NIM : 20180611044133
Mata Kuliah : Ganesha Mineral dan Batubara
Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi). Kerak bumi terdiri
dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudra. Lapisan kerak bumi tebalnya mencapai
70 km dan tersusun atas batuan-batuan basa dan masam. Namun, tebal lapisan ini berbeda
antara di darat dan di dasar laut. Di darat tebal lapisan kerak bumi mencapai 20-70 km,
sedangkan di dasar laut mencapai sekitar 10-12 km. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi
seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100°C.
2. Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya di sebut sial.
Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie 1982) rata-rata 35 km dengan berat
jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis
karena batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya lebih tua dari
kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta tahun atau Jura. Umur ini
sangat muda bila dibandingkan dengan kerak benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun.
Contoh dari kerak benua yaitu kerak benua Amerika Selatan, kerak benua Amerika Utara,
kerak benua Afrika kerak benua Asia dan eropa. Terbentuknya kerak benua dihubungkan
dengan masa atau periode orogeny intensif yang terkait erat dengan terbentuknya super benua
seperti Pangaea, Gondwana serta Rodinia.
Unsur Penyusun Kerak Bumi
Kerak bumi tersusun atas berbagai unsur- unsur kimia seperti:
Beberapa pendekatan telah dilakukan untuk memperkirakan komposisi kimia dan mineral
yang terkandung pada kerak bumi. Perkiraan kelimpahan batuan dan mineral yang
terkandung di dalam kerak bumi didasarkan pada berat jenis batuan dalam lapisan batuan
dan lapisan bagian atas kontinen yang tergantung pada kelimpahan endapannya dan
asumsi perubahan gradual dari batuan granit di bagian atas kerak bumi sampai gabro
dekat Moho (Ronov dan Yaroshevsky, 1969; dalam Condie, 1982).
Klasifikasi Batuan
I.BATUAN BEKU
Terjadi dari magma (batuan cair) yang mengalami proses pendinginan,kemudian membeku.
Menurut S.J. Ellis (1984), berdasarkan indeks warnanya batuan beku dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:
Holofelsic, yaitu jenis batuan beku yang memiliki indeks warna kurang dari 10%.
Felsic, yaitu jenis batuan beku yang memiliki indeks warna antara 10% hingga 40%.
Mafelsic, yaitu jenis batuan beku yang memiliki indeks warna antara 40% hingga 70%.
Mafik, yaitu jenis batuan beku yang memiliki indeks warna lebih dari 70%.
II.BATUAN SEDIMEN
Batuan beku yang tersingkap di permukaan bumi akan mengalami penghancuran oleh pengaruh
cuaca,kemudian diangkat oleh tenaga alam seperti air,angin,gletser,dan diendapkan di tempat
lain,sehingga terbentuk batuan sedimen.
c.Batuan sedimen organis dibentuk dari penumpukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan.contoh batu
karang.
BERDASARKAN TENAGA PENGANGKUTNYA(MEDIANYA) BATUAN SEDIMEN
TERBAGI ATAS :
a). Sedimen Aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air.
contohnya : gosong pasir, flood plain, delta, dan lain-lain.
b). Sedimen Aeolis atau Aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga
angin. contohnya : tanah loss, sand dunes.
c) Sedimen Glassial, yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser. contohnya
morena, drimlin.
III.BATUAN METAMORF
Batuan metamorf :adalah batuan hasil ubahan dari batuan asal akibat proses metamorfosis yaitu suatu
proses yang dialami batuan asal akibat tekan dan suhu yang sama-sama meningkat.
Batuan metamorfosis diklasifikasikan sebagai berikut.
c.batuan metamorf kontak pneumatolotik adalah batuan yang terbentuk akibat adanya penembagan
suhu disertai menyusupnya unsur-unsur lain(zat lain). Contoh:kuarsa yang dalam proses
metamorfosisnya disusupi unsur boron akan menghasilkan turmalin,sedangkan jika disusupi
fluorium akan menghasilkan topas.
