Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

LITOSFER
KELOMPOK 1

DISUSUN OLEH:
M.RIZKY ADITYA
BAGAS SUHENDRA
SRI WAHYUNI
NADIA AYU CAHYANI
AMEY CINTASYA
GILANG RAMADHAN

SMAN 1 MUARO JAMBI


TA.23/24
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan semua
rahmat-Nya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Geografi. Selain itu, penulisan makalah ini juga
bertujuan ntuk menambah wawasan serta pengetahuan yang saat ini sedang dipelajari.

Materi dalam makalah ini cukup menarik. Akan tetapi, penulis sadar bahwa pasti
masih ada kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat,
baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bumi tersusun atas beberapa lapisan yaitu: Barisfer (lapisan inti bumi
yang merupakan bahan padat yang tersusun dari lapisan nikel dan besi),
lapisan antara (lapisan yang terdapat di atas barisfer dengan tebal 1700
km), dan lapisan Litosfer (lapisan paling luar yang terletak di atas lapisan
antara dengan ketebalan 1200 km).1
Secara harfiah Litosfer artinya “Lapian Batu” (The Stone Sphere).Ahli-
ahli geofisika menggunakan istilah litosfer dalam pengertian yang terbatas
yaitu kulit luar bumi yang tipis, disebut dengan kerak (Crust).2 Pada
lapisan inilah makhluk hidup di planet bumi tinggal. Litosfer ini terletak
paling atas atau paling luar dari bagian bumi, sehingga sering disebut
dengan kerak bumi dan terdiri atas batuan dengan ketebalan 1200 km.
Yang dimaksud batuan disini bukanlah benda yang keras saja yang dilihat
dalam kehidupan sehari-hari berupa batu, akan tetapi juga dalam bentuk
tanah liat, abu gunung api, pasir, kerikil, dan sebagainya.
Litosfer merupakan lapisan bumi yang merupakan tempat tinggal
makhluk hidup, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Semua aktifitas
manusia dilakukan di lapisan ini. Lapisan litosfer memiliki beragam
bentuk, ada yang berupa pegunungan, dataran tinggi, maupun dataran
rendah. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor alam yaitu tenaga endogen
dan tenaga eksogen. Tenaga endogen dan eksogen ialah tenaga yang
membentuk dan mengubah permukaan bumi ini. Jika tenaga endogen
ialah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang memiliki sifat
membentuk, maka tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar
bumi yang sifatnya merusak. Oleh sebab itu, kita perlu mengkaji lebih
dalam mengenai litosfer, mulai dari lapisan bumi, geomagnetisme, proses
dalam litosfer, lantai samudera, tektonik lempeng, serta klasifikasi batuan
guna menambah wawasan kita mengenai litosfer yang merupakan bagian
dari planet Bumi yang dihuni oleh manusia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat kami rumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah lapisan bumi?
2. Bagaimanakah geomagnetisme?
3. Bagaimanakah proses dalam litosfer?
4. Bagaimanakah lantai samudera?
5. Bagaimanakah tektonik lempeng?
6. Apa sajakah klasifikasi batuan?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan lapisan bumi.
2. Mendeskripsikan geomagnetisme.
3. Mendeskripsikan proses dalam litosfer.
4. Mendeskripsikan lantai samudera.
5. Mendeskripsikan tektonik lempeng.
6. Memaparkan klasifikasi batuan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lapisan Bumi
Secara garis besar, lapisan bumi terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
kerak bumi (crush), selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti
itu mirip dengan telur, yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai
selimut, dan kuningnya sebagai inti bumi.3

1. Lapisan kerak bumi


Lapisan bumi yang paling luar adalah kerak bumi dan menjadi
tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Lapisan kerak atau kulit
bumi, yaitu lapisan yang tersusun dari batuan beku dan juga terdapat
batuan metamorf dan sedimen. Ketebalan rata-rata lapisan kerak bumi
adalah 32 km. Lapisan yang paling tebal berada di bawah benua, yaitu
mencapai 65 km. Sedangkan lapisan paling tipis berada di bawah
samudera yang ketebalannya hanya 8 km. Kerak Bumi dan sebagian
mantel Bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total
kurang lebih 80 km. Suhu dibagian bawah kerak bumi mencapai
1.100°C.
Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak Bumi adalah: Oksigen
(O) (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe)
(5,0%), Kalsium(Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium(K) (2,6%),
Magnesium (Mg) (2,1%).
2. Selimut Bumi (Mantle)
Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di
bawah lapisan kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini
berfungsi untuk melindungi bagian dalam bumi.Selimut bumi tebalnya
mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan yang padat yang
mengandung silikat dan magnesium. Suhu di bagian bawah selimut
mencapai 3.000°C, tetapi tekanannya belum mempengaruhi kepadatan
batuan.
Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya
magnesium. Inti dan mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity.
Mantel bumi terbagi menjadi dua yaitu mantel atas yang bersifat
plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman sampai 400 km. Mantel
bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai 2900 km.
Selimut bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer, dan
mesosfer.
a. Litosfer
Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan
tersusun atas materi-materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer
tebalnya mencapai 100 km. Bersama-sama dengan kerak bumi,
kedua lapisan ini disebut lempeng litosfer. Litosfer tersusun atas
dua lapisan utama , yaitu lapisan sial dan lapisan sima. Lapisan sial
adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silium dan
alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan
Al2O3.. Batuan yang terdapat dalam lapisan sial antara lain batuan
sedimen, granit, andesit, dan metamorf. Sedangkan lapisan sima
adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silium dan
magnesium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan
MgO. Berat jenis lapisan sima lebih besar jika dibandingkan
dengan berat jenis lapisan sial. Hal itu karena lapisan sima
mengandung besi dan magnesium.4

