Anda di halaman 1dari 68

MAKALAH

ANALISIS KEBUTUHAN DAN MASALAH SOSIAL


“Masalah Sosial Sebagai Efek Samping Perubahan”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kebutuhan dan Masalah Sosial

Dosen Pengampu : Dadan Darmawan, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3 / Kelas III-C

1. Nia Ernia ( 2221180042 )


2. Hera Vanesa ( 2221180059 )
3. Andre Novit Sihombing ( 2221180072 )
4. Itta Qunnisa ( 2221180077 )
5. Cikal Tazki Auli ( 2221180098 )
6. Etty Nurul Fathiyah ( 2221180099 )
7. Nurul Jamilah ( 2221180109 )

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019
2
KATA PENGANTAR

Puji  syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-
Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Analisis Kebutuhan dan Masalah
Sosial ini dengan judul “Masalah Sosial Sebagai Efek Samping Perubahan”.
Penulis berterima kasih kepada :

1. Dadan Darmawan, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis


Kebutuhan dan Masalah Sosial yang telah memberikan tugas ini, sehingga
saya dapat memperdalam pengetahuan mengenai masalah sosial sebagai
penghambat perubahan sosial dan menyelesaikan tugas dengan baik.
2. Orang tua yang selalu menyuporteri penulis dan mem
3. beri masukan yang sangat membangun mental dalam menghadapi segala
hal.
4. Semua rekan mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Untirta dan pihak lain
yang telah memberikan dukungan dari segi materi dan pemikirannya.

Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk


memahami makna masalah sosial sebagai penghambat perubahan sosial,
menyelesaikan tugas dari mata kuliah Analisis Kebutuhan dan Masalah Sosial,
serta memperluas keilmuan penulis dalam menyusun karya ilmiah.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan


baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah di hari
yang akan datang. Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta
harapan semoga tulisan sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi
semua pembaca.

Serang, 11 September 2019

i
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................... 1


1.2. Tujuan............................................................................................ 1
1.3. Pembatasan Masalah...................................................................... 2
1.4. Metode Pengumpulan Data............................................................ 2
1.5. Sistematika Penulisan..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Lingkungan Hidup......................................................................... 3


2.2. Pencemaran Lingkungan................................................................ 13
2.3. Kelestarian Lingkunga................................................................... 20
2.4. Faktor Penyebab Pencemaran Lingkungan................................... 26
2.5. Upaya Mencegah Pencemaran Lingkungan.................................. 32
2.6. Dampak dari Adanya Pencemaran Lingkungan............................ 37
2.7. Masalah-Masalah yang timbul akibat Pencemaran Lingkungan... 43

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan......................................................................................... 51
3.2. Saran................................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 52

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam memenuhi kebutuhannya baik primer maupun sekunder, manusia
memanfaatkan sumber daya yang telah disediakan oleh alam. Semakin bertambah
populasi manusia, itu berarti semakin banyak pula sumber daya alam yang digali,
diolah dan dijadikan berbagai produk siap guna.
Namun dibalik itu semua, dalam proses pengolahan dan pemanfaatan SDA
tersebut, terdapat sisa-sisa bahan yang tidak digunakan. Sisa bahan tersebut
dibuang bahkan dibiarkan karena sudah tidak diperlukan lagi. Sisa bahan-bahan
itulah yang dikemudian hari mencemari lingkungan perairan, udara dan daratan,
sehingga seiring berjalannya waktu, lingkungan yang sebelumnya asri dann sehat
menjadi rusak.
Kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pencemaran berdampak bagi
penurunan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bahkan,
pencemaran dan kerusakan terhadap linkungan dapat menimbulkan masalah-
masalah sosial yang berdampak buruk bagi masyarakat, seperti penyakit dan
bencana alam.

1.2. Tujuan
Karya tulis ini dibuat dan disusun dengan tujuan untuk memberikan
pengertian tentang hakikat lingkungan hidup, pencemaran lingkungan, faktor
penyebab pencemaran lingkungan, wawasan tentang kelestarian lingkungan dan
masalah yang terjadi kerena pencemaran lingkungan serta dampak pencemaran
lingkungan bagi makhluk hidup, dan bagaimana upaya untuk mengurangi
kerusakan pada lingkungan.

