Anda di halaman 1dari 48

BATUAN

Pada pembelajaran geografi dengan topik batuan ini kamu


akan mempelajari:
3.5.1. Menjelaskan karakteristik lapisan-lapisan bumi
3.5.2. Mengidentifikasi jenis batuan penyusun kerak KD: 3.5 Menganalisis
bumi
dinamika litosfer dan
3.5.3. Menganalisis manfaat batuan penyusun litosfer
dalam kehidupan sehari-hari dampaknya terhadap
kehidupan
Alokasi Waktu: 3 x 45 Menit

1. Struktur Perlapisan Bumi dan Karateristiknya


a. Kerak Bumi
Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi). Kerak
bumi terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudra. Lapisan kerak bumi
tebalnya mencapai 70 km dan tersusun atas batuan-batuan basa dan asam. Namun,
tebal lapisan ini berbeda antara di darat dan di dasar laut. Di darat tebal lapisan kerak
bumi mencapai 20-70 km, sedangkan di dasar laut mencapai sekitar 10-12 km.
Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah
kerak Bumi mencapai 1.100°C.
Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80
km. Kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi
dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:
1) Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut
sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982) dengan
berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis
karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.
2) Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya
disebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie 1982) rata-
rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. Kerak benua biasanya
disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari
batuan yang berkomposisi granit.
Pada bagian kerak bumi ini terjadi siklus pembentukan batuan.
b. Mantel bagian atas
Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di bawah lapisan
kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi untuk melindungi bagian
dalam bumi.Selimut. Bumi tebalnya mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan
batuan yang padat yang mengandung silikat dan magnesium. Suhu di bagian bawah
selimut mencapai 3.000 °C, tetapi tekananannya belum mempengaruhi kepadatan
batuan.
Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti dan
mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi dua yaitu
mantel atas yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman sampai 400
km. Mantel bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai 2900 km.
Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama dengan kerak
membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas bagian bawah yang
bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer. Selimut Bumi dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer, dan mesosfer.
1) Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas materi-
materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya mencapai 50-100 km.
Bersama-sama dengan kerak bumi, kedua lapisan ini disebut lempeng litosfer.
Litosfer tersusun atas dua lapisan utama, yaitu lapisan sial (silisium dan
aluminium) serta lapisan sima (silisium dan magnesium).
a) Lapisan sial adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan Al2O3.
Batuan yang terdapat dalam lapisan sial antara lain batuan sedimen, granit,
andesit, dan metamorf.
b) Lapisan sima adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
magnesium. Senyawa dari kedua logam tersrsebut adalah SiO2 dan MgO.
Berat jenis lapisan sima lebih besar jika dibandingkan dengan berat jenis
lapisan sial. Hal itu karena lapisan sima mengandung besi dan magnesium.
2) Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan litosfer. Lapisan
yang tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai tempat formasi magma (magma
induk).
3) Mesosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan astenosfer. Lapisan ini
tebalnya 2.400-2.700 km dan tersusun dari campuran batuan basa dan besi.

c. Inti Bumi
Inti Bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan inti dibedakan
menjadi dua, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam (inner core).
1) Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 °C.
2) Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar
2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang suhunya
mencapai 4500 °C.

Kata litosfer diambil dari bahasa Yunani dan berarti lapisan batuan. Litosfer adalah
lapisan kerak bumi paling luar yang terdiri dari batuan. Litosfer merupakan lapisan batuan
kerak bumi yang paling luar terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1.200 km. tebal
kulit bumi tidak merata di bagian benua lebih tebal dibandingkan dengan bagian samudera.
Litosfer mempunyai ketebalan rata-rata 70 km dan berat jenisnya 2,89 cm³.

1. Batuan Pembentuk Litosfer


Batuan merupakan benda alam penyusun utama lapisan litosfer. Induk batuan
pembentuk litosfer adalah magma, yaitu batuan cair dan pijar yang bersuhu tinggi yang
terdapat di bawah kerak bumi. Magma mengalami beberapa proses perubahan sehingga
menjadi batuan.
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan dibedakan menjadi tiga macam yaitu
Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Metamorf.

a. Batuan Beku
Batuan jenis ini adalah batuan yang terbentuk karena pendinginan magma pijar
yang menjadi padat. Berdasarkan tempat pendinginannya terdapat tiga jenis batuan
beku, yaitu:
1) Batuan Beku Dalam
Pembekuannya terjadi di dalam, jauh di bawah permukaan bumi. Proses
pendinginannya sangat lambat. Hal ini mengakibatkan terbentuknya hablur-
hablur mineral besar-besar dan sempurna dan kompak.Struktur mineral seperti
itu disebut struktur plutonik atau granitas atau holokristalin.Batuan Beku dalam
juga disebut juga Batuan Abyssis. Contoh :Batuan Granit, Diorit, Sienit, dan
Gabro.
Gambar: contoh batuan beku dalam

2)  Batuan Beku Gang atau Korok


Sisa magma yang masih cair itu meresap ke lapisan yang lebih atas dan
menyusup ke sela-sela pipa-pipa gunung api. Kemudian menjadi dingin dan
membeku. Proses pembekuannya relatif cepat, sehingga hablur-hablur (kristal-
kristal) yang terjadi tidak sekompak batuan beku dalam. Struktur batuan beku
gang ini disebut struktur forfirit. Contoh: Granit Forfirit, Diorit Forfirit, dan
Sienit.

3) Batuan beku luar :


Batuan beku macam ini terjadi dari magma yang mencapai permukaan
bumi, kemudian membeku. Proses pembekuannya cepat sekali, sehingga tidak
sempurna membentuk kristal (hablur). Oleh karena itu strukturnya pun disebut
amorf (tidak berbentuk). Contoh :Basalt, Andesit, dan Obsidian.

Gambar: Contoh batuan beku luar


b. Batuan Sedimen
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses
pengendapan. Batuan endapan berasal dari berbagai macam batuan, misalnya
batuan beku yang muncul di permukaan bumi, karena adanya tenaga angin dan air,
batuan beku dirombak menjadi material-material yang lebih kecil, kemudian
diendapkan di dasar samudra. Di samudra, lama-kelamaan endapan tersebut
memadat dan menjadi batuan endapan.
1) Menurut cara mengendapkannya, batuan sedimen dibedakan menjadi tiga,
yaitu
a) Batuan sedimen klastik, yaitu batuan sedimen yang susunan kimianya sama
dengan batuan asal. Ketika diangkut hanya mengalami penghancuran dari
besar menjadi kecil saja. Misalnya, kerikil, pasir, lumpur (berasal dari batu-
batu besar di gunung, masuk ke sungai lalu terbawa air dan saling membentur
yang akhirnya menjadi kecil, susunan kimianya masih sama dengan batuan
asal).
b) Batuan sedimen kimiawi, yaitu batuan sedimen yang terjadi karena proses
kimia, pelarutan, penguapan, dan oksidasi sehingga pada proses
pembentukannya terjadi perubahan susunan kimianya. Contoh:Batuan Kapur
serta stalaktit dan stalagmit yang terbentuk di dinding-dinding gua kapur.
c) Batuan sedimen organik, yaitu sedimen yang diendapkan melalui kegiatan
organik. Contoh: Terumbu Karang.
2) Menurut tenaga pengendapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
a) Batuan sedimen akuatis, yaitu batuan sedimen berasal dari pengendapan
butir-butir batuan oleh air sungai, danau dan air hujan.
b) Batuan sedimen aeolis, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan
butir-butir batuan oleh angin.
c) Batuan sedimen glasial, yaitu sedimen yang berasal dari pengendapan butir-
butir batuan oleh gletser.
3) Menurut tempat pengendapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi lima
yaitu:
a) Batuan sedimen teristris, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di darat
b) Batuan sedimen marine, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di laut.
c) Batuan sedimen limnis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di danau.
d) Batuan sedimen fluvial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di sungai
e) Batuan sedimen glasial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di daerah
terdapat es atau gletser.
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan
tersebut. Penamaan tersebut adalah breksi, konglomerat, batupasir, batulanau,
batulempung
1) Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan
bentuk butitan yang bersudut
2) Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butiran yang membudar
3) Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16
mm
4) Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm
5) Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256
mm
c. Batuan Metamorf
Batuan metamorf (malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150°C)
dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar.
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi
akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga
mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berikut ini.
1) Batuan Metamorf Kontak. Batuan yang mengalami metamorfose sebagai
akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi (sebagai akibat dari aktivitas
magma). Adanya suhu yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk maupun warna batuan. Contoh: Batu Kapur (Gamping) menjadi
Marmer.
2) Batuan Metamorf Dinamo. Batuan yang mengalami metamorfose sebagai
akibat dari adanya tekanan yang tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam
waktu yang lama. Contohnya batu lumpur (mud stone) menjadi batu tulis
(slate). Batuan ini banyak dijumpai di daerah patahan atau lipatan.
3) Batuan Metamorf Kontak Pneumatolistis. Batuan yang mengalami
metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh gas-gas yang ada pada
magma. Contohnya kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi
topas. Contoh: Kuarsit, salah satu jenis batuan metamorf.

