Anda di halaman 1dari 18

Kurikulum 2013

MODUL PENGAYAAN
GEOGRAFI
untuk kelas X SMA / MA se-Kabupaten Jombang
Sebagai Tugas Akhir Matakuliah Pengembangan Bahan Ajar yang Dibina oleh
Bapak Ardyanto Tanjung, S.Pd, M.Pd.

oleh
Erisma Anindya
Jurusan Geografi FIS Erisma Anindya
Universitas [Type
NegeritheMalang
company name]
Kurikulum 2013
2015
Kompetensi Inti:

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

Kompetensi Dasar:

3.4. Menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat


dari dinamika litosfer.

Tujuan Pembelajaran:

 Peserta didik dapat menjelaskan konsep litosfer.


 Peserta didik dapat menguraikan lapisan – lapisan bumi.
 Peserta didik dapat mengklasifikasikan batuan penyusun bumi.

Petunjuk Penggunaan Modul:

1. Modul digunakan oleh guru dan peserta didik dalam satu kali pertemuan.
2. Modul berisikan materi pengayaan yang isinya disesuaikan dengan
karakteristik wilayah Kabupaten Jombang.
Apa yang dimaksud litosfer
itu?
A. Konsep Litosfer

Litosfer merupakan salah satu objek material dalam geografi. Litosfer


berasal dari kata lithos yang berarti batuan dan sphere yang berarti lapisan. Secara
harfiah, litosfer berarti lapisan batu. Banyak ahli geofisika mengartikan litosfer
terbatas pada bagian kerak bumi (crust) saja. Namun, sebenarnya litosfer memiliki
artian yang luas, yaitu seluruh lapisan bumi termasuk inti bumi. Disiplin ilmu
yang berkaitan dengan litosfer diantaranya adalah geologi, yaitu ilmu yang
mempelajari mengenai roman permukaan bumi serta seismologi yaitu ilmu yang
mempelajari mengenai gelombang seismik di dalam bumi / gempa bumi.

B. Lapisan – Lapisan Bumi


Bagaimanakah lapisan –
lapisan bumi itu?
Bumi merupakan salah satu planet yang ada dalam galaksi bimasakti.
Jutaan makhluk hidup dapat tinggal dengan nyaman di bumi. Bagaimana makhluk
hidup dapat tinggal nyaman di bumi? Lalu, pernahkah kita bertanya bagaimana
struktur bumi sebenarnya? Bumi tempat kita tinggal saat ini tersusun atas
beberapa lapisan. Bumi dapat diumpamakan seperti bawang merah. Bawang
merah memiliki beberapa lapisan, begitu pula halnya dengan bumi. Hal ini sesuai
dengan penelitian dari para ahli. Dari hasil penelitian seismik, para ahli
mengungkapkan bahwa bumi tersusun atas tiga bagian besar. Ketiga bagian
tersebuat adalah kerak bumi (crust), selimut bumi (mantle), dan inti bumi (core).

Gambar 1: Lapisan – Lapisan Bumi

a. Kerak Bumi (crust)

Kerak bumi merupakan lapisan terluar dari bumi. Kerak bumi tersusun
dari materi – materi padat yang kaya akan Silisium dan Aluminium (Sial). Kerak
bumi terbagi atas kerak samudra (oceanic crust) dan kerak benua (continental
crust). Kerak samudra memiliki ketebalan 10 – 12 km dan kerak benua
ketebalannya 20 – 50 km. Kerak samudra utamanya tersusun atas batuan basalt,
sedangkan kerak benua utamanya tersusun atas batuan granit. Kerak bumi dengan
mantel bagian atas dipisahkan oleh lapisan MOHO (Mohorovisic).
b. Selimut Bumi (mantle)

Selimut bumi terletak di bawah lapisan kerak bumi. Fungsi dari lapisan ini
adalah melindungi bagian dalam bumi. Selimut bumi dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu litosfer, astenosfer, dan mesosfer.

