GEOLOGI REKAYASA
SKS : 2
Ir. SURYA EKA PRIANA, MT.
I. PENDAHULUAN
II. SUSUNAN BUMI
III. DEFORMASI DAN TEKTONIK
IV. DENUDASI ( PELAPUKAN DAN EROSI )
V. AIR
VI. PETA GEOLOGI
VII. DEFINISI GEOLOGI TEKNIK
VIII. SIFAT-SIFAT FISIS BERBAGAI MATERIAL GEOLOGI
IX. SIFAT-SIFAT GEOLOGI TEKNIK DARI BATUAN
X. SIFAT-SIFAT GEOLOGI TEKNIK DARI TANAH
XI. PRINSIP-PRINSIP DASAR GEOLOGI TEKNIK
XII. PENELITIAN LAPANGAN
XIII. REAKSI MASSA TANAH TERHADAP PROSES GEOTEKNIS DAN PROSES ALAMI
XIV. MATERIAL KONSTRUKSI GEOLOGIS
PERTEMUAN
I
I. PENDAHULUAN
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa
lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkungan dan kehidupan fosil yang
terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan
air dalam tanah/batuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Studi Bidang Geologi ini
juga bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral
maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat
mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung
meletus, banjir, gerakan tanah, dll.
Geologi sebagai ilmu pengetahuan bumi, karena yang dipelajari segala sesuatu yang
berkenaan dengan gejala-gejala yang ada di bumi baik asal, proses hasil. Geologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajarii tentang bumi baik mengenai susunanannya,
komposisi, sejarah, proses terjadinya maupun bentuknya.
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi. Tetapi pada kenyataannya hanya pada
bagian kulitnya saja yaitu sampai kedalaman lk. 35 km.
Menurut Plato : bumi terdiri dari massa cair pijar yang dikelilingi oleh lapisan batuan atau
kerak bumi/kulit bumi.
Menurut Kant-La Place : bumi selama milyaran tahun dilepas dari matahari dalam bentuk
bola gas yang pijar hingga lambat laun mendingin dan membentuk kerak batuan ( kerak
bumi ).
Hampir seluruh kulit bumi ( 98,5% ) terdiri dari 8 unsur, yairu : O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K
dan Mg. Sedangkan sisanya ( 1,5% ) dibentuk oleh unsur lain seperti : C, S, P, H, Pb, Zn
dll.
Sementara itu menurut Suess dan Wiecher, pembagian bumi itu adalah :
A. Kerak Bumi :
A Ketebalan 30-70 km
B Sifat batuannya asam dan basa
C
Berat Jenis + 2,7
D B. Selubung Bumi ( Sisik Silikat )
Litosfer
Ketebalan + 1200 km
Berat Jenis 3,4 - 4
C. Lapisan Antara ( Chalcosfer ) :
Sisik Oksida dan Sulfida
Ketebalan 1700 km
Berat Jenis 6,4
D. Inti Besi Nikel ( Barisfer )
Jari-jari 3500 km
Berat Jenis + 2,7
Gambar 2.1 Pembagian Bumi (Suess dan Wiecher)
Mineral-mineral penting pembentuk batuan atau disebut juga dengan kelompok-kelompok
mineral adalah :
1. Kuarsa ( SiO2 )
2. Kelompok Felspar
3. Kelompok Mika ( Muskovit dan Biotit )
4. Amfibol
5. Piroksen
6. Olivin
Kuarsa, felspar dan mika jenis muskovit mineral berwarna putih atau terang sedangkan
sisanya mineral dengan warna gelap.
Batuan merupakan kombinasi dari berbagai mineral yang dapat dibagi atas :
a. Berdasarkan cara pembentukannya.
b. Berdasarkan jenis material yang dikandung.
a. Berdasarkan cara pembentukaannya.
Berdasarkan cara pembentukan ini dapat dibedakan atas :
Batuan Beku,
Batuan ini terbentuk oleh bermacam-macam kristal, seringkali terjadi dari fasa cair
yang hampir selalu tidak berlapis.
Berdasarkan cara pembentukannya batuan beku ini dibagi atas :
Batuan Dalam ( Plutonit )
Batuan Gang
Batuan Lelehan ( batuan Efusif ) yang adakalanya dalam bentuk kaca.
DIAGENESIS
Pada umumnya sedimen muda tidak terdapat hubungan diantara butiran-butiran lepas. Dengan terus
berlakunya waktu akan terjadi perekatan, dan akhirnya adalah batuan keras.
Jadi diagenesis yaitu : proses pengkristalan dan pengkerasan sedimen.
Diagenesis dari sedimen ini biasanya terjadi disebabkan oleh :
a. Kompaksi, yaitu pemadatan oleh tekanan yang meningkat dimana air terdesak keluar.
b. Sementasi ( perekatan )
c. Pengkristalan kembali sebagai akibat dari pelarutan dan pengerasan pada titik-titik lain.
d. Pembentukan konkresi, yaitu pemindahan zat dan pemisahan di tempat lain.