2. Pemanfaatan batuan dalam kehidupan manusia


Batuan penyusun litosfer banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut:
a. Granit, Andesit, Gabro dan Diorite digunakan sebagai pembuat dasar dan pondasi
jembatan, landasan pacu bandara, jalan raya, pondasi rumah, dan landasan rel kereta
api.
b. Obsidian, Scoria dan Pumice digunakan untuk mebuat patung dan bangunan candi.
c. Liparit, Pumice, Riolit dan Basalt digunakan dalam bentuk kerakal dan pasir kasar.
Andesit dan Diorite digunakan untuk kerakal pengisi cor tiang dan campuran tiang
pancang (paku bumi).
d. Breksi, Granit Fosfir dan Diorite digunakan untuk landasan dak bangunan bertingkat.
e. Batuan kapur digunakan sebagai bahan semen, teraso dan marmer buatan.
f. Antrasit, Shale, Schist, Batu Sabak dan Batu Padas digunakan untuk hiasan tembok
dan pagar.
g. Turmalin, Topas dan Kuarsa digunakan untuk membuat perhiasan.
VULKANISME

Pada pembelajaran geografi dengan topik vulkanisme ini


kamu akan mempelajari:
3.5.4. Menjelaskan proses vulkanisme
KD: 3.5 Menganalisis
3.5.5. Mengklasifikasikan berbagai tipe gunungapi
3.5.6. Menganalisis dampak vulkanisme bagi kehidupan dinamika litosfer dan
Alokasi Waktu: 3 x 45 Menit dampaknya terhadap
kehidupan
1. Proses Vulkanisme
Vulkanisme diartikan sebagai suatu gejala atau akibat adanya aktivitas magma di
dalam litosfer hingga keluar ke permukaan bumi. Magma adalah batuan cair pijar
bertemperatur tinggi yang terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral
dan gas yang terlarut di dalamnya. Terdapat dua gerakan magma yaitu intrusi dan
ekstrusi magma.
a. Intrusi Magma
Intrusi magma adalah proses penerobosan magma melalui rekahan-rekahan (retakan)
dan celah pada lapisan batuan pembentuk litosfer, tetapi tidak sampai ke permukaan
bumi. Intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga
membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau
disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk, yaitu:
a. Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat
penurunan suhu yang sangat lambat. Intrusi ini sebenarnya adalah dapur magma
yang membeku.
b. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan
lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara
permukaan atasnya tetap rata.
c. Keping intrusi atau sill adalah sisipan magma yang membeku diantara dua lapisan
litosfer, relatif tipis, melebar, dan sejajar dengan bidang perlapisan.
d. Intrusi korok/gang/ dike adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-
lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
e. Apolisa (aphophyse) adalah semacam cabang dari intrusi gang yang bercabang-
cabang banyak (seperti menjari).
f. Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari
dapur magma sampai ke permukaan bumi.
g. Lopolith, yaitu batuan beku intrusi yang mendesak lapisan diatas dan dibawahnya
menjadi bentuk bikonveks.
h. Pacolith, yaitu jenis batuan beku intrusi yang mendesak lapisan dibawahnya
sehingga membentuk suatu bentukan lensa datar-cembung.
Gambar hasil pembentukan intrusi magma
b. Ektrusi magma
Ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Ekstrusi
magma inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan. Ekstrusi magma
tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung
berapi bisa terjadi di dasar lautan. Ekstrusi identik dengan erupsi atau letusan
gunungapi yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu erupsi efusif dan eksplosif.
a. Erupsi efusif, yaitu erupsi berupa lelehan lava melalui retakan atau rekahan atau
lubang kawah suatu gunungapi.
b. Erupsi eksplosif, yaitu erupsi berupa ledakan dengan mengeluarkan bahan-bahan
padat (Eflata/Piroklastika) berupa bom, lapili, kerikil,dan debu vulkanik bersama-
sama dengan gas dan fluida.
Berdasarkan banyaknya celah pada permukaan bumi waktu magma keluar, erupsi
dibedakan menjadi dua macam, yaitu erupsi linear dan erupsi sentral.
a. Erupsi linear, yaitu gerakan magma menuju permukaan bumi melalui celah-celah
atau retakan-retakan.
b. Erupsi sentral, terjadi jika lava keluar melalui terusan kepundan. Erupsi sentral
dibagi menjadi tiga macam, yaitu erupsi yang semata-mata efusif, eksplosif, dan
campuran.
4) Erupsi yang semata-mata efusif, sebagian besar hasilnya adalah lava.
5) Erupsi yang semata-mata eksplosif, sebagian besar hasilnya adalah berapi
embryo.
6) Erupsi campuran menghasilkan gunung berapi strato atau gunung berapi
berlapis. Erupsi ini terdiri atas bahan-bahan lepas dan lava.

c. Material hasil aktivitas vulkanis


Material yang dikeluarkan saat gunung api meletus bermacam-macam. Ada yang
berupa padat, cair, dan gas. Masing-masing zat tersebut dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis material. Jenis material yang dikeluarkan gunung api adalah:
a. Material Padat (Efflata)
Material padat (efflata) terdiri atas:
1) Bom (batu-batu besar).
1) Terak (batu-batu yang tidak beraturan dan lebih kecil dari bom).
2) Lapili, berupa kerikil.
3) Pasir
4) Debu
5) Batu apung
Menurut asalnya, efflata dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Efflata allogen, berasal dari batu-batu di sekitar kawah yang terlempar ketika
terjadi letusan.
2) Efflata autogen (Pyroclastica), berasal dari magma itu sendiri.
b. Material Cair
Bahan cair dari dapur magma akan mengalir keluar dari gunung api jika magma
cair dari dalam Bumi meleleh keluar dari lubang kawah tanpa terhambat oleh
sumbatan dan tidak terdapat sumbatan di puncaknya. Material cair yang keluar ini
terdiri atas:
1) Lava, yaitu magma yang meleleh di luar pada lereng gunung api.
2) Lahar panas, yaitu campuran magma dan air, sehingga merupakan lumpur panas
yang mengalir.
3) Lahar dingin, terbentuk dari efflata porus atau bahan padat di puncak gunung
menjadi lumpur ketika turun hujan lebat dan mengalir pada lereng serta lembah.
Contohnya, akibat letusan Gunung Merapi tahun 2006 yang lalu telah
menghasilkan sekitar 6 juta meter kubik timbunan material yang akan
membentuk aliran lahar dingin saat turun hujan.
c. Material Gas atau Ekshalasi
Material gas atau ekshalasi terdiri atas:
1) Solfatar, berbentuk gas belerang (H2S).
2) Fumarol, berbentuk uap air (H2O).
3) Mofet, berbentuk gas asam arang (CO2). Gas ini berbahaya bagi kehidupan
karena bersifat racun. Selain itu, sifatnya yang lebih berat dari oksigen
menyebabkan gas ini lebih dekat dengan permukaan tanah sehingga mudah
dihirup oleh makhluk hidup. Contohnya, gas CO2 yang keluar dari Gunung Dieng
pada tahun 1979 telah membunuh 149 penduduk.

2. Tipe-tipe Gunung Api


Berdasarkan bentuknya, gunung api dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Gunung api perisai
Dibangun oleh aliran lava dalam jumlah besar dari suatu kawah pusat. Sifat
magmanya basa dengan kekentalan rendah serta kurang mengandung gas. Karena
itulah erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi meleleh atau effusif.
Akibatnya lereng vulkan ini landai (kira-kira kemiringan 2-10), tingginya tidak
seberapa dibandingkan dengan diameter alasnya. Contoh vulkan perisai banyak
dijumpai di Kep. Hawaii seperti gunung Mauna Loa, Mauna Kea, Kilauea dan
sebagainya.
b. Gunung api maar
Dibangun oleh erupsi dahsyat yang menghempaskan sebagian besar tubuh
gunung, namun erupsi selanjutnya lebih dominan gas yang mengikis batuan
membentuk lubang besar. Nama maar berasal dari nama danau kawah di daerah
pegunungan eifel, jerman, yang diameternya 2 km. Contohnya Ranu Grati, Ranu
Klakah, Ranu Bedali, dan banyak lagi di lereng gunung Lamongan.
c. Gunung api strato
Dibangun oleh material erupsi berupa piroklastik. Magmanya bersifat asam, lebih
kental dan banyak mengandung gas sehingga erupsinya eksplosif. Materi-materi
piroklastik tersebut setelah dihempaskan ke udara kemudian jatuh di lereng-lereng
gunung tersebut, menghasilkan bentuk vulkan yang makin ke puncak makin
meruncing.

Gambar : penampakan gunung api berdasarkan bentuknya

Berdasarkan besar tekanan gas, derajat kecairan magma, dan kedalaman waduk
magma.
a. Tipe Hawaii
Magma yang dikeluarkan sangat cair dengan tekanan gas rendah berasal dari
dapur magma yang dangkal. Contohnya: gunung Mauna Loa, Mauna Kea, Kilauea
dan sebagainya.
b. Tipe Stromboli
Erupsi yang terjadi tidak terlalu eksplosif, tetapi berlangsung lama. Sering terjadi
letusan kecildan banyak mengeluarkan eflata. Magma yang dikeluarkan cair dengan
tekanan gas sedang berasal dari dapur magma yang agak dalam. Contohnya Gunung
Raung di Jawa Timur dan gunung Vesuvius di Italia.
c. Tipe Perret
Mempunyai ledakan yang sangat dahsyat disertai material yang menyembur ke
angkassa karena tekanan gas yang sangat tinggi. Contohnya gunung Krakatau di selat
sunda.
d. Tipe Merapi
Magma kental yang mengalir secara perlahan karena tekanan gas yang rendah
sehingga membentuk sumbat kawah. Akibatnya, tekanan gas makin kuat hingga
kawah tersebut terangkat dan pecah yang disertai keluarnya awan panas. Contohnya
gunung Merapi di Jawa Tengah.
e. Tipe Pele
Magma kental dengan tekanan gas yang tinggi berasal dari dapur magma yang
dalam. Contohnya Gunung Pelee di Amerika Tengah.
f. Tipe Vulkano
Magma yang dikeluarkan cair kental dengan tekanan gas sedang sampai
tinggi,bersal dari dapur magma yang dangkal sampai agak dalam. Contohnya Gunung
Bromo, Gunung Etna di Italia.
g. Tipe St.Vincent
Magma kental dengan tekanan gas sedang berasal dari dapur magma yang
dangkal. Contohnya Gunung Kelud di jawa timur dan Gunung St. Vincent di
kepulauan Antiles.