b. Astenosfer
Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan
litosfer. Lapisan yang tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai
tempat formasi magma (magma induk). Astenosfer ini terdiri dari
materi dalam keadaan cair atau semi-cair. Astenosfer suhu
normalnya adalah antara 1.400°C sampai 3.000°C yang sangat
tinggi suhu dalam segala hal menyebabkan lapisan, termasuk batu
mencair. Hal ini terutama terdiri dari silikat besi dan magnesium.
Suhu astenosfer bervariasi dengan inti. Pada daerah tertentu di
permukaan bumi di mana suhu inti lebih tinggi, masalah astenosfer
dapat ditemukan dalam keadaan cair.
c. Mesosfer
Mesosfer memiliki bentuk yang padat dengan ketebalan
berkisar antara 2.400 hingga 2.750 km dan terletak di bawah
astenosfer. Materi penyusun dari lapisan ini kemungkinan berupa
periodit.5
3. Inti Bumi (Core)

Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2.900-6.371 km.


Terbagi menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar
berupa zat cair yang memiliki kedalaman 2.900-5.100 km, dan inti

dalam berupa zat padat yang berkedalaman 5.100-6.371 km. Inti luar
dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman Discontinuity.
Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama
dengan berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dannikel. Atas
dasar ini para ahli percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi
dan nikel.

B. Geomagnetisme
Kapan ditemukannya sifat magnet, tidak diketahui secara pasti.
Kabarnya di negeri China, magnet telah dikenal pada 2.600 sebelum
Masehi dan Bangsa Yunani pada 600 sebelum Masehi telah mengetahui
bahwa ada batu magnet yang menarik besi, namun tidak menyadari bahwa
bumi sendiri berperan sebagai benda magnet. Pemakaian jarum kompas
yang pertama kali untuk navigasi dilakukan oleh bangsa Arab dan Persi
pada akhir abad ke-11. Sifat jarum kompas pertama kali dijelaskan oleh
fisikawan William Gilbert (1540-1603) kepada Ratu Elizabeth dalam buku
yang berjudul “De Magnete” yang dipublikasikan pada tahun 1.600.
Gilbert mengatakan bahwa bumi adalah sebuah magnet raksasa dengan
sebuah kutub magnet utara dan sebuah kutub magnet selatan.

Gilbert percaya bahwa ada magnet permanen di dalam model bumi


seperti ditunjukkan dalam model bola magnet. Penjelasan kemagnetan
bumi (Geomagnetisme) yang diterima sekarang adalah bahwa ada arus
listrik di dalam inti bumi (karena keadaan cair dan mudah bergerak), yang
menghasilkan medan magnet seperti dalam elektromagnet. Teori dinamo
ini telah dikembangkan 60 tahun yang lalu. Medan magnet bumi adalah
besaran vektor partikel bermuatan yang bergerak dalam medan magnet,
jarum kompas, dan juga magnet permanen yang lain akan mendapat gaya
magnet yang sebanding dengan besarnya medan magnet.

Sebuah magnet, apakah sebuah mineral magnetik, batang besi yang


terinduksi magnet, atau sebuah elektromagnet yang mempunyai dua kutub
yaitu kutub utara dan kutub selatan. Pasangan kutub-kutub magnet ini
disebut sebuah dwikutub (Dipole) magnet. Kutub utara yang terletak dekat
dengan kutub utara magnet akan ditolak, sedangkan kutub selatan yang
terletak dekat dengan kutub utara magnet akan ditarik kearah kutub
magnet. Jadi, ujung jarum kompas yang menunjuk kearah kutub utara
magnet bumi adalah kutub selatan. Untuk menghindari kebingungan, maka
ujung jarum kompas dinyatakan sebagai kutub kompas yang mencari utara
dan ujung lain sebagai kutub yang mencari selatan (South-Seeking Pole).

Gaya tarik atau tolak antara dua kutub magnet berbanding terbalik
dengan jarak kuadrat antara kedua kutub magnet. Setiap magnet akan
dikelilingi oleh medan magnet. Intensitas medan magnet pada setiap titik
diukur oleh gaya yang akan bekerja pada satu satuan kutub magnet yang
ditempatkan di titik tersebut. Intensitas atau kekuatan medan magnet
dinyatakan dalam Gauss (untuk menghormati K. F. Gauss, seorang ahli
geofisika dan matematika pada abad ke-19), intensitas medan magnet
bumi adalah kurang dari satu Gauss.
Medan magnet yang mengelilingi sebuah magnet dapat dinyatakan
dengan garis-garis gaya magnet. Garis-garis gaya yang mengelilingi
sebuah batang magnet dapat ditunjukkan oleh taburan serbuk besi (Iron
Filings) pada lembaran gelas atau kertas dekat magnet. Dengan proses
induksi maka potongan besi menjadi termagnetisasi oleh medan magnet.
Karena itu, setiap serpih besi bertindak seperti sebuah jarum kompas, dan
mengarahkan dirinya sejajar dengan garis-garis gaya magnet. Gaya magnet
atau intensitas medan magnet pada setiap titik diarahkan sejajar dengan
garis gaya.

