Disusun Oleh :
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-
Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Analisis Kebutuhan dan Masalah
Sosial ini dengan judul “Masalah Sosial Sebagai Efek Samping Perubahan”.
Penulis berterima kasih kepada :
i
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Simpulan......................................................................................... 51
3.2. Saran................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 52
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Karya tulis ini dibuat dan disusun dengan tujuan untuk memberikan
pengertian tentang hakikat lingkungan hidup, pencemaran lingkungan, faktor
penyebab pencemaran lingkungan, wawasan tentang kelestarian lingkungan dan
masalah yang terjadi kerena pencemaran lingkungan serta dampak pencemaran
lingkungan bagi makhluk hidup, dan bagaimana upaya untuk mengurangi
kerusakan pada lingkungan.
1
1.3. Pembatasan Masalah
Topik kemalasan sosial ini sangatlah kompleks dan luas. Agar pembahasan
topik ini terarah dan tidak melenceng, karya tulis ini akan membahas seputar
lingkungan hidup, pencemaran dan masalah sosial yang timbul akibat
pencemaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya dan mempengaruhi
alam itu sendiri. Dalam ilmu ekologi, alam dilihat sebagai jalinan sistem
kehidupan yang saling terkait satu sama lainnya. Artinya setiap makhluk hidup
berada dalam suatu proses penyesuaian diri dalam sistem kehidupan yang
dipengaruhi oleh asas-asas dalam kelangsungan kehidupan ekologi tersebut.
4
belum banyak dipengaruhi oleh tangan manusia yang berpengaruh
terhadap kehidupan umat manusia.
4. Lingkungan Sosial, yaitu manusia baik secara individu maupun
kelompok
yang ada diluar diri kita. Keluarga, teman, tetangga, penduduk
sekampung,
sampai manusia antar bangsa, merupakan lingkungan sosial yang
berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan kehidupan kita.
5. Lingkungan Budaya, yaitu segala kondisi baik yang berupa materi
maupun
non materi yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas, kreativitas
dan
penciptaan yang berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia.
Lingkungan budaya yang berupa benda atau materi meliputi bangunan,
peralatan, senjata, pakaian, dan sebagainya.
a. Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya
kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik,
ombak, dan sebagainya.
b. Lingkungan biologi atau organik, segala sesuau yang bersifat biotis berupa
mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuhan, termasuk juga disini
5
lingkungan prenatal, dan proses-proses biologi seperti reproduksi,
pertumbuhan, dan sebagainya.
c. Lingkungan sosial, dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. Lingkungan fisiososial yaitu meliputi kebudayaan materiil (alat),
seperti peralatan senjata, mesin, gedung, dan lain-lain,
2. Lingkungan biososial, yaitu manusia dan interaksinya terhadap
sesamanya dan tumbuhan beserta hewan domestic dan semua bahan
yang digunakan manusia yang berasal dari sumber organik, dan
3. Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan dengan tabiat batin
manusia seperti sikap, pandangan, keinginan, dan keyakinan. Hal ini
terlihat melalui kebiasaan, agama, ideologi, bahasa, dan lain-lain.
d. Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara institusional,
berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang terdapat di daerah kota
atau desa.
6
didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Hukum Lingkungan
Istilah hukum lingkungan berasal dari Bahasa Inggris yang dikenal dengan
“Environmental law”, dalam Bahasa Belanda “Millieeurecht”, Lenvironnement"
dalam Bahasa Prancis, "Umweltrecht" dalam Bahasa Jerman, "Hukum Alam
Seputar" dalam Bahasa Malaysia, "Batasnan Kapaligiran" dalam Bahasa Tagalog,
"Sin-ved-lom Kwahm" dalam Bahasa Thailand, "Qomum al-Biah" dalam Bahasa
Arab.
7
Sedangkan Munadjat Danusaputro berpendapat bahwa hukum lingkungan
dapat dibedakan menjadi hukum lingkungan klasik yang berorientasi pada
penggunaan lingkungan dan hukum lingkungan modern yang berorientasi pada
lingkungan itu sendiri. Pada masa perkembangan hukum lingkungan klasik,
segala ketentuan yang berakitan dengan lingkungan lebih berorientasi menjamin
penggunaan dan eksploitasi sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan
kepandaian manusia. untuk mencapai hasil yang maksimal dalam jangka waktu
yang singkat.
8
penyimpulannya, mengemukakan bahwa hukum lingkungan adalah hukum yang
mengatur tatananan lingkungan untuk mencapai keselarasan hubungan antara
manusia dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan hidup
sosial budaya. Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
hukum lingkungan ialah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang tatanan
lingkungan untuk mencapai keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan
yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan sanksi oleh
penguasa/pihak berwenang.
Tindak pidana lingkungan hidup diaur dalam Bab XV, yang terdiri dari
23 pasal, dimulai dari Pasal 97 sampai dengan Pasal 120 UUPPLH. Dalam
Pasal 97 disebutkan, bahwa tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Bab XV
itu adalah kejahatan. Dengan demikian, mengenai kejahatan terhadap lingkungan
hidup diatur dalam bab tersebut. Di samping dalam UUPPLH, kejahatan terhadap
lingkungan hidup juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), misalnya dalam Pasal 187, Pasal 188, Pasal 202, Pasal 203, Pasal
502, dan Pasal 503 KUHP. Kejahatan terhadap lingkungan hidup juga terdapat
dalam peraturan perundang-undangan di luar KUHP dan di luar UUPPLH.
Misalnya dalam: Pasal 52 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria/UUPA; Pasal 31 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967 tentang Pertambangan; Pasal 11 UU No. 1 Tahun 1973 tentang
Landasan Kontinen Indonesia; Pasal 15 UU No. 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan; Pasal 16 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE) Indonesia; Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian; Pasal 24 UU No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan; Pasal 40
UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;Pasal 78 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; dan Pasal
94 ayat (1) dan (2). Pasal 95 ayat (1) dan (2) UU No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya. Dan Hukum lingkungan sebagai salah satu sistem hukum
harus dipandang dan ditempatkan sebagai “subsistem” dan satu kesatuan
dari sistem hukum hukum nasional secara keseluruhan. Oleh karena itu,
prinsip utama yang harus mendasari hukum lingkungan (termasuk peraturan
9
perundang-undangan –PPr mengenai PPLH) adalah pemikiran dasar yang
terkandung dalam UUD 1495 sebagai kaidah dasar yang melandasi PPLH
Indonesia dan kebijaksanaan nasional PPLH itu sendiri. Hal ini dapat dipahami,
oleh karena hukum lingkungan pada hakikatnya adalah sarana penunjang bagi
PPLH.
Pada umumnya sumber daya alam terdiri dari sumber daya alam yang
dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui. Sumber daya alam yang dapat
10
diperbarui merupakan kekayaan alam yang akan terus ada selama tidak
dieksploitasi secara berlebihan. Meskipun jumlahnya sangat banyak di alam,
penggunaan sumber daya ini harus dijaga supaya tetap berkelanjutan. Sedangkan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang
jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses
pembentukannya dan apabila digunakan secara terus menerus akan habis. Untuk
itu, penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui
harus diperhitungkan dengan baik. Supaya dapat meningkatkan mutu hidup
manusia dengan baik serta dapat mengatasi masalah kemiskinan. Kemiskinan
dapat menyebabkan bencana ekologi dan bencana lainnya. Hal ini terjadi karena
manusia akan berbuat apa saja untuk memenuhi kehidupannya seperti penebangan
hutan secara ilegal, pemakaian pestisida yang berlebih dan kegiatan lain yang
berdampak negatif pada alam. Merujuk ke UU PB, bencana adalah “peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis”. Ditilik dari sumber penyebabnya, UU PB tersebut
membedakan bencana ke dalam tiga kategori. Pertama, bencana alam yakni
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor. Kedua, bencana
non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Dan ketiga bencana sosial, yakni
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antar komunitas masyarakat, dan teror.
11
pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri. Sementara Mannion menebutkan bahwa konsep sustainable development
adalah suatu kebutukan guna melakukan rekonsiliasi pembangunan
ekonomi, kualitas kehidupan, dan lingkungan dalam kerangka politik yang
beragam yang saling berkaitan pada tingkat internasional dan global.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna pembangunan
berkelanjutan tidak lepas dari kelestarian lingkungan. Lingkungan yang lestari
diharapkan dapat menopang kehidupan manusia. Dengan demikian, pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan mampu meningkatkanmutu hidup
generasi masa sekarang dan masa depan.
Pencemaran Lingkungan
12
Pencemaran menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Dalam Pasal 1 angka 14 Undang – Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran
lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dan
menurut Moertinah S (2010) Apabila dilihat dari bentuknya, pencemaran
yang disebabkan oleh limbah industri dapat berbentuk padat, cair, gas
maupun kebisingan. Sedang dilihat dari komponen - komponen pencemar
yang terkandung dalam limbah tersebut maka pencemaran yang terjadi
dapat dalam bentuk pencemaran fisika, kimia, biologis dan radioaktif.
