Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KOMPUTER DASAR

“PT. FREEPORT INDONESIA”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : 1

NAMA :

1. JOY S. F. WINDESSY (20180611044021) 7. MOSSAD W. E. SUEBU (20180611044027)

2. ELFIAN ERVIN (20180611044017) 8. JEQLIN Y. DUSAY (20180611044105)

3. HENOK SILAMBI (20180611044143) 9. GABRIEL M. O. SAWIAS(20180611044131)

4. NANDO KOBAK (20180611044029) 10. STEVANUS RUMMAR (20180611044111)

5. SEVRIADY A. DUMA (20180611044133) 11. ISAK S. MARANI (20180611044065)

6. PRISKILA MOTE (20180611044001)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2019
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,oleh karena berkat
dan karunia-Nyalah, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
“ PT. Freeport Indonesia (PTFI)”.

Makalah ini penyusun buat sebagai tugas dari mata kuliah Komputer Dasar dengan
tujuan agar dapat menambah wawasan pembaca terkhusus mengenai PT. Freeport Indonesia
(PTFI).Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi.

Terlepas dari itu semua penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal-hal lain yang
tidak kami sadari. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
sebagai sarana perbaikan untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi

Dan semoga makalah tentang “PT. Freeport Indonesia (PTFI)” ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Jayapura, 13 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................2
1.3 TUJUAN................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 PROFIL PERUSAHAAN...................................................................................................3
2.1.1 Profil Singkat PT Feeport Indonesia...................................................................3
2.1.2 Sejarah PT Freeport Indonesia............................................................................3
2.1.3 Visi dan Misi.......................................................................................................5
2.2 JENIS PENAMBANGAN..................................................................................................6
2.2.1 Tambang Terbuka Grasberg................................................................................6
2.2.2 Tambang Bawah Tanah......................................................................................6
2.2.3 Tambang Bawah Tanah DOZ.............................................................................6
2.3 TAHAPAN PENAMBANGAN.........................................................................................7
BAB III DATA..........................................................................................................................8
3.1 DAMPAK KEGIATAN PENAMBANGAN...................................................................8
3.1.1 Dampak Positif....................................................................................................8
3.1.2 Dampak negatif...................................................................................................9
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................15
4.1 KESIMPULAN..................................................................................................................15
4.2 SARAN...............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

DAFTAR GAMBAR

ii
Gambar 2. 1 Jean Jacques Dozy, dkk.........................................................................................3
Gambar 2. 2 Ekspedisi Freeport oleh Forbes Wilson & Del Flint.............................................3
Gambar 2. 3 Lokasi Cadangan Grasberg...................................................................................4
Gambar 2. 4 Portsite PTFI.........................................................................................................4
Gambar 2. 5 Underground PTFI................................................................................................5
Gambar 2. 6 Terowongan Ali Budiardjo....................................................................................5
Gambar 2. 7 Proses Penambangan PTFI....................................................................................7

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang sangat luas, yaitu 1,904,569 Kilometer.Dengan
bentangan wilayah yang sangat luas tersebut, Indonesia memiliki potensi Sumber Daya Alam
(SDA) yang sangat besar baik SDA hayati maupun non-hayati. Apabila potensi kekayaan
alam tersebut dapat dimanfaatkan denganmaksimal, Indonesia dapat menjadi negara yang
makmur, bahkan dapatmengalahkan negara-negara Eropa dan Amerika. Akan tetapi hal
tersebut masihmenjadi angan-angan untuk saat ini. Hal tersebut disebabkan sistem
pengelolaanyang tidak tepat atau faktor-faktor lain yang tidak lepas dari kondisi
transisipolitik Indonesia tahun 1965 dari Orde Lama ke Orde Baru. Orde Baru yangdipimpin
oleh Presiden Soeharto ketika itu membuka pasar yang seluas-luasnyabagi investor terutama
investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesiasetelah sebelumnya pada masa Orde
Lama yang dipimpin Presiden Soekarno melakukan nasionalisasi aset terhadap perusahaan
asing yang ada di Indonesia.
Papua merupakan provinsi paling luas di Indonesia dan terletak di sebelah timur pulau
Papua yang merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Papua kemudian
berganti nama menjadi Irian pada tahun 1946, yang berarti Ikut Republik Indonesia Anti
Nederland. Pada awalnya Papua berada di bawah kekuasaan Belanda hingga dilakukannya
Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) pada tahun 1969 lalu Papua diakui secara
internasional sebagai bagian dari negara Indonesia.
Pada tahun 2003 wilayah Papua dibagi menjadi dua propinsi oleh pemerintah yaitu
bagian timur dengan nama Propinsi Papua dan bagian barat dengan nama Propinsi Irian Jaya
Barat yang kembali berganti nama Papua Barat setahun kemudian. Selain hutan tropis, kayu
dan keindahan alamnya termasuk ragam flora dan fauna tropis di sana, Papua dikenal
memiliki sejumlah kekayaan alam berupa batu gamping, lempung dan sumber daya mineral
yang nilainya sangat tinggi berupa minyak bumi di Sorong dan tembaga serta emas di
Pegunungan Grasberg bagian tengah PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan
pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoran Copper & Gold Inc.,
perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan penghasil
emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan
eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Estberg (dari 1967) dan tambang
Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Pupua.
Seiring dengan berjalannya aktivitas pertambangan banyak sekali terjadi peristiwa yang
dinilai tidak banyak membawa manfaat bagi rakyat Indonesia umumnya dan rakyat Papua
khususnya. Banyak lembaga swadaya masyarakat yang bekerja, meneliti kejadian yang
sesungguhnya tentang PT Freeport di Papua.
Dan banyak pula laporan yang berisikan kejahatan PT Freeport. Lahan ribuan hektar
itu adalah Grasberg. Orang Amungme di Timika menyebutnya, Gunung Tenogome. Lahan
ini sekitar 40 tahun lalu menjadi sangat berarti untuk penambangan tembaga yang bernilai
triliunan rupiah dikemudian hari. Tambang itu berawal dari sebuah lokasi yang sangat kecil.
Inilah inspirasi terbesar setelah demam emas di Sungai Laloki. Sekitar 10 mil dari Port
Moresby di Papua New Guinea (PNG) pada 1878. xsLaloki telah menjadi magnet bagi tim
ekspedisi dunia untuk mencari sumber emas lain. Akhirnya mereka mendapatinya di Papua.
Inspirasi ini juga yang membuat pemerintah Belanda pertama kali memberikan ijin ekspedisi
pada Forbes Wilson dan  Mozes Kilangin Tenbak untuk mengambil batu-batuan di Ertsberg.

