c. Inti Bumi
Inti Bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan inti dibedakan
menjadi dua, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam (inner core).
1) Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 °C.
2) Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar
2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang suhunya
mencapai 4500 °C.
Kata litosfer diambil dari bahasa Yunani dan berarti lapisan batuan. Litosfer adalah
lapisan kerak bumi paling luar yang terdiri dari batuan. Litosfer merupakan lapisan batuan
kerak bumi yang paling luar terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1.200 km. tebal
kulit bumi tidak merata di bagian benua lebih tebal dibandingkan dengan bagian samudera.
Litosfer mempunyai ketebalan rata-rata 70 km dan berat jenisnya 2,89 cm³.
a. Batuan Beku
Batuan jenis ini adalah batuan yang terbentuk karena pendinginan magma pijar
yang menjadi padat. Berdasarkan tempat pendinginannya terdapat tiga jenis batuan
beku, yaitu:
1) Batuan Beku Dalam
Pembekuannya terjadi di dalam, jauh di bawah permukaan bumi. Proses
pendinginannya sangat lambat. Hal ini mengakibatkan terbentuknya hablur-
hablur mineral besar-besar dan sempurna dan kompak.Struktur mineral seperti
itu disebut struktur plutonik atau granitas atau holokristalin.Batuan Beku dalam
juga disebut juga Batuan Abyssis. Contoh :Batuan Granit, Diorit, Sienit, dan
Gabro.
Gambar: contoh batuan beku dalam
Berdasarkan besar tekanan gas, derajat kecairan magma, dan kedalaman waduk
magma.
a. Tipe Hawaii
Magma yang dikeluarkan sangat cair dengan tekanan gas rendah berasal dari
dapur magma yang dangkal. Contohnya: gunung Mauna Loa, Mauna Kea, Kilauea
dan sebagainya.
b. Tipe Stromboli
Erupsi yang terjadi tidak terlalu eksplosif, tetapi berlangsung lama. Sering terjadi
letusan kecildan banyak mengeluarkan eflata. Magma yang dikeluarkan cair dengan
tekanan gas sedang berasal dari dapur magma yang agak dalam. Contohnya Gunung
Raung di Jawa Timur dan gunung Vesuvius di Italia.
c. Tipe Perret
Mempunyai ledakan yang sangat dahsyat disertai material yang menyembur ke
angkassa karena tekanan gas yang sangat tinggi. Contohnya gunung Krakatau di selat
sunda.
d. Tipe Merapi
Magma kental yang mengalir secara perlahan karena tekanan gas yang rendah
sehingga membentuk sumbat kawah. Akibatnya, tekanan gas makin kuat hingga
kawah tersebut terangkat dan pecah yang disertai keluarnya awan panas. Contohnya
gunung Merapi di Jawa Tengah.
e. Tipe Pele
Magma kental dengan tekanan gas yang tinggi berasal dari dapur magma yang
dalam. Contohnya Gunung Pelee di Amerika Tengah.
f. Tipe Vulkano
Magma yang dikeluarkan cair kental dengan tekanan gas sedang sampai
tinggi,bersal dari dapur magma yang dangkal sampai agak dalam. Contohnya Gunung
Bromo, Gunung Etna di Italia.
g. Tipe St.Vincent
Magma kental dengan tekanan gas sedang berasal dari dapur magma yang
dangkal. Contohnya Gunung Kelud di jawa timur dan Gunung St. Vincent di
kepulauan Antiles.
BAHAN AJAR
TEKTONISME DAN SEISME
3. Gerak Orogenesa
Suatu pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat meliputi wilayah yang sempit.
Tektonis orogenesa merupakan proses pembentukan gunung atau pegungungan akibat
adanya tabrakan lempeng benua, tabrakan sesar bawah benua dengan lempeng samudra,
perekahan kontinen, pergeseran punggung samudra dengan benua. Tektonis orogenesa
biasanya disertai proses lipatan (faulting), patahan (folding).
a. Lipatan
Bentuk lipatan terjadi karena tenaga endogen ke arah lateral (mendatar) dan dua
arah yang berlawanan. Apabila terjadi
bentuk lipatan maka akan ditemukan
antiklinal atau puncak lipatan dan sinklinal atau lembah lipatan. Contohnya
pegunungan-pegunungan tua seperti pegunungan Ural dan Allegana yang terjadi
pada zaman primer dan pegunungan muda seperti rangkaian pegunungan
Mediterania dan sirkum pasifik yang terjadi pada zaman tersier. Rangkaian
pegunungan Mediterania adalah lipatan pegunungan yang dimulai dari pegunungan
Atlas, Alpen, Balkan, Asia Muka, Himalaya, Hindia Belakang, Sumatra, Jawa, Nusa
Tenggara, sampai Maluku.