13
Hal ini terjadi dikarenakan setiap aktivitas manusia pada dasarnya
merupakan proses pengubahan zat atau energi dari satu bentuk kedalam bentuk
yang lain. Dan tidak semua bahan yang digunakan dapat dipergunakan seutuhnya,
pastinya beberapa zat yang tidak terpakai akan menjadi sisa atau bisa disebut
entropy yang dikemudian hari menjadi sampah atau limbah yang masuk atau
dimasukkan kedalam lingkungan. Seperti yang dikatakan oleh Haruna, dkk (2019)
“Setiap proses tersebut tidak didapat sepenuhnya mampu diubah, melainkan selalu
ada sisa atau disebut entropy yang kemudian menjadi sampah atau limbah yang
masuk atau dimasukkan ke lingkungan, sampah atau limbah ini kemudian akan
menurunkan kualitas lingkungan jika tidak dikelola dengan baik”
Contoh sederhana entropy adalah ketika makan, tidak semua makanan yang
dimakan dapat diproses di perut dan menjadi energi, karena beberapa zat yang
tidak diperlukan pasti akan dibuang otomatis oleh tubuh dan ada dalam bentuk
kotoran atau tinja. Sama dengan kegiatan industri, tidak semua bahan mampu
diubah menjadi produk industri, melainkan akan menjadi sampah atau limbah
yang dikemudian hari akan menurunkan kualitas lingkungan jika pengelolaannya
tidak dilakukan dengan baik.
Pencemaran lingkungan hidup merupakan salah satu masalah lingkungan
yang sedang dihadapi dunia saat ini. Seperti menurut Darwis Darmawan dan Siti
Fadjarajani (2016) : “Masalah lingkungan hidup merupakan gejala dari sikap
pembangunan yang kurang menyadari pentingnya pelestarian lingkungan hidup.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kemajuan
disegala bidang, sekaligus menimbulkan dampak lingkungan yang tidak
diinginkan.” Pencemaran lingkungan sudah ada sejak berabad-abad lalu. Meski
mulai signifikan seiring bangkitnya revolusi industri.
Pencemaran lingkungan sendiri merupakan suatu perubahan pada
lingkungan yang tidak dikehendaki karena bisa mempengaruhi kegiatan,
kesehatan dan keselamatan makhluk hidup. Perubahan tersebut terjadi disebabkan
oleh suat zat pencemar yang disebut dengan polutan. Suati zat bisa dikatakan
polutan jika bahan atau zat asing tersebut melebihi jumlah normal, berada pada
tempat yang tidak semestinya dan berada pada waktu yang tidak tepat.
14
Lingkungan yang tercemar akan mengakibatkan keadaan ekosistem tidak
seimbang akibat masuknya polutan terhadap lingkungan tersebut. Seperti yang
dikemukakan Nofadila Q. Ayyun, dkk (2015) dalam jurnalnya : “Habitat yang
tercemar akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan spesies
mikroskopik ini menjadi terganggu. Hal tersebut akan mengakibatkan
ketidakseimbangan ekosistem.”
Sementara menurut Arnita Dewi Putri (2018) dalam jurnalnya, “Perusakan
lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung
atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup.”
Jadi yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan berdasarkan Undang-
Undang Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009 adalah masuk atau dimasukkannya
makluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
ditetapkan. Undang-Undang ini ditegakkan untuk menjaga dan melindungi
lingkungan dari pencemaran oleh tangantangan yang tidak bertanggungjawab,
seperti yang dikatakan David Aprizone Putra (2017) : “.....menjamin kepastian
hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, melalui penjatuhan sanksi
pidana yang cukup berat didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.”
Selain itu menurut pendapat I Putu Sastra Wibawa (2016), beliau
menegaskan bahwa “Melalui undang-undang ini juga, Pemerintah memberi
kewenangan yang sangat luas kepada pemerintah daerah dalam melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah masing-masing yang
tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.”
15
Pencemaran udara adalah pengotoran akibat masuknya zat asing atau
pencemar ke dalam udara secara berlebihan. Ini meupakan kondisi dimana
terdapat banyak substansi zat, baik itu fisik, kimia dan juga biologi yang
terdapat di dalam lapisan atmosfer. Jika jumlah substansi tersebut melebihi
batasan normal, maka akan menyebabkan bahaya bagi makhluk hidup di
sekitarnya. Karena di sana terjadi percampurnya unsur-unsur berbahaya
kedalam atmosfer yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan pada kesehatan manusia dan secara umum menurunkan kualitas
lingkungan.
Zat pencemar udara dapat berupa asap, debu dan gas buangan bahan bakar
fosil (berasal dari minyak tanah dan batu bara). Pencemaran udara dapat terjadi
dimana saja, mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan, dan saat ini
sudah menjadi gejala global, padahal udara merupakan hal terpenting yang
dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Seperti yang dikatakan oleh Ismiyati,
Devi Marlita dan Deslida Saidah (2014) dalam jurnalnya : “Udara adalah
faktor penting dalam kehidupan, namun, di era modern, sejalan dengan
perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat industri, serta
berkembangnya transportasi, telah menyebabkan kualitas udara mengalami
perubahan. Dari yang mulanya segar, kini, kering dan kotor akibat dari
terjadinya pencemaran udara....”
Penyebab terjadinya pencemaran udara terbagi menjadi dua, yaitu alami
yang diakibatkan oleh fenomena alam (gunung meletus, kebakaran hutan,
debu) dan hasil perbuatan tangan manusia (asap yang dikeluarkan dari
kendaraan bermotor, debu/serbuk dari kegiatan industri). Adibatul Ardianto.
dkk. (2016) “Sumber polusi udara salah satunya adalah gas buang kendaraan
bermotor, gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar terjadi pada mesin
kendaraan. Tingkat deteksi aplikasi dari sistem pembuangan kendaraan
bermotor yang dibuat digunakan untuk mendeteksi jumlah kadar gas H2, gas
EtOH dan gas CO dengan menggunakan sensor TGS2201.”
Hampir sama dengan pendapat sebelumnya, menurut Luqmanul Hakim,
Priambudi Trie Putra dan Azka Lathifa Zahratu (2017) : “Di kota-kota besar,
16
bertambahnya kendaraan bermotor merupakan masalah tersendiri yang cukup
rumit dan memberi dampak negatif terhadap lingkungan, berupa gas buang dari
knalpot serta bunyi yang ditimbulkan. Gangguan menimbulkan pencemaran
pada udara atau polusi udara yang tentunya akan mengganggu keseimbangan
alam khususnya manusia...”
Dampak pencemaran udara dapat berskala mikro maupun makro. Pada
skala mikro. Pencemaran udara berdampak pada kesehatan manusia, seperti
udara yang tercemar gas karbon monoksida (CO) jika dihirup seseorang akan
menimbulkan keracunan dan kematian. Dampak pencemaran udara berskala
makro, misal fenomena hujan asam dalam skala regional, sedangkan dalam
skala global adalah efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon.
Gas pencemar udara yang mengandung zat berbahaya antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Gas Karbonmonksida (CO). Dikenal dengan sebutan gas pembunuh
yang membuat mati lemas karena daya ikatnya terhadap hemoglobin
melebihi daya ikat oksigen.
2. Gas Karbondioksida (CO2). Gas CO2 yang berlebihan di udara akan
menyebabkan efek rumah kaca, sehingga akan berdampak pada
pemanasan suhu bumi sehingga mengakibatkan global warming.
3. Gas Belerang (SO2) dan Nitrogen Oksida (NO2). Gas ini turun bersama
air hujan menyebabkan partikel rintikan hujan mengikat senyawa asam.
Yang lama kelamaan akan merusak mikro organisme
Seperti yang di jelaskan oleh Evi Naria (2005) : “Beberapa bahan
pencemar yang terdapat pada lingkungan adalah karbon monoksida (CO),
nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida (SO2), dan partikel. Partikel merupakan
padatan yang sangat halus, umumnya berukuran kurang dari 10 µ, dapat
melayang – layang di udara, dan ketika kita bernafas padatan ini dapat masuk
ke dalam saluran pernafasan kita. Semakin kecil ukuran partikel yang ikut
masuk ketika kita bernafas, maka semakin besar kemungkinan untuk sampai ke
paru-paru. Partikel yang banyak terdapat di lingkungan di antaranya adalah
debu, dan timbal.
17
b. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah adalah masuknya polutan (bahan pencemar) berupa
bahan cair, atau padat ke suatu area tanah. Bahan cair atau padat tersebut
seperti limbah rumah tangga, pertambangan (industri), dan kegiatan pertanian
(penggunaan pestisida yang berlebihan terhadap tanah). Pencemaran dapat
terjadi apabila ada bahan-bahan asing baik organik maupun anorganik berada
dipermukaan tanah dan menyebabkan tanah menjadi rusak atau tidak dapat lagi
menjadi daya dukung bagi kehidupan manusia.
Abdurachman Adimihardja : “Selain terdegradasi oleh erosi, lahan per-
tanian juga mengalami penurunan kualitas akibat penggunaan bahan
agrokimia, yang meninggalkan residu zat kimia dalam tanah atau pada bagian
tanaman seperti buah, daun, dan umbi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
residu insektisida pada beras dan tanah sawah di Jawa, seperti organofosfat,
organoklorin, dan karbamat (Ardiwinata et al. 1999; Harsanti et al.,1999;
Jatmiko et al. 1999). Pencemaran tanah juga terjadi di daerah pertambangan,
seperti pertambangan emas liar di Pongkor, Bogor, yang menyebabkan
pencemaran air raksa (Hg) dengan kadar 1,27-6,73 ppm sampai jarak 7-10 km
dari lokasi pertambangan.”
Dalam keadaan normal tanah dapat memberikan daya dukung bagi
manusia, baik untuk keperluan pertanian, peternakan, kehutanan maupun untuk
pemukiman.
Sampah dalam jumlah banyak, berperan besar dalam pencemaran tanah.
Tanah yang mengandung sampah diatasnya akan menjadi tempat hidup
berbagai bakteri penyebab penyakit. Pencemaran oleh bakteri dan polutan
lainnya dari sampah akan mengurangi kualitas air tanah. Air tanah yang
menurun kualitasnya dapat terlihat dari perubahan fisiknya. Perubahan fisik,
misal berbau, berwarna, berasa, bahkan terdapat lapisan seperti minyak.
Beberapa jenis sampah, seperti plastik, dan logam yang merupakan sampah
anorganik, sulit terurai sehingga berpengaruh pada kemampuan tanah
menyerap air.
18
Menyinggung pembicaraan tentang sampah sebagai pencemar lingkungan,
menurut Sri Wahyono (2001) : “Sampah adalah padatan yang sudah tidak
terpakai lagi dan dibuang. Sampah dapat berasal dari kegiatan kita sehari-hari
atau berasal dari industri, tempat-tempat komersial, pasar, taman dan kebun,
dsb. Dari kandungan materinya, sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu
sampah organik (sampah yang berasal dari bagian hewan, tumbuhan dan
manusia) dan sampah anorganik (sampah yang berasal dari bahan mineral
seperti logam, kaca, plastik, dsb).”
Sifat polutam pencemar tanah dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Biogradable. Polutan yang dapat diuraikan oleh proses alam, contoh :
kayu, kertas, sisa makanan, dedaunan.
2. Non biogradable. Polutan yang sulit untuk terurai dalam proses
alamiah. Contoh : Plastik, gelas, pestisida, radioaktif, logam toksit.
c. Pencemaran Air
Pencemaran air merupakan perubahan zat atau kandungan di dalam air,
baik air sungai, danau maupun air laut karena tercampur oleh zat pencemar.
Bahkan saat ini juga sudah terdapat pencemaran pada air tanah. Penyebab dari
pencemaran air ini lebih banyak diakibatkan oleh ulah manusia. Hal ini
tentunya sangat berbahaya jika dibiarkan saja dan tidak mendapatkan
pencegahan karena air baik itu di dalam sungai, danau, laut dan air tanah
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Ada berbagai fungsi dari air
yang sangat membantu kehidupan manusia karena selain bisa menjadi sumber
dari kehidupan, diantaranya meliputi sebagai bahan baku air minum, untuk
digunakan sebagai irigasi pertanian dan perkebunan, saluran pembuangan air
limbah dan juga fungsi air hujan serta mampu menjadikan alternatif objek
wisata.
Air juga bisa mengalami perubahan zat di dalamnya seperti halnya jika
terjadinya fenomena alam seperti gunung meletus, penyebab banjir, kekeringan
dan lainnya namun ini tidaklah menjadikan sebagai penyebab dari pencemaran
19
air karena lebih difokuskan pada apa yang diperbuat oleh manusia sehingga
menyebabkan pencemaran air ini.
Adanya pembuangan sampah organic yang biasanya dihasilkan oleh
limbah rumah tangga seperti halnya air comberan di selokan, sampahnya buang
begitu saja ke air dapat membuat oksigen di dalam air menjadi berkurang dan
terganggu sehingga makhluk hidup air juga akan mengalami gangguan pada
kehidupannya serta ruang publik untuk kehidupan. Jika ini terus berlanjut maka
akan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem air.
Menurut N. M. Heriyanto (2011) : “Bahan pencemar dari limbah industri
dapat mencemarkan air sungai dan berdampak negatif yaitu terjadinya
perubahan ekosistem muara berupa perubahan temperatur, pH, BOD dan COD
serta kandungan logam berat yang sangat mempengaruhi kehidupan flora dan
fauna perairan. Limbah ini biasanya berasal dari industri maupun rumah tangga
yang melibatkan unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium
(Cd), Merkuri (Hg), Krom (Cr),Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
dan Cuprum (Cu). Limbah tersebut umumnya merupakan limbah yang tidak
dapat atau sulit didegradasi oleh mikroorganisme, sehingga akan terjadi
akumulasi.”
Selain itu jika air sudah bercampur dengan limbah zat kimia maka tidak
bisa digunakan lagi oleh semua makhluk hidup termasuk manusia karena sudah
tidak aman lagi dan memiliki racun di dalamnya. Dan ketika suatu genangan
air dicemari limbah plastik, akan terjadi penumpukan dan menimbulkan
masalah lain karena limbah pelastik merupakan bahan yang sulit untuk terurai
secaa alami seperti yang dikatakan oleh, bahwa Ririn Setyowati dan Surahma
Asti Mulasar (2013) : “Limbah plastik yang tidak bisa terurai oleh bakteri
merupakan masalah yang serius bagi pencemaran tanah. Alangkah baiknya jika
limbah plastik tersebut dapat digunakan lagi dengan mendaur ulang dan
dijadikan produk baru.”
20
Secara umum, lingkungan tempat tinggal manusia terbagi menjadi 2 yakni
lingkungan alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam merupakan lingkungan
yang diciptakan Tuhan untuk manusia dan makhluk hidup lainnya. Handarati &
Yuniarti (2015): “Dalam penggalian sumber – sumber alam harus tetap dijamin
adanya pelestarian alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak,
terjadinya autogenerasi dari sumber alam tersebut”
Lingkungan alam ini bisa berubah- ubah kondisinya dari waktu ke waktu.
perubahan kondisi lingkungan alam tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor
seperti bencana alam yang dapat menimbulkan kerusakan.
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap makhluk hidup. Semua
makhluk akan mengalami kesulitan bertahan hidup jika kekurangan konsumsi air.
Manusia menggunakan air untuk mandi, cuci dan kakus. Binatang memerlukan air
sebagai salah satu sumber energi, sedangkan tumbuhan membutuhkan keberadaan
air untuk bisa tumbuh dan berkembang. Lingkungan alam menyediakan banyak
air yang melimpah, contohnya air tanah, air laut, air sungai dan air danau.
Keberadaan air yang melimpah ruah di lingkungan alam itu harus lah dilestarikan
dan dilindungi dari pencemaran air. Beberapa polutan yang dapat mencemari air
diantaranya adalah sampah,serta pencemaran limbah, seperti limbah rumah tangga
dan limbah industri.
21
rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan
datang.
Diantara ciri ciri pencemaran air yaitu air menjadi keruh, memiliki bau tak sedap
dan mengandung zat serta bakteri yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Untuk
mencegah terjadinya pencemaran air, kita harus berperan aktif dalam melestarikan
sumber daya air. Beberapa cara menjaga kelestarian air yaitu :
B. Melestarikan Udara
22
Kebutuhan pokok makhluk hidup selain air adalah udara. Setiap makhluk yang
bernafas membutuhkan udara yang disebut dengan oksigen.Zulfikar Irhas
(2017) : Manusia sebagai anggota masyarakat harus berpartisipasi menentukan
kebijakan pengelolaan SDA dan pelestarian alam. Dahulu kala manusia bisa
merasakan udara bersih dimana saja. Udara yang bersih bukan berarti tidak bisa
Tidak seperti udara pegunungan dan pedesaan, udara perkotaan sudah banyak
tercemar. Adirini Pujayanti (2014) : Pelestarian fungsi lingkungan hidup diartikan
sebagai rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya
tamping lingkungan hidup, salah satunya pelestarian udara. Beberapa penyebab
pencemaran udara yaitu asap kendaraan, asap hasil pembakaran industri, asap
pembakaran batu bara, asap rokok dan kebakaran hutan. Beberapa cara untuk
melestarikan udara agar tetap bersih dan terhindar dari pencemaran yaitu :
Menyaring asap hasil pembakaran proses industri. Jika asap yang dibuang
melalui cerobong- cerobong milik industri tidak di filter, maka dapat
menimbulkan terjadinya hujan asam. Hal ini dikarenakan asap industri
mengandung gas- gas berbahaya.
Menghindari penggunaan bahan bakar batu bara dan mencari alternatif
bahan bakar yang ramah lingkungan.
Meminimalisir faktor- faktor penyebab kebakaran hutan. Asap yang
dihasilkan oleh kebakaran hutan cukup berbahaya bagi kesehatan manusia.
Tidak menggunakan peralatan rumah tangga yang mengandung CFC. CFC
tersebut dapat menjadi penyebab pemanasan global.
Meminimalisir penggunaan kendaraan motor pribadi dan membiasakan
menggunakan transportasi umum atau berjalan kaki.
Menanam pohon di sekitar tempat tinggal dan di tepi- tepi jalan raya,
terutama pohon yang banyak menyerap gas karbondioksida.
Melestarikan Kesuburan Tanah
Ulin Niam Masruri (2014) : Hubungan positif antara etika lingkungan
dengan pastisipasi dalam pelestarian udara yang ada dialam semesta,
sangat dibutuhkan
23
C. Melestarikan Tanah
Negara kita memiliki sumber daya berupa tanah yang subur, bahkan Indonesia
terkenal dengan negara agraris karena sebagian besar penduduknya bercocok
tanam. Unsur hara yang berada dalam tanah yang subur lama kelamaan akan habis
sehingga tanah menjadi tandus. Tanah yang tandus akan sulit digunakan untuk
bercocok tanam lagi. Eka Ariwidodo (2014) : Melakukan pelestarian tanah yang
tandus merupakan pelestarian lingkungan yang sangat besar di muka bumi
Untuk menghindari hal itu, kita harus melestarikan kesuburan tanah. Beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan kesuburan tanah yakni memupuk
tanah, mendaur ulang sampah plastik yang sulit terurai oleh tanah, dan mengelola
lahan tandus. Di bawah ini adalah penjabaran masing- masing cara melestarikan
kesuburan tanah :
Cara yang pertama yakni memupuk tanah – Tujuan dari memupuk tanah
ini tentu saja untuk menyuburkan tanah agar selalu dapat digunakan untuk
bercocok tanam. Dengan memberikan pupuk pada tanah maka unsur hara
di dalam tanah tidak akan cepat habis. Akan lebih baik jika menggunakan
pupuk organik dari pada pupuk anorganik. Hal ini dikarenakan
penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dapat menyebabkan
pencemaran.
Cara yang kedua adalah mendaur ulang sampah plastik – Kegiatan ini
perlu dilakukan karena sampah plastik menjadi salah satu penyebab utama
pencemaran tanah. Seperti yang kita ketahui bahwa sampah plastik ini
sangat sulit untuk diuraikan karena tidak bisa membusuk secara alami.
Berbeda dengan sampah organik seperti daun daunan kering yang bisa
terurai secara alami sehingga dapat dijadikan kompos yang juga
bermanfaat untuk kesuburan tanah.
Cara yang ketiga yaitu mengelola lahan yang tandus – Lahan yang tandus
tidak bisa dibiarkan begitu saja. Meski sulit digunakan untuk bercocok
24
tanam karena tidak adanya unsur hara di dalam tanah, tetapi masih ada
jenis- jenis pohon yang bisa ditanam di lahan tandus. Hal ini lebih baik
dari pada membiarkan lahan tandus ditumbuhi ilalang. Pohon- pohon yang
tumbuh dilahan tandus nantinya dapat membantu kesuburan lahan
tersebut. Ketika daun- daun dari pohon mengering dan berjatuhan di tanah,
maka lama kelamaan daun akan membusuk dan menjadi pupuk alami bagi
tanah.
Nyoman Dara Paramita (2015) : Pada dasarnya manusia lebih mengetahui
perubahan – perubahan yang ada di lingkungannya, baik itu pencemaran
air, pelestarian hutan, berfungsinya kembali lahan yang sudah tandus
ataupun kehidupan dengan udara yang sehat.
Melestarikan Hutan
D. Melestarikan Hutan
Hutan adalah lingkungan alam yang mengandung banyak sumber daya. Terdapat
berbagai macam tanaman dan satwa yang mendiami hutan. Ekosistem hutan
sangat penting, tidak hanya bagi kelangsungan hidup penghuninya tetapi juga bagi
manusia.Rohana Sufia (2016) : Sebagai suatu sistem, lingkungan harus tetap
terjaga sehingga sistem itu dapat berjalan dengan teratur dan memberikan manfaat
bagi seluruh anggota ekosistem. Oleh karena itu kelestarian hutan harus tetap
dijaga agar tidak terjadi kerusakan hutan). Beberapa cara menjaga kelestarian
hutan yakni :
25
Menjaga keberadaan satwa yang berada di dalamnya, karena pohon-
pohon dan satwa saling bergantung satu dengan yang lain.
Melaksanakan sistem tebang pilih, dimana hanya pohon- pohon yang
cukup umur saja yang boleh ditebang. Abdul Karim ( 2017) : Upaya
restorasi Hutan yang dipelopori oleh LSM Internasional dianggap efektif
untuk pemulihan kawasan.
Melakukan sosialisasi pada masyarakat di sekitar hutan agar ikut serta
menjaga kelestarian hutan dan mengurangi ketergantungan mereka
terhadap hutan.
Azhar (2015) : Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang
masihpenuh sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada
mereka.
26
2.4. Faktor Penyebab Pencemaran Lingkungan
Pembukaan lahan untuk industri juga salah satu penyebab faktor terjadinya
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan bisa juga terjadi karena
ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur. (Suciati Alfi Rokhani) “Pencemaran
lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan
sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu.
Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam
atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau
perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi
sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. Dalam usaha merubah
lingkungan hidup manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat
menimbulkan masalah yang disebut pencemaran.” Pemerintah harus lebih tegas
dalam menanggapi persoalan pencemaran yang ada saat ini.
Majunya perkembangan zaman sekarang ini, dan pesatnya pembangunan
yang ada memberikan dampak buruk pada ekosistem lingkungan yang ada
terutama pada pencemaran air. Bertambahnya pemukiman dan industri semakin
memperparah pencemaran lingkungan (Muhammad Dawud, Idi Namara, Nurul
Chayati, Fadhilla Muhammad LT) Bahwa “Pembangunan yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup manusia, disisi lain sangat berpengaruh buruk
terhadap kondisi alami perairan melalui peningkatan senyawa baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya.Semakin banyaknya kegiatan pembangunan
menyebabkan pencemaran air seperti : pemukiman, industri dan pertanian,
banyaknya limbah yang dihasilkan karena kegiatan tersebut mengakibatkan
konsentrasi limbah melebihi daya asimilasi (kemampuan menetralisasi) badan
bisapenurunan kualitas air untuk kepentingan bahan baku air minum dan irigasi
pertanian.” Jika ingin membuat pembangunan maka harus pula menyediakan air
yang brtkualitas dan juga memperhatikan kuantitasnya.
Pencegahan pencemaran lingkungan bisa dengan melakukan tindakan
kegiatan kebersihan, keamanan dan ketertiban. Menghadapi globalisasi dan
perdagangan kita harus memperhatikan kondisi kebersihan lingkungan agar tidak
banyak tercemar. Harus ada undang-undang yang dipatuhi untuk melindungi
27
lingkungan (Aris Wahyudi, E. Lubis, A.B. Pane) “Menghadapi globalisasi dan
perdagangan bebas di kalangan MEA sudah menjadi prasyarat mutlak untuk
memperhatikan kondisi lingkungan di kawasan pesisir dan pelabuhan agar terjaga
kebersihannya dengan baik. Peraturan ini bertujuan untuk menjamin kebersihan
lingkungan baik pada proses produksi, pemasaran, pengola-han, maupun
distribusi ikan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Ling-kungan Hidup menyatakan bahwa pencegahan pencemaran
merupakan suatu kegiatan dengan mengupayakan secara dini, terencana, terpadu,
dan terukur agar aktivitas-aktivitas para penguna pelabuhan perikanan di kawasan
pelabuhan perikanan tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.”
Penting bagi kita semua untuk menjaga dan melindungi lingkungan yang kita huni
ini. Karena (Zulfikar Jayakusuma) “Pencegahan pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup sebagai instrumen administrasi lingkungan lebih diutamakan
daripada harus menerapkan sanksi ketika telah terjadi pencemaran dan/atau
kerusakan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan, karena tidak semua lingkungan
hidup dapat diperbaiki dan dipulihkan kembali seperti semula ketika telah
tercemar atau rusak yang berakibat pada penurunan kualitas lingkungan itu
sendiri.” Dan kembali lagi pada kualitas kita menjaga lingkungan ini, kita harus
senantiasa bertanggung jawab untuk selalu menjaga lingkungan dan membuatnya
lebih baik lagi dengan mengurangi penyebab pencemaran itu.
Pencemaran lingkungan terjadi karena berbagai kegiatan manusia,
diantaranya kegiatan transportasi, industri dan lain-lain. Pencegahan pencemaran
udara melalui transportasi bisa diatasi dengan mengurangi kendaraan bermotor,
dan mulai lah menggunakan kendaraan alternatif atau lainnya “Pencemaran udara
diantaranya terjadi karena banyaknya bahan-bahan pencemar dari kendaraan
bermotor. Untuk mengurangi pencemaran tersebut, sebaiknya manusia mulai
mengurangi pemakaian kendaraan bermotor yang konsumsi bahan bakarnya tinggi
dan memilih kendaraan bermotor yang berteknoligi ramah lingkungan. Cara
lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan alternatif berbahan
bakar listrik, tenaga surya atau jika memungkinkan menggunakan sepeda.” Dan
menurut (Dr. Devi Nuraini Santi) Bahwa “Pencemaran Pb di dalam udara berasal
28
dari gas buang kendaraan bermotor, dimana zat pencemar tersebut berdampak
yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Untuk mengendalikan pencemaran Pb
tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan teknis yaitu dengan mengupayakan
pembakaran sempurna dan mencari bahan bakar alternatif.” Jadi kita bisa
menggani bahan bakar kita menggunakan tenaga surya salah satunya, karna polusi
udara sekarang ini sudah sangat amat tidak baik.
Sampah juga menjadi salah satu pencemaran yang paling banyak terjadi dan
keberadaanya tidak dapat dihindari, banyak bahan-bahan berbahaya yang ada di
dalam sampah yang mengandung unsur timbal dan pencegahannya bisa
menggunakan leachate karena bisa mengidentifikasi adanya logam berat. (Sri Puji
Ganefati, Joko Prayitno Susanto, dan Agus Suwarni) Bahwa Leachate yang
berwarna keruh mengidentifikasikan adanya kandungan logam berat dengan
konsentrasi yang cukup tinggi dan melebihi Baku Mutu Limbah Cair. Keadaan ini
dapat dikatakan bahwa di dalam sampah yang ada di TPA terdapat limbah B3.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Jakarta mengelompokkan pengolahan
leachate dalam 4 (empat) kriteria yaitu:
1) Pengolahan dengan Teknologi sederhana
2) Pengolahan dengan biaya investasi murah
3) Pengolahan dengan biaya operasi murah dan
4) Pengolahan dengan pengoperasian alat mudah.
Air limbah industri organik tinggi dapat menyebabkan pencemaran air,
proses anaerobik merupakan alternatif untuk mengolah limbah industri organik
tinggi. Anaerob bertujuan untuk membantu dalam mengelola air limbah sehingga
tidak mengganggu lingkungannya. (Sri Moertinah) “Reaktor anaerob jenisnya
bermacam-macam. Pada saat ini sudah ditemukan pengolahan anaerobik dengan
laju pengolahan yang lebih cepat, stabil dengan rentang beban organik, tahan
terhadap perubahan debit yang masuk, karakteristik limbah serta tidak
memerlukan pengadukan. Diketemukan pula selain air limbah organik tinggi yang
dapat diurai mikroorganisme, ternyata yang tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme juga dapat diolah dengan teknologi anaerobik. Dengan adanya
peningkatan dan pengembangan maka lebih banyak keuntungan yang dapat
29
diperoleh dari penggunaan teknologi anaerobik tersebut, walaupun ada
kelemahannya.” Jadi proses anaerob ini sangat membantu untuk menanggulangi
masalah limbah organik sekalipun. Limbah kegiatan industri sudah sangat
mengancam mekanisme alam terutama air ada beberapa cara untuk
menanggulangi masalah pencemaran air :
1. Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau
mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.
2. Tidak membuang sampah ke sungai.
3. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
4. Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang
nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak
ekosistem.
5. Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air
bersih lainnya tidak tercemar.
6. Cara penanggulangan pencemaran air lainnya adalah melakukan
penanaman pohon. Pohon selain bisa mencegah longsor, diakui
mampu menyerap air dalam jumlah banyak. Itu sebabnya banyak
bencana banjir akibat penebangan pohon secara massal.
Jadi sebenarnya banyak cara untuk menanggulangi masalah pencemaran
lingkungan, tapi kita juga sebagai manusia harus bisa merawat dan menjaga alam
ini agar tidak banyak tercemar lagi.
Pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan sangat mempengaruhi
keindahan dan kelestarian alam, maka dari itu penting untuk menaggulangi
masalak pencemaran dan kerusakan lingkungan. (Anak Agung Gede Sugiarta)
“Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara
menyeluruh oleh Pemerintah Kota Denpasar dan masyarakat untuk mengurangi
peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara di Kota Denpasar.” Jagalah
dan lestarikanlah alam kita jangan terus menerus dirusak, kita harus lebih sadar
dan bertanggung jawab. Pencemaran udara saat ini memang sangat
mengkawatirkan apalagi sekarang ini masalah pembakaran sisa batu bara yang
dibakar menyebar ke atmosfer yang menjadi pemicu pencemaran udara,
30
penanggulangan limbah batu bara bisa dari pemanfaatan limbah batu bara agar
tidak menjadi pencemaran udara. (Sri Prabandiyani Retno Wardani) “Pemanfaatan
limbah batubara (fly ash) akan sangat membantu program pemerintah dalam
mengatasi pencemaran lingkungan sekaligus sebagai bahan stabilisasi tanah untuk
konstruksi jalan, pada tanah-tanah yang secara teknis bermasalah maupun
keperluan lain dibidang teknik sipil.” Pemanfaatan seperti ini akan banyak
mengurangi pencemaran diudara, maka dari itu kita harus senantiasa menjaga
alam ini.
Kembali lagi pada masalah pencemaran air, dan ditemukan alternatif
sebagai upaya pengendalian pencemaran air yaitu bioremediasi. (Bambang
Priadie) “Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih
untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar
polutan tersebut. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi
tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya.
Sehubungan dengan bioremediasi, Pemerintah Indonesia telah mempunyai payung
hukum yang mengatur standar baku kegiatan Bioremediasi dalam mengatasi
permasalahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan perminyakan serta
bentuk pencemaran lainnya (logam berat dan pestisida) melalui Kementerian
Lingkungan Hidup, Kep Men LH No.128 tahun 2003, tentang tatacara dan
persyaratan teknis dan pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi
oleh minyak bumi secara biologis (Bioremediasi) yang juga mencantumkan
bahwa bioremediasi dilakukan dengan menggunakan mikroba lokal.” Semoga
semakin banyak yang menggunakan metode alternatif bioremediasi ini agar
pencemaran airn semakin berkurang, dan tidak bertambah. Dan sudah ada juga
peraturan pemerintah tentang pengelolaan kualitas dan pencemaran air. (Elvi Roza
Syofyan, Aguskamar) “Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di
Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini
meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya
serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air
31
adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).” Peraturan ini harus sangat
ditanggapi dengan serius karena ini juga menyangkut masalah kesehatan.
Untuk mengatasi pencemaran air dibutuhkan upaya strategi pengendalian
dalam rangka penanggulangan pencemaran air, dan memerlukan kriteria dan
alternatif untuk mencapai tujuan tersebut. (Dyah Agustiningsih, Setia Budi
Sasongko, dan Sudarno) “Strategi pengendalian pencemaran air memerlukan
serangkaian kriteria dan alternatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai
dengan kondisi dan kemampuan sumber daya yang ada. Strategi pengendalian
pencemaran air dirumuskan berdasarkan wawancara mendalam dengan keyperson
serta berdasarkan hasil AHP (Analytic Hierarchy Process) . Kriteria dan alternatif
untuk mencapai tujuan strategi pengendalian pencemaran air disusun berdasarkan
hasil survey lapangan serta diskusi terhadap keyperson yang berkompeten dalam
pengendalian pencemaran air.” Dan untuk menanggulagi masalah pencemaran air
laut itu dengan cara masyarakat berpartisipasi menjaga kebersihan laut, dan
mereka mengambil sampah yang ada dilaut agar terus berkurang jumlahnya. Dan
ada 3 cara penanggulangannya:
1) Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga
untuk menetralkan pencemaran laut yang disebabkan tumpahan
minyak dari ledakan ladang minyak.
2) Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap
logam berat. Salah satu tumbuhan yang digunakan untuk hal itu adalah
pohon api-api. Pohon api-api memiliki kemampuan akumulasi logam
berat yang sangat tinggi.
3) Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran
serta masyarakat.
Cara menanggulagi masalah pencemaran itu sebenarnya mudah, mulailah
dari diri sadar sadar akan melestarikan dan manjaga alam kita ini agar tidak
tercemar contoh kecilnya adalah dengan tidak lagi membuang sampah
sembarangan.
32
2.5. Upaya Mencegah Pencemaran Lingkungan
1. Mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak rusak,
terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
2. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap
sumber daya alam lainnya, proyek-proyek lain, dan masyarakat agar
tidak timbul pertentangan-pertentangan.
3. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran
sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan
masyarakat.
4. Agar dapat diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna
bagi bangsa, negara dan masyarakat.
Dalam upaya mencegah perlu yang namanya tindakan tegas oleh aparat
berwajib kepada para pelanggar dan perusak lingkungan hal ini sependapat
dengan Fajar Khaifi Rizki (2015: 55) “Dalam hal pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan
hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi.”
33
2. Mengurangi penggunaan barang sekali pakai.
3. Mengurangi belanja barang yang tidak terlalu dibutukan.
4. Merawat dan memperbaiki pakaian, mainan, perkakas dan peralatan
rumah tangga daripada menggantinya dengan yang baru.
5. Menggunakan kantong plastik (kresek)3 sampai 5 kali untuk berbelanja.
6. Menggunakan keranjang atau kantong yang dapat digunakan berulang
ulang.
34
Di perkotaan kebisingan dan polusi udara bukan hal baru lagi. Karena di
kota terdapat berbagai macam kendaraan berkendara. Kendaraan yang digunakan
mulai kendaraan roda empat (mobil) sampai dengan roda dua (motor) perlu ada
upaya dalam menguranginya diantaranya yaitu menggunakan kendaraan tanpa
menggunakan mesin yaitu dengan sepeda itu jika jaraknya dekat. Kalau jauh kita
harus bisa memanfaatkan kendaraan umum agar pengguna kendaraan
bermotor/bermesin bisa berkurang hal ini sependapat dengan Anak Gunung Gede
Sugiarta (2008: 166) “Untuk Dinas Perhubungan, perlu dilakukan
pengujian asap yang ketat terhadap semua kendaraan umum dan pribadi
serta pembatasan umur kendaraan yang laik operasi di Kota
Denpasar.”
Air merupakan komponen yang sangat penting dalam muka bumi ini.
Ditengah era yang semakin maju banyak hal-hal yang di rusak pada ekosistem air.
Pada akhirnya membuat air tersebut mengandung hal hal yang berbahaya jika
terkonsumsi oleh tubuh. Didalam air yang tercemar kita memerlukan sebuah
inovasi baru seperti sebuah teknik yang berfungsi sebagai pembersih segala
macam logam berat pada air, hal ini sesuai dengan pendapat Semuel Sander Erari,
Jubhar Mangimbulude, Karina Lewerisa (2017: 184) “Teknik fitoremediasi adalah
teknologi pembersihan zat polutan dari badan air yang telah tercemar dengan
menggunakan tanaman. Teknologi ini mudah, dan murah, serta memberikan efek
negative yang kecil bagi kesehatan.”
Dalam mengurangi sisa dari limbah nabati dalam hal ini jagung, sekarang
sudah bisa dimanfaatkan dibandingkan hanya dibuang saja. Pemanfaatan ini pada
akhirnya berguna dan memiliki nilai rupiah hal ini sependapat dengan Faza
Wahmuda, Anastasia Prasilia Wangge (2017: 9) “Tongkol jagung yang ada di
lingkungan sekitar kita dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku produk kerajinan
mulai yang sederhana hingga yang memiliki nilai jual tinggi.”
Dalam kehidupan saat ini kita tidak bisa menampik bahwa polusi udara
sebagai dampak pencemaran lingkungan. Kita tidak bisa merubah keadaan yang
sudah terbentuk sekarang akan tetapi kita bisa berupaya mengurangi dampak dari
35
debu polusi lewat upaya menanam tumbuhan hal ini sependapat dengan Suci
Normaliani Santoso (2012: 8) “Bunga Matahari dan Kersen mempunyai
kemampuan menyerap debu lebih tinggi dibanding daun dengan permukaan
halus.”
Pencemaran juga terjadi pada pelabuhan ikan hal ini terjadi akibat banyak
sampah yang terdapat di laut. sampah itu diantaranya yaitu botol plastic, kantong
plastik dan alat tangkap (tali pancing, jaring, tali pelampung) dalam hal ini harus
ada upaya yang tegas agar dapat mencegah sampah semakin banyak hal ini
sependapat dengan Aris Wahyudi, E, Lubis, A, B, Pane (2017: 150) “Peningkatan
pengarahan dari pemerintah pusat ke pengguna pelabuhan akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan pelabuhan dengan memberikan pengarahan
terkait peraturan, pedoman praktis dan sanksi”
36
Dalam dunia pertanian nama pestisida bukan hal yang asing lagi. Karena
dengan bahan kimia satu ini dapat menjaga tumbuhan para petani terhindar dari
hama. Akan tetapi pestisida memiliki dampak yang buruk bagi tanah, perlu ada
upaya agar penggunaan pestisida dapat pengaturan batas wajar pemakaian
pestisida ini hal ini sependapat dengan Kurnia Undang, N, Sutrisno (2008: 71)
Upaya pencegahan/penanggulangan pencemaran akibat penggunaan pestisida
yang berlebihan dapat dilakukan dengan: (a) mengintensifkan penerapan
pengendalian hama terpadu (PHT), (b) penerapan peraturan penggunaan pestisida,
(c) penerapan batas maksimum residu (BMR) pestisida dalam tanah dan tanaman
atau produk pertanian, (d) pengawasan dan penerapan sanksi terhadap
pelanggaran dalam distribusi dan penggunaan pestisida, dan (e) penyuluhan,
pendidikan, dan latihan penggunaan pestisida yang baik dan benar.
Dalam upaya menjaga kerusakan lingkungan hendaknya kita lebih sigap
dengan keadaan. Kita harus menanamkan hal-hal baik yang berguna bagi sekitar
yang dalam hal ini anak kecil. Kita harus bisa mengarahkan anak kearah yang
baik hal ini sependapat dengan Titik Styowati (2013: 101-102) Pembentukan
karakter go green merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk melestarikan
lingkungan. Pelaksanaannya diawali dari lingkungan masyarakat yang terkecil,
yaitu dari lingkungan keluarga yang menjadi ujung tombak keberhasilan program
masyarakat yang lebih luas, sesuai dengan norma yang berlaku. Juga di hutan jika
ketahui ilegal logging masih marak terjadi di Indonesia, akibat dari ilegal logging
ini tidak lain ada kegundulan hutan yang berakibat tanah longsor dan kerusakan
lingungan perlu ada upaya agar ilegal logging dapat ground checking dan patrol
hal ini sependapat dengan Bambang Tri Bawono, Anis Mashdurohtun (2011: 604-
606) Penanggulangan illegal logging dapat dilakukan melalui kombinasi dari
upaya-upaya pencegahan (preventif), penanggulangan (represif) dan upaya
monitoring (deteksi). Kegiatan preventif dapat dilakukan melalui 15: a.
Pembangunan kelembagaan (Capacity Building) yang menyangkut perangkat
lunak, perngkat. b. keras dan SDM termasuk pemberian reward and punishment.
c. Pemberdayaan masyarakat seperti pemberian akses terhadap pemanfaatan
sumber daya hutan agar masyarakat dapat ikut menjaga hutan dan merasa
37
memiliki, termasuk pendekatan kepada pemerintah daerah untuk lebih
bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan. Tindakan represif merupakan
tindakan penegakan hukum mulai dari penyelidikan, penyidikan sampai ke
pengadilan. Kegiatan deteksi dapat dilakukan melalaui kegiatankegiatan sebagai
berikut : a) Deteksi secara makro, misalnya melalui potret udara sehingga
diketahui adanya indikator penebangan liar seperti jalur logging, base camp, dsb.
b) Ground checking dan patroli. c) Inspeksi di tempat-tempat yang diduga terjadi
penebangan liar. d) Deteksi di sepanjang jalur-jalur pengangkutan.
38
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan hidup. Pada zaman modern ini
banyak sekali perkembangan industri dan pesatnya perkembangan teknologi,
perindustrian menjadi salah satu pencemaran lingkungan dri banyaknya penyebab
pencemaran lingkungan (Arrum Dian Widyawati) Bahwa “manusia tidak
memperhatikan apa pengaruh buruk dari perkembangan industri dan teknologi
bagi lingkungan hidup, banyak pencemaran lingkungan yang terjadi dimana mana
dan menjadi masalah besar bagi umat manusia. Hasilnya zat-zat yang seharusnya
tidak ada tetapi malah merebak dan menjadi polutan bagi alam. Pencemaran
lingkungan berpengaruh pada kehidupan manusia. Jadi, tidak hanya industri yang
menjadi penyebab pencemaran tetapi teknologi yang maju juga menjadi penyebab
merebaknya pencemaran lingkungan yang terjadi.” Pencemaran lingkungan
sangatlah buruk bagi kesehatan apalagi bagi pernapasan, jadi kita harus sangat
memperhatikan kesehatan kita agar tidak gampang sakit.
Maka dari itulah keadaan lingkungan ini memegang peranan yang sangat
penting. Lingkungan yang bersih pastinya akan memberikan dampak berupa
kehidupan yang sehat. elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan
tanah, udara, air, sumber daya alam flora dan fauna, manusia dan hubungan antara
faktor-faktor tersebut dimana titik sentral manusia adalah lingkungan (Syahrial
Juhar dan Drs. H. Chalid Sahuri). Sebaliknya, lingkungan yang tercemar pasti
akan menyebabkan berbagai dampak buruk. Beberapa dampak pencemaran
lingkungan buruk yang dapat ditimbulkan dari adanya lingkungan yang tercemar
antara lain sebagai berikut:
39
sesuatu yang mengancam ekosistem manusia yang disebabkan akibat
perbuatannya, maka terjadilah apa yang dinamakan pencemaran lingkungan
hidup (Susmarkanto, 20021). Ketika terjadi pencemaran maka akan banyak
pihak yang terganggu, bukan hanya manusai namun juga binatang hingga
tumbuh- tumbuhan.
40
Pencemaran lingkungan juga akan menyebabkan terjadinya pengurangan
kesuburan pada tanah. Potensi air tanah bervariasi antara tempat yang satu
dengan tempat yang lain, dengan demikian pula permasalahan yang timbul
juga tidak sama, namun secara umum dapat dikatakan bahwa pada setiap
daerah telah terjadi penurunan cadangan air tanah serta penurunan kualitas air
tanah (Sudarmadji, 2006).
41
Kita semua mengetahui bahwasannya lapisan ozon sangat membantu untuk
melindungi Bumi dari paparan sinar ultraviolet secara langsung. Apabila
lapisan ozon ini berlubang maka otomatis hal ini akan menyebabkan sinar
ultraviolet menyinari Bumi secara langsung. Pencegahan pencemaran udara
melalui transportasi bisa diatasi dengan mengurangi kendaraan bermotor, dan
mulai lah menggunakan kendaraan alternatif atau lainnya “Pencemaran
udara diantaranya terjadi karena banyaknya bahan-bahan pencemar dari
kendaraan bermotor. Untuk mengurangi pencemaran tersebut, sebaiknya
manusia mulai mengurangi pemakaian kendaraan bermotor yang konsumsi
bahan bakarnya tinggi dan memilih kendaraan bermotor yang berteknoligi
ramah lingkungan. Cara lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan
kendaraan alternatif berbahan bakar listrik, tenaga surya atau jika
memungkinkan menggunakan sepeda.” menurut (Dr. Devi Nuraini Santi)
Sinar ultraviolet ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai
macam penyait, seperti kanker kulit, mematikan binatang- binatang laut, dan
sebagainya. Penipisan lapisan ozon ini terjadi karena adanya penumpukan
gas- gas rumah kaca yang terdiri dari gas- gas karbonmonoksida atau CO,
karbondioksida atau CO2, dan lain sebagainya
Untuk mengantisipasi polusi udara akibat menipisnya lapisan ozon maka
langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan mengurangi atau meniadakan
penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) pada produksi industri-industri,
misalnya pada kemasan aerosol dan mesin pendingin sehingga diperlukan
modifikasi mesin pengguna CFC dari alat-alat tersebut. (Basri, 2010)
42
sangat pesat. (Alex Fransisca) “Menurut Cicin Sain dan Knecht (1998),
pemanfaatan ruang wilayah pesisir yang berkembang secara intensif
mengakibatkan terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan dari
ekosistem pesisir, seperti pencemaran, overfishing, degradasi fisik habitat dan
abrasi pantai terutama pada kawasan pesisir yang padat penduduknya dan
tinggi tingkat pembangunannya.”
Suatu perairan yang tercemar, maka bahan pencemar yang ada di air
tersebut akan menempel pada alga yang hidup di di wilayah perairan tersebut.
Ketika alga tersebut dimakan ikan- ikan kecil maka ikan kecil akan
terkontaminasi bahan pencemar. Ketika ikan- ikan kecil tersebut dimakan oleh
ikan- ikan besar, maka ikan besar juga akan mengandung berbagai bahan
pencemar yang dimiliki oleh ikan kecil. Dan ketika ikan- ikan besar ditangkap
nelayan dan dimakan oleh manusia, maka bakteri atau polutan tersebut akan
masuk ke dalam tubuh manusia melalui ikan-ikan besar tersebut. Di Indonesia
laju pertumbuhan penduduk sangat pesat menyebabkan masalah perumahan
yang memerlukan pemecahan dan penanganan segera, limbah domestik dan
limbah industri menyebabkan polusi air tanah banyaknya persen penyebab
timbulnya polusi. (Agnes Fitria Widiyanto, Saudin Yuniarno, Kuswanto)
“Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya polusi air sebesar 33,33% berasal
dari limbah industri, 47,62% limbah rumah tangga, dan 19,04% berasal dari
limbah perkotaan. Untuk mengurangi pencemaran air sumur gali disarankan
bagi penduduk setempat untuk pembuatan tangki septik secara komunal.”
Kasus inilah yang merupakan pemekatan hayati.
43
kecil adalah terserang bibit penyakit. (Novan Anugrah) Bahwa “Pencemaran
air adalah peristiwa masuknya zat-zat atau komponen yang lainnya yang
menyebabkan kualitas air terganggu bahkan menurun. Pencemaran air
bersumber dari beberapa hal yaitu limbah pertanian, limbah rumah tangga,
limbah industry dan penangkapan ikan yang tidak dilakukan dengan
semestinya. Akibat dari pencemaran air merusak ekosistem yang di dalam
maupun di luar kehidupan air terganggu.” Pencemaran air adalah kerusakan
yang terjadi pada air sehingga melewati batas normal pada umumnya. Air
yang tercemar disebabkan oleh adanya sebuah zat kimia atau polutan yang
masuk ke dalam air. Air merupakan komponen terpenting bagi kehidupan,
tetapi air juga bisa menjadi malapetaka bagi kita jika air itu tercemar. Air
perlu menjadi masalah serius yang perlu ditangani dan diperhatikan, karena air
sekarang sudah menjadi barang yang mahal sebab air sudah banyak tercemar.
(Lina Warlina) bahwa “Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat
perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak
tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia.
Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan.
Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat.” Sangat disayangkan sekali jika air kita
makin tercemar.
Itulah beberapa dampak yang dapat terjadi dari adanya pencemaran
lingkungan. Dengan demikian, semoga kita lebih berhati- hati dalam
menjagan lingkungan kita.
44
sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinjak dan sampah
spesifik. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Manusia adalah merupakan satusatunya
komponen Lingkungan Hidup biotik yang mempunyai kemampuan untuk dengan
sengaja merubah keadaan lingkungan hidup. Dalam usaha merubah lingkungan
hidupnya ini dengan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat
menimbulkan masalah yang disebut pencemaran. Manusia juga dapat merubah
keadaan lingkungan yang tercemar akibat berbuatannya ini menjadi keadaan
lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi
terjadinya pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mecegah
terjadinya pencemaran. Pohan, IR N. (2002). Akibat yang ditimbulkan oleh
pencemaran udara ternyata sangat merugikan. Pencemaran tersebut tidak hanya
mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga
dapat merusak lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan
lain sebagainya.
45
dibuang atau ditumpuk begitu saja ditempat yang sudah disediakan tanpa di apa-
apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar
dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi bibit
penyakit dikemudian hari. Subekti, S. (2010) Limbah cair rumah sakit merupakan
limbah infeksius yang masih perlu pengelolaan sebelum dibuang ke lingkungan,
hal ini dikarenakan limbah dari kegiatan rumah sakit tergolong limbah B3 yaitu
limbah yang bersifat infeksius, radioaktif, korosif dan kemungkinan mudah
terbakar.
Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan dengan tidak tepat dapat
bercampur dengan air minum.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misal jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan.
d. Sampah beracun.
46
Widianto, A. F., yuniarto, S., & huswanto. (2015). Air sumur dari sebuah
pemukiman yang padat penduduknya mengandung unsur-unsur yang
mengakibatkan terjadinya pencemaran seperti air sumur pada sampel menjadi
berbau, kekeruhannya mencapai 112,5 mg SiO2/l, bakteri E.Coli nya mencapai
28/100 ml, dan bakteri Coliform mencapai 1100/l00 ml, yang melebihi standar
baku mutu kualitas air, sehingga air sumur pada sampel dapat dikatakan tercemar
dan tidak layak untuk dijadikan air minum (Kadek dan Konsukartha, 2007). Air
merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting. Tanpa air, berbagai
proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Meskipun air merupakan sumber daya
alam yang dapat diperbarui oleh alam sendiri, tapi kenyataan menunjukkan bahwa
ketersediaan air tanah tidak bertambah. Pentingnya air sungai bagi masyarakat di
Indonesia dan rendahnya kualitas air sungai, seharusnya mendorong pemerintah
melaksanakan program peningkatan kualitas air sungai sebagai bagian dari
pembangunan. Ketidaktersediaan air bersih secara umum disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam disebabkan secara
alamiah bentukan (kondisi) wilayahnya yang memang sulit untuk mendapatkan
air sehingga tidak tersedianya air. Faktor manusia yaitu dikarenakan tercemarnya
air bersih akibat aktifitas manusia.
47
yaitu tingginya jumlah sampah yang dihasilkan, tingkat pelayanan pengelolaan
sampah masih rendah, tempat pembuangan sampah akhir yang terbatas
jumlahnya, institusi pengelola sampah dan masalah biaya.
48
karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Sitorus, Henry. (2013)
Akibat-akibat dari ketidak perdulian terhadap lingkungan ini tentu saja sangat
merugikan manusia, yang dapat mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, masalah pencemaran lingkungan baik oleh karena industri
maupun komsumsi manusia, memerlukan suatu pola sikap yang dapat dijadikan
sebagai modal dalam mengelola dan menyiasati permasalahan lingkungan.
49
Kabupaten Bandung, dan BLH Kabupaten Sumedang dalam penanggulangan dan
pemulihan pencemaran limbah industri pada lahan pertanian di Kawasan
Rancaekek kurang baik karena belum sepenuhnya power bagi Badan berupa
ketentuan perundang-undangan dilaksanakan, masih kurangnya kolektivitas
Badan meskipun telah ada bidang yang menjadi representasi Badan, pola
penyelesaian yang hanya kasuistik, secara mentality masih adanya ego sektoral
dari Badan, ditambah adanya pengaruh dari lingkungan yang menjadi sisi
dilematis Badan. Banyaknya limbah cair yang dibuang oleh perusahaan-perusahan
yang ada tidak sebanding dengan daya tampung dan debit air dari sungai yang
dijadikan tempat dibuangnya limbah.