Gambar : tipe-tipe gunung api berdasarkan erupsinya

3. Dampak Vulkanisme Terhadap Kehidupan


a. Dampak negatif
1) Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain
Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S),
Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
2) Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke
permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai
sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang
membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
3) Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya.
Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
4) Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai
ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
5) Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini
terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih
besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang
terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak
napas.
Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi
organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut ini
hal negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus: 
1) Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-
macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau H2S,
No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial
meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
2) Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas
penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan ekonomi.
3) Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik
panas akan merusak pemukiman warga.
4) Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan
hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
5) Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan
sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
6) Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan
adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan juga Gunung
Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu destinasi
wisata terbaik bagi mereka wisatawan pecinta alam.
b. Dampak positif
1) Tanah yang dilalui oleh hasil vulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian
sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa menghasilkan
tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan
yang mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
2) Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah
meletus, yakni penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki
nilai ekonomis.
3) Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat
meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga
sekitar gunung.
4) Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi
pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
5) Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas
yang keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini baik
bagi kesehatan kulit.
6) Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral
yang sangat melimpah.
7) Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial
terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik.
8) Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan
pembangkit listrik.

BAHAN AJAR
TEKTONISME DAN SEISME

Pada pembelajaran geografi dengan topik tektonisme dan


seisme ini kamu akan mempelajari:
3.5.7. Menjelaskan pengertian tektonisme
KD: 3.5 Menganalisis
3.5.8. Menjelaskan proses tektonisme dari gerak
epirogenesa dan orogenesa dinamika litosfer dan
3.5.9. Menganalisis dampak tektonisme dalam dampaknya terhadap
kehidupan kehidupan
3.5.10. Menjelaskan pengertian seisme
3.5.11. Mengklasifikasikan macam-macam gempa bumi
3.5.12. Menganalisis dampak gempa bumi terhadap
B. TEKTONISME
1. Pengertian tektonisme
Tektonisme merupakan tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya
perubahan letak muka bumi  secara mendatar atau vertikal, baik yang mengakibatkan
putusnya hubungan batuan maupun tidak. Tektonisme akan mengubah bentuk muka
Bumi menjadi naik atau turun.
2. Gerak Epirogenesa
Suatu proses perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga yang lambat dari
dalam dengan arah vertikal, baik ke atas maupun ke bawah meliputi wilayah yang luas.
Gerakan Tektonis Epirogenesa ada 2 macam, epirogenesa positif dan epirogenesa negatif.
a. Epirogenesa positif
Yaitu gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut naik,
akibat adanya sedimen yang tebal. Contoh: Turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian
timur (Kep. Maluku dari barat  daya  sampai Pulau Banda).
b. Epirogenesa negatif
Yaitu gerak naiknya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut turun,
misal mencairnya  lapisan es. Contoh: Naiknya Pulau Timor dan Pulau Buton Naiknya
Dataran Tinggi Colorado di Amerika Serikat.

3. Gerak Orogenesa
Suatu pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat meliputi wilayah yang sempit.
Tektonis orogenesa merupakan proses pembentukan gunung atau pegungungan  akibat
adanya tabrakan lempeng benua, tabrakan sesar bawah benua dengan lempeng samudra,
perekahan kontinen, pergeseran punggung samudra dengan  benua. Tektonis orogenesa
biasanya disertai proses lipatan (faulting), patahan (folding).
a. Lipatan
Bentuk lipatan terjadi karena tenaga endogen ke arah lateral (mendatar) dan dua
arah yang berlawanan. Apabila terjadi
bentuk lipatan maka akan ditemukan
antiklinal atau puncak lipatan dan sinklinal atau lembah lipatan. Contohnya
pegunungan-pegunungan tua seperti pegunungan Ural dan Allegana yang terjadi
pada zaman primer dan pegunungan muda seperti rangkaian pegunungan
Mediterania dan sirkum pasifik yang terjadi pada zaman tersier. Rangkaian
pegunungan Mediterania adalah lipatan pegunungan yang dimulai dari pegunungan
Atlas, Alpen, Balkan, Asia Muka, Himalaya, Hindia Belakang, Sumatra, Jawa, Nusa
Tenggara, sampai Maluku.
Sirkum pasifik adalah rangkaian atau lipatan pegunungan yang memanjang dari
Pantai Pasifik, Amerika, Jeparang, Filipina, Irian, Australia, sampai Selandia Baru.

daerah Pasifik Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, lipatan dibedakan
menjadi:
1) Lipatan Tegak (Symmetric folds)
Dihasilkan dari kekuatan yang sama yang mendorong dua sisi dengan seimbang.
Berikut merupakan gambar dari lipatan tegak.

Gambar: Model dan hasil dari lipatan tegak


2) Lipatan Miring (Asymmetric folds)
Terjadi ketika kekuatan tenaga pendorong di salah satunya sisi lebih kuat, maka
akan menghasilkan kenampakan yang salah satu sisinya lebih curam.Berikut
merupakan gambar dari lipatan miring.

Gambar: Asymmetric folds

3) Lipatan Menggantung (Overfold)


Terjadi saat tekanan bekerja pada salah satu sisi dengan lebih kuat, sisi tersebut
akan terlipat sesuai arah lipatan.

Gambar: Overfold
4) Lipatan Menutup (Recumbent Fold)
Terbentuk pada saat lipatan yang satu menekan sisi yang lain, menyebabkan
sumbu lipat hampir datar.

Gambar: Recumbent Fold

5) Lipatan Sesar Sungkup (Overthrust)


Terbentuk ketika tenaga tekan menekan satu sisi dengan kuatnya hingga
menyebabkan lipatan menjadi retak.

Gambar: Overthrus
6) Nappe
Terbentuk setelah lipatan overthrust rusak sepanjang garis retakan. Berikut
merupakan gambar dari nappe.

Gambar : Nappe
b. Patahan
Patahan terjadi ketika kulit bumi yang bersifat padat dan keras mengalami retak
atau patah pada saat terjadi gerakan orogenesa. Pada patahan, massa batuan
mengalami pergeseran titik atau tempat yang semula bertampalan (kontak) kemudian
berpindah lokasi (dislocated/displaced). Gerakan ini menimbulkan terjadinya
patahan dengan gaya tekan (compression) dan gaya regangan (tension). Ekspresi
topografi dari adanya patahan sangat beraneka ragam, antara lain gawir sesar,
triangle facet, lembah sesar, fault, rift, graben, horst, dan basin (cekungan struktural).
Pada perkembangannya, kenampakan ini mengalami perubahan akibat tenaga
endogen. Ciri adanya patahan dapat dikenali dari adanya perbedaan ketinggian yang
mencolok. Di Indonesia, beberapa patahan dapat kamu jumpai di Semangko
(Sumatra) dan Piyungan (Yogyakarta).
Berdasarkan arah datangnya tekanan, patahan dibedakan menjadi tiga macam
sebagai berikut.
1) Patahan (sesar) akibat tekanan dengan arah horizontal saling menjauh dan
mendekat. Akibat tenaga ini akan mengakibatkan hal berikut :
a) Slenk (graben) , yaitu laipsan batuan yangterletak lebih rendah daripada
daerah sekelilingnya.

Gambar: Proses terjadinya Slenk

b) Horst, yaitu lapisan batuan yang lebih tinggi daripada daerah sekelilingnya

Gambar: Proses terjadinya Horst

Ciri adanya patahan dapat dikenali dari adanya perbedaan ketinggian yang
mencolok. Tipe-tipe dasar patahan:
1) Normal Fault 
Merupakan patahan yang memungkinkan satu blok (footwall) lapisan
batuan bergerak dengan arah relatif naik terhadap blok lainnya (hanging wall).
Ciri dari patahan ini adalah sudut kemiringan besar hingga mendekati 90o.
2) Reserve Fault 
Merupakan patahan dengan arah
footwall yang relatif turun dibanding
hanging wall. Ciri dari patahan ini adalah
sudut kemiringan yang relatif kecil yaitu
kurang dari 45o.

3) Strike Fault 
Merupakan patahan yang arahnya relatif
mendatar ke kiri atau ke kanan. Arah patahan
mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan
batuan bergerak dengan arah mendatar namun
sebagian ada yang bergerak dengan arah
vertikal.  Bila gerakan patahan ke kanan di sebut sesar geser sinistrial dan bila ke
kiri dinamakan sesar geser dekstral.

c. Retakan (Joint)
Retakan merupakan bentukan lahan yang terjadi
karena pengaruh gaya regangan, sehingga batuan
mengalami retak-retak namun masih bersambung.
Biasanya ditemukan pada batuan rapuh di daerah
puncak antiklinal dan dikenal dengan nama
tectonic joint. Berdasarkan cara pembentukannya, ada dua macam retakan, sebagai
berikut:
a) Retakan yang disebabkan tekanan
b) Retakan yang disebabkan tarikan

d. Pelengkungan (Warping)
Pelengkungan merupakan gerak vertical yang tidak merata pada suatu daerah,
khususnya yang berbatuan sedimen akan menghasilkan struktur lapisan yang mulanya
horizontal menjadi melengkung. Jika melengkung ke atas menjadi kubah (dome) dan ke
bawah menjadi cekungan (basin).