Sirkum pasifik adalah rangkaian atau lipatan pegunungan yang memanjang dari
Pantai Pasifik, Amerika, Jeparang, Filipina, Irian, Australia, sampai Selandia Baru.
daerah Pasifik Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, lipatan dibedakan
menjadi:
1) Lipatan Tegak (Symmetric folds)
Dihasilkan dari kekuatan yang sama yang mendorong dua sisi dengan seimbang.
Berikut merupakan gambar dari lipatan tegak.
Gambar: Overfold
4) Lipatan Menutup (Recumbent Fold)
Terbentuk pada saat lipatan yang satu menekan sisi yang lain, menyebabkan
sumbu lipat hampir datar.
Gambar: Overthrus
6) Nappe
Terbentuk setelah lipatan overthrust rusak sepanjang garis retakan. Berikut
merupakan gambar dari nappe.
Gambar : Nappe
b. Patahan
Patahan terjadi ketika kulit bumi yang bersifat padat dan keras mengalami retak
atau patah pada saat terjadi gerakan orogenesa. Pada patahan, massa batuan
mengalami pergeseran titik atau tempat yang semula bertampalan (kontak) kemudian
berpindah lokasi (dislocated/displaced). Gerakan ini menimbulkan terjadinya
patahan dengan gaya tekan (compression) dan gaya regangan (tension). Ekspresi
topografi dari adanya patahan sangat beraneka ragam, antara lain gawir sesar,
triangle facet, lembah sesar, fault, rift, graben, horst, dan basin (cekungan struktural).
Pada perkembangannya, kenampakan ini mengalami perubahan akibat tenaga
endogen. Ciri adanya patahan dapat dikenali dari adanya perbedaan ketinggian yang
mencolok. Di Indonesia, beberapa patahan dapat kamu jumpai di Semangko
(Sumatra) dan Piyungan (Yogyakarta).
Berdasarkan arah datangnya tekanan, patahan dibedakan menjadi tiga macam
sebagai berikut.
1) Patahan (sesar) akibat tekanan dengan arah horizontal saling menjauh dan
mendekat. Akibat tenaga ini akan mengakibatkan hal berikut :
a) Slenk (graben) , yaitu laipsan batuan yangterletak lebih rendah daripada
daerah sekelilingnya.
b) Horst, yaitu lapisan batuan yang lebih tinggi daripada daerah sekelilingnya
Ciri adanya patahan dapat dikenali dari adanya perbedaan ketinggian yang
mencolok. Tipe-tipe dasar patahan:
1) Normal Fault
Merupakan patahan yang memungkinkan satu blok (footwall) lapisan
batuan bergerak dengan arah relatif naik terhadap blok lainnya (hanging wall).
Ciri dari patahan ini adalah sudut kemiringan besar hingga mendekati 90o.
2) Reserve Fault
Merupakan patahan dengan arah
footwall yang relatif turun dibanding
hanging wall. Ciri dari patahan ini adalah
sudut kemiringan yang relatif kecil yaitu
kurang dari 45o.
3) Strike Fault
Merupakan patahan yang arahnya relatif
mendatar ke kiri atau ke kanan. Arah patahan
mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan
batuan bergerak dengan arah mendatar namun
sebagian ada yang bergerak dengan arah
vertikal. Bila gerakan patahan ke kanan di sebut sesar geser sinistrial dan bila ke
kiri dinamakan sesar geser dekstral.
c. Retakan (Joint)
Retakan merupakan bentukan lahan yang terjadi
karena pengaruh gaya regangan, sehingga batuan
mengalami retak-retak namun masih bersambung.
Biasanya ditemukan pada batuan rapuh di daerah
puncak antiklinal dan dikenal dengan nama
tectonic joint. Berdasarkan cara pembentukannya, ada dua macam retakan, sebagai
berikut:
a) Retakan yang disebabkan tekanan
b) Retakan yang disebabkan tarikan
d. Pelengkungan (Warping)
Pelengkungan merupakan gerak vertical yang tidak merata pada suatu daerah,
khususnya yang berbatuan sedimen akan menghasilkan struktur lapisan yang mulanya
horizontal menjadi melengkung. Jika melengkung ke atas menjadi kubah (dome) dan ke
bawah menjadi cekungan (basin).
Keterangan:
∆ = Jarak Episentrum Gempa Bumi (km)
S = Waktu Pencatatan Gelombang Sekunder (menit)
P = Waktu Pencatatan Gelombang Primer (menit)
Contoh:
Sebuah stasiub pencatat gempa, mencatat gelombang primer pada pkl. 12.25’15” dan
gelombang sekunder pada pkl. 12.30’30”. Berapa km kah jarak episenter ke stasiun
pencatat gempa?