1
Batuan yang ternyata telah mengantar Amerika menghasilkan triliunan rupiah
pertahun dan menghilangkan nilai yang sama untuk pemerintah Indonesia. Dalam operasinya,
Freeport bisa memperoleh keuntungan bersih mencapai Rp 1,27 triliun. Setahun setelahnya,
2003, nilainya bahkan naik hingga Rp 1,62 triliun. Lonjakan itu bertambah pada 2004
menjadi Rp 9,34 triliun.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Apa profil perusahaan PT. Freeport Indonesia?
 Apa jenis penambangan yang di terapakan oleh PT. Freeport Indonesia?
 Bagaimana tahapan penambangan di PT. Freeport Indonesia?
 Apa dampak yang di timbulkan dari kegiatan penambangan oleh PT. Freeport
Indonesia?

1.3 TUJUAN
 Memenuhi tugas dari mata kuliah kompoter dasar
 Menambah wawasan mengenai PT. Freeport Indonesia yang bergerak di bidang
penambangan emas, perak dan tembaga.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PROFIL PERUSAHAAN
2.1.1 Profil Singkat PT Feeport Indonesia
Nama : PT Feeport Indonesia (PTFI)
Produk : Konsentrat (tembaga, emas, perak)
Pendiri : Freeport-McMoRan
Didirikan : 7 April 1967
Kantor Pusat : Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia
Tel. : +62-21-2591818
Fax. : +62-21-2591945
Website : www.ptfi.co.id

2.1.2 Sejarah PT Freeport Indonesia


Expedisi Pertama

1967 - Penandatangan Kontrak Karya


(KK) 1 yang merupakan salah satu pionir
PMA pertama untuk jangka waktu 30
tahun setelah beroperasi.

Gambar 2. 1 Jean Jacques Dozy, dkk.


1960 – 1969

1963 - Ekspedisi Freeport,  oleh Forbes


Wilson & Del Flint untuk menemukan
kembali Ertsberg.

1967 - Penandatangan Kontrak Karya


(KK) 1 yang merupakan salah satu pionir
PMA pertama untuk jangka waktu 30
tahun setelah beroperasi.
Gambar 2. 2 Ekspedisi Freeport oleh
Forbes Wilson & Del Flint

3
1980 - 1989

1988 - Penemuan cadangan Grasberg.

Gambar 2. 3 Lokasi Cadangan


Grasberg

1990 - 1999

1991 - Penandatanganan
Kontrak Karya (KK) II, yang
merupakan pembaharuan KK
I, untuk jangka waktu 30
tahun dengan hak
Gambar 2. 4 Portsite PTFI
perpanjangan s.d. 2 x 10
tahun.

1995 - Penyelesaian pembangunan kota Kuala Kencana di dataran rendah, suatu


fasilitas dan sarana prasarana pendukung operasi produksi penambangan.
1996 - Memulai dana kemitraan 1% dari penjualan perusahaan bagi
pengembangan masyarakat lokal yang dikelola institusi masyarakat, tambahan
dari program CSR yang dilakukan langsung oleh perusahaan.
1997 - Penyelesaian dan pengoperasian PT Smelting di Gresik Jawa Timur,
fasilitas pemurnian yang menghasilkan Katoda Tembaga pertama di Indonesia.
Rata-rata 40% produksi konsentrat perusahaan dimurnikan di smelter ini.