4. Dampak Tektonisme Bagi Kehidupan


b. Dampak Positif
1) Proses vulkanisme pada gunung api di Indonesia bermanfaat bagi lahan
pertanian, karena abu vulkanik akibat letusan gunung api membuat tanah menjadi
subur.
2) Gunung api merupakan penghasil bahan galian tambang seperti emas, intan,
timah, serta bahan bangunan yang lainnya.
3) Bentuk hasil tenaga endogen dapat dijadikan wisata alam yang sangat menarik.
c. Dampak Negatif
1) Lereng-lereng yang terbentuk karena tenaga endogen ada yang terjal dan landai,
yang tidak baik dijadikan daerah pertanian
2) Daerah-daerah pegunungan yang terjal juga tidak baik dijadikan daerah
pemukiman karena rentan terjadinya tanah longsor sehingga dapat menimbulkan
kerugian, baik materil maupun korban jiwa.
3) Proses alam endogen dapat menimbulkan gempa bumi dan letusan gunung api.
Gempa bumi dan letusan gunung api dapat menelan korban jiwa manusia,
membahayakan kesehatan masyarakat, serta menimbulkan kerugian material bagi
penduduk setempat.
4) Pergeseran kerak bumi mendorong terbentuknya berbagai jenis pegunungan dan
cekungan sedimen. Lebih lanjut terjadinya tekanan, regangan, dan deformasi
pada kerak Bumi (pengangkatan, amblesan, retakan, patahan, serta lipatan)
didukung dengan adanya gaya gravitasi Bumi akan menimbulkan terjadinya
erosi, longsoran, dan sedimentasi. Dari proses yang terjadi ini dapat
menimbulkan bencana alam yang mengakibatkan kerugian materiil, harta benda,
dan nyawa.

C. SEISME (GEMPA BUMI)


1. Pengertian Gempa Bumi
Gempa bumi adalah suatu getaran asli yang bersumber dari dalam bumi dan merambat
ke permukaan. Pada saat gempa bumi terjadi, kita dapat merasakan adanya getaran bumi
di tempat kita berpijak.
2. Jenis-Jenis Gempa Bumi
a. Berdasarkan Penyebab
1) Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng di dalam bumi secara tiba-tiba.
2) Gempa Bumi Tumbukan
Gempa bumi tumbukan adalah gempa bumi yang diakibatkan oleh tumbukan
meteor atau tumbukan asteroid yang jatuh ke bumi.
3) Gempa Bumi Runtuhan
Gempa bumi runtuhan adalah gempa bumi yang terjadi pada daerah pertambangan,
lereng tebing yang curam dan daerah yang khas.
4) Gempa Bumi Vulkanik
Gempa bumi vulkanik merupakan gempa yang disebabkan oleh letusan gunung api,
bersifat lemah dan hanya terasa di sekitar tubuh gunung api itu saja.
b. Berdasarkan Bentuk Episentrum
1) Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk titik.
2) Gempa linear, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis.
c. Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum
1) Gempa Bumi Dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300
km di bawah permukaan bumi. Pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
2) Gempa Bumi Menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara
100 – 300 km di bawah permukaan bumi. Pada umumnya menimbulkan kerusakan
ringan dan getarannya lebih terasa.
3) Gempa Bumi Dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari
100 km dari permukaan bumi. Biasanya menimbulkan kerusakaan yang besar.
d. Menurut jarak episentrumnya:
1) Gempa sangat jauh , yaitu gempa yang jarak episentrumnya lebih dari 10.000 km.
2) Gempa jauh, yaitu gempa yang jarak episentrumnya sekitar 10.000 km.
3) Gempa lokal, yaitu gempa yang jarak episentrumnya kurang dari 10.000 km.
e. Menurut lokasi episentrum:
1) Gempa daratan, gempa yang lokasi episentrumnya berada di daratan.
2) Gempa lautan, gempa yang lokasi episentrumnya berada di dasar laut dan dapat
berpotensi menimbulkan tsunami.
3. Gelombang Gempa
a. Gelombang Longitudinal
Gelombang gempa yang merambat dari sumber gempa ke segala arah dengan
kecepatan 7-14 km per detik. Gelombang ini terjadi pertama kali sehingga disebut
gelombang primer.
b. Gelombang Transversal
Gelombang gempa yang tegak lurus dengan gelombang primer dengan kecepatan 4-7
km per detik. Gelombang ini disebut gelombang sekunder.
c. Gelombang panjang/ gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang merambat
di permukaan bumi dengan kecepatan sekitar 3,5 - 3,9 km per detik. Gelombang inilah
yang paling banyak menimbulkan kerusakan
4. Pengukuran Gempa Bumi
Gempa bumi dapat diukur dengan menggunakan alat seismograf ditemukan oleh Grey,
Milne dan Ewing pada tahun 1880. Cara mengukur jarak episentrum menggunakan
rumus Laska:

∆ = {(S−P) −1 menit} x 1.000 km

Keterangan:
∆ = Jarak Episentrum Gempa Bumi (km)
S = Waktu Pencatatan Gelombang Sekunder (menit)
P = Waktu Pencatatan Gelombang Primer (menit)
Contoh:
Sebuah stasiub pencatat gempa, mencatat gelombang primer pada pkl. 12.25’15” dan
gelombang sekunder pada pkl. 12.30’30”. Berapa km kah jarak episenter ke stasiun
pencatat gempa?
Solusi (penyelesaian):
Diketahui P = 12.25’15”
S = 12.30’30”
Ditanya ∆ = …?
Jawab :
∆ = {(S−P) −1 menit} x 1.000 km
= {(12.30’30”− 12.25’15”) −1’} x 1.000
= (5’15” – 1’) x 1.000
= 4’15” x 1.000
= 4,25 x 1.000
= 4.250.
Jadi, jarak episenter ke stasiun pencatat gempa adalah 4.250 km.

5. Dampak Gempa Bumi Terhadap Kehidupan


a. Dampak Negatif
1. Gempa bumi besar yang terjadi di laut, memicu terjadinya tsunami. Gempa bumi
di laut, menyebabkan tekanan yang berubah secara drastis di laut. Tekanan yang
terjadi secara tiba- tiba ini, mendorong air laut menjadi naik.
2. Gempa bumi juga dapat menghasilkan longsor. Tanah pada daratan tinggi, atau
tebing memiliki kemungkinan mengalami longsor akibat dari tanah yang bergetar.
Getaran itu, memicu perubahan bentuk bumi.
3. Gempa bumi juga mampu mengubah struktur tanah yang menjadikan tanah subur,
menjadi tidak subur.
4. Gempa bumi adalah salah satu bencana alam yang menyebabkan kerugian besar
bagi manusia. Gempa bumi mampu menghancurkan gedung maupu rumah. Selain
itu, mampu merusak sumber daya yang dibutuhkan manusia untuk terus hidup.
b. Dampak Positif
1. Perubahan mineral serta batuan di dalam tanah menyebabkan banyak batu mulia
hingga mineral yang naik ke permukaan sehingga mudah untuk di tambang.
Selain itu retakan atau celah pada tanah yang terjadi akibat gempa dapat
menyimpan gas alam dan minyak bumi
2. Gempa menjadikan kemajuan teknologi semakin pesat terutama dalam penemuan
alat pendeteksi gempa. Gempa juga memberikan pengaruh positif di bidang
pariwisata terutama tepat di lokasi terjadinya gempa. Hal ini dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar lokasi tersebut karena sering dikunjungi.

Sumber:
 Farah. “Pengaruh Tektonisme Terhadap Hidupan”.
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/pengaruh-tektonisme-terhadap-
kehidupan. Diunduh pada Selasa, 14 Maret 2017 Pukul 08.02 Wita).
 Harmanto, G. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Yrama Widia.
 Wardiyatmoko, K. 2013. Geografi SMA/MA untuk kelas X. Jakarta: Erlangga.
 Yulir, Yulmadia. 2013. Geografi 1 untuk SMA Kelas X. Bogor. Yudistira.

TENAGA EKSOGEN

Pada pembelajaran geografi dengan topik eksogen ini


kamu akan mempelajari: KD: 3.5 Menganalisis
3.5.13. Mendefinisikan pengertian tenaga eksogen dinamika litosfer dan
3.5.14. Menjelaskan macam-macam tenaga eksogen
dampaknya terhadap
3.5.15. Menganalisis pengaruh tenaga eksogen terhadap
kehidupan kehidupan
Alokasi Waktu: 3 x 45 Menit
1. Eksogen dan pengaruhnya terhadap kehidupan
Eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifatnya merusak atau merombak
permukaan bumi yang sudah terbentuk oleh tenaga endogen. Tenaga eksogen juga
mengakibatkan bentuk-bentuk muka bumi. Tenaga eksogen dapat berasal dari tenaga air,
angin, dan organisme yang menyebabkan terjadinya proses pelapukan, erosi, denudasi, dan
sedimentasi. Contoh seperti bukit atau tebing yang terbentuk hasil tenaga endogen terkikis
oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi.
Di permukaan laut, bagian litosfer yang muncul akan mengalami penggerusan oleh
tenaga eksogen yaitu dengan jalan pelapukan, pengikisan dan pengangkutan, serta
sedimentasi. Misalnya di permukaan laut muncul bukit hasil aktivitas tektonisme atau
vulkanisme. Mula-mula bukit dihancurkannya melalui tenaga pelapukan, kemudian puing-
puing yang telah hancur diangkut oleh tenaga air, angin, gletser atau dengan hanya gravitasi
bumi. Hasil pengangkutan itu kemudian diendapkan, ditimbun di bagian lain yang akhirnya
membentuk timbunan atau hamparan bantuan hancur dari yang kasar sampai yang halus.
Contoh lain dari tenaga eksogen adalah pengikisan pantai. Setiap saat air laut menerjang
pantai yang akibatnya tanah dan batuannya terkikis dan terbawa oleh air. Tanah dan batuan
yang dibawa air tersebut kemudian diendapkan dan menyebabkan pantai menjadi dangkal. Di
daerah pegunungan bisa juga ditemukan sebuah bukit batu yang kian hari semakin kecil
akibat tiupan angin.
Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu:
 Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin.
 Air yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser, dan
sebagainya.
 Organisme yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
Perusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan, pengikisan
(erosi) dan pengendapan.