Solusi (penyelesaian):
Diketahui P = 12.25’15”
S = 12.30’30”
Ditanya ∆ = …?
Jawab :
∆ = {(S−P) −1 menit} x 1.000 km
= {(12.30’30”− 12.25’15”) −1’} x 1.000
= (5’15” – 1’) x 1.000
= 4’15” x 1.000
= 4,25 x 1.000
= 4.250.
Jadi, jarak episenter ke stasiun pencatat gempa adalah 4.250 km.
Sumber:
Farah. “Pengaruh Tektonisme Terhadap Hidupan”.
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/pengaruh-tektonisme-terhadap-
kehidupan. Diunduh pada Selasa, 14 Maret 2017 Pukul 08.02 Wita).
Harmanto, G. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Yrama Widia.
Wardiyatmoko, K. 2013. Geografi SMA/MA untuk kelas X. Jakarta: Erlangga.
Yulir, Yulmadia. 2013. Geografi 1 untuk SMA Kelas X. Bogor. Yudistira.
TENAGA EKSOGEN
1. Pelapukan
Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih
kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai
proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa sinar matahari, air,
gletser, reaksi kimiawi dan kegiatan makhluk hidup (organisme). Menurut proses terjadinya
pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu pelapukan organis, fisis atau mekanik dan
pelapukan kimiawi.
1. Pelapukan Organis
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang
tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan
pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu karang
daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh
binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini
dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik
yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah
yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang
dikeluarkan oleh akarakar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak
batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam
pelapukan melalui aktivitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
3. Pelapukan Kimiawi
Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa
pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst).
Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak
mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO3).
Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan
yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonasia banyak turun hujan.
Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.
Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya adala sebagai berikut.
a. Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena
erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian
pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan Seribu.
b. Gua dan sungai di dalam Tanah
Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan
semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan.
Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.
c. Stalaktit
Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur
yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk
dari kapur yang tebal akibat udara masuk dalam
gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur
yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya
stalaktit dan stalakmit di Gua tabuhan dan gua
Gong di Pacitan, jawa Timur serta Gua Jatijajar
di Kebumen, Jawa Tengah.
2. Erosi
Erosi seperti pelapukan adalah tenaga perombak (pengkikisan). Tapi yang membedakan erosi
dengan pelapukan adalah erosi adalah pengkikisan oleh media yang bergerak, seperti air sungai,
angin, gelombang laut, atau gletser. Erosi dibedakan oleh jenis tenaga perombaknya yaitu : Erosi
air, Erosi gelombang laut (abarasi/erosi marin ), Erosi angin (deflasi), Erosi gletser (glasial),
Erosi Akibat gaya berat.
Erosi Air
Erosi oleh air adalah erosi yang di sebabkan oleh air atau air hujan.Jika tingkat curah
hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka
terjadilah genangan air yang mengalir kencang.Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya
erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama
pada tanah yang gundul.
Tahapan Erosi Air
Proses pengikisan oleh air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan yang berbeda
sesuai dengan kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi, sebagai berikut.
Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke bumi.
Erosi lembar, yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga kesuburannya
berkurang. Pengikisan lembar ditandai oleh warna air yang mengalir berwarna coklat
warna air yang terkikis menjadi lebih pucat, kesuburan tanah berkurang
Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya alur-alur
pada tanah sebagai tempat mengalirnya air.
Erosi parit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengikisan aliran air. Bila
erosi parit terus berlanjut, maka luas lahan kritis dapat meluas, dan pada tingkat ini tanah
sudah rusak.
2. Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya
menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan
sedangkan tanah liat dan Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama , akan
terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen membentuk dataran yang
luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat:
1. Sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.
2. Arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat.
3. pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali
Brantas.
D. PEMBENTUKAN TANAH
1. Proses Pembentukan Tanah
Pedosfer/tanah adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai
lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer.
Tanah merupakan hasil pelapukan batu-batuan, sebagai proses alami yang
disebabkan oleh pengaruh iklim dan organisme. Proses pembentukan tanah diawali dari
pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan
ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang
lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih
menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya
bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal
terbentuknya tanah.
Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i,o,b,t,w)
Keterangan:
T : Tanah
F : Faktor b : Bahan induk
I : Iklim t : Topografi
O : Organisme w : Waktu
b. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada
dua yaitu:
1) Suhu atau temperatur berpengaruh pada proses pelapukan bahan induk.
Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula.