4
2000 - 2009

5
Gambar 2. 5 Underground PTFI
2004 - Memulai investasi proyek
pengembangan bawah tanah sebagai
kelanjutan dari tambang terbuka Grasberg
yang berakhir di tahun 2018. $9 miliar telah
diinvestasikan dan tambahan $20 miliar
akan diinvestasikan sampai dengan 2041

2010 – 2019

2018 - Penandatanganan Ijin Usaha


Pertambangan Khusus ( IUPK) yang
merupakan perubahan bentuk dan
perpanjangan usaha pertambangan sampai
dengan 2041. 51,24% saham perusahaan
dimiliki oleh pihak nasional Indonesia.
Memulai pembangunan tambahan fasilitas
pemurnian tembaga dan fasilitas pemurnian
logam berharga.
Gambar 2. 6 Terowongan Ali
Budiardjo

2.1.3 Visi dan Misi

Visi
Menjadi perusahaan tambang kelas dunia yang menciptakan nilai-nilai
unggul dan menjadi kebanggaan bagi seluruh pemangku kepentingan termasuk
karyawan, masyarakat, dan bangsa.

Misi

6
Berkomitmen untuk secara kreatif mentransformasikan sumber daya
alam menjadi kesejahteraan dan pembangunan yang berkelanjutan melalui
praktek-praktek pertambangan terbaik dengan memprioritaskan kesejahteraan dan
ketentraman karyawan dan masyarakat, pengembangan SDM, tanggung jawab
sosial dan lingkungan hidup, serta keselamatan dan kesehatan kerja.

2.2 JENIS PENAMBANGAN


Saat ini PT Freeport Indonesia (PTFI) menerapkan dua teknik penambangan, yakni
open-pit atau tambang terbuka di Grasberg dan tambang bawah tanah (underground). 

Tambang Terbuka Grasberg


Penambangan pada tubuh bijih ("ore body") Grasberg menggunakan
cara penambangan terbuka, metode ini cocok untuk Grasberg karena keberadaan tubuh 
bijihnya yang dekat dengan permukaan tanah pegunungan (Grasberg).
Hampir dikeseluruhan proses penambangan terbuka melalui beberapa
tahapan pengeboran, peledakan, pemilahan, pengangkutan, dan penggerusan batuan biji
h.Kegiatan penting lainnya yang harus dilakukan adalah menjaga stabilitas lereng
dan penanaman kembali tanaman asli pada daerah yang sudah tidak ditambang
(reklamasi).
Pada tambang terbuka Grasberg peralatan utama yang digunakan berupa
bor,"shovel" dan truk besar untuk menambang bahan tambang. Bahan tambang
dimaksud termasuk juga yang diklasifikasikan batuan bijih dan batuan penutup
tergantung dari nilai ekonomis bahan tersebut. Fungsi alat shovel adalah mengeruk
bahan tambang pada daerah-daerah berbeda di area tambang terbuka, dan memuat
bahan ke atas truk untuk dibawa keluar area tambang terbuka.Gambar 10: Karyawan di
tambang terbuka GrasbergBijih ditempatkan ke dalam alat penghancur bijih dan
diangkut ke pabrik pengolahan (mill) untuk diproses. Batuan penutup (overburden)
diatur penempatannya kedaerah-daerah yang telah ditentukan, atau ke dalam alat
penghancur OHS pada jalanHEAT untuk ditempatkan di Wanagon Bawah di samping
alat penimbun (stacker).
2.2.2 Tambang Bawah Tanah
Block caving merupakan cara penambangan bawah tanah dengan efisiensi
sumber daya yang tinggi untuk melakukan penambangan, di mana blok-blok besar bijih
di bawah tanah dipotong dari bawah sehingga bijih tersebut runtuh akibat gaya beratnya
sendiri. Setelah runtuh, bijih yang dihasilkan "ditarik" dari drawpoint (titik tarik) dan
diangkut menuju alat penghancur. Pada block cave DOZ, alat LHD (loader)
memindahkan lumpur bijih ke dalam ore pass menuju saluran pelongsor. Selanjutnya
lumpur bijih pada saluran tersebutmengisi truk-truk angkut AD-55 untuk dipindahkan
ke alat penghancur. Dari sana, bijih yang telah dihancurkan lalu
dikirim ke pabrik pengolah (mill) melalui ban berjalan (conveyor).
2.2.3 Tambang Bawah Tanah DOZ
Pembangunan tambang bawah tanah DOZ (kapasitas 25.000 ton/hari)
diselesaikan 18 bulan lebih cepat dari jadwal yang direncanakan. Tidak lama
setelah produksi DOZ mencapai 25.000 ton/hari, selanjutnya perluasan menjadi 35.000t
on/hari pun segera selesai di muka jadwal dan tepat anggaran.

