah-daerah seismik tertentu yang
aktif, misalnya di Pegunungan Alpena atau di Palung-palung pada kedalaman laut.

Berdasarkan skala empiris dari MERCALLI, gempa bumi dibagi dalam 12 ( dua belas ) intensitas,
yaitu antara I ( hanya dapat diamati oleh alat bantu ) sampai dengan XII ( sudah merupakan bencana
alam ). Skala lain adalah skala kekuatan yang lebih modern dari RICHTER yang berdasarkan pada
banyaknya energy yang dilepaskan dan dicatat oleh sebuah alat yang disebut SEISMOGRAM.
Sebagai contoh perbandingan skala MERCALLI : II - III, maka kira-kira sama dengan 3,5 – 4,2
pada skala RICHTER.

========== sep ==========

PERTEMUAN IV-V
IV. DENUDASI ( PELAPUKAN dan EROSI )

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang denudasi
dalam hubungannya dengan pelapukan fisik, kimiawi dan mineral-mineral lempung
serta faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam praktek rekayasa.

Pelapukan  perubahan dan desintegrasi batuan oleh pengaruh atmosfir serta pengaruh kimiawi
dan biologis
Erosi  penghilangan dan peniadaan produk-produk lapukan.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

1. Pelapukan Fisik atau Pelapukan Mekanis.

Pelapukan Fisik atau pelapukan mekanis dapat terjadi oleh :


a. Udara yang membeku  dimana pengembangan 9% dari H2O dalam retakan yang sangat
kecil dapat mengakibatkan penghancuran.
b. Insolasi dan perubahan temperatur  yang akan mengakibatkan terjadinya eksfoliasi oleh
penyusutan dan pengembangan.
c. Akar tumbuhan, cacing dan binatang-binatang lain serta kerak lumut yang dapat
mengakibatkan meningkatnya pemunculan dan pembesaran retakan-retakan yang sangat
kecil.

2. Pelapukan Kimiawi.

Faktor-faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya pelapukan kimiawi adalah : air hujan dan
air tanah.

Perubahan yang disebabkan oleh air hujan, antara lain :


a. Pelarutan.
b. Pembentukan karbonat.
c. Oksidasi.
d. Hidrasi atau hidrolis.

3. Pembentukan Lapisan Dasar.


Ilmu pengetahuan yang meneliti lapisan dasar disebut : PEDOLOGI.

Perbedaan dalam pelapukan, terutama yang disebabkan oleh proses biologis tergantung kepada
iklim, yang dapat dibagi atas :
i. Iklim sedang, lembab dan sejuk.
ii. Iklim kering.
iii. Iklim tropis.
iv. Iklim kutub.

4. Denudasi.

Material yang telah melapuk akan dihanyutkan oleh gaya berat, seringkali dengan bantuan air yang
pada umumnya berjalan secara perlahan dan kadang-kadang lebih cepat bahkan sering menjadi
bencana karena begitu cepat dan mendadak.

Bentuk-bentuk dari denudasi, antara lain :


I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

a. Lereng puing ( slope ) ; batuan yang terlepas dan jatuh.


b. Longsoran bukit ( rockfall ) ; massa batuan yang terlepas dari posisinya melalui celah-
celah atau bidang-bidang lapisan.
c. Longsoran ( landslide ) ; yang pada prinsipnya bergeser secara keseluruhan melalui satu
atau lebih bidang gelincir cekung.
d. Geseran tanah ( earth flow ) ; lidah dengan permukaan yang tidak beraturan, seringkali
penuh dengan air mengalir sebagai sebuah kesatuan.
e. Aliran lumpur ( mudflow ) ; merupakan suspensi lempung dengan air, kadang-kadang
menyeret serta batu-batu besar dan bongkah-bongkah mengikuti lembah yang ada.
f. Rayapan ( soilcreep ) ; lapisan pelapukan yang bergerak perlahan-lahan menuruni lereng
akibat pembengkakan dan penyusutan bagian-bagian kecil dari lempung.
g. Solifluksi ; penglelehan lapisan atas pada lereng yang landai di atas tanah dasar yang
membeku.
h. Pembilasan ( sheet erosion ) ; merupakan efek dari curah hujan dan air hujan yang
mengalir di atas batuan yang tidak di hampari tumbuhan terutama di daerah semi-kering dan
daerah sabana.
i. Aliran air keruh ; disebabkan oleh karena berat jenis lumpur yang tinggi dan melaju jauh
melintasi dasar air.
5. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan.

Runtuhan bukit, geseran tanah, rayapan adalah sebagai gejala-gejala normal dari siklus erosi, oleh
karena itu hal tersebut tidak dapat diabaikan sepenuhnya.
Pada keadaan yang tidak stabil, percepatan yang dapat mengakibatkan bencana alam, dapat terjadi
sebagai akibat dari :
a. Getaran gempa bumi.
b. Erosi kaki lereng yang tidak stabil
c. Penaikan tinggi air tanah dalam daerah patahan atau daerah gelinciran yang menyebabkan
menurunnya tegangan efektif dimana longsoran terjadi.

Untuk menanggulangi ketidakstabilan yang ditemui setelah pelaksanaan penelitian geologis dan
penentuan penyebabnya, maka dilaksanakan dengan cara :
a. Konsolidasi terhadap material yang tidak stabil melalui injeksi dengan semen atau bahan-
bahan lain ( pembekuan ).
b. Pembuangan material yang tidak stabil sehingga mencapai lereng yang stabil berdasarkan
mekanika tanah.
c. Pembuatan drainase air bawah tanah dalam daerah rawan.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

========== sep ==========

PERTEMUAN
V. AIR
VI

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang air yang
terdapat di alam.

Air adakalanya merupakan benda galian.


Pengambilan air, air minum dan/atau industri tidak hanya sebagai air permukaan, tetapi juga sebagai
air tanah di dasar tanah.

1. Pemunculan Air.
Air dapat muncul ke permukaan bumi dalam bentuk, sebagai berikut :
a. Meteorik : yaitu air hujan yang meresap jauh ataupun tidak begitu jauh ke
dalam dasar tanah.
b. Sisa Air Laut : yaitu dalam bentuk endapan-endapan muda dekat pantai.
c. Air Tersekap : yaitu air yang banyak ditemukan dalam tanah dasar yang dalam.
atau Air Rasa air ini hampir selalu asin hingga mencapai kadar garam 20%
Formasi yang lebih asin dari air laut yang kadarnya hanya 3,5%.
d. Air Muda : yaitu air yang berasal dari aktivitas vulkanik, uap dan uap air dari
magma, lava dan sebagainya

2. Simpanan Air ; Porositas.

Porositas ( volume pori-pori ) dibagi atas dua, yaitu :


a. Porositas Primer,

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Porositas ini terdapat di dalam dasar tanah dan dalam sedimen lepas atau sedimen yang
untuk sebahagian telah mengeras atau mengalami pengkerasan.
Volume pori-pori dalam satuan % dari jumlah volume tergantung kepada :
Cara penyatuan, susunan butiran dan pemadatan.
Bentuk butiran ( bulat, bersudut atau pelat ).
Penyortiran ( semakin buruk sortiran semakin kecil volume pori-pori ).
Perekatan dan pengisian pori-pori secara penuh atau untuk sebagian dengan
matrik yang dapat melakukan perekatan.
b. Porositas Sekunder,
Porositas ini terdapat pada batuan padat yang tidak berpori-pori sebagai akibat dari
kepatahan.