 Litosfer

Terletak pada bagian paling atas dari selimut bumi. Litosfer terdiri dari
materi berwujud padat yang kaya akan Silisium dan Aluminium (Sial). Tebal
lapisan ini sekitar 50 – 100 km. Litosfer bersama dengan kerak bumi sering
disebut dengan lempeng litosfer. Lempeng litosfer adalah lempeng yang
mengapung di atas lapisan yang agak lunak (lapisan astenosfer).

 Astenosfer

Astenosfer terletak di bawah litosfer. Lapisan ini berwujud agak kental dan
kaya akan Silisium, Aluminium, dan Magnesium. Tebal lapisan ini kira – kira 100
– 400 km. Diduga lapisan astenosfer adalah tempat formasi magma (magma
induk).

 Mesosfer

Mesosfer memiliki ketebalan antara 2.400 – 2.750 km. Lapisan ini lebih
tebal dan lebih berat. Mesosfer kaya akan Silisium dan Magnesium (Sima).

c. Inti Bumi (core)

Inti bumi terletak pada lapisan terdalam. Inti bumi terdiri atas inti bumi
bagian luar dan inti bumi bagian dalam. Inti luar berwujud cair dan pekat. Antara
inti luar dengan mantel bagian bawah dipisahkan oleh lapisan peralihan setebal ±
80 km. Inti luar memiliki kedalaman antara 2.880 – 4.980 km. Bagian ini kaya
akan besi dan nikel dalam keadaan cair. Suhu dibagian ini mencapai 3.900° C.
Diduga inti bumi bagian luar sebagai penyebab munculnya medan magnet bumi.
Inti dalam terdiri atas besi dan nikel yang berbentuk padat dengan temperatur
mencapai 4.800° C. Inti dalam dan inti luar dipisahkan oleh lapisan peralihan
setebal 140 km.
C. Batuan Penyusun Bumi

Batuan (rock) adalah materi padat berupa mineral maupun bahan organik
yang menyusun bumi. Batuan dapat terdiri dari satu macam mineral atau
kumpulan berbagai macam mineral. Ditinjau dari segi teknik sipil, batuan adalah
sesuatu yang keras, kompak, dan atau berat. Perlu menggunakan ledakan apabila
hendak memecahkan batuan. Dalam sudut pandang geologi, batuan tidak harus
keras dan kompak. Lumpur, pasir, dan tanah liat (lempung) termasuk batuan.
Batuan (rock) harus dibedakan dari batu (stone).

Batuan penyusun lapisan bumi selalu mengalami siklus atau daur. Siklus
yang terjadi pada batuan disebut siklus batuan (rock cycle). Siklus batuan
menunjukkan hubungan antara jenis batuan satu dengan jenis batuan lainnya.
Siklus batuan akan menerangkan bagaimana perubahan magma menjadi batuan
beku, batuan beku menjadi batuan sedimen, batuan sedimen menjadi batuan
malihan, dan batuan malihan kembali menjadi magma.

Gambar 2: Siklus Batuan (Rock Cycle)


Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Batuan beku terbentuk
dari magma yang mengalami pendinginan dan kristalisasi. Selanjutnya batuan
beku mengalami pelapukan yang memudahkan proses erosi dan pengangkutan.
Material hasil pelapukan yang terangkut oleh berbagai tenaga akan diendapkan
dan mengalami proses sementasi dan litifikasi menjadi batuan sedimen. Di bawah
tekanan dan temperatur tinggi, batuan sedimen mengalami perubahan menjadi
batuan malihan (metamorf). Apabila batuan metamorf ini masuk kembali ke
lapisan dalam akan lebur menjadi magma.

Berdasarkan proses terjadinya, batuan dapat dibagi menjadi tiga bagian,


yaitu batuan beku (igneous rock), batuan endapan (sedimentary rock), dan batuan
metamorfik (metamorphic rock).