7
Menyelesaikan perluasan ekspansi produksi tambang DOZ hingga 50.000 ton/hari
dengan memasang alat penghancur yang kedua serta ventilasi tambahan maupun
percepatan berbagai kegiatan pengembangan tertentu.
yang biayanya mencapai kurang lebih $60 juta AS. Kami mengantisipasi peningkatan
peningkatan produksi hingga 80.000 ton/hari. Peningkatan tersebut dapat mempercepat
perolehan kandungan bijih berkadar tinggi dari tambang bawah tanah. Tampaknya
angka-angka awal menunjukkan keuntungan ekonomis yang sangat menarik.
2.3 TAHAPAN PENAMBANGAN
Saat ini PT Freeport Indonesia menerapkan dua teknik penambangan, yakni open-pit
atau tambang terbuka yang menggunakan truk pengangkut dan sekop
listrik besar di area tambang Grasberg serta teknik ambrukan atau block-caving pada tambang 
bawah tanah Deep Ore Zone (DOZ). Bijih yang telah
dihancurkan diangkut ke pabrik pengolahan melalui
rangkaian ban berjalan dan "ore pass". Gabungan teknik penghancuran digunakan, termasuk 
penggunaan mesin Semi Autogenous Grinding (SAG) dan Ball Mill untuk menghancurkan
bijih tambang menjadi pasir yang sangat halus. Selanjutnya diikuti dengan proses
pengapungan menggunakan reagent, bahan yang berbasis alkohol dan kapur, untuk
memisahkan konsentrat yang mengandung mineral tembaga, emas dan perak, di mana
konsentrat mineral-mineral tersebut mengapung ke permukaan dan diciduk permukaannya
(skimmed-off) sebagai produk akhir.
Sisa dari pasir yang tidak memiliki nilai ekonomi mengendap di bagian dasar sebagai
tailing, dan dilepaskan melalui arus sungai menuju daerah pengendapan di dataran rendah.
Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju
pabrik pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa sepanjang 110 km. Konsentrat
yang telah dikeringkan disimpan di pelabuhan Amamapare sebelum dijual dan dikapalkan
ke pabrik-pabrik peleburan di seluruh dunia. PTFI berkarya dalam kemitraan dengan
Pemerintah Indonesia untuk memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia di samping ikut
menyediakan kebutuhan logam dunia. PTFI terus berupaya menjadi model pembangunan
ekonomi di Indonesia yang mengolah sumber alam dan memaksimalkan manfaat sosial bagi
bangsa secara lebih khususmasyarakat Papua. Perusahaan juga berupaya meminimalkan
dampak lingkungan dan bertekad untuk terus memperbaiki setiap aspek operasi.

Gambar 2. 7 Proses Penambangan PTFI


8
BAB III DATA
3.1 DAMPAK KEGIATAN PENAMBANGAN

Dampak Positif
1. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 24.000 orang di Indonesia (karyawan
PTFI terdiri dari 69,75% karyawan nasional; 28,05% karyawan Papua, serta 2,2%
karyawan Asing).

2. Menanam Investasi > USD 8,5 Miliar untuk membangun infrastruktur perusahaan
dan sosial di Papua, dengan rencana investasi-investasi yang signifikan pada masa
datang.

3. PTFI telah membeli > USD 11,26 Miliar barang dan jasa domestik sejak 1992.

4. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, PTFI telah memberikan kontribusi lebih
dari USD 37,46 Miliar dan dijadwalkan untuk berkontribusi lebih banyak lagi terhadap
pemerintah Indonesia hingga lebih dari USD 6,5 Miliar dalam waktu empat tahun
mendatang dalam bentuk pajak, dividen, dan pembayaran royalti.

5. Keuntungan finansial langsung ke pemerintah Indonesia dalam kurun waktu empat


tahun terakhir adalah 59%, sisanya ke perusahaan induk (FCX) 41%. Hal ini melebihi
jumlah yang dibayarkan PTFI apabila beroperasi di negara-negara lain.

6. Kajian LPEM-UI pada dampak multiplier effect dari operasi PTFI di Papua dan
Indonesia di 2011: 0,8% untuk PDB Indonesia, 45% untuk PDRB Provinsi Papua, dan
95% untuk PDRB Mimika.

7. Membayar Pajak 1,7% dari anggaran nasional Indonesia.

8. Membiayai >50% dari semua kontribusi program pengembangan masyarakat melalui


sektor tambang di Indonesia.