1.  Pelapukan 
Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih
kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai
proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa sinar matahari, air,
gletser, reaksi kimiawi dan kegiatan makhluk hidup (organisme). Menurut proses terjadinya
pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu pelapukan organis, fisis atau mekanik dan
pelapukan kimiawi.
1. Pelapukan Organis
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang
tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan
pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu karang
daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh
binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini
dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik
yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah
yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang
dikeluarkan oleh akarakar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak
batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam
pelapukan melalui aktivitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.

2. Pelapukan Fisis atau Mekanis


Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan
penghancuran bongkahan batu jadi bongkahan yang lebih
kecil,tetapi tidak mengubah unsur kimianya. Proses ini
disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan
pembekuan air pada celah batu.
Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:
1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun,
dengan temperatur pada siang hari dapat mencapai 50oC. Pada siang hari bersuhu tinggi atau
panas batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan
mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau
retak-retak.
2. Adapun pembekuan air di dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan
tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di
daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.
3. Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan
mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di
sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.

3. Pelapukan Kimiawi
Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa
pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst).
Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak
mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO3).
Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan
yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonasia banyak turun hujan.
Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.

Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya adala sebagai berikut.
a. Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena
erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian
pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan Seribu.
b. Gua dan sungai di dalam Tanah
Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan
semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan.
Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.
c. Stalaktit
Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur
yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk
dari kapur yang tebal akibat udara masuk dalam
gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur
yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya
stalaktit dan stalakmit di Gua tabuhan dan gua
Gong di Pacitan, jawa Timur serta Gua Jatijajar
di Kebumen, Jawa Tengah.

2.  Erosi
Erosi seperti pelapukan adalah tenaga perombak (pengkikisan). Tapi yang membedakan erosi
dengan pelapukan adalah erosi adalah pengkikisan oleh media yang bergerak, seperti air sungai,
angin, gelombang laut, atau gletser. Erosi dibedakan oleh jenis tenaga perombaknya yaitu : Erosi
air, Erosi gelombang laut (abarasi/erosi marin ), Erosi angin (deflasi), Erosi gletser (glasial),
Erosi Akibat gaya berat.
 Erosi Air
Erosi oleh air adalah  erosi yang di sebabkan oleh air atau air hujan.Jika tingkat curah
hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka
terjadilah genangan air yang mengalir kencang.Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya
erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama
pada tanah yang gundul.
Tahapan Erosi Air
Proses pengikisan oleh air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan yang berbeda
sesuai dengan kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi, sebagai berikut.
 Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke bumi.
 Erosi lembar, yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga kesuburannya
berkurang. Pengikisan lembar ditandai oleh warna air yang mengalir berwarna coklat
 warna air yang terkikis menjadi lebih pucat, kesuburan tanah berkurang
 Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya alur-alur
pada tanah sebagai tempat mengalirnya air.
 Erosi parit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengikisan aliran air. Bila
erosi parit terus berlanjut, maka luas lahan kritis dapat meluas, dan pada tingkat ini tanah
sudah rusak.

3. Bentuk Permukaan Bumi Akibat Erosi


Pengkikisan oleh air dapat mengakibatkan tebing sungai semakin dalam, lembah semakin
curam dan pembentukan gua.
o Pengikisan oleh air laut (abrasi)
Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang
terjadi secara terus – menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi
air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung
yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang melemahkan
batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan batuan di pantai. Akhirnya, retakan
semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat
diterjang gelobang secara terus menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff
dan wave cut playform.
Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut yang menjorok
ke arah daratan. Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten dan
tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah tererosi, sedangkan batuan
yang resisten sulit untuk tererosi. Akibatnya, pada batuan yang tidak resisten akan terbentuk
teluk yang menjorok ke daratan pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok ke
laut.
Akibat abrasi adalah adanya bentukan dinding pantai yang curam, relung (lekukan pada
dinding tebing), gua pantai, batu layar, cliff, notch dan gua di pantai.

o Erosi Oleh Angin (korasi)


Erosi oleh angin adalah pengikisan yang disebabkan oleh
angin. Hembusan angin kencang yang terus menerus di
daerah yang tandus dapat memindahkan partikel-partikel
halus batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu
formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.
Pengikisan oleh angin (erosi angin biasanya terjadi di gurun)
dapat mengakibatkan batu jamur.

o Erosi oleh gletser


Merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di daerah pegunungan.
Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat musim. Pada saat musim semi, terjadi
erosi oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Akibatnya lereng menjadi lebih terjal.
Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah pantai fyord, yaitu pantai
dengan dinding yang berkelok kelok.

o Erosi Akibat Gaya Berat


Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi
yang disebabkan oleh gaya berat .Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat
menimbulkan  bencana longsor.

3.  Sedimentasi ( pengendapan )


Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh
tenaga air atau angin.
Proses sedimentasi atau pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya :
1. Pengendapan air ( akuatik)
a) Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok-kelok
yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses
berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian
hulu. Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang
terbentuk juga kecil.  Akibatnya sungai mulai
menghindari penghalang dan mencari rute yang paling
mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum
terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang
wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi
pada tepi sungi, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat akan
terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi
pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan
Pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus
akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, sehingga terbentuk
oxbow lake.

2. Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya
menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan
sedangkan tanah liat dan Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama , akan
terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen membentuk dataran yang
luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat:
1. Sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.
2. Arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat.
3. pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali
Brantas.

3. Dataran banjir dan tanggul alam


Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir
dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut,bahan bahan yang terbawa oleh air
sungai akan terendapkan di tepi  sungai. Akibatnya, terbentuk suatu Dataran di tepi sungai.
Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai
lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul alam.

b. Pengendapan air laut (Sedimen marine)


a)    Slip dan Tombolo
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut
sedimen marine. Bentang alam hasil pengendapan oleh air
laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai.
Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi
material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan
kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai
mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai
akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Setelah sekian lama, terdapat
akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika
arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk melewati
teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar spit terdapat pulam,
biasanya spit akhirnya tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.
c. Pengendapan Angin (Sedimen aeolis)
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen
aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa
gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah
pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi
akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat.
Angin mengangkut dan mengedapkan Pasir di suatu tempat
secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir/sand dune.

d. Pengendapan oleh gletser


Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen
glacial. Bentang alam hasil Pengendapan oleh gletser adalah
bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi
pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan
juga menuruni lereng dan mengendap di lemah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V
menjadi berbentuk U.

Pergerakan batuan atau tanah (Masswasting)


Masswasting atau massmovement adalah proses perpindahan massa batuan dan atau tanah dalam
volume yang besar karena pengaruh gravitasi. Berdasarkan materi dan kecepatannya,
masswasting dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
(1) Slow flowage disebut juga rayapan massa (creep), adalah perpindahan massa tanah dalam
waktu yang sangat lambat. Peristiwa ini hanya dapat diketahui dengan mengenali pepohonan
yang tumbuh membengkok atau tiang listrik yang berdiri miring.
(2) Rapid flowage, adalah perpindahan massa batuan atau tanah yang relative cepat karena
dibantu oleh aliran air dalam tanah yang telah jenuh.
(3) Landslide atau longsoran, yaitu perpindahan massa batuan atau tanah dalam bentuk blok-blok
besar dalam jangka waktu yang cepat.
Pengaruh tenaga eksogen:
Dampak positif tenaga eksogen antara lain sebagai berikut.
 Memunculkan habitat.
 Memperluas daratan di bumi.
 Memperdekat barang tambang ke permukaan bumi.
 Tenaga eksogen memiliki dampak positif yang dapat kita rasakan melalui proses
pembentukan patahan dan lipatan yang menyebabkan adanya keanekaragaman
bentuk permukaan bumi seperti adanya danau, pegunungan, sungai dan dataran. Hasil
bentukan ini dapat kita nikmati sebagai suatu keindahan alam dan juga memberi manfaat
besar bagi manusia. Contoh manfaat tersebut misalnya, pegunungan yang memengaruhi
cuaca di sekitarnya, atau aliran sungai yang airnya dapat dimanfaatkan oleh manusia.
 Selain itu, proses vulkanisme karena tenaga eksogen dapat menyuburkan tanah, karena
letusan gunung api biasanya memuat debu vulkanik. Pembentukan batuan
juga memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, misalnya granit dan fosfat
yang menjadi bahan-bahan dasar industri.
 Dampak positif lainnya, misalnya dapat ditemukan pada pembentukan logam-logam di
perut bumi yang bermanfaat, semacam besi, baja, timah.
Dampak negatif tenaga eksogen, antara lain sebagai berikut.
 Kesuburan tanah bisa berkurang (dampak dari erosi).
 Hasil-hasil erosi yang diendapkan (sedimentasi) di muara sungai
mengakibatkan pendangkalan dasar sungai.
 Abrasi dapat menghilangkan garis pantai hilang dihantam
 Di daerah pesisir, tenaga eksogen menghasilkan delta-delta di muara sungai yang subur
sangat bermanfaat bagi manusia.
 Hasil erosi dan sedimentasi di pesisir sangat baik untuk pertanian, dan perikanan. Di
pantai utara Pulau Jawa banyak dijumpai sawah-sawah yang subur di sepanjang
pantai. Demikian juga tambak-tambak udang dan bandeng.