1
1.3. Pembatasan Masalah
Topik kemalasan sosial ini sangatlah kompleks dan luas. Agar pembahasan
topik ini terarah dan tidak melenceng, karya tulis ini akan membahas seputar
lingkungan hidup, pencemaran dan masalah sosial yang timbul akibat
pencemaran.

1.4. Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan karya tulis ini, data yang telah dikumpulkan diperoleh
dengan metode kajian pustaka atau survei pustaka agar data yang diambil tentang
Pencemaran Lingkungan hidup ini dapat dimaksimalkan.

1.5. Sistematika Penulisan


Karya tulis yang tersaji dalam makalah ini disusun dengan urutan sebagai
berikut:
1. Bab I Pendahuluan, Penjelasan latar belakang, tujuan, pembatasan
masalah, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Pembahasan, Memaparkan pembahasan masalah berdasarkan
topik yang bersumber dari data yang telah diperoleh. Penulis akan
membahas lebih lanjut tentang tema dan judul karya tulis, yakni
tentang lingkungan hidup dan pencemaran lingkungan. Pembahasan
pada bab ini bersumber dari teori yang dikemukan oleh berbagai tokoh
dari berbagai sumber yang telah didapatkan oleh penulis.
3. Bab III Penutup, memuat simpulan dan saran. Pada bab ini penulis akan
memberikan kesimpulan dari pembahasan yang telah disampaikan pada
bab sebelumnya dalam karya tulis ini. Selain itu, penulis akan
menyampaikan saran terkait permasalahan yang dijelaskan dan
menjadikan sebagai referensi untuk pembaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Lingkungan Hidup

Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk lain,


yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Sesuai dengan pernyataan Muslim.A
(2013) Manusia terlahir sebagai makhluk sosial, kenyataan tersebut
menyebabkan manusia tidak akan dapat hidup normal tanpa kehadiran
manusia yang lain. Makhluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup
yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup
manusia itu terkait erat pada mereka. Tanpa mereka manusia tidaklah dapat hidup.
Kenyataan ini dapat dilihat dengan mengandaikan di bumi ini tidak ada tumbuhan
dan hewan. Dari manakah didapatkan oksigen dan makanan. Sebaliknya
seandainya tidak ada manusia, tumbuhan, hewan dan jasad renik akan dapat
melangsungkan kehidupannya, seperti terlihat dari sejarah bumi sebelum ada
manusia.

Anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang paling berkuasa tidaklah


betul. Seyogyanya manusia menyadari bahwa yang membutuhkan makhluk hidup
yang lain untuk kelangsungan hidup dan bukannya tumbuhan yang membutuhkan
manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu, sepantasnya manusia
bersikap lebih merendahkan diri. Sebab faktor penentu kelangsungan hidup
tidaklah di dalam tangan manusia saja, sehingga kehidupan sebenarnya amat
rentan. Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu
ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak
hidup, seperti misalnya udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk
uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup
bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya disebut lingkungan hidup
makhluk tersebut.

3
Lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya dan mempengaruhi
alam itu sendiri. Dalam ilmu ekologi, alam dilihat sebagai jalinan sistem
kehidupan yang saling terkait satu sama lainnya. Artinya setiap makhluk hidup
berada dalam suatu proses penyesuaian diri dalam sistem kehidupan yang
dipengaruhi oleh asas-asas dalam kelangsungan kehidupan ekologi tersebut.

Secara umum, lingkungan itu dibedakan antara lingkungan abiotik dan


lingkungan biotik atau organik, sedangkan jika ditelaah dari konsep ekologi
manusia Diesendorf dan Halimton (1997) memahami ekologi manusia sebagai
bidang ilmu yang mempelajari : “the relationship between humanity and non-
living enviorment” sementara itu, Micklin dan potson (1998) memahami ekologi
manusia sedikit provokatif dengan membedakannya dengan bio-ekologi secara
umum, sebagai: “human ecology is a field of study grounded in the four
referential construct population, technology, organization, and environment”,
lingkungan itu dibedakan antara lingkungan alam, lingkungan sosial, dan
lingkungan budaya