Pada tahun 1820, Oesterd menunjukkan bahwa medan magnet


diproduksi oleh arus listrik yang mangalir melalui sebuah kawat lurus
maka medan magnet membentuk cincin mengelilingi kawat. Jika arus
mengalir melalui ikalan sirkular (Koil) kawat, maka garis-garis gaya
magnetik yang melingkari kawat tegak lurus koil pada pusat ikalan (Loop).
Medan magnet bumi dapat diukur dengan membandingkannya pada
medan yang dihasilkan oleh sebuah elektromagnet yang terdiri dari
beberapa koil kawat yang diketahui aliran arusnya, hal ini merupakan jenis
magnetometer.
Kekuatan medan magnet bumi dapat juga ditentukan dengan
mengukur osilasi sebuah jarum kompas yang ditempatkan pada medan
magnet bumi. Kutub magnet utara terletak dekat lintang 78°U, bujur
100°B di Kepulauan Kanada, sedangkan kutub magnet selatan berada di
dekat lintang 68°S, bujur 146°T pada ujung Antartika. Sebuah jarum
kompas cenderung menyesuaikan diri sejajar dengn garis-garis gaya
magnet. Karena kutub-kutub magnet tidak bertepatan dengan kutub-kutub
geografis maka garis-garis gaya magnet tidak teratur, biasanya sejajar
dengan garis-garis bujur (Meridians) geografis. Jadi, jarum kompas pada
umunya tidak mengorientasikan sejajar dengan garis-garis bujur, kecuali
untuk lokasi tertentu. Sudut antara jarum kompas (garis gaya) dan
meridian geografis disebut deklinasi magnet (variasi).
Deklinasi timur artinya bahwa jarum kompas menunjuk ke sebelah
timur dari utara geografis (utara yang benar), dan deklinasi barat artinya
bahwa jarum jam kompas menunjuk kesebelah barat dari utara geografis.
Jika kompas magnetik akan dipakai untuk menentukan arah utara, maka
harus dikoreksi dengan deklinasi. Misalnya deklinasi magnet di New York
adalah 10°B. Jadi, utara sebenarnya di New York terletak 10° ke sebelah
timur dari utara magnetik (ke kanan, atau searah jarum jam). Di sekitar
kutub-kutub magnet, kompas magnetik hampir tidak terpakai karena
tingginya variasi deklinasi di sekitar kutub magnet.
Sudut antara arah vertikal jarum kompas dengan horizontal disebut
inklinasi. Pada kutub-kutub magnet, inklinasinya 90° yaitu jarum kompas
menunjuk secara vertikal. Jika garis-garis gaya magnet adalah horizontal,
maka inklinasinya nol. Lingkaran dengan inklinasi nol mengelilingi bumi
disebut ekuator magnetik.
Karena adanya material magnetik dalam kerak bumi seperti magnetita,
oksida besi, maka medan magnet menunjukkan ketidakteraturan atau
anomali. Anomali ini bermanfaat dalam penyelidikan geografis endapan
mineral dalam bumi. Medan magnet bumi berubah secara konstan. Ada
tiga jenis variasi medan magnet:
1) Perubahan lambat, periode panjang disebut variasi sekuler (Secular
Variations).
2) Osilasi reguler (teratur), periode pendek.
3) Fluktuasi ireguler (tak teratur), transien.

Variasi sekuler, termasuk penyimpangan kutub-kutub yang


kemungkinan disebabkan oleh gerakan di dalam inti bumi. Sekarang ada
bukti bahwa medan magnet bumi telah berubah dengan waktu. Bukti
tersebut diperoleh dari adaya kemagnetan fosil (paleomagnetisme),
kemagnetan peninggalan ditemukan beku dalam batuan. Arah dan
intensitas magnetisasi ini sangat berbeda dari medan magnet bumi.
Paleomagnetisme adalah fenomena yang masih membingungkan, tetapi
hal ini muncul untuk menunjukkan bahwa kerak bumi telah bergerak
relatif terhadap inti bumi dalam masa geologis yang lalu.

Osilasi reguler, periode pendek yaitu amplitudo kecil dibandingkan


dengan medan utama yang diamati pada rekaman magnetogram pada
stasiun observasi geomagnetik. Osilasi ini disebabkan terutama oleh arus
listrik dalam daerah atmosfer atas yang disebut ionosfer, yaitu lapisan
partikel-partikel bermuatan (terionisasi) yang memantulkan gelombang-
gelombang radio kembali ke permukaan bumi. Ionisasi dihasilkan oleh
radiasi ultraviolet (UV). Gerakan pertikel bermuatan ini menyatakan
sebuah konduktor listrik yang bergerak melalui medan magnet, dengan
demikian merangsang arus listrik dan medan magnet yang sesuai. Karena
itu, ionosfer memberikan kontribusi kecil terhadap kemagnetan bumi.
Osilasi periodik dalam kontribusi kecil ini disebabkan oleh pasang surut
(tides) atmosfer (akibat matahari) yang menghasilkan fluktuasi periodik di
dalam ionosfer dan dalam medan magnet. Variasi reguler ini juga
disebabkan oleh fakta bahwa jumlah cahaya ultraviolet yang diterima
ionosfer dari matahari bervariasi dengan musim dan aktivitas noda
matahri.