PERLAPISAN
Pada umumnya sedimen ada dalam bentuk berlapis yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi
pada endapan material. Pada curah hujan yang lebat didaerah hulu, misalnya sedimen yang ada
berupa massa pasir kasar di tepi pantai di muara sungai, pada hujan kecil hanya berupa pasir halus,
sedangkan pada periode kering yang panjang sedimen berupa lapisan lempung tipis.
Lapisan yang paling bawah pada sedimen merupakan yang paling tua, sedangkan lapisan yang lebih
muda akan mengendap diatasnya.
Sedimen-sedimen muda dapat mengendap di atas lapisan-lapisan yang telah tererosi sebagian.
Dengan demikian lapisan-lapisan yang paling muda tersebut akan diskordansi diatas lapisan-lapisan
tua. Yang menjadi bidang pemisahnya adalah bidang diskordansi atau bidang transgresi.
Maka, transgresi adalah : terungkapnya ada periode-periode ketidak-tenangan atau pelipatan dalam
sejarah terjadinya bumi.
Periode-periode ini merupakan saat-saat dimana pada tempat tersebut tidak terjadi sedimentasi.
PERTEMUAN II-
III
III. DEFORMASI DAN TEKTONIK
Tekanan ke semua arah yang terjadi pada lapisan kerak bumi tidak akan menimbulkan deformasi.
Namun demikian jika terjadi perbedaan tegangan yang disebabkan oleh kekuatan endogen, maka
akan terjadi deformasi yang akan membentuk patahan dan lipatan.
Suatu batuan akan hancur atau melentur tergantung dari sejumlah faktor, yaitu :
a. Temperatur dan tekanan ke semua arah
Jika temperatur dan tekanan rendah, maka akan lebih cepat terjadi
patahan, sedangkan jika temperatur dan tekanan tinggi, maka akan terjadi
lenturan bahkan dapat terjadi lelehan.
b. Kecepatan gerakan yang disebabkan oleh gaya yang diberikan
Jika gerakan yang terjadi cepat akan menyebabkan patahan, sedangkan
gerakan yang terjadi lambat, maka dapat menimbulkan lenturan.
c. Sifat material
Sifat material dapat lebih rapuh atau dapat juga lebih lentur.
Sebagai akibat dari deformasi, pemampatan atau perataan terhadap batuan yang relatif homogen
dan lunak, akan terjadi perubahan fisik-kimiawi, yang mengarah kepada pola anisotrop yang
terbentuk sebagai pelat-pelat tipis tegak lurus pada arah perpendekan.
Setelah terjadinya deformasi elastis, maka akan menyusul terjadinya “rangkak” ( creep ), yaitu
deformasi plastis yang terus berlangsung sekalipun tegangan sudah berhenti.
Akibat pengaruh dari temperatur dan tekanan semua sisi, maka deformasi berlangsung sangat
lambat.
Pada deformasi yang berlangsung sangat cepat, maka akan terjadi patahan.
Dengan demikian jangka waktu dan kecepatan deformasi sangat berpengaruh, dimana akan terjadi
lipatan batu keras yang kadang-kadang lekukan-lekukan tajam tanpa satupun terjadi patahan.
Bidang diaklas dan bidang-bidang belahan merupakan hal-hal yang penting, karena :
1. Penyaluran air yang sangat potensial.
2. Pemecahan homogenitas dan keterkaitan batuan.
3. Bidang tangkap untuk terjadinya pelapukan.
Posisi dari sebuah bidang ditentukan dalam sebuah ruang, oleh hal sebagai berikut :
a. Kemiringan dan rentangan
b. Kemiringan dan arah kemiringan.
Rentangan, yaitu : garis potong antara bidang horizontal dan bidang lapisan.
Arah kemiringan, yaitu sudut yang dibuat oleh rentangan dan arah Utara serta ditentukan oleh sudut
yang dibuat oleh bidang vertikal yang mengandung sudut lereng dan arah Utara.
Dengan demikian kemiringan akan tegak lurus pada rentangan.
LIPATAN
Pada lipatan akan mempunyai antiklinal, sinklinal, poros, bidang poros dan sayap.
Bentuk lipatan tergantung dari sifat batuan dan perbedaan viskositas dari berbagai lapisan batuan
yang terletak saling berbatasan.
PATAHAN
Pada umumnya terjadinya patahan disebabkan bila gaya geser maksimum telah terlampaui.
Bentuk-bentuk dari patahan, antara lain :
1. Patahan yang bergeser turun
Bidang patahan melereng ke sisi bongkah yang turun, diiringi dengan
memanjang, seringkali berkaitan dengan regangan di kedalaman.
2. Geseran ke atas
Bidang patahan melereng ke sisi bongkah yang naik, lapisan-lapisan
bergeser satu di atas yang lainnya. Biasanya disebabkan oleh tekanan
lateral.
3. Geseran saling melintas
Pada umumnya sama dengan geseran ke atas, biasa kemiringannya lebih
kecil dan jumlah geserannya lebih besar. Seringkali berkaitan dengan
penglipatan.