Penamaan Batuan
1. Penamaan Batuan Beku
Penamaan batuan beku ditentukan berdasarkan dari komposisi mineral-mineral utama
(ditentukan berdasarkan persentase volumenya) dan apabila dalam penentuan komposisi
mineralnya sulit ditentukan secara pasti, maka analisis kimia dapat dilakukan untuk
memastikan komposisinya. Yang dimaksud dengan klasifikasi batuan beku disini adalah
semua batuan beku yang terbentuk seperti yang diuraikan diatas (volkanik, plutonik,
extrusive, dan intrusive). Dan batuan beku ini mungkin terbentuk oleh proses magmatik,
metamorfosa, atau kristalisasi metasomatism.
TEKSTUR BATUAN
Penamaan batuan beku didasarkan atas TEKSTUR BATUAN dan KOMPOSISI MINERAL.
Tekstur batuan beku adalah hubungan antar mineral dan derajat kristalisasinya.
Tekstur batuan beku terdiri dari 3 jenis, yaitu Aphanitics (bertekstur halus), Porphyritics
(bertekstur halus dan kasar), dan Phanerics (bertekstur kasar). Pada batuan beku kita
mengenal derajat kristalisasi batuan: Holohyaline (seluruhnya terdiri dari mineral
amorf/gelas)), holocrystalline (seluruhnya terdiri dari kristal), dan hypocrystalline (sebagian
teridiri dari amorf dan sebagian kristal). Sedangkan bentuk mineral/butir dalam batuan beku
dikenal dengan bentuk mineral: Anhedral, Euhedral, dan Glass/amorf.
Komposisi mineral utama batuan adalah mineral penyusun batuan (rock forming minerals)
dari Bowen series, dapat terdiri dari satu atau lebih mineral. Komposisi mineral dalam batuan
beku dapat terdiri dari mineral primer (mineral yang terbentuk pada saat pembentukan batuan
/ bersamaan pembekuan magma) dan mineral sekunder (mineral yang terbentuk setelah
pembentukan batuan).
Dalam tabel di bawah, diperlihatkan jenis batuan beku Intrusif dan batuan beku Ekstrusif dan
batuan Ultramafik beserta komposisi mineral utama dan mineral sedikit yang menyusun pada
setiap jenis batuannya.
Tabel 3.10 Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas
mineral/fragmen
Rapat, afanitik, Terutama kalsit Batugamping Breaksi dengan HCl,
berbutir kasar, mengandung organik,
kristalin, porus, oolit bioklastika,
dan mosaik
Terutama dolomit Dolomit Tidak segera bereaksi
dengan HCl, jarang
mengandung fosil,
berbutir sedang
Berbutir halus Kristal halus dengan Kapur Putih – abu-abu
mikroorganisme terang, sangat rapuh,
mengandung fosil
Karbonat dan Napal Abu-abu terang,
lempung rapuh, pecahan
konkoidal
Rapat dan berlapis Campuran silika, opal Rijang Warna beragam,
dan kalsedon dll. keras, kilap non
logam, konkoidal
Terutama gips Gips Evaporit, tidak
Anhidrit sendiri melainkan
Terutama malit berasosiasi dengan
mineral/batuan lain.
Dijumpai kristal yang
mengelompok
Masif atau berlapis Mineral fosfat dan Fosforit Diperlukan
fragmen tulang penentuan kadar
P2O3
Amorf, berlapis, Humus, tumbuhan Batubara, lignit Warna coklat,
tebal pecahan prismatik
Contoh :
Metabasit : batuan metamorf yang berasal dari batuan beku
Metapelit : batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen.
Metasedimen, metabatupasir, metabatulempeng : semuanya mengisyaratkan asal
batuan.
Filit, sekis, genis, hornfels : penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur.
Kuarsit, serpentinit, hornblendit, glukofanitik : berdasarkan kandungan mineralogi.
Milonit : batuan metamorf kataklastik disusun oleh matriks 50-90% dan sisanya
berupa porfiroklas, apabila porfiroklas kurang dari 10% disebut : ultra-milonit.
Pilonit : metamorf kataklastik kaya mineral pilosilikat (slate)
Hornfles : batuan metamorf tekstur granoblastik disekitar intrusi.
Penamaan batuan metamorf berdasarkan penamaan khas seperti : sekis hijau, sekis
biru, amfibolit, serpentinit, eklogit, granulit, migmatit.