 Batuan Beku (Igneous Rock)

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma pijar yang
membeku menjadi padat. Magma adalah zat cair – liat – pijar yang merupakan
senyawa silikat dan ada di bawah kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh
bumi (mantle atau crust). Sebanyak 80% batuan penyusun kerak bumi adalah
jenis batuan beku. Berdasarkan tempat terbentuknya magma, batuan beku
dibedakan atas tiga jenis, yaitu:

 Batuan Beku Dalam

Batuan beku dalam terjadi dari pembekuan magma yang berlangsung


perlahan – lahan ketika masih berada jauh di dalam kulit bumi. Pendinginan
magma berlangsung lambat, sehingga ada kesempatan membentuk kristal – kristal
besar. Ciri khas batuan beku dalam adalah kristalnya besar dan bertekstur kasar.

 Batuan Beku Korok

Batuan beku korok membeku dalam pipa kepundan gunungapi atau


retakan / celah – celah kerak bumi. Batuan beku jenis ini kristalnya halus karena
pembekuan dekat dengan permukaan bumi, tetapi di dalamnya terdapat kristal –
kristal besar yang terbawa dari batuan beku dalam yang dilalui dalam perjalanan.
Batuan beku korok memiliki tekstur campuran.
 Batuan Beku Luar

Batuan beku luar atau batuan beku lelehan terjadi dari sebagian magma
yang membeku setelah tiba di permukaan bumi. Batuan jenis ini mengalami
pendinginan yang cepat, sehingga kristal – kristal yang dihasilkan halus
(bertekstur halus). Jumlah batuan beku luar tidak sebanyak batuan beku dalam.

Batuan beku dapat pula dibedakan berdasarkan kandungan kimianya yang


tercermin dari warna batuannya. Berdasarkan kandungan kimianya, batuan beku
dibedakan menjadi:

 Batuan Beku Asam: kandungan silikanya >65% dan berwarna terang.


 Batuan Beku Sedang: kandungan silikanya 53 – 65%. Kandungan mineral
silikat dan mineral ferromagnesianya seimbang, sehingga umumnya batuan
jenis ini berwarna kelabu.
 Batuan Beku Basa: kandungan mineral ferromagnesianya lebih banyak
dibandingkan kandungan mineral silikatnya (<45%). Akibatnya batuan jenis ini
memiliki warna yang gelap.
 Batuan Beku Ultra-Basa: kandungan silikanya <15%.

 Batuan Endapan (Sedimentary Rock)

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk lewat proses pengendapan,


baik secara fisik mapun secara kimiawi. Batuan beku yang telah terbentuk pada
permukaan bumipermukaan bumi mengalami pelapukan, lalu mengalami erosi.
Hasil rombakan batuan beku tadi diangkut oleh tenaga pengangkut, seperti air,
angin, es, dan gletser dan kemudian diendapkan. Bahan sedimen tersebutnya
selanjutnya mengalami proses sementasi dengan bahan perekat berupa bahan –
bahan halus, seperti lempung, kapur, silikat, dan sebagainya. Endapan tersebut
kemudian tertutup dengan bahan sedimen berikutnya, menekan ke bawah
sehingga terjadi proses litifikasi. Hasilnya disebut batuan sedimen yang bermacam
– macam sesuai dengan ukuran dan jenis bahan sedimen yang diendapkan. Sekitar
80% permukaan benua tertutup dengan batuan sedimen, walaupun volumenya
hanya sekitar 5% dari volume kerak bumi.
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan / erosi, batuan
sedimen dapat dibedakan menjadi:

 Sedimen Aquatis: sedimen yang diendapkan oleh tenaga air.


 Sedimen Aeolis: sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin.
 Sedimen Glasial: sedimen yang diendapkan oleh tenaga gletser.

Berdasarkan atas asalnya dan cara terbentuknya, batuan sedimen


dibedakan menjadi:

 Batuan Sedimen Klastis

Berasal dari kata klastic yang memiliki arti lepas – lepas. Batuan sedimen
jenis ini merupakan batuan sedimen yang diendapkan dalam bentuk bahan –
bahan padat hasil pelapukan dan erosi, kemudian mengalami sementasi dan
litifikasi menjadi batuan sedimen. Apabila hendak membedakan berbagai macam
sedimen klastik diperlukan juga pengertian mengenai perbedaan ukuran butir.
Dalam ilmu geologi, biasanya digunakan skala besar butir menurut Wentworth.