4. Patahan transversal
Adakalanya ( tetapi bukan merupakan suatu ketentuan ) bidang patahan
berdiri vertikal. Bongkah-bongkah saling geser secara horizontal dan
transversal.
5. Fleksur
Pembengkokkan lapisan-lapisan di sela-sela bongkah yang naik dan
bongkah yang turun, seringkali beralih menjadi patahan.
GEMPA BUMI.
Lama-kelamaan tegangan di dalam kerak bumi akan menimbulkan deformasi sepanjang batuan
yang bereaksi secara perlahan. Jika deformasi terjadi dengan sangat cepat, maka elastisitas dan
kerapuhan dapat menentukan deformasi tersebut. Ketahanan akan terlampaui jika deformasi terus
meningkat dan secara tiba-tiba akan terjadi patahan dan geseran yang pada akhirnya akan
mengakibatkan terjadinya gempa bumi.
Gempa bumi sering terjadi terutama dalam zona-zona atau daerah-daerah seismik tertentu yang
aktif, misalnya di Pegunungan Alpena atau di Palung-palung pada kedalaman laut.
Berdasarkan skala empiris dari MERCALLI, gempa bumi dibagi dalam 12 ( dua belas ) intensitas,
yaitu antara I ( hanya dapat diamati oleh alat bantu ) sampai dengan XII ( sudah merupakan bencana
alam ). Skala lain adalah skala kekuatan yang lebih modern dari RICHTER yang berdasarkan pada
banyaknya energy yang dilepaskan dan dicatat oleh sebuah alat yang disebut SEISMOGRAM.
Sebagai contoh perbandingan skala MERCALLI : II - III, maka kira-kira sama dengan 3,5 – 4,2
pada skala RICHTER.
PERTEMUAN IV-V
IV. DENUDASI ( PELAPUKAN dan EROSI )
Pelapukan perubahan dan desintegrasi batuan oleh pengaruh atmosfir serta pengaruh kimiawi
dan biologis
Erosi penghilangan dan peniadaan produk-produk lapukan.
2. Pelapukan Kimiawi.
Faktor-faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya pelapukan kimiawi adalah : air hujan dan
air tanah.
Perbedaan dalam pelapukan, terutama yang disebabkan oleh proses biologis tergantung kepada
iklim, yang dapat dibagi atas :
i. Iklim sedang, lembab dan sejuk.
ii. Iklim kering.
iii. Iklim tropis.
iv. Iklim kutub.
4. Denudasi.
Material yang telah melapuk akan dihanyutkan oleh gaya berat, seringkali dengan bantuan air yang
pada umumnya berjalan secara perlahan dan kadang-kadang lebih cepat bahkan sering menjadi
bencana karena begitu cepat dan mendadak.
Runtuhan bukit, geseran tanah, rayapan adalah sebagai gejala-gejala normal dari siklus erosi, oleh
karena itu hal tersebut tidak dapat diabaikan sepenuhnya.
Pada keadaan yang tidak stabil, percepatan yang dapat mengakibatkan bencana alam, dapat terjadi
sebagai akibat dari :
a. Getaran gempa bumi.
b. Erosi kaki lereng yang tidak stabil
c. Penaikan tinggi air tanah dalam daerah patahan atau daerah gelinciran yang menyebabkan
menurunnya tegangan efektif dimana longsoran terjadi.
Untuk menanggulangi ketidakstabilan yang ditemui setelah pelaksanaan penelitian geologis dan
penentuan penyebabnya, maka dilaksanakan dengan cara :
a. Konsolidasi terhadap material yang tidak stabil melalui injeksi dengan semen atau bahan-
bahan lain ( pembekuan ).
b. Pembuangan material yang tidak stabil sehingga mencapai lereng yang stabil berdasarkan
mekanika tanah.
c. Pembuatan drainase air bawah tanah dalam daerah rawan.
PERTEMUAN
V. AIR
VI
1. Pemunculan Air.
Air dapat muncul ke permukaan bumi dalam bentuk, sebagai berikut :
a. Meteorik : yaitu air hujan yang meresap jauh ataupun tidak begitu jauh ke
dalam dasar tanah.
b. Sisa Air Laut : yaitu dalam bentuk endapan-endapan muda dekat pantai.
c. Air Tersekap : yaitu air yang banyak ditemukan dalam tanah dasar yang dalam.
atau Air Rasa air ini hampir selalu asin hingga mencapai kadar garam 20%
Formasi yang lebih asin dari air laut yang kadarnya hanya 3,5%.
d. Air Muda : yaitu air yang berasal dari aktivitas vulkanik, uap dan uap air dari
magma, lava dan sebagainya
Porositas ini terdapat di dalam dasar tanah dan dalam sedimen lepas atau sedimen yang
untuk sebahagian telah mengeras atau mengalami pengkerasan.
Volume pori-pori dalam satuan % dari jumlah volume tergantung kepada :
Cara penyatuan, susunan butiran dan pemadatan.