Rekaman magnetik juga menunjukkan adanya gangguan tak teratur


(Irregular disturbances) yang muncul secara tiba-tiba dan lenyap secara
perlahan-lahan. Fenomena ini dikenal sebagai gangguan magnetik dan
badai magnetik. Kadang-kadang gangguan ringan dan hanya efek
lokalisasi yang diamati. Pada waktu-waktu yang lain gangguan itu dahsyat
dan seluruh bumi terpengaruh. Intensitas badai magnetik ini meningkat
dari lintang-lintang rendah ke tinggi. Hampir pasti bahwa gangguan dan
badai magnetik ini disebabkan oleh peristiwa-peristiwa pada matahari.
Terkaan ini didukung oleh fakta bahwa ada hubungan erat antara jumlah
noda matahari rata-rata tahunan (sebagai indikator aktivitas matahari) dan
aktivitas magnetik rata-rata tahunan. Tampaknya bukan noda-noda
matahari itu sendiri yang mengakibatkan aktivitas magnetik, melainkan
beberapa manifestasi (penjelmaan) aktivitas matahari yang lain yang
dikaitkan dengan noda-noda matahri. Fenomena matahari yang mana
secara langsung bertanggungjawab terhadap gangguan magnetik, sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti.6
C. Proses dalam Litosfer
Litosfer adalah lapisan bumi yang terdiri dari seluruh bagian kerak
bumi dan bagian luar mantel dengan ketebalan 50 sampai 100 km. Lapisan
setebal 100 km pada mantel bumi di bawah litosfer dan astenosfer disebut
daerah plastis yang seolah-olah litosfer "mengapung" di atas astenosfer.
Daerah plastis terdapat pada kedalaman antara 60 sampai 250 km di bawah
permukaan bumi.
Lapisan astenosfer “hanyut” perlahan-lahan akibat beban yang
menekannya sepanjang zaman oleh blok-blok benua atau gaya mendatar
oleh gerakan benua. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya liatan,
pengangkatan dan penurunan permukaan bumi.

Gambar diatas menunjukkan terjadinya beda gerakan antara litosfer


dan astenosfer sehingga terjadi pegunungan dan cekungan. Litosfer
merupakan lapisan yang retak-retak ada yang saling merenggang atau
saling menekan. Pada daerah yang merenggang terjadi pemisahan antara
dua lapisan Iitosfer, dan daerah yang saling menekan terjadi penunjaman
dimana lapisan litosfer yang satu akan masuk ke bawah lapisan litosfer
yang menekannya. Peristiwa-peristiwa ini dikenal sebagai teori tektonik
lempeng.
Kerak bumi terdiri dari lapisan batuan Sima (Si dan Mg) yang berupa
batuan basalt terutama di samudera, sedangkan di benua batuan basalt
agak menipis karena diatasnya terdapat batuan granit yang bersifat Sial (Si
dan Al). Batuan basalt mempunyai densitas kurang lebih 12,85 gram/cm3,
sedangkan granit 2,65 gram/cm3.
Kerak bumi merupakan bagian dari litosfer dan terdiri dari kerak benua
(continental crust) dan kerak samudera (oceanic crust). Kerak benua
mempunyai ketebalan sekitar 35 km, densitas rata-rata 2,8 gram/cm3 dan
massanya 17,39 x 1021 kg. Kerak samudera mempunyai ketebalan sekitar
5 km, densitas rata-rata 2,9 gram dan massanya 7,71 x 1021 kg. Kerak
samudera sebagian besar terdiri dari jenis basalt sehingga bersifat basaltic.
Terlihat bahwa kerak bumi yang bersifat padat seolah-olah mengapung di
atas lapisan astenosfer yang bersifat cairan Dekat. Batas kerak bumi
dengan bagian atas mantel (astenosfer) disebut diskontinuitas
"Mohorovisic" atau disebut bidang MOHO.7