9. Membentuk 0,8% dari semua pendapatan rumah tangga di Indonesia.

10. Membentuk 44% dari pemasukan rumah tangga di provinsi Papua.

9
3.1.2 Dampak negatif

3.1.2.1 Kajian Ekologis


Menurut data yang dilansir Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI),
aktivitas pertambangan Freeport telah menghasilkan 1 milyar ton limbah industri 
dalam bentuk tailings yang mengandung Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage)
ke sistem sungai Aghwagon-Otomona-Ajkwa, meskipun pembuangan limbah
tambang kedalam sungai telah dilarang oleh PP 82/2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pembuangan tailings yang
mengandung Air Asam Batuan PT. Freeport ini jelas telah memberikan dampak
yang cukup serius bagi ekosistem sekitar, mulai dari perusakan habitat muara,
kontaminasi pada rantai makanan di muara khususnya bagi spesies hewan dan
tumbuhan yang berada di sepanjang sungai Ajkwa serta di kawasan Taman
Nasional Lorentz. Sungai Ajkwa merupakan satu dari tiga sungai yang menjadi
tempat pembuangan limbah Freeport. Sungai ini merupakan area yang memiliki
peranan penting bagi daerah sekitar serta penduduk lokal (Suku Kamoro) pada
khususnya. Dikarenakan pada muara sungai Ajkwa terdapat lingkungan daratan
dan perairan yang memiliki keragaman habitat diantaranya hutan bakau setinggi
25-30 meter, hutan rawa dan sagu lahan basah (Ratih,2014). Suku Kamoro adalah
salah satu suku yang mendiami dataran rendah sejak dahulu kaladan
masyarakatnya memiliki ketergantungan pada air sungai untuk kelangsungan
hidup mereka. Menurut penelitian antropologi oleh Universitas Cendrawasih dan
Australian National  University menunjukkan persentase yang tinggi dari
keluarga-keluarga suku Kamoro yang menggunakan air sungai dalam kegiatan
sehari-hari. Mulai dari untuk mencuci (mencapai 95%) dan sebagai sumber air
minum utama (mencapai 60%). Disamping itu,sungai Ajkwa yang bermuara di
laut Arafura atau Arafuru juga merupakan sumber air bagi makhluk hidup di
Taman Nasional Lorentz, yang letaknya berdampingan dengan kawasan Kontrak
Karya PT. Freeport Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, dapat tercermin
betapa pentingnya aliran sungai Ajkwa bagi kelangsungan hidup manusia serta m
akhluk akuatik lainnya, yang hidup di sungai maupun di laut Arafura atau
Arafuru sehingga perlu dijagakualitas airnya. Dampak pencemaran PTFI yang
mengakibatkan rusaknya sebagian
ekosistem perairan. Freeport mencemari sistem sungai dan lingkungan muara sun
gai, juga melanggar standar baku mutu air sepanjang tahun 2004 hingga 2006.
Dan yang tidak kalah parah adalah membuang Air Asam Batuan (Acid
Rock Drainage) tanpa memiliki surat izin
limbah bahan berbahaya beracun. Buangan Air Asam Batuan sudah sampai pada t
ingkatan yang melanggar standar limbah cair industri, keadaan seperti ini
membahayakan air tanah. Rata-rata air tanah yang berada di sekitar lokasi
tambang PTFI telah mengalami pencemaran logam yang sangat berat. Padahal,
pemerintah telah menghimbau kepada pihat terkait untuk membangun pos-pos
pemantauan terhadap pengelolaan limbah, tetapi himbauan tersebut gagal untuk
di lakukan. Secara keseluruhan, PTFI menyia-nyiakan 300 ribu ton
limbah pertambangan dan sekitar 53.000 ton tembaga per tahun, yang dibuang ke 
sungai sebagai Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage, ARD) dalam bentuk
buangan (leachate) dan tailing. Tailing merupakan suatu limbah yang dihasilkan
dari aktifitas tambang emas dari proses ekstrasi emas yang memiliki bentuk fisik

10
berwujud gas, cair, dan padat. Tingkat pencemaran logam berat semacam ini
sejuta kali lebih buruk dibanding yang bisa dicapai oleh standar praktik
pencegahan pencemaran industri tambang. Salah satunya dampak dari
sedimentasi disungai ajkwa.
Sedimentasi ini merupakan regenerasi di daerah ADA (daerah
sekitar pertambangan yang mengalami pencemaran). Pembuangan limbah dari PT 
Freepot-Rioyang tidak secara benar diolah menyebabkan adanya penumbukan
tailing tambang yang telah mencapai 230 km2 daerah ADA tersebut
(Pramudya,2012). Penumpukan tailing ini telah mencapai kedalaman 17 meter
membuat air yang beradadi dalam sungai meluap. Sehingga, daerah ADA
mengalami kekurangan karbon organik dan gizi kunci lainnya dengan kapasitas
menahan air yang sangat buruk. Pencemaran yang parah di sungai ajwka merusak
hutan bakau seluas 21 sampai 63 km2, menghambat proses fotosintesis perairan.
Rantai makanan pada hutan bakau yang ada di sungai Ajkwa mati karena
pencemaran logam dari tailing. Total Padatan Tersuspensi (TPT) dari tailing
yangditemukan secara langsung berbahaya bagi insang dan telur ikan yang
berkembang, organisme pemangsa, organisme yang membutuhkan sinar matahari
(Photosynthetic), dan organisme yang menyaring makanan ( filter feeding ).
Pada daerah yang dimasuki tailing Freeeport menunjukan kandungan
logam berbahaya yang secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan muara-
muara terdekat yang tak terkena dampak dan dijadikan acuan. Kandungan logam
tembaga berbahaya yang ditemukan adalah tembaga, arsenic, mangan, timbal,
perak dan seng. Kandungan logam berat seperti tembaga (Cu) yang melampaui
ambang batas yang diperkenankan. Kandungan tembaga terlarut dalam efluent air
limbah Freeport yang dilepaskan ke sungai maupun ke Muara Sungai Ajkwa 2
kali lipat dari ambang yang diperkenankan.
Sementara itu untuk kandungan padatan tersuspensi (Total Suspended
Solid ) yang dibuang 25 kali lipat dari yang diperkenankan. Sedimentasi yang
terjadi di perairan dapat berpengaruh antara lain
pada pendangkalan dan perubahan bentang alam dasar laut, kesuburan perairan, d
an keanekaragaman hayati.
Hujan asam yang diakibatkan oleh emisi gas karbondioksida hasil
aktifitas pertambangan di PT. Freeport juga telah menghilangkan biodiversitas di 
area baik yang dekat dengan area pertam bangan maupun area yang masih
termasuk dalam wilayah tersebut. Hujan asam yang dihasilkan dari limbah
pertambangan telah mematikan 23.000 Ha wilayah kehutanan yang ada di
wilayah tersebut.
Hujan asam dapat melarutkan nutrisi yang terdapat dalam tanah sehingga
tumbuhan yang ada di sana dapat mati karena tidak memeroleh nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Zat kimia beracun seperti aluminium juga
akan terlepas dan bercampur dengan nutrisi. Apabila nutrisi ini diserap oleh
tumbuhan maka akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun
berguguran. Hujan asam yang ini juga berakibat pada matinya ekosistem di
perairan.
Contohnya pada Sungai Ajkwa di mana yang dulunya terdapat ikan-ikan
yang berkembang serta hidup dan dapat dikonsumsi
oleh penduduk sekitar namun sungai ini sudah tercemar oleh limbah serta telah te
rcampur oleh hujan asam sehingga kehidupan ekosistem di perairan tersebut mati.
Hujan asam akan meningkatkan keasamaan air di sungai tersebut sehingga biota
air yang ada di dalamnya terganggu akibat rusaknya rantai makanan yang