3. Permukaan Air Tanah.


Permukaan freatik ( water tables ) atau yang disebut juga dengan permukaan pizometrik
adalah permukaan teoritis yang akan dicapai air dalam sumur yang tidak terhingga
banyaknya.
Diatas permukaan ini masih ada lagi yang dinamakan yaitu : “ air ampai “ ( vadose water )
yang tersusun dari atas ke bawah.

4. Permeabilitas.
Permeabilitas atau yang disebut juga kelulusan dinyatakan dalam “ darcy “.
Pada 1 darcy, zat cair akan mengalir dengan viskositas 1 centipoise pada selisih tekanan 1
atm/cm dengan kecapatan 1 cm/dtk.
Biasanya kita gunakan md ( milidarcy )
Permeabilitas ini sangat penting dalam hal produksi air, umumnya pada gerakan zat cair
dalam tanah dasar.

5. Aliran Air Tanah.


Aliran air tanah tergantung kepada :
a. Permeabilitas dan porositas.
b. Penurunan tekanan.
Porositas saja tidak akan mencukupi, karena interkoneksi antar pori merupakan hal yang
penting.
Aliran terjadi dalam arah kemiringan permukaan freatik atau pizometrik.
Kemiringan akan lebih curam jika permeabilitasnya kecil, dimana pada kemiringan yang
cukup curam air akan mengalir dengan cepat.
Adapun pembagian dari aliran air tanah adalah sebagai berikut :
A. Air Artesis : air yang terdapat pada akuifer di bawah lapisan berbentuk
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

cekung yang tidak tembus air ( impermeable ).


Air ini terdapat pada daerah dengan curah hujan yang
cukup tinggi, sehingga permukaan freatik dalam dataran
akan lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan tanah.
B. Air Tanah Tenggek : air tanah setempat yang disebabkan oleh lapisan yang
impermeable, yang terletak lebih tinggi dari pada
permukaan air tanah normal.
C. Air Tanah yang : air tanah tawar yang mengapung pada air asin.
Mengapung Dapat ditemukan di pulau-pulau karang.

6. Gejala Karst.
Pada umumnya batu kapur adalah padat dan kedap air, akan tetapi melalui bidang-bidang
belahan atau bidang-bidang diaklas, air dapat merembes, dimana oleh kadar CO2 ( dari
udara, humus ) yang dikandungnya dapat melarutkan kapur : CaCO3 + H2O + CO2
Ca++ + 2HCO3 .
Adapun gejala-gejala berikut ini merupakan akibat dari proses tersebut, yaitu :
a. Lapis.
b. Pipa Orgel Geologis, diaklas yang melebar,  seringkali berisi material yang hanyut
kedalamnya.
c. Dolina ( sinkholes ), depresi pada permukaan tanpa pembuangan di permukaan.
d. Lobang penghilang ( entonnoir, ponor ), di sini sungai atau selokan menghilang ke
dalam batu kapur.
e. Gua Karst, alur sungai bawah tanah, seringkali pada permukaan yang berbeda-beda,
yang paling bawah masih digunakan.
f. Sumber Vauklusa, sejumlah sungai muncul dari perbukitan batu kapur.
g. Polje, depresi besar, dengan dasar yang relatif rata, dalam daerah karst, yang dibentuk
oleh runtuhan setelah melarutnya sejumlah gua yang luas.

Endapan dari air yang mengandung kapur dapat terjadi melalui penyerahan lebihan kadar
CO2 ke udara dan akan membentuk :
1. Batu tetes ; stalaktit ( menggantung ) dan stalagnit ( berdiri ).
2. Sinter kapur dan travertin, yang terdapat disekitar mata air pada sungai kecil
yang adakalanya membentuk sejumlah teras.

7. Air sebagai Bahan Galian.


Di bawah tanah, air berpindah-pindah menempuh jarak yang cukup jauh.
Air tawar selalu saja meteorik. Oleh karena itu pengetahuan tentang penampilan, letak, sifat-
sifat fisik dari batuan/sedimen yang permeable maupun yang berpori merupakan hal yang

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

penting, begitu juga halnya dengan pengetahuan tentang formasi lapisan penutup pada
akuifer yang permeabel.
Akuifer adalah batuan yang sangat berpori dan bersifat permeabel, misalnya pasir, kerikil,
batu pasir, tuf ( porositas primer ), batu kapur, kuarsa dan jenis batuan lainnya yang
porositas sekunder.
Pada umumnya patahan bersifat meluluskan air, dimana seringkali sumber air ditemukan
pada garis potong atau bidang potong dari patahan dari sebuah lapisan atau sebuah formasi
permukaan.
Seringkali juga terdapat pada zona patahan atau batuan rusak.
Pada formasi plastis atau formasi yang menolak air, patahan pada umumnya “rapat”.

8. Rumah Tangga Air.


Pada umumnya produksi air dari akuifer tidak boleh melebih atau melampaui kiriman air
hujan rata-rata di daerah simpanan.
Jika produksi terlampau banyak, maka pada akhirnya bagian yang bersangkutan tidak
menerima kiriman baru. Maka pengetahuan tentang kondisi geologi dan tentang laju formasi
pengiriman air merupakan sesuatu yang sangat penting, seperti juga pengetahuan tentang
perilaku permukaan freatik

9. Penampungan Air di Permukaan.


Penampungan air di permukaan berupa bendungan atau reservoar air, bertujuan untuk
digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi, penyediaan air minum dll.
Dengan ditampungnya air pada bendungan atau reservoar permukaan air akan menjadi naik,
maka diperlukan penelitian geologis untuk memeriksa apakan formasi yang telah tertimpa
oleh kedudukan air yang lebih tinggi itu memang cukup padat.
Lapisan permeabel dapat mengakibatkan hilangnya air dari dalam bendungan ke daerah-
daerah yang lebih rendah.

10. Penampungan Air Bawah Tanah.


Air dapat juga dipompa ke dalam formasi-formasi yang permeable.
Air asin yang di produksi bersama-sama dengan minyak bumi adakalanya dipompakan
kembali untuk penekanan kembali reservoar minyak bumi.
Pemompaan yang sederhana saja tidaklah selamanya memungkinkan, karena adanya selisih
kadar ion dari air yang dipompakan ke dalam dan air yang berada dalam formasi penerima.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Karena terganggunya keseimbangan kimiawi, garam dapat menetes sehingga pori-pori


menjadi tertutup dan penyerapan air menjadi tidak mungkin.

11. Gangguan oleh Air.


Pada pengeringan, misalnya yang dilakukan atas sumur-sumur pembangunan, pengetahuan
tentang keadaan geologis dan hidrologis merupakan hal yang penting.
Gangguan terhadap keseimbangan atau kestabilan tanah dasar di bawah suatu bangunan dan
penurunan permukaan air dapat menyedot air tawar dari reservoar yang berada ditempat lain
yang juga akan mengakibatkan kemungkinan tersedotnya air tanah yang lebih dalam baik itu
yang agak asin atau asin sepenuhnya.