D. Lantai Samudera
Lantai samudera terdiri dari dua bagian utama yaitu: tepi (margin)
kontinental dan kolam (basin) samudera. Tepi kontinental terdiri dari
beting (shelf) kontinental, lereng (slope) kontinental dan tanjakan (rise)
kontinental. Sedangkan kolam samudera terdiri dari dataran abisal (abyssal
plain), punggung (ridge) oseanik, palung laut dalam (deep sea trenches),
dan kepulauan vulkanik (volcanic island).8
1. Tepi (margin) kontinental
a. Beting (shelf) kontinental
Daerah ini terletak dari garis pantai sampai kedalaman rata-rata
130 m dengan kemiringan 0°7` atau 2 m/km. Di daerah ini
intensitas kehidupan tinggi karena beting kontinental banyak
menerima radiasi matahari. Pada zaman es, beting kontinental
merupakan daratan sehingga garis pantai bergeser pada patahan
beting (shelf break).
b. Lereng (slope) kontinental
Daerah ini meluas dari patahan beting sampai pada kedalam
rata-rata 2 km. Daerahnya curam dengan kemiringan rata-rata
40°17` atau 1:2 sampai 1:40, dan mencakup luas 13% dari luas
permukaan bumi.
c. Tanjakan (rise) kontinental
Daerah ini adalah daerah transisi antara benua dan samudera,
mempunyai kemiringan 1:50 sampai 1:800 dengan rata-rata 1:150.
Tanjakan kontinental merupakan tempat pengumpulan sedimen
yang berasal dari benua. Batas antara tanjakan kontinental dengan
tanjakan abisal sulit dikenal, tetapi dapat diambil patokan bahwa
kemiringan dataran abisal <1/1.000 sedangkan tanjakan kontinental
>1/1.000.
2. Kolam samudera
a. Dataran abisal (abyssal plain)
Daerah ini terletak dari kedalaman rata-rata 4.500 m sampai
perbatasan dengan punggung oseanik, mempunyai kemiringan
<1/1.000 dan mencakup 52% dari luas permukaan bumi.
b. Punggung oseanik (ridge)
Daerah ini mempunyai aktivitas seismik tinggi dan tempat
keluarnya bahan cairan panas dari mantel. Punggung oseanik
merupakan daerah rangkaian pegunungan di dasar laut yang
memanjang di seluruh lautan. Daerah ini mencakup 23,1% dari
luas permukaan bumi.
c. Palung laut dalam (deep sea trenches)
Palung merupakan bagian dari lantai samudera yang paling
dalam dengan kedalaman lebih dari 6 km. Palung yang terdalam
adalah mariana palung di Filiphina dengan kedalamn 11,02 km.
Palung terletak pada sisi sebelah laut dari kepulauan vulkanik. Di
daerah palung terjadi anomali gravutasi yang sangat besar jika
dibandingkan dengan permukaan bumi lainnya. Palung merupakan
daerah aktivitas gempa yang sangat tinggi.
d. Kepulauan vulkanik (volcanic island)
Kepulauan vulkanik menempati lantai kolam samudera dan
dapat mencapai bagian atas permukaan laut. Contoh kepulauan
vulkanik adalah kepulauan Indonesia, kepulauan Jepang, dan lain-
lain. Kepulauan vulkanik merupakan daerah gempa yang sangat
aktif.
e. Sedimen laut
Sedimen adalah endapan lepas dari runtuhan pada permukaan
bumi. Sedimen laut berasal dari berbagai sumber, yaitu udara (atau
benda-benda angkasa), air, dan tanah. Sedimen laut didistribusikan
pada perairan dangkal dan perairan dalam.
Sedimen laut dapat digolongkan menurut pementukannya yaitu:
1) Lithogenous, berasal dari darat sebagai hasil dari proses
pelapukan (weathering).
2) Biogenous, batuan endapan yang berasal dari makhluk hidup
yang dapat digolongkan menjadi dua jenis: kalsium karbonat
dan silika.
3) Hydrogenius, sedimen yang terbentuk pada dasar laut akibat
proses-prses kimia, misalnya batu kawi (manganese modules).

E. Tektonik Lempeng
1. Pengertian
Ilmuan atau para ahli berpendapat bahwa dulu sebelum lempeng
bumi terpecah menjadi beberapa bagian, kira kira 225 miliar tahun
yang lalu, diperkirakan lempeng bumi itu masih utuh, tetapi setelah
135 milar tahun selanjutnya, pergerakan lempeng yang terdapat celah
atau patahan mulai terlihat menjadi pecahan pecahan yang besar. Pada
65 miliar tahun selanjutnya lempeng bumi mulai terpecah sebagian
menjadi pecahan kecil hingga sekarang telah diketahui yaitu ada tujuh
pecahan besar dan yang sebaiannya adalah pecahan kecil. Dalam hal
ini mereka merasa yakin karena dengan di temukannya fosil batuan
yang jenis dan umurnya sama dari pecahan satu dan pecahan lainya
serta pada hal ini dapat dilihat dengan penyebaran hewan-hewannya.9
Lempeng tektonik mendeskripsikan tentang lapisan luar bumi yaitu
litosfer yang seperti cangkang keras atau batuan yang kuat. Lalu
cangkang yang keras ini pecah menjadi tujuh bagian dan sebagian
lainnya berupa pecahan kecil yang disebut lempeng tektonik atau
lempeng lithospheric.
Teori tektonik lempeng membagi bagian luar bumi menjadi dua
lapisan yaitu lapisan litosfer dan astenosfer. Lapisan Litosfer adalah
lapisan paling luar yang bersifat kaku dan dingin. Lapisan kedua yaitu
lapisan astenosfer. Lapisan astenosfer ini bersifat panas dan dapat
mengalami perubahan bentuk perlahan-lahan. Perbedaan antara litosfer
dan astenosfer didasarkan pada perbedaan temperaturnya.
Menurut teori lempeng tektonik, litosfer terpecah-pecah menjadi
sejumlah potongan lempeng yang dapat hanyut di atas astenosfer.
Terdapat tujuh lempeng tektonik utama yaitu lempeng Eurasia,
Australia, Pasifik, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika
dan beberapa lempeng kecil lainnya seperti Filipna, Cocos, Nazca,
Arab dan Iran. Lempeng berada dalam keadaan yang bergerak
kontinyu. Kegiatan gempa, vulkanik dan barisan gunung berada di
sekitar tepi lempeng dan berkaitan dengan gerakan berbeda antara
lempeng-lempeng yang berdekatan.