Penamaan batuan metamorf dilihat dari struktur batuan metamorf itu sendiri, apakah
batauan tersebut termasuk foliasi maupun non-foliasi. Berikut adalah table penjelasan
batuan menatmorf menurut tekstur, derajat metamorfosa, dan batuan asalnya.
Nama-nama batuan metamorf, tekstur batuan, derajat metamorfosa, dan batuan asal
Derajat
Batuan Metamorfik Tekstur Batuan Asal
Metamorfosa
Slate Foliasi Rendah Serpih (Shale)
Phyllite Foliasi Rendah – sedang Serpih (Shale)
Mica Schist Foliasi Sedang – tinggi Serpih (Shale)
Gneiss Foliasi Tinggi Granit, Andesit
Marble Non-foliasi Rendah – tinggi Batugamping, Dolomit
Quartzite Non-foliasi Sedang – tinggi Batupasir Kuarsa
Amphibolite Non-foliasi Sedang – tinggi Basalt, Gabro
Chlorite Schist (Green Foliasi Rendah Basalt
schist)
Hornfels Non-foliasi Metamorfosa Semua jenis batuan
kontak
Talc schist Foliasi Rendah Peridotit
Defenisi dan Pengertian mineral
Definisi Mineral
Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur
dalam sistem kristal dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya
bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni
dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui
misalnya berupa senyawaan organik biasanya tidak termasuk.
Mineral juga dapat diartikan sebagai suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau
persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-
sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya,
atau dikenal sebagai struktur kristal.
Mineral dapat dijumpai dimana-mana disekitar, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau
pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai
ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang
seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Dalam wujud yang selain itu,
mineral juga memungkinkan ditemui dalam bentuk kristal.
Berikut ini adalah beberapa definisi mineral oleh para ahli:
1. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau
dalam batas-batas tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap,
dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
2. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang
tersusun secara teratur.
3. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen mempunayai komposisi
kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
Pengertian Mineral
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
mineral/mi·ne·ral/ n 1 benda padat homogen bersifat takorganis yang terbentuk secara alamiah dan mempunyai
komposisi kimia tertentu, jumlahnya sangat banyak, misalnya tembaga, emas, intan; barang tambang; pelikan;
Klasifikasi Mineral
PENGGOLONGAN MINERAL
Berdasarkan kandungan unsur kimianya mineral-mineral pembentuk batuan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok ,antara lain:
A. Mineral Native (mineral unsur tunggal)
B. Mineral Sulfida
C. Mineral Oksida & Mineral Hidroksida
D. Mineral Halida/Halogenida
E. Mineral Karbonat
F. Mineral Sulfat
G. Mineral Fosfat
H. Mineral Silikat
A. MINERAL NATIVE
Elemen nativ
Elemen nativ atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki satu
unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur
pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika
ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun
tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral elemen nativ ini terdiri dari tiga
bagian yaitu:
Logam/Metal, mineral-mineral yang tergolong dalam kelompok ini adalah : Cooper (Cu), Gold (Au),
Silver (Ag), Platinum (Pt), Nicel-Iron (Ni-Fe), Mercury (Mg).
Unsur-unsur bersifat sangat padat, lunak, dapat ditempa. Perawakannya (yang umum ditemui)
berbentuk masif-dendritik; bidang belahan yang jelas jarang ditemui; merupakan penghantar listrik
yang baik. Pada umumnya sistem kristal adalah isometrik.
3. Non Logam, mineral-mineral yang tergolong dalam kelompok ini adalah : Sulfur
(S), dan Carbon (C), Diamond (C), Graphite (C)
Tidak dapat menghantarkan arus listrik; berwarna transparant (jernih dan jelas) hingga transculent
(tembus cahaya) dan cenderung mempunyai nidang belahan kristal yang jelas. Sistem kristalnya dapat
berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombik, intan sistem kristalnya isometrik, dan
graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini
tinggi, kisarannya sekitar 6.
Deskripsi Megaskopis :
Warna : Kuning, belerang-kuning,
kuning kecoklatan atau kehijauan, oranye, putih
Belahan : Tidak Sempurna
Kilap: Resin, berminyak
Goresan : Tidak berwarna
Rumus kimia : S
Sistem Kristal : Orthorhombic
Keterdapatan : Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumut, Maluku
Berat Jenis (SG) : 2.07 g / cm 3
Sifat Fisik :
Kekerasan : 1½ - 2½ skala mohs
Transparansi : Transparan, Tembus
B. MINERAL SULFIDA
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari kombinasi antara
unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada umumnya unsur utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki
kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau
sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian
terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah
kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral
dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu,
mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur
utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan
diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya
logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut
berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam.