Ukuran Butir (mm) Nama Butir


>256 Boulder (Bongkah)
64 - 256 Cobble (Berangkal)
4 - 64 Pebble (Kerakal)
2-4 Granule (Kerikil)
1/16 – 2 Sand (Pasir)
1/256 - 1/16 Silt (Lanau)
<1/256 Clay (Lempung)

 Batuan Sedimen Kimiawi

Pada batuan jenis ini, saat pengendapannya terjadi proses kimiawi seperti
penguapan, pelarutan, dan dehidrasi.
 Batuan Sedimen Organik

Batuan sedimen organik terjadi karena selama proses pengendapannya


mendapat bantuan dari organisme, yaitu sisa rumah atau bangkai binatang di dasar
laut.

 Batuan Metamorfik (Metamorphic Rock)

Apakah kalian pernah mendengar isitilah batuan metamorf? Kira – kira


bagaimana batuan metamorf itu? Batuan metamorf memiliki beberapa definisi.
Menurut J.A. Katili dan Marks, batuan metamorfik adalah batuan yang telah
berubah karena bertambahnya tekanan dan temperatur. Menurut Grout batuan
metamorfik adalah batuan yang mempunyai sifat – sifat nyata yang dihasilkan
oleh proses metamorfisme. Sedangkan menurut Turner, batuan metamorf adalah
batuan yang telah mengalami perubahan mineralogik dan struktur oleh
metamorfisme dan terjadi langsung dari fase padat tanpa melalui fase cair.
Penyebab metamorfosis pada intinya adalah temperatur yang tinggi dan atau
tekanan yang tinggi.
D. Kondisi Fisik Kabupaten Jombang dan Jenis Batuan yang Ada

Kabupaten Jombang merupakan salah satu kabupaten yang berada di


Propinsi Jawa Timur bagian Barat. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan
beberapa kabupaten lainnya di Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang terletak
di perlintasan jalur Selatan jaringan jalan Jakarta – Surabaya. Secara geografis
Kabupaten Jombang terletak disebelah Selatan garis katulistiwa berada antara
112° 03’ 46” sampai 112° 27’ 21” Bujur Timur dan 7° 20’ 48” sampai 7° 46’ 41”
Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Jombang adalah 1.159,50 km2.
Kabupaten ini terdiri dari 21 kecamatan dan 306 desa. Wilayah Kabupaten
Jombang sebagian besar berada pada ketinggian ± 350 meter dari permukaan laut
dan sebagian kecil dengan ketinggian > 1500 meter dari permukaan laut yaitu
wilayah yang berada di Kecamatan Wonosalam. Ibukota Kabupaten Jombang
terletak pada ketinggian ± 44 meter di atas permukaan laut.

Gambar 3: Peta Administrasi Kabupaten Jombang

Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi 3 (tiga) sub-area,


yaitu:
a. Kawasan Utara, bagian Pegunungan Kapur Muda Kendeng yang sebagian
besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian berbukit, meliputi
Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu dan Ngusikan.
b. Kawasan Tengah, sebelah Selatan sungai Brantas, sebagian besar merupakan
tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija, karena irigasinya
cukup bagus meliputi Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek,
Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang,
dan Kesamben.
c. Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman
perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno dan Wonosalam.

Gambar 4: Peta Topografi Kabupaten Jombang

Setelah mempelajari berbagai jenis batuan penyusun bumi, maka pada


materi ini akan dibahas jenis batuan apa saja yang ada di Kabupaten Jombang.
Perhatikan peta administrasi dan peta topografi Kabupaten Jombang di atas!
Apakah kalian bisa menebak jenis batuan apa yang ada di Kabupaten Jombang?
Apabila kalian belum bisa menebak jawabannya, mari kita simak materi berikut
ini. Berdasarkan peta topografi di atas, maka dapat diketahui jenis batuan apa saja
yang ada di Kabupaten Jombang. Wilayah Jombang bagian Utara didominasi oleh
kapur yang berasal dari Pegunungan Kapur Muda Kendeng. Jenis batuan yang ada
di wilayah Jombang bagian Utara adalah batuan sedimen. Contoh batuan sedimen
yang ada berupa napal tak berlapis, berwarna putih kekuningan sampai abu kebiru
– biruan, bersifat napalan atau pasiran dan berlapis baik.