MATERI TANAH (PEDOSFER)

Pada pembelajaran geografi dengan topik vulkanisme ini


kamu akan mempelajari: KD: 3.5 Menganalisis
3.5.14. Menganalisis persebaran dan pemanfaatan tanah di dinamika litosfer dan
Indonesia dampaknya terhadap
3.5.15. Menentukan upaya konservasi tanah
kehidupan
3.5.6. Mengidentifikasi lembaga-lembaga yang
menyediakan dan memanfaatkan
Alokasi Waktu: 3 x 45 Menit

D. PEMBENTUKAN TANAH
1. Proses Pembentukan Tanah
Pedosfer/tanah adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai
lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer.
Tanah merupakan hasil pelapukan batu-batuan, sebagai proses alami yang
disebabkan oleh pengaruh iklim dan organisme. Proses pembentukan tanah diawali dari
pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan
ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang
lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih
menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya
bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal
terbentuknya tanah.
Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i,o,b,t,w)
Keterangan:
T : Tanah
F : Faktor b : Bahan induk
I : Iklim t : Topografi
O : Organisme w : Waktu

Penjelasan dari tiap-tiap faktor sebagai berikut:


a. Bahan induk
Bahan induk pembentuk tanah adalah hasil pelapukan batuan. Bahan induk dapat
dibedakan berdasarkan tingkat pelapukan, kandungan unsur hara, dan ukuran
partikel penyusunnya. Bahan induk juga merupakan salah satu faktor penentu sifat
tanah, contohnya tanah yang berasal dari pelapukan batu pasir akan memiliki sifat
berpasir.

b. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada
dua yaitu:
1) Suhu atau temperatur berpengaruh pada proses pelapukan bahan induk.
Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula.
2) Curah hujan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah.
Pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menjadi rendah).

c. Organisme
Aktivitas hewan dan tumbuhan serta dekomposisi sisa jasad hewan dan tumbuhan
turut mempengaruhi pembentukan tanah. Sebagai contoh mikroorganisme juga
membantu pembentukan tanah dengan menguraikan materi organik dan
melarutkan mineral. Hewan-hewan penggali lubang yang tinggal di dalam tanah
mempengaruhi kondisi perlapisan tanah.

d. Topografi (relief)
Topografi atau bentuk medan memengaruhi pembentukan tanah terkait dengan
keberadaan air dan suhu. Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
1) Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal
karena terjadi sedimentasi.

2) Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya
menjadi asam.

Sebagai contoh, tanah yang terbentuk pada wilayah dengan kelerengan curam
memiliki lapisan atas yang tipis karena banyak terbawa oleh air limpasan permukaan.

e. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan,
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses
pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan
induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100
tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk
tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah
tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang
berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor
pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam
yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah,
akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda.
Faktor waktu berpengaruh dengan tingkat perkembangan tanah. Sebagai contoh
dalam kondisi ideal lapisan tanah umumnya terbentuk dalam kurun waktu 200
tahun.

2. Komponen penyusun tanah


Tanah tersusun dari empat komponen utama, yaitu sebagai berikut:
a. Bahan Mineral (45%), berasal dari pelapukan secara mekanis dan diteruskan oleh
proses kimiawi yang pada akhirnya membentuk mineral pembentuk tanah yang terdiri
atas mineral primer dan sekunder.
b. Bahan Organik (5%), berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang
mengalami pelapukan.
c. Udara (25%) yang terdapat dalam tanah tidak sama dengan yang terdapat pada
atmosfer. Udara yang berada dalam tanah selalu tetap termasuk kelembapannya.
d. Air (25%), air terdapat dalam pori-pori tanah dan dapat tertahan di dalamnya.

3. Profil tanah
Lapisan-lapisan tanah pada profil tanah disebut horizon.
Sebuah horizon tanah merupakan penampang melintang dari
permukaan tanah hingga ke bahan induk tanah. Horizon
tanah meliputi:
a. Horizon O, horizon ini dapat kita temukan pada tanah-
tanah hutan yang belum terganggu. Pada lapisan ini
terdapat banyak akar tanaman dan jasad tumbuhan dan
hewan. Horizon O, merupakan horizon organik yang
terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Lapisan ini
berwarna gelap dan kaya akan humus merupakan lapisan
permukaan.
b. Horizon A, horizon ini terdiri atas campuran bahan
organik dan bahan mineral. Horizon A merupakan horizon yang mengalami
pencucian. Pada lapisan ini merupakan eluviasi yang masih mempunyai banyak
humus. Lapisan ini berwarna keabu-abuan dan lebih pucat. Warna pucat tersebut
akibat banyaknya kandungan mineral yang hanyut bersama air hujan.
c. Horizon E, horizon ini terdiri atas lapisan bawah permukaan yang telah kehilangan
sebagian besar kandungan mineralnya. Lapisan ini sering melekat pada horizon A atau
menggantikan lapisan tersebut.
d. Horizon B, pada lapisan ini partikel dan liat yang tercuci dari horizon E terakumulasi.
Hanya terdapat sedikit materi organik pada lapisan ini.
e. Horizon C, horizon ini tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit
pelapukan dan bersifat tidak subur. Pada lapisan ini merupakan lapisan tanah terbawah
yang terdiri atas bahan induk tanah seperti batuan dasar yang melapuk atau sedimen
yang belum memadat.
f. Horizon R, horizon ini tersusun atas batuan keras yang belum terlapukkan. Lapisan ini
merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat pejal dan belum
mengalami pelapukan.

4. Peranan Tanah Bagi Kehidupan Manusia


Tanah berperan sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena
tanah:
a. Digunakan untuk tempat tinggal dan tempat melakukan berbagai aktivitas
b. Sebagai tempat tumbuhnya vegetasi ynag sangat berguna bagi kepentingan hidup
manusia
c. Mengandung barang tambang atau bahan galian yang berguna bagi manusia
d. Sebagai tempat berkembangnya hewan yang sangat berguna bagi kepentingan manusia

E. Persebaran dan Pemanfaatan Tanah di Indonesia


1. Persebaran Tanah di Indonesia
Berikut tabel jenis tanah, sifat-sifat tanah serta persebaran dan pemanfaatannya di
Indonesia.

N Jenis Sifat Tanah Persebaran Pemanfaatan


o Tanah
1 Litosol Tanah litosol sering juga Tersebar di Sebagian besar jenis
diebut tanah berbatu- kepulauan Indonesia tanah ini tidak
batu. Tanah ini terbentuk terutama di daerah dimanfaatkan, hanya
karena pelapukan batuan lereng pegunungan sebagian kecil yang
yang belum sempurna yang mengalami produktif dan
sehingga sukar di tanami erosi. dimanfaat-
atau kandungan unsur kan untuk tanaman
haranya sangat rendah. keras,
tegalan, palawija,
padang
rumput untuk makanan
ternak.
2 Rego- Tanah dari lumpur Tersebar di dataran Sebagai lahan
sol gunung rendah dan daerah pertanian
berapi dan endapan pasir pantai. (padi, palawija dan
di kelapa).
sepanjang pantai.
3 Gambut Tanah gambut berasal Tanah gambut Tanah gambut banyak
dari banyak tersebar di di-
organisme tumbuh- Pulau Sumatra manfaatkan untuk
tumbuhan yang selalu (pantai persawahan pasang
digenangi timur Sumatra, Pulau surut dan tanaman
oleh air sehingga Irian Jaya bagian nanas.
sirkulasi Selatan, Kalimantan
udara tidak lancar dan barat dan
sinar Kalimantan Selatan).
matahari terhalang oleh
air
rawa. Akibatnya, daun-
daun
dan pohon-pohonan
menjadi sangat rapuh.
Tanah gambut termasuk
tanah yang
kurang subur dan banyak
terdapat di daerah rawa-
rawa
4 Laterit Warna tanah laterit Jenis tanah laterit Pemanfaatan jenis
biasanya merah atau banyak dijumpai di tanah
kekuning-kuningan. Kalimantan barat, laterit dapat digunakan
Tanah ini miskin Gunung Kidul (Yog- se-
akan unsur hara sehingga yakarta), Pacitan bagai bahan baku
tidak subur. Tanah laterit (Jawa Timur) dan industri
banyak dijumpai di gerabah (keramik).
daerah
pegunungan yang
hutannya
sudah gundul atau lapisan
humusnya telah habis
karena adanya erosi
(tererosi).
5 Aluvial Tanah aluvial ialah jenis Terdapat di seluruh Pertanian (persawahan
tanah yang berasal dari tanah air, seperti dan palawija).
pasir halus yang pantai timur Sumatra
mengalami pengendapan dan pantai utara
oleh aliran sungai di Jawa. Selain itu,
daerah dataran rendah terdapat di beberapa
atau daerah lembah. tempat sepanjang
Unsur hara yang daerah aliran sungai
terkandung dalam tanah Batanghari (Jambi),
aluvial sangat bergantung sungai Musi
pada asal daerahnya. (Palembang), sungai
Citarum (Jawa
Barat), Bengawan
Solo (Jawa Tengah),
sungai Barito
(Kalimantan
Tengah),
sungai Mahakam
(Kalimantan Timur),
dan sungai Kapuas
(Kalimantan
Selatan).
6 Vulka- Jenis tanah ini banyak Tanah vulkanis ba Pertanian (sawah dan
nis/ terdapat di sekitar nyak dijumpai di palawija) dan
Ando- gunung berapi. Tanah ini Pulau Jawa bagian perkebunan (tembakau,
sol terbentuk dari abu utara, Pulau Bali, sayuran, palawija,
vulkanis yang telah Pulau Lombok, bunga, buah-buahan,
mengalami proses Pulau pinus, kina, kopi, dan
pelapukan. Jenis tanah ini Kalimantan bagian teh).
umumnya mempunyai selatan, dan Pulau
ciri berbutir halus, Sumatra.
sifatnya tidak mudah
tertiup angin, jika terkena
hujan lapisan tanah
bagian atas menutup
sehingga tanah ini tidak
mudah tererosi. Jenis
tanah ini sangat subur
7 Grumu- Tanah grumusol Jenis tanah grumusol Tanah grumusol ba-
sol terbentuk ba- nyak dimanfaatkan
dari batuan kapur dan nyak tersebar di untuk penanaman ka-
batu- daerah pas, jagung, kedelai,
an gunung api. Tanah Jawa Timur, Jawa tebu, bahkan kadang-
grumu- Te- kadang juga tanaman
sol bertekstur halus dan ngah, Sulawesi padi.
ber- Selatan,
warna kelabu kehitam- Madura dan Nusa
hita- Teng-
man, serta terdiri atas gara.
bahan-
bahan yang sudah
mengala-
mi pelapukan. Sifat tanah
ini
sangat berat sehingga
mu-
dah tererosi dan longsor.
8 Mergel Tanah mergel terjadi dari Jenis tanah mergel Tanah mergel banyak
campuran tanah liat, ba- dimanfaatkan untuk
kapur nyak tersebar di jenis tanaman keras
dan pasir. Tanah ini ter- pegu- seperti pohon jati.
golong tanah tidak subur. nungan Sewu (DIY),
Priangan Selatan
(Jawa
Barat) dan
Pegunungan
Kendeng (Jawa
Tengah).
9 Kapur Tanah kapur adalah jenis Tersebar di daerah Tanah kapur banyak
tanah yang batu induknya bukit dimanfaatkan untuk
berasal dari gamping, abu kapur di Jawa, penanaman ubi kayu,
gunung berapi, dan Sumatra kayu, kayu jati dan
batuan endapan yang Selatan, Kupang kapuk.
mengalami pelapukan. (Nusa Tenggara
Kehidupan unsur haranya Timur) dan Sulawesi
bergantung dari bahan Tenggara.
induknya. Pada umumnya
jenis tanah ini kurang
subur.
10 Kaolin Tanah kaolin ialah jenis Daerah yang banyak Kaolin merupakan
tanah mengandung jenis bahan baku keramik,
hasil pelapukan batuan tanah cat
beku kaolin adalah Pulau dan bahan industri
dan batuan metamorf. Belitung, Bangka, lainnya.
Tanah Kalimantan, Jawa
kaolin merupakan tanah dan Sulawesi.
liat
yang bermutu tinggi.
Kaolin
memiliki bermacam
warna,
misalnya putih, kuning,
jing-
ga, abu-abu, abu-abu
keputi-
han, dan abu-abu
kemerahan.