2) Curah hujan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah.
Pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menjadi rendah).
c. Organisme
Aktivitas hewan dan tumbuhan serta dekomposisi sisa jasad hewan dan tumbuhan
turut mempengaruhi pembentukan tanah. Sebagai contoh mikroorganisme juga
membantu pembentukan tanah dengan menguraikan materi organik dan
melarutkan mineral. Hewan-hewan penggali lubang yang tinggal di dalam tanah
mempengaruhi kondisi perlapisan tanah.
d. Topografi (relief)
Topografi atau bentuk medan memengaruhi pembentukan tanah terkait dengan
keberadaan air dan suhu. Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
1) Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal
karena terjadi sedimentasi.
2) Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya
menjadi asam.
Sebagai contoh, tanah yang terbentuk pada wilayah dengan kelerengan curam
memiliki lapisan atas yang tipis karena banyak terbawa oleh air limpasan permukaan.
e. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan,
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses
pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan
induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100
tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk
tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah
tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang
berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor
pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam
yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah,
akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda.
Faktor waktu berpengaruh dengan tingkat perkembangan tanah. Sebagai contoh
dalam kondisi ideal lapisan tanah umumnya terbentuk dalam kurun waktu 200
tahun.
3. Profil tanah
Lapisan-lapisan tanah pada profil tanah disebut horizon.
Sebuah horizon tanah merupakan penampang melintang dari
permukaan tanah hingga ke bahan induk tanah. Horizon
tanah meliputi:
a. Horizon O, horizon ini dapat kita temukan pada tanah-
tanah hutan yang belum terganggu. Pada lapisan ini
terdapat banyak akar tanaman dan jasad tumbuhan dan
hewan. Horizon O, merupakan horizon organik yang
terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Lapisan ini
berwarna gelap dan kaya akan humus merupakan lapisan
permukaan.
b. Horizon A, horizon ini terdiri atas campuran bahan
organik dan bahan mineral. Horizon A merupakan horizon yang mengalami
pencucian. Pada lapisan ini merupakan eluviasi yang masih mempunyai banyak
humus. Lapisan ini berwarna keabu-abuan dan lebih pucat. Warna pucat tersebut
akibat banyaknya kandungan mineral yang hanyut bersama air hujan.
c. Horizon E, horizon ini terdiri atas lapisan bawah permukaan yang telah kehilangan
sebagian besar kandungan mineralnya. Lapisan ini sering melekat pada horizon A atau
menggantikan lapisan tersebut.
d. Horizon B, pada lapisan ini partikel dan liat yang tercuci dari horizon E terakumulasi.
Hanya terdapat sedikit materi organik pada lapisan ini.
e. Horizon C, horizon ini tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit
pelapukan dan bersifat tidak subur. Pada lapisan ini merupakan lapisan tanah terbawah
yang terdiri atas bahan induk tanah seperti batuan dasar yang melapuk atau sedimen
yang belum memadat.
f. Horizon R, horizon ini tersusun atas batuan keras yang belum terlapukkan. Lapisan ini
merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat pejal dan belum
mengalami pelapukan.
2 Rego
sol
3 Gambut
4 Laterit
5 Aluvial
6 Vulka-
nis/
Ando-
sol
7 Grumusol
8 Mergel
9 Kapur
10 Kaolin
2. Pemanfaatan tanah di Indonesia
Telah dibahas sebelumnya bahwa tanah merupakan bagian dari lahan. Berikut kita
pelajari pemanfaatan lahan.
a) Lahan potensial
Lahan potensial adalah lahan yang mempunyai potensi jika dimanfaatkan
manusia. Berikut tiga lahan potensial dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
a. Lahan di daerah pantai
Pemanfaatan lahan di daerah pantai, antara lain,
1) untuk industri garam: Sumenep – Madura,
2) untuk tambak (payau): pantai utara Jawa,
3) untuk sawah pasang surut: di pantai Sumatra Timur dan Kalimantan
Selatan,
4) untuk pelabuhan dengan ciri-ciri:
a) pantai cekungan (teluk),
b) pantai dalam dan tergenang air,pantai stabil (tidak bergerak),
c) bukan daerah erosi (endapan lumpur), dan
d) ombak tidak besar.
b) Lahan kritis
Lahan kritis adalah lahan yang tidak bermanfaat, tidak potensial, bahkan dapat
mengancam lingkungan kehidupan sekitar. Sebab-sebab terjadinya lahan kritis
sebagai berikut.
1) Pertambangan terbuka dapat menimbulkan kerusakan tanah, terlebih penggalian
dengan bahan berbahaya dan beracun seperti Hg (mercuri).