11
menjadi sumber berlangsungnya kehidupan biota tersebut. Pembukaan lahan
untuk area pabrik pertambangan dan lokasi pengambilan material menyebabkan
rusaknya vegetasi di daerah tersebut karena banyak tumbuhan yang akan mati
tergusur menyebabkan rendahnya pengikatan CO2 oleh tumbuhan sehingga
akumulasi CO2 di udara meningkat. Tambang PTFI dibangun di bawah tanah
karena akumulasi hasil tambang di daerah tersebut, adanya tambang bawah tanah
menyebabkan gas metana (CH4) harus dibuang keluar demi keselamatan para
pekerja tambangnya. Sehingga, apabila gas metana dibuang keluar maka akan
menghasilkan emisi karena metana merupakan salah satugas pemicu yang paling
berpengaruh terhadap terjadinya efek rumah kaca.
Selain itu, gas CO2 merupakan emisi dari peralatan pertambangan,
kendaraan pengangkutan, mesin dalam ruang penyimpanan, serta mesin
pendingin dalam fasilitas pemukiman, bandara dan pelabuhan. Tentunya dampak
buruk yang ditimbulkan akibat aktivitas pertambangan PFTI
sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Papua terutama Suku Kamor
o yang hidup disana, sebab mereka kehilangan sumber daya alam yang menjadi
sumber utama kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Hal ini merupakan realita
yang juga disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam Laudato si bahwa kerusakan
alam membawa dampak buruk bagi kaum miskin sebab mereka hidup
mengandalkan kekayaan alam. Ini menjadi tantangan besar bagi
Indonesia untuk segera menindaklanjuti kasus ini dan membuat kebijakan
yang tegas sehingga dapat meminimalisir kerusakan alam di Papua akibat
tambang PTFI. Percayalah,uang yang diperoleh negara dari hasil tambang PTFI
tidak akan pernah dapat menggantikan kekayaan alam yang perlahan musnah dan
habis dikeruk ‘keserakahan’ manusia yang hanya mementingkan kepentingan
pribadi. 

3.1.2.2 Kajian Sosial-Ekonomi


Kedatangan PT. Freeport Indonesia di Mimika, Papua telah membawa
perubahan yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat Papua pada umumnya
dan masyarakat suku Kamoro pada khususnya. Perubahan yang cukup besar
tersebut dapat dilihat dari kehadiran PT. Freeport telah menimbulkan kesenjangan
sosial.
Kesenjangan sosial ini timbul dikarenakan Freeport gagal dalam
menepati janji untuk mensejahterakan hidup masyarakat Suku Kamoro dan Suku
Amungme, (yang merupakan penduduk asli Papua
dimana perusahaan ini melakukan penambangan). Menurut data Freeport tahun 2
005, hanya 20%dari tenaga kerja tambang yang berasal dari Papua. Kebanyakan
dari mereka bukan merupakan suku asli pemilik tanah dataran tinggi (Suku
Amungme) dan dataran rendah 2 (Suku Kamoro) sekitar situs tambang. Hal yang
lebih mencengangkan adalah jumlah pekerja tambang yang berasal dari Suku
Kamoro, yang merupakan pemilik tradisional dari tanah di dataran rendah, yang
harus menerima dampak terberat akibat operasional tambang tersebut bagi
sumber daya alam produktif mereka hanya dipekerjakan dalam jumlah yang
sedikit. Suku Kamoro adalah suku yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai
nelayan.