No Jenis Gambar Jenis Tanah


Tanah
1 Litosol

2 Rego
sol

3 Gambut

4 Laterit

5 Aluvial
6 Vulka-
nis/
Ando-
sol

7 Grumusol

8 Mergel

9 Kapur

10 Kaolin
2. Pemanfaatan tanah di Indonesia
Telah dibahas sebelumnya bahwa tanah merupakan bagian dari lahan. Berikut kita
pelajari pemanfaatan lahan.

a) Lahan potensial
Lahan potensial adalah lahan yang mempunyai potensi jika dimanfaatkan
manusia. Berikut tiga lahan potensial dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
a. Lahan di daerah pantai
Pemanfaatan lahan di daerah pantai, antara lain,
1) untuk industri garam: Sumenep – Madura,
2) untuk tambak (payau): pantai utara Jawa,
3) untuk sawah pasang surut: di pantai Sumatra Timur dan Kalimantan
Selatan,
4) untuk pelabuhan dengan ciri-ciri:
a) pantai cekungan (teluk),
b) pantai dalam dan tergenang air,pantai stabil (tidak bergerak),
c) bukan daerah erosi (endapan lumpur), dan
d) ombak tidak besar.

b. Lahan di dataran rendah


Pemanfaatan lahan di dataran rendah, antara lain,
1) untuk tegal, penanaman yang menggantungkan air hujan;
2) untuk sawah irigasi dengan irigasi teratur dari air hujan atau waduk;
3) untuk sawah tadah hujan yaitu pengairannya tergantung air hujan;
4) untuk perkebunan seperti tanaman kelapa sawit, tembakau, dan rami;
a) erfpacht, yaitu perkebunan dengan menyewa pemerintah selama 75
tahun,
b) konsesi ,yaitu perkebunan yang seizin raja-raja yang berkuasa,
c) TRI, yaitu perkebunan dengan menyewa tanah penduduk (Tebu
Rakyat
Intensifikasi).

c. Lahan di dataran tinggi


Pemanfaatan lahan di dataran tinggi, antara lain,
1) untuk perkebunan dengan ditanami kopi, teh, kina, cengkih, dan sayur-
sayuran. Pelestarian dari erosi harus ditingkatkan agar lapisan atas tidak
tandus;
2) untuk peternakan adalah hewan yang berbulu sesuai iklim atau suhunya
dingin;
3) untuk kehutanan, tumbuhan, dan pohon-pohon liar yang menghasilkan
kayu, di
samping berfungsi mencegah erosi dan menyimpan air;
4) hortikultura, yaitu menanam berbagai jenis tanaman pada suatu areal
pertanian.

Pelestarian lahan potensial dilakukan dengan usaha-usaha sebagai


berikut:
a) Mencegah dari bahaya erosi membuat terasering, menanam secara bergantian.
b) Perencanaan penggunaan lahan.
c) Perencanaan keserasian dan keseimbangan fungsi lahan di daerah tertentu.
d) Penggunaan lahan dengan memerhatikan kelestarian lingkungan.
e) Penggunaan lahan secara optimal bagi kepentingan manusia.
f) Penggunaan lahan harus memerhatikan sifat lingkungan alam dan sifat
lingkungan sosial

b) Lahan kritis
Lahan kritis adalah lahan yang tidak bermanfaat, tidak potensial, bahkan dapat
mengancam lingkungan kehidupan sekitar. Sebab-sebab terjadinya lahan kritis
sebagai berikut.
1) Pertambangan terbuka dapat menimbulkan kerusakan tanah, terlebih penggalian
dengan bahan berbahaya dan beracun seperti Hg (mercuri).
2) Perladangan berpindah menyebabkan lingkungan rusak.
3) Pertanian modern sistem monokultur, yaitu penanaman secara seragam atau
tunggal, dapat mempercepat erosi dan menurunnya kandungan organik.
4) Pengusahaan hutan atau penebangan hutan tanpa mengadakan penanaman
kembali dapat menimbulkan kemerosotan sumber tanah.

Usaha-usaha penanggulangan lahan kritis dapat dilakukan dengan langkah-


langkah
berikut.
a) Penghijauan dan penghutanan kembali.
b) Pengawetan tanah dengan terasering di daerah pegunungan.
c) Pola pergiliran tanam dari tanaman pangan musiman, seperti jalar, kacang-
kacangan.
d) Koordinasi kelembagaan dengan meningkatkan kegiatan pembangunan DAS,
dilakukan perencanaan kerja dan koordinasi antardepartemen dengan pemda
setempat.
F. Kerusakan Tanah dan Dampaknya bagi Kehidupan
1. Erosi
Erosi seperti yang telah dibahas di depan juga merupakan salah satu bentuk kerusakan
tanah. Pengikisan yang terjadi membuat materi tanah terlarut hingga akhirnya tanah
kehilangan unsur haranya. Akibatnya, tanah akan kehilangan kesuburannya. Tidak hanya
itu, terkikisnya lapisan tanah menyebabkan rusaknya struktur tanah, hingga kemampuan
menyerap air menjadi berkurang. Dampak erosi tidak hanya akan dirasakan oleh tempat
di sekitar terjadinya erosi, tetapi juga wilayah yang menjadi daerah pengendapan hasil
erosi. Sedimentasi di sungai mengakibatkan menurunnya daya tampung sungai. Tanah
yang semula subur akan kehilangan kesuburannya akibat tertimbun oleh materi hasil
erosi. Aliran air sungai yang membawa
material terlarut akan menjadi keruh.
Kekeruhan memengaruhi daya tembus sinar
matahari ke dalam sungai. Jika air keruh, sinar
matahari tidak lagi mampu menembus air
sungai. Sementara itu, di sungai terdapat
berbagai organisme yang memerlukan sinar
matahari untuk menunjang kehidupannya.

2. Penggundulan Hutan
Penyebab penggundulan hutan adalah bertambahnya permintaan lahan untuk
permukiman, sehingga lahanlahan hutan diubah menjadi permukiman. Selain permintaan
lahan permukiman meningkat, penyebab lain adalah perladangan berpindah dan
kepentingan ekonomi. Karena kayu dan hasil hutan merupakan komoditas ekspor yang
bernilai tinggi, maka penebangan hutan menjadi marak dan tidak terkendali lagi. Akibat
hutan gundul, satwa liar akan kehilangan habitatnya hingga akhirnya untuk
mempertahankan hidup sulit. Jika sudah begini kamu pasti tahu dampaknya bagi
lingkungan. Selain itu, fungsi hutan yang selama ini sebagai paru-paru dunia dan
penyimpan cadangan air akan hilang.

3. Polusi
Polusi tidak hanya terjadi di udara, tetapi
juga di tanah dan air. Polusi disebabkan
pembuangan limbah, baik itu limbah industri
ataupun limbah rumah tangga ke dalam
tanah, air, dan udara.

4. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan ini menyebabkan
penurunan biomas di dalam tanah, sehingga
produktivitas tanah menurun. Selain itu, kebakaran hutan juga akan meningkatkan erosi
tanah.

5. Eksploitasi Tambang yang Berlebihan


Bahan-bahan tambang seperti emas, tembaga, dan bahan galian C (pasir dan batu)
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Eksploitasi bahan-bahan tambang
yang berlebihan, tanpa memerhatikan lingkungan akan berdampak negatif di kemudian
hari. Lahan yang telah ditambang akan meninggalkan lubanglubang yang mengangga di
muka Bumi. Kerusakan lingkungan yang berupa kesuburan tanah hilang dan perubahan
topografi banyak ditemukan pada lahan tambang yan1g dieksploitasi secara berlebihan.

6. Kerusakan Karena Proses Kimiawi Air Hujan


Air hujan merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah melalui proses perubahan
kimiawi dan sebagian lagi karena proses mekanis. Proses kimiawi ini menyebabkan tanah
menjadi tidak subur.
7. Kerusakan Karena Proses Mekanis Air Hujan
Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores permukaan tanah
sehingga terbentuk selokan. Pada daerah yang tidak bervegetasi, hujan lebat dapat
menghanyutkan tanah berkubik-kubik. Air hujan dapat pula menghanyutkan lumpur
sehingga terjadi banjir lumpur.