Bentuk butiran ( bulat, bersudut atau pelat ).
Penyortiran ( semakin buruk sortiran semakin kecil volume pori-pori ).
Perekatan dan pengisian pori-pori secara penuh atau untuk sebagian dengan
matrik yang dapat melakukan perekatan.
b. Porositas Sekunder,
Porositas ini terdapat pada batuan padat yang tidak berpori-pori sebagai akibat dari
kepatahan.
4. Permeabilitas.
Permeabilitas atau yang disebut juga kelulusan dinyatakan dalam “ darcy “.
Pada 1 darcy, zat cair akan mengalir dengan viskositas 1 centipoise pada selisih tekanan 1
atm/cm dengan kecapatan 1 cm/dtk.
Biasanya kita gunakan md ( milidarcy )
Permeabilitas ini sangat penting dalam hal produksi air, umumnya pada gerakan zat cair
dalam tanah dasar.
6. Gejala Karst.
Pada umumnya batu kapur adalah padat dan kedap air, akan tetapi melalui bidang-bidang
belahan atau bidang-bidang diaklas, air dapat merembes, dimana oleh kadar CO2 ( dari
udara, humus ) yang dikandungnya dapat melarutkan kapur : CaCO3 + H2O + CO2
Ca++ + 2HCO3 .
Adapun gejala-gejala berikut ini merupakan akibat dari proses tersebut, yaitu :
a. Lapis.
b. Pipa Orgel Geologis, diaklas yang melebar, seringkali berisi material yang hanyut
kedalamnya.
c. Dolina ( sinkholes ), depresi pada permukaan tanpa pembuangan di permukaan.
d. Lobang penghilang ( entonnoir, ponor ), di sini sungai atau selokan menghilang ke
dalam batu kapur.
e. Gua Karst, alur sungai bawah tanah, seringkali pada permukaan yang berbeda-beda,
yang paling bawah masih digunakan.
f. Sumber Vauklusa, sejumlah sungai muncul dari perbukitan batu kapur.
g. Polje, depresi besar, dengan dasar yang relatif rata, dalam daerah karst, yang dibentuk
oleh runtuhan setelah melarutnya sejumlah gua yang luas.
Endapan dari air yang mengandung kapur dapat terjadi melalui penyerahan lebihan kadar
CO2 ke udara dan akan membentuk :
1. Batu tetes ; stalaktit ( menggantung ) dan stalagnit ( berdiri ).
2. Sinter kapur dan travertin, yang terdapat disekitar mata air pada sungai kecil
yang adakalanya membentuk sejumlah teras.
penting, begitu juga halnya dengan pengetahuan tentang formasi lapisan penutup pada
akuifer yang permeabel.
Akuifer adalah batuan yang sangat berpori dan bersifat permeabel, misalnya pasir, kerikil,
batu pasir, tuf ( porositas primer ), batu kapur, kuarsa dan jenis batuan lainnya yang
porositas sekunder.
Pada umumnya patahan bersifat meluluskan air, dimana seringkali sumber air ditemukan
pada garis potong atau bidang potong dari patahan dari sebuah lapisan atau sebuah formasi
permukaan.
Seringkali juga terdapat pada zona patahan atau batuan rusak.
Pada formasi plastis atau formasi yang menolak air, patahan pada umumnya “rapat”.
PERTEMUAN VII
VI. PETA GEOLOGI
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”
Dalam melaksanakan sebuah proyek, yang harus di dahulukan adalah kegiatan penelitian
geologis yang akan menghasilkan sebuah produk yaitu “peta”.
Pada umumnya seorang sarjana teknik harus dapat berorientasi dan memahami pentingnya
sebuah peta sebagai produk kegiatan teknik.
Yang menjadi dasar dari sebuah peta Geologi adalah adanya peta topografi yang akan
memberikan gambaran tentang letak dan formasi-formasi lapisan dari sebidang tanah atau
lokasi.
Peta ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan muatan air ayng berlebih atau
mengenai keberadaan air yang dapat digunakan.
Penggunaan peta ini tergantung kepada sifat dari proyek bersangkutan.
h. Peta Hidrologi ( Geohidrologi ).
Peta ini akan memberikan keterangan, seperti :
Kedudukan air tanah freatik ( bawah permukaan tanah ).
Tinggi naik air tanah dari lapisan yang lebih dalam.
Garis-garis kontur pada bagian atas dan bawah dari lapisan yang meluluskan
air dan isopach dari pelulusan air dalam lapisan.
a. KEBUTUHAN GEOLOGI.
Selain itu, juga studi tentang proses geologis endogen dan eksogen yang dapat berpengaruh
terhadap bangunan, seperti : gempa bumi, vulkanisme, iklim, pelapukan erosi, pergeseran
tanah dan kegiatan manusia lainnya ( pertambangan, pencemaran lingkungan ).