Wilayah Jombang bagian Selatan masih dipengaruhi oleh aktivitas Gunung


Arjuno. Wilayah Jombang bagian Selatan ini merupakan daerah pegunungan
dengan kondisi tanah relatif subur. Akibat adanya pengaruh Gunung Arjuno,
maka dapat dipastikan jenis batuan yang ada di wilayah Jombang bagian Selatan
adalah batuan beku. Gunung Arjuno yang terletak di Kabupaten Malang pada saat
erupsi mengeluarkan material – material yang terlempar sampai ke wilayah
Jombang bagian Selatan. Jenis batuan beku yang ada di wilayah Jombang bagian
Selatan adalah batuan beku luar / vulkanik. Contoh batuan beku luar yang banyak
dijumpai adalah breksi vulkanik. Di beberapa tempat lainnya di wilayah Jombang
bagian Selatan dapat dijumpai jenis batuan andesit dengan warna abu – abu cerah
dan warna lapuk agak kehitaman. Batuan – batuan ini akan banyak dijumpai di
Kecamatan Wonosalam dan Kecamatan Bareng.

Gambar 5: Batu Andesit (kiri) dan Batu Breksi Vulkanik (kanan)

Jombang bagian tengah dipengaruhi oleh aktivitas Sungai Brantas. Adanya


Sungai Brantas yang melalui wilayah Jombang bagian tengah membuat jenis
batuan yang ada diwilayah ini tergolong ke dalam jenis batuan sedimen. Tenaga
yang mengendapkan tentu saja tenaga air, sehingga jenis batuannya adalah batuan
sedimen aquatis. Wilayah Jombang bagian tengah tersusun oleh endapan aluvial
dan endapan sungai terutama di sekitar Sungai Brantas, berupa material lepas
dominan berukuran lempung sampai kerikil. Potensi lempung yang ada di
Kabupaten Jombang terletak di Kecamatan Perak, Kecamatan Ngoro, Kecamatan
Plandaan, dan Kecamatan Mojowarno.
Gambar 6: Pasir (kiri) dan Lempung (kanan)

Sungai Brantas yang melalui beberapa kecamatan di Kabupaten Jombang.


Di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Brantas kaya akan bahan galian golongan C
yaitu pasir. Pasir di sekitar Sungai Brantas terkenal dengan kualitasnya yang
bagus. Pasir ini berasal dari material erupsi Gunung Kelud. Kualitas pasir Sungai
Brantas yang bagus membuat penduduk sekitar DAS Brantas mulai
memanfaatkan sumberdaya ini sebagai salah satu sumber penghasilan. Penduduk
d Kecamatan Megaluh, Ploso, dan Kudu pada awalnya menambang pasir Sungai
Brantas dengan cara tradisional. Penambangan secara tradisional hanya
memanfaatkan cangkul dan pengki sebagai alat dan aktivitas penambangan hanya
dilakukan siang hari. Seiring berjalannya waktu, muncul beberapa penambang
besar yang mulai menambang pasir dengan menggunakan mesin penyedot pasir
bertenaga diesel. Aktivitas penambangan tidak hanya dilakukan pada siang hari,
malam hari pun aktivitas penambangan pasir masih berlangsung.