1. Lingkungan Abiotik, yaitu segala kondisi yang ada disekitar makhluk


hidup yang bukan berupa organisme hidup seperti : batuan, tanah,
mineral, udara, air, energi matahari, serta proses dan daya yang terjadi
padanya.
2. Lingkungan Biotik, yaitu segala makhluk hidup mulai dari
mikroorganisme yang tidak dapat kita lihat secara kasat mata sampai
kepada binatang dan tumbuh-tumbuhan raksasa yang ada disekitar kita
atau makhluk lain yang
berpengaruh terhadap kehidupan dipermukaan bumi, manusia
termasuk
kedalam lingkungan biotik ini.
3. Lingkungan Alam, yaitu kondisi alamiah baik abiotik maupun biotik
yang

4
belum banyak dipengaruhi oleh tangan manusia yang berpengaruh
terhadap kehidupan umat manusia.
4. Lingkungan Sosial, yaitu manusia baik secara individu maupun
kelompok
yang ada diluar diri kita. Keluarga, teman, tetangga, penduduk
sekampung,
sampai manusia antar bangsa, merupakan lingkungan sosial yang
berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan kehidupan kita.
5. Lingkungan Budaya, yaitu segala kondisi baik yang berupa materi
maupun
non materi yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas, kreativitas
dan
penciptaan yang berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia.
Lingkungan budaya yang berupa benda atau materi meliputi bangunan,
peralatan, senjata, pakaian, dan sebagainya.

Pengertian lingkungan hidup menurut para ahli, sebagai berikut: Menurut


Munadjat Danusaputro lingkungan hidup adalah Lingkungan hidup adalah
semua benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan
tingkah perbuatannya, terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidupnya serta kesejahteraan manusia.
Pengertian lingkungan menurut Otto Soemarwoto tentang lingkungan hidup ialah
ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak
hidup di dalamnya tumbuhan, hewan, manusia dan jasad renik menempati ruang
tertentu. Lebih jelas L.L. Bernard memberikan pembagian lingkungan ke dalam 4
(empat) bagian besar, yakni:

a. Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya
kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik,
ombak, dan sebagainya.
b. Lingkungan biologi atau organik, segala sesuau yang bersifat biotis berupa
mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuhan, termasuk juga disini

5
lingkungan prenatal, dan proses-proses biologi seperti reproduksi,
pertumbuhan, dan sebagainya.
c. Lingkungan sosial, dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. Lingkungan fisiososial yaitu meliputi kebudayaan materiil (alat),
seperti peralatan senjata, mesin, gedung, dan lain-lain,
2. Lingkungan biososial, yaitu manusia dan interaksinya terhadap
sesamanya dan tumbuhan beserta hewan domestic dan semua bahan
yang digunakan manusia yang berasal dari sumber organik, dan
3. Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan dengan tabiat batin
manusia seperti sikap, pandangan, keinginan, dan keyakinan. Hal ini
terlihat melalui kebiasaan, agama, ideologi, bahasa, dan lain-lain.
d. Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara institusional,
berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang terdapat di daerah kota
atau desa.

Pengertian lingkungan hidup menurut Sambah Wirakusumah adalah


lingkungan hidup adalah semua aspek kondisi eksternal biologis, dimana
organisme hidup dan ilmu-ilmu lingkungan menjadi studi aspek lingkungan
organisme itu. Menurut Emil Salim lingkungan hidup diartikan sebagai benda,
kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Sedangkan menurut
Soedjono lingkungan hidup sebagai lingkungan fisik atau jasmani yang terdapat di
alam. Pengertian ini menjelaskan bahwa manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan
dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani.

Pengertian lingkungan hidup dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umum serta makhluk hidup
lain. Berdasarkan pengertian diatas, pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk

6
didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Hukum Lingkungan

Istilah hukum lingkungan berasal dari Bahasa Inggris yang dikenal dengan
“Environmental law”, dalam Bahasa Belanda “Millieeurecht”, Lenvironnement"
dalam Bahasa Prancis, "Umweltrecht" dalam Bahasa Jerman, "Hukum Alam
Seputar" dalam Bahasa Malaysia, "Batasnan Kapaligiran" dalam Bahasa Tagalog,
"Sin-ved-lom Kwahm" dalam Bahasa Thailand, "Qomum al-Biah" dalam Bahasa
Arab.

Menurut Gatot P. Soemartono bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan


tentang tingkah laku manusia yang isinya tentang apa yang seharusnya dilakukan
atau tidak dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, yang pelaksanaan peraturan
tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang. Jadi
pengertian Hukum Lingkungan ialah keseluruhan peraturan yang mengatur
tentang tingkah laku orang tentang apa yang seharusnya dilakukan terhadap
lingkungan, yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu
sanksi oleh pihak yang berwenang.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD


NRI 1945 (amandemen) Pasal 1 ayat (3), “negara Indonesia adalah negara
hukum”.

Hukum sebagai suatu sistem norma untuk mencapai tujuan yang


dikehendaki secara efektif.

Oleh karena itu, Dunia hukum identik dengan regulasi terhadap


perilaku.Regulasi terhadap perilaku tidak bisa dibangun, diterapkan, dan
diapresiasi tanpa bahasa yang logis dan argumentatif. Muncul pandangan
bahasa hukum mempunyai kaidah bahasa sendiri. Pandangan ini dapat
menyesatkan tatkala pandangan ini mengabaikan kaidah pemakaian bahasa
Indonesia, terutama yang berkaitan dengan hal semantik, pilihan kata, dan
formulasi kalimat.

7
Sedangkan Munadjat Danusaputro berpendapat bahwa hukum lingkungan
dapat dibedakan menjadi hukum lingkungan klasik yang berorientasi pada
penggunaan lingkungan dan hukum lingkungan modern yang berorientasi pada
lingkungan itu sendiri. Pada masa perkembangan hukum lingkungan klasik,
segala ketentuan yang berakitan dengan lingkungan lebih berorientasi menjamin
penggunaan dan eksploitasi sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan
kepandaian manusia. untuk mencapai hasil yang maksimal dalam jangka waktu
yang singkat.

Sementara itu perkembangan hukum lingkungan modern, ketentuan-


ketentuan yang berkaitan dengan sikap manusia terhadap lingkungan lebih
diarahkan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan kemerosotan mutu
supaya terjaga kelestariannya dan digunakan secara langsung oleh generasi
sekarang maupun yang akan datang. Hukum lingkungan semula dikenal sebagai
hukum gangguan yang bersifat sederhana dan mengandung aspek keperdataan.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan hukum lingkungan bergeser ke arah
bidang hukum administrasi sesuai dengan peningkatan perananan penguasa dalam
bentuk campur tangan terhadap berbagai segi kehidupan dalam masyarakat yang
semakin kompleks.

Segi hukum lingkungan administratif ada apabila keputusan penguasa


yang bersifat bijaksana dituangkan dalam bentuk penetapan penguasa. Dalam
perkembangannya, hukum lingkungan tidak hanya bersifat administratif dan
keperdataan, tetapi juga ada aspek kepidanaan dan internasional. Dalam
pandangan A.V Van Den Berg, pengelolaan lingkungan hidup berhadapan dengan
hukum sebagai sarana kepentingan.lingkungan yang dibedakan menjadi hukum
bencana, hukum kesehatan lingkungan, hukum konservasi, hukum tata ruang,
hukum perlindungan lingkungan.

Menurut Koesnadi Hardjosoemantri, apabila berdasarkan aspek, maka


hukum lingkungan meliputi hukum tata lingkungan, hukum perlindungan
lingkungan, hukum kesehatan lingkungan, hukum pencemaran lingkungan,
hukum lingkungan internasional, hukum perselisihan lingkungan. Dalam

8
penyimpulannya, mengemukakan bahwa hukum lingkungan adalah hukum yang
mengatur tatananan lingkungan untuk mencapai keselarasan hubungan antara
manusia dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan hidup
sosial budaya. Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
hukum lingkungan ialah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang tatanan
lingkungan untuk mencapai keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan
yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan sanksi oleh
penguasa/pihak berwenang.

Tindak pidana lingkungan hidup diaur dalam Bab XV, yang terdiri dari
23 pasal, dimulai dari Pasal 97 sampai dengan Pasal 120 UUPPLH. Dalam
Pasal 97 disebutkan, bahwa tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Bab XV
itu adalah kejahatan. Dengan demikian, mengenai kejahatan terhadap lingkungan
hidup diatur dalam bab tersebut. Di samping dalam UUPPLH, kejahatan terhadap
lingkungan hidup juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), misalnya dalam Pasal 187, Pasal 188, Pasal 202, Pasal 203, Pasal
502, dan Pasal 503 KUHP. Kejahatan terhadap lingkungan hidup juga terdapat
dalam peraturan perundang-undangan di luar KUHP dan di luar UUPPLH.
Misalnya dalam: Pasal 52 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria/UUPA; Pasal 31 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967 tentang Pertambangan; Pasal 11 UU No. 1 Tahun 1973 tentang
Landasan Kontinen Indonesia; Pasal 15 UU No. 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan; Pasal 16 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE) Indonesia; Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian; Pasal 24 UU No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan; Pasal 40
UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;Pasal 78 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; dan Pasal
94 ayat (1) dan (2). Pasal 95 ayat (1) dan (2) UU No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya. Dan Hukum lingkungan sebagai salah satu sistem hukum
harus dipandang dan ditempatkan sebagai “subsistem” dan satu kesatuan
dari sistem hukum hukum nasional secara keseluruhan. Oleh karena itu,
prinsip utama yang harus mendasari hukum lingkungan (termasuk peraturan

9
perundang-undangan –PPr mengenai PPLH) adalah pemikiran dasar yang
terkandung dalam UUD 1495 sebagai kaidah dasar yang melandasi PPLH
Indonesia dan kebijaksanaan nasional PPLH itu sendiri. Hal ini dapat dipahami,
oleh karena hukum lingkungan pada hakikatnya adalah sarana penunjang bagi
PPLH.

Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan berwawasan lingkungan menurut Pasal 1 Angka 3 Undang-


Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah upaya terencana yang memadukan aspek lingkungan,
ekonomi dan sosial kedalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup. Pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
mutu hidup manusia. Pada pelaksanaannya, pembangunan dihadapkan pada dua
sisi, yaitu jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi
dan sumber daya alam yang terbatas. Untuk menyelesaikannya dengan cara
pengelolaan sumber daya alam dengan bijaksana, pembangunan yang
berkesinambungan sepanjang masa dan peningkatan kualitas hidup.

Pembangunan berwawasan lingkungan memberi keberimbangan


perhatian tidak hanya pada lingkungan fisik, namun juga pada aspek
perekonomian dan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya, kemakmuran
rakyat, kelestarian fungsi, dan keseimbangan lingkungan hidup merupakan
indikator keberhasilan utama dalam keberlanjutan pembangunan berwawasan
lingkungan. (Hall & Pfeiffer, 2013; Jazuli, 2015). Dan menurut pendapat zaini M,
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah lingkungan yang terdiri
lingkungan alam, fisik, dan adanyakesadaran dari lingkungan sosial
masyarakat tertentu dalam sikap serta keperila- kuannya dilandaskan
pengetahuan mau- pun wawasan dengan upaya mencipta- kan kelestarian
lingkungan.

Pada umumnya sumber daya alam terdiri dari sumber daya alam yang
dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui. Sumber daya alam yang dapat

10
diperbarui merupakan kekayaan alam yang akan terus ada selama tidak
dieksploitasi secara berlebihan. Meskipun jumlahnya sangat banyak di alam,
penggunaan sumber daya ini harus dijaga supaya tetap berkelanjutan. Sedangkan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang
jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses
pembentukannya dan apabila digunakan secara terus menerus akan habis. Untuk
itu, penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui
harus diperhitungkan dengan baik. Supaya dapat meningkatkan mutu hidup
manusia dengan baik serta dapat mengatasi masalah kemiskinan. Kemiskinan
dapat menyebabkan bencana ekologi dan bencana lainnya. Hal ini terjadi karena
manusia akan berbuat apa saja untuk memenuhi kehidupannya seperti penebangan
hutan secara ilegal, pemakaian pestisida yang berlebih dan kegiatan lain yang
berdampak negatif pada alam. Merujuk ke UU PB, bencana adalah “peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis”. Ditilik dari sumber penyebabnya, UU PB tersebut
membedakan bencana ke dalam tiga kategori. Pertama, bencana alam yakni
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor. Kedua, bencana
non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Dan ketiga bencana sosial, yakni
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antar komunitas masyarakat, dan teror.

Dalam pengertian luas, strategi pembangunan berkelanjutan adalah


mengembangkan keselarasan antar umat manusia serta antara manusia dan alam.
Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan

11
pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri. Sementara Mannion menebutkan bahwa konsep sustainable development
adalah suatu kebutukan guna melakukan rekonsiliasi pembangunan
ekonomi, kualitas kehidupan, dan lingkungan dalam kerangka politik yang
beragam yang saling berkaitan pada tingkat internasional dan global.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna pembangunan
berkelanjutan tidak lepas dari kelestarian lingkungan. Lingkungan yang lestari
diharapkan dapat menopang kehidupan manusia. Dengan demikian, pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan mampu meningkatkanmutu hidup
generasi masa sekarang dan masa depan.

Pencapaian pembanguan berkelanjutan membutuhkan dukungan dari


berbagai sistem yaitu sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem
produksi, sistem internasional dan sistem administarsi. Dengan demikian,
pembangunan yang berkelanjutan bukanlah suatu keselarasan yang tetap
melainkan berupa proses pemanfaatan sumber daya, arah investasi,
pengembangan teknologi serta perubahan kelembagaan yang konsisten sehingga
pembangunan berkelanjutan akan berjalan dengan baik. Yang di perkuat dalam
oleh pendapat Pratiwi HP (2008) Pembangunan berwawasan lingkungan
mengandung makna mengolah sumber daya untuk meningkatkan
kesejahteraan masa kini, tanpa mengurangi kemampuan generasi masa
depan mengolah sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraannya. dan
Pembangunan berwawasan lingkungan memberi keberimbangan perhatian
tidak hanya pada lingkungan fisik, namun juga pada aspek perekonomian
dan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya, kemakmuran rakyat, kelestarian
fungsi, dan keseimbangan lingkungan hidup merupakan indikator keberhasilan
utama dalam keberlanjutan pembangunan berwawasan lingkungan (Hall &
Pfeiffer, 2013; Jazuli, 2015).

Pencemaran Lingkungan

12
Pencemaran menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Dalam Pasal 1 angka 14 Undang – Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran
lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dan
menurut Moertinah S (2010) Apabila dilihat dari bentuknya, pencemaran
yang disebabkan oleh limbah industri dapat berbentuk padat, cair, gas
maupun kebisingan. Sedang dilihat dari komponen - komponen pencemar
yang terkandung dalam limbah tersebut maka pencemaran yang terjadi
dapat dalam bentuk pencemaran fisika, kimia, biologis dan radioaktif.

2.2. Pencemaran Lingkungan


Manusia melakukan berbagai macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya masing-masing, seperti makan, mengembangkan pertanian, membuat
peternakan dan lain sebagainya. Untuk memenuhi hal-hal tersebut, diperlukan
peralatan untuk menunjang kegiatan atau aktivitas tersebut. Terjadi proses
pengolaan sumber daya yang disediakan oleh alam untuk menghadirkan
kebutuhan hidup tersebut, dan pada akhirnya akan timbul sisa-sisa limbah atau
sampah yang dibuang di sekitaran lingkungannya. Sumber daya alam menurut
Fajrul Drachman (2017) : “Sumber daya adalah sesuatu yang memiliki nilai guna.
Sumber Daya Alam (SDA) adalah keseluruhan faktor fisik, kimia, biologi dan
sosial yang membentuk lingkungan sekitar kita.......SDA adalah unsur-unsur yang
terdiri dari SDA nabati (tumbuhan) dan SDA hewani (satwa) dengan unsur non
hayati disekitarnya yang secara keseluruhan membentuk ekosistem. SDA
memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.”

13
Hal ini terjadi dikarenakan setiap aktivