Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

BUMI DAN FENOMENA ALAM


Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah
Konsep Dasar IPA
Dosen Pengampu :
Bapak Julianto, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :

Iftitah Rahma Safira (22010644158)


Kartika Annisa (22010604159)
Muhammad Ridho A. (22010644166)
Erika Dewi Agustin (22010644170)
Frizzy Amalya Syaifa H.(22010644180)
Alfia Nur Hidayah (22010644181)
Kelas : 2022E

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bumi dan Fenomena Alam”
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Julianto, S.Pd,. M.Pd. pada mata kuliah Konsep Dasar IPA Lanjut. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bimbingan di Sekolah Dasar bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Julianto, S.Pd,. M.Pd. Selaku Dosen
Konsep Dasar IPA Lanjut yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Demikian, apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini penulis selaku
penyusun dengan terbuka menerima kritik dan saran dari guru pembimbing, teman-teman,
serta para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Surabaya, 14 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................3
A. BUMI...................................................................................................................................3
1. Pengertian Bumi.............................................................................................................3
2. Proses Terbentuknya Bumi.............................................................................................3
3. Lapisan Bumi..................................................................................................................7
4. Gravitasi Bumi..............................................................................................................19
B. FENOMENA ALAM .......................................................................................................26
1. Gerakan Bumi...............................................................................................................26
2. Gerakan Bulan..............................................................................................................28
3. Pengaruh Gerakan Bumi dan Bulan..............................................................................31
4. Musim...........................................................................................................................34
5. Bencana Alam...............................................................................................................37
C. PENERAPAN PEMBELAJARAN DI SD......................................................................42
1. Materi Bumi dan Alam Semesta...................................................................................42
2. Materi Bencana Alam...................................................................................................43
D. LATIHAN SOAL..............................................................................................................44
BAB III PENUTUP......................................................................................................................47
A. Kesimpulan.........................................................................................................................47
B. Saran...................................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................48

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seperti yang kita tahu, bumi merupakan tempat tinggal bagi makhluk hidup .
Bumi sendiri memiliki sumber daya alam yang dapat digunakan untuk memenuhi
kelangsungan hidup manusia, hewan, bahkan tumbuhan. Disadari atau tanpa kita
sadari, banyak sekali barang-barang yang kita gunakan dalam kehidupan sehari- hari
yang berasal dari sumber daya alam yang ada di sekitar kita. Mulai dari peralatan
rumah tangga, bahan bangunan, bahan-bahan pertanian, hingga bahan obat-obatan.
Bahan-bahan alam tersebut dapat di gunakan langsung oleh manusia dan ada juga
yang dapat digunakan melalui proses produksi atau proses pengolahan bahan. Bahan-
bahan alam yang tersedia di bumi diantaranya berupa tumbuhan, air, tanah, batuan,
mineral, batubara, minyak bumi, gas alam dan lain-lain. Setiap jenis bahan alam
tersebut memiliki manfaat dan kegunaan masing-masing bagi kehidupan manusia,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bumi sebagai alam semesta merupakan ruang di mana didalamnya terdapat
komponen biotik dan abiotik serta segala macam peristiwa yang terjadi. Peristiwa
tersebut dapat berupa fenomena alam bahkan dapat berupa bencana alam yang bisa
merugikan makhluk hidup. Fenomena alam sendiri merupakan sesuatu yang sangat
sulit untuk ditebak, bahkan kejadian fenomena alam sendiri terkadang diluar nalar
manusia, seperti contoh peristiwa jatuhnya meteor. Bencana alam sendiri merupakan
sebuah fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan dan
kehancuran lingkungan hingga memberikan banyak korban jiwa. Bencana alam yang
sering terjadi di bumi dapat terjadi karena kekuasan Tuhan Yang Maha Esa dan juga
dapat terjadi karena ulah tangan manusia, seperti banjir.
Pada dasarnya manusia tidak dapat dipisahkan dari alam, karena manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya dari Sumber Daya Alam. Oleh karena itu, penting bagi
kita untuk mengetahui tentang konsep-konsep bumi sebagai tempat tinggal kita dan
fenomena-fenomena alam yang terjadi di alam bumi. Maka dari itu penulis
mempunyai inisiatif untuk membuat makalah yang berjudul “Bumi dan Fenomena
Alam”.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan bumi dan bagaimana proses terbentuknya?
2. Apa saja lapisan bumi?
3. Bagaimana konsep gravitasi pada bumi?
4. Peristiwa apa saja yang termasuk fenomena alam?
5. Peristiwa apa saja yang termasuk bencana alam?

C. TUJUAN
1. Untuk memberikan pemahaman tentang proses terbentuknya bumi.
2. Untuk memberikan pemahaman tentang lapisan bumi serta konsep gravitasi pada
bumi.
3. Untuk memberikan pemahaman tentang peristiwa fenomena alam dan bencana
alam.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. BUMI
1. Pengertian Bumi

Bumi adalah sebuah planet yang bergerak mengelilingi matahari, dalam satu
putaran penuh memerlukan waktu 365,25 hari. Waktu yang diperlukan bumi
mengitari matahari disebut satu tahun. Garis lintasan ini disebut orbit.Bumi juga
berputar pada sumbunya seperti gasing di kenal dengan rotasi, satu putaran
perlu waktu 23 jam 35 menit 9 detik.
Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan
terbesar kelima dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi juga merupakan
planet terbesar dari empat planet kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut
dengan dunia atau Planet Biru.umi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu,
dan kehidupan muncul di permukaannya pada miliar tahun pertama.Biosfer Bumi
kemudian secara perlahan mengubah atmosfer dan kondisi fisik dasar lainnya,
yang memungkinkan terjadinya perkembangbiakan organisme serta pembentukan
lapisan ozon, yang bersama medan magnet Bumi menghalangi radiasi surya
berbahaya dan mengizinkan makhluk hidup mikroskopis untuk berkembang biak
dengan aman di daratan.Sifat fisik, sejarah geologi, dan orbit Bumi
memungkinkan kehidupan untuk bisa terus bertahan.
2. Proses Terbentuknya Bumi
a. Teori Big Bang

3
Menurut teori Big Bang terbentuknya bumi berawal dari puluhan
milyar tahun yang lalu. Awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang
berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil
dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk
cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan
dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula.
Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut
membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi
Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian
ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk
gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-
gumpalan itu membentuk planet- planet salah satunya planet bumi. Dalam
perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga
berbentuk seperti yang sekarang.
b. Teori Kabut

Teori kabut dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de


Laplace (1796). Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas
yang kemudian berkumpul menjadi nebula. Gaya tarik-menarik antar gas ini
membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat.
Dalam proses perputaran tersebut, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar
memisah dan memadat dikarenakan pendinginan. Bagian yang terlempar inilah
yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
Menurut teori ini, mula-mula di jagat raya ini ada sebuah Nebula yang
baur dan hampir bulat. Nebula ini berotasi dengan lambat dan turbulen. Karena
pergerakan rotasinya sangat lambat, maka Nebula mulai menyusut. Sebagai
hasil penyusutan dan rotasinya, terbentuklah sebuah cakram Nebula yang
ditengah-tengahnya datar. Proses penyusutan tersebut terus berlanjut dan

4
akhirnya Matahari terbentuk di pusat cakram. Cakram berputar makin lama
makin cepat, sehingga bagian-bagian tepi cakram terlepas membentuk gelang-
gelang bahan. Selanjutnya bahan dalam gelang-gelang memadat menjadi
planet-planet yang berevolusi dalam orbit hamper melingkar mengitari
Matahari. Teori Nebula dipandang sukses dalam menjelaskan tata surya datar,
yaitu bidang orbit Planet-Planet mengitari Matahari hampir merupakan bidang
datar.
c. Teori Planetesimal

Teori ini diajukan oleh ahli geologi berkebangsaan Amerika yang


bernama T. C. Chamberlein bersama rekannya ahli astromi yang bernama
Moulton pada awal abad ke 20. Planetesimal dapat diartikan sebagai planet
kecil. Menurut teori ini, Matahari telah ada sebelum terbentuknya tata surya
sebagai salah satu Bintang yang banyak terdapat di langit. Pada suatu saat,
Matahari berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh dengan sebuah Bintang
lain. Karena adanya tarikan gravitasi Bintang tersebut, maka sebagian bahan
pada Matahari (mirip lidah api raksasa) tertarik ke arah Bintang itu. Ketika
Bintang yang berpapasan tersebut menjauh kembali, sebagian lidah api raksasa
tersebut jatuh kembali ke matahari dan sebagian lagi terhambur menjadi
gumpalan-gumpalan kecil atau Planetesimal. Planetesimal-Planetesimal
tersebut kemudian melayang-layang di angkasa sebagai benda-benda dingin
dalam orbit mengitari Matahari. Akibat adanya tumbukkan dan tarikan
gravitasi, Planetesimal yang lebih besar menyapu yang lebih kecil bergabung
membentuk planet-planet.

5
d. Teori Pasang Surut Gas

Teori ini dikemukakan leh jeans dan Jeffreys, yakni bahwa sebuah
bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan
terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada
dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi,
ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya
jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang
yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekati matahari, maka
akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh
matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung
t]ersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah
pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari tadi dan merentang ke
arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas tersebut terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya
kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri
yakni planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-
bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga
lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi.
Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses
pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet
besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti
Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.Sementara pendinginan
berlangsung, planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit
berbentuk elips, sehingga besar kemungkinan pada suatuketika meraka akan
mendekati matahari dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan
matahari terjadi pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang terbentuk tersebut.
Matahari akan menarik kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga
lahirlah bulan-bulan (satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet.

6
e. Teori Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar dikemukakan oleh Fred Hoyle pada tahun


1956. Menurut teori ini menyatakan bahwa pada awalnya tata surya berupa dua
bintang yang berukuran hampir sama dan letaknya berdekatan. Dari kedua
bintang tersebut terdapat salah satunya yang belum stabil. Pada bintang yang
tidak stabil ini suatu saat terjadi reaksi yang sangat cepat sehingga
menghasilkan energi berupa panas, dan akhirnya bintang tersebut meledak
menjadi serpihan-serpihan kecil. Serpihan-serpihan tersebut terperangkap oleh
gaya gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai bergerak
mengelilinginya. Karena adanya gaya gravitasi serpihan yang letaknya
berdekatan bergabung sedikit demi sedikit dan akhirnya membentuk planet,
dan terbentuklah susunan tata surya. (astronomi.us)
3. Lapisan Bumi
Bumi terdiri dari beberapa lapisan yang membentuk struktur lapisan bumi.
Secara umum, planet Bumi terdiri dari dua komponen utama, yaitu struktur luar
dan struktur dalam. Struktur bumi dapat dibandingkan dengan lapisan-lapisan
seperti bawang, terdiri dari berbagai jenis bahan dengan sifat fisika dan kimia yang
berbeda.
a. Lapisan Bumi Berdasarkan Jenis dari Materialnya

Sumber: ruangguru.com

Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi


lapisan-lapisan sebagai berikut : (Judson & Leet, 1954)

7
1. Kerak bumi (crust)
Kerak bumi merupakan lapisan bumi terluar (permukaan bumi) yang
mempunyai massa sebesar 0,3% dari massa bumi seluruhnya. Ketebalan
kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri
dari batuan basa dan asam. Lapisan ini merupakan tempat tinggal seluruh
organisme hidup. Suhu di dasar kerak bumi mencapai 1.100°C. Lapisan
atas kerak bumi disebut litosfer. Menurut Tjasyono (2008) kerak bumi
terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
 Kerak benua adalah suatu benda padat yang terdiri dari granit di
bagian atas dan batuan beku basaltik di bagian bawah. Kerak bumi ini
bersifat kontinental. Kerak benua memiliki kedalaman 40 - 200 km.
 Kerak samudera merupakan suatu benda padat yang terdiri dari
sedimen laut di bagian atas, kemudian batuan vulkanik di bagian
bawah, dan di bawahnya terdapat batuan beku gabbro dan peridolit.
Kerak ini menempati dasar laut. Kerak samudera memiliki ketebalan
50-100 km
2. Mantel (mantle)
Mantel adalah lapisan di bawah kerak bumi atau lapisan di atas nife.
Mantel/ penutup (mantel) disebut juga mesosfer atau astenosfer dan
merupakan bahan cair yang bersinar pada suhu tinggi. Ketebalan penutup
tanah mencapai 2.900 km dan kepadatan rata-rata 5 gr/cm 3. Suhu di bagian
bawah penutup tanah mencapai 3.000°C.
3. Inti bumi (barisfer atau core)
Inti Bumi merupakan suatu bahan padat yang tersusun dari lapisan-
lapisan nife (niccolum = nikel dan ferrum = besi). Disebut barisfer karena
inti bumi mempunyai massa jenis yang tinggi, yaitu 10,7 gram/cc
dibandingkan dengan kerak bumi (litosfer). Jari-jarinya ± 3.470 km dan
batas terluarnya ± 2.900 km di bawah permukaan bumi. Diperkirakan suhu
di inti bumi tidak melebihi 30.000°C. Kehadiran nikel dan besi
memberikan sifat magnetis khusus pada Bumi. Lapisan tengah dibagi
menjadi inti luar dan inti dalam. Inti luarnya tebalnya sekitar 2.000 km dan
terbuat dari besi cair dengan suhu 2.200°C. Inti dalam merupakan pusat
bumi yang berbentuk seperti bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti
bagian dalam ini terdiri dari nikel dan besi dengan suhu hingga 4.500°C.