Ada tiga jenis tepi lempeng yaitu tepi konstruktif, destruktif, dan
konservatif. Tepi konstruktif sesuai dengan lokasi punggung tengah
lautan dimana punggung tengah lautan merupakan suatu jalur dua
lempeng bergerak saling menjauhi. Tapi kedua lempeng tersebut tidak
terpisah karena dibelakang masing-masing lempeng terbentuk kerak
baru secara kontinyu. Aktivitas seismik pada tepi lempeng macam ini
rendah sehingga gempanya bersifat dangkal. Ini disebabkan litosfernya
sangat tipis dan lemah sehingga tidak dapat terbentuk gaya tegangan
yang cukup untuk menyebabkan gempa besar. Pada tepi lempeng
konstruktif terdapat aktivitas vulkanik bawah laut sepanjang
punggung. Lava yang dimuntahkan terutama adalah basal.
Jenis tepi lempeng kedua yaitu tepi konstruktif atau pemusnahan.
Pada tepi ini dua lempeng bertumbukan. Satu lempeng menunjam di
bawah tepi lempeng yang lain dengan sudut sekitar 45°. Lempeng ini
biasanya menunjam di bawah tepi lempeng benua karena lempeng
benua lebih tebal dan mengalami daya angkat yang besar. Secara
geografis lokasinya sesuai dengan lokasi palung lautan. Palung lautan
terbentuk karena penunjaman lempeng lautan di bawah tepi lempeng
benua dan masuk ke dalam mantel bumi. Penunjaman ini dinamakan
pula subduksi. Tepi lempeng ketiga yaitu tepi konservatif, yaitu tepi
dimana lempeng tidak mengalami penambahan maupun pengurangan
luas permukaan. Kedua lempeng hanya bergesekan. Gesekan antara
keduanya begitu besar sehingga dapat menimbulkan gempa besar.
Contohnya yaitu patahan San Andreas. Patahan ini berada diantara
lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara. Tegangan yang sangat
besar, secara periodik dilepaskan sebagai gempa besar. Aktivitas ini
tidak terjadi pada setiap patahan. Misal pada gempa San Fransisco,
hanya terjadi di sepanjang ujung utara patahan San Andreas dengan
perpindahan rata-rata 6,5 cm per tahun.10
2. Batas Lempeng

Akibat pergerakan dinamis antar lempeng tektonik menyebabkan


munculnya batas-batas antar lempeng. Batas-batas antar lempeng
tektonik tersebut didefinisikan dalam tiga macam, yaitu:
a. Gerak Divergen, yaitu pergerakan dua buah lempeng tektonik atau
lebih yang bergerak saling menjauh satu sama lainnya yang
mengakibatkan material mantel naik ke atas atau terjadi pergerakan
mantel membentuk lantai samudra. Pergerakan mantel ini terjadi
karena adanya pendinginan dari atas dan pemanasan dari bawah
sehingga mantel akan bergerak ke atas.
b. Gerak Konvergen, yaitu pergerakan lempeng tektonik yang
bergerak saling mendekat. Pergerakan ini dapat menyebabkan
salah satu lempeng menyusup di bawah lempeng yang lainnya,
membentuk zona subduksi, atau menyebabkan lempeng-lempeng
saling bertumbukan ke atas, membentuk zona tumbukan. Pada
zona subduksi, pada kedalaman sekitar 150-200 kilometer, karena
gesekan dan tekanan yang tinggi akan terjadi diferensiasi magma
yang dapat naik ke permukaan bumi menjadi gunung api.
Zona konvergen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1) Zona Tumbukan
Pada zona ini kedua lempeng bergerak saling mendekati
sehingga pada batas-batas kedua lempeng cenderung melipat ke
atas dan membentuk pegunungan lipatan.
2) Zona Subduksi
Pada zona ini subduksi ke dua lempeng yang bertumbukan
(lempeng benua dan lempeng samudera). Lempeng yang lebih
berat (lempeng samudera) akan menunjam di bawah lempeng
yang lebih ringan (lempeng benua). Hasil aktifitas tektonik
semacam ini berupa rangkaian gunung api.
c. Gerak Transform, yaitu pergerakan lempeng yang bergerak lateral
satu sama lainnya atau bergerak saling bergesekan tanpa
membentuk atau merusak lithosfer.11
F. Klasifikasi Batuan
Secara umum, komposisi batuan pada litosfer didasarkan jenis
batuannya didominasi oleh batuan sedimen yang menutupi hampir 60%
permukaan bumi, sedangkan 34% berupa: batuan ekstursi 8%, batuan
intrusi 9%, dan batuan metamorf 17%.12
Batuan merupakan semua bahan pembentuk kerak bumi dan
merupakan kumpulan (agregat) mineral-mineral yang terbentuk secara
alami dan mempunyai sifat fisik dan kimiawi tertentu. Berikut ini adalah
pengklasifikasian batuan:13
1. Batuan Beku
Merupakan batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan magma,
suatu masa larutan silikat cair liat, pijar dan mudah bergerak (mobile).
Pengelompokkan batuan beku berdasarkan proses terjadinya:14
a) Batuan beku Vulkanik/ekstrusi
Batuan beku yang proses pendinginan magma berada di
permukaan atau didekat permukaan bumi, sehingga proses
pembekuannya terjadi dengan relatif cepat dengan melepaskan
kandungan gasnya. Oleh karena itu sering memperlihatkan struktur
aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler), yang menyebabkan
terbentuknya mineral penyusun berukuran halus atau masif (< 1
mm). Contoh: Basalt, Andesit, Dasit, Obsidian, Riolit, Trakit,
dll.