========== sep ==========

PERTEMUAN VII
VI. PETA GEOLOGI
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang peta
geologi dan geologi teknik.

Dalam melaksanakan sebuah proyek, yang harus di dahulukan adalah kegiatan penelitian
geologis yang akan menghasilkan sebuah produk yaitu “peta”.
Pada umumnya seorang sarjana teknik harus dapat berorientasi dan memahami pentingnya
sebuah peta sebagai produk kegiatan teknik.
Yang menjadi dasar dari sebuah peta Geologi adalah adanya peta topografi yang akan
memberikan gambaran tentang letak dan formasi-formasi lapisan dari sebidang tanah atau
lokasi.

1. Jenis-jenis Peta Geologi.


Adapun jenis-jenis dari Peta Geologi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain :
a. Peta Geologi Permukaan ( Surface Geological Map ).
Peta yang memberikan keterangan berbagai macam formasi geologi yang terletak
langsung dibawah permukaan.
Peta ini berguna dalam menentukan lokasi bahan-bahan bangunan ( pasir, kerikil ),
drainase, pencarian air, pembuatan jalan, lapangan terbang, dll.
b. Peta Ungkapan ( Outcrop Map ).
Peta ini berisikan petunjuk tempat ditemukannya batuan padat.
c. Peta Ikhtisar Geologis.
Peta yang dapat memberikan pengamatan langsung terhadap formasi-formasi yang
telah terungkap.
d. Peta Struktur.
Peta ini merupakan sebuah peta dengan garis-garis kedalaman yang dikonstruksikan
pada permukaan sebuah lapisan tertentu yang berada di dalam bawah tanah.
e. Peta Isopach.
Peta dengan garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang sama tebalnya dari
sebuah formasi lapisan.
f. Peta Fotogeologi.
Peta yang dibuat berdasarkan kepada hasil foto udara sebuah daerah yang akan
memberikan gambaran topografi yang baik sesuai untuk perencanaan jalan,
bendungan atau bangunan sipil lainnya.
Peta ini sering digunakan dalam tahapan perencanaan.
g. Peta Hidrogeologi.
Peta ini berkaitan dengan keadaan air tanah suatu kawasan atau daerah.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Peta ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan muatan air ayng berlebih atau
mengenai keberadaan air yang dapat digunakan.
Penggunaan peta ini tergantung kepada sifat dari proyek bersangkutan.
h. Peta Hidrologi ( Geohidrologi ).
Peta ini akan memberikan keterangan, seperti :
Kedudukan air tanah freatik ( bawah permukaan tanah ).
Tinggi naik air tanah dari lapisan yang lebih dalam.
Garis-garis kontur pada bagian atas dan bawah dari lapisan yang meluluskan
air dan isopach dari pelulusan air dalam lapisan.

2. Penggunaan dalam praktek.


Peta geologi dapat memberikan sebuah perkiraan yang cukup memadai mengenai keadaan
yang komplek yang harus di hadapi dalam bawah tanah.
Peta tersebut merupakan dasar untuk sebuah penterjemahan ke dalam besaran-besaran dan
istilah-istilah yang dapat digunakan secara teknis.
Penterjemahan ini merupakan efek dari keadaan geologis terhadap sebuah proyek sipil yang
merupakan lapangan kerja yang dinamakan Geologi Teknik, yaitu penggunaan semua ilmu
pengetahuan geologi dalam praktek teknik sipil.

========== sep ==========

VII. DEFINISI GEOLOGI TEKNIK

a. KEBUTUHAN GEOLOGI.

Ilmu Geologi diperlukan dalam mempertimbangkan, melaksanakan dan mengontrol sesuatu


kegiatan yang langsung dilaksanakan diatas atau dalam kerak bumi atau dalam
mengenyampingkan secara sengaja kegiatan tersebut.

Kebutuhan tersebut dapat terjadi sehubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam berbagai


bidang, seperti :
Sehubungan dengan pencarian dan penambangan bahan galian dari kedalaman
bawah tanah.
Sehubungan dengan penggalian pasir, kerikil dan lempung.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Sehubungan dengan sifat-sifat mekanis 10 m teratas dari bawah tanah.


Sehubungan dengan air tanah.
Sehubungan dengan tata guna lahan.

b. DEFINISI GEOLOGI TEKNIK.

Apa yang dimaksud dengan “Geologi Teknik” ?


Menurut the “American Geological Institute” definisi dari Geologi Teknik adalah :
“Penerapan ilmu Geologi pada praktek rekayasa dengan tujuan agar faktor-faktor
geologis yang mempengaruhi lokasi, design, konstruksi, pengoperasian dan
pemeliharaan pekerjaan-pekerjaan rekayasa telah benar-benar dikenali dan disediakan
dengan cukup”.
Dalam Geologi Teknik, kita juga harus mengetahui dan memahami bagaimana perilaku
suatu bangunan dengan melakukan antisipasi faktor-faktor geologi yang dapat
mempengaruhi hal-hal tersebut diatas.
Pengevaluasian situasi geologis mencakup studi tentang :
 Stratigrafi dan Geologi Struktural.
 Petrografi.
 Geomorfologi.
 Hidrologi.

Selain itu, juga studi tentang proses geologis endogen dan eksogen yang dapat berpengaruh
terhadap bangunan, seperti : gempa bumi, vulkanisme, iklim, pelapukan erosi, pergeseran
tanah dan kegiatan manusia lainnya ( pertambangan, pencemaran lingkungan ).
Secara diagram dapat digambarkan ( korelasi dari teknik )

8 2

A
B
C
7 GEOLOGI TEKNIK 3

6 4

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

KETERANGAN :
A. TEKNIK PENELITIAN LAPANGAN ( Pengetahuan Khusus ).
B. TEKNIK SIPIL UMUM ( Pengetahuan Dasar ).
C. GEOLOGI ( Pengetahuan Khusus ).
1. MEKANIKA TANAH.
2. MEKANIKA BATUAN.
3. TEKNOLOGI BETON, JALAN, BANGUNAN.
4. PROSES GEOTEKNIK.
5. SEISMOLOGI.
6. HIDRO GEOLOGI.
7. TEKNIK PONDASI.
8. TEKNOLOGI PERTAMBANGAN.

c. PENELITIAN LAPANGAN.
Dalam melaksanakan penelitian lapangan, biasanya digunakan berbagai teknik dan cara,
seperti :
 Pemetaan geologis dan geologi teknik.
 Pengungkapan batuan.
 Pemboran inti dan pengungkapan inti pemboran.
 Pengukuran geologis.
 Pengambilan contoh untuk penelitian di laboratorium.
 Percobaan di lapangan
 Galian-galian percobaan.

Semuanya ditujukan untuk memperoleh suatu penjelasan yang cermat mengenai kondisi
tanah. Data yang diperoleh dan dikumpulkan itu antara lain : berat jenis tanah, porositas,
permeabilitas, elastisitas dan gaya tekan.

Geologi yang dapat dimanfaatkan dalam bidang teknik sipil antara lain untuk perencanaan
penyusunan konsep dan pelaksanaan konstruksi.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

========== sep ==========

PERTEMUAN IX-X

VIII. SIFAT-SIFAT FISIS BERBAGAI MATERIAL GEOLOGI

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang sifat-sifat
fisis material geologis dan sifat-sifat geologi teknik dari batuan

1. Material-material Geologis.
Semua material yang membentuk bumi bisa dalam bentuk padat, cair atau gas yang
digolongkan dalam material geologis.
Setiap material tersebut memiliki sifat-sifat fisik, kimiawi tersendiri.
Adapun sifat-sifat fisik dan mekanis dari material geologis padat ditentukan oleh :
a. Sifat-sifat material yang membentuknya atau sifat-sifat yang melakukan penyusunan.
b. Sifat-sifat keseluruhan material atau sifat-sifat massa.

Sementara itu material geologis cair tidak memiliki bentuk khusus, karena akan mengambil
bentuk dan tempat material tersebut berada.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

2. Material Geologis Padat  Batuan, Tanah


Dalam geologi, semua yang padat disebut dengan batuan.
Dalam geologi teknik, antara tanah dan batuan ada perbedaan.
Tanah dalam sebuah kebiasaan Teknik Sipil diartikan sebagai material yang akan pecah
apabila terkena sedikit saja gaya mekanis dan memungkinkan pemindahan tanah dengan
cara yang sederhana.
Adapun pembagian dari material geologis, sebagai berikut :

a. Sifat-Sifat yang melakukan penyusunan.


Sifat-sifat ini adalah sifat-sifat dari satuan yang telah membentuk batuan atau tanah.
Dalam batuan beku seringkali semua material memiliki bentuk Kristal, seperti kubus,
prisma, belah ketupat, dll.
Sedangkan dalam batuan sedimen dan metamorf bentuk dari material bersudut, agak
bersudut, bulat atau agak bulat.
Sifat-sifat lain yang melakukan penyusunan adalah berat jenis atau massa jenis, besar
butiran dan bentuk butiran.
b. Sifat-sifat massa.
Sifat-sifat massa ini ditentukan oleh jumlah massa sifat material yang melakukan
penyusunan bentuknya dan kemungkinan terisinya oleh air pada rongga-rongga
diantara mineral-mineral tersebut.
Dalam sifat-sifat massa akan diketahui antara lain : tumpukan butiran, distribusi
besar butiran, kerapatan, sistim butiran air udara, permeabilitas, kekuatan dan
deformasi.
c. Variasi sifat-sifat volume dalam ruang.
Semua material geologis bisa homogen dan bisa juga heterogen.
Material yang homogen memiliki sifat-sifat yang sama untuk semua. Material ini
dapat saja dalam bentuk isotrop dan dapat juga dalam bentuk anisotrop.
Material yang isotrop memiliki sifat-sifat mekanis yang tidak akan tergantung dari
arah dilakukannya pengukuran, sedangkan material yang bentuk anisotrop
merupakan batuan metamorf yang telah terdeformasi.
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

d. Perubahan sifat-sifat volume dalam berlakunya waktu.


Sifat-sifat material geologis dapat berubah dengan berlakunya waktu sebagai akibat
dari pelapukan.
Pelapukan terdiri dari pelapukan mekanis dan pelapukan kimiawi.
Dasar dari proses pelapukan adalah pelapukan kimiawi. Pelapukan ini akan
menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi dan/atau pelarutan atas mineral-mineral,
terutama terjadinya yang disebabkan oleh asam, sedangkan mineral akan terkena
pencemaran kimiawi.
Pelapukan mekanis adalah fragmentasi batuan yang biasanya sudah tercemar terlebih
dahulu oleh pelapukan kimiawi.
Pelapukan ini bisa dipercepat oleh unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya erosi,
seperti air yang mengalir dan angin.

========== sep ==========

IX. SIFAT-SIFAT GEOLOGI TEKNIK DARI BATUAN

Dalam ilmu Teknik Sipil, batuan-batuan dilihat sebagai material yang keras, bahkan
seringkali tahan lama dan kuat yang diatasnya dapat didirikan bangunan atau dengannya
dapat digunakan untuk mendirikan bangungan.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Ada 2 ( dua ) hal penting yang berkaitan dengan batuan, yaitu :


a. Geologi  dimana batuan sebagai material yang terbentuk melalui proses pembentukan
batuan.
b. Geoteknis  dimana batuan sebagai material yang diatasnya, didalamnya atau
dengannya dapat didirikan berbagai macam bentuk konstruksi.

Pemberian nama geologis untuk batuan seringkali mencakup sebuah informasi yang
merupakan hal penting pada evaluasi geologi teknik, misalnya :
 Granit adalah batuan beku untuk kelompok batuan dalam yang berbentuk isotrop
dari mineral.
 Batu Pasir merupakan sedimen dalam bentuk berlapis-lapis dengan kandungan
mineralnya anisotrop.

Untuk menentukan sifat-sifat geoteknis dari batuan tersebut biasanya dilakukan percobaan-
percobaan dari contoh yang diambil dari pemboran inti. Dari hasil percobaan yang diperoleh
tersebut tidak dapat langsung diterapkan hanya dengan satu pemboran inti untuk seluruh
lahan pembangunan.

Sifat-sifat geologi teknis ini ada 2 ( dua ) macam, yaitu :


1. Sifat dari material, dan
2. Sifat dari massa batuan.
Sebuah massa batuan terbentuk dari material batuan yang dalam struktur-struktur tertentu
yang tampak tersusun dan mungkin dilalui oleh patahan dan atau diaklas.

1) Sifat-sifat material batuan.


Material batuan bisa sangat berbeda-beda. Bisa saja suatu jenis batuan memiliki sifat-sifat
yang bervariasi. Sifat-sifat dari batuan adalah seperti porositas, permeabilitas, kerapatan,
kekuatan, ketahan-lamaan yang dapat memberikan informasi geoteknis.
Untuk setiap sistim klasifikasi yang berkaitan dengan bidang rekayasa, sifat-sifat ini
hendaknya diukur dan dijelaskan dengan teknik diagnostic yang sederhana.
A. Kekuatan Material Batuan.
Untuk keperluan geologi teknik, uji kuat tekan berporos tunggal pada tekanan kamar
merupakan percobaan yang paling penting, karena berguna untuk mengetahui sifat-
sifat-sifat material batuan. Hasilnya dalam satuan ucs ( Unconfined Compressive
Strength ).
Klasifikasi kuat tekan menurut DEERE adalah sebagai berikut :
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

Kelas ucs ( MPa ) Skala Kekuatan


A > 200 Luar biasa kuat
B 100 – 200 Sangat kuat
C 50 – 100 Kuat
D 25 – 50 Cukup Kuat
E < 25 Lemah

Table nilai ucs untuk batuan alam dan beton :


ucs ( MPa )
E 25 D 50 C 100 B 200 A
Granit
Sabak
Basalt
Skis
Gneis
Batu Pasir
Kuarsit
Batu Kapur
Beton

B. Perilaku Deformasi.
Uji kuat tekan sudah dapat memberikan informasi tentang perilaku deformasi dari
suatu material. Untuk itu dari hasil tersebut dapat diklasifikasikan tentang perilaku
deformasi dalam istilah-istilah model E – P ( Elastis – Plastis ).

Type Penjelasan
Kurva A E ( Elastis )
Kurva B P – E ( Plastis – Elastis )
Kurva C E – P ( Elastis – Plastis )
Kurva D P – E – P ( Plastis – Elastis – Plastis )
Tegangan ( σ )

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

A B

Perubahan Bentuk ( Σ )

C D

C. Klasifikasi Geologi Teknik untuk Material Batuan.


Dari nama geologis saja sudah bisa diperoleh banyak informasi, hal ini disebabkan
karena nama tersebut sudah tercakup berbagai petunjuk mengenai susunan mineral,
susunan kimia, mikro struktur dan rata-rata perilaku deformasi.
Sementara itu, kuat tekan akan memberikan informasi tentang tahapan sementasi,
kerapatan dan rata-rata kekuatan lainnya.
Kemudian modulus ratio akan memberikan informasi tentang cara terjadinya
deformasi dan kehilangan tekanan.

D. Sifat-sifat lain dari Material Batuan.


Ada beberapa ketentuan yang tidak dapat diabaikan tentang sifat-sifat material batuan,
yaitu :
a. Porositas yang akan memberikan petunjuk tentang kualitas batuan.
b. Kerapatan.
c. Permeabilitas.
d. Ketahanan.
2) Sifat-sifat massa batuan
Dalam banyak hal, tanda-tanda dari beberapa diskordansi ( Diaklas, Patahan, Foliasi,
Penglapisan ) mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku batuan.
Diaklas  retakan-retakan planar dalam batuan yang tidak ada perpindahan bongkah-
bongkah batuan disisi diskontinuitas.
Patahan  retakan-retakan planar dalam batuan tetapi terdapat perpindahan disisi
diskontinuitas.
Foliasi  istilah yang biasa digunakan untuk bidang-bidang dalam batuan yang telah
mengalami perubahan bentuk.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Penglapisan  anisotrop planar primer dalam batuan.


Foliasi ditentukan oleh hal-hal berikut :
a. Komposisi lapisan.
b. Variasi besar butiran.
c. Diskontinuitas yang berjarak rapat dan kira-kira paralel satu dengan yang lainnya.
d. Oreintasi yang baik antara batas-batas butiran.
e. Orientasi yang baik antara mineral-mineral yang berbentuk datar atau satuan mineral
yang memiliki bentuk lensa.
f. Merupakan kombinasi antara point “a” dan “e”.
Klasifikasi Massa Batuan.
Untuk memperoleh sebuah gambaran dari keterangan-keterangan secara sistematis dari
sebuah ikhtisar digunakan sistim klasifikasi berdasarkan Bienewski, yaitu :
1. Kuat tekan dari material batuan.
2. Nilai RQD yang didapat dari hasil pemboran inti, dengan rumus :
Panjang potongan inti
RQD = -------------------------------------- x 100 %
Panjang pemboran inti
3. Jarak antara setiap diskontinuitas.
4. Kondisi diskontinuitas.
5. Orientasi diskontinuitas.
6. Kondisi air tanah.

Dari rangkaian diatas dapat kita klasifikasikan massa batuan ke dalam 5 ( lima ) kelas,
mulai dari batuan sangat buruk sampai dengan batuan sangat baik.
========== sep ==========

PERTEMUAN XI
X. SIFAT-SIFAT GEOLOGI TEKNIK DARI TANAH

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang sifat-sifat
geologi tanah

1. Terjadinya Tanah.
Tanah yaitu : kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terekat satu dengan lainnya.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Tanah terjadi sebagai produk pecahan dari batuan yang mengalami pelapukan kimiawi dan
mekanis kecuali tanah organik. Mineral yang peka terhadap pelapukan akan berubah
menjadi mineral lempung yang berbutir sangat halus.
Sifat yang dimiliki tanah akan tergantung kepada batuan induknya dan pada faktor-faktor
lain, seperti :
a. Iklim.
b. Waktu.
c. Organisme.
d. Topografi.

Perpindahan tanah sering terjadi diakibatkan oleh gaya berat atau oleh media transportasi
lainnya, seperti : ais, es dan angin.
Batuan induk, proses pelapukan dan media transportasi mempunyai pengaruh terhadap sifat
material yang pada akhirnya diendapkan pada suatu tempat.
Tanah dasar adalah bagian dari tanah yang dapat ditumbuhi tanaman yang memiliki akar.
Tanah dapat kita bedakan atas :
a. Zona pembilasan ke luar ( horizon – A ; tanah atas ).
b. Zona pembilasan ke dalam ( horizon – B ; tanah bawah ).

Tanah dasar umumnya hanya merupakan sebuah lapisan yang tipis, tergantung kepada zona
iklim tanah tersebut berada.

2. Klasifikasi, Susunan dan Struktur Tanah.


Susunan dan struktur tanah akan menentukan sifat-sifat fisik kimiawi dari material yang
bersangkutan. Pengklasifikasian tanah dilakukan pada umumnya terhadap besar butiran.
Pemberian nama dapat dilakukan dengan bantuan diagram segitiga yang akan membedakan
pasir berlempung atau lempung berlanau.
Tanah dapat dibagi atas 3 ( tiga ) kelompok, yaitu :
1. Tanah berbutir kasar.
2. Tanah berbutir halus.
3. Tanah campuran.
Adapun diagram yang dimaksud diatas, adalah diagram segitiga menurut SHEPARD untuk
sedimen klastik :

Lempung ( lutum ) < 2μm

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

9 4

8 10 5

3 7 6 2

Pasir 50 – 2000μm lanau 2 - 50μm


Keterangan :
1. Lempung.
2. Lanau.
3. Pasir.
4. Lempung berlanau
5. Lanau berlempung.
6. Lanau berpasir.
7. Pasir berlanau
8. Pasir berlempung.
9. Lempung berpasir.
10. Napal ( pasir berlempung dan berlanau )

Adapun perbedaan antara pasir/kerikil dan lanau/lempung dapat diketahui dari sifat-sifat
material tersebut.
Jika lanau atau lempung seringkali kohesif ( melekat atau saling mengikat ), sedangkan
material berbutir seperti pasir atau kerikil adalah tidak kohesif ( tidak saling mengikat ).

Pembagian terhadap struktur tanah :


1. Struktur tanah yang tidak kohesif dapat dibagi atas :
a. Lepas.
b. Rapat.
c. Jenis sarang lebah.
2. Struktur tanah yang kohesif dapat dibagi atas :
a. Tersebar.
b. Menyatu cukup rapat.
c. Menyatu rapat.
3. Untuk struktur tanah campuran dapat dibagi atas :
a. Struktur matrik.
b. Struktur contact-bound.
c. Struktur void-bound.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Didaerah-daerah yang banyak terdapat gunung api, banyak ditemukan pasir vulkanis hitam
yang sebagian besar terdiri dari material vulkanis.
Kerapatan dari mineral ini cukup tinggi dan akan berpengaruh terhadap sifat-sifat teknisnya.

3. Sifat-sifat Geologi Teknik dan Klasifikasi Tanah.


a. Kekuatan dan Deformasi.
Kuat geser yang dimiliki tanah adalah sifat yang mengikat tanah. Seandainya di dalamnya
terdapat perbedaan tegangan oleh karena itu permukaan tanah yang ditinggikan atau dibuat
tanggul dapat tetap kuat berdiri karena kuat geser dari material penyusunnya.
Kuat geser tanah biasanya ditentukan dengan melakukan percobaan uji sel-triaksial, dimana
bahan uji pada uji tersebut berbentuk selinder yang ditempatkan dalam sebuah sel uji yang
dapat dikenakan sebuah tekanan hidrolik yang diarahkan kesemua sisi.

Berkaitan dengan kelompok tanah, maka :


 Tanah berbutir kasar tidak memiliki kuat geser jika tegangan normalnya nol.
 Tanah berbutir halus ( kohesif ) memiliki kuat geser jika tegangan normalnya nol.
 Kuat geser tanah tidak akan bertambah jika tegangan normalnya bertambah.
Keadaan ini terjadi jika zat cair dalam pori-pori memberikan tekanan balik.
b. Konsolidasi Tanah.
Akibat pembebanan tanah akan mengalami konsolidasi.
Pada tanah kohesif, mula-mula beban dipikul oleh kerangka butiran dari bagian-bagian yang
padat maupun oleh air dalam pori-pori.
Konsolidasi ini merupakan sebuah proses yang alamiah.
Pada waktu konsolidasi akan terjadi :
 Akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kemungkinan pemampatan kerangka
butiran.
 Akan berkurang dengan meningkatnya permeabilitas.
 Akan cepat meningkat dengan bertambahnya ketebalan massa tanah.
 Tidak akan bergantung dari besarnya selisih tekanan.

Seorang sarjana harus mengetahui sejauhmana suatu penurunan akan terjadi dibawah sebuah
bangunan yang akan didirikan pada suatu tanah tertentu. Atau dengan kata lain, hingga
seberapa besar perubahan volume akan disebabkan oleh tekanan yang diberikan. Hal ini
dapat dengan mudah ditentukan jika sifat pemampatan telah diketahui, dengan rumus
berikut :
Perubahan volume
mv = --------------------------------------------------- [ m2 / MN ]
satuan peningkatan tekanan

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

jumlah penurunan = mv∆σH


mv = kemungkinan pemampatan.
∆σ = peningkatan tekanan.
H = tebal lapisan.

4. Geologi Tanah.
Pengetahuan tentang lingkungan dan sejarah geologis tanah pada sebuah lahan bangunan
tertentu sangat membantu dalam memperkirakan sifat-sifat geologis tanah tersebut.
Untuk konstruksi sebuah bangunan yang terbuat dari tanah sedapat mungkin berbagai
material konstruksi yang dibutuhkan diambil dari daerah sekitarnya.
Untuk menentukan layak atau tidak layaknya material tersebut dipakai tentu melalui hasil
kerja di laboratorium.

========== sep ==========

PERTEMUAN XII
XI. PRINSIP-PRINSIP DASAR GEOLOGI TEKNIK

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang prinsip-
prinsip dasar geologi teknik

Yang menjadi prinsip-prinsip dasar dari Geologi Teknik adalah sebagai berikut :
i. Sifat-sifat material + Struktur massa tanah  Sifat-sifat massa tanah.
ii. Sifat-sifat massa tanah + Lingkungan sekitar  Situasi Teknik Geologis.
iii. Situasi Teknik Geologis
Perilaku yang ditampakkan oleh massa tanah  --------------------------------------
Perubahan akibat tindakan geoteknis
Material : batuan, tanah dan zat cair.
Sifat-sifat material : sifat-sifat geoteknis dari material ( hasil laboratorium )
Struktur massa tanah pada kenyataannya adalah struktur geologis dari lahan
pembangunan, meliputi adanya berbagai material geologis
dalam lapisan-lapisan serta patahan-patahan dan diaklas
yang melintasi massa batuan.
Massa tanah : Volume tanah yang dipengaruhi oleh bangunan atau yang
berpengaruh terhadap bangunan tersebut.
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

Sifat-sifat massa tanah : Sifat-sifat geoteknis yang dimiliki massa tanah ( kekuatan
dan permeabilitas )
Lingkungan sekitar : Merupakan hal yang penting.
Faktor-faktornya seperti : iklim, zat cair dan udara, tegangan
lapangan, waktu dan peristiwa-peristiwa alam.
Waktu : Faktor yang berperan pada berbagai pekerjaan teknik sipil.
Berkaitan dengan terjadinya proses pelapukan yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat geoteknis material.
Tindakan geoteknis : Kegiatan yang dilakukan terhadap massa tanah seperti :
galian, membuat bangunan, membuat jalan, terowongan dan
bendungan
Penelitian Lapangan : Kegiatan yang dilakukan untuk menentukan berbagai
informasi tentang sifat massa tanah dan lingkungan sekitar
sehingga pada akhirnya sampai pada perkiraan tentang
perilaku massa tanah yang bersangkutan.

========== sep ==========

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

PERTEMUAN XIII
XII. PENELITIAN LAPANGAN

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang tahapan
dan metode-metode penelitian lapangan

A. Tahap-tahap Penelitian Lapangan.


Tujuan dari Penelitian Lapangan adalah :
Untuk menentukan seekonomis mungkin berbagai sifat fisis dan suatu dasar bangunan.
Hasil dari sebuah Penelitian Lapangan ini sangat berfariasi dan dapat menjurus kepada sebuah
ikhtisar secara umum atau sebuah laporan lengkap perihal yang terjadi di lapangan.

Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan adalah :


i. Melaksanakan Sudi Kelayakan ( Feasibility Study ), yang terdiri atas :
 Konsepsi Proyek.
 Penelitian Pendahuluan.
ii. Membuat Perencanaan dengan melakukan Penelitian Utama.
iii. Melaksanakan Pembangunan/Pelaksanaan, yang terdiri atas :
 Penelitian Konstruksi.
 Penelitian Pasca Konstruksi.

B. Metode Penelitian Lapangan.


Metode dari sebuah Penelitian Lapangan akan memberikan informasi data tentyang permukaan
lapangan dan jika keadaan dibawah tanah.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Untuk permukaan lapangan ada beberapa metode, yaitu :


a. Peta Geologi.
b. Topografi.
c. Pola Drainase.