50
adalah merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan dengan berbagai
pendekatan multidisiplineran masyarakat. Masalah lingkungan hidup adalah
merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan dengan berbagai
pendekatan multidisipliner. contoh Anggeraini, F. (2018) di kecamatan
Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas, diduga tidak lepas dari berbagai faktor
antara lain kurangnya pengetahuan tentang lingkungan dan rendahnya faktor
sosial masyarakat. Menurut Suparmoko (2000) bahwa faktor lain dari
permasalahan pengelolaan smpah, adalah masyarakat masih cenderung
menganggap bahwa pengelolaan sampah semata-mata merupakan tanggung jawab
Pemerintah kabupaten. Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari
akibat-akibat yang ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh
apabila ada penumpukan sampah dikota maka permasalahan ini diselesaikan
dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah yang jauh dari pusat kota,
maka hal ini tidak memecahkan permasalahan melainkan menimbulkan
permasalahan seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah lalat,
tikus dan bau yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan. Akibatnya
menderita interaksi antara lingkungan dan manusia yang akhirnya menderita
kesehatan. Tarigan, Lina (2004) Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah ada
sejak dahulu, masalah lingkungan hidup bukanlah masalah yang hanya dimiliki
atau dihadapi oleh negara-negara maju ataupun negara-negara miskin, tapi
masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan masalah
kita semua.
51
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya dan mempengaruhi
alam itu sendiri. Lingkungan hidup ialah ruang yang ditempati suatu makhluk
hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya tumbuhan, hewan,
manusia dan jasad renik menempati ruang tertentu, lingkungan itu dibedakan
antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik atau organik
Dibalik sebagian kecil lingkungan yang sehat, pasti sebagian lain tidak luput
dari permasalahan. Pencemaran lingkungan hidup merupakan salah satu masalah
lingkungan yang sedang dihadapi dunia saat ini. Pencemaran lingkungan dibagi
menjadi 3 yaitu; pencemaran air, tanah dan udara.
Pencemaran lingkungan terjadi karena bencana alam maupun ulah manusia,
tetapi lebih cenderung pencemaran terjadi karena kegiatan manusia, diantaranya
kegiatan transportasi, industri dan lain-lain.
Upaya yang bisa dilakukan adalah mengurangi produksi sampah seperti
tidak memakai pelastik sekali pakai lebih menggunakan barang yang ramah
lingkungan, tidak membuang sisa puntung rokok di sembarang jalan apalagi di
hutan.
Dampak serta masalah yang mungin akan timbul karena pencemaran ini
adalah terganggunya keseimbangan lingkungan, punahnya berbagai spesies flora
dan fauna, berkurangnya kesuburan tanah, menyebabkan terjadinya lubang ozon
dan lain sebagainya.
3.2. Saran
1. Perlu ditingkatkan lagi kesadaran untuk tidak merusak lingkungan
2. Bagi pemerintah dan penegak hukum, lebih di tingkatkan eksistensi UU
Lingkungan hidup, jika ada yang melakukan pelanggaran dalam
merusak lingkungan maka harus dikenakan sanksi yang setimpal.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
Pratiwi HP, dimensia kebijakan nasional terhadap Pembangunan berwawasan
lingkungan Volume 2, No. 1, Maret 2008.
Itta Qunnisa
A’ayun, Nofadila Q. dkk. (2015). Identifikasi Fitoplankton di Perairan yang
Tercemar Lumpur Lapindo, Porong Sidoarjo. Bioedukasi. Volume 8, Nomor
1. Halaman 48-51.
Adimihardja, Abdurachman. tanpa tahun. Teknologi dan Strategi Konservasi
Tanah dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian. Pengembangan Inovasi
Pertanian. 1(2) : 105-124.
Ardianto, Adibatul. dkk. (2016). Sistem Monitoring Pencemaran Polutan
Kendaraan Via Gadget Berbasis Arduino. Jurnal Electronics, Informatics,
and Vocational Education (ELINVO), Volume 1, Nomor 3.
54
Darmawan, Darwis. & Siti Fadjarajani. (2016) Hubungan Antara Pengetahuan dan
Sikap Pelestarian Lingkungan dengan Perilaku Wisatawan dalam Menjaga
Kebersihan Lingkungan (Studi di Kawasan Objek Wisata Alam Gunung
Galunggung Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya).
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1.
Drachman, Fajrul. (2017). Pemetaan Potensi Sumber Daya Alam Provinsi Maluku
Berbasis Web. University of Muhammadiyah Malang.
Hakim, Luqmanul. Priambudi T & Azka L. (2017). Efektifitas Jalur Hijau dalam
Mengurangi Polusi Udara oleh Kendaraan Bermotor. Jurnal Arsitektur
NALARs Volume 16 Nomor 1 : 91-100.
Haruna, dkk. (2019). Pencemaran Udara Akibat Gas Buang Kendaraan Bermotor
Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. UNM Environmental Journals.
Volume 2 Nomor 2 April 2019 Hal. 57 – 61, e-ISSN: 2599-2902.
Heriyanto, N. M. (2011). Kandungan Logam Berat Pada Tumbuhan, Tanah, Air,
Ikan Dan Udang Di Hutan Mangrove. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman.
Vol.8 No. 205.
Ismiyati. Devi Marlita. & Deslida Saidah. (2014). Pencemaran Udara Akibat
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Pencemaran Udara Akibat Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi &
Logistik (JMTransLog). Vol. 01 No. 03.
Naria, Evi. (2005). Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb) di
Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal Komunikasi Penelitian. Volume 17
( 4) halaman. 66
Putra, David Aprizone. (2017). Implikasi Politik Kebijakan Hukum Pidana dalam
UUPLH. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Vol.25,
No.2, hlm. 147-157 147.
Putri, Arinta Dewi. (2018). Kerusakan Lingkungan Akibat Kewenangan
Pemerintah Daerah dalam Pemberian Izin Lingkungan. Program
Pascasarjana Unuversitas Muhammadiyah Surakarta.
55
Setyowati, Ririn & Surahma Asti Mulasar. (2013) Pengetahuan dan Perilaku Ibu
Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. Vol. 7, No. 12.
Wahyono, Sri. (2001). Pengolahan Sampah Organik Dan Aspek Sanitasi. Jurnal
Teknologi Lingkungan. Vol.2, No. 2, Mei 2001 : 113-118
Wibawa, I Putu Sastra. (2016). Politik Hukum Perlindungan dan Pengelolaan
Menuju Ekokrasi Indonesia. Kanun Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 18, No. 1, pp.
51-68.
Hera Vanesa
56
Karim, A. (2017). Mengembangkan kesadaran melestarikan lingkungan hidup
berbasis humanisme pendidikan agama. Jurnal penelitian pendidikan islam,
12(2),309-330.
Silaen, A,(2008). Pelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup dalam perspektif
hukum lingkungan.16(3),575-594.
Agung, Gede Sugiarta Anak. Dampak Bising Dan Kualitas Udara Pada
Lingkungan Kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari, Volume 8 Nomor 2,
Agustus 2008. Halaman 162-167.
57
Alfi, Rokhani Suciati. (2015). “Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat
Limbah Industri Pengelolahan Mie Soun Di Kecamatan Tulung Kabupaten
Klaten.”
Dr. Devi Nuraini Santi. (2001). “pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Serta
Penanggulangannya”
Prabandiyani, Retno Wardani Sri. (2006). “Pemanfaatan Limbah Batu Bara (fly
ash) Untuk Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya
Dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan.”
58
Puji, Genefati Sri, dkk. Pengolahan Leachate Tercemar Pb Sebagai Upaya
Pencegahan Pencemaran Lingkungan TPA. Jurnal Teknik Lingkungan,
Volume 9, Nomor 1, Januari 2008, Halaman 92-97. ISSN 1441-318X.
Roza, Syofyan Elvi, & Aguskamar. Peranan Masyarakat Dalam Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran Sungai. POLI REKAYASA Volume 8,
Nomor 2, April 2013. ISSN : 1858-3709.
Malisan, J. (2011). Kajian pencemaran laut dari kapal dalam rangka penerapan pp
nomor 21 tahun 2010 tentang perlindungan lingkungan laut. vol 13, no 1,
75.
Rizki, F, K. (2015). Keterkaitan antara perizinan pabrik kelapa sawit pt. permata
hijau sawit dengan pengelolaan limbah dalam upaya mencegah terjadinya
59
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Jurnal Ilmiah Penegakan
Hukum, vol 2, no 1, 55.
Nurul Jamilah
60
Adack, J. (2013). DAMPAK PENCEMARAN LIMBAH PABRIK TAHU
TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP. Lex Administratum,Vol.I/No.3, 18-
87.
Dr. Devi Nuraini Santi. (2001). “pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Serta
Penanggulangannya”
61
Warlina, Lina. (2004). “Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan
Penanggulangannya”
Nia Ernia
62
Manan, Abdul. (2015). “pencemaran dan perusakan lingkungan dalam perspektif
hukum islam”. Jurnal hukum dan peradilan, vol 4 (2) 223-240
Pohan, IR N. (2002). “Pencemaran udara dan hujn asam. Program studi teknik
kimia”
Subekti, S. (2010). “Pengaruh dan dampak limbah cair rumah sakit terhadap
kesehatan serta lingkungan an”. Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan
Universitas Pandanaran Semarang.
Widianto, A. F., yuniarto, S., & huswanto. (2015). “Polusi air tanah akibat limbah
industri dan limbah rumah tangga”. Jurnal kesehatan, 10 (2), 246-254
63