Gambar 7: Aktivitas Penambangan Pair di DAS Brantas

Aktivitas penambangan pasir ini tentu saja memberikan dampak yang


buruk bagi lingkungan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Perum Jasa
Tirta, jumlah pasir Sungai Brantas yang ditambang mencapai angka 2 juta m3/
tahun. Angka ini melibihi batas yang diizinkan oleh pihak Jasa Tirta, yaitu hanya
sekitar 450.000 m3/ tahun. Dampak yang paling dirasakan dengan adanya aktivitas
penambangan ini adalah beberapa fasilitas umum seperti jembatan, plengseng,
tanggul, bendungan, dan lainnya menjadi menggantung, ambles, dan retak akibat
erosi pada dasar sungai. Permasalahan lainnya yang ditimbulkan adalah adanya
konflik sosial antara penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Brantas dengan
kelompok penambang pasir. Penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Brantas
mulai merasa terancam dengan hadirnya penambang – penambang pasir.
Pendudukpun mulai mengusir para penambang yang datang dengan cara
melempari penambang dengan batu ketapel sampai menembak penambang yang
datang dengan senapan angin.

Gambar 8: Konflik Sosial antara Masyarakat dan Penambang Liar

Konflik sosial yang terjadi diantara penduduk dan panambang pasir


menjadi sebuah dilema dan permasalahan tersendiri. Di satu sisi, penambang pasir
sadar bahwa kegiatan yang mereka lakukan dapat merusak lingkungan. Di sisi
lain, mereka masih perlu melakukan penambangan pasir untuk mencukupi
kebutuhan hidup mereka sehari – hari. Alternatif pemecahan masalah yang
ditawarkan oleh pemerintah Kabupaten Jombang serta instansi terkait lainnya
adalah dengan membentuk kelompok jogo tanggul. Apakah kalian warga
Kabupaten Jombang sudah pernah mendengar istilah jogo tanggul?
Gambar 9: Aktivitas Kelompok Jogo Tanggul

Jogo tanggul atau penjaga tanggul merupakan kelompok bekas penambang


pasir Sungai Brantas. Satu kelompok terdiri dari satu orang koordinator dan tujuh
orang anggota. Setiap kelompok jogo tanggul memiliki pengawas teknis dari
Perum Jasa Tirta. Tugas – tugas kelompok jogo tanggul antara lain (1) melakukan
pembabatan rumput dan semak – semak di tanggul dan bantaran, (2) melakukan
penebangan pohon dan atau tumbuhan liar di tanggul dan bantaran, (3) melakukan
perbaikan di tanggul dan bantaran jika mengalami kerusakan ringan, dan (4)
melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang melanggar ketentuan yang
berlaku untuk pemeliharaan tanggul dan bantaran. Selain membentuk kelompok
jogo tanggul, aparat aparat pemerintah setempat juga rajin melaksanakan patroli
keliling untuk memastikan tidak ada aktivitas penambangan pasir di sekitar DAS
Brantas. Saat ini daerah bekas aktivitas penambangan pasir telah berubah menjadi
sentra pembuatan batu bata. Lokasi pembuatan batu bata salah satunya berada di
Kecamatan Kudu.

Gambar 10: Patroli Aktivitas Penambangan yang Dilakukan oleh Aparat Setempat
Gambar 11: Batu Bata Produk Masyarakat Kec. Kudu
Glosarium
 DAS : suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan
air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

 Litifikasi: proses berubahnya materi pembentuk batuan yang


lepas – lepas menjadi batuan yang kompak keras.
 Sementasi : proses perekatan material sedimen oleh SiO2, Fe2O3,
atau CacO3
 Siklus : putaran waktu yg di dalamnya terdapat rangkaian
kejadian yg berulang-ulang secara tetap dan teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang.


Buranda, J.P. Tanpa Tahun. Geologi Umum. Malang: Jurusan Geografi FIS UM.
Herlambang, Sudarno. 2012. Bahan Ajar Garis Besar Geomorfologi Indonesia.
Jurusan Geografi FIS UM.
Tjasyono, Bayong. 2012. Geosains. Bandung: Penerbit ITB.
Situs resmi pemerintah Kabupaten Jombang (www.jombangkab.go.id)
Soetoto. 2012. Geologi Dasar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sriyono. 2014. Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

Anda mungkin juga menyukai