12
Dikarenakan lingkungan dataran rendah yang menjadi tempat
masyarakat Suku Kamoro mencari ikan, molusca dan tambelo telah tercemar
maka masyarakat beralih
mata pencaharian dengan berusaha untuk mencari sumber pendapatan lain. Masya
rakat Suku Kamoro berusaha mencari sumber pendapatan lain dengan mencari
tempat lain yang letaknya lebih tinggi untuk bertani dan beralih cara bercocok
tanam. Disamping itu,
mereka juga beralih mata pencaharian dengan menjadi peternak,
agar mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya untuk makan dan
memperoleh penghasilan. Sejak kedatangan PTFI pun, Suku Kamoro menjadi
masyarakat marginal yang kondisinya kurang diperhatikan oleh perusahaan dan
pemerintah Indonesia. Kemudian pada sosial-politik operasional PT. Freeport
Indonesia di Mimika, Papua telah membawa dampak bagi segala aspek
kehidupan masyarakat Suku Kamoro pada khususnya dan masyarakat Papua pada
umumnya.
Dampak tersebut diantaranya adalah timbulnya kesenjangan sosial,
pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan,
hingga pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dari ke
semua itu memicu adanya protes atau aksi demonstrasi sebagai bentuk
ketidakpuasaan masyarakat akan keberadaan Freeport di Papua. Protes ini
aplikasikan masyarakat suku asli Papua dalam bentuk pemasangan patok-patok
silang pada lokasi operasional perusahaan, perusakan fasilitas dan penyanderaan
mobil milik perusahaan. Kehadiran perusahaan berskala internasional yang telah
mengeksploitasi kekayaanalam Papua ini beresiko tinggi terhadap lingkungan
hidup. Karena sifat perusahaannya mengorbankan aspek lingkungan hidup demi
keberlangsungan kegiatan
operasional perusahaan. Dimulai dari adanya tindakan penebangan pohon untuk k
eperluan konstruksi, penggundulan hutan sampai pada pembuangan limbah sisa h
asil ekstraksi kedalam badan sungai. Hal ini secara tidak langsung telah
mengacam kelestarian lingkungan hidup sekitar. Seiring dengan perkembangan
pembangunan dan perkembangan masyarakat semakin sadar akan hak-haknya,
diantaranya hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (right toa decent
environment ). Dengan keuntungan yang sedemikian besar, masyarakat Papua
(khususnya suku Kamoro) yang terkena dampaknya, sudah sewajarnya menuntut
perhatian
perusahaan untuk memberikan jaminan dan pembagian keuntungan, baik itu dala
m bentuk peningkatan kesejahteraan hidup bahkan perbaikan kondisi sosial serta 
kelestarian lingkungan hidup yang mengalami perubahan besar akibat kegiatan
operasionalisasi tambang emas dan tembaga melalui kegiatan CSRnya. Karena
semangat pembangunan sendiri ditujukan untuk kepentingan rakyat dan
dipergunakam sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, sesuai dengan bunyi
pasal 33 ayat 3 UUD 1945:
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

13
3.1.2.3 Kajian Hukum
Dilihat dari kacamata hukum di Indonesia sendiri, sudah jelas bahwa
aktivitas tambang PTFI tidak sesuai dengan peraturan UU No. 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Minerba dan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 mengenai
substansi bumi, air dan kekayaan alam “dikuasai negara” dan “dipergunakan
sebesar - besarnya untuk kemakmuran rakyat”. 
Apa yang terjadi selama ini justru menimbulkan pertanyaan dimana
peran pemerintah dalam menangani kasus ini. Menurut berita yang dilansir
tempo, WALHI pernah menuntut PTFI karena
dugaan pencemaran yang dilakukan dan meningkatkan kualitas air Danau Wanag
on dari unsur Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menjadi ambang batas baku
air.21 Majelis hakim pun memutuskan bahwa PTFI bersalah dan diharuskan
melakukan upaya-upaya perbaikan terhadap kerusakan yang telah mereka
lakukan, antaranya adalah
meminimalkan pencemaran yang dilakukan dan meningkatkan kualitas air Danau 
Wanagon dari unsur Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menjadi ambang batas
baku air. Mengenai pengawasan,majelis hakim memutuskan, akan dilakukan oleh
lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah yang terkait. Bahkan,
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendesak pemerintah
untuk menutup PT Freeport Indonesia (FI) dan melakukan nasionalisasi aset
terkait dengan maraknya pelanggaran HAM atas operasi tersebut. Sejak awal
penandatanganan Kontrak Karya tahun 1967, pemerintah Indonesia tidak sadar
bahwa kedatangan perusahaan Asing Freeport akan menjadi momok berbahaya
bagi negeri ini. Mulanya kerjasama ini hanyalah strategi Presiden Soeharto untuk
menstabilkankondisi ekonomi Indonesia yang kala itu sangat buruk dikarenakan
pergantian kepemimpinan dan sebagainya. Kemudian diadakan renegosiasi
kontrak karena diduga terjadi ketidakseimbangan pembagian hasil, terjadinya
manipulasi, penyalahgunaan jabatan,dan korupsi dalam pembuatan kontrak.
Selain itu, adanya praktik penyelundupan hukum yang berakibat merugikan
negara misalnya pembelian dan pengendalian kegiatan perusahaan. Berdasarkan
KK Pemerintah Indonesia dengan PTFI disepakati besar royalti yangdibayarkan
oleh PTFI ke Pemerintah sebesar 1% (satu persen). Selanjutnya berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku di Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, royalti PTFI menjadi 3.75% (tiga koma tujuh puluh lima persen) untuk
emas, perak, dan tembaga walaupun kenaikan dari 1% (satu persen) menjadi
3.75% (tiga koma tujuh puluh ima
persen) baru dibayarkan PTFI pada tahun 2014. 