Deskripsi Megaskopis :
Warna : abu-abu timah
Kilap : Metalik, Kusam
Belahan : sempurna
Goresan : abu-abu timah
Pecahan : Sub-conchoidal
Rumus kimia : PbS
Sistim Kristal : Isometrik
Mineral Asosiasi : Sphalerite, argentite
Lingkungan Pembentukan: Endapan hidrotermal dengan suhu sedang
Berat Jenis (SG) : 7,58 g / cm 3
Sifat Fisik :
Kekerasan : 2,5 skala mohs
Transparansi : Buram
II. Nama Mineral : Pirit
Deskripsi Megaskopis :
Warna : Kuning pucat-kuning
Kilap : Metalik
Belahan : Buruk / Tidak jelas
Goresan : Hitam kehijauan
Rekahan: Tidak Teratur / Tidak Merata, Konoid
Rumus kimia : FeS2
Sistim Kristal : Isometrik
Mineral asosiasi: Mineral sulfida dan mineral emas
Lingkungan Pembentukan: Di daerah mineral sulfide
Berat Jenis (SG) : 5-5.6 g / cm 3
Sifat Fisik :
Kekerasan : 6 - 6½ skala mohs
Transparansi: Buram
Deskripsi Megaskopis :
Warna: Hitam, coklat kemerahan
Kilap: Logam
Goresan: Coklat kemerahan
Belahan : -
Rumus Kimia : Fe2O3
Sistem kristal : Hexagonal
Mineral Asosiasi : Magnetite
Lingkungan Pembentukan : Batuan beku
Berat jenis (SG) : 5.26 g / cm 3
Sifat Fisik :
Kekerasan : 5-6 skala mohs
Transparansi : Buram
b. Hidroksida
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau persenyawaan unsur-
unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan
dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah
unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah Manganite MnO(OH), Bauksit
[FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).
I. Nama mineral: Limonite
Deskripsi Megaskopis :
Warna: Cokelat muda hingga cokelat,
mungkin cokelat kekuningan
Goresan : Coklat kekuningan menjadi merah
Kilau: Bersahaja
Pecahan: Tidak merata
Belahan: -
Rumus kimia: Fe2O3.H2O
Sistem Kristal: Amorf
Mineral Asosiasi: Pyrite, siderite, markasit
Lingkungan Penambangan : Zona oksidasi endapan besi atau mineral residu.
Berat jenis (SG): 2.7 - 4.3 g / cm 3
Sifat Fisik :
Kekerasan: 4 - 5½ skala mohs
Transparansi: Transparan - semi buram
D. MINERAL HALIDA/HALOGENIDA
Adalah persenyawaan kimiawi dimana unsur-unsur logam bersenyawa dengan unsur-unsur Halogen
(Chlorine, Bromine, Flourine dan Iodine)
Umumnya ditemui dalam sejumlah Lingkungan Geologi. Beberapa diantaranya ditemui dalam sequen
evaporite, seperti Halite (NaCl), hal ini merupakan alterasi dari Lapisan-lapisan batuan sedimen yang
mengandung evaporite seperti Gypsum, Halite dan Batuan Potash (batuan berkalium-Karbonat) dalam
sebuah sequen yang sempurna antara lapisan dengan batuan-batuan seperti Marl dan Limestone.
Halides yang lainnya seperti Flourite terbentuk lapisan-lapisan hidrothermal. Golongan Halides
bersifat sangat lunak (Kekerasannya antara 2 – 4,5), mempunyai sumbu simetri kristal yang berbentuk
kubik, Berat Jenis cenderung rendah. Contoh mineral-mineral golongan Halides antara lain Sylvite
(KCl), Cryolite (Na3AlF6), Atacamite [Cu2ClC(OH)5].
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO4)2- . Mineral sulfat adalah kombinasi logam dengan anion sufat
tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi
kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan sama seperti
sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-
masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium sulfate), celestite
(strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga
termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.