2) Perladangan berpindah menyebabkan lingkungan rusak.
3) Pertanian modern sistem monokultur, yaitu penanaman secara seragam atau
tunggal, dapat mempercepat erosi dan menurunnya kandungan organik.
4) Pengusahaan hutan atau penebangan hutan tanpa mengadakan penanaman
kembali dapat menimbulkan kemerosotan sumber tanah.
2. Penggundulan Hutan
Penyebab penggundulan hutan adalah bertambahnya permintaan lahan untuk
permukiman, sehingga lahanlahan hutan diubah menjadi permukiman. Selain permintaan
lahan permukiman meningkat, penyebab lain adalah perladangan berpindah dan
kepentingan ekonomi. Karena kayu dan hasil hutan merupakan komoditas ekspor yang
bernilai tinggi, maka penebangan hutan menjadi marak dan tidak terkendali lagi. Akibat
hutan gundul, satwa liar akan kehilangan habitatnya hingga akhirnya untuk
mempertahankan hidup sulit. Jika sudah begini kamu pasti tahu dampaknya bagi
lingkungan. Selain itu, fungsi hutan yang selama ini sebagai paru-paru dunia dan
penyimpan cadangan air akan hilang.
3. Polusi
Polusi tidak hanya terjadi di udara, tetapi
juga di tanah dan air. Polusi disebabkan
pembuangan limbah, baik itu limbah industri
ataupun limbah rumah tangga ke dalam
tanah, air, dan udara.
4. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan ini menyebabkan
penurunan biomas di dalam tanah, sehingga
produktivitas tanah menurun. Selain itu, kebakaran hutan juga akan meningkatkan erosi
tanah.
2. Mengawetkan Tanah
Tidak selamanya tanah yang subur terus-menerus bisa subur. Tanah dapat
mengalami penurunan kesuburan sehingga berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman.
Erosi tanah menyebabkan tingkat kesuburan tanah menurun. Untuk mempertahankan
tingkat kesuburan tanah maka perlu usaha pengawetan atau konservasi. Cara
pengawetan tanah secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan metode
vegetatif dan metode mekanik. Untuk setiap daerah berbeda dalam menerapkan kedua
metode tersebut. Kadang kedua metode diterapkan secara berimbang di suatu daerah.
Tetapi, di daerah lain mungkin salah satu metode lebih diutamakan.
a. Metode vegetatif sangat efektif dalam pengendalian erosi tanah. Sebagai contoh,
padang rumput alami dan vegetasi hutan membatasi atau mengendalikan erosi tanah
pada tingkat normal. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
Penanaman tanaman secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran air atau
arah angin (strip cropping)
Penanaman tanaman secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip
cropping). Cara penanaman ini bertujuan untuk mengurangi atau menahan
kecepatan aliran air dan menahan partikel-partikel tanah yang terangkut aliran
air.
Penutupan lahan yang memiliki lereng curam dengan tanaman keras
(buffering).
Penanaman tanaman secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan
angin (wind breaks).
b. Metode mekanik yang digabung dengan metode vegetatif akan lebih efektif untuk
mengendalikan erosi tanah. Beberapa metode mekanik yang umum dilakukan
sebagai berikut:
Pengolahan lahan sejajar garis kontur (contour tillage). Pengolahan lahan
dengan cara ini bertujuan untuk membuat pola rongga-rongga tanah sejajar
kontur dan membentuk igirigir kecil yang dapat memperlambat aliran air dan
memperbesar infiltrasi air.
Penterasan lahan miring (terracering). Penterasan bertujuan untuk mengurangi
panjang lereng dan memperkecil kemiringan lereng sehingga dapat
memperlambat aliran air.
Pembuatan pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur. Pembuatan
pematang bertujuan untuk menahan aliran air.
Pembuatan cekdam atau bendungan. Pembuatan cekdam bertujuan untuk
membendung aliran air yang melewati paritparit sehingga material tanah hasil
erosi yang terangkut aliran tertahan dan terendapkan. Adanya cekdam maka
parit-parit erosi lama-kelamaan mengalami pendangkalan, erosi tanah dapat
dikendalikan, lapisan tanah menebal, dan produktivitas tanah meningkat.
SUMBER :
Anjayani, Eni, 2009. Geografi : Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : BSE Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009
Endarto, Danang.dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: BSE Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Wardiyatmoko, K, 2013. Geografi untuk SMA / MA kelas X. Jakarta : Erlangga
http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2013/08/jenis-jenis-tanah-di-indonesia.html
http://haristepanus.wordpress.com/2013/04/13/persebaran-jenis-jenis-tanah-di
indonesia/terasering/