14
Pengenaan royalti hanya sebesar 1% (satu persen) pada tahun 1991 ketik
a KK PTFI diperpanjang sesungguhnya bentuk kasat mata pe-rela-an negara
untuk tidak mendapatkan manfaat yang maksimal dari kekayaan dalam
yangdiusahakan oleh PTFI. Bila tahun 1967 ketika PTFI pertama kali datang ke
Indonesia,Indonesia tidak memiliki kemampuan finansial, teknologi, dan sumber
daya manusia sehingga royalti 1% (satu persen) dianggap sudah cukup baik bagi
Pemerintah. Namun,kondisi tersebut tersebut telah berubah di tahun 1991 ketika
PTFI memperpanjang KK-nyasampai dengan 2021 yang seharusnya royalti
kepada negara tidak hanya sebesar 1% (satu persen). Ada persoalan kapasitas
para pembuat kebijakan pada tahun 1991 yang rela negara hanya mendapat
royalti 1% (satu persen) dari tiap kilogram emas, tembaga, dan perak yang
dihasilkan oleh PTFI. Permasalahan terjadinya manipulasi, penyalahgunaan
jabatan, dan korupsi dalam pembuatan kontrak. KK PTFI baik KK 1967 atau KK
Perpanjangan 1991 dibuat pada masa rezim Presiden Soerhato. Walau menurut
UUD 1945 bahwa tujuan penguasaan sumber daya alam diselenggarakan guna
sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat, namun kepentingan “golongan tertentu”
menjadi realitas yang tidak terbantahkan dalam pengelolaan sumber daya alam
tempo dulu ketika era otoriter orde baru yang diperintah oleh Soeharto yang
menguasai kekuatan politik Indonesia. Sampai saat ini, isu ini masih hangat
diperbincangkan dan menimbulkan gonjang-ganjing di berbagai media. Banyak
pihak yang pro dan kontra namun tentunya pemerintah harus tegas menangani
kasus ini melalui jalur hukum yang seadil-adilnya. Tentu
saja pemeritnah maupun masyarakat Indonesia harus siap menerima resiko dari ti
ndaka yang diambil ini namun setidaknya kita menunjukkan pada dunia bahwa
kita adalah negara
yang berdaulat dan sungguh merdeka. Tanpa perusahaan asing pun, Indonesia seh
arusnya memang siap mengambil alih pertambangan PTFI dan mengolahnya
secara bijak demi kesejahteraan rakyat.

15
BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas
sahamnya dimiliki Freeport-McMoran Copper & Gold Inc., perusahaan ini adalah pembayar
pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan penghasil emas terbesar di dunia melalui
tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua,
masing-masing tambang Estberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan
Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Pupua. Seiring dengan berjalannya aktivitas
pertambangan banyak sekali terjadi peristiwa yang dinilai tidak banyak membawa manfaat
bagi rakyat Indonesia umumnya dan rakyat Papua khususnya. Banyak lembaga swadaya
masyarakat yang bekerja, meneliti kejadian yang sesungguhnya tentang PT Freeport di
Papua.
Saat ini PT Freeport Indonesia (PTFI) menerapkan dua teknik penambangan, yakni
open-pit atau tambang terbuka di Grasberg dan tambang bawah tanah(underground). PT
Freeport membawa dampak positif maupun negatif di Indonesia terlebih khusus di Papua.
Saran bagi pemerintah, pemerintah seharusnya dapat menanggapi dengan tegas terhadap
pelanggaran yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia terhadap dampak-dampak yang
ditimbulkan baik dari segi ekologis, sosial-ekonomi maupun hukum

4.2 SARAN
Saran bagi pemerintah, pemerintah seharusnya dapat menanggapi dengan tegas
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia terhadap dampak-dampak
yang ditimbulkan baik dari segi ekologis, sosial-ekonomi maupun hukum.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia

https://www.ptfi.co.id

http://pustakatambang.blogspot.com/2012/02/metode-penambangan-pt-freeport.html

http://papua.ws/2015/freeport-memberi-dampak-positif-bagi-indonesia.html/

17
18

Anda mungkin juga menyukai