Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam sejarah, Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan

muncul di permukaan Bumi dimulai pada miliar tahun pertama. Bumi merupakan

satu-satunya planet yang dihuni oleh makhluk hidup terutama manusia. Ada beberapa

alasan yang menyebabkan Bumi memungkinkan untuk menjadi planet kehidupan

secara terus menerus, antara lain, karena sifat fisik dari Bumi, sejarah geologinya,

serta orbit Bumi. Karena itulah Bumi bisa menjadi planet kehidupan dan bisa

digunakan oleh makhluk hidup untuk terus bertahan. Bumi disebut juga planet biru

karena tampak berwarna biru jika dilihat dari luar angkasa. Di Bumi juga berlangsung

proses-proses geologis secara aktif, yaitu terjadinya daur (siklus) geologi yang

menyebabkan permukaan Bumi terus mengalami perubahan dan peremajaan

(rejufenation) sepanjang waktu. Itu semua cukup menjadi alasan bahwa sejak dulu

manusia beranggapan bahwa bumi menduduki tempat yang sangat istimewa di alam

semesta.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa saja susunan lapisan Bumi ?

2. Apa saja macam-macam batuan dan mineral di Bumi?

3. Bagaimana proses pembentukan dan klasifikasi batuan dan mineral di Bumi ?

4. Apa saja jenis cebakan dan endapan batuan yang ada di Bumi ?

5. Bagaimana penentuan umur Bumi ?

1
1.3.Tujuan

1. Mengetahui struktur lapisan bumi

2. Mengetahui jenis dan proses terbentuknya batuan dan mineral

3. Mengetahui jenis cebakan dan endapan batuan

4. Mengetahui sejarah Bumi dari umur Bumi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Susunan Interior Bumi

Susunan interior bumi dapat diketahui berdasarkan dari sifat-sifat fisika bumi

(geofisika). Sebagaimana kita ketahui bahwa bumi mempunyai sifat-sifat fisik seperti

misalnya gaya tarik (gravitasi), kemagnetan, kelistrikan, merambatkan gelombang

(seismik), dan sifat fisika lainnya. Melalui sifat fisika bumi inilah para akhli geofisika

mempelajari susunan bumi, yaitu misalnya dengan metoda pengukuran gravitasi bumi

(gaya tarik bumi), sifat kemagnetan bumi, sifat penghantarkan arus listrik, dan sifat

menghantarkan gelombang seismik. Metoda seismik adalah salah satu metoda dalam

ilmu geofisika yang mengukur sifat rambat gelombang seismik yang menjalar di

dalam bumi. Pada dasarnya gelombang seismik dapat diurai menjadi gelombang

Primer (P) atau gelombang Longitudinal dan gelombang Sekunder (S) atau

gelombang Transversal. Sifat rambat kedua jenis gelombang ini sangat dipengaruhi

oleh sifat dari material yang dilaluinya. Gelombang P dapat menjalar pada material

berfasa padat maupun cair, sedangkan gelombang S tidak dapat menjalar pada materi

yang berfasa cair. Perpedaan sifat rambat kedua jenis gelombang inilah yang dipakai

untuk mengetahui jenis material dari interior bumi.

Pada gambar 2.1 diperlihatkan rambatan gelombang P dan S didalam interior

bumi yang berasal dari suatu sumber gempa. Sifat/karakter dari rambat gelombang

gempa (seismik) di dalam bumi diperlihatkan oleh gelombang S (warna merah) yang

tidak merambat pada Inti Bumi bagian luar sedangkan gelombang P (warna hijau)

3
merambat baik pada Inti Bagian Luar maupun Inti Bagian Dalam. Berdasarkan sifat

rambat gelombang P dan S tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Inti Bumi

Bagian Luar berfasa cair, sedangkan Int Bumi Bagian Dalam bersifat padat. Pada

gambar B diperlihatkan kecepatan rambat gelombang P dan S kearah interior bumi,

terlihat disini bahwa gelombang S tidak menjalar pada bagian Inti Bumi bagian luar

yang berfasa cair (liquid), sedangkan gelombag P tetap menjalar pada bagian luar Inti

Bumi yang berfasa cair, namun terjadi perubahan kecepatan rambat gelombang P dari

bagian Mantel Bumi ke arah Inti Bumi bagian luar menjadi lambat. Dari gambar B

dapat disimpulkan bahwa antara Kulit Bumi dengan Mantel Luar dibatasi oleh suatu

material yang berfase semi-plastis yang saat ini dikenal sebagai tempat dimana

kerakbumi (lempeng lempeng bumi) bersifat mobil dan setiap lempeng saling

bergerak.

Gambar 2.1

Gambar 2.1 Rambatan gelombang Primer (P) dan Sekunder (S) pada interior bumi.

Gelompang P (garis hijau) merambat pada semua bagian dari lapisan material bumi sedangkan

gelombang S (garis merah) hanya merambat pada bagian mantel dari interior bumi.

4
Gambar 2.2

Gambar 2.2 Sifat rambat gelombang P dan S pada interior bumi. Terlihat gelombang P dapat

merambat pada interior bumi baik yang berfasa padat maupun berfasa cair, sedangkan gelombang S

tidak merambat pada Inti Bumi bagian luar yang berfasa cair.

Bagian-bagian utama dari Bumi yang terlihat pada gambar C, yaitu : (1) Inti,

yang terdiri dari dua bagian. Inti bagian dalam yang bersifat padat, dan ditafsirkan

sebagai terdiri terutama dari unsur besi, dengan jari-jari 1216 Km., Inti bagian luar,

berupa lelehan (cair), dengan unsur–unsur metal mempunyai ketebalan 2270 Km;

Kemudian (2) Mantel Bumi setebal 2885 Km; terdiri dari batuan padat, dan

berikutnya (3) Kerak Bumi, yang relatif ringan dan merupakan “kulit luar” dari Bumi,

dengan ketebalan berkisar antara 5 hingga 40 km.

5
Gambar 2.3

2.1.1. Lapisan-Lapisan Bumi

1. Lapisan Kerak Bumi (crush)

Lapisan bumi yang paling luar adalah kerak bumi dan menjadi tempat tinggal

bagi seluruh makhluk hidup. Lapisan kerak atau kulit bumi, yaitu lapisan yang

tersusun dari batuan beku dan juga terdapat batuan metamorf dan sedimen. Ketebalan

rata-rata lapisan kerak bumi adalah 32 km. Lapisan yang paling tebal berada di bawah

benua, yaitu mencapai 65 km. Sedangkan lapisan paling tipis berada di bawah

samudera yang ketebalannya hanya 8 km. Permukaannya dicirikan oleh adanya

pegunungan, dataran yang sangat luas dan datar, serta palung laut. Suhu di bagian

bawah kerak bumi mencapai 1.100 derajat Celsius.

6
Kerak bumi adalah lapisan yang selalu bergerak. Pada zaman dahulu kala,

seluruh daratan di bumi membentuk suatu massa daratan yang sangat luas sehingga

hewan-hewan dapat menjelajah dengan bebas. Namun massa daratan yang sangat luas

itu kemudian terpecah dan pecahan-pecahannya mengapung membentuk lembaran-

lembaran yang disebut lempeng. Menurut ilmu lempeng tektonik, bumi terdiri dari 16

lempeng besar dan beberapa lempeng kecil yang membentuk benua maupun

samudera. Lempeng ini sangat aktif bergerak sedikitnya 10 cm/tahun.. Mereka

membuat tanah bergetar dan gunung berapi meletus serta membentuk barisan

pegunungan raksasa sewaktu bertumbukan.

2. Lapisan Selimut Bumi (mantle)

Lapisan bumi selanjutnya adalah selimut bumi yang terletak tepat dibawah

kerak bumi. Lapisan ini disebut juga dengan selubung bumi dengan ketebalan

mencapai 2.900 km. Bagian atas dari lapisan ini merupakan lapisan batuan padat dan

di bagian bawah merupakan lapisan batuan yang likuid (cair-cair padat). Suhu di

lapisan ini dapat mencapai 3000 derajat Celsius. Lapisan ini berfungsi sebagai

pelindung bagian dalam Bumi. Selimut Bumi ini terbagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu:

 Litosfer: Litosfer adalah lapisan paling luar dari selimut bumi dengan

ketebalan mencapai 50-100 km. Lapisan ini tersusun dari bahan-bahan padat

terutama batuan. Litosfer memiliki 2 lapisan utama, yaitu lapisan sima

(silisium dan magnesium) serta lapisan sial (silisium dan alumin).

7
 Astenosfer: Astenosfer adalah lapisan yang berada di bawah lapisan litosfer.

Lapisan ini memiliki ketebalan antara 100 sampai 400 km. Disinilah diduga

tempat formasi magma terbentuk.

 Mesosfer: Mesosfer adalah lapisan yang memiliki ketebalan 2.400-2.700 km

dan berada di bawah lapisan astenosfer. Lapisan ini sebagian besar terususun

dari campuran besi dan batuan basa.

3. Lapisan Inti Bumi (core)

Lapisan bumi yang terakhir adalah inti bumi (core) yang terletak dibawah

selimut bumi atau tepat ditengah bumi. Lapisan yang memiliki ketebalan 3.500 km

ini menjadi lapisan yang paling dalam dari bumi. Lapisan ini sangat padat dan

menjadi pusat massa dari bumi. Di lapisan ini pula gravitasi dan aktivitas magnetik

bumi dibangkitkan. Kandungan terbesar dalam inti bumi adalah besi dan nikel.

Tekanan dalam inti bumi sangat besar dan suhunya mencapai 6000 derajat Celsius.

Lapisan ini terbagi lagi menjadi 2 bagian utama, yaitu lapisan inti luar (outer

core) dan lapisan inti dalam (inner core). Inti luar memiliki ketebalan sekitar 2.000

km dan memiliki suhu mencapai 3.800 derajat celsius. Lapisan ini sebagian besar

tersusun atas besi cair. Sedangkan, lapisan inti dalam adalah lapisan yang menjadi

pusat bumi. Bentuknya seperti bola dengan diameter 2.700 km dan memiliki suhu

6000 derajat celsius. Bahan utama penyusun lapisan ini adalah besi dan nikel.

8
2.2. Batuan dan Mineral

Materi penyusun bumi terdiri dari mineral dan batuan, yang jika lapuk akan

menjadi tanah.

2.2.1. Mineral

A. Pengertian Mineral

Mineral merupakan suatu materi penyusun bumi yang berasal dari unsur atau

senyawa anorganik, terbentuk secara alami, mempunyai sifat dan komposisi kimia

tertentu, mempunyai sifat fisik tertentu, mempunyai struktur dalam yang teratur dan

berbentuk Kristal (Bates dan Jackson, 1990 : 424).

Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di

alam, terbentuk secara anorganik, memiliki komposisi kimia pada batas-batas tertentu

dan memiliki atom-atom yang tersusun secara teratur. Mineral-mineral adalah

komponen buatan yang membentuk lapisan kerak bumi.

Berdasarkan definisi tersebut, gas dan cairan seperti air dan minyak tidak

termasuk ke dalam mineral karena tidak berfasa padat. Kristal-kristal yang dibuat di

laboratorium dan pabrik juga tidak disebut sebagai mineral, misalnya amethis

sintettis, rubi sintetis, spinel sintetis, dan intan sintetis. Demikian juga benda-benda

padat dan homogen yang dihasilkan, misalnya oleh kulit tiram atau mutiara tidak

termasuk dalam mineral., ataupun secara kimia dan fisika tidak berbeda dengan

argonit, yaitu terdiri atas unsur karbonat.

Mineral-mineral yang berada dalam keadaan mengkristal pada umumnya

terdapat dalam bentuk bangun yang tidak teratur (amorf). Setiap mineral memilki

9
bentuk Kristal yang hampir (lebih-kurang) konstan (tetap), bergantung pada struktur

internal unsurnya (spatial lattice-nya).

Kebanyakan dari mineral ditemukan dalam keadaan mengkristal dan sebagian

kecil ditemukan dalam keadaan amorphous (tidak berbentuk).

B. Proses Pembentukan Mineral

Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-

logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas

magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan

dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena

suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi

tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail

untuk setiap jenis pembentukan mineral.

Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat

dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang

bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.

1. Proses Magmatis

Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa,

lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan

bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk

mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk

10
sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi

menjadi dua jenis, yaitu :

a. Early magmatis

Endapan Early Magmatic dihasilkan dari proses magmatik langsung,

yang disebut orthomagmatik (proses pengkristalan magma hingga mencapai

90%). Mineral bijih pada endapan ini selalu berasosiasi dengan batuan beku

plutonik ultrabasa dan basa. Cara terbentuknya endapan ini bisa terjadi dengan

3 cara, yaitu :

• Disseminated

• Segregasi

• Injeksi

b. Late magmatis

Jebakan menghasilkan kristal setelah terbentuk batuan silikat sebagai

bentuk sisa magma yang lebih kompleks dan mempunyai corak dengan variasi

yang lebih banyak. Magma dari endpan late magmatic mempunyai sifat

mobilitas tinggi. Jebakan ore mineral late magmatic terjadi setelah

terbentuknya batuan silikat yang menerobos dan bereaksi dan menghasilkan

rangkaian reaksi. Perubahan ini disebut Deuteric alteration yang terjadi pada

akhir kristalisasi dari batuan beku dan cirri-cirinya hampir mirip dengan efek

yang dihasilkan proses pneumatolytic atau larutan hydrothermal. Jebakan late

magmatic terutama berasosiasi dengan batuan beku yang basic dan

11
disebabkan oleh bermacam-macam proses differensiasi, kebanyakan jebakan

mgmatic termasuk dalam golongan ini.

• Residual Liquid Segregation

• Residual Liquid Injection

• Immiscible Liquid Segregation

• Immiscible Liquid injection

2. Proses Pegmatisme

Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan

pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara

600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.

3. Proses Pneumatolisis

Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai

membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.

Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan

samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses

sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang

diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineralpneumatolitis.

4. Proses Hydrotermal

Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur

dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya.

Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan

12
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi

berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas

mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan.

5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)

Adalah proses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang

didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat

penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic

kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan

unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya.

6. Proses Sedimenter

Proses Sedimenter adalah endapan yang terbentuk dari proses pengendapan

dari berbagai macam mineral yang telah mengalami pelapukan dari batuan asalnya,

yang kemudian terakumulasi dan tersedimentasikan pada suatu tempat.

7. Proses Evaporasi

Proses evaporasi mieneral adalah proses pembentukan mineral pada daerah

yang beriklim kering dan panas akibat dari prose penguapan. Yaitu mineral yang

teralut pada air tetap tinggal ketika terjadi penguapan pada air.

8. Konsentrasi Residu Mekanik

Endapan residual yaitu endapan hasil pelapukan dimana proses pelapukan dan

pengendapan terjadi di tempat yang sama, dengan kata lain tanpa mengalami

transportasi (baik dengan media air atau angin) seperti endapan sedimen yang

lainnya. Proses pelapukan (weathering) biasanya terjadi secara fisika dan kimia.

13
9. Proses Oksidasi dan Supergen Enrichment

Tubuh bijih (lode, urat, pipa dll) yg muncul dekat permukaan akan mengalami

pelapukan krn rembesan air & udara. Perembesan tsb menyababkan pelapukan &

pelarutan shg batuan asalnya yg kompak mjd porous dg batuan yg terbentuk disebut

gossan. Mineral primer di daerah ini mengalami oksidasi smpai batas nuka air tanah,

daerah diatas muka air tanah disebut zona oksidasi. Pada zona oksidasi akan

terakumulasi mineral oksida sekunder limonitdgn ciri2 khusus. Proses pengayaan

oksida tsb bisa juga t’bentuk dari mineral sulfida & tjd di zona oksidasi. Lalu tjd

pelarutan garam2 & asam sulfat lewat zona sulfidasi (dibwh muka air tanah)/zona

pengayaan supergen t’bentuk mineral sekunder. Terjadi reaksi2 pada zona oksidasi &

sulfidasi.

10. Proses Metamorfisme

Mineral yang membentuk batuan metamorf adalah mineral asal batuan beku,

batuan sedimen dan batuan metamorf yang berubah karena proses metamorfosis.

Proses metamorfosisme mengubah mineral menjadi kondisi terbentuk mineral baru,

dan/atau membentuk mineral yang sama namun memiliki sifat yang berbeda karena

menyesuaikan kondisi lingkungan yang baru. Sebagai contoh perubahan pada kondisi

pertama yaitu mineral olivine terubah menjadi asbestos, dan mineral homblende

membentuk serpentine. Sedangkan perubahan pada kondisi kedua yaitu mineral

calcite tetap calcite, dan quartz tetap quartz.

14
C. Sifat Fisik Mineral

Mineral terbagi menjadi beberapa jenis. Untuk membedakannya, kita dapat

melihat dari sifat fisik dari mineral tersebut. Berikut sifat-sifat dasar atau sifat fisik

mineral yang harus diperhatikan saat membedakan suatu jenis mineral :

1. Warna

Warna-warna mineral baik dalam bentuk bongkahan ataupun dalam bentuk

serbuk-serbuk bervariasi. Warna mineral dalam bentuk pecahan-pecahan atau

bongkahan tergantung kepada susunan unsur-unsur dasar kimia mineral yang

bersangkutan, susunan ion-ion dan atom-atom dalam buliran-buliran kristalnya,

dan ketidakmurnian kimia dan mekanik yang tidak berarti tetapi dapat

mengubah warna tanpa mengetahui sifat-sifat lain dari mineral tersebut.

Berdasarkan hal ini dapat kita lihat beberapa mineral yang berlainan tetapi

mempunyai warna yang sama (contoh : giypsum dan halite yang sama-sama

berwarna merah jambu), atau satu jenis mineral yang sama mempunyai warna

yang berlainan (contoh :flint ada yang berwarna putih, abu-abu kecoklatan-

coklatan, coklat, dan dalam beberapa warna lainnya).

Warna mineral yang dalam bentuk serbuk atau bulir-buliran tepung yang tidak

teratur selalu berbeda dari warna mineral yang dalam bentuk pecahan atau

bongkahan. Contohnya : pyrite. Pyrite pecahannya berwarna kuning emas,

sedangkan dalam bentuk serbuk atau tepung berwarna hitam kehijuan-hijauan.

Untuk menetapkan warna dari tepung mineral ini, biasanya sejumput tepung

15
mineral ditaruh di atas porselin yang tidak memantulkan bayangan

berpermukaan kasar.

2. Kilap (Lustre)

Berdasarkan kilpannya, semua mineral dibagi atas dua golongan. Golongan

pertama adalah mineral-mineral yang berkilap metalik. Dalam pantulan sinar

atau cahaya permukaan mineral-mineral ini seperti permukaan logam yang

terkena cahaya. Kadang-kadang sulit untuk menetapkan warna dari suatu mineral

yang mempunyai sinar logam yang tidak begitu buram (a deep metallic lustre).

Mineral-mineral seperti ini termasuk golongan kilapan sub-metallic seperti

graphite, yang memantulkan sinar atau kilapan sub-metallic yang menyerupai

kilauan logam yang buram. Logam-logam mulia dan kebanyakan sulfida

termasuk kilapan metalik. Golongan kedua, golongan yang lebih besar, adalah

terdiri dari mineral-mineral yang tidak memantulkan sinar logam.

Gambar 2.4 : Jenis-jenis Kilap pada Mineral

16
3. Patahan (fracture)

Suatu mineral apabila patah akan membentuk patahan-patahan yang bervariasi

bentuknya. Patahan-patahan ini seringkali berbentuk cekung yang tidak begitu

nampak, seperti riak-riak ombak yang tertera secara konsentrasi menyerupai

lekukan-lekukan kulit kerang. Patahan seperti ini disebut conchidal.

Pada mineral yang permukaan patahannya kasar, seakan-akan dilapisi oleh

patahan-patahan kecil yang agak tajam. Patahan seperti ini disebut patahan

splintery dan merupakan tanda-tanda atau ciri khas dari mineral yang mempunyai

struktur seperti serat-serat yang bulat panjang (contoh : Amphibole).

Beberapa mineral, contohnya : kaolinite, patahannya seperti tanah yang mana

permukaan patahan tersebut mirip seperti permukaan-permukaan tanah liat yang

kasar. Dalam hal lain, beberapa mineral, bila patah akan membentuk patahan-

patahan yang permukaannya tidak karuan sama sekali, dan disebut patahan-

patahan tidak beraturan.

Gambar 2.5 : Jenis Patahan

17
4. Sifat tembus cahayanya (transparency)

Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan mineral

tersebut men-transmit cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan itu, variasi jenis

mineral dapat dibedakan atas :

- Non transparent : mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk

helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai

kilauan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap (logam-logam

mulia, belerang, ferricoksida, dan lain-lain).

- Transparent mineral : mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca

biasa (batu-batu Kristal dan Iceland spar).

- Translucent mineral : tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang seperti

kaca biasa frosted (contoh : chalcedony, gypsum, dan kadang-kadang juga

opal).

- Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (transparent) dalam bentuk

pecahan-pecahan (fragment) tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis

(contoh : fledspar, karbonat-karbonat, dan silicon).

18
Gambar 2.6 : Derajat transparansi

5. Kerapuhan (cleavage)

Kerapuhan merupakan bagian dari patahan (fracture) yang terjadi akibat

adanya kecenderungan pada mineral untuk lepas atau berpisah dari patahan pada

bidang-bidang paralel yang disebut bidang-bidang kerapuhan (planes of

cleavage). Sifat ini ada sehubungan dengan struktur dari bulir-bulir Kristal

mineral (maksudnya struktur dari ruang Kristal) di mana bulir-bulir Kristal

tersebut ingin menonjolkan bidang-bidang crystallographic tertentu, sehingga

daya merekat antara atom-ataom yang terpisah menjadi minimum.

19
Gambar 2.7 : Jenis-jenis Belahan

6. Kekerasan

salah satu sifat mineral yang penting dan membantu kita dalam mengenali

jenis mineral adalah kekerasannya yaitu daya tahan mineral dari aksi-aksi

mekanik. Sepuluh mineral telah ditentukan kekerasannya sebagai patokan ukuran

(standar) bagi kekerasan mineral dan disusun dalam suatu skala sesuai dengan

urutan kekerasannya, di mana ukuran kekerasan mineral-mineral lainnya

ditentukan relative dengan ukuran standar.

20
Tabel 2.1 : Skala Bobot Kekerasan

Mineral Kekerasan Mineral Kekerasan


Talc 1 Orthoclase 6
Gypsum 2 Quartz 7
Calcite 3 Topaz 8
Flourite 4 Corundum 9
Apatite 5 Diamond (intan) 10

Semua mineral dapat mengiris (mencakar) mineral lain yang lebih rendah

bobot kekerasannya.

Cara untuk menetapkan bobot kekerasan suatu mineral : kita pilih bagian yang

datar pada permukaannya dan kita goreskan sisi yang tajam dari salah satu

mineral yang tercantum pada skala bobot kekerasan. Bila terjadi goresan pada

bagian yang datar dari mineral yang diselidiki, itu berarti bahwa mineral tersebut

lebih lunak dari mineral penggores tadi. Bila tidak terjadi goresan, itu berarti

mineral tersebut lebih keras dari penggores. Percobaan ini hendaknya terus

dilanjutkan sampai mineral yang diselidiki kekerasannya itu persisi berada pada

interfal dua mineral yang berdekatan bobot kekerasannya pada skala; artinya

sampai bobot kekerasan mineral yang diseliki di antara bobot kekerasan dari dua

mineral yang terdapat pada skala atau sama dengan salah satu dari keduanya.

Apabila mineral yang diselidiki itu bebentuk butiran-butiran yang kecil atau yang

diselidiki kekerasannya adalah butiran mineral, lebih layak dan nyaman jika

digoreskan dengan butiran yang tercantum pada skala.

Bobot kekerasan dari suatu mineral dapat juga ditetapakan dengan bantuan

sejumlah benda-benda yang selalu terdapat disekitar kita; misalnya : pensil,

21
bobot kekerasan mata pensil yang lunak adalah 1; halite atau garam, bobot

kekerasannya 2; kuku jari, bobot kekerasannya 2,5 sampai 3; paku atau kawat,

bobot kekerasannya 4; kaca, bobot kekerasannya 5; bagian yang tajam dari pisau

dan silet yang terbuat dari besi baja putih (steel) atau jarum, bobot kekerasannya

6; atau dengan mineral yang hampir terdapat di mana-mana seperti Quartz atau

silicon, bobot kekerasannya 7.

7. Berat Jenis

Berat jenis suatu benda hanya dapat diukur dengan tepat di laboratorium.

Tetapi dalam mengenali jenis suatu mineral, apakah mineral tersebut tergolong

mineral ringan dengan berat jenis 2,5, atau apakah mineral tersebut tergolong

mineral antara kelas ringan dan berat, dengan berat jenis 7.5 sampai 4, atau

apakah mineral tersebut tergolong mineral berat dengan berat jenis di atas 4.5.

D. Klasifikasi Mineral

Lebih kurang 3.000 jenis mineral telah diketahui pada saat ini, tetapi hanya

sejumlah kecil daripadanya (+50 jenis) terdapat hampir di mana-mana di lapisan

kerak Bumi; sisanya sangat jarang ditemui.

Feldspar merupakan kelompok mineral yang paling banyak terdapat di

lithosphere, mendekati 60%; sedangkan quartz 12.6%; ferruginous magnesia silicates

16.8%; lime feldspar (calcite) 1.5%; dolomite 0.1%; bermacam-macam mineral tanah

liat +1%. Mineral-mineral lainnya mencapai 6% dari keseluruhan massa mineral

22
bumi. Mineral-mineral yang merupakan bagian penting dari suatu batu-batu disebut

rock-forming mineral.

Semua mineral yang telah diketahui, berdasarkan komposisi kimiawi dan bentuk

dan bentuk jaringan kristalnya, terbagi atas beberapa kelas; yang terpenting di

antaranya adalah :

1. Native elements (unsur-unsur murni/mulia).

2. Sulfida

3. Halida

4. Oksida dan hidroksida

5. Karbonat

6. Sulfat

7. Fosfat

8. Silikat

Umumnya mineral terdiriatas satu atau beberapa kation (ion bermuatan positif)

dan satu atau satu grub an-ion (ion bermuatan negatif).Sebagai contoh, mineral

himatit(Fe2O3) memiliki kation Fe (besi) dan anion O (oksigen). Mineral-mineral

yang di kelompokkan berdasarkan pada kandungan anion atau grup anion-nya, di

bagi dalam beberapa grup seperti oksida, sulfide, karbonat and silikat, dan lain-

lain(dalam tabeldi bawah).Silikat adalah grup yang paling dominan karena

kelimpahannya di kerak dan mantel bumi, sehingga pembahasan mengenai klasifikasi

mineral selanjutnya disederhanakan menjadi mineral silikat dan mineral non silikat.

23
Tabel 2.2. pengelompokan mineral berdasarkan anionnya

GROUP Anion Contoh


Oksida O Hematit (besi-oksida – Fe2O3), korundum
(aluminum-oksida A12 O3),
Hidroksida OH- Limonit,bauksit
Sulfida S-2 Galena (timah-sulfida – pbS), pirit (besi-
sulfida – FeS2), kalkopirit (tembaga-besi-
sulfida – CuFeS2)
Karbonat CO3-2 Kalsit (kalsium-karbonat – CaCO3) ,dolomit
(kalsium-magnesium-karbonat –
(Ca,Mg)CO3
Silikat SiO2 – SiO4 Kuarsa (SiO2)*, feldspar (sodium-
aluminum-silikat – NaA1Si3O8),olivin (besi
atau magnesium-silikat – FeSiO4)
Halide Unsur-unsur Fluorit (kalsium-flouride – CaF2), halit
halogen (sodium-chloride – NaCL)
(chlorine,fluorine,
bromine,dll.)
Sulfat SO4-2 Gypsum (kalsium-sulfat – CaSO4.H2O),
barit (barium-sulfat – BaSO4)
Unsur Mulia Emas (Au), intan (C), sulfur (S), tembaga
(Cu)

2.2.2. Batuan

A. Pengertian Batuan

Batuan adalah kumpulan atau agregasi alamiah dari satu atau lebih mineral,

fosil atau material lainnya yang sudah membeku/mengeras. Batuan merupakan salah

satu elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral organik melalui

pelapukan yang selanjutnya menghasilkan.

24
B. Siklus batuan

Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari

magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, batuan

sedimen dan batuan metamorf dan akhirnya berubah menjadi magma kembali.

Gambar 2.7 : Siklus Batuan

 Suhu daerah sekitar magma dingin, sehingga menyebabkan magma

mendingin. Secara lambat laun magma pun membeku, tempat pembekuan bisa

saja terjadi di permukaan bumi dan bisa pula di lapisan litosfer yang tidak

25
begitu dalam, atau di dalam dapur magma bersama-sama dengan proses

pembekuan magma seluruhnya. Karena itu batuan yang berasal dari magma

akan berbeda-beda pula dan batuan yang berasal dari magma disebut batuan

beku.

 Karena pengaruh atmosfer, maka batuan beku di permukaan bumi akan rusak,

hancur, dan kemudian terbawa oleh aliran air, hembusan angina, atau gletser.

Tidak jarang pula pada waktu hujan lebat, batuan yang hancur itu meluncur

pada lereng yang curam karena gravitasi dan akhirnya batuan yang telah

diangkut akan diendapkan di tempat baru. Akibatnya terbentuklah batuan

endapan yang tertimbun di daratan rendah, sungai, danau atau di laut.

 Mungkin saja pada suatu masa, batuan beku dan batuan endapan mencapai

suatu tempat yang berdekatan dengan magma sebagai akibat tenaga endogen.

Karena persinggungan dengan magma itu, maka batuan sedimen dan batuan

beku dapat berubah bentuknya dan lazim dinamakan batuan malihan

(metamorf). Batuan malihan dapat juga dibentuk akibat tekanan yang berlaku

pada batuan sedimen.

 Batuan malihan kemudian mengalami penelanan oleh magma dan berubah

menjadi magma.

bagian dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama

berdasarkan proses dan lingkungan pembentukannya, yaitu :

26
 Batuan Beku (igneous rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan

kristalisasi magma di dalam bumi atau di permukaan bumi.

 Batuan Sedimen (sedimentary rock), terbentuk dari sedimen hasil

rombakan batuan yang telah ada, oleh akumulasi dari material organik,

atau hasil penguapan dari larutan; dan

 Batuan Metamorfik (metamorphic rock), merupakan hasil perubahan

dalam keadaan padat dari batuan yang telah ada menjadi batuan yang

mempunyai komposisi dan tekstur yang berbeda, sebagai akibat

perubahan panas, tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan ketiganya.

Hingga pada kedalaman 16 kilometer kerak bumi tersusun oleh sekitar 95%

batuan beku yang tertutupi oleh lapisan tipis batuan sedimen. Sedangkan batuan

metamorf memiliki sebaran yang sangat terbatas, terutama pada daerah-daerah kontak

batuan beku dan zona tektonik.

Semua jenis batuan dapat diamati di permukaan sebagai singkapan (outcrop).

Proses pembentukannya juga dapat diamati saat ini, seperti kegiatan gunung api yang

menghasilkan beberapa jenis batuan beku, proses pelapukan, erosi, transportasi, dan

pengendapan sedimen yang setelah melalui proses pembatuan (lithification) menjadi

beberapa jenis batuan sedimen.

Kerak bumi bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai

proses yang mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang

kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi

27
jenis yang lain. Hubungan ini merupakan dasar dari siklus batuan yang

menggambarkan proses interaksi dan transformasi dari tiga kelompok batuan.

Batuan yang tesingkap di permukaan akan segera mengalami proses

disintegrasi dan dekomposisi oleh gaya-gaya permukaan yang dikontrol oleh iklim.

Proses ini menghasilkan sedimen yang kemudian terbawa oleh media transport dan

diendapkan pada suatu cekungan. Endapan sedimen semakin lama semakin tebal,

sehingga sedimen yang berada pada bagian bawah kemudian mengalami kompaksi

dan sementasi, akibat pembebanan sedimen di atasnya, membentuk batuan sedimen.

Jika endapan sedimen bertambah maka perlahan temperature (T) dan tekanan (P)

akan terus bertambah pula. Hal ini menyebabkan batuan sedimen yang telah

terbentuk berangsur berubah menjadi batuan metamorf. Proses ini terus berlanjut

hingga T dan P mencapai titik di mana batuan metamorf mulai mengalami peleburan

sebagian (partial melting) menjadi magma. Jika T dan P berkurang karena berbagai

faktor, seperti pergerakan magma mendekati permukaan, magma mulai mengalami

kristalisasi membentuk batuan beku. Pengangkatan (uplift) dan perataan (denudasi)

bisa menyebabkan batuan beku tersingkap di permukaann dan siklus batuan pun

mulai berputar lagi dari awal.

Siklus batuan tidak selamanya berjalan dalam satu siklus penuh, karena siklus

tersebut bisa terpotong di tengah jalan. Misalnya, batuan sedimen tidak berubah

menjadi batuan metamorf, tapi langsung lebur menjadi magma dan membentuk

batuan beku, atau batuan beku termetamorfisme, atau batuan metamorf tersingkap

28
dan mengalami pelapukan, atau batuan sedimen kembali mengalami proses

pelapukan, atau berbagai kemungkinan lain yang bisa terjadi dengan dikontrol oleh

proses internal seperti tektonik dan eksternal yaitu udara dan air.

C. Batuan Beku

a. Pengertian Batuan Beku

Batuan beku berasal dari cairan magma yang membeku akibat mengalami

pendinginan. Magma adalah larutan silikat yang sangat panas (batuan dalam keadaan

cair) dengan suhu mencapai 1.200o C, mengandung oksida, sulfida, dan volatile (gas).

Batuan beku terdiri atas Kristal-kristal mineral dan kadang-kadang

mengandung gelas. Berdasarkan letak kejadiannya, batuan beku terbagi menjadi tiga.

Yaitu sebagai berikut :

1. Batuan beku dalam (plutonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi.

Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan tersebut seluruhnya

terdiri atas Kristal-kristal (struktur holokristalin). Contoh, granit,

granodiorit, dan gabbro.

2. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa

gunung api. Proses pendinginan relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas

Kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar. Hal

tersebut membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini adalah granit

porfiri dan diorit porfiri.

29
3. Batuan beku luar (efusif), terbentuk di permukaan bumi. Proses

pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk Kristal.

Struktur batuan seperti ini dinamakan amorf, contohnya obsidian, riolit dan

batu apung.

Beradasarkan komposisi kimianya, batuan beku dibagi menjadi lima kelompok,

yaitu sebagai berikut :

1. Batuan beku ultra basa, contoh serpentinit, peridotit.

2. Batuan beku basa, contoh, gabbro basalt.

3. Batuan beku menengah (intermedier), contoh andesit, syenit.

4. Batuan beku asam, contoh granit, riolit.

5. Batuan beku alkali, contoh kimberlit, leusitit.

Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan semakin gelap

dibandingkan dengan yang bersifat asam.

b. Proses Pembentukan Batuan Beku

Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa batuan beku ini terbentuk oleh

magma yang ada di dalam perut bumi. Namun kita juga perlu mengetahui proses

terjadinya dari magma hingga menjadi bentuk batuan. Batuan beku ini terbentuk

karena adanya magma yang mengeras atau mengalami pembekuan. Magma ini

berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh batuan yang sudah ada sebelumnya,

baik yang berada di mantel maupun di kerak bumi. Secara umum, proses pelelehan

tersebut terjadi pada salah satu proses dari kenaikan temperatur, penurunan tekanan,

30
ataupun perubahan komposisi. Selanjutnya untuk proses pembentukan batuan beku

ini juga terkadang tergantung pada jenis batuan bekunya masing- masing. Beberapa

jenis batuan beku dan proses pembentukannya antara lain:

1. Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan yang

terjadi di dalam dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga tubuh

batuan terdiri dari kristal- kristal besar. Contoh dari batuan ini adalah batuan

granit, batuan peridotim, dan juga batuan gabro.

2. Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah antar

lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih cepat

sehingga di samping kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil. Contoh

dari batuan jenis ini antara lain batu granit porfir

3. Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini adalah

ketika gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini terjadi tidak

hanya di sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara. Proses

pembekuan ini berlangsungsingkat dan hampir tidak mengandung kristal

(armorf).

c. Tekstur

Tekstur adalah variasi ukuran dan bentuk butiran mineral, serta hubungan

antar butiran. Tekstur adalah refleksi dari :

31
 kecepatan pendinginan – menentukan bentuk dan kesempurnaan

pertumbuhan Kristal,

 komposisi dan temperatur magma – mengontrol densitas dan viskositas

magma,

 kandungan gas dalam magma – kandungan gas yang tinggi menyebabkan

viskositas rendah dan menghasilkan Kristal-kristal yang besar.

d. Struktur batuan beku

 Masif, struktur massif umunya terjadi pada batuan beku dalam. Pada

batuan beku luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat

berstruktur massif .

 Berlapis, struktur berlapis terjadi sebagai akibat pemilahan Kristal

(segregasi) yang berbeda pada saat pembekuan.

 Vesikuler (vesicular), struktur yang menunjukkan adanya rongga (vesicle)

pada batuan, berbentuk lonjong, oval atau bulat. Rongga-rongga ini

adalah bekas gelembung gas yang terperangkap pada saat pendinginan.

Struktur vesikuler terbagi lagi menjadi tiga yaitu :

- Struktur scoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler

berbentuk membulat, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah

lebah.

- Struktur batu apung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler di

mana di dalam lubang terdapat serat-serat kaca.

32
- Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur vesikuler

yang telah terisi oleh mineral-mineral asing atau sekunder. Bila

lubang-lubang ini telah diisi mineral disebut amygdaloidal.

 Struktur aliran (flow structure), struktur aliran adalah struktur di mana

Kristal terbentuk prismatik panjang memperlihatkan penjajaran dan

aliran.

e. Klasifikasi Batuan Beku

Dalam klasifikasi batuan beku dapat didasari oleh tiga faktor antara lain :

genetik, senyawa kimia yang terkandung, dan susunan mineraloginya.

a. Berdasarkan genetika

Penggolongan secara genetik sebenarnya mendasarkan pada

bagaimana asal mulanya terjadi atau sering disebut dengan istilah genesa.

Berdasarkan genetiknya, dibedakan menjadi dua antara lain:

1. Batuan ekstrusi

Batuan ekstrusi terdiri dari semua mineral yang dikeluarkan ke

permukaan bumi baik yang di daratan maupun yang ada di permukaan

laun. Terdapat dua tipe lava, yaitu lava basaltik (mempunyai

kandungan silica yang rendah dan viskositanya relatif rendah). Tipe

kedua lava bersifat asam yang memiliki kandungan silika yang tinggi

dan viskositas tinggi.

2. Batuan intrusi

33
Jika didefinisikan, instruri berarti suatu proses terobosan magma

pada pelapisan bumi, di mana magma tersebut tidak sampai ke

permukaan bumi. Instruri dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :

 Bentuk tabular

Untuk tabular memiliki dua bentuk yang berbeda, yaitu dike

(retas) mempunyai bentuk diskordan (tidak selaras dengan

perlapisan batuan yang ada) dan sill (selaras dengan perlapisan).

 Bentuk silinder atau pipa

Intrusi bentuk ini relatif memiliki tubuh yang sangat kecil,

hanya pluton-pluton diskordan. Sebagian besar merupakan sisa

korok suatu gunung api tua (vulcanis neck) atau teras gunung api.

 Bentuk tidak beraturan

Umumnya berbentuk diskordan dan biasanya mempunyai

bentuk yang jelas di permukaan bumi. Penampang melintang dari

tubuh phiton (inten dalam bentuk tidak beraturan) memperlihatkan

bentuk yang sangat besar dan kedalaman yang tidak diketahui

batasnya.

b. Berdasarkan mineralogi

Klasifikasi batuan beku didasari oleh susunan mineral dikarenakan

analisis kimia pada batuan beku membutuhkan waktu. Dengan

menggunakan klasifikasi berdasarkan mineralogi dan tekstur dapat lebih

mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar kimia saja.

34
Adapun batuan beku yang dibagi menjadi empat golongan besar, antara

lain golongan granit (batuan asam), golongan granodiorit (batuan

menengah), golongan gabbro (batuan basa) dan golongan peridotit (batuan

ultra basa). Pembagian golongan ini secara kuantitatif dan secara peralihan.

Secara pasti harus menggunakan klasifikasi khusus yang sudah baku.

c. Berdasarkan komposisi kimia

Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk

mineral serta mineral-mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi

batuan beku dari komposisi kimia adalah dari senyawa oksida, seperti SiO2,

TiO2, A12O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O, dan

P2O5. Analisis kimia dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penentuan

pembentukan magma, ke dalam magma asal.

Tabel 2.3 Kesamaan senyawa kimia dari batuan ekstrusi dengan batuan Instrusi yang

masih dalam 1 kelompok

Batuan Instrusi Batuan Ekstrusi


Granit Riolit
Syenit Trahkit
Diorit Andesit
Tonali Dasit
Monsonit Latif
Gabbro Basal

Batuan pada klasifikasi yang lain penamaannya berlainan pula

tergantung pada jenis dan dasar filosofi klasifikasi tersebut diciptakan.

Klasifikasi yang dibuat oleh Russel B Travis (1995), dalam klasifikasi ini

35
tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya. Maka

batuan beku dibagi menjadi:

(a) Batuan alam

Tekstur dari batuan ini dapat dilihat tanpa menggunakan alat pembesar

atau dengan mata telanjang.

(b) Batuan gang

Batuan ini bertekstur porpritik dengan dasar faneritik.

(c) Batuan lelehan.

Untuk batuan ini tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata

telanjang dan harus menggunakan alat pembesar seperti mikroskop.

f. Jenis Batuan Beku

1. Batu Apung

Batu apung terbentuk dari

pendinginan magma yang bergelembung-gelembung gas. Ciri-ciri batu apung

adalah warna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, beratnya ringan serta

terapung dalam air.

36
Kegunaan batu apung antara lain dapat digunakan untuk mengamplas

atau menghaluskan kayu, lalu juga digunakan sebagai bahan pengisi (filler)

dan isolator temperatur tinggi di bidang industri.

2. Batu Obsidian

Batu obsidian terbentuk dari lava

permukaan yang mendingin dengan cepat. Ciri-ciri batu obsidian adalah

berwarna hitam, terlihat seperti kaca dan tidak ada kristal-kristal.

Pada masa purbakala, batu obsidian dapat digunakan untuk alat

pemotong atau ujung tombak. Kini kegunaan batu obsidian bisa dijadikan

sebagai bahan kerajinan.

37
3. Batu Granit

Batu granit terbentuk dari

pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di bawah permukaan bumi.

Ciri-ciri batu granit terdiri atas kristal-kristal kasar, berwarna putih sampai

abu-abu, kadang-kadang jingga.

Batuan ini banyak ditemukan di daerah pinggiran pantai dan di

pinggiran sungai besar ataupun di dasar sungai. Kegunaan batu granit dapat

digunakan sebagai bahan bangunan.

4. Batu Basalt

Batu basalt terbentuk dari

pendinginan lava yanng mengandung gas tetapi gasnya telah menguap. Ciri-

38
ciri batu basalt terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, berwarna hijau

keabu-abuan dan berlubang-lubang

Kegunaan batu basalt dapat digunakan sebagai bahan baku dalam

industri poles, bahan bangunan atau sebagai pondasi bangunan seperti

gedung, jalan, jembatan dan sebagainya.

5. Batu Diorit

Batu diorit terbentuk dari hasil

peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu subduction zone,

biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis dan membentuk suatu

gunung di dalam cordilleran.

Ciri-ciri batu diorit adalah berwarna kelabu bercampur putih atau

hitam bercampur putih. Kegunaan batu diorit sebagai batu ornamen dinding

maupun lantai bangunan gedung dan sebagai hiasan bahan bangunan.

39
6. Batu Andesit

Batu andesit terbentuk berasal dari lelehan

lava gunung merapi yang meletus, terbentuk (membeku) ketika temperatur

lava yang meleleh turun antara 900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius.

Ciri-ciri batu andesit adalah memiliki tekstur halus, berwarna abu-abu

hijau tetapi sering merah atau jingga. Kegunaan batu andesit adalah digunakan

sebagai batu nisan kuburan, cobek, arca untuk hiasan serta sebagai batu

pembuat candi.

7. Batu Gabro

Batu gabro terbentuk dari magma

yang membeku di dalam gunung. Ciri-ciri batu gabro adalah berwarna hitam,

40
hijau, dan abu-abu gelap. Struktur batuan ini adalah massive, tidak terdapat

rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan.

Batuan ini memiliki tekstur fanerik karena mineral-mineralnya dapat

dilihat langsung secara kasat mata dan bentuk mineralnya besar-besar.

Kegunaan batu gabro ini antara lain adalah untuk penghasil pelapis dinding

dan sebagai marmer dinding.

8. Batu Liparit

Batu liparit juga menjadi salah

satu dari jenis batu-batuan beku. Batu liparit terbentuk dari berbagai macam

mineral antara lain mineral feldspar, kuarsa, biotit dan mineral-mineral

lainnya yang berwarna gelap. Ciri-ciri batu liparit ini antara lain memiliki

tekstur porfiris dan umumnya berwarna putih. Kegunaan batu liparit dapat

digunakan sebagai campuran bahan bangunan.

41
D. Batuan Sedimen

a. Pengertian

Semua batuan yang terdapat di permukaan bumi (beku, sedimen dan metamorf)

akan mengalami pelapukan selanjutnya tererosi, kemudian tertransport dan di

endapkan.

Material yang diendapkan dari proses ini akan mengalami litifaksi, yaitu

mengeras menjadi batuan yang disebut batuan sedimen. Batuan sedimen juga dapat

terbentuk secara kimiawi, evaporasi, atau secara organik (biologi).

Menurut Pettijohn (Gillen, 1996:89) batuan sedimen adalah batuan yang

terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada

sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis

demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembantuan.

Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil

dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya merupakan 5% dari seluruh batu-batuan

yang terdapat di kerak bumi. Dari jumlah 5% ini, batu lempung adalah 80%, batu

pasir 5% dan batu gamping sekitar 80%. Berdasarkan ada tidaknya proses

transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi dua macam :

1. Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik yaitu batuan sedimen yang pembentukannya

berasal dari hancuran batu lain.

2. Batuan Sedimen Non-klastik

42
Batuan sedimen non-klastik yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami

proses transportasi. Proses pembentukannya adalah kimiawi dan organis.

Sifat-sifat utama batuan sedimen :

a. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan

adanya proses sedimentasi.

b. Sifat klastik/fragmen yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas,

terutama pada golongan detritus.

c. Sifat jejak atau adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil)

d. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya gypsum, klasit,

dolomite dan rijing.

Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya

mengandung 5% yang diketahui di litoferan dengan ketebalan 10 mil di luar

tepian benua, di mana batuan beku dan meta beku mengandung 95%.

Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batu-batuan sedimen

menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari batuan beku

sebesar 25% saja.

b. Proses Pembentukan Batuan Sedimen

a. Suspension

Merupakan gerak dari butiran-butiran material yang sesekali

mengalami kontak dengan dasar sungai atau saluran yang membawanya.

43
Butiran material yang mengendap akan bergerak dengan lompatan-lompatan

yang cukup jauh tapi tetap dalam aliran sungai. Biasanya proses pembentukan

dengan cara suspension terjadi pada butitan-butiran material yang berukuran

kecil.

b. Bed load

Merupakan gerak dari butiran material yang selalu berada di dekat

dasar sungai atau saluran aliran, gerakannya dengan cara bergeser, meluncur

dengan cara berguling-guling, atau bisa juga dengan lompatan yang pendek

karena materialnya berukuran relatif besar seperti pasir, kerikil, bongkahan,

dsb.

c. Wash load

Merupakan gerakan butiran material yang tidak pernah mengalami

kontak dengan dasar sungai atau dasar saluran aliran yang membawa material

tersebut. Butiran-butiran material endapan terbawa oleh aliran sungai tanpa

menyentuh dasarnya hingga sampai ke tempat akhir dan mengendap menjadi

batuan. Pembentukan cara Wash load umumnya terjadi pada butiran material

yang sangat halus.

c. Struktur Batuan Sedimen

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan

sedimen yang di akibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energy

pembebntuknya.

44
Beradasarkan asalanya struktur sedimen yang terbentuk dapat dikelompokkan

menjadi tiga macam, yaitu :

1. Struktur sedimen primer

Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses

sedimentasi dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya

seperti perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut,

perlapisan bersusun, dan lain-lain. (Suhartono, 1996 : 47)

Struktur Primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses

pengendapan dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada

singkapan yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai penentu

kedudukan atau orientasi asal suatu

batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.Struktur yang

terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung termasuk lapisan

mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang

yangmikro (micro-crosslamination), yaitu adanya kesan riak. (Mohamed,

2007).

a. Cross Bedding ( Perlapisan Silang )

Cross bedding merupakan struktur primer yang membentuk sruktur

penyilangan suatu lapisan batuan terhadap lapisan batuan yang lainya, atau

lapisan batuan yang lebih muda memotong lapisan batuan yang lebih tua.

Cross bedding didefinisikan oleh Pettijohn (1972) sebagao struktur yang

45
membatasi suatu unit sedimentasi dari jenis yang lain dan dicirikan dengan

perlapisan dalam atau laminasi disebut juga dengan foreset bedding miring ke

permukaan bidang akumulasi (deposisi).

b. Graded Bedding ( Perlapisan Bersusun )

Graded bedding merupakan struktur perlapisan sedimen yang menunjukan

perbedaan fragmen atau ukuran butir sedimen yang membentuk suatu lapisan

batuan. Perbedaan ini terbentuk karena adanya gaya gravitasi yang

mempengaruhi saat terjadinya pengendapan pada sedimen tersebut. sedimen

yang memiliki ukuran butir lebih besar akan lebih dahulu mengendap

dibandingkan dengan sedimen yang memiliki ukuran lebih kecil sehingga

struktur graded bending akan selalu menunjukan sturktur perlapisan yang

semakin keatas lapisan tersebut ukuran butir yang dijumpai akan semakin

kecil.

c. Parallel Laminasi ( Perlapisan Sejajar )

Struktur primer lapisan sedimen yang sejajar. Seperti gambar di bawah

ini.

46
Gamabar 2.5 : Struktur primer

d. Riple Mark ( Gelembur Gelombang )

Ripple mark merupakan struktur primer perlapisan sedimen yang

menunjukan adanya permukaan seperti ombak atau begelombang yang

disebabkan adanya pengikiran oleh kerja air, dan angin. Pada awalnya lapisan

batuan sedimen tersebut datar dan horizontal karena adanya pengaruh kerja air

dan angin menyebabkan bagian-bagian lemah terbawa air atau angin sehingg

menyisahkan cekungan-cekungan yang membentuk seperti gelombang.

2. Struktur Sedimen Sekunder

Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu

diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya

keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah

kerut, jejak binatang.

3. Struktur Sedimen Organik

47
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau

binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.

e. Tekstur Batuan Sedimen

a. Besar butir (grain size)

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan

yang dipakai adalah “skala Wentworth”

Tabel 2.4 : skala Wentwort h

Nama butir (Indonesia/English) Ukuran butir (mm) Nama Batuan

Bongkah / Boulder <256 Konglomerat jika butir


Brangkal / Cobble 64-256 membundar
Krakal /Pebble 4-64 Breksi jika butir runcing
Krikil / Granule 2-4
Pasir sangat kasar / Very 1-2
coarse sand
Pasir kasar / Coarse sand 1/2-1
Pasir sedang / Medium sand 1/4-1/2 Batu pasir
Pasir halus / fine sand 1/8-1/4
Pasir sangat halus / very fine 1/16-1/8
sand

Lanau / Silt 1/256-1/16 Batulanau


Lempung / Clay <1/256 Batulempung

b. Pemilahan (Sorting)

Pemilahan adalah tingkat keseragaman besar butir. Istilah-istilah yang dipakai

adalah “terpilah baik” (butir-butir sama besar), “terpilah sedang dan “terpilah

buruk”.

48
Gambar 2.6 : Pemilahan besar butir

Very well sorted : terpilah sangat baik

Well sorted : terpilah baik

Moderately sorted : terpilah sedang

Poorly sorted : terpilah buruk

Very poorly sorted : terpilah sangat buruk

c. Kebundaran (roundness)

Kebundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen/butiran.

Istilahistilah yang dipakai adalah (gambar 3.2) :

- membundar baik (well rounded)

- membundar (rounded)

- membundar tanggung (sub rounded)

- menyudut tanggung (sub angular)

- menyudut (angular)

49
Gambar 2.7 : Tingkat kelengkungan fragmen

Very angular : sangat menyudut

Angular : menyudut

Sub angular : menyudut tanggung

Sub rounded : membundar tanggung

Rounded : membundar

Very rounded : sangat membundar

d. Kemas (Fabric)

Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau di

antara semennya. Istilah-istilah yang dipakai adalah “kemas terbuka” digunakan

untuk butiran yang tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup” untuk butiran

yang saling bersentuhan.

50
e. Porositas

Porositas adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume

keseluruhan dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah kualitatif

yang merupakan fungsi daya serap batuan terhadap cairan. Porositas ini dapat

diuji dengan meneteskan cairan. Istilah-istilah yang dipakai adalah Porositas

dangat baik” (very good), “baik” (good) “sedang” (fair) “buruk” (poor).

f. Semen dan Masa Dasar

Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat

pembentukan batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral

lempung. Masa dasar (matrix) adalah masa dimana butiran/fragmen berada

dalam satu kesatuan. Masa dasar terbentuk bersama-sama fragmen pada saat

sedimentasi, dapat berupa bahan semen atau butiran yang lebih halus.

f. Klasifikasi batuan sedimen

Batuan sedimen ini diklasifikasikan menurut beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Menurut genesa/pembentukannya

a. Batuan sedimen klastik/mekanik

Batuan sedimen ini adalah batuan yang terbentuk karena proses mekanik

sehingga tidak merubah susunan kimia batuaan awalnya. Contohnya batuan di

hulu pegunungan terangkut oleh air lewat sungai lalu hanur menjadi butiran lebih

kecil dan mengendap di wilayah hilir dalam bentuk pasir atau kerikil. Contoh

batuan sedimen klastik adalah breksi, konglomerat dan batupasir.

51
b. Batuan sedimen kimia

Batuan sedimen ini terbentuk dari adanya reaksi kimia batuan dengan air. Air

melarutkan butiran-butiran batuan sebelumnya seperti yang terjadi di

daerha karst atau kapur: stalaktit, stalagmit dan pilar.

c. Batuan sedimen organik

Batuan sedimen ini merupakan akumulasi dari bahan organik atau mahluk

hidup baik itu hewan maupun tumbuhan. Contoh: batubara dan batukarang.

2. Menurut Tenaga Pengangkutnya

a. Batuan sedimen akuatik

Batuan ini diangkut oleh media air baik di darat maupun laut, contohnya:

konglomerat, batupasir, batu karang.

b. Batuan sedimen eolian

Batuan ini diangkut oleh angin contohnya: tanah pasir, batu jamur.

c. Batuan sedimen glasial

Batuan ini diendapkan oleh erosi es/gletser, contohnya: Morena.

3. Menurut Lokasi Pengendapan

a. Batuan sedimen teristris

Batuan ini diendapkan di wilayah daratan, contohnya: tuff, batupasir, tanah

loss.

b. Batuan sedimen fluvial

Batuan ini diendapkan di laut atau muara, contohnya: karang dan garam.

c. Batuan sedimen limnis

52
Batuan ini diendapkan di wilayah danau atau rawa, contohnya: tanah gambut.

d. Batuan sedimen glasial

Batuan ini diendapkan di wilayah es/pegunungan es, contohnya: morena.

Beberapa contoh batuan sedimen beserta gambar dan manfaatnya :

1. Batu Konglomerat

Batu konglomerat terbentuk dari

bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Ciri-

ciri batu konglomerat adalah memiliki material kerikil-kerikil bulat, batu-batu dan

pasir yang merekat satu sama lainnya.

Ada banyak manfaat dan kegunaan dari batu konglomerat, yang paling utama adalah

dijadikan sebagai material bahan bangunan.

53
2. Batu Pasir

Batu pasir terbentuk dari bahan-bahan

yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Ciri-ciri batu pasir

misalnya tersusun dari butiran-butiran pasir serta berwarna abu-abu, kuning dan

merah. Manfaat dan kegunaan batu pasir ini adalah digunakan sebagai material di

dalam pembuatan gelas dan kaca atau juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan

kontruksi bangunan.

3. Batu Serpih

Batu serpih terbuat dari bahan yang halus

dan lepas disebabkan karena gaya berat batu padat dan saling terikat satu sama lain.

Batu ini merupakan batu yang memiliki bau khas, seperti tanah liat dan memiliki

54
butiran halus serta memiliki warna beragam. Ada warna abu-abu, hitam, hijau, merah,

dan kuning. Batu ini berguna sebagai bahan bangunan.

4. Stalaktit dan Stalagmit

Endapan-endapan pada gua yang

berwarna-warni, mulai dari coklat, keemasa, krem, kuning, atau putih disebut

dengan stalaktit dan stalagmit. Keduanya terbentuk dari larutan air yang turun ke

gua yang berasal dari tetesan atap gua menuju dasarnya. Air yang menetes tersebut

memiliki kandungan kapur semakin lama membeku dan menumpuk menjadi

batuan kapur. Batuan kapur pada gua berbentuk runcing-runcing dengan warna-

warni yang indah menjadi daya tarik pada gua tersebut. Stalaktit dan stalagmit

berfungsi sebagai pemandangan yang jarang ditemui bagi pengunjung. Karena

keajaiban tersebut hanya bisa dilihat di dalam gua sehingga tidak stalaktit dan

stalagmit tidak bisa ditemukan di luar gua.

55
5. Batu Breksi

Batu breksi terdiri dari batuan yang

terpecah menjadi beberapa bagian dan kemudian menjadi satu. Pecahan tersebut

berasal dari letusan gunung berapi. Batu breksi juga terbentuk dari elemen yang

dilemparkan ke udara dalam jarak tinggi lalu akhirnya mengalami pengendapan di

suatu tempat. Fungsi batu breksi adalah bahan kerajinan dan bangunan.

6. Batu Lempung

Warna dari batu lempung biasanya berwarna

keemasa, coklat, abu-abu, atau merah. Batu lempung terbuat dari proses pelapukan

56
batuan beku yang membentuk material lempung di sekitar batuan induk. Lalu batu

induk akan masuk dalam proses pengendapan dan menjadi batu lempung. Fungsi dari

batu lempung adalah sebagai bahan dari kerajinan.

E. Batuan Metamorf

a. Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan,

temperatur atau keduanya di mana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa

adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam

keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara 200-800 derajat C.

Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan

asalnya, baik tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan tekanan,

temperatur atau keduanya akan mengubah mineral dan hubungan antar

butiran/kristalnya bila batas kestabilannya terlampaui. Selain faktor tekanan dan

temperatur, pembentukan batuan metamorf juga tergantung pada jenis batuan asalnya.

b. Struktur Batuan Metamorf

Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit

poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur batuan metamorf

dapat dibedakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).

1. Struktur Foliasi

Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat

terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty),

57
orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi

dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).

Struktur foliasi yang ditemukan adalah :

a. Slaty Cleavage

Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus

(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang

sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).

Gambar 2.8 :Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur

b. Phylitic

Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi

terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan

mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit).

58
Gambar 2.9 : struktur Phylitic

c. Schistosic

Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih,

prismatic atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir

sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).

Gambar 2.10 : Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur

59
d. Gneissic/Gnissose

Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral

yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral

granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau

prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya

tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

Gambar 2.11 : Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur

2. Struktur Non Foliasi

Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari

butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain :

a. Hornfelsic/granulose

Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan

equigranular dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut

hornfels (batu tanduk).

60
Gambar 2.12 :Sruktur Granulose

b. Kataklastik

Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran

kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur

kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut

cataclasite (kataklasit).

c. Milonitic

Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa

kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus,

menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi

rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite

(milonit).

61
Gambar 2.13 :Struktur Milonitic

d. Phylonitic

Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik

tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah

kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini.

Batuannya disebut phyllonite (filonit).

c. Tekstur Batuan Metamorf

Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan

orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur

batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang

ditambahkan pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997).

1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa

Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan

metamorf dapat dibedakan menjadi:

62
a. Relict/Palimset/Sisa

Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa

tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan

metamorf tersebut.

b. Kristaloblastik

Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses

metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami

rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya

menggunakan akhiran blastik.

2. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir

Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan

menjadi:

 Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata

 Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan

menjadi:

 Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu

sendiri.

63
 Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya

sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.

 Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal

lain disekitarnya.

Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat

dibedakan menjadi:

 Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk

euhedral.

 Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal

berbentuk anhedral.

4. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat

dibedakan menjadi:

1. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.

2. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.

3. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,

equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan

umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

4. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,

equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan

umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

64
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya

diantaranya adlah sebagai berikut:

 Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering

disebut porphyroblasts.

 Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak

melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.

 Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat

padamassadasar material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena

pemecahan (crhusing).

 Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak

menunjukkan keteraturan orientasi.

 Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

 Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut

berstektur homeoblastik.

d. Klasifikasi Batuan Metamorf

Batuan Malihan atau Metamorf dapat dibedakan menjadi 3 jenis dalam proses

pembentukannya yang menyebabkan batuan ini terbentuk menjadi beraneka macam.

Berikut ini adalah tiga jenis batuan metamorf berdasarkan proses terbentuknya :

1. Batuan Metamorf Kontak

65
Batuan Malihan/Metamorf kontak atau thermal adalah batuan

metamorf yang terbentuk karena adanya sebuah peningkatan suhu atau

pemanasan dan perubahan kimia yang terjadi karena intrusi magma.

Contoh : Batu marmer yang terbentuk dari batu gamping atau batu kapur.

2. Batuan Metamorf Dinamo

Batuan Metamorf dinamo adalah suatu batuan yang terbentuk karena

terdapat tekanan yang cukup besar disertai dengan pemanasan serta

tumbukan. Tekanan tersebut bisa berasal dari lapisan bertumpuk yang terdapat

di atas batu dalam jangka waktu yang lama.

Contoh : Batu Sabak yang diketahui berasal dari tanah liat. Kemudian

Batubara yang terbentuk dari sisa-sisa jasad hewan serta tumbuhan di daerah

rawa.

7. Batuan Metamorf Thermal-Pneumatolik

Batuan Metamorf thermal-pneumatolik yaitu suatu batuan yang

terbentuk karena terdapat zat-zat tertentu memasuki batuan yang pada saat itu

sedang mengalami sebuah proses metamorfosis batuan.

Contoh : Batu Topaz, Zamrud dan Permata

66
Beberapa contoh batuan metamorf beserta gambar dan manfaatnya :

Beberapa contoh batuan beku beserta asal dan manfaatnya :


1. Batu Ganes/gneiss

Gneissa (gneiss) Merupakan batuan

yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan tekanan

yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa,

feldspar, mika dan amphibole.

Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit

Warna : Abu-abu

Ukuran butir : Medium – Coarse grained

Struktur : Foliated (Gneissic)

Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika

Derajat metamorfisme : Tinggi

67
Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan

tipis kaya amphibole dan mika

2. Batu Sekis

Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung

lapisan mika, grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi

berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.

Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basalt

Warna : Hitam, hijau, ungu

Ukuran butir : Fine – Medium Coarse

Struktur : Foliated (Schistose)

Komposisi : Mika, grafit, hornblende

Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi

Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet

68
3. Batu Marmer

Marmer Terbentuk ketika batu gamping

mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit.

Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa

foliasi.

Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone

Warna : Bervariasi

Ukuran butir : Medium – Coarse Grained

Struktur : Non foliasi

Komposisi : Kalsit atau Dolomit

Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi

Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat

fosil, bereaksi dengan HCl.

69
4. Kuarsit

Quartzite / kuarsit Adalah salah satu batuan

metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat

tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi

kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur

asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorfosis .

Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)

Warna : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah

Ukuran butir : Medium coarse

Struktur : Non foliasi

Komposisi : Kuarsa

Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi

Ciri khas : Lebih keras dibanding glass

70
2.3. Cebakan dan Endapan Batuan

Cebakan atau endapan bijih adalah padanan istilah Inggris ore atau ore

deposit.Artinya, endapan sekelompok mineral di dalam tanah yang dari dalamnya

dapat diambil satu atau lebih logam yang menguntungkan ,berdasarkan tingkat

teknologi dan keadaan pasar logam pada saat itu.Bila tingkat teknologi dan harga

logam juga tinggi,kadar logam yang rendah pun dapat menghasilkan

keuntungan.Contohnya,cebakan bijih nikel di Indonesia.Endapan mineral di dalam

tanah yang semula tidak disebut cebakan,suatu ketika dapat berubah menjadi cebakan

bila tingkat teknologi bertambah maju dan harga logamnya semakin mahal.

Cebakan mineral adalah konsentrasi satu atau beberapa jenis mineral atau

unsur di satu tempat yang di kontol oleh proses geologi tertentu.Keberadaan cebakan

mineral sebenarnya merupakan penyimpangan,kerena umumnya proses geologi tidak

menghasilkan konsentrasi mineral,tetapi tersebar secara acak dalam keseluruhan

massa batuan penyusun kerak bumi.

Cebakan mineral yang memiliki nilai ekonomis untuk ditambang disebut

cebakan bijih.Jadi,tidak dengan sendirinya sebuah cebakan mineral menjadi sebuah

cebakan bijih.Ada banyak cebakan mineral,tetapi hanya sedikit cebakan bijih.

Batasan suatu cebakan mineral menjadi cebakan bijih dipengaruhi berbagai

faktor.Beberapa cebakan memerlukan volume besar karena nilai satuannya rendah

seperti minyak dan gas bumi,air,batu gamping,pasir,silica,barit,dan bijih

71
besi,sebaliknya ada juga yang memerlukan volume besar karena ringan seperti

batubara.Beberapa cebakan memerlukan kadar mineralisasi yang tinggi karena nilai

mineral bijihnya rendah seperti cebakan tembaga dan molibden,sementara cebakan

lainnya tidak memerlukan kadar mineralisasi yang tinggi karena nilai mineral

bijihnya tinggi seperti cebakan emas dan perak.

Berdasarkan cara pembentukannya,cebakan mineral terdiri atas:

1. Cebakan mineral primer;cebakan primer adalah konsentrasi mineral yang

terbentuk hanya melalui satu kali proses konsentrasi.Cebakan ini umumnya

berasosiasi dengan batuan beku dan batuan metamorf,meskipun ada juga yang

berasosiasi dengan batuan sedimen terutama yang berhubungan dengan

batuan sedimen non klastik (kimiawi dan biologi).

2. Cebakan mineral sekunder;Cebakan sekunder adalah konsentrasi mineral

yang terbentuk melalui proses rekonsentrasi dari mineral-mineral yang telah

terbentuk melalui proses yang lain sebelumnya.Cebakan ini umumnya

berasosiasi dengan batuan sedimen,meskipun ada juga yang berasosiasi

dengan batuan beku melalui proses intrusi yang berulang dan dengan batuan

metamorf melalui proses rekombinasi dan rekristalisasi.

Berdasarkan pada morfologinya tipe tipe cebakan mineral terdiri atas:

1. Tubuh Berbentuk Regular (regularly shaped bodies)

72
 Tubuh bijih Tabular ;Tubuh bijih tabular melebar dalam dua

dimensi,tetapi perkembangannya terbatas pada dimensi ketiga .Termasuk

dalam kelas ini adalah endapan sedimentir seperti seam batubara,vein-

vein,dan lode.

 Tubuh bijih Tubular;Tubuh bijih tubular relative pendek dalam dua

dimensi,tapi memanjang pada dimensi ketiga.Tubuh bijihnya umumnya

berbentuk seperti pipa.Pipa yang kedudukannya (hampir) vertical disebut

chimneys,sedangkan yang (hampir) horizontal disebut mantos.Mineral

pengisi umumnya adalah kuarsa dan pada beberapa mineralisasi

ditemukan bismuth,molybdenum,tungsten,dan timah.

Pipa memiliki beberapa tipe dan cara pembentukan

(Mitcham,1974),tetapi umumnya terbentuk oleh proses partial dissolution

dari batuan induk.Kadang memiliki cabang-cabang (branch) dan

anostomes.Pada beberapa deposit tubular yang terbentuk oleh aliran sub-

horisontal dari fluida pembawa mineral (mineralizing fluid),kadar bijih

mineralisasi yang dihasilkan bersifat tidak menerus yang menghasilkan

tubuh bijih berbentuk pod.

2. Tubuh Berbentuk Irregular (irregulary shaped bodies)

 Tubuh bijih Disseminated;Pada tubuh biji disseminated,mineral bijih

tersebar dalam tubuh batuan induk seperti bentuk penyebaran mineral

asesori dalam batuan beku.Disseminated mineral ekonomik bisa

73
meliputi (i) keseluruhan atau sebagian besar batuan induk atau (ii)

berupa veinlent yang berbentuk network yang sangat rapat

(stockwork)terutama pada batuan beku intrusi yang bersifat asam

hingga intermedit dan pada zona kontak dengan batuan samping

(county rock).Deposit disseminated merupakan penghasil tembaga dan

molybdenum terbesar di dunia disamping juga menghasilkan

timah,emas,merkuri dan uranium.Depositnya hampir seluruhnya

berbentuk silinder dan sisanya berbentuk caplike.

 Tubuh bijih Replasemen; Beberapa cebakan mineral terbentuk oleh

replesemen batuan yang telah ada pada temperatur rendah hingga

menengah (<400 C),misalnya deposit magnetit dalam sedimen yang

kaya akan karbonat (Morteani,1989),tubuh bijih pyrophylite dalam

alterasi piroklastik (Stuckey,1967) dan deposit siderite dalam

batugamping (Pohl et al. 1986).Proses replasemen lainnya terjadi

dalam temperature tinggi,pada daerah kontak dengan intrusi batuan

beku berukuran menengah hingga besar. Deposit yang terbentuk

disebut metamorfik kontak atau pirometasomatik (skarn). Tubuh

bijihnya dicirikan oleh pembentukan mineral calc-silicate seperti

diopside,wollastonite,andradite garnet dan aktinolit. Deposit ini

berbentuk sangat irregular;lidah (tongues) bijih dapat berbentuk di

sepanjang struktur planar-perlapisan,kekar,sesar,dan lain-lain.-dan

74
terdistrubusi pada aureole kontak. Material-material yang paling dari

deposit skarn adalah

besi,tembaga,tungsten,grafit,lead,molobdenit,timah,uranium,garnet,tal

k dan wollastonit.

2.4. Umur Bumi

Penentuan umur bumi dapat dilakukan dengan dua cara :

a. Secara Mutlak atau Absolut

Semenjak ditemukannya unsur unsur radioaktif pada akhir abad yang lalu, yaitu

dari hasil kerja Becquerel (1896) dan Joliot Curie, maka kita telah mendapatkan alat

yang tak ternilai untuk mengukur umur bumi dengan teliti. Adapun alat yang

dimaksud diatas adalah berupa asas keradioaktifan. Asas keradioaktifan adalah

beberapa unsur tertentu pada pemisahan elektronelektron (sinar β), inti helium (sinar

α) dan pemancaran sinar yang bergelombang lewat pendek (bergelombang ultra-

pendek = sinar у) menunjukkan sifat sifat tersebut untuk beralih ke unsur unsur yang

berangka atom lebih rendah dan akhirnya menjadi unsur yang mantap yaitu timbal.

Timbal ini bergantung kepada unsur asalnya yang dapat dibedakan menjadi 3 macam

keluarga yaitu : a. Keluarga Uranium b. Keluarga Aktinium c. Keluarga Thorium.

Waktu yang diperlukan bagi suatu unsur radioaktif tertentu, yang banyaknya tertentu

pula, untuk susut hingga setengahnya, waktu ini dinamakan masa paruh. Masa paruh

dari setiap unsur radioaktif selalu mempunyai angka tetap dan tidak dapat diubah

oleh sesuatu pengaruh dari luar. Dengan demikian didapatkan suatu cara untuk

menyelidiki, bilamana suatu zat radioaktif tertentu menghablur dalam suatu batuan,

75
dengan kata lain kapan hal ini terjadi? Hal ini terjadi karena suatu zat radioaktif

memberikan 2(dua) buah hasil, dan kita dapat membuat perhitungan itu dengan

2(dua) jalan. Misalnya saja kita mengukur banyaknya Pb dan banyaknya zat

radioaktif yang tinggal pada suatu mineral. Pada 106 gram Uranium sama dengan

1/7.600 gram Plumbum dikalikan dengan Uranium dalam setiap tahun. Maka dengan

suatu perhitungan yang sederhana dapat diketahui bahwa umur mineral itu adalah

Plumbum dibagi Uranium dikalikan 7.600 kali 106 tahun. Mineral itu selain dari

Uranium (U) mengandung pula Thorium (Th), Maka kita dapat membuat koreksi.

Bila diketahui bahwa 1 gr Th dalam 21.000 X 106 tahun akan memberikan 1 gram

PbTh jadi menurut perhitungan koreksi adalah 7.600/21.000 = 0,36 atau 21.000 =

7.600/0,36. Unsur mineral yang mengandung Th itu menjadi : Pb Th dibagi Pb

dikalikan Pb Th dibagi Th dikalikan 7.600 per 0,36 kali 106 tahun Pembagian

lithosfera secara mutlak dengan cara Radium Timbal hasilnya adalah seperti pada

tabel berikut dibawah ini : Tabel 2. 4 Pembagian Lithosfer secara Mutlak Usia

Relatif Usia Absolut (ma) Tempat ditemukan Miosen 38 Custer County, Idaho

Kretasius 60 Colorado Perm Bawah 225 Oslo, Norwegia Kambrium Atas 450

Swedia Algonkium 915 s/d 986 Norwegia Archaikum muda 1.460 South Dakota

Archaikum tua 1.850 Rusia Dari tabel diatas kita lihat bahwa pembagian dalam masa

tidak mencukupi, akan tetapi harus dibagi lagi dalam jaman. Sebagai contohnya

adalah pada masa atau era paleozoikum dibagi dalam beberapa jaman atau pereode

diantaranya adalah - Perm nama yang berasal dari Rusia, adalah merupakan tempat

lapisan lapisan yang berumur demikian pada saat ditemukan. - Karbon berarti sat

76
arang dan nama ini dipakai untuk jaman tersebut karena pada saat itu terdapat

pembentukan batu bara secara besar besaran di benua Eropa, Amerika dan ditempat

lain lain benua. - Devon berasal dari Devonshire, Inggris dimana lapisan lapisan

tersebut sangat baik untuk dipelajari. - Silur berasal dari Inggris, nama suku bangsa

Slires pada jaman Romawi. - Ordovisium adalah nama daerah Wales, nama tersebut

dari jaman Romawi juga. - Kambrium berasal dari Cambrian sebuah nama lama dari

daerah Wales dan jaman Romawi.

Mezosoikum dapat dibagi menjadi tiga jaman seperti tersebut dibawah ini :

- Kretasius atau Kapur adalah merupakan nama dari batuan kapur (Chalk) yang

terbentuk pada saat itu banyak sekali.

- Jura nama ini berasal dari pegunungan Jura di Alpina, dimana didaerah

tersebut ditemukan endapan endapan yang berumur Jura.

- Trias artinya tiga, karena pada pereode ini dapat dibagi lagi dalam satuan waktu

yang lebih kecil menjadi tiga bagian yaitu antara lain Bunsandstein,

Muschelkalk, dan Keuper.

Selanjutnya pada awal abad XX Rutheford & Holmes (Inggris) dan Belwood

(Amerika) menyimpulkan bahwa sesungguhnya perhitungan peluruhan unsur unsur

radioaktif dapat digunakan menentukan umur bumi secara lebih tepat dan pasti. Hal

ini umumnya disebut “Radiomatric Dating”. Mencapai puncak ketenarannya pada

awal 1950 setelah ditemukannya sebuah alat yang dinamakan Mass Spectrometer

yaitu suatu alat yang dapat digunakan untuk memisahkan unsur unsur radioaktif.

Peluruhan radioaktif (Radioactive decay) adalah suatu first order reactions dimana

77
jumlah atom yang terurai dalam suatu waktu (t) adalah selaras (proportional) dengan

jumlah atom yang ada.

dN/dt = - ʎ.N. dimana : N = jumlah atom yang tidak berubah pada waktu t ʎ =

decay constant. Dengan Radiomatric Dating maka diketahui bahwa umur bumi kita

itu sekitar 4,5 x 109 th.

b. Secara Nisbi atau Relatif

Perhitungan waktu geologi dapat juga dilakukan dengan mempersamakan serta

membandingkan usia lapisan lapisan yang satu dengan yang lain. Skala waktu yang

demikian disebut skala waktu relatif. Perhitungan perhitungan ini pada awalnya

didasarkan semata mata atas pikiran evolusif. Dimana mana di Bumi ditempat tempat

dimana letak batuan batuan sedimen belum terganggu, dilapisan lapisan atas kita

temukan lapisan lapisan yang termuda. Flora serta fauna yang lebih maju

perkembangannya daripada mahluk mahluk yang terdapat dalam lapisan yang terletak

dibawahnya. Dengan jalan membanding bandingkan susunan lapisan serta mahluk

mahluk yang telah membatu didalam endapan endapan terdalam, maka lambat laun

tersusunlah skala waktu relatif.

Dalam endapan endapan tertua kita temukan sisa sisa jasad yang sangat

sederhana atau primitif bentuknya berangsur angsur serta setingkat demi setingkat

berubah menjadi binatang binatang yang lebih beragam susunan anatominya, yang

terdapat dalam lapisan lapisan yang letaknya lebih diatas. Sebaliknya kita dpat

mengenal sebuah lapisan dengan mempelajari fosil fosil atau sisa sisa binatang atau

78
sisa sisa tumbuhan purba yang terletak didalamnya. Skala waktu relatif ini

memberikankepada kita pembagian waktu tentang sejarah bumi.

1) Masa Arkeozoikum (4,5 - 2,5 milyar tahun lalu)

Arkeozoikum artinya Masa Kehidupan purba Masa Arkeozoikum

(Arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang

kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di

beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua. Batuan tertua

tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan

awal terbentuknya Indrorfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan

primitif di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan ganggang).

Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria

dengan umur kira-kira 3.500. juta tahun

2) Masa Proterozoikum (2,5 milyar - 290 juta tahun lalu)

Proterozoikum artinya masa kehidupan awal Masa Proterozoikum

merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini

kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel

banyak (enkaryotes dan prokaryotes). Menjelang akhir masa ini organisme

lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing

dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai

sebagai fosil sejati pertama. “ Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum

bersama-sama dikenal sebagai masa pra-kambrium”

3) Jaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)

79
Kambrium berasal dari kata "Cambria" nama latin untuk daerah

Wales, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Banyak

hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh

kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan

cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya

luas adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda

dan Artropoda (Trilobit) Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya

pannotia) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian

Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah

Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.

4) Jaman Ordovisium (500 - 440 juta tahun lalu)

Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang

(hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang

belakang yang muncul pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid

(Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.

Koral dan Alaga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan

Brakiopoda mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan

Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar. Meluapnya Samudra dari

Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-

benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya.

5) Jaman Silur (440 - 410 juta tahun lalu)

80
Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat.

Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita

(tumbuhan paku). Sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup

berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan

banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung. Selama zaman

silur, deretan Pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia, Skotlandia

dan Pantai Amerika Utara.

6) Jaman Devon (410-360 juta tahun lalu)

Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis

ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai

pemangsa di dalam lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama

zaman ini. Hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan.

Tumbuhan darat semakin umum dan muncul serangga untuk pertama kalinya.

Samudera menyempit sementara, benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika

Utara dan Tanah Hijau.

7) Jaman Karbon (360 - 290 juta tahun lalu)

Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar

air. Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya. Pohon

pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di

rawa-rawa pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua di muka bumi

menyatu membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami

perubahan lingkungan untuk berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi

81
utara, iklim tropis menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi

dan sekarang tersimpan sebagai batubara.

8) Jaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)

"Perm" adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural,

Rusia. Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga

tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu

berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar,

Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah. Benua Pangea bergabung

bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup

Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan

menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir

mulai terbentuk di bagian utara bumi.

9) Jaman Trias (250-210 juta tahun lalu)

Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit

menjadi umum. Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul

pertama kalinya selama zaman ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan

daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertamapun

mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air,

termasuk penyu dan kurakura. Tumbuhan sikada mirip palem berkembang

dan Konifer menyebar. Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk.

Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di

Pangea.

82
10) Jaman Jura (210-140 juta tahun lalu)

Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia

meningkat jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu

di dalam lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh

dalam ukuran yang luar biasa. Burung sejati pertama (Archeopterya)

berevolusi dan banyak jenis buaya berkembang. Tumbuhan Konifer menjadi

umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini. Pangea

terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan

Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia.

11) Jaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)

Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini.

Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus,

Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah.

Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk

yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika

menuju Asia.

12) Zaman Tersier (65 - 1,7 juta tahun lalu)

Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti

munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai

burung unta, sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata

sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga

83
pada zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan,

seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput. Pada zaman Tersier -

Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti

seiring dengan perubahan cuaca secara global

13) Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu - sekarang)

Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala

Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000

tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung

sampai sekarang. Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es

(jaman glasial). Pada jaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan

Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan

Cherpatia dan Pegunungan Himalaya. Di antara 4 jaman es ini terdapat jaman

Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat. Manusia purba jawa (Homo

erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus) muncul pada Kala

Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai peradaban baru muncul pada

Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat mirip

dengan flora dan fauna yang hidup sekarang.

84
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bumi memiliki tiga struktur lapisan utama yaitu :

4. Kerak Bumi (crust), lapisan terluar bumi

5. Selimut/mantel Bumi (mantle), lapisan yang berada diantara kerak dan inti

Bumi

6. Inti Bumi (core), lapisan terdalam Bumi

di mana lapisan-lapisan tersebut tersusun oleh mineral. Mineral merupakan

suatu materi penyusun bumi yang berasal dari unsur atau senyawa anorganik,

terbentuk secara alami, mempunyai sifat dan komposisi kimia tertentu,

mempunyai sifat fisik tertentu, mempunyai struktur dalam yang teratur dan

berbentuk Kristal (Bates dan Jackson, 1990 : 424).

Pada lapisan-lapisan Bumi, terdapat beberapa batuan yang juga tersusun oleh

mineral. Batuan merupakan kumpulan atau agregasi alamiah dari satu atau lebih

mineral, fosil atau material lainnya yang sudah membeku/mengeras. Batuan

merupakan salah satu elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral

organik melalui pelapukan yang selanjutnya menghasilkan.

Berdasarkan proses pembentukannya, batuan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :

85
1. Batuan Beku, berasal dari cairan magma yang membeku akibat mengalami

pendinginan.

2. Batuan Sedimen, berasal dari material yang diendapkan dari proses ini

akan mengalami litifaksi, yaitu mengeras dan akhirnya menjadi batuan.

3. Batuan Metamorf, Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat

proses perubahan tekanan, temperatur atau keduanya di mana batuan

memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia

(isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan

temperatur berkisar antara 200-800 derajat C.

Adanya batuan dan mineral membuat sebagian orang memanfaatkannya untuk

di jadikan bahan tambang.

Umur bumi terbagi menjadi dua waktu yaitu : waktu mutlak atau absolut dan

waktu nisbi atau relative.

3.2. saran

Jadilah manusia yang bijak dalam menggunakan Sumber Daya Alam. Jangan

berlebihan dan jangan sampai merusak.

86
DAFTAR PUSTAKA

Balfas Dahlan Muhammad. 2015. Geologi Untuk Pertambangan Umum. Yogyakarta.

Treman I Wayan. 2014. Geologi Dasar. Yogyakarta.

Mulyo Agung. 2018. Geologi Dasar. Bandung.

Lebedeva N, Lange M dan Ivanova M. 1991. Geologi Umum. Jakarta.

87

Anda mungkin juga menyukai