Secara diagram dapat digambarkan ( korelasi dari teknik )
8 2
A
B
C
7 GEOLOGI TEKNIK 3
6 4
KETERANGAN :
A. TEKNIK PENELITIAN LAPANGAN ( Pengetahuan Khusus ).
B. TEKNIK SIPIL UMUM ( Pengetahuan Dasar ).
C. GEOLOGI ( Pengetahuan Khusus ).
1. MEKANIKA TANAH.
2. MEKANIKA BATUAN.
3. TEKNOLOGI BETON, JALAN, BANGUNAN.
4. PROSES GEOTEKNIK.
5. SEISMOLOGI.
6. HIDRO GEOLOGI.
7. TEKNIK PONDASI.
8. TEKNOLOGI PERTAMBANGAN.
c. PENELITIAN LAPANGAN.
Dalam melaksanakan penelitian lapangan, biasanya digunakan berbagai teknik dan cara,
seperti :
Pemetaan geologis dan geologi teknik.
Pengungkapan batuan.
Pemboran inti dan pengungkapan inti pemboran.
Pengukuran geologis.
Pengambilan contoh untuk penelitian di laboratorium.
Percobaan di lapangan
Galian-galian percobaan.
Semuanya ditujukan untuk memperoleh suatu penjelasan yang cermat mengenai kondisi
tanah. Data yang diperoleh dan dikumpulkan itu antara lain : berat jenis tanah, porositas,
permeabilitas, elastisitas dan gaya tekan.
Geologi yang dapat dimanfaatkan dalam bidang teknik sipil antara lain untuk perencanaan
penyusunan konsep dan pelaksanaan konstruksi.
PERTEMUAN IX-X
1. Material-material Geologis.
Semua material yang membentuk bumi bisa dalam bentuk padat, cair atau gas yang
digolongkan dalam material geologis.
Setiap material tersebut memiliki sifat-sifat fisik, kimiawi tersendiri.
Adapun sifat-sifat fisik dan mekanis dari material geologis padat ditentukan oleh :
a. Sifat-sifat material yang membentuknya atau sifat-sifat yang melakukan penyusunan.
b. Sifat-sifat keseluruhan material atau sifat-sifat massa.
Sementara itu material geologis cair tidak memiliki bentuk khusus, karena akan mengambil
bentuk dan tempat material tersebut berada.
Dalam ilmu Teknik Sipil, batuan-batuan dilihat sebagai material yang keras, bahkan
seringkali tahan lama dan kuat yang diatasnya dapat didirikan bangunan atau dengannya
dapat digunakan untuk mendirikan bangungan.
Pemberian nama geologis untuk batuan seringkali mencakup sebuah informasi yang
merupakan hal penting pada evaluasi geologi teknik, misalnya :
Granit adalah batuan beku untuk kelompok batuan dalam yang berbentuk isotrop
dari mineral.
Batu Pasir merupakan sedimen dalam bentuk berlapis-lapis dengan kandungan
mineralnya anisotrop.
Untuk menentukan sifat-sifat geoteknis dari batuan tersebut biasanya dilakukan percobaan-
percobaan dari contoh yang diambil dari pemboran inti. Dari hasil percobaan yang diperoleh
tersebut tidak dapat langsung diterapkan hanya dengan satu pemboran inti untuk seluruh
lahan pembangunan.
B. Perilaku Deformasi.
Uji kuat tekan sudah dapat memberikan informasi tentang perilaku deformasi dari
suatu material. Untuk itu dari hasil tersebut dapat diklasifikasikan tentang perilaku
deformasi dalam istilah-istilah model E – P ( Elastis – Plastis ).
Type Penjelasan
Kurva A E ( Elastis )
Kurva B P – E ( Plastis – Elastis )
Kurva C E – P ( Elastis – Plastis )
Kurva D P – E – P ( Plastis – Elastis – Plastis )
Tegangan ( σ )
A B
Perubahan Bentuk ( Σ )
C D
Dari rangkaian diatas dapat kita klasifikasikan massa batuan ke dalam 5 ( lima ) kelas,
mulai dari batuan sangat buruk sampai dengan batuan sangat baik.
========== sep ==========
PERTEMUAN XI
X. SIFAT-SIFAT GEOLOGI TEKNIK DARI TANAH
1. Terjadinya Tanah.
Tanah yaitu : kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terekat satu dengan lainnya.
Tanah terjadi sebagai produk pecahan dari batuan yang mengalami pelapukan kimiawi dan
mekanis kecuali tanah organik. Mineral yang peka terhadap pelapukan akan berubah
menjadi mineral lempung yang berbutir sangat halus.
Sifat yang dimiliki tanah akan tergantung kepada batuan induknya dan pada faktor-faktor
lain, seperti :
a. Iklim.
b. Waktu.
c. Organisme.
d. Topografi.
Perpindahan tanah sering terjadi diakibatkan oleh gaya berat atau oleh media transportasi
lainnya, seperti : ais, es dan angin.
Batuan induk, proses pelapukan dan media transportasi mempunyai pengaruh terhadap sifat
material yang pada akhirnya diendapkan pada suatu tempat.
Tanah dasar adalah bagian dari tanah yang dapat ditumbuhi tanaman yang memiliki akar.
Tanah dapat kita bedakan atas :
a. Zona pembilasan ke luar ( horizon – A ; tanah atas ).
b. Zona pembilasan ke dalam ( horizon – B ; tanah bawah ).
Tanah dasar umumnya hanya merupakan sebuah lapisan yang tipis, tergantung kepada zona
iklim tanah tersebut berada.
9 4
8 10 5
3 7 6 2
Adapun perbedaan antara pasir/kerikil dan lanau/lempung dapat diketahui dari sifat-sifat
material tersebut.
Jika lanau atau lempung seringkali kohesif ( melekat atau saling mengikat ), sedangkan
material berbutir seperti pasir atau kerikil adalah tidak kohesif ( tidak saling mengikat ).
Didaerah-daerah yang banyak terdapat gunung api, banyak ditemukan pasir vulkanis hitam
yang sebagian besar terdiri dari material vulkanis.
Kerapatan dari mineral ini cukup tinggi dan akan berpengaruh terhadap sifat-sifat teknisnya.
Seorang sarjana harus mengetahui sejauhmana suatu penurunan akan terjadi dibawah sebuah
bangunan yang akan didirikan pada suatu tanah tertentu. Atau dengan kata lain, hingga
seberapa besar perubahan volume akan disebabkan oleh tekanan yang diberikan. Hal ini
dapat dengan mudah ditentukan jika sifat pemampatan telah diketahui, dengan rumus
berikut :
Perubahan volume
mv = --------------------------------------------------- [ m2 / MN ]
satuan peningkatan tekanan
4. Geologi Tanah.
Pengetahuan tentang lingkungan dan sejarah geologis tanah pada sebuah lahan bangunan
tertentu sangat membantu dalam memperkirakan sifat-sifat geologis tanah tersebut.
Untuk konstruksi sebuah bangunan yang terbuat dari tanah sedapat mungkin berbagai
material konstruksi yang dibutuhkan diambil dari daerah sekitarnya.
Untuk menentukan layak atau tidak layaknya material tersebut dipakai tentu melalui hasil
kerja di laboratorium.
PERTEMUAN XII
XI. PRINSIP-PRINSIP DASAR GEOLOGI TEKNIK
Yang menjadi prinsip-prinsip dasar dari Geologi Teknik adalah sebagai berikut :
i. Sifat-sifat material + Struktur massa tanah Sifat-sifat massa tanah.
ii. Sifat-sifat massa tanah + Lingkungan sekitar Situasi Teknik Geologis.
iii. Situasi Teknik Geologis
Perilaku yang ditampakkan oleh massa tanah --------------------------------------
Perubahan akibat tindakan geoteknis
Material : batuan, tanah dan zat cair.
Sifat-sifat material : sifat-sifat geoteknis dari material ( hasil laboratorium )
Struktur massa tanah pada kenyataannya adalah struktur geologis dari lahan
pembangunan, meliputi adanya berbagai material geologis
dalam lapisan-lapisan serta patahan-patahan dan diaklas
yang melintasi massa batuan.
Massa tanah : Volume tanah yang dipengaruhi oleh bangunan atau yang
berpengaruh terhadap bangunan tersebut.
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”
Sifat-sifat massa tanah : Sifat-sifat geoteknis yang dimiliki massa tanah ( kekuatan
dan permeabilitas )
Lingkungan sekitar : Merupakan hal yang penting.
Faktor-faktornya seperti : iklim, zat cair dan udara, tegangan
lapangan, waktu dan peristiwa-peristiwa alam.
Waktu : Faktor yang berperan pada berbagai pekerjaan teknik sipil.
Berkaitan dengan terjadinya proses pelapukan yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat geoteknis material.
Tindakan geoteknis : Kegiatan yang dilakukan terhadap massa tanah seperti :
galian, membuat bangunan, membuat jalan, terowongan dan
bendungan
Penelitian Lapangan : Kegiatan yang dilakukan untuk menentukan berbagai
informasi tentang sifat massa tanah dan lingkungan sekitar
sehingga pada akhirnya sampai pada perkiraan tentang
perilaku massa tanah yang bersangkutan.
PERTEMUAN XIII
XII. PENELITIAN LAPANGAN
Untuk lebih detail dalam penelitian, alat penolong yang tidak dapat dikesampingkan adalah foto
udara dari suatu daerah. Dengan menggunakan foto udara ini informasi bentuk tanah dan tata
guna lahan akan dapat diperoleh.
Kemudian, juga dipakaikan sebuah metode geofisis, antara lain metode seismik yang gunanya
untuk menentukan berbagai kondisi dibawah tanah dan juga ada metode lain, seperti :
a. Metode Refleksi Seismik.
b. Metode Ketahanan Elektrik.
c. Metode Magnetik.
d. Metode Hambatan Elektrik.
e. Metode Elektromagnetik.
Beberapa metode geofisis di permukaan bumi, antara lain :
Metode Refraksi Seismik.
Berguna untuk menentukan struktur geologis ketebalan lapisan penutup, penentuan
lapisan sifat-sifat batuan dan lapisan penutup.