8. Kerusakan Karena Tanah Longsor


Tanah longsor adalah turunnya atau ambruknya tanah dan batuan ke bagian bawah akibat
pengaruh daya gravitasi. Hujan mempercepat longsornya tanah karena tanah menjadi
longsor dan berat. Pelongsoran hanya terjadi pada lapisan luar yang terlepas dari
permukaan tanah

9. Kerusakan Karena Terkumpulnya Garam di Daerah Perakaran (Salinisasi)


Di daerah-daerah tertentu, proses penguapan yang tinggi setelah hujan lebat,
menyebabkan kandungan garam dalam tanah meningkat. Proses selanjutnya adalah
pengikat unsur-unsur kimia penting dalam tanah oleh garam. Kondisi demikian
menyebabkan turunnya kesuburan tanah.

10. Kerusakan Karena Penjenuhan Tanah oleh Air (Waterlogging)


Pada daerah yang bertekstur tanah lempung, sebagian besar air hujan yang jatuh ke tanah
akan menggenang di permukaan tanah. Hanya sedikit saja air yang lolos ke dalam tanah
sebagai air tanah. Lamanya air yang menggenang menyebabkan tanah jenuh terhadap air,
sehingga unsur kimia penting dalam tanah ikut tercuci atau hilang. Tanah yang
mengalami kejenuhan air biasa ditemukan dengan warna keabu-abuan.

G. Upaya Penanggulangan Kerusakan Tanah


Berikut ini contoh tindakan dalam upaya menanggulangi beberapa kerusakan tanah:
1. Mengendalikan Erosi
Usaha untuk mencegah atau mengurangi erosi dilakukan dengan mengendalikan
faktor-faktor penyebab erosi. Banyaknya tanah yang tererosi ditentukan oleh faktor
curah hujan, erodibilitas tanah, kemiringan dan panjang lereng, tanaman penutup,
pengelolaan lahan, serta praktik konservasi. Dengan mengendalikan faktor-faktor
penyebab erosi tersebut, maka erosi tanah dapat dicegah atau dikurangi. Dari seluruh
faktor erosi, curah hujan merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia.
Sedang faktor erosi lainnya dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh manusia, seperti
mengurangi panjang dan kemiringan lereng, menanami lahan dengan tanaman penutup,
dan melakukan pengelolaan lahan. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari praktik
konservasi. Meskipun tidak dapat mengatur curah hujan, manusia dapat mengendalikan
aliran permukaan yang berasal dari hujan, yaitu dengan membuat bendungan atau
DAM. Dengan mengendalikan aliran permukaan maka banjir dapat dicegah. Faktor
panjang lereng dan kemiringan berkaitan dengan keadaan topografi atau relief daerah.
Praktik konservasi yang bertujuan
untuk mengurangi kecuraman dan
panjang lereng pada daerah yang
bertopografi pegunungan (relief
kasar) dilakukan dengan membuat
terasering. Praktik konservasi ini
dimaksudkan agar kecepatan aliran
permukaan berkurang sehingga
aliran air tidak mengikis tanah.
Faktor tanah dan vegetasi berkaitan dengan pengelolaan tanah dan tanaman. Untuk
mencegah erosi pada lahan gundul perlu dilakukan penghijauan kembali, yaitu dengan
menanam pohon atau tanaman penutup. Pengolahan lahan dengan pembajakan dan
pemberian pupuk organik dapat meningkatkan permeabilitas tanah. Tanah yang dibajak
dan diberi pupuk organik bersifat lebih gembur sehingga hujan mudah meresap ke
dalam tanah. Dengan demikian, aliran permukaan dapat dikurangi.

2. Mengawetkan Tanah
Tidak selamanya tanah yang subur terus-menerus bisa subur. Tanah dapat
mengalami penurunan kesuburan sehingga berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman.
Erosi tanah menyebabkan tingkat kesuburan tanah menurun. Untuk mempertahankan
tingkat kesuburan tanah maka perlu usaha pengawetan atau konservasi. Cara
pengawetan tanah secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan metode
vegetatif dan metode mekanik. Untuk setiap daerah berbeda dalam menerapkan kedua
metode tersebut. Kadang kedua metode diterapkan secara berimbang di suatu daerah.
Tetapi, di daerah lain mungkin salah satu metode lebih diutamakan.
a. Metode vegetatif sangat efektif dalam pengendalian erosi tanah. Sebagai contoh,
padang rumput alami dan vegetasi hutan membatasi atau mengendalikan erosi tanah
pada tingkat normal. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
 Penanaman tanaman secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran air atau
arah angin (strip cropping)
 Penanaman tanaman secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip
cropping). Cara penanaman ini bertujuan untuk mengurangi atau menahan
kecepatan aliran air dan menahan partikel-partikel tanah yang terangkut aliran
air.
 Penutupan lahan yang memiliki lereng curam dengan tanaman keras
(buffering).
 Penanaman tanaman secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan
angin (wind breaks).

b. Metode mekanik yang digabung dengan metode vegetatif akan lebih efektif untuk
mengendalikan erosi tanah. Beberapa metode mekanik yang umum dilakukan
sebagai berikut:
 Pengolahan lahan sejajar garis kontur (contour tillage). Pengolahan lahan
dengan cara ini bertujuan untuk membuat pola rongga-rongga tanah sejajar
kontur dan membentuk igirigir kecil yang dapat memperlambat aliran air dan
memperbesar infiltrasi air.
 Penterasan lahan miring (terracering). Penterasan bertujuan untuk mengurangi
panjang lereng dan memperkecil kemiringan lereng sehingga dapat
memperlambat aliran air.
 Pembuatan pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur. Pembuatan
pematang bertujuan untuk menahan aliran air.
 Pembuatan cekdam atau bendungan. Pembuatan cekdam bertujuan untuk
membendung aliran air yang melewati paritparit sehingga material tanah hasil
erosi yang terangkut aliran tertahan dan terendapkan. Adanya cekdam maka
parit-parit erosi lama-kelamaan mengalami pendangkalan, erosi tanah dapat
dikendalikan, lapisan tanah menebal, dan produktivitas tanah meningkat.

H. LEMBAGA-LEMBAGA YANG MENYEDIAKAN DAN MEMANFAATKAN DATA


GEOLOGI DI INDONESIA.
1. Badan Geologi
Badan Geologi merupakan salah satu unit teknis di bawah Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral yang berlokasi di Jl. Diponegoro 57, Bandung 40122. Badan
Geologi mempunyai tugas yaitu melaksanakan penelitian dan pelayanan di bidang
geologi. Badan Geologi juga mempunyai tugas yaitu penyusunan kebijakan teknis,
rencana dan program penelitian dan pelayanan di bidang geologi, Pelaksanaan
penelitian dan pelayanan di bidang geologi, Pemantauan, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi dan pelaksanaan administrasi
Badan Geologi.
Badan Geologi terdiri dari unit-unit Eselon II dibawahnya, yaitu:
a. Pusat Survei Geologi
b. Pusat Sumber Daya Geologi
c. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan
d. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Kelembagaan ini terbentuk antara tahun 2005 - sekarang bernama Badan Geologi.
Badan Geologi menyimpan sebagian besar dokumen hasil penyelidikan mineral dan
geologi dari berbagai pelosok wilayah Indonesia, berupa pustaka (laporan, terbitan,
peta) dan percontoh (batuan, mineral, fosil). Selain menyimpan dokumen hasil
penyelidikan dan pemetaan geologi, juga mewarisi dan merawat semua dokumen hasil
penyelidikan dan pemetaan geologi dan bahan tambang yang dilakukan oleh lembaga -
lembaga pendahulunya, mulai dari Dienst van het Mijnwezen (1850-1922) sampai
dengan Puslitbang Geologi (1978-2005).
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM no 18 tahun 2010 Badan Geologi memiliki
Tugas dan Fungsi sebagai berikut.
a. Tugas
Melaksanakan penelitian dan pelayanan di bidang geologi
b. Fungsi
1) Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pelayanan di
bidang geologi.
2) Pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi
3) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pelayanan di
bidang geologi dan
4) Pelaksanaan administrasi Badan Geologi.

2. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)


PVMBG merupakan salah satu unit kerja Badan Geologi. Badan Geologi sendiri
merupakan salah satu unit di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM). PVMBG berkantor pusat di Bandung dan mempunyai tugas melaksanakan
penelitian, penyelidikan, perekayasaan, dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi
bencana geologi. Lembaga ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1920. Pada saat itu,
namanya adalah Vulkaan Bewakings Dients atau Dinas Penjagaan Gunung Api. Pada
tahun 1922, namanya berubah menjadi Volcanologische Onderzoek. Sejak saat itu,
lembaga ini membangun pos-pos pengamatan untuk memantau aktivitas gunung berapi di
Indonesia. Gunung berapi yang dipantau aktivitasnya antara lain Gunung Krakatau,
Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Papandayan, Gunung Merapi, dan Gunung Semeru.
Setelah jaman penjajahan berakhir, dibentuklah Dinas Gunung Berapi yang posisinya
berada di bawah Jawatan Pertambangan. Selanjutnya, nama lembaga ini terus berubah
beberapa kali sampai akhirnya bernama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) seperti yang kita kenal sekarang

SUMBER :
Anjayani, Eni, 2009. Geografi : Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : BSE Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009
Endarto, Danang.dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: BSE Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Wardiyatmoko, K, 2013. Geografi untuk SMA / MA kelas X. Jakarta : Erlangga
http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2013/08/jenis-jenis-tanah-di-indonesia.html
http://haristepanus.wordpress.com/2013/04/13/persebaran-jenis-jenis-tanah-di
indonesia/terasering/

Anda mungkin juga menyukai