8
b. Lapisan Bumi Berdasarkan Sifat Materialnya
(Tanudidjaja, 1996) Menurut sifat mekanik (sifat dari materialnya),
bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :
1. Litosfer
Lapisan ini memiliki kedalaman 50-200 km, tebal sekitar 50-100 km
dan mempunyai kepadatan rata-rata 2,9 gram/cm³. Lapisan ini merupakan
lapisan batuan yang mengapung di atas astenosfer.
2. Astenosfer
Astenosfer adalah lapisan di bawah lempeng tektonik tempat lempeng
benua bergerak. Lapisan ini mempunyai kedalaman 700 km, bentuknya
cukup tebal, tebalnya 100-400 km.
3. Mesosfer
Terletak pada kedalaman kurang lebih 2900 km, lapisan ini padat dan
terletak di bawah astenosfer yang tebalnya 2400-2750 km.
c. Lapisan Bumi Berdasarkan Komposisi Kimianya
Berdasarkan komposisi kimianya, bumi dapat dikelompokkan menjadi
empat bagian, yaitu litosfer (bagian padat terluar yang terdiri dari tanah dan
batuan), hidrosfer (bagian cair yang mencakup berbagai ekosistem perairan
seperti laut, danau, dan sungai), atmosfer (bagian udara yang melingkupi
permukaan bumi), dan biosfer (wilayah yang ditempati oleh berbagai jenis
organisme) (Ashadi, 2008).

Sumber: roboguru.com

1. Litosfer
Litosfer berasal dari bahasa Yunani yaitu lithos artinya batuan, dan
sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan bumi yang
paling luar atau biasa disebut dengan kulit bumi (Sumanti, 2022). Pada

9
lapisan litosfer pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan
SiO2, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan
memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu
litosfer atas (merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan
litosfer bawah (merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).
(Sumanti, 2022) Litosfer bumi mencakup kerak dan bagian atas mantel
bumi, yang memberikan kekakuan pada lapisan terluar planet ini. Litosfer
didukung oleh astenosfer, bagian mantel yang lebih lemah, panas, dan
dalam. Batas antara litosfer dan astenosfer membedakan respons terhadap
tegangan, di mana litosfer tetap padat dalam waktu geologis yang relatif
lama, sementara astenosfer dapat berubah secara elastis akibat retakan-
retakan. Litosfer terbagi menjadi lempeng tektonik yang bergerak akibat
konveksi dalam astenosfer.
Konsep litosfer sebagai lapisan terkuat di bagian luar bumi
dikemukakan oleh Barrel pada tahun 1914 berdasarkan anomali gravitasi di
atas kerak benua. Dia mengidentifikasi adanya lapisan kuat (litosfer) di
atas lapisan lemah yang dapat mengalir secara konveksi (astenosfer).
Menurut Munir (2003) Ide ini kemudian dikembangkan oleh Daly pada
tahun 1940 dan diterima secara luas oleh ahli geologi dan geofisika.
Meskipun teori lempeng tektonik muncul pada tahun 1960, konsep lapisan
kuat (litosfer) dan lemah (astenosfer) tetap menjadi bagian integral dari
teori tersebut. Lapisan litosfer terbagi menjadi dua komponen utama:
 Lapisan sial, merupakan lapisan kulit bumi yang terdiri dari logam
silisium dan aluminium, dengan senyawa utamanya berupa SiO 2 dan
Al2O3. Lapisan sial mencakup batuan sedimen, granit, andesit, serta
berbagai jenis batuan metamorf yang ditemukan di daratan benua. Biasa
disebut sebagai lapisan kerak, lapisan ini bersifat padat dengan batu-
batu tersebar rata dan memiliki ketebalan rata-rata sekitar 35 km.
 Lapisan sima (sillisium dan magnesium), merupakan lapisan kulit
bumi yang tersusun oleh logam silisium dan magnesium dalam bentuk
senyawa SiO2 dan MgO. Lapisan ini memiliki berat jenis lebih besar
dibandingkan lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium,
termasuk mineral ferromagnesium dan batuan basalt. Lapisan sima
bersifat elastis dan memiliki ketebalan rata-rata sekitar 65 km.

10
Komponen utama penyusun litosfer adalah batuan, yang terdiri dari
campuran mineral sejenis atau tidak sejenis yang saling terikat secara
longgar atau padat (Sumanti, 2022). Magma, batuan cair pijar yang sangat
panas dan terletak di bawah kerak bumi, menjadi induk batuan pembentuk
litosfer. Magma mengalami berbagai proses transformasi hingga menjadi
batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
Peran penting litosfer dalam kehidupan tumbuhan termanifestasi dalam
pembentukan tanah. Tanah terbentuk melalui degradasi, erosi, dan proses
fisika lainnya pada batuan-batuan di permukaan litosfer, menghasilkan
partikel-partikel kecil hingga pasir. Kemudian, melalui interaksi dengan
komponen organik dari makhluk hidup, tanah berkembang menjadi
lingkungan yang mendukung kehidupan organisme.
2. Atmosfer
Atmosfer merupakan lapisan gas yang melingkupi bumi dengan
ketebalan lebih dari 650 km (Brown & Anderson, 1977). Istilah atmosfer
berasal dari bahasa Yunani, di mana "atmos" berarti uap dan "sphere"
berarti lapisan. Pergerakan udara dalam atmosfer terutama dipengaruhi
oleh pemanasan sinar matahari dan rotasi bumi. Rotasi bumi menyebabkan
perpindahan massa udara, menghasilkan perbedaan tekanan udara di
berbagai lokasi dalam atmosfer yang dapat mengakibatkan pembentukan
arus angin. Atmosfer mengandung berbagai jenis gas dalam lapisannya.
Berdasarkan volume dan massa gas yang paling banyak terkandung
berturut-turut, seperti tabel berikut :
Macam Gas Volume (%) Massa (%)
Nitrogen (N2) 78,088 75,527
Oksigen (O2) 20,949 23,143
Argon (Ar) 0,930 1,282
Karbondioksida (CO2) 0,030 0,045
Total 99,997 99,997
Kehadiran atmosfer yang melingkupi seluruh permukaan bumi
memiliki signifikansi besar dalam menjaga kelangsungan hidup beragam
organisme di planet ini (Suparto & Choirul, 2018). Beberapa fungsi kunci
atmosfer meliputi:
1) Regulasi Radiasi Matahari: Atmosfer berperan dalam mengurangi

11
radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi pada siang hari, serta
menghentikan kehilangan panas berlebihan pada malam hari.
2) Distribusi Air: Atmosfer berkontribusi dalam mendistribusikan air ke
berbagai wilayah permukaan bumi, terlihat melalui siklus hidrologi.
Tanpa atmosfer yang dapat menampung uap air, air di permukaan bumi
hanya akan berkumpul pada tempat terendah.
3) Penyediaan Oksigen dan Karbon Dioksida: Atmosfer menyediakan
oksigen yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup. Selain itu,
kebutuhan tumbuhan akan karbon dioksida juga dapat terpenuhi
melalui atmosfer.
4) Perlindungan dari Materi Meteorit: Atmosfer berfungsi sebagai
pelindung, menahan materi meteorit yang dapat jatuh ke bumi,
sehingga melibatkan peran penting dalam menjaga keamanan dan
stabilitas planet ini.
Keberadaan atmosfer sangat krusial dalam menjaga suhu yang layak di
permukaan bumi, karena tanpa lapisan atmosfer, potensi suhu yang sangat
tinggi dapat terjadi akibat penerimaan langsung 100% radiasi matahari oleh
permukaan bumi. Hal ini dapat membahayakan kelangsungan hidup
organisme, termasuk manusia. Dalam hal distribusi air dan penyediaan
unsur vital seperti oksigen dan karbon dioksida, atmosfer memainkan peran
kunci dalam mendukung kehidupan di bumi (Suparto & Choirul, 2018).
Atmosfer bumi, berdasarkan perbedaan suhu vertikalnya, dapat dibagi
menjadi lima lapisan, yaitu :

Sumber: roboguru.com

a. Troposfer

12
Troposfer adalah lapisan paling bawah dari atmosfer dan berada
pada ketinggian 20-55 km di atas permukaan bumi. Suhu udara dalam
troposfer cenderung menurun seiring dengan kenaikan ketinggian,
dengan penurunan suhu sekitar 0,5°C setiap kenaikan 100 meter.
Lapisan ini dianggap sangat penting karena secara langsung terhubung
dengan permukaan bumi, menjadi habitat bagi berbagai jenis makhluk
hidup, termasuk manusia. Sebagian besar dinamika iklim juga terjadi di
troposfer. (Brown & Anderson, 1977) Komposisi kimia udara troposfer
mencakup nitrogen (78,03%), oksigen (20,99%), argon (0,93%),
karbon dioksida (0,03%), neon (0,0015%), helium (0,00015%), kripton
(0,0001%), hidrogen (0,00005%), dan xenon (0,000005%). Meskipun
hanya mencakup sebagian kecil dari atmosfer, 90% massa atmosfer
terkonsentrasi di lapisan ini. Di troposfer, terbentuk awan, dan berbagai
peristiwa iklim seperti hujan, salju, dan hujan es terjadi. Terdapat tiga
jenis awan di troposfer: awan rendah (cumulus) dengan ketinggian 0-2
km, awan pertengahan (alto cumulus lenticularis) dengan ketinggian 2-
6 km, dan awan tinggi (cirrus) dengan ketinggian 6-12 km. Troposfer
juga terbagi menjadi empat lapisan tambahan:
 Lapisan Udara Dasar
Dengan ketebalan 1-2 meter di atas permukaan bumi, kondisi di
lapisan ini dipengaruhi oleh faktor fisik seperti jenis tanah dan
ketinggian di atas permukaan laut, memengaruhi iklim mikro dan
kehidupan tanaman dan organisme tanah.
 Lapisan Udara Bawah
Juga dikenal sebagai lapisan batasan planet, dengan ketebalan
1-2 km, di mana terjadi perubahan suhu udara yang memengaruhi
iklim.
 Lapisan Udara Adveksi (Gerakan Mendatar)
Lapisan ini, juga dikenal sebagai lapisan awan, memiliki
ketebalan 2-8 km, dengan gerakan mendatar lebih dominan daripada
gerakan vertikal. Interaksi antara udara panas dan dingin
menyebabkan fluktuasi suhu.
 Lapisan Udara Tropopouse

13
Adalah lapisan transisi antara troposfer dan stratosfer, berada
pada ketinggian 8-12 km di atas permukaan laut. Pada lapisan ini,
suhu mencapai derajat paling rendah, antara -46°C hingga -80°C
(musim panas) dan antara -57°C hingga -83°C (musim dingin). Suhu
yang sangat rendah di tropopouse ini mencegah uap air mencapai
lapisan atmosfer lebih tinggi, menyebabkan kondensasi dan jatuh
kembali ke bumi dalam bentuk cair (hujan) & padat (salju, hujan es).
b. Stratosfer
Stratosfer adalah bagian atmosfer yang berada di atas troposfer dan
membentang hingga ketinggian 50-60 km, terletak antara lapisan
troposfer dan ionosfer. Suhu dalam stratosfer meningkat seiring dengan
peningkatan ketinggian, dan bagian atas stratosfer memiliki suhu yang
hampir sama dengan suhu permukaan bumi. Dengan demikian,
stratosfer memiliki karakteristik yang berlawanan dengan troposfer.
Keunikan utama stratosfer adalah keberadaan lapisan ozon yang
berfungsi menyerap radiasi ultraviolet, mencegah sebagian besar
radiasi tersebut mencapai permukaan bumi. Penyerapan radiasi
matahari oleh ozon dan beberapa gas atmosfer lainnya menyebabkan
peningkatan suhu udara dalam stratosfer. Stratosfer tidak mengandung
uap air, sehingga kering. Batas stratosfer dikenal sebagai stratopouse.
Stratosfer terbagi menjadi tiga bagian :
 Lapisan Udara Isoterm: Terletak antara 12-35 km di atas permukaan
laut, dengan suhu udara berkisar antara -50°C hingga -55°C.
 Lapisan Udara Panas: Terletak antara 35-50 km di atas permukaan
laut, dengan suhu berkisar antara -50°C hingga 50°C.
 Lapisan Udara Campuran Teratas: Terletak antara 50-80 km di atas
permukaan laut, dengan suhu berkisar antara 50°C hingga -70°C.
Pada ketinggian 30 km, oksigen diubah menjadi ozon karena
pengaruh sinar ultraviolet, meningkatkan kandungannya dari 5 x 10-
2 cc menjadi 9 x 10-2 cc dalam 1 m3.

c. Mesosfer
Mesosfer terletak di atas stratosfer pada ketinggian 50-70 km, di
14
antara lapisan stratopause dan mesopause. Selain berfungsi sebagai
perlindungan terhadap meteor jatuh, mesosfer juga menunjukkan
penurunan suhu seiring dengan ketinggian. Awalnya, suhu meningkat,
tetapi kemudian turun hingga mencapai -72°C pada ketinggian 75 km.
Suhu terendah tercatat antara 80-100 km, yang juga menjadi batas
dengan lapisan atmosfer berikutnya, yaitu mesosfer. Wilayah transisi
antara mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu
terendah -110°C.
d. Termosfer
Terletak di atas mesopouse pada ketinggian sekitar 75-650 km,
termosfer merupakan lapisan di mana gas-gas mengalami ionisasi,
sering disebut sebagai lapisan ionosfer. Molekul oksigen terionisasi di
sini, dan proses ini, bersama pemecahan molekul lain, menghasilkan
panas, meningkatkan suhu seiring dengan ketinggian. Termosfer dibagi
menjadi tiga lapisan:
 Lapisan Udara E : Terletak antara 80-150 km dengan rata-rata 100
km di atas permukaan laut. Juga dikenal sebagai lapisan udara
KENNELY dan HEAVISIDE, lapisan ini memiliki tingkat ionisasi
tertinggi dan mampu memantulkan gelombang radio. Suhu udara
berkisar -70°C hingga 50°C.
 Lapisan Udara F: Terletak antara 150-400 km dan dikenal sebagai
lapisan udara APPLETON.
 Lapisan Udara Atom: Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam
bentuk atom dan terletak antara 400-800 km. Lapisan ini menerima
panas langsung dari matahari, dengan perkiraan suhu mencapai
1200°C.
e. Eksosfer
Merupakan lapisan atmosfer paling tinggi dengan kandungan gas
yang sangat rendah. Wilayah eksosfer masih dipengaruhi oleh gaya
gravitasi bumi, dan batasnya dengan angkasa luar disebut
magnetopause. Mesosfer terletak di atas stratosfer pada ketinggian 50-
70 km.
3. Hidrosfer

15
Sumber: idschool.net

Hidrosfer adalah lapisan air yang ada di permukaan bumi, berasal dari
kata "hidros" yang berarti air dan "sphere" yang berarti lapisan. Di
permukaan bumi, hidrosfer mencakup danau, sungai, laut, lautan, salju atau
gletser, air tanah, dan uap air di lapisan udara. Hampir tiga per empat
permukaan bumi ditutupi oleh air dalam jumlah yang konstan, mengalami
perubahan bentuk karena mengikuti siklus air yang disebut daur hidrologi
atau water cycle. Studi tentang bentangan air di daratan dikenal sebagai
hidrologi, sementara di lautan dipelajari dalam oceanografi. Sementara itu,
pengkajian bentangan air di atmosfer, yang berpengaruh pada iklim dan
cuaca, menjadi fokus ilmu meteorologi dan klimatologi.
 Siklus Hidrologi

Sumber: brainly.co.id
Menurut (Hartini, 2017) siklus hidrologi merupakan suatu proses
berkelanjutan dalam peredaran atau daur ulang air, yang dipengaruhi oleh
pemanasan sinar matahari. Sinar matahari menyebabkan air di seluruh
permukaan bumi menguap, dan ketika mencapai ketinggian tertentu dan
suhu turun, uap air mengalami kondensasi, membentuk titik-titik air, dan
jatuh sebagai hujan. Siklus hidrologi dapat dibedakan menjadi tiga bagian
utama :
a. Siklus Pendek : Pada siklus pendek, air laut menguap menjadi gas,

16
mengalami kondensasi menjadi awan, turun sebagai hujan, dan kembali
ke laut.
b. Siklus Sedang : Dalam siklus sedang, uap air dari lautan diangkut oleh
angin ke daratan. Di daratan, uap air membentuk awan dan akhirnya
turun sebagai hujan di wilayah daratan. Air hujan ini mengalir melalui
sungai, selokan, dan lainnya, kembali ke laut.
c. Siklus Panjang : Pada siklus panjang, uap air dari lautan diangkut oleh
angin ke wilayah daratan. Pendinginan pada ketinggian tertentu
menyebabkan terbentuknya awan dengan kristal es. Awan ini kemudian
menurunkan hujan es atau salju di pegunungan. Es tersebut mengali
sebagai gletser ke permukaan bumi, masuk ke sungai, dan akhirnya
kembali ke lautan.
Hidrosfer dikelompokkan menjadi dua, yaitu perairan darat dan
perairan laut (Corsita, 2022). Berikut adalah uraiannya :
1) Perairan Darat
Perairan di daratan dapat dikelompokkan sebagai perairan
tawar, mencakup semua bentuk air yang mengalir di atas daratan.
Komponen air di daratan mencakup air tanah dan air permukaan.
a. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah dan berasal
dari berbagai sumber, seperti salju, hujan, atau curahan air lainnya
yang meresap ke dalam tanah dan tertampung di lapisan kedap air.
 Air Tanah Dangkal (Air Freatis)
Air freatis adalah air tanah yang terletak dekat permukaan tanah
di atas lapisan kedap air. Ketersediaan air freatis sangat
dipengaruhi oleh resapan air di sekitarnya, dengan jumlahnya
yang berfluktuasi selama musim kemarau dan hujan. Sumber air
freatis dapat diakses melalui sumur atau mata air.
 Air Tanah Dalam (Air Artesis)
Air artesis adalah air tanah yang terletak di dalam tanah, di
antara dua lapisan kedap air yang disebut lapisan akuifer.
Lapisan ini mampu menyimpan sejumlah besar air, dan jika
lapisan kedap air mengalami retakan alami, air dapat naik ke
permukaan, membentuk mata air artesis. Air artesis dapat
17
ditemukan melalui pengeboran, dan sumur pengeborannya
dikenal sebagai sumur artesis.
b. Air Permukaan
Air permukaan merujuk pada berbagai bentuk air yang terlihat di
permukaan bumi, termasuk sungai, danau, rawa, dan gletser.
 Sungai adalah bagian dari muka bumi yang karena sifatnya,
menjadi tempat air mengalir. Sifat yang dimaksud adalah
bagian permukaan bumi yang paling rendah bila dibandingkan
dengan daerah sekitarnya.
 Danau merupakan suatu cekungan (basin) di permukaan bumi
yang digenangi air dalam jumlah yang relatif banyak. Air pada
danau bersumber dari banyak sumber seperti sungai, air tanah
atau hujan. Pengaliran air danau dapat terjadi karena
penguapan, perembesan ke dalam tanah, dan pengaliran air
melalui sungai.
 Rawa
Rawa adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi
terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang
terhambat serta mempunyai ciri- ciri khusus secara fisik,
kimiawi, dan biologis. Rawa selalu digenangi air karena
kekurangan saluran atau letaknya yang rendah, baik yang
bersifat sementara maupun sepanjang waktu, sehingga
pelepasan air dan lahan tersebut lambat. Genangan ini
disebabkan oleh kondisi pembuangan (drainase) yang buruk.
2) Perairan Laut
Laut adalah sekumpulan air yang sangat luas di permukaan
bumi yang memisahkan atau menghubungkan suatu benua atau pulau
dengan yang lainnya. Umumnya perairan laut merupakan massa air
asin dengan kadar garam cukup tinggi (rata-rata 3.45 %). Bumi
memiliki lima lautan luas (samudera) yaitu lautan Pasifik, Atlantik,
Hindia, Antartika, dan Artik. Lautan di bumi memiliki luas kira-kira
361 juta km2, lebih dari 70% luas permukaan bumi, dengan kedalaman
rata-rata 3.730 m. Klasifikasi laut berdasarkan kedalamannya. Laut
dikelompokan kedalam empat zona, yaitu :
18
a. Zona litoral adalah wilayah laut yang pada saat terjadinya pasang
naik tertutup oleh air laut dan ketika air laut surut wilayah ni
menjadi kering. Zona ini sering disebut sebagai wilayah pasang
surut.
b. Zona neritik adalah wilayah laut mulai zona psang surut sampai
kedalaman 200 meter. Zona ini merupakan tempat
terkonsentrasinya biota laut, terutama berbagai jenis ikan. Zona
neritik sering disebut wilayah laut dangkal.
c. Zona batial adalah wilayah laut yang merupakan lereng benua yang
tenggelam di dasar samudra. Kedalaman zona ini berkisar diatas
200 m- 2000 m.
d. Zona abisial adalah wilayah laut yang merupakan wilayah dasar
samudra.
Perairan laut, yang mencakup sekitar 70% dari luas permukaan
bumi, dapat dibedakan berdasarkan bentuk daratan yang membatasinya
menjadi beberapa jenis, termasuk selat, teluk, laut, dan samudera.
 Selat : merupakan perairan laut yang terletak di antara pulau,
umumnya memiliki lebar yang sempit.
 Teluk : bagian laut yang menjorok ke daratan, seringkali memiliki
ukuran yang lebih lebar daripada selat.
 Laut : adalah perairan yang terletak di antara beberapa daratan.
Perbedaannya dengan selat adalah laut lebih luas dan tidak hanya
dibatasi oleh dua pulau, melainkan oleh sejumlah pulau dan daratan.
 Samudera : Merupakan perairan laut yang sangat luas, dengan luas
yang melebihi 10 juta kilometer persegi, umumnya dikelilingi oleh
benua.
4. Gravitasi Bumi
a. Pengertian Gravitasi
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang timbul antara semua partikel
yang memiliki massa di alam semesta. Sebagai contoh, ketika sebuah apel
jatuh ke tanah, hal itu disebabkan oleh gaya gravitasi bumi yang menarik apel
tersebut ke pusat gravitasi bumi (Bayong, 2009).
Ketika kita jatuh, gerakannya selalu ke bawah. Demikian pula, ketika

19
kita melempar suatu benda ke atas, benda tersebut selalu jatuh kembali ke
bawah. Baik saat berjalan, duduk, berdiri, atau tidur, semua benda di bumi
tampaknya melekat pada permukaan bumi atau lantai. Ini terjadi karena adanya
suatu gaya yang menarik kita menuju ke bawah, yang dikenal sebagai gaya
gravitasi. Gaya gravitasi ini menarik kita ke arah bawah. Gaya ini terdapat
pada semua benda, dan semakin besar massa atau berat suatu benda, semakin
besar pula gaya gravitasi yang dihasilkannya. Bumi, sebagai bola yang sangat
besar, memiliki gaya gravitasi yang cukup besar untuk menarik semua benda
di sekitarnya, termasuk rumah, manusia, batu, binatang, bulan, dan satelit yang
mengorbit bumi.
Meskipun kita berada di bagian bawah bola bumi, kita tidak jatuh
karena adanya gaya gravitasi bumi yang selalu menuju pusat bola bumi.
Meskipun kita juga memiliki gaya gravitasi, benda-benda kecil di sekitar kita
tidak menempel pada tubuh kita karena gaya gravitasi tubuh kita kalah oleh
gaya gravitasi bumi. Sebaliknya, benda-benda seperti burung, balon udara,
pesawat terbang, dan roket tidak tertarik oleh gaya gravitasi bumi karena
mereka memiliki gaya lain yang dapat melawan gaya gravitasi, memungkinkan
mereka melayang dan tidak melekat pada permukaan bumi (Satriawan, 2019).
b. Pengertian Gaya Gravitasi Bumi
Jatuhnya suatu benda ke permukaan bumi merupakan hasil dari
pengaruh gaya gravitasi bumi, yang umumnya disebut sebagai gaya tarik
bumi(Satriawan, 2019). Gaya ini memiliki sifat menarik semua benda menuju
permukaan bumi. Pengaruh gaya gravitasi bumi melibatkan semua objek yang
berada di atau dekat permukaan bumi, termasuk bulan.
Intensitas gaya gravitasi bumi pada suatu benda bergantung pada jarak
benda tersebut dari pusat bumi. Semakin jauh jaraknya dari pusat bumi,
semakin kecil gaya gravitasi yang dihasilkan. Sebagai contoh, astronot di luar
angkasa akan merasakan dirinya lebih ringan dan melayang-layang karena
jaraknya yang sangat jauh dari pusat bumi, sehingga gaya gravitasi bumi
hampir tidak mempengaruhi dirinya.
Benda yang berada dekat dengan permukaan bumi memiliki berat, yang
menyebabkan mereka jatuh ke bawah. Ketika benda mendekati tanah,
kecepatan jatuhnya meningkat, dan setelah mencapai tanah, benda tersebut
tetap berada di tempatnya karena gaya gravitasi tetap bekerja.

20
Pengalaman sehari-hari mengindikasikan bahwa berat suatu benda
mempengaruhi kecepatan jatuhnya. Namun, perbedaan kecepatan jatuh antara
dua benda dengan berat yang sama, seperti kapas dan batu, disebabkan oleh
bentuk benda. Sebuah gumpalan kertas, meskipun memiliki berat yang sama
dengan kertas lembaran, jatuh lebih cepat karena luas permukaannya yang
lebih kecil, mengurangi gaya gesek udara yang bertentangan dengan arah gaya
gravitasi.
Dalam konteks ini, perbandingan antara berat dan kecepatan jatuh
benda menyimpang dari asumsi yang mendasar, bahwa berat suatu benda tidak
memengaruhi gaya gravitasi bumi sebagai pemicu kecepatan jatuh. Sebaliknya,
bentuk benda berperan dalam menentukan kecepatan jatuhnya. Misalnya,
kertas gumpalan jatuh lebih cepat karena luas permukaan yang lebih kecil dan,
oleh karena itu, gaya gesek udara yang lebih rendah.
Jika bumi tidak memiliki gaya gravitasi, semua benda, baik hidup
maupun mati, akan melayang bebas ke angkasa (Bayong, 2009). Air dari
sungai, danau, dan lautan akan menghilang ke angkasa, menyebabkan
kekeringan. Lapisan atmosfer yang mengelilingi bumi juga akan hilang,
menyebabkan hilangnya berbagai macam gas ke angkasa. Selain itu, benda-
benda di permukaan bumi, seperti batu, akan beterbangan seperti balon gas
yang terlepas.
c. Hukum Gravitasi Newton
Menurut hukum gravitasi Newtonian, jika dua benda dengan massa
didekatkan, maka akan timbul gaya gravitasi atau gaya tarik menarik antara
keduanya. Besarnya gaya gravitasi ini diatur oleh Hukum Newton yang
menyatakan bahwa "Semua benda di alam semesta saling menarik dengan gaya
yang proporsional terhadap hasil kali massa kedua objek dan inversi kuadrat
jarak di antara keduanya."
Pada abad ke-17, Sir Isaac Newton mendalami permasalahan ini dan
menyimpulkan bahwa terdapat suatu "gaya pada suatu jarak" yang
memungkinkan interaksi antara dua atau lebih benda. Pada abad ke-18,
Michael Faraday menggantikan istilah ini dengan konsep "medan." Medan
adalah ruang di sekitar suatu besaran fisik yang tetap dipengaruhi oleh besaran
tersebut dalam suatu entitas tertentu (Bayong, 2009). Sebagai contoh, gaya
gravitasi akan beroperasi pada massa suatu objek selama objek tersebut berada

21
dalam medan gravitasi suatu benda atau planet. Jika medan gravitasi dianggap
dapat diabaikan, maka massa yang berada di sekitar objek tersebut tidak akan
terpengaruh.
Pemahaman ini menjelaskan mengapa daun, meskipun memiliki massa
yang lebih kecil daripada bulan yang jauh lebih besar, tetap dapat ditarik oleh
gravitasi bumi. Dalam penelitiannya, Newton menyimpulkan bahwa gaya
gravitasi atau gaya tarik-menarik memiliki sifat universal, proporsional
terhadap massa masing-masing benda, dan inversi kuadrat terhadap jarak di
antara keduanya. Secara matematis Hukum Newton tentang gravitasi dapat
dituliskan sebagai berikut :

m
F F

Mm
F = G r2
Keterangan:
F= gaya gravitasi (N)
M = massa benda 1 (kg)
m = massa benda 2 (kg)
r = Jarak kedua benda (m)
G = konstanta gravitasi (6,67 x 10-11) N.m2/kg2
d. Percepatan Gravitasi
Percepatan gravitasi, yang juga dikenal sebagai kuat medan gravitasi,
merujuk pada percepatan yang dialami oleh suatu benda sebagai akibat dari
gaya gravitasi yang diberlakukan padanya. Gaya gravitasi yang terjadi di bumi,
dikenal sebagai berat benda, menggambarkan besarnya gaya tarik bumi yang
bertindak pada benda tersebut.
Dalam konteks ini, percepatan gravitasi adalah hasil dari interaksi gaya
gravitasi antara massa benda dan massa bumi. Gaya ini menimbulkan
percepatan pada benda yang jatuh bebas di arah gravitasi. Percepatan ini,
diukur sebagai kuat medan gravitasi, memiliki besaran standar di permukaan

22
bumi dan disebut sebagai percepatan gravitasi bumi (g), dengan nilai sekitar
9.8 m/s2.
Penting untuk memahami bahwa berat benda sebenarnya merupakan
manifestasi dari gaya gravitasi yang bekerja pada benda tersebut. Oleh karena
itu, dalam konteks fisika, istilah "percepatan gravitasi" dan "berat" sering
digunakan secara bergantian untuk menyatakan konsep yang sama, yaitu efek
gaya gravitasi pada suatu massa. Jika massa bumi M dengan jari-jari R, maka
besarnya gaya gravitasi bumi pada benda yang bermassa m dirumuskan :

Keterangan:
g = percepatan gravitasi (m/s2)
M = massa benda 1(kg)
R = jari-jari bumi (m)
G = konstanta gravitasi (6,67 x 10-11) N.m2/kg2
1) Percepatan gravitasi pada ketinggian tertentu
Apabila suatu benda berada pada ketinggian tertentu dari permukaan bumi
maka percepatan gravitasinya dapat kita tentukan sebagai berikut:

Keterangan:
G = percepatan gravitasi (m/s2)
MB = massa bumi
R = jari-jari bumi (m)
h = ketinggian benda dari permukaan bumi (m)

23
2) Percepatan gravitasi pada kedalaman tertentu
Apabila suatu benda berada pada kedalaman tertentu (d) dari
permukaan bumi maka percepatan gravitasinya dapat kita tentukan sebagai
berikut:

Misalkan massa jenis rata-rata bumi adalah  , maka massa bumi yang bagian
dalam dapat dicari sebagai berikut :

Maka percepatan gravitasi pada kedalaman d adalah :

e. Energi Potensial Gravitasi


Energi potensial gravitasi dapat dijelaskan sebagai bentuk energi yang
dimiliki oleh suatu benda berdasarkan posisinya dalam medan gravitasi.
Medan gravitasi ini dihasilkan oleh massa benda lain, seperti planet atau
bintang, dan mempengaruhi benda yang berada di sekitarnya (Raharto, 2002).
Dalam hal ini, akan dijelaskan tentang energi potensial gravitasi dengan
merinci konsep tersebut.

24
1) Usaha dan Gaya Gravitasi
Usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi pada suatu benda, yang
mengakibatkan perpindahan benda dari jarak r a ke rb, dapat dihitung
menggunakan integral dari gaya gravitasi terhadap perpindahan.
Rumusnya:

Keterangan:
W = usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi (Joule).
G = konstanta gravitasi universal (6.67×10−11 N⋅m2/kg2).
M dan m = massa dua benda yang saling berinteraksi (kg).
ra dan rb = jarak awal dan jarak akhir antara dua benda (m).
Tanda minus muncul karena arah gaya gravitasi menuju pusat koordinat,
menunjukkan bahwa gaya gravitasi bersifat konservatif.
2) Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial gravitasi, diwakili oleh U(r), dapat didefinisikan sebagai
perubahan negatif dalam usaha gaya gravitasi. Untuk kasus benda pada
jarak tak terhingga (ra pada tak terhingga), rumusnya menjadi :

Keterangan:
U(r) adalah energi potensial gravitasi pada jarak r (Joule).
G = konstanta gravitasi universal (6.67×10−11 N⋅m2/kg2).
M dan m = massa dua benda yang saling berinteraksi (kg).
r = jarak antara dua benda(m).
Ini menunjukkan bahwa energi potensial gravitasi berkurang saat benda
mendekati sumber gravitasinya.
3) Ketinggian Dekat Permukaan Bumi
Untuk suatu ketinggian h di dekat permukaan bumi, kita memilih ra = R
(radius bumi) dan rb = R+h. Dengan mengasumsikan bahwa potensial
gravitasi pada permukaan bumi (U(R)) adalah nol, kita dapat menghitung
energi potensial gravitasi sebagai:

25
Keterangan:
m = massa benda (kg).
U(h)= adalah energi potensial gravitasi pada ketinggian ℎh (Joule).
g = percepatan gravitasi bumi (9.8 m/s29.8m/s2).
ℎ = ketinggian di atas permukaan bumi (m).
Rumus ini memungkinkan perhitungan energi potensial gravitasi pada
ketinggian tertentu di dekat permukaan bumi.

B. FENOMENA ALAM
1. Gerakan Bumi
a. Rotasi Bumi
Gerak rotasi Bumi adalah gerak Bumi mengitari porosnya sendiri.
Gerak ini dengan arah negatif atau timur, yaitu dari barat ke timur. Jika kita
lihat dari pesawat antariksa tepat di atas kutub utara, maka bumi berotasi
berlawanan arah jarum jam (arah negatif). Gerak rotasi Bumi ini dapat
dibuktikan dengan percobaan bandul Foucoult. Ada enam peristiwa yang
diakibatkan oleh gerak rotasi Bumi ini:
1) Pergantian siang dan malam
Belahan Bumi yang terkena sinar Matahari mengalami siang,
sebaliknya yang tidak terkena sinar Matahari mengalami malam. Karena
Bumi berotasi terus menerus dari barat ke timur, maka setengah bagian
Bumi yang terkena sinar Matahari selalu bergiliran. Dengan kata lain, pada
suatu tempat dalam sehari selalu terjadi pergantian siang dan malam.
2) Peredaran semu harian benda langit
Setiap hari kita mengamati peredaran Matahari dan benda-benda langit
melintas dari timur ke barat. Pergerakan Matahari dan benda-benda langit
dari timur ke barat disebut sebagai peredaran semu harian benda langit. Ini
karena pergerakan yang kita amati bukan semata-mata disebabkan oleh
pergerakan Matahari dan benda-benda langit tersebut, melainkan
disebabkan oleh rotasi Bumi dari arah barat ke timur.

26
3) Perbedaan Waktu
Garis bujur adalah garis khayal yang sejajar dengan garis tengah kutub.
Perbedaan waktu bergantung pada derajat garis bujurnya. Tempat-tempat
yang bebeda bujur 1° akan berbeda 4 menit (360° : 1440 menit) atau
berbeda 1 jam dalam 15° garis bujur (360° : 24 jam). Pembagian waktu
berdasarkan garis bujur ditetapkan pada acuan garis bujur 0° yang berada di
kota Greenwich. Setiap garis bujur yang jauhnya 15° , di sebelah barat akan
lebih lambat 1 jam sedangkan di sebelah timur akan lebih cepat 1 jam.
Waktu pada bujur standar dinamakan waktu standar atau waktu lokal.
Waktu yang ditunjukkan oleh bujur standar yang lebih ke barat lebih kecil
daripada waktu yang ditunjukkan oleh bujur standar yang lebih ke timur.
Batas penanggalan internasional ialah tempat-tempat yang terletak pada
bujur 180° , di mana tempat di timur dan di barat bujur ini akan berbeda
waktu satu hari.
4) Perbedaan percepatan gravitasi di permukaan Bumi
Akibat rotasi Bumi, garis tengah khatulistiwa lebih besar daripada garis
tengah kutub. Ini menyebabkan percepatan gravitasi di permukaan Bumi berbeda-
beda. Karena percepatan gravitasi 2 R GM g  atau g berbanding terbalik dengan
radius R2 , maka percepatan gravitasi di ekuator (khatulistiwa) akan lebih kecil
daripada percepatan gravitasi di kutub. Jadi, jika kita bergerak dari khatulistiwa
menuju kutub, maka percepatan gravitasi akan semakin besar.
b. Revolusi Bumi
Revolusi Bumi merupakan pergerakan bumi pada orbitnya mengelilingi
matahari sebagai pusat tata surya. Bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari
disebut ekliptika. Selama mengitari Matahari, poros Bumi selalu miring 23,5
derajat terhadap garis yang tegak lurus ekliptika. Orbit planet-planet lain tidak
sebidang dengan ekliptika. Sudut antara bidang orbit planet lain dengan
ekliptika disebut inklinasi.
Bumi berevolusi dalam arah negatif (berlawanan arah jarum jam),
artinya jika kita berada dalam pesawat antariksa tepat di atas kutub utara maka
kita akan melihat Bumi mengitari Matahari dalam arah yang berlawanan arah
jarum jam. Gerak revolusi Bumi mengakibatkan beberapa peristiwa yang dapat
dirasakan oleh para penghuni planet ini, diantaranya adalah :

27
1) Perbedaan lama siang dan malam
Bumi di belahan utara dan selatan punya waktu siang dan malam yang
berbeda. Ini terjadi karena kemiringan sumbu bumi dan revolusi. Saat
berevolusi, bumi bisa terletak di apotema atau hipotema. Apotema adalah
titik terjauh bumi dengan matahari. Sedangkan hipotema adalah titik
terdekat bumi dengan matahari.
2) Gerak Semu Tahunan Matahari
Gerak semu tahunan matahari adalah gerak berubahnya posisi matahari
sepanjang tahun. Selain berevolusi, bumi juga berotasi. Sumbu rotasi tidak
sejajar dengan sumbu revolusi. Sumbu bumi yang miring 23,5° membuat
matahari tidak selalu terlihat di atas khatulistiwa. Matahari akan terlihat
berada di utara atau selatan bumi. Selama setengah tahun, matahari lebih
banyak menerangi bumi bagian utara. Setengahnya lagi, matahari lebih
banyak menerangi bumi bagian selatan.
3) Perubahan Musim
Gerak semu matahari mengakibatkan perbedaan intensitas penyinaran
matahari di berbagai wilayah bumi. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan
musim. Bumi bagian utara dan selatan mengalami empat musim yakni
musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Sementara
bumi yang berada di garis khatulistiwa seperti Indonesia hanya mengalami
dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.
4) Perubahan Kenampakan Rasi Bintang
Dari bumi, kita melihat bintang-bintang itu membentuk pola tertentu.
Seperti cancer (kepiting), pisces (ikan), scorpio (kalajengking) yang kita
tahu selama ini. Namun antara bintang yang satu dengan yang lain
sebenarnya berjarak sangat jauh. Karena revolusi bumi, posisi kita bergeser
dan penampakan bintang itu juga bergeser.
2. Gerakan Bulan
Bulan merupakan satelit bumi dalam sistem Tata Surya.(Taylor et al., 2006)
Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yaitu berotasi pada porosnya, beredar
mengelilingi bumi, dan bersama bumi beredar mengelilingi matahari. (Syofyan,
2018) Gerakan bulan dapat dirincikan sebagai berikut :

28
a. Rotasi Bulan
Menurut Syofyan (2018) rotasi bulan merupakan perputaran Bulan
pada porosnya dari arah barat ke timur. Bulan mengitari bumi sekali dalam
setiap 27.322 hari. Untuk satu kali rotasi, Bulan membutuhkan waktu sebulan
1
(29 hari). Rotasi Bulan tidak memberikan pengaruh terhadap kehidupan di
2
Bumi. (Suhartanti et al., 2008)
b. Revolusi Bulan
Menurut Syofyan (2018) rotasi bulan merupakan perputaran Bulan
pada porosnya dari arah barat ke timur. Bulan mengitari bumi sekali dalam
setiap 27.322 hari. Untuk satu kali rotasi, Bulan membutuhkan waktu sebulan
1
(29 hari). Rotasi Bulan tidak memberikan pengaruh terhadap kehidupan di
2
Bumi. (Suhartanti et al., 2008)

Sumber: Buku Siswa IPA Kelas VI SD/MI


Pada gambar di atas, besarnya derajat menunjukkan posisi Bulan
terhadap arah datangnya sinar Matahari. Bidang berwarna hitam merupakan
bagian Bulan yang tidak terkena sinar Matahari. Bidang berwarna abu-abu
merupakan bagian Bulan yang terkena sinar Matahari namun tidak terlihat
dengan jelas dari Bumi. Sementara itu, bagian tak berwarna (putih) adalah
bagian Bulan yang terkena sinar Matahari dan terlihat dari Bumi. Bagian putih
inilah yang dikenal sebagai fase-fase Bulan. Menurut Sofyan (2018)
5) Fase Bulan Baru (New Moon)
Pada fase ini sisi Bulan yang menghadap Bumi tidak menerima cahaya dari
matahari, sehingga Bulan tidak dapat terlihat dari bumi. Fase ini terjadi di
hari pertama, ketika Bulan berada diposisi 0 derajat.

29
6) Fase Sabit Muda (Waxing Crescent)
Pada fase ini, kurang dari setengah bagian dari Bulan yang menyala. Selama
fase ini berlangsung bagian bulan yang terlihat dari Bumi semakin lama
akan semakin besar. Fase ini terjadi pada hari keempat ketika Bulan berada
di posisi 45 derajat. Jika dilihat dari Bumi, maka terlihat penampakan bulan
yang melengkung seperti sabit.
7) Fase Kuartal III (Third Quarter)
Pada fase ini Bulan tampak seperti setengah lingkaran. Fase ini terjadi di
hari ke delapan ketika Bulan berada di posisi 90 derajat.
8) Fase 4 (Waxing Gibous)
Fase ini dimulai dengan setengah bagian yang tampak akan lebih besar. Jika
diperhatikan dari Bumi akan terlihat seperti cakram yang biasa disebut
dengan Bulan Cembung. Fase ini terjadi pada hari kesebelas, ketika Bulan
berada pada posisi 135 derajat.
9) Fase bulan purnama (Full Moon)
Pada fase ini, Bulan berada pada sisi berlawanan dengan Bumi, sehingga
cahaya Matahari sepenuhnya terkirim ke Bulan. Fase ini terjadi di hari ke
empat belas, ketika Bulan berada pada posisi 180 derajat. Fase ini Bulan
terlihat seperti lingkaran penuh atau sering dikenal dengan istilah Bulan
Purnama.
10) Fase 6 (Wanning Gibous)
Pada fase ini bagian bulan yang dari Bumi akan semakin kecil secara
bertahap. Fase ini terjadi di hari ketujuh belas, ketika Bulan berada pada
posisi 225 derajat. Penampakannya kembali seperti cakram.
11) Fase Kuartal I (First Quarter)
Pada fase ini kembali terihat setengah bagian dari Bulan terlihat. Fase ini
terjadi di hari kedua puluh satu, ketika Bulan berada tepat pada posisi 270
derajat. Penampakannya sama seperti Bulan pada fase Kuartil III.
12) Fase Sabit Tua (Waning Crescent)
Pada fase ini Sebagian kecil dari Bulan terlihat. Fase ini terjadi di hari kedua
puluh lima, ketika Bulan berada pada posisi 315 derajat. Penampakan pada
fase Bulan terlihat sama seperti pada posisi 45 derajat. Bulan tampak seperti
sabit.

30
c. Bumi dan Bulan Bersama-sama Mengelilingi Matahari
Bulan dalam mengelilingi Bumi tidak beredar dalam satu lingkaran
penuh, akan tetapi lebih menyerupai lingkaran berpilin yang artinya titik awal
pada saat Bulan bergerak mengitari Bumi tidak bertemu dengan titik akhirnya.
Satu lingkaran berpilin ini ditempuh Bulan dalam waktu 29.5 hari, dan
lingkaran berpilin penuh dengan waktu 365.5 hari, maka Bulan pun telah
melakukan 12 kali lingkaran berpilin.
3. Pengaruh Gerakan Bumi dan Bulan
Hubungan Bumi dan Bulan sangatlah erat. Dimana iklim di Bumi dan pasang
surut air laut di Bumi tidak terlepas dari adanya pengaruh Bulan. Berdasarkan
beberapa sumber terdapat beberapa hal yang akan terjadi di Bumi jika dikaitkan
dengan Bulan. Hal tersebut adalah sebagai berikut:
 Tanpa Bulan, Bumi berputar selama 10 jam sehari dengan 23,5 derajat karena
adanya Bulan. Jika tidak ada Bulan, maka Bumi berputar dalam bentuk tegak
lurus.
 Seandainya tidak ada Bulan, negara Inggris hanya memiliki dua macam
musim, yaitu musim semi dan musim gugur. Di daerah Kutub Utara dan
Selatan, Matahari tidak bisa terlihat di langit.
 Air laut di Bumi mengalami pasang dan surut karena Bulan.
 Tanpa Bulan, tidak akan muncul makhluk hidup di daratan Bumi. Pasang surut
ar menyebabkan makhluk air belajar hidup di darat.
 Bulan semakin menjauh 3,8 cm setiap tahun dikarenakan Bumi berputar lebih
lambat 16 detik tiap sejuta tahun.
Berdasarkan hubungan Bumi dan Bulan, terdapat pengaruh gerakan Bumi dan
Bulan yang ditimbulkan sebagai berikut :
a. Gerhana Bulan

31
Sumber: roboguru.ruangguru.com
Bulan berevolusi mengelilingi Bumi. Pada saat tertentu, bayangan
Bumi ini mengenai Bulan. Akibatnya, Bulan menjadi gelap. Sinar Matahari
tidak sampai ke Bulan karena terhalang Bumi. Peristiwa ini disebut gerhana
Bulan. Bumi dan Bulan yang memperoleh pancaran sinar Matahari membentuk
bayangan yang berbentuk kerucut. Bayangan Bulan terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian gelap yang disebut umbra dan bagian yang tidak begitu gelap
disebut penumbra. Saat gerhana Bulan, Matahari, Bumi dan Bulan berada pada
satu garis lurus. Bumi berada di antara Matahari dan Bulan. Gerhana Bulan
terus berlangsung selama Bulan berada dalam bayangan Bumi. Lintasan Bulan
yang tertutup bayangan Bumi cukup panjang. Akibatnya, gerhana Bulan
berlangsung cukup lama hingga 3 jam. Dilansir dari laman
ditpsd.kemdikbud.go.id, ada tiga macam gerhana bulan, yaitu :
1) Gerhana Bulan Total
Gerhana Bulan total terjadi ketika seluruh bayangan umbra Bumi jatuh
menutupi Bulan, sehingga Matahari, Bumi dan Bulan berada tepat di satu
garis yang sama.
2) Gerhana Bulan sebagian
Gerhana Bulan sebagian disebut juga sebagai gerhana Bulan parsial.
Gerhana Bulan sebagian terjadi ketika Bumi tidak seluruhnya menghalangi
Bulan dari sinar Matahari. Sebagian permukaan Bulan berada di daerah
penumbra, sehingga masih ada sebagian sinar Matahari yang sampai ke
permukaan Bulan.
3) Gerhana Bulan penumbra
Gerhana Bulan penumbra terjadi ketika seluruh bagian Bulan berada di
bagian penumbra. Sehingga Bulan masih dapat terlihat dengan warna yang
suram.
b. Gerhana Matahari
Gerhana Matahari akan terjadi jika bulan baru berada pada jarak 170
dari salah satu titik simpul. Dalam satu bulan dapat terjadi gerhana Matahari
dua kali. Bagian Matahari yang tertutup lebih dahulu adalah bagian sebelah
kanan (barat). Gerhana Matahari hanya terlihat dari sebagian permukaan Bumi
saja, yaitu permukaan yang tertutup oleh bayang-bayang Bulan. Gerhana
Matahari Total paling lama hanya tujuh menit, hanya terlihat di daerah sempit

32
di permukaan Bumi, di luar daerah itu hanya terlihat gerhana sebagian.
(Ramadhani, 2018) Gerhana Matahari, sebenarnya Matahari tidak kehilangan
cahayanya tetapi hanya sebagian cahayanya tidak sampai di Bumi karena
terhalang oleh Bulan. Ada tiga jenis gerhana Matahari, yakni :
1) Gerhana Matahari total

Sumber: roboguru.ruangguru.com
Gerhana Matahari Total terjadi pada saat jarak Bulan ke Matahari yang
paling jauh (563.319 km), sehingga bayangan inti Bulan dapat jatuh di
Bumi.
2) Gerhana Matahari Sebagian

Sumber: roboguru.ruangguru.com
Gerhana Matahari Sebagian terjadi pada saat Bulan berada pada daerah
bayangan penumbra sehingga ada bagian Matahari yang terlihat normal.
3) Gerhana Matahari Cincin

33
Sumber: roboguru.ruangguru.com
Gerhana Matahari Cincin terjadi ketika jarak Bulan mencapai jarak
terjauh dari Bumi (405.530 km), sehingga kerucut bayang-bayang inti
(umbra) tidak sampai ke Bumi, permukaan Bumi hanya dikenai oleh
perpanjangan umbra. Pengamat gerhana akan melihat matahari tampak
sebagai cincin putih di sekitar bola hitam.
4. Musim
a. Pengertian Musim
Menurut National Geographic, musim yaitu kondisi iklim khusus yang
dibedakan dalam kurun waktu satu tahun. Sedangkan menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) musim merupakan waktu tertentu yang bertalian
dengan keadaan iklim (Susilo, n.d.). Maka dari itu, iklim yang ada pada suatu
negara akan menentukan musim-musim yang ada pada negara tersebut.
Misalnya saja pada negara yang beriklim subtropis akan mengalami pergantian
musim sebanyak 4 (empat) kali sedangkan negara yang beriklim tropis akan
mengalami pergantian musim sebanyak 2 (dua) kali.
Hal yang menyebabkan adanya pergantian musim ialah karena bumi
mengelilingi matahari dan melakukan rotasi pada porosnya. Bumi
membutuhkan waktu selama 1 (satu) tahun untuk mengelilingi matahari, maka
dari itu setiap kutub bumi secara bergantian untuk mendekati posisi condong
ke matahari (Rufaida, 2018). Negara yang memiliki iklim subtropis dengan 4
(empat) macam musim ini letaknya jauh dari garis khatulistiwa. Sedangakn
negara yang beriklim tropis dengan 2 (dua) macam musim ini terletak di
sekitar garis ekuator. Setiap musim memiliki pola Cahaya, suhu, dan cuaca
yang berulang setiap tahunnya. Sehingga, berdasarkan uraian diatas bisa
disimpulkan bahwa musim adalah suatu peristiwa yang terjadi di bumi yang
berkaitan dengan iklim dan berubah dalam jangka waktu yang sudah
ditentukan dalam setahun.
b. Macam-Macam Musim
1. Musim Semi
Musim semi merupakan musim yang dimana beberapa tanaman mulai
bersemi. Musim semi ini terjadi pada negara yang mempunyai iklim
subtropis. Proses terjadinya musim semi ini ketika peralihan dari musim
dingin ke musim panas (Rufaida, 2018). Berdasarkan hal tersebut, musim

34
semi ini bisa dibilang sebagai musim kehangatan. Pada belahan bumi
sebelah utara, musim ini terjadi pada tanggal 21 Maret sampai 21 Juni
sedangkan pada bumi bgaian Selatan dimulai sekitar 23 September sampai
21 Desember.
Lapisan ozon diatas Antartika (kutub Selatan) pada saat musim semi ini
berlubang dengan konsentrasi ozon mencapai < 220 Dobson Unit (DU)
dari konsentrasi rata-rata 300 DU. Dengan adanya perlubangan lapisan
ozon ini mengakibatkan semakin terbukanya radiasi matahari mencapai
bumi yang akan berbahaya bagi kehidupan (Said, 2019).
2. Musim Panas
Musim panas merupakan salah satu musim yang terjadi dinegara yang
memiliki udara sedang. Musim panas pada setipa negara terjadi pada kurun
waktu yang berbeda-beda tergantung pada letak negara tersebut. Musim
panas ini pada bumi belahan utara terjadi sekitar tanggal 21 Juni sampai 23
September sedangkan pada bumi belahan Selatan terjadi sekitar tanggal 21
Desember sampai 21 Maret (Rufaida, 2018). Pada saat musim panas ini
banyak orang yang berjemur ke Pantai dan buah-buahan serta tumbuhan
lainnya mengalami masa pertumbuhan yang lebih maksimal.
3. Musim Gugur
Musim gugur merupakan musim peralihan dari musim panas ke musim
dingin. Musim gugur terjadi pada daerah yang beriklim sedang. Tanda-
tanda dimulainya musim gugur ini yaitu banyaknya daun-daun tanaman
yang berguguran, udara yang terasa dingin, dan peningkatan curah hujan di
beberapa bagian dunia (Rufaida, 2018). Pada musim gugur ini hari-hari
akan bertambah pendek dan dingin. Hal ini terutama terjadi pada Latituda
utara dan beberapa bagain dunia. Pada belahan bumi bagian utara, musim
gugur ini dimulai sekitar tanggal 23 September hingga 21 Desember,
sedangkan pada bumi bagian Selatan dimulai sekitar tanggal 21 Maret
sampai 21 Juni. Meskipun hari-hari memendek pada bulan Juli atau
Agustus di Laitituda Utara dan dalam bulan Januari dan Februari di bagian
Selatan, biasanya pada bulan bulan September atau Maret matahari sudah
terbenam lebih awal (Said, 2019).
4. Musim Dingin
Pada musim dingin ini bumi berada pada keadaan yang paling dingin.

35
Musim dingin ini biasanya disebut sebagai musim salju. Msuim dingin ini
merupakan musim yang terjadi pada daerah yang beriklim subtropis dan
sedang. Pada bumi belahan utara, musim dingin ini terjadi pada tanggal 21
Desember hingga 21 Maret sedangkan pada belahan bumi bagian selatam,
musim dingin ini terjadi sekitar tanggal 21 Juni hingga 23 September
(Rufaida, 2018).
Salju yang terdapat pada musim dingin ini terjadi karena uap air yang
ada di permukaan bumi berkumpul di atmosfer bumi. Uap iar yang
berkumpul tersebut perlahan-lahan mendingin hingga akhirnya membentuk
butiran-butiran kecil seperti kristas. Butiran-butiran tersebut akan jatuh ke
bumi. Musim salju bisa menyebabakan adanya badai salju. Bertemunya
udara yang bsah dan hangat merupakan penyebab terjadinya badai salju.
Perbedaan isi uap dan suhu massa udara berpengaruh pada jenis dan
keparahan Bagai salju (Said, 2019).
c. Musim yang Terjadi di Indonesia
1. Musim Hujan
Musim hujan merupakan musim yang ditandai dengan meningkatnya
curah hujan pada suatu wilayah dibandingkan biasanya dalam kurun waktu
tertentu secara tetap. Musim penghujan biasanya terjadi pada bulan
Oktober-April. Musim hujan ini hanya terjadi pda daerah yang beriklim
tropis (Said, 2019). Secara teknis meterotologi, suatu wilayah memasuki
musim penghujan apabila besarnya curah hujan dalam satu dasarian sama
atau lebih dari 50mm dan diikuti beberapa dasarian berikutnya (Susilo,
n.d.). Pada daerah tropis, musim hujan bergantian dengan musim kemarau.
Pergantian musim ini dipengaruhi oleh pergerakan semu matahari tahunan.
Pergerakan matahari ini mengubah peta suhu udara dan permukaan tanah
dan samudra (Said, 2019). Perbedaan antara massa daratan dan suhu
samudra yang saling berdekatan ini bisa menyebabkan terjadinya musim
hujan. Ketidakseimbangan tersebut disebabkan oleh perbedaan cara iar dan
bumi dalam meneyrap panas matahari atau sumber panas lainnya (Susilo,
n.d.).
2. Musim Kemarau
Musim kemarau merupakan kondisi dimana cuaca hujan di sebgaian
besar wilayah mengalami penurunan bahkan tidak mengalami hujan sama

36
sekali, serta tingkat kelembaban udara menjadi menurun. Musim kemarau
ini bisa menyebabkan beberapa daerha mengalami kekeringan (Susilo,
n.d.). Hal ini terjadi karena, pada bulan April-Oktober, matahari berada di
belahan langit utara, sehingga Benua Asia lebih panas dari Benua
Australia. Akibatnya, Asia terdapat pusat-pusat udara rendah sedangkan
Australia mendapatkan tekanan udara tinggi yang menyebabkan angin dari
Australia menuju asia (Iswanto, 2018).
d. Penyebab Perubahan Musim
Perubahan musim disebabkan oleh perubahan jarak matahari dan bumi.
Hal ini bisa dipahami dari bentuk garis edar bumi terhadap matahari yang
berbentuk elips dan posisi matahari tidak berada pada sumbu simetrinya. Bisa
dilihat pada perubahan musim dingin dan panas, yang dimana bumi berada di
titik perihelion (terdekat dengan matahari) pada bulan januari, dan di tiitk
aphelion 6 bulan berikutnya. Maka dari itu, seharusnya pada bulan Januari
terjadi musim panas. Namun faktanya, bagian utara bumi mengalami musim
dingin pada bulan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan jarak cukup
memberikan pengaruh yang besar pada temperatur, yaitu musim panas bagian
Selatan lebih panas dibandingkan bagian utara.
Perubahan musim terjadi akibat perubahan sumbu rotasi bumi. Pada
saat sping equinox (sekitar 21 Maret) dan fall equinox (sekitar 23 September),
sumbu rotasi tegak lurus dengan garis fiktif penghubung matahari dan bumi.
Akibatnya, pada bulan juni kutub utara bumi mendekati matahari sedangkan
kutub Selatan menajuhi matahari (Said, 2019).
Bumi mempunyai garis lurus khayal yang melalui kutub utara dan
Selatan yang disebut poros. Bumi itu miring pada porosnya. Karena bumi
mengelilingi matahari setiap tahunnya, kutub utara menajuhi matahari selama
Sebagian tahun dan kutub utara condong ke arah matahari selama Sebagian
tahun. Artinya, tempat di bumi juga condong atau menghadap matahari. Ketika
kutub utara condong kea rah matahari, maka belahan bumi utara mengalami
musim panas dan lebih banyak jam siang sedangkan belahan bumi Selatan
mengalami musim dingin dan sedikit jam siang (Stone & Knutti, 2010).
5. Bencana Alam
Bencana alam merupakan bencana yang terjadi akibat terganggunya
keseimbangan komponen-komponen alam dengan atau tanpa adanya campur

37
tangan manusia didalamnya. Bencana alam ini sangat merugikan kehidupan
manusia. Banyak sekali dmapak yang terjadi akibat bencana alam, contohnya saja
timbulnya korban jiwa, rusaknya fasilitas, dan lain sebagainya (Hermon, 2015).
a. Macam-Macam Bencana Alam
1. Banjir
Banjir merupakan peristiwa terendamnya daratan yang disebabkan oleh
meningkatnya debit air. Banjir ini terjadi pada daerah yang volume dan
jumlah airnya meningkat. Tidak hanya hujan, tersumbatnya saluran air,
namun banjir juga bisa disebabkan oleh pasangnya air laut. Karena volume
air yang meningkat (cukup besar) akhirnya air meluap mencapai daratan
(Budiman, 2018).
Banjir bisa dikelompokkan menurut mekanisme terjadinya dan sumber
banjir terhadap daerah yang digenanginya. Menurut mekanisme terjadinya,
banjir dibedakan mendaji dua yaitu banjir biasa (regular) dan banjir tak
biasa (irregular). Banjir regular terjadi akibat jumlah limpasan yang banyak
smapai melampaui batas kapasitas pembuangan air. Sedangkan, banir
irregular terjadi akibat adanya tsunami, gelombang pasang, luapan air
sunagi atau keruntuhan dam. Berdasarkan sumber air, banjir dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Banjir Lokal
Banjir lokal terjadi secara terus-menerus dengan jangka waktu yang
lama, sehingga menyebabkan aliran air yang berlebihan merendam
daratan.
2) Banjir Bandang
Banjir ini terjadi di daerah permukaan hujan yang turun terus-
menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir ini terjadi saat adanya
penjenuhan air terhadap tanah yang berlnagsung dengan cepat
sehingga tidak dapat diserap lagi (Niode. et al., 2016).
Di Indonesia pernah terjadi bencana banjir bandang, salah satunya
adalah tragedi banjir bandang di bukit lawang pada tahun 2003. Banjir
bandang ini menewaskan 157 orang termasuk 6 turis. Banjir ini
disebabkan karena rusaknya hutan dan meningkatnya curah hujan. Air
beserta lumpur, pasir, batu, dan kayu datang menghantam
perkampungan disekitar bukit lawang pada malam hari (Faiq, 2012).

38
sumber : tribun-medan.com
2. Tanah Longsor
Tanah longsor bisa terjadi karena faktor alam geologi ataupun
Tindakan manusia dalam mengelola lahan. Bencana ini snagat merugikan
baik dari sisi lingkungan maupun sosial ekonomi. Proses terjadinya tanah
longsor karena adanya Gerakan tanaha sebagai akibat dari bergeraknya
masa tanah atu batual yang bergerak di sepanjang lereng atau diluar lereng
kakrena faktor gravitasi (Putra & Podo, 2017). Selain karena faktor
gravitasi, tanah longsor ini juga bisa terjadi karena erosi yang disebabkan
Sungai-sungai atau gelombang laut yang menciptakan lereng-lereng yang
terlalu curam. Lereng dari bebatuan dan tanah ini diperlemah melalui
saturasi yang diakibatkan hujan lebat (Warsidi, 2013).
Peristiwa bencana tanah longsor ini seringkali melanda wilayah di
Indonesia, salah satunya yaitu bencana tanah longsor yang terjadi di
Bandung, Jawa Barat pada 23 Februari 2010 pukul 08.00 WIB di Kawasan
perkebunan dan pabrik the. Penyebab terjaidnya longsor ini adalah hujan
deras yang mengayur dalam kurun waktu yang lama yang kemudia
menyebabkan bencana banjir dan lumur hungga longsor yang menerjang
Kawasan tersebut. Dari kejadian tersebut terdapat korban sebanyak 33
orang dan 50 rumah bedeng milik buruh hancur (tim litbang MPI, 2022).

sumber : kompas.com

39
3. Gunung Meletus
Gunung terbentuk ketika suatu lubang atau celah di dalam kerak bumi
yang berakibat pada magma terdorong keluar melalui celah dalam kerak
bumi. Gunung memiliki suatu rongga berisi batuan cair biasa disebut
dengan ruang magma yang terletak dalam mantel. Magma ini akan
mengalami tekanan dan menjadi lebih renggang yang kemudian secara
bertahap akan naik keatas sehingga menyebabkan suatu letusan ke
permukaan. Gunung akan menyemburkan gas, debu, dan pecahan batuan
(Warsidi, 2013). Letusan gunung api merupakan bagain dari aktivitas
vulkanik yang dikenal dengan istilah “erupsi” (Ismara, K. Ima. Asmara,
Andik, Surwi, Faranitai. Suradman, Winarno. Widyanto, nova. Kuncoro,
2019).
Di Indonesia, seringkali terjadi peristiwa gunung meletus. Hal ini
dikarenakan Indonesia dilalui sirkum pasifik dan sirkum mediterania. Salah
satu kejadian gunung Meletus di Indoensia yaitu Letusan Gunung Semeru
pada tanggal 04 Desember 2021 yang mengakibatkan sejumlah korban
luka dan meninggal. Meletusnya gunung semeru ini mengeluarkan guguran
awan panas sejauh 7 km. Korban meninggal mencapai 48 orang dan rata-
rata korban yang mengalami luka bakar akibat terkena guguran lahar.
Banyak warga yang mengungsi pada saat itu (Tim detikcom, 2021).

sumber : wartakepri.com
4. Gempa Bumi
Bumi memiliki lapisan-lapisan tanah. Lapisan-lapisan tanah dalam
bumi ini sellau bergerak aktif. Lapisan tanah yang membatu sebagai
pembentuk lapisan bumi oaling atas disebut lempeng tektonik. Penyebab
terjadinya gempa bumi adalah pergerakan lempeng tektonik. Lempeng
tektonik ini bergerak saling bertubrukan dan mendorong. Hal tersebut bisa

40
menyebabkan tekanan yang bisa membaut lempeng saling mneyangkut
daln menimbulkan patahan lempeng. Apabila tekanan yang terjadi
berlnagsung scera cepat, maka kana mengakibatkan getaran gempa.
Di Indonesia, seringkali terjadi bencana gempa bumi. Hal ini
dikarenakan Indonesia dikelilingi lempeng aktif dunia yaitu lempeng
Eurasia dan indo-australia sehingga disebut sebagai daerah “ring of fire”.
Contohnyabsaja gempa yang pernah terjadi di daerah Yogyakarta pada
tahun 2006. Lama waktu gempa hanyalah 57 detik. Walaupun sebentar,
gempa bumi ini mampu memporak-porandakan kota pelajar tersebut.
Gempa ini berkekutana 5,9 SR yang dimana kekuatan tersebut terbilang
cukup besar. Korban tewas pada gempa tersebut diperkirakan 6.234 orang
dan situs kuno candi Prambanan pun mengalami beberapa keruntuhan
(Januardi, 2019).

sumber : suara merdeka.com


5. Tsunami
Tsunami berasal dari Bahasa Jepang yaitu tsu artinya Pelabuhan dan
nami artinya gelombang. Jadi, tsunami berarti gelombang yang terjadi di
Pelabuhan/pantai. Gelombang tsunami bukanlah gelombang yang bias
akita lihat, namun gelombang tsunami ini sangatlah besar yang terjadi di
pesisir Pantai. Gempa bumi yang berada di laut bisa mengakibatkan
munculnya tsunami, dimana masa air laut berubah secara tiba-tiba
membentuk gelombang besar ke arah pantai.
Di Indonesia, tsunami terjadi karena adanya gempa tektonik di laut.
Gempa ini dapat merubah posisi lapisan tanah di permukaan bumi. Apabila
posisi tersebut terjadi di laut, maka akan terjadi perubahan massa air laut
sebagai penyesuaian posisi tersebut. Air laut yang berada di Pantai akan
menyusut dan tertarik ke arah pusat patahan kemudian beberapa saat

41
kemudia akan membentuk gelombang besar yang dihempaskan ke Pantai.
Sebagai contoh, dahulu di Indoensia pernah terjadi tsunami yang snagat
dahsyat teoatnya di daerah Aceh. Tsunami tersebut meluluhlantahkan
daerah yang ada di Aceh dan emmakan banyak seklai korban jiwa.
Awalnya karena gempa dengan kekuatan 8,9 SR yang disusul oleh
tsunami. Pusat gempa yang berada di laut sehingga membuat gelombang
tsunami yang juga menerjang 8 negara di Kawasan asia. Kota Banda Aceh
adalah suatu dataran rendah sehingga permukaannya sejajar dengan garis
Pantai. Dengan demikian, kerusakan akibat tsunami terjadi merata di
seluruh kota (Januardi, 2019).

sumber : dw.com

C. PENERAPAN PEMBELAJARAN DI SD
1. Penerapan Model Pembelajaran Materi Bumi dan Alam Semesta
Guru dapat menggunakan media pembelajaran dalam materi IPA bumi dan
alam semesta. Media pembelajaran merupakan alat bantu untuk menyampaikan isi
materi dalam pembelajaran. Salah satu contoh media pembelajaran yang dapat
digunakan guru dalam materi ini adalah pop-up book. Pop-up book adalah sebuah
buku yang menampilkan potensi untuk bergerak dan interaksinya melalui
penggunaan kertas sebagai bahan lipatan, gulungan, bentuk, roda, atau putarannya.
Menurut Rahmawati (2014:4), pop-up book merupakan sebuah buku yang
memiliki unsur tiga dimensi serta dapat bergerak ketika halamannya dibuka.
kelebihan pop-up book dapat diihat dari isi kontennya yang memberikan
visualisasi cerita. Mulai dari gambar yang terlihat nyata dan gambar yang dapat
bergerak ketika halaman dibuka maupun digeser. (Rahmawati, 2014) Sedangkan
kekurangan dari pop-up book adalah waktu pengerjaannya cenderung lama karena
menuntut ketelitian yang ekstra. Media pembelajaran ini juga lebih mahal dari

42
pada buku cerita iustrasi pada umumnya. (Dzuanda, 2011)
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Umi mahasiswa Universitas Negeri
Semarang pada tahun 2016 yakni pengembangan media pembelajaran pop-up book
IPA materi bumi dan alam semesta kelas 2 MI Miftakhul Akhlaqiyah Semarang
merupakan salah satu contoh penggunaan media pembelajaran pop-up book pada
materi bumi dan alam semesta. Media pop-up book materi bumi dan alam semesta
yang dikembangkan dinilai valid oleh ahli media dan guru. Dengan perolehan skor
83,82 % sengan kriteria sangat valid untuk validasi media dari ahli media, dan
72,5% dengan kriteria valid dari ahli materi sedang penilaian guru dengan skor
97,05 % untuk media dan skor 98,75 % untuk materi. Hasil tanggapan siswa
mendapat rerata 85,95 % dan tanggapan guru dengan rerata 95% menunjukkan
kriteria sangat baik. Hasil belajar sisiwa mengalami peningkatan yang signifikan
dengan ketuntasan klasikal 80% atau 24 siswa. (Rochimah, 2016)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terdapat saran yang
diberikan oleh peneliti, yakni:
a. Materi yang akan disajikan dalam pop-up book perlu diperlengkap dengan
informasi-informasi terkini dan memperhatikan tingkat perkembangan siswa.
b. Pengembangan media pembelajaran pop-up book IPA membutuhkan waktu
yang perlu dimanfaatkan lebih banyak teknik pop-up sehingga produk yang
dihasilkan lebih optimal, detail dan bentuk tiga dimensi lebih variasi dan
menarik.
c. Pengembangan media pembelajaran pop-up book IPA perlu menggunakan
bahan yang berkualitas agar dapat bertahan lama dan tidak mudah rusak
d. Pembelajaran dapat lebih bervariasi, sehingga dapat merangsang keaktifan
siswa dan memfokuskan siswa dalam pembelajan.
2. Penerapan Model Pembelajaran Materi Bencana Alam
Pada materi bencana alam, dalam meningkatkan pemahaman siswa diperlukan
model pembelakaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang tepat adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament). Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT ini melibatkan siswa secara aktif dalam
membangun kerjasama tim dan mendorong pemaham yang lebih mendalam. Tipe
TGT ini diperkenalkan sebagai pendekatan yang menarik dan efektif untuk
membantu siswa mengaplikasikan pengetahuan tentang bencana alam. Dalam
metode kooperatif tipe TGT, siswa bekerja dalam kelompok kecil yang saling

43
mendukung dan saling belajar. Metode ini meningkatkan interaksi sosial,
keterlibatan aktif siswa, dan memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan
belajar antar siswa. Pada materi bencana alam menggunakan model kooperatif
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
melalui diskusi, kerjasama tim, dan permainan melibatkan kelompok. Siswa diajak
untuk berdiskusi bersama teman sekelompoknya dan terlibat sesi tutor dengan
teman sebayanya. Dalam model pembelajaran TGT ini juga terdapat turnamen atau
kompetisi sehingga siswa akan termotivasi terus belajar dan berusaha menjadi
yang terbaik. Siswa kan belajar terlebih dahulu tentang bencana alam dengan
teman sekelompoknya lalu mereka akan mengikuti turnamen untuk menguji sejauh
mana pengetahuan yang berhasil mereka dapatkan (Musdzalifah et al., 2023).
Salah satu penerapan saat pembelajaran berlangsung, siswa akan diberikan
sebuah video salah satu bencana alam yang pernah terjadi di Indonesia. Siswa
memperhatikan video tersebut dengan seksama. Siswa akan berdiskusi secara
berkelompok tentang pengetahuan dari video yang telah ditayangkan. Lalu siswa
akan diberikan sebuah games yang berkaitan dengan materi bencana alam supaya
pembelajaran bisa lebih interkatif. Setelah itu akan dilaksanakan sebuah turnamen,
disini siswa bersama teman sekelompoknya akan bekerja sama untuk
memenangkan sebuah turnamen dimana kelompok siswa yang menang akan
mendapatkan reward (penghargaan) dari guru (Nurseta et al., 2020).

D. LATIHAN SOAL
 Pilihan Ganda
1. Apa yang dimaksud dengan "Bumi"?
a. Satelit
b. Planet tempat tinggal kita
c. Matahari
d. Bulan
Jawaban: b. Planet tempat tinggal kita
2. Berikut ini yang bukan merupakan lapisan bumi adalah...
a. Kerak
b. Mantel
c. Inti
d. Atmosfer

44
Jawaban: d. Atmosfer
3. Gerhana bulan terjadi karena...
a. Bumi berputar mengelilingi matahari
b. Bulan berputar mengelilingi bumi
c. Matahari berada di antara bumi dan bulan
d. Bulan berada di antara bumi dan matahari
Jawaban: d. Bulan berada di antara bumi dan matahari
4. Musim kemarau terjadi karena...
a. Bumi berputar pada porosnya
b. Bumi berputar mengelilingi matahari
c. Bumi bergerak mengelilingi bulan
d. Bumi bergerak mengelilingi matahari
Jawaban: d. Bumi bergerak mengelilingi matahari
5. Tsunami terjadi karena...
a. Gempa bumi di dasar laut
b. Banjir yang melanda daerah pesisir
c. Angin topan yang terjadi di laut
d. Letusan gunung berapi di dasar laut
Jawaban: a. Gempa bumi di dasar laut

 Soal Essai
1. Apa yang dimaksud dengan revolusi bumi? Dan apa saja yang terjadi akibat
adanya peristiwa revolusi bumi?
Jawab :
Revolusi Bumi merupakan pergerakan bumi mengelilingi matahari sebagai
pusat tata surya. Akibat dari revolusi bumi yaitu :
a. Perubahan lama siang dan malam.
b. Gerak semu tahunan matahari.
c. Perubahan musim.
d. Perubahan kenampakan rasi bintang.
2. Apa yang menyebabkan Indonesia sering mengalami gempa bumi?
Jawab :
a. Indonesia di lalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng
Indo-Australia, lempeng Pasifik, lempeng Eurasia.

45
b. Indonesia termasuk daerah yang dilalui jalur gempa cincin api pasifik.
3. Apa yang dimaksud dengan gravitasi?
Jawab :
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang timbul antara semua partikel yang
memiliki massa di alam semesta. Sebagai contoh, ketika sebuah apel jatuh ke
tanah, hal itu disebabkan oleh gaya gravitasi bumi yang menarik apel tersebut
ke pusat gravitasi bumi.
4. Mengapa Indonesia hanya mengalami 2 musim di setiap tahunnya?
Jawab :
Karena wilayah Indonesia terletak diantara garis khatulistiwa sehingga
Indonesia berada di wilayah iklim tropis.
5. Jelaskan pengertian bencana alam dan berikan contoh jenis-jenis bencana alam
yang terjadi di Indonesia!
Jawab :
Bencana alam merupakan bencana yang terjadi akibat terganggunya
keseimbangan komponen-komponen alam dengan atau tanpa adanya campur
tangan manusia didalamnya. Di Indonesia, jenis-jenis bencana alam yang sering
terjadi antara lain gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain-lain.

46
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bumi merupakan tempat tinggal bagi makhluk hidup yang memiliki sumber
daya alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kelangsungan hidup manusia,
hewan, bahkan tumbuhan. Bumi merupakan satu-satunya planet pada tata surya yang
mempunyai kondisi yang memungkinkan adanya suatu kehidupan. Ditinjau dari
komposisinya, bumi dibagi menjadi litosfer (bagian padat), hidrosfer (bagian cair),
atmosfer (bagian udara/gas), dan biosfer (wilayah yang ditempati oleh berbagai jenis
organisme). Atmosfer terbagi beberapa bagian diantaranya troposfer, stratosfer,
mesosfer, termosfer, dan eksosfer.
Bumi sebagai alam semesta dapat memebrikan macam-macam peristiwa yang
terjadi. Peristiwa tersebut dapat berupa fenomena alam bahkan dapat berupa bencana
alam yang bisa merugikan makhluk hidup. Fenomena alam dapat berubah gerhana
bulan, gerhana matahari, dan lainnya. Sedangkan bencana alam sendiri dapat berupa
banjir, tanah longsor, dan lain-lain.

B. SARAN
Pada dasarnya bumi tempat yang kita pijak menjamin kelangsungan hidup
makhluk hidup terutama manusia. Maka dari itu, kita yang menempati bumi harus
menjaga dan merawatnya agar tetap lestari dan dapat memberikan manfaat bagi
manusia untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya.

47
DAFTAR PUSTAKA

Ansosry. 2016. Geologi Pertambangan. Medan: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


PPPPTK Medan.
Ashadi. (2008). KIMIA (Tentang Bumi dan Ruang Angkasa). Sebelas Maret University
Press.
Aulia, Rizki. 2016. Materi Tentang Bumi. Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar.
Bayong, H. T. HK., DEA. (2009). Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: Pasca Sarjana
UPI.
Brown, W., & Anderson, N. (1977). Earth Science a Search For Understanding. J. B
Lippincott company.
Budiman, D. Y. (2018). Bencana Banjir. PT. Mediantara Semesta.
Corsita, L. (2022). Hidrosfer dan dasar-dasar kimia perairan.
Djumhana, Nana. 2021. Bumi dan Alam Semesta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dzuanda. (2011). Design Pop-up Child Book Puppet Figures Series Gatotkaca. Jurnal Library
ITS Undergraduate.
Faiq, M. H. (2012). Belajar dari Banjir Bandang Bukit Lawang. Kompas.Com.
Hartini, E. (2017). Hidrologi & hidrolika terapan. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.
Hermon, D. (2015). Geografi Bencana Alam (1st ed.). Rajawali Pers.
Ismara, K. Ima. Asmara, Andik, Surwi, Faranitai. Suradman, Winarno. Widyanto, nova.
Kuncoro, I. (2019). Pedoman K3 Gempuran Gempa Bumi, Erupsi Gunung Merapi &
Kebakaran. Tim Karakter K3 FT Uny, 1–91.
Iswanto. (2018). Mengenal Cuaca dan Iklim di Indonesia. PAKAR RAYA.
Januardi, C. (2019). Bencana di Alam (1st ed.). CV Mitra Sarana Edukasi.
Judson, S., & Leet, L. D. (1954). Geology Physical (Second Edition). Prentice-hall, Inc.
Lestari, Sekar Fitri. 2020. Modul Pembelajaran SMA Geografi. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Munir, M. M. (2003). Geologi Lingkungan. Bayumedia Publishing.
Musdzalifah, F. H., Sanusi, & Suyanto, E. (2023). Peningkatan Hasil Belajar Materi Bencana
Alam Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Siswa Kelas V SDN 2
Grogol Sawoo. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 08(1), 53–60.
Niode., D. F., Rindengan., Y. D. Y., & Karouw., S. D. S. (2016). Geographical Information
System (GIS) untuk Mitigasi Bencana Alam Banjir di Kota Manado. E-Journal Teknik

48
Elektro Dan Komputer, 5(2), 1–7.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/elekdankom/article/view/11646/11238
Nurseta, R. A., Untari, M. F. A., & Listyarini, I. (2020). Penerapan Media Video
Kebencanaan dengan Model Teams Games Tournament (TGT) pada Peserta Didik
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, I(3).
http://jurnal.unw.ac.id/index.php/dwijaloka/article/view/700
Putra, A. W. S., & Podo, Y. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
masyarakat dalam mitigasi bencana alam tanah longsor. Urecol 6th, 305–314.
http://journal.unimma.ac.id/index.php/urecol/article/view/1549
Raharto, M. (2002). Alam Semesta Sebagai Laboratorium Pendidikan: MIPA.
Rahmawati, N. (2014). Pengaruh Media Pop-Up Book Terhadap Penguasaan Kosa Kata Anak
Usia 5-6 Tahun di TK Putera Harapan Surabaya. Jurnal PAUD Teratai, 13(01).
Ramadhani, S. P. (2018). Bumi dan Antariksa (Y. M. Karya (ed.)).
Rochimah, U. N. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Pop-Up Book Ipa Materi Bumi
Dan Alam Semesta Kelas II Di Mi Miftakhul Akhlaqiyah Semarang. Universitas
Negeri Semarang.
Rosidi, I. (1983). Jagat Raya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rufaida, A. D. (2018). Mengenal Cuaca & Iklim. Cempaka Putih.
Said, M. N. (2019). Mengenal Musim di Dunia. ALPRIN.
Satriawan, M. (2012). Fisika Dasar. Bandung: FMIPA UPI.
Seminar IPBA. (2002). Pendidikan Sepanjang Hayat: Fisika. Bandung: FPMIPA UPI.
Stone, D. A., & Knutti, R. (2010). Weather And Climate. In Modelling the Impact of Climate
Change on Water Resources. https://doi.org/10.1002/9781444324921.ch2
Suhartanti, D., Zulaikha, I. A., & Suryani, Y. E. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD
Kelas VI (Susantiningsih (ed.)). Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sumanti, S. (2022). Litosfer Dan Kehidupan Manusia dimuka Bumi.
Sunardi. (1988). Penelitian Anomali Bouger Percepatan Gravitasi Gunung. Yogyakarta:
FMIPA UGM.
Suparto, N. P., & Choirul, S. F. (2018). EARTH (BUMI). Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo.
Susilo, B. (n.d.). Mengenal Iklim & Cuaca di Indonesia. DIVA Press.
Syofyan, H. (2018). Bumi dan Antariksa (PSD 121) (Issue 1, pp. 430–439).
Syofyan, Harlinda. 2018. Bumi dan Antariksa. Universitas Esa Unggul.
Tanudidjaja, M. M. (1996). Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Depdikbud.

49
Tanudidjaja, M. M. (1996). Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Taylor, S. R., Pieters, C. M., & MacPherson, G. J. (2006). Earth-Moon system, planetary
science, and lessons learned. Reviews in Mineralogy and Geochemistry, 60, 657–704.
https://doi.org/10.2138/rmg.2006.60.7
Tim detikcom. (2021). Erupsi Gunung Semeru 4 Desember 2021, Ini Kondisi-Jumlah Korban
Terbaru. DetikNews. https://news.detik.com/berita/d-5857366/erupsi-gunung-semeru-
4-desember-2021-ini-kondisi-jumlah-korban-terbaru
tim litbang MPI, M. P. (2022). 5 Bencana Alam Tanah Longsor Paling Mematikan di
Indonesia. Okenews.Com.
Tjasyono HK., H. B., Prof.Dr., DEA. (2008). Ilmu Kebumian dan Antariksa. PT Remaja
Rosdakarya.
Warsidi, E. (2013). Pengetahuan Tnetang Bencana Alam. Terang Mulia Abadi.

50

Anda mungkin juga menyukai