Untuk lebih detail dalam penelitian, alat penolong yang tidak dapat dikesampingkan adalah foto
udara dari suatu daerah. Dengan menggunakan foto udara ini informasi bentuk tanah dan tata
guna lahan akan dapat diperoleh.
Kemudian, juga dipakaikan sebuah metode geofisis, antara lain metode seismik yang gunanya
untuk menentukan berbagai kondisi dibawah tanah dan juga ada metode lain, seperti :
a. Metode Refleksi Seismik.
b. Metode Ketahanan Elektrik.
c. Metode Magnetik.
d. Metode Hambatan Elektrik.
e. Metode Elektromagnetik.
Beberapa metode geofisis di permukaan bumi, antara lain :
 Metode Refraksi Seismik.
Berguna untuk menentukan struktur geologis ketebalan lapisan penutup, penentuan
lapisan sifat-sifat batuan dan lapisan penutup.
 Metode Refleksi Seismik.
Berguna untuk pemetaan dasar laut, dasar danau dan dasar sungai serta struktur
geologi yang terletak dibawahnya.
 Metode Hambatan Elektrik.
Berguna untuk penentuan struktur geologis ketebalan lapisan penutup, kadar
kelembaman tanah dan permukaan air tanah.
 Metode Magnetik.
Berguna untuk pencarian material magnetis dalam lingkungan tidak magnetis atau
sebaliknya.
 Metode Elektromagnetik.
Berguna untuk menentukan struktur geologis ketebalan lapisan penutup, pelacakan
material-material yang berperilaku elektromagnetiknya menunjukan adanya
penyimpangan.

========== sep ==========

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

PERTEMUAN
XIII. REAKSI MASSA TANAH TERHADAPXIV
PROSES GEOTEKNIS
DAN PROSES ALAMI

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang reaksi
massa tanah terhadap beban.

1. Pendahuluan.
Hasil dari penelitian geologis, antara lain :
a. Memberikan data atau keterangan tentang situasi mekanik geologi.
b. Menentukan perilaku akhir dari massa tanah sebagai akibat dari sebuah penanganan
geoteknis.
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian lapangan, adalah :
 Untuk dapat menerangkan dengan baik dan untuk mengukuhkan sifat-
sifat massa tanah dan situasi teknis geologis.

Dalam penentuan reaksi massa tanah terhadap suatu penanganan geoteknis dapat
menimbulkan dampak pada suatu massa tanah melalui beberapa alat, yaitu :
 Pembebanan bawah tanah akibat didirikannya bendungan, rumah atau jalan.
 Pembebasan massa tanah akibat penggalian untuk keperluan pondasi, lorong
tambang, jalan, saluran air atau akibat penggalian bawah tanah seperti terowongan.
 Perubahan permukaan zat cair akibat pengambilan zat cair, seperti : pemompaan air
tanah, minyak atau gas atau penambahan zat cair ke dalam bawah tanah.
Setiap proses tersebut dapat menimbulkan reaksi dari massa tanah, yang perlu diperhatikan
dalam merencanakan sebuah bangunan teknik sipil. Selain proses yang secara alami
( pelapukan ) juga dapat menimbulkan perubahan dalam massa tanah.

2. Pembebanan terhadap bawah tanah.


a. Beban statis.
Proyek sipil dapat dibagi atas :
 Konstruksi ringan, seperti : gedung bertingkat I s/d III, bangunan kantor, toko kecil.
 Konstruksi berat, seperti : komplek industry, pelabuhan, sistim transportasi besar,
bendungan.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

Massa tanah yang akan dibebani oleh bangunan diatasnya hendaklah memiliki sifat-sifat
yang sedemikian rupa sehingga bangunan dapat aman dan ekonomis serta struktur yang
dihasilkan dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.
Sebagai akibat terjadinya tegangan didalam bawah tanah, maka akan timbul suatu deformasi
yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap bangunan. Besarnya penurunan
tergantung kepada beban pikul bangunan yang ada diatasnya.

Beban pikul maksimum adalah tekanan yang dilakukan oleh pondasi bangunan terhadap
massa tanah yang mengakibatkan penurunan dalam batas-batas toleransi.

Setiap jenis tanah atau batuan mempunyai sebuah beban pikul maksimum tertentu. Jika
sebuah beban ternyata terlampau besar bagi tanah, maka massa tanah bisa kehilangan
ketahanannya.

Daya dukung maksimum adalah : tekanan maksimum yang dapat ditahan oleh massa tanah
tanpa hilang ketahanannya.

Kemungkinan-kemungkinan bagi pondasi dapat dibedakan tergantung pada situasi


geologisnya :
 Batuan dapat berada langsung atau tidak jauh dibawah permukaan tanah, sehingga
bangunan dapat didirikan diatasnya.
 Batuan dapat berada pada suatu kedalaman tertentu dibawah permukaan tanah, tetapi
jarak yang sedemikian rupa sehingga beban bangunan dapat dialihkan pada batuan.
 Pondasi dipasang diatas tanah karena permukaan batuan berada terlalu jauh dibawah
permukaan tanah.

b. Beban dinamis
Sebuah beban jenis lain yang dapat bereaksi terhadap massa tanah adalah beban dinamis,
seperti : getaran oleh mesin-mesin, arus lalu lintas ketika berlangsungnya pendirian
bangunan, gempa bumi.
Gempa bumi terutama yang disebabkan oleh geseran patahan di dalam kulit bumi adalah
yang paling banyak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan.
Sifat-sifat geologis dan sifat-sifat massa dari massa tanah yang akan digunakan untuk
pondasi sangat berpengaruh terhadap percepatan yang akan di alami oleh bangunan tersebut.
Pondasi dari suatu bangunan atau struktur yang dipasang pada batuan tidak akan bergoyang
terlalu keras pada kekuatan gempa yang sama dibandingkan dengan pondasi yang dipasang
diatas tanah.
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

3. Pelepasan massa tanah.


a. Penggalian.
Pada penggalian yang dangkal maupun sumur-sumur pembangunan yang dalam, hendaknya
diperhitungkan kestabilan dinding alur atau sumur tersebut dan metode penggalian itu
sendiri, juga termasuk untuk drainase.
Sepanjang rute penggalian alur misalnya jaringan pipa, sifat-sifat material geologis
hendaknya diketahui untuk menentukan apakah sebuah jenis tertentu memerlukan
penopangan.

b. Analisa kestabilan lereng


Kestabilan lereng berkaitan dengan sudut lereng, kekuatan material dan diskontinuitas di
dalam lereng serta kedudukan air tanah.

Untuk menghitung kestabilan lereng pada suatu situasi tertentu biasanya yang dihitung
adalah Faktor Keamanan = Fs, dengan rumus :
Gaya yang menghambat gerak
Fs = ------------------------------------------
Gaya yang meningkatkan gerak
Jika β merupakan sudut yang lereng, maka :
C . A + W cos β tan Φ
Fs ( untuk keadaan kering ) = ----------------------------------
W sin β
C . A + ( W cos β - Φ ) tan Φ
Fs ( untuk keadaan basah ) = -------------------------------------
W sin β + V

Kestabilan sebuah blok pada sebuah lereng


Kestabilan sebuah lereng bisa berkurang oleh :
 Hilangnya penopangan pada kaki lereng.
 Pembebanan terhadap bagian kaki lereng.
 Berkurangnya gaya geser material pada bidang geser.
 Berubahnya kedudukan air tanah.

Beberapa metode untuk menstabilkan lereng pada material lembek, adalah sebagai berikut :
 Penyempurnaan lereng atau membuat lereng lebih menjadi landai.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

 Penggalian bagian atas dari sebuah longsoran yang masih aktif atau yang mungkin
akan terjadi lagi.
 Pembebanan bagian kaki lereng.
 Pembuatan drainase dari arah yang lembek.

4. Gejala penyembulan pada sebuah galian.


Penggalian di dalam bawah tanah dapat mengubah keseimbangan tegangan massa tanah,
selain dapat mengakibatkan ketidakstabilan lereng. Perubahan keseimbangan tersebut juga
dapat menyebabkan tersembulnya lantai galian.

Penyebab-penyebab yang paling banyak terjadi adalah :


a. Tegangan air yang sangat besar di kedalaman.
b. Terdapatnya masalah “pemuaian tanah”
Tegangan air yang sangat besar dapat terjadi jika terdapat akuifer tertekan di bawah sumur
pembangunan. Jika tegangan air lebih besar dari tegangan tanah yang berada diatasnya,
maka lantai galian akan terangkat dan patah serta galian tersebut akan dipenuhi oleh air.
Pemuaian tanah dapat terjadi pada batuan yang kaya akan lempung yang dapat menyerap
air dan dapat memuai.

5. Lubang bawah tanah, terowongan dan lorong tambang.


Dalam merencanakan sebuah terowongan perlu dipertimbangkan faktor-faktor berikut :

a. Metode penggalian
Pada penggalian terowongan kita dapat membedakan penggalian dalam tanah dan
penggalian dalam batuan. Dalam penggalian tersebut ada 2 ( dua ) metode yang
dilakukan, yaitu :
1. Penggalian konvensional
Penggalian dengan tangan atau dengan mesin pemindah tanah, jika perlu dapat
menggunakan pali perkusi.
Pada metode ini terlebih dahulu batuan dihancurkan dengan bahan peledak di dalam
lobang bor dan kemudian dilakukan penggalian.
2. Penggalian dengan mesin terowongan.
Alat yang biasa dipakai adalah TBM ( Tunnel Boring Mecine ).
Dengan alat ini dapat dilakukan penggalian terowongan sampai diameter 10 m.

b. Kebutuhan akan penopangan


Tegangan akan berubah akibat lobang yang dibuat di dalam bawah tanah.
Pada tanah, perubahan yang terjadi tersebut sering sedemikian besarnya sehingga
memungkinkan terjadinya runtuhan atau deformasi secara ekstrim, maka perlu

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

dilakukan penopangan secara langsung sewaktu penggalian sedang dilaksanakan dengan


bantuan metode tameng.

========== sep ==========

PERTEMUAN XV
XIV. MATERIAL KONSTRUKSI GEOLOGIS

 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (KOMPETENSI)


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian tentang, material
konstruksi geologi

1. Pendahuluan.

Material-material konstruksi yang bersifat geologis adalah : material tanah dan material batuan,
yang digunakan untuk berbagai keperluan konstruksi.
Beberapa macam penggunaan material geologis, antara lain :
a. Material utnuk keperluan pengurugan.
b. Material untuk pembangunan tembok pemecah dan penahan ombak laut, dermaga
dan sebagai melapisi peninggian daerah yang rawan erosi.
c. Material pencampur beton dan aspal.
Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam material konstruksi geologis, antara lain :
a. Faktor Ekonomi.
b. Faktor Lokasi, pengembangan dan penaganan tempat galian, pengendalian kualitas
dan metode uji.
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”

c. Faktor Kebergunaan Material, untuk penggunaan-penggunaan tertentu dan penentuan


sifat-sifat yang mungkin akan merugikan.
2. Lokasi dan Pemilihan tempat Penggalian.

Proyek-proyek teknik sipil yang memerlukan penggunaan material dalam jumlah yang besar,
memperoleh dan mendapatkan material dari tempat penggalian ( QUARRY untuk batuan dan
BORROW PIT untuk tanah ).

Untuk dapat menekan biaya pelaksanaan, maka lokasi penggalian dengan lokasi pekerjaan
proyek sedapat mungkin berjarak pendek atau dekat. Maka Penelitian lapangan diperlukan
dalam menentukan lokasi dan situasi serta sifat material yang akan dilakukan penggalian.

Ditempat penggalian batu, kita perlu memusatkan perhatian pada frekuensi dan orientasi
berbagai diskontinuitas di dalam massa batuan. Hal ini akan menentukan metode penggalian
dan jenis alat yang akan dipergunakan untuk kegiatan tersebut.

3. Material untuk Timbunan.


Material untuk timbunan dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Timbunan untuk jalan lalu lintas biasa dan untuk jalan baja/rel.
b. Timbunan untuk bendungan dan tanggul.

Jalan biasa dan jalan rel yang dibuat di daerah yang berbukit sering memerlukan penggalian dan
penimbunan untuk dapat mempertahankan kemiringan lereng dalam batas-batas yang dapat
diterima ( batas toleransi ).
Anggapan bahwa material yang telah digali akan dapat digunakan kembali untuk timbunan
adalah sebuah anggapan yang keliru. Hal ini disebabkan adakalanya material tersebut kurang
baik untuk digunakan sebagai timbunan.
Jenis material yang sering menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan penimbunan adalah :
pasir halus, lanau dan tanah organik serta batuan yang tidak dapat tahan dalam udara terbuka
atau saat pemadatan. Batuan yang mengandung lempung dan mika biasanya berkualitas rendah
jika digunakan sebagai bahan timbunan, begitu juga halnya dengan batu kapur.
Dengan demikian dalam melakukan penggalian kita harus meneliti jenis dan kualitas material
yang diperlukan untuk penimbunan yang berbatasan dengan zona yang mengandung material
tersebut.
Ekonomis tidaknya suatu pembangunan sebuah jalan tergantung dari perkiraan yang cermat atas
material yang baik dan tersedia dalam penggalian.

I r. Surya Eka Priana, M T.


“Geologi Rekayasa”

4. Batu Belah.
Untuk pembuatan tanggul di laut atau sungai, sering digunakan blok-blok batuan massif. Besar
dan bentuk blok-blok batuan tersebut ditentukan oleh jarak diaklas di dalam massa batuan. Jika
yang diperlukan blok-blok besar, maka material tersebut harus di cari dalam batuan beku yang
butirannya berukuran sedang hingga kasar, atau dapat juga dicari dalam lapisan batu pasir
massif.

5. Material Tambahan.
Material tambahan dalam beton tersiri atas pasir dan kerikil.
Material ini dapat diperoleh dari endapan pasir dan endapan kerikil.
Melalui pemecahan dan penyaringan batuan juga dapat diperoleh sesuai dengan ukuran fraksi
yang diperlukan dan dibutuhkan.

Batuan tertentu dapat menimbulkan masalah, karena ada beberapa material yang dapat bereaksi
dengan batuan yang banyak mengandung alkali. Dan yang lainnya ternyata terlampau lunak
atau bisa memuai jika terkena air atau jika mengalami perubahan temperatur.

========== sep ==========

DAFTAR PUSTAKA :

Suharyadi, M.S, Ir. ; Pengantar Geologi Teknik, Biro Penerbit Teknik Sipil UGM 2009

Verhoef, P.N.W, Drs ; Geologi untuk Teknik Sipil, Penerbit Erlangga-Jakarta 1994.

I r. Surya Eka Priana, M T.

Anda mungkin juga menyukai