(batu basalt)
b) Batuan beku Plutonik/intrusif
Batuan beku yang proses pendinginan magma berada pada
kedalaman yang besar dan proses pembekuannya terjadi secara
perlahan sehingga memberi kesempatan untuk pengintian dan
pembentukan kristal secara sempurna yang dicirikan dengan
mineral penyusun batuan berukuran besar (> 1 mm). Contoh:
Gabro, Diorit, Granit, Granodiorit, Dunit, Peridotit, dll.

(batu granit)

2. Batuan Sedimen
Merupakan batuan yang terbentuk sebagai hasil pembatuan
(lithifikasi) dari endapan bahan-bahan rombakan atau hasil kegiatan
organisme atau hasil reaksi kimia tertentu.
Pengelompokkan Batuan Sedimen:
a) Batuan sedimen klastik, adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
pengendapan kembali rombakan atau pecahan batuan asal, baik
yang berasal dari batuan beku, batuan metamorfik/ubahan maupun
batuan sedimen sendiri yang lebih tua. Contoh: Batu pasir, Batu
lempung, Breksi, Konglomerat, dll.

(batu konglomerat)
b) Batuan sedimen non klastik, adalah batuan sedimen yang terbentuk
dari hasil reaksi kimia atau dari hasil kegiatan organisme. Reaksi
kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi
organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari
agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement). Contoh:
Rijang, Halite, Batu gamping Terumbu, Gypsum, Dolomit, dll.

(batu dolomit)
3. Batuan Metamorf
Merupakan batuan yang berasal dari batuan asal (beku, sedimen
ataupun metamorf sendiri) yang telah mengalami perubahan
mineralogi, tekstur maupun struktur yang terjadi pada fase pedat
sebagai tanggapan atas perbedaan suhu dan tekanan yang tidak sama
dengan kondisi sebelumnya. Metamorfisme adalah proses perubahan
struktur dan mineralogi batuan yang berlangsung pada fase padatan,
sebagai tanggapan atas kondisi suhu dan tekanan dari kondisi batuan
tersebut sebelumnya.
Tipe metamorfisme berdasarkan penyebarannya:
a) Metamorfisme Lokal, meliputi:
1) Metamorfisme Kontak: terjadi disekitar tubuh batuan beku
sebagai akibat pemancaran panas selama pendinginannya.
Contoh: Marmer, Kuarsit.
2) Metamorfisme Dislokasi/Dinamik/Kataklastik: terjadi pada
daerah yang mengalami dislokasi seperti disekitar sesar.
Pergerakan antar blok batuan akibat sesar memungkinkan
menghasilkan breksi sesar, dan batuan metamorfik dinamik.
Contoh: proto milonit,milonit, dan ultra milonit.
3) Metamorfisme Benturan: hujan meteor menghasilkan
metamorfisme pada batuan yang dibenturnya.
b) Metamorfisme Regional, meliputi:
1) Metamorfisme Dinamothermal: terjadi pada kulit bumi bagian
dalam, faktor yang berpengaruh adalah temperatur dan tekanan
yang sangat tinggi.
Contoh: slate, sekis mika, philit, serpentinit.
2) Metamorfisme Beban: metamorfisme ini tidak ada kaitannya
dengan orogenesa atau intrusi magma, terjadi pada daerah
geosinklin (cekungan sedimentasi yang terus menerus), batuan
metamorf terjadi jika batuan terbebani oleh sedimen yang tebal
diatasnya sehingga lapisan sedimen bagian bawah akan
mengalami metamorfisme.
3) Metamorfisme Lantai Samudra: metamorfisme yang
melibatkan perputaran fluida panas sehingga akan
menyebabkan terjadinya perubahan mineralogi batuan
sekitarnya yaitu penambahan unsur dalam batuan ubahan yang
dibawa oleh larutan panas tersebut yang dikenal
metasomatisme.
4. Batuan Piroklastik
Merupakan batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang
dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan
gunung berapi. Material penyusun tersebut terendapkan dan
terbatukan/terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi oleh air dan
es. Contoh: breksi piroklastik, Aglomerat, batu lapilli, tuff, dll.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara garis besar, lapisan bumi terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
kerak bumi (crush), selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti
itu mirip dengan telur, yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai
selimut, dan kuningnya sebagai inti bumi. Lapisan bumi yang paling luar
adalah kerak bumi dan menjadi tempat tinggal bagi seluruh makhluk
hidup. Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di
bawah lapisan kerak bumi, lapisan ini berfungsi untuk melindungi bagian
dalam bumi. Inti Bumi (Core) terbagi menjadi dua macam yaitu inti luar
dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang memiliki kedalaman 2.900-
5.100 km, dan inti dalam berupa zat padat yang berkedalaman 5.100-6.371
km.
Bumi adalah sebuah magnet raksasa dengan sebuah kutub magnet
utara dan sebuah kutub magnet selatan. Pasangan kutub-kutub magnet ini
disebut sebuah dwikutub (Dipole) magnet. Kutub utara yang terletak dekat
dengan kutub utara magnet akan ditolak, sedangkan kutub selatan yang
terletak dekat dengan kutub utara magnet akan ditarik kearah kutub
magnet. Gaya tarik atau tolak antara dua kutub magnet berbanding terbalik
dengan jarak kuadrat antara kedua kutub magnet. Setiap magnet akan
dikelilingi oleh medan magnet. Intensitas medan magnet pada setiap titik
diukur oleh gaya yang akan bekerja pada satu satuan kutub magnet yang
ditempatkan di titik tersebut. Intensitas atau kekuatan medan magnet
dinyatakan dalam Gauss (untuk menghormati K. F. Gauss, seorang ahli
geofisika dan matematika pada abad ke-19), intensitas medan magnet
bumi adalah kurang dari satu Gauss. Medan magnet yang mengelilingi
sebuah magnet dapat dinyatakan dengan garis-garis gaya magnet.
Lapisan astenosfer “hanyut” perlahan-lahan akibat beban yang
menekannya sepanjang zaman oleh blok-blok benua atau gaya mendatar
oleh gerakan benua. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya liatan,
pengangkatan dan penurunan permukaan bumi. Terjadinya beda gerakan
antara litosfer dan astenosfer sehingga terjadi pegunungan dan cekungan.
Litosfer merupakan lapisan yang retak-retak ada yang saling merenggang
atau saling menekan. Pada daerah yang merenggang terjadi pemisahan
antara dua lapisan Iitosfer, dan daerah yang saling menekan terjadi
penunjaman dimana lapisan litosfer yang satu akan masuk ke bawah
lapisan litosfer yang menekannya. Peristiwa-peristiwa ini dikenal sebagai
teori tektonik lempeng.
Lantai samudera terdiri dari dua bagian utama yaitu: tepi (margin)
kontinental dan kolam (basin) samudera. Tepi kontinental terdiri dari
beting (shelf) kontinental, lereng (slope) kontinental dan tanjakan (rise)
kontinental. Sedangkan kolam samudera terdiri dari dataran abisal (abyssal
plain), punggung (ridge) oseanik, palung laut dalam (deep sea trenches),
dan kepulauan vulkanik (volcanic island).
Lempeng tektonik mendeskripsikan tentang lapisan luar bumi yaitu
litosfer yang seperti cangkang keras atau batuan yang kuat. Lalu cangkang
yang keras ini pecah menjadi tujuh bagian dan sebagian lainnya berupa
pecahan kecil yang disebut lempeng tektonik atau lempeng lithospheric.
Teori tektonik lempeng membagi bagian luar bumi menjadi dua lapisan
yaitu lapisan litosfer dan astenosfer. Menurut teori lempeng tektonik,
litosfer terpecah-pecah menjadi sejumlah potongan lempeng yang dapat
hanyut di atas astenosfer. Lempeng berada dalam keadaan yang bergerak
kontinyu. Kegiatan gempa, vulkanik dan barisan gunung berada di sekitar
tepi lempeng dan berkaitan dengan gerakan berbeda antara lempeng-
lempeng yang berdekatan. Ada tiga jenis tepi lempeng yaitu tepi
konstruktif, destruktif, dan konservatif. Akibat pergerakan dinamis antar
lempeng tektonik menyebabkan munculnya batas-batas antar lempeng.
Batas-batas antar lempeng tektonik tersebut didefinisikan dalam tiga
macam, yaitu: Gerak Divergen, Gerak Konvergen, dan Gerak Transform.
Secara umum, komposisi batuan pada litosfer didasarkan jenis
batuannya didominasi oleh batuan sedimen yang menutupi hampir 60%
permukaan bumi, sedangkan 34% berupa: batuan ekstursi 8%, batuan
intrusi 9%, dan batuan metamorf 17%. Batuan merupakan semua bahan
pembentuk kerak bumi dan merupakan kumpulan (agregat) mineral-
mineral yang terbentuk secara alami dan mempunyai sifat fisik dan
kimiawi tertentu.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, mempelajari bumi dan antariksa
banyak memberikan manfaat bagi kita, misalnya kita dapat mengetahui
batuan apa saja yang menyusun bumi, posisi kutub utara dan selatan bumi,
dan sebagainya. Oleh sebab itu, kami menyarankan kepada setiap guru
untuk mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman melalui media
pembelajaran yang menarik agar setiap siswa tertarik dan semangat untuk
mempelajari tentang Bumi dan Antariksa.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai