Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi merupakan tempat manusia hidup dan melakukan berbagai aktivitas
kehidupan. Bumi memberikan berbagai fasilitas alami untuk menunjang segala
keaktivitas manusia. Namun bagaimanakah bumi kita terbentuk? Pernahkan kita
berpikir seperti itu? Apa sajakah yang menyusun bumi kita? dan bagaimanakah
strukturnya?
Bumi kita tersusun dari bagian-bagian yang disebut litosfer, hidrosfer, dan
astenosfer. Namun, dalam pembahasan akan dibahas mengenai struktur bumi
khususnya tentang litosfer dan tenaga pembentuknya. Makhluk hidup di planet bumi
tinggal pada lapisan bumi yang keras dan kaku yang disebut kulit bumi atau litosfer.
Litosfer ini terletak paling atas atau paling luar dari bagian bumi, sehingga sering
disebut dengan kerak bumi Meskipun kita tidak merasakan gerakan dari kerak bumi,
tetapi kerak bumi memiliki sifat dinamis. Litosfer bukan merupakan suatu lapisan yang
kompak, terutama kerak bumi, tetapi terpecah-pecah menjadi beberapa lempeng.
Lempeng-lempeng ini dapat hanyut di atas astenosfer, yang merupakan lapisan
paling luar dari mantel bumi. Lempeng berada dalam keadaan bergerak kontinu, baik
relatif terhadap yang lain maupun terhadap sumbu rotasi bumi. Aktivitas gempa,
vulkanik, dan barisan gunung berada di sekitar tepi lempeng dan berkaitan dengan
gerakan berbeda antara lempeng-lempeng yang berdekatan (Tjasyono, 2009: 180).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah struktur bumi dan bagian-bagiannya?
2. Apa yang dimaksud litosfer dan klasifikasi batuan litosfer?
3.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mampu mengidentifikasi struktur bumi dan bagian-bagiannya.

1
2. Mampu mendeskripsikan bagian-bagian kulit bumi.
3. Menganalisis proses terbentuknya batuan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan mengenai Struktur Bumi bagi mahasiswa 3/C Jurusan
Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha.
2. Menambah modul pembelajaran mengenai Struktur Bumi.
3. Memberikan tambahan wawasan mengenai Struktur Bumi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Lapisan Bumi


Pengetahuan tentang struktur bumi banyak disumbangkan oleh para geofikawan
yang mempelajarinya dengan menggunakan alat yang dapat dihasilkan oleh gempa
bumi atau oleh ledakan buatan. Dari hasil kajian atas gelombang seismic, para ahli
menyimpulkan bahwa bumi terdiri atas lapisan – lapisan yang disebut sfera. Antar
lapisan satu dengan lapisan kainnya terdapat perbedaan yang tajam dalam hal struktur
dan komposisi. Gambar 1 memperlihatkan struktur bumi dari hasil penelitian
geofisika.

Gambar 1 Lapisan-lapisan dalam bumi

Dari Gambar 1 memperlihatkan bahwa struktur bumi terdiri atas 3 lapisan utama,
yakni kerak bumi yang merupakan lapisan bumi yang terluar yang sering disebut
litosfer, Astenosfer (mantel atau selubung) bumi dan Barisfer (core atau inti) yang
merupakan bagian dalam bumi. Setiap lapisan memiliki ketebalan dan komposisi
kimianya masing-masing.

A. Kerak Bumi (Litosfer atau Crust)


Kerak bumi merupakan lapisan bumi yang paling tipis berwujud padat dengan
ketebalan kira-kira 30 – 60 km, dan dengan massa ±0,4 % dari total massa bumi
(diperkirakan mengandung 81 unsur). Lapisan atas kerak disusun dari batuan basa

3
dan asam dengan berat jenis batuan sekitar 2,7 gr m3, terutama terdiri dari
Silisium dan Aluminium sehingga disebut lapisan Sila. Sedangkan lapisan bawah
banyak mengandung Silisium dan Magnesium sehingga disebut lapisan Sima. Di
daerah daratan kedalaman kerak antara 30 – 40 km, umumnya berupa rangkaian
pegunungan. Pada bagian inilah sering terjadi pergerakan yang diakibatkan
karena melelehnya kerak bumi bagian bawah dan menerobosnya cairan silikat
kental panas melalui celah-celah kerak bumi. Cairan ini dikenal dengan sebutan
magma. Pergerakan magma inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Lapisan kerak bumi merupakan lapisan dimana makhluk hidup tinggal dan banyat
terdapat batuan. Kerak bumi terdiri atas dua bagian, yaitu kerak samudra dan
kerak benua.
 Kerak samudera
Kerak samudera berada di bawah samudra. Kerak samudera memiliki tebal
abtara 5 – 11 km. Kerak ini berumur lebih muda dibandingkan dengan kerak
benua. Tidak ada kerak samudera yang berumur lebih tua dari 200 juta
tahun. Kepadatan kerak samudera mencapai 3.000 kg/m3
 Kerak Benua
Daratan di bumi dapat dibagi menjadi 6 bagian yang disebut dengan benua,
yaitu Eurasia (Eropa dan Asia), Afrika, Amerika Utara, Amerika Sellatan,
Antartika, dan Australia. Kerak benua berada di bawah benua dengan
ketebalan kira-kira 30 – 55 km. Kerak benua berumur lebih tua daripada
kerak samudera, beberapa batuan di kerak benua berumur hingga 3,8 juta
tahun. Kerak benua memiliki kepadata 2.700 kg/m3.
Holmes melakukan pembagian kerak bumi sebagai berikut:
 Bagian atas mempunyai tebal 15 km dengan berat jenis sekitar 2,7 gr./m 3
dengan komposisi magma granit.
 Bagian bawah dengan tebal 20 km, berat jenisnya 3,5 gr/m3 serta
berkomposisi magma peridotit dan eklogit.
 Batas antara kedua kerak ini disebut Conrad Discontinuity, mempunyai
ketebalan 25 km dengan berat jenis 3,5 gr/m3 dan berkomposisi magma
basalt.

4
B. Astenosfer (mantel atau selubung)
Astenosfer yaitu lapisan yang terletak di bawah kerak bumi. Batas antara
keduanya disebut bidang “Moho” (Mohorovicic Discontinuity). Ketebalannya
sekitar 2.900 km berupa material cair kental berpijar dengan suhu sekitar 3.000 oC
dan massanya ±68,2% dari total massa bumi . merupakan campuran dari berbagai
bahan yang bersifat cair, padat dan gas bersuhu tinggi. Selubung bumi dapat
dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu selubung bumi bagian atas, selubung bumi
bagian tengah, dan selubung bumi bagian bawah.
 Selubung bumi bagian atas (upper mantle)
Terletak pada zona 400 km diukur dari dasar kerak bumi. Bagian ini
mempunyai ketebalan sekitar 400 km. Bagian ini disusun oleh suatu material
yang kental, atau batuan yang hampir mencair. Keadaan ini dapat diketahui
dari kecepatan gelombang sekunder dan primer yang rendah.
 Selubung bumi bagian tengah (zona transisi atau peralihan)
Terletak mulai dari kedalaman 400 km sampai sekitar 700 km dari dasar kerak
bumi. Jadi ketebalan bagian ini sekitar 300 km. Zona peralihan ini ditandai
dengan peningkatan kecepatan rambat gelombang-gelombang seismik
(gelombang S dan P).
 Selubung bumi bagian bawah (lower mantle)
Terletak mulai kedalaman sekitar 700 km. Sampai kedalaman 2900 km
(puncak inti bumi). Bagian ini disusun oleh material yang bersifat padat dan
sangat panas dengan temperatur mencapai sekitar 3000oC. Hal ini dapat
diketahui dari dapat merambatnya gelombang S melalui material
penyusunnya. Sedangkan membesarnya kecepatan rambat gelombang seismik
pada selubung bumi semakin ke bawah kemungkinan disebabkan oleh
sebagian membesarnya tekanan pada bagian ini.

C. Barisfer (core atau inti)


Barisfer merupakan bagian bumi paling dalam, yang berada di bawah mantel
bumi. Kedua lapisan ini dibatasi oleh bidang Gutenberg (Gutenberg
discontinuity). Inti bumi tersusun atas nikel atau Niccolum dan besi atau Ferrum

5
sehingga sering disebut lapisan Nife. Lapisan inti dapat pula dibedakan atas dua
bagian yaitu inti luar dan inti dalam.
a) Inti Luar (Outer Core)
Inti Luar adalah inti bumi yang ada di bagian luar. Tebal lapisan ini sekitar
2.200 km, tersusun dari materi besi dan nikel yang bersifat cair, kental dan
panas berpijar bersuhu sekitar 3.900oC.
b) Inti Dalam (Inner Core)
Inti dalam adalah inti bumi yang ada di lapisan dalam dengan ketebalan
sekitar 2.500 km, tersusun atas materi besi dan nikel pada suhu yang
sangat tinggi yakni sekitar 4.800oC, akan tetapi tetap dalam keadaan padat
dengan densitas sekitar 10 gram/cm3. Hal itu disebabkan adanya tekanan
yang sangat tinggi di bagian – bagian bumi lainnya
Dari ketiga lapisan penyusun bumi, hanya kerak bumi yang sudah banyak
diketahui manusia. Bagian atau zona lain dari bumi yang sudah banyak diketahui
adalah hidrosfer dan atmosfer.

2.1.2 Bagian Dalam Bumi


Dari uraian sebelumnya, dapat diketahui bahwa bagiam dalam bumi terdiri dari
inti dan mentel. Dengan mempelajari perubahan kecepatan gelombang seismic
diperoleh informasi tentang lapisan- lapisan tertentu dengan ρ tertentu, selanjutnya
berdasarkan ρ ini diperkirakan unsur-unsur apa saja yang menyusun lapisan tersebut.
Ternyata dimana pun pada kerak bumi tidak ada batuan yang memiliki densitas
lebis besar dari 4 gr/cm3. Dengan bantuan astronomi dan hukum Newton, densitas rata-
rata bumi diperoleh sekitar 5 gr/cm3. Dengan deduksi bahwa di kerak bumi tidak ada
batuan dengan ρ > 4 gr/cm3 diasumsikan bahwa inilah yang memiliki densitas terbesar
yaitu sekitar 10 -11 gr/cm3 yang diperkirakan berasal dari hancuran meteorit-meteroit
yang jatuh ke bumi. Bertambahnya kerapatan / kepadatan karena kedalaman
disebabkan terutama oleh tekanan besar yang disebabkan oleh batuan yang menutupi
atau mungkin juga disesbabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam
komposisi kimia selubungnya.
Dari variasi kepadatan bumi dapat diketahui sebaran tekanannya. Tekanan
bertambah dengan cepat bila kedalaman semakin bertambah. Pada kedalaman 1 km

6
tekanan adalah 275 atm, pada kedalaman 70 km tekanan sebesar 18.900 atm, pada
kedalaman 1.200 km tekanan adalah 403.100 atm. Dalam pusat bumi tekanan
diperkirakan sebesar 4.163.450 atm. Kita dapat membandingkan dengan tekanan udara
1 atm pada permukaan laut.
Suhu pada bagian dalam bumi umumnya tidak dipengaruhi oleh matahari.
Pengaruh panas matahari pada bumi hanya terasa paling dalam sampai 20 m di bawah
permukaan bumi. Ini berarti suhu di daerah dengan kedalaman lebih besar dari itu tidak
terpengaruh lagi oleh iklim ataupun musim panas dan dingin. Walaupun demikian,
makin jauh masuk ke dalam bumi suhu akan semakin panas, umumnya suhu naik 1oC
bila orang turun lebih dalam 33 m. kedalaman 33 m disebut dengan istilah jumlah –
geotermis, yaitu jumlah meter yang diperlukan untuk kenaikan suhu 1oC jika turun
secara vertical ke dalam bumi. Selain itu juga sering digunakan dengan istilah derajat –
geotermis (gradient – geotermis), yaitu jumlah derajat Celsius yang dicapai setiap turun
secara vertical ke dalam bumi 100 m. Tidak setiap daerah mempunyai gradient
geotermis yang sama. Hal ini disebabkan bagaimana keadaan bagian dalam dari lapisan
bumi tadi. Lapisan batuan yang berupa gunung berapi yang masih aktif memperkecil
jumlah geotermis. Dari hasil penelitian para ahi, suhu pada barysfer diperkirakan tidak
lebih dari 3.000 oC. Pada suhu yang tinggi itu hampir segala zat menjadi cair dan gas,
tetapi karena tekanan yang sangat besar dari lapisan atasnya, barysfer tetap sebagai
benda padat. Lebih lanjut diperkirakan bahwa inti luar berperilaku seolah-olah sebagai
benda cair hanya terdapat gelombang seismik.
Terdapat sedikit aliran panas yang secara teratur keluar dari bumi. Pada
umumnya sebagian besar dari panas itu berasal dari materi radioaktiv di batuan yang
terletak dekat permukaan. Di daerah continental (daratan), keradioaktivan kebanyakan
terdapat di batuan granit di kerak bumi. Batuan semacam itu tidak terdapat
dikebanyakan di daerah samudera. Walaupun demikian, hasil-hasil pengukuran
menunjukan bahwa mengalirnya panas dari bumi itu seragam di seluruh permukaan
bumi. Turun naiknya suhu tidak sampai melebihi 20%.

2.2. Litosfer
Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata
Yunani, lithos yang berarti berbatu, dan sphere yang berarti padat atau lapisan. Secara

7
harfiah litosfer adalah lapisan bumi yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit
bumi. Batuan itu lain artinya dengan istilah batu yang kita kenal. Jika batu memiliki
pengertian umum yaitu: kompak dan padat, sedangkan dalam geologi tanah gembur,
pasir, tanah liat ataupun abu yang disebut batuan (Wikipedia online, 2012:1). Litosfer
terdiri dari unsur-unsur seperti oksigen, zat asam, silisium, aluminium dan besi.
Biasanya unsur-unsur logam bersenyawa dengan zat asam misalnya silisiumoksida
atau kwarsa. Silisiumoksida itu biasanya bersenyawa dengan oksida logam lain, dan
persenyawaan itu disebut silikat. Silisiumoksida dengan kalsiumoksida menjadi silikat
kapur. Jadi litosfer itu terdiri dari silikat-silikat. Selain itu tersapat pula persenyawaan
karbonat, sulfat dan klorida misalnya kalkspat, gibs, zat arang. Menurut Klarke dan
Washington, hampir 75% batuan dipermukaan bumi terdiri atas silisiumoksida dan
aluminiumoksida.
Litosfer sebagai lapisan paling atas memiliki relief yang berbeda-beda, ada
yang berupa cekungan seperti lembah dan ada yang berupa tonjolan seperti gunung.
Perbedaan bentuk litosfer ini mempengaruhi kehidupan mahluk hidup terutama
manusia. Penduduk yang hidup di pinggir pantai akan berbeda keadaannya dengan
penduduk yang hidup didataran rendah atau pegunungan. Mata pencaharian, makanan,
bentuk rumah dan pakaianyang mereka kenakan akan berbeda. Misalnya saja dari segi
mata pencaharian, penduduk yang berada di daerah pantai kebanyakan bermata
pencaharian sebagai nelayan, sedangkan penduduk yang berada didaerah pegunungan
kebanyakan bermata pencahaian sebagai petani. Hal ini tentunya disesuaikan dengan
keadaan alam dan lingkungan yang ada di daerah tersebut (Pujani, 2004: 5).
Litosfer Bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel Bumi yang
mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet Bumi. Litosfer ditopang oleh
astenosfer, yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari
mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya terhadap
tegangan. Litosfer tetap padat dalam jangka waktu geologis yang relatif lama dan
berubah secara elastis karena retakan-retakan, sedangkan astenosfer berubah seperti
cairan kental.
Litosfer terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik yang mengakibatkan
terjadinya gerak benua akibat konveksi yang terjadi dalam astenosfer. Kerak bumi dan
sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih

8
80 km. Temperatur kerak meningkat seiring kedalamannya. Pada batas terbawahnya
temperatur kerak menyentuh angka 200-400. Kerak dan bagian mantel yang relatif
padat membentuk lapisan litosfer. Karena konveksi pada mantel bagian atas dan
astenosfer, litosfer dipecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak. Temperatur
meningkat 30 0
C setiap km, namun gradien panas bumi akan semakin rendah pada
lapisan kerak yang lebih dalam. Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak Bumi
adalah: Oksigen (O), (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe)
(5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%), Magnesium
(Mg) (2,1%).
Kerak Bumi purba sangat tipis, dan mungkin mengalami proses daur ulang oleh
lempengan tektonik yang jauh lebih aktif dari saat ini dan dihancurkan beberapa kali
oleh tabrakan asteroid, yang dulu sangat umum terjadi pada masa awal terbentuknya
tata surya. Usia tertua dari kerak samudra saat ini adalah 200 juta, namun kerak benua
memiliki lapisan yang jauh lebih tua. Lapisan kerak benua tertua yang diketahui saat ini
adalah berusia 3,7 hingga 4,28 miliar tahun dan ditemukan di Narryer Gneiss Terrane
di Barat Australia dan di Acasta Gneiss, Kanada. Pembentukan kerak benua
dihubungkan dengan periode orogeny intensif. Periode ini berhubungan dengan
pembentukan super benua seperti Rodinia, Pangaea, dan Gondwana (Wikipedia online,
2012:1).
Kerak bumi terdiri dari batu-batuan sehingga disebut dengan lithosfer. Batuan
memiliki arti lain dari istilah batu yang di kenal. Batu memiliki pengertian umum yaitu
kompak dan padat, sedangkan dalam geologi, tanah gembur, pasir, tanah liat ataupun
abu disebut batuan. Batuan pembentukan kulit bumi selalu mengalami perubahan
wujud melalui siklus (daur), karena magma, batuan beku, batuan sedimen, batuan
malihan, dan kembali lagi menjadi magma dapat di tunjukan sebagai Gambar 2

9
Gambar 2 Daur batuan
Sumber: koleksi penulis, 2007.
Keterangan:
A : Magma
B1 : Batuan beku dalam
B2 : Batuan beku korok
B3 : Batuan beku luar
C1 : Batuan sedimen klastik
C2 : Batuan sedimen organik
C3 : Batuan sedimen termik
D1 : Batuan malihan dinamik
D2 : Batuan malihan termik
D3 : Batuan malihan pneumatolitik
1 : pendinginan
2 : pengangkutan
3 : pelarutan
4 : organisma
5 : penambahan suhu dan tekanan yang lama
6 : penelanan oleh magma
Batuan sekitar magma itu dingin, sehingga mempengaruhi suhu magma. Secara
berangsur-angsur magma mengalami pembekuan. Pembekuan terjadi mungkin di
permukaan bumi atau di bawah permukaan bumi yang tidak begitu dalam, maupun
dalam dapur magma bersama-sama dengan proses pembekuan magma. Karena itu,
batuan yang berasal dari magma akan berbeda-beda.

10
Karena pengaruh atmosfir, batuan beku di permukaan bumi akan mengalami rusak,
hancur, dan terbawa oleh aliran air, angin, gletser, hujan lebat, sehingga batuan hancur
dan diangkut serta diendapkan di tempat barum, sehingga menjadi batuan endapan
tertimbun di dataran rendah, sungai, danau atau di laut.
Batuan beku maupun batuan endapan mungkin akibat tenaga endogen,
mencapai suatu tempat yang berdekatan dengan magma, sehingga persinggungan
dengan magma, maka batuan sedimen maupun batuan beku berubah bentuk menjadi
batuan metamorf.
Akibat tenaga endogen, terutama tenaga tektoni, batuan metamorf mengalami
pengangkatan, sehingga batuan muncul ke permukaan bumi. Selanjutnya, karena
pengaruh tenaga eksogen, akan terjadi pelapukan, pengangkután, dan sebagainya,
sehingga berubah lagi menjadi batuan sedimen. Dengan demikian, berdasarkan proses
terjadinya, maka batuan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan malihan (metamorf) (Susilawati.M, 2007: 4-5).

2.2.1. Klasifikasi Batuan pada Litosfer


Secara umum komposisi batuan di pada litosfer didasarkan jenis batuannya
didominasi oleh batuan sedimen yang menutupi hampir 66% permukaan bumi,
sedangkan 34% berupa: batuan ekstursi 8%, batuan intrusi 9%, dan batuan metamorf
17 %.

Tabel 1. Persentase Batuan di Permukaan Bumi


Batuan Kristal
Benua Sedimen
Ekstrusi Intrusi Matamorf

Asia 9 12 5 74
Afrika 4 16 22 58
Amerika Utara 11 6 31 52
Amerika Selatan 11 2 25 62
Eropa 3 7 3 87
Australia 8 11 11 70
Sumber: Geologi dan Mineralogi Tanah, 1996.

11
Nampak bahwa batuan sedimen lebih banyak dijumpai di daratan Eropa. Hal
ini, disebabkan hampir semua daratan Eropa terutama bagian daratan tidak dijumpai
gunungapi. Batuan sedimen banyak dijumpai di daerah yang sudah berumur tua karena
mengalami pelapukan lebih lanjut. Sedangkan batuan ekstrusi dan instrusi banyak
dijumpai di daratan Asia, karena di kawasan ini, seperti di Indonesia, Jepang, Filipina,
dan Italia, banyak terdapat gunungapi. Batuan ekstrusi dan intrusi akan dipengaruhi
oleh aktivitas vulkanik yang masih aktif. Berdasarkan proses terjadinya, batuan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
malihan (metamorf).
a. Batuan Beku (Igneous Rock)
Batuan beku berasal dari bahasa latin Inis yang artinya api (fire). Batuan beku
terbentuk akibat pembekuan cairan magma baik di dalam maupun di atas permukaan
bumi yang mengalami pembekuan. Magma panas yang bergerak dari dalam bumi ke
permukaan melalui kepundan gunung api, karena suhunya rendah sehingga akan
membeku.
Aktifitas magma yang mengalami pembekuan akan membentuk pada tempat
berbeda dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Batuan beku dalam atau plutonik;
2) Batuan beku korok atau porfirik; dan
3) Batuan beku luar (lelehan atau epusif ).
Material magma yang mengalami pembekuan di permukaan bumi disebut
batuan beku luar atau batuan ekstrusi atau batuan vulkanis. Material magma yang
membeku pada lubang kepundan atau retakan kulit bumi disebut batuan korok atau
porfirik. Material magma yang membeku berada jauh di dalam bumi (15-50 km)
disebut batuan beku dalam atau plutonik yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Umumnya berbutir lebih kasar dibandingkan batuan ekstrusi.
2) Jarang memperlihatkan struktur visikular (mengandung lubang-lubang benda
gas).
3) Batuan dapat merubah batuan yang berbatasan pada semua sisinya.
Berdasarkan ukurannya (diameter), batuan plutonik dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu plutonik tabular dan plutonik masif. Batuan beku plutonik tabular berukuran
relatif kecil dan biasanya terletak agak dekat ke permukaan bumi. Kalau diperhatikan

12
dari letak dan bentuknya di dalam batuan sekitarnya membeku dikenal ada dua macam
yaitu Sill dan Dike. Sill merupakan batuan plutonik tabular yang jika dilihat dari
posisinya bersifat concordant selaras dengan lapisan batuan sekitarnya. Letaknya ada
yang mendatar, miring atau tegak sesuai arah lapisan. Sedangkan Dike merupakan
tabular yang jika dilihat dari posisinya bersifat discordant atau memotong lapisan
batuan sekitar. Hal ini terjadi karena dorongan magma ketika memasuki lapisan batuan
itu cukup kuat sehingga batuan sulit sekali untuk dihancurkan.
Batuan korok atau gang, yaitu batuan yang mengalami proses pembentukannya
melalui pembekuan pada retakan dan rekahan batuan. Batuan ini terdiri dari kristal
besar, kristal kecil dan ada yang tidak mengkristal, seperti granit fosfir.
Batuan beku luar, yaitu proses pembentukan batuan di luar permukaan bumi,
karena magma yang keluar dari permukaan bumi dan mengalami pembekuan.
Pembekuan yang cepat menyebabkan magma membentuk kristal-kristal kecil, seperti;
andesit dan riolit, bahkan sama sekali tidak mempunyai kristal (amorf), seperti; batu
apung dan batu kaca. Batuan beku luar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Umumnya memiliki butir kristal yang halus bahkan amorf.
2) Memperlihatkan struktur visikular (adanya lubang-lubang bekas materi gas
yang terperangkap)
3) Kristal mineral batuannya menunjukan tekstur Aphanitis (kristal yang halus
dan amorf) (Susilawati.M, 2007: 5-8).
Adapun jenis-jenis batuan beku sangat penting yang tersebar di alam ini adalah
Tabel 2. Jenis Batuan Beku
No Gambar Batuan Nama Batuan Penjelasan
Granit merupakan batuan beku
dalam, dengan mineral berbutir
kasar sampai sedang. Warna
terang disebabkan karena
1 Granit kandungan feldspar, umumna
putih, kelabu, merah jambu atau
merah. Granit dalam bumi dan
tersingkap di permukaan, karena
erosi dan tektonik. Granit dapat

13
digunakan sebagai bahan
pengeras jalan, galangan kapal,
bahan pemoles lantai, pondasi
serta pelapis dinding.
Granodiorit seperti granit yang
termasuk batuan beku dalam,
mineral berbutir kasar sampai
sedang, warna terang. Granodiorit
2 Grandiorit dapat digunakan untuk pengeras
jalan, pondasi dan lain-lain.
Granodiorit banyak terdapat di
alam dalam bentuk batolit, stock,
sill dan retas.
Diorit termasuk batuan beku
dalam, mineralnya berbutir kasar
sampai sedang, warnanya agak
3 Diorit gelap. Diorit merupakan batuan
yang banyak terdapat di alam
yang digunakan untuk pengeras
jalan, pondasi dan sebagainya.
4 Andesit Andesit terbentuk dari dari leleran
diorit, mineralnya berbutir halus,
komposisi mineral sama dengan
diorit, warnanya kelabu. Gunung
api di Indonesia umumnya
mengeluarkan batuan andesit
dalam bentuk lava maupun
piroklastika. Batuan mengandung
mineral hornblenda dan ada yang
mengandung piroksin. Andesit
digunakan untuk pengeras jalan,
pondasi, bendungan, konkresi

14
beton, dan yang berstruktur
lembar banyak digunakan sebagai
batu tempel.
Gabro berwarna hitam,
mineralnya berbutir kasar sampai
sedang. Batuan ini digunakan
5 Gabro untuk pengeras jalan, pondasi dan
baik untuk lantai atau pelapis
dinding.

Basal merupakan batuan


leleran dari Gabro, mineralnya
berbutir halus dan berwarna
hitam. Gunungapi di Indonesia
sebagian besar mengeluarkan
basal dalam bentuk lava maupun
piroklastik. Basal berstruktur
6 Basal
lembar sebagai batu tempel pada
bangunan. Basal umumnya
berlubang bekas gas, terutama
bagian muka.Batuan ini
digunakan untuk pengeras jalan,
pondasi, bendungan, konkresi
beton dan bangunan lainnya.
7 Batukaca Batukaca merupakan batuan yang
(obsidian) tidak memiliki susunan dan
kristal (metamorf). Batuan ini
terbentuk akibat lava membeku
tiba-tiba. Batukaca berwarna
coklat, kelabu, kehitaman atau
putih seperti kaca. Batuan ini
banyak digunakan untuk

15
membuat mata lembing dan mata
panah pada zaman purba.
Batu apung terbentuk dari lava
yang mengandung gas. Cairan
lava membeku, maka gas keluar,
sehingga berlubang-lubang.
Lubang-lubang bekas gas
8 Batu Apung menyebabkan batuapung ringan.
Di Indonesia batuapung yang
terkenal dihasilkan oleh Gunung
Krakatau. Batuapung dapat
digunakan untuk memperhalus
kayu.

b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen atau endapan terbentuk karena proses pengendapan material
hasil erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Material
batuan endapan terdiri dari berbagai jenis partikel, ada yang halus, kasar, berat, dan ada
juga yang ringan (Susilawati.M, 2007: 8-10).
Berdasarkan Proses Pengendapannya, batuan endapan diklasifikasikan menjadi:
batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimiawi, dan batuan sedimen organik.
No Gambar Batuan Nama Batuan Penjelasan
.
1. Sidemen Klasik Batuan ini memiliki susunan kimia
yang sama dengan susunan kimia
batuan asalnya. Artinya, proses
pembentukan batuan hanya
mengalami penghancuran secara
mekanik. Batu yang besar
mengalami lapuk atau hancur
menjadi lebih kecil. Pecahan batu ini
terangkut hujan, longsor atau

16
bergulingguling masuk ke dalam
sungai. Arus sungai menghancurkan
batu menjadi kerikil, pasir, lumpur
serta mengendapkan di tempat lain,
seperti konglomerat. Selain itu ada
batuan sedimen non klastik yang
dibedakan atas dasar komposisinya.
Batuan sedimen non klastik akibat
batuan mengalami pemanasan,
sehingga air menguap, maka sisa
material tersebut membeku, seperti;
batu gamping dan dolomit, batu
garam, denhidrit dan gipsum dan
batubara.
Batuan ini terbentuk karena proses
kimia, seperti pelarutan, penguapan,
oksidasi, dehidrasi, dan sebagainya.
Hasil pengendapan secara kimiawi,
seperti; batu kapur. Hujan yang
mengandung CO2 terjadi di gunung
kapurm air hujan meresap ke dalam
retakan halus (diaklas) batu gamping
2 Sidemen Kimiawi
(CaCO3). Batu gamping larut
dengan air menjadi larutan air kapur
atau Ca(HCO3)2 sampai ke atap gua
kapur. Tetesan air kapur itu
membentuk stalaktit di atap gua dan
stalagmit di dasar gua. Kedua
bentukan sedimen kapur tersebut
disebut batuan sedimen kimiawi.

17
Batuan ini terbentuk karena
sebagian material berasal dari
3 Sidemen Organik organisme, seperti, daun, ranting
atau bangkai binatang tertendapkan
dan tertimbun di dasar laut.

Berdasarkan tenaga pengangkutnya, batuan sedimen dapat diklasifikasikan


menjadi 3, yaitu :
a) Angin membentuk Batuan sedimen aerik(aeolis),seperti; tanah los, tuf, dan
pasir di gurun.
b) Es membentuk Batuan sedimen glasial, seperti ; Moraine.
c) Air yang mengalir membentuk Batuan sedimen aquatik, seperti; batu pasir,
batu lempung dan sebagainya..
d) Air laut membentuk Batuan sedimen marin, seperti batu pasir.

c. Batuan Metamorf
Batuan metamorf diakibatkan oleh proses metamorfosis. Batuan ini berasal dari
batuan beku atau sedimen, karena adanya tekanan atau temperatur, sehingga susunan
struktur maupun kimianya berubah (Susilawati.M, 2007:10). Batuan Metamorfik
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1) Metamorfik termik (kontak), terbentuk karena adanya kenaikan suhu, seperti;
batu pualam atau marmer.
2) Metamorfik Dinamik (sintektonik), terbentuk karena adanya tekanan tinggi,
biasanya tenaga tektonik.. Jenis batuan metamorfisa banyak ditemui di daerah
patahan dan lipatan, seperti; batu sabak dan batubara.
3) Metamorfik termik pneumatolitik, terbentuk karena adanya kenaikan suhu
disertai masuknya zat bagian magma ke dalam batuan, seperti; azurit mineral
(pembawa tembaga), topas, dan turmalin (batu permata).

Gambar 3. Batu Gamping dan Batu Marmer


18
2.2.2. Mineral pada Litosfer
Litosfer merupakan bagian bumi yang langsung berpengaruh terhadap
kehidupan dan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di bumi. Litosfer
bagian atas merupakan tempat hidup bagi manusia, hewan dan tanaman. Manusia
melakukan aktifitas di atas litosfer. Selanjutnya litosfer bagian bawah mengandung
bahan bahan mineral yang sangat bermanfaat bagi manusia. Bahan bahan mineral atau
tambang yang berasal dari lithosfer bagian bawah diantaranya minyak bumi dan gas,
emas, batu bara, besi, nikel dan timah (Susilawati.M, 2007:10).
Di dalam litosfer terdapat lebih dari 2000 mineral dan hanya 20 mineral yang
terdapat dalam batuan. Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu Kuarsa (Si0 2),
Feldspar, Piroksen, Mika Putih (K-Al-Silikat), Biotit atau Mika Cokelat (K-Fe-Al-
Silikat), Amphibol, Khlorit, Kalsit (CaC03), Dolomit (CaMgCOT3), Olivin (Mg, Fe),
Bijih Besi Hematit (Fe2O3), Magnetik (Fe3O2), dan Limonit (Fe3OH2O).

2.2.3. Struktur Penyusun Litosfer


Litosfer yang disebut juga kulit bumi terdiri dua bagian yaitu:
a. Lapisan Sial
Lapisan Sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan
aluminium, senyawanya dalam bentuk SiO2 Al2 O3. Pada lapisan sial (silisium dan
alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan
metamor, dan batuan yang terdpat di dataran benua.lapisan sial dinamakan juga
lapisan kerak bersifat padat dan batu bertebaran rata-rata 35 km. Kerak bumi adalah
lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Litosfer samudra, yang berhubungan dengan kerak samudera  dan berada di
dasar samudera.
Kerak samudera adalah bagian dari
lithosfer bumi yang permukannya berada
di cekungan samudera. Kerak samudera
merupakan benda padat yang terdiri dari
endapan di laut pada bagian atas,
kemudian di bawahnya batuan-batua
vulkanik dan yang paling bawah tersusun

Gambar 4. Kerak samudra 19


dari batuan beku gabro dan peridolit. Kerak ini lebih tipis dibandingkan dengan
kerak benua, dengan ketebalan lebih sedikit dari 10 kilometer, tetapi massa
jenisnya lebih besar, memiliki massa jenis rata-rata sekitar 3.3 gram per
sentimeter kubik. Kerak ini menempati dasar samudra.
2. Litosfer benua, yang berhubungan dengan kerak benua.
Kerak benua adalah kerak yang
komposisinya kaya Si dan Al alias asam.
Karena itu berat jenisnya rendah (2,7
g/cm3). Selain itu, umurnya relatif tua dan
tebal sekali (20-70 km).
Kerak benua, sesuai namanya, biasanya
membentuk daratan yang memiliki lapisan
Gambar 5. Kerak benua
atas berupa batuan granit ringan, lapisan
bawah berupa batuan basalt yang lebih rapat, lapisan kerak benua tersusun pada
zaman prekambium dengan rata-rata berada di 850 meter di atas permukaan
laut. Lapisan sima (Silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun
oleh logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2 dan Mg O
lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial karena
mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferra magnesium dan batuan
basalt. Lapisan sima merupakan yang bersifat elastis dan mempunyai ketebalan
rata-rata 65 km.

2.3 Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan proses alami yang terjadi di
muka bumi. Pada proses pelapukan terjadi perusakan dan penghancuran batuan
penyusun kerak bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau
angin). Pelapukan ini mengakibatkan hancurnya batuan dari gumpulan besar menjadi
butiran yang lebih kecil hingga yang sangat halus. Karena itu pelapukan adalah
penghacuran batuan dari bentuk gumpulan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan
menjadi hancur atau larut dalam air.
Pelapukan di setiap daerah berbeda-beda tergantung unsur-unsur dari daerah
tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal

20
pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya
hanya beberapa meter saja. Pelapukan dibagi menjadi tiga macam, yaitu pelapukan
mekanis / fisis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis (organik).
a. Pelapukan Mekanis / Fisis
Pelapukan mekanis atau yang sering disebut dengan pelapukan fisis adalah
penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air,
perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar anatra siang dan
malam. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana perubahan tersebut terjadi,
perhatikan berikut ini:
 Akibat pemuaian
Pemuaian dari panasnya sinar matahari dapat membuat batuan menjadi retak
dan pecah. Batuan terdiri dari berbagai mineral, dan mempunyai koefisien
pemuaian yang berbeda (tidak homogen). Oleh karena itu pemuaian dalam
sebuah batu akan berbeda-beda, bisa cepat atau lambat. Pemanasan matahari
akan mengakibatkan peretakan batuan sebagai akibat perbedaan kecepatan dan
koefisien pemuaian tersebut.

 Akibat pembekuan air


Ternyata batuan juga dapat pecah atau hancur akibat pembekuan air yang
terdapat di dalam batuan. Misalnya di daerah sedang atau daerah batas salju,
pada musim panas, air bisa masuk ke pori-pori batuan. Pada musim dingin atau
malam hari air di pori-pori batuan tersebut akan menjadi es. Karena berubah
menjadi es, volume menjadi besar, sehingga menyebabkan batuan menjadi
pecah.
 Akibat perubahan suhu tiba-tiba
Kondisi ini biasanya terjadi di daerah gurun, yaitu saat terjadi hujan di siang
hari yang menyebabkan suhu batuan mengalami penurunan dengan tiba-tiba.
Hal tersebut dapat menyebabkan hancurnya batuan di gurun tersebut.
 Perbedaan suhu yang besar antara siang dan malam

21
Penghancuran batuan dapat terjadi
akibat perbedaan suhu yang sangat
besar antara siang dan malam. Pada
siang hari suhu sangat panas
sehingga batuan mengembang.
Sedangkan pada malam haari
Gambar 6. Gurun Sahara, Arab
(sumber: www.kumpulanfoto.net) temperatur turun sangat rendah.
Penurunan temperatur yang sangat
cepat ini akan menyebabkan batuan menjadi retak-retak dan pada akhirnya akan
pecah dan hancur berkeping-keping.Pelapukan seperti ini biasa terjadi di daerah
gurun sahara, Arab. Dimana pada siang hari suhu atau temperatur dapat
meningkat hingga 600C, sedangkan pada malam hari turun drastis hingga
mencapai -20C. Atau pada saat turun hujan, terjadi penurunan suhu dengan
sangat cepat. Pergantian temperatur yang sangat besar dan berlangsung cepat ini
dapat membuat batu-batu yang keras menjadi retak dan pecah hingga akhirnya
hancur sampai halus. Pada waktu pecahnya batu-batu ini terjadi ledakan yang
keras.
b. Pelapukan Biologis (Organik)
Pelapukan organik atau pelapukan biologi adalah penghancuran batuan yang
disebabkan oleh makhluk hidup, seperti tumbuhan, binatang, dan manusia.
Binatang yang dapat melakukan pelapukan seperti cacing tanah, serangga, dan juga
bermacam-macam binatang laut yang merusak batu karang daerah pantai sering
terdapat lubang-lubang dan batu-batuan di tepi pantai. Pengaruh yang disebabkan
oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat
mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat
merusak tanah disekitarnya. Karena jika akar tumbuhan tersebut semakin besar,
celah atau retakan batu pun akan lebih besar dan rusak. Pengaruh zat kimiawi yaitu
berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar-akar serat makanan menghisap garam
makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap
oleh akar. Manusia juga melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun
penambangan.

22
c. Pelapukan Kimiawi
Pada pelapukan ini batu-batuan mengalami perubahan kimiawi yang
umumnya berupa pelarutan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada
pegunungan kapur (karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu
yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (zat asam arang) dapat dengan
mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan
dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi
adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonesia banyak turun hujan. Air
hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi. Batuan kapur mudah
larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika diperhatikan pada permukaan batuan kapur
selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di
daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit,
tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
Berikut ini merupakan beberapa hasil pelapukan kimiawi di daerah karst:
1. Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena
erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian
pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.

Gambar 7. Dolina
(sumber: www.scrib.com)
2. Gua dan Sungai di dalam Tanah
Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan
semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh
larutan. Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di
dalam tanah.

23
Gambar 8. Gua dan Sungai di dalam Tanah
(sumber: www.scrib.com)
3. Stalaktit
Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua.
Terbentuk tetesan air kapur dari atas gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut
kapur yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua
Tabuhan dan Gua Gong di Pacitan, Jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen,
Jawa Tengah.

Gambar 9. Stalaktit
(sumber: www.scrib.com)
4. Karren
Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai akibat
pelarutan oleh air hujan. Gejala ini terdapat didaerah kapur yang tanahnya
dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang kecil yang
disebut karren.
5. Ponor
Ponor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah kapur
yang relatif dalam. Ponor dapat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
dolin dan pipa karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya seperti

24
corong. Dolin ini dibagi menjadi dua macam, yaitu dolin korosi dan dolin
terban. Dolin korosi terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan
oleh air. Didasar dolin diendapkan tanah berwarna merah (terra rossa).
Sedangkan dolin terban terjadi karena runtuhnya atap gua

Gambar 10. (a) Dolin Korosi


(sumber: www.scrib.com)

Gambar 11. (b) Dolin Terban


(sumber: www.scrib.com)

A. Pengikisan / Erosi
Pengikisan/erosi seperti pelapukan yaitu tenaga perombak. Tapi yang
membedakan erosi dengan pelapukan adalah erosi adalah pengkikisan oleh media yang
bergerak, seperti air sungai, angin, gelombang laut, atau gletser. Erosi dibedakan oleh
jenis tenaga perombaknya, yaitu: erosi air hujan, erosi air sungai, erosi air laut
(abarasi), erosi gletsyer (glasial), dan erosi angin (deflasi).
a. Erosi Air Hujan
Erosi oleh air adalah  erosi yang di
sebabkan oleh air atau air hujan. Jika tingkat
curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga
tanah tidak dapat menyerap air hujan maka
terjadilah genangan air yang mengalir kencang.
Gambar 12. Erosi akibat air hujan Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya
(sumber: www.

25
erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya,
terutama pada tanah yang gundul.
Proses pengkikisan oleh air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan
yang berbeda sesuai dengan kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi,
sebagai berikut.
1. Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke
bumi.
2. Erosi lembar, yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga
kesuburannya berkurang. Pengkikisan lembar ditandai oleh :
 warna air yang mengalir berwarna coklat
 warna air yang terkikis menjadi lebih pucat
 kesuburan tanah berkurang
3. Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya
alur-alur pada tanah sebagai tempat mengalirnya air.
4. Erosi parit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengkikisan
aliran air. Bila erosi parit terus berlanjut, maka luas lahan kritis dapat meluas,
dan pada tingkat ini tanah sudah rusak.
b. Erosi Air Sungai
Air sungai mengalir dari hulu ke
muara, sambil mengikis dasar dan tepinya.
Hasil kikisan yang dibawahnya mulai dari
hulu, berupa batu, pasir, turut memperhebat
erosi sehingga sungai menjadi lebih mudah
dalam dan lebar. Akibat erosi sungai ini maka
Gambar 13. Grand Canyon terjadilah lembah-lembah, jurang-jurang, atau
(sumber:
ngarai-ngarai yang bersimpang siur. Misalnya
Ngarai Anai di Sumatera Barat, Grand Canyon (dalamnya ada yang sampai 1800
m) di Sungai Colorado, Amerika Serikat.

c. Pengikisan Air Laut (Abrasi)


Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di
pantai oleh pukulan gelombang laut yang terjadi

26
secara terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh
erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut
platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk
karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang
meretakan batuan di pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk
notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara
terus menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut
playform.
Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut
yang menjorok ke arah daratan. Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling
antara batuan resisten dan tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan
dengan mudah tererosi, sedangkan batuan yang resisten sulit untuk tererosi.
Akibatnya, pada batuan yang tidak resisten akan terbentuk teluk yang menjorok ke
daratan pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok ke laut.
Abrasi biasanya terjadi di pantai, membentuk :
1. Dinding pantai yang curam
2. Relung (lekukan pada dinding tebing)
3. Gua pantai
4. Batu layar
5. Cliff
6. Notch
7. Gua di pantai
d. Erosi Es / Gletser
Erosi oleh gletser merupakan pengikisan
yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di daerah
pegunungan. Pengikisan ini terjadi di daerah yang
memiliki empat musim. Pada saat musim semi,
terjadi erosi oleh gletser yang meluncur menuruni
lembah. Akibatnya lereng menjadi lebih terjal.
Gambar 15. Glester Glester merupakan lapisan es dan salju yang tebal
pada pegunungan, yang mengalir atau bergerak ke bawah dengan sangat lambat.

27
Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah pantai fyord, yaitu
pantai dengan dinding yang berkelok-kelok.
e. Erosi Angin (Deflasi)
Erosi oleh angin adalah pengikisan
yang disebabkan oleh angin. Hembusan angin
kencang yang terus menerus di daerah yang
tandus dapat memindahkan partikel-partikel
halus batuan di daerah tersebut sehingga
membentuk suatu formasi, misalnya bukit-
bukit pasir di gurun atau pantai. Angin
Gambar 16. batu cendawan
(sumber: www.nuansamasel.com) bersama-sama dengan pasir yang
dikandungnya dapat pula mengikis batu-batuan di tengah perjalanan, hingga di
gurun-gurun sering terjadi batu cendawan. Pengikisan yang dilakukan angin
bersama-sama dengan pasir yang dikandungnya disebut korrasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Para ahli menyimpulkan bahwa bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang disebut
sfera. Antar lapisan satu dengan lapisan kainnya terdapat perbedaan yang tajam dalam
hal struktur dan komposisi. struktur bumi terdiri atas 3 lapisan utama, yakni kerak bumi
yang merupakan lapisan bumi yang terluar yang sering disebut litosfer, Astenosfer
(mantel atau selubung) bumi dan Barisfer (core atau inti) yang merupakan bagian
dalam bumi.
Berdasarkan proses terjadinya, batuan dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis
yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan (metamorf). Batuan
pembentukan kulit bumi selalu mengalami perubahan wujud melalui siklus (daur),
karena magma, batuan beku, batuan sedimen, batuan malihan, dan kembali lagi
menjadi magma.
Keadaan morfologi (bentuk) permukaan bumi tidaklah konstan. Ia selalu
berubah karena dipengaruhi tenaga geologi yang bekerja yang dibedakan atas: tenaga
endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen menyebabkan terjadinya tektonisme,

28
lipatan, patahan, vulkanisme, dan gempa bumi. Sedangkan tenaga eksogen
menyebabkan terjadinya pelapukan, pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan.

29

Anda mungkin juga menyukai