Metode Refleksi Seismik.
Berguna untuk pemetaan dasar laut, dasar danau dan dasar sungai serta struktur
geologi yang terletak dibawahnya.
Metode Hambatan Elektrik.
Berguna untuk penentuan struktur geologis ketebalan lapisan penutup, kadar
kelembaman tanah dan permukaan air tanah.
Metode Magnetik.
Berguna untuk pencarian material magnetis dalam lingkungan tidak magnetis atau
sebaliknya.
Metode Elektromagnetik.
Berguna untuk menentukan struktur geologis ketebalan lapisan penutup, pelacakan
material-material yang berperilaku elektromagnetiknya menunjukan adanya
penyimpangan.
PERTEMUAN
XIII. REAKSI MASSA TANAH TERHADAPXIV
PROSES GEOTEKNIS
DAN PROSES ALAMI
1. Pendahuluan.
Hasil dari penelitian geologis, antara lain :
a. Memberikan data atau keterangan tentang situasi mekanik geologi.
b. Menentukan perilaku akhir dari massa tanah sebagai akibat dari sebuah penanganan
geoteknis.
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian lapangan, adalah :
Untuk dapat menerangkan dengan baik dan untuk mengukuhkan sifat-
sifat massa tanah dan situasi teknis geologis.
Dalam penentuan reaksi massa tanah terhadap suatu penanganan geoteknis dapat
menimbulkan dampak pada suatu massa tanah melalui beberapa alat, yaitu :
Pembebanan bawah tanah akibat didirikannya bendungan, rumah atau jalan.
Pembebasan massa tanah akibat penggalian untuk keperluan pondasi, lorong
tambang, jalan, saluran air atau akibat penggalian bawah tanah seperti terowongan.
Perubahan permukaan zat cair akibat pengambilan zat cair, seperti : pemompaan air
tanah, minyak atau gas atau penambahan zat cair ke dalam bawah tanah.
Setiap proses tersebut dapat menimbulkan reaksi dari massa tanah, yang perlu diperhatikan
dalam merencanakan sebuah bangunan teknik sipil. Selain proses yang secara alami
( pelapukan ) juga dapat menimbulkan perubahan dalam massa tanah.
Massa tanah yang akan dibebani oleh bangunan diatasnya hendaklah memiliki sifat-sifat
yang sedemikian rupa sehingga bangunan dapat aman dan ekonomis serta struktur yang
dihasilkan dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.
Sebagai akibat terjadinya tegangan didalam bawah tanah, maka akan timbul suatu deformasi
yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap bangunan. Besarnya penurunan
tergantung kepada beban pikul bangunan yang ada diatasnya.
Beban pikul maksimum adalah tekanan yang dilakukan oleh pondasi bangunan terhadap
massa tanah yang mengakibatkan penurunan dalam batas-batas toleransi.
Setiap jenis tanah atau batuan mempunyai sebuah beban pikul maksimum tertentu. Jika
sebuah beban ternyata terlampau besar bagi tanah, maka massa tanah bisa kehilangan
ketahanannya.
Daya dukung maksimum adalah : tekanan maksimum yang dapat ditahan oleh massa tanah
tanpa hilang ketahanannya.
b. Beban dinamis
Sebuah beban jenis lain yang dapat bereaksi terhadap massa tanah adalah beban dinamis,
seperti : getaran oleh mesin-mesin, arus lalu lintas ketika berlangsungnya pendirian
bangunan, gempa bumi.
Gempa bumi terutama yang disebabkan oleh geseran patahan di dalam kulit bumi adalah
yang paling banyak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan.
Sifat-sifat geologis dan sifat-sifat massa dari massa tanah yang akan digunakan untuk
pondasi sangat berpengaruh terhadap percepatan yang akan di alami oleh bangunan tersebut.
Pondasi dari suatu bangunan atau struktur yang dipasang pada batuan tidak akan bergoyang
terlalu keras pada kekuatan gempa yang sama dibandingkan dengan pondasi yang dipasang
diatas tanah.
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”
Untuk menghitung kestabilan lereng pada suatu situasi tertentu biasanya yang dihitung
adalah Faktor Keamanan = Fs, dengan rumus :
Gaya yang menghambat gerak
Fs = ------------------------------------------
Gaya yang meningkatkan gerak
Jika β merupakan sudut yang lereng, maka :
C . A + W cos β tan Φ
Fs ( untuk keadaan kering ) = ----------------------------------
W sin β
C . A + ( W cos β - Φ ) tan Φ
Fs ( untuk keadaan basah ) = -------------------------------------
W sin β + V
Beberapa metode untuk menstabilkan lereng pada material lembek, adalah sebagai berikut :
Penyempurnaan lereng atau membuat lereng lebih menjadi landai.
Penggalian bagian atas dari sebuah longsoran yang masih aktif atau yang mungkin
akan terjadi lagi.
Pembebanan bagian kaki lereng.
Pembuatan drainase dari arah yang lembek.
a. Metode penggalian
Pada penggalian terowongan kita dapat membedakan penggalian dalam tanah dan
penggalian dalam batuan. Dalam penggalian tersebut ada 2 ( dua ) metode yang
dilakukan, yaitu :
1. Penggalian konvensional
Penggalian dengan tangan atau dengan mesin pemindah tanah, jika perlu dapat
menggunakan pali perkusi.
Pada metode ini terlebih dahulu batuan dihancurkan dengan bahan peledak di dalam
lobang bor dan kemudian dilakukan penggalian.
2. Penggalian dengan mesin terowongan.
Alat yang biasa dipakai adalah TBM ( Tunnel Boring Mecine ).
Dengan alat ini dapat dilakukan penggalian terowongan sampai diameter 10 m.
PERTEMUAN XV
XIV. MATERIAL KONSTRUKSI GEOLOGIS
1. Pendahuluan.
Material-material konstruksi yang bersifat geologis adalah : material tanah dan material batuan,
yang digunakan untuk berbagai keperluan konstruksi.
Beberapa macam penggunaan material geologis, antara lain :
a. Material utnuk keperluan pengurugan.
b. Material untuk pembangunan tembok pemecah dan penahan ombak laut, dermaga
dan sebagai melapisi peninggian daerah yang rawan erosi.
c. Material pencampur beton dan aspal.
Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam material konstruksi geologis, antara lain :
a. Faktor Ekonomi.
b. Faktor Lokasi, pengembangan dan penaganan tempat galian, pengendalian kualitas
dan metode uji.
I r. Surya Eka Priana, M T.
“Geologi Rekayasa”
Proyek-proyek teknik sipil yang memerlukan penggunaan material dalam jumlah yang besar,
memperoleh dan mendapatkan material dari tempat penggalian ( QUARRY untuk batuan dan
BORROW PIT untuk tanah ).
Untuk dapat menekan biaya pelaksanaan, maka lokasi penggalian dengan lokasi pekerjaan
proyek sedapat mungkin berjarak pendek atau dekat. Maka Penelitian lapangan diperlukan
dalam menentukan lokasi dan situasi serta sifat material yang akan dilakukan penggalian.
Ditempat penggalian batu, kita perlu memusatkan perhatian pada frekuensi dan orientasi
berbagai diskontinuitas di dalam massa batuan. Hal ini akan menentukan metode penggalian
dan jenis alat yang akan dipergunakan untuk kegiatan tersebut.
Jalan biasa dan jalan rel yang dibuat di daerah yang berbukit sering memerlukan penggalian dan
penimbunan untuk dapat mempertahankan kemiringan lereng dalam batas-batas yang dapat
diterima ( batas toleransi ).
Anggapan bahwa material yang telah digali akan dapat digunakan kembali untuk timbunan
adalah sebuah anggapan yang keliru. Hal ini disebabkan adakalanya material tersebut kurang
baik untuk digunakan sebagai timbunan.
Jenis material yang sering menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan penimbunan adalah :
pasir halus, lanau dan tanah organik serta batuan yang tidak dapat tahan dalam udara terbuka
atau saat pemadatan. Batuan yang mengandung lempung dan mika biasanya berkualitas rendah
jika digunakan sebagai bahan timbunan, begitu juga halnya dengan batu kapur.
Dengan demikian dalam melakukan penggalian kita harus meneliti jenis dan kualitas material
yang diperlukan untuk penimbunan yang berbatasan dengan zona yang mengandung material
tersebut.
Ekonomis tidaknya suatu pembangunan sebuah jalan tergantung dari perkiraan yang cermat atas
material yang baik dan tersedia dalam penggalian.
4. Batu Belah.
Untuk pembuatan tanggul di laut atau sungai, sering digunakan blok-blok batuan massif. Besar
dan bentuk blok-blok batuan tersebut ditentukan oleh jarak diaklas di dalam massa batuan. Jika
yang diperlukan blok-blok besar, maka material tersebut harus di cari dalam batuan beku yang
butirannya berukuran sedang hingga kasar, atau dapat juga dicari dalam lapisan batu pasir
massif.
5. Material Tambahan.
Material tambahan dalam beton tersiri atas pasir dan kerikil.
Material ini dapat diperoleh dari endapan pasir dan endapan kerikil.
Melalui pemecahan dan penyaringan batuan juga dapat diperoleh sesuai dengan ukuran fraksi
yang diperlukan dan dibutuhkan.
Batuan tertentu dapat menimbulkan masalah, karena ada beberapa material yang dapat bereaksi
dengan batuan yang banyak mengandung alkali. Dan yang lainnya ternyata terlampau lunak
atau bisa memuai jika terkena air atau jika mengalami perubahan temperatur.
DAFTAR PUSTAKA :
Suharyadi, M.S, Ir. ; Pengantar Geologi Teknik, Biro Penerbit Teknik Sipil UGM 2009
Verhoef, P.N.W, Drs ; Geologi untuk Teknik Sipil, Penerbit Erlangga-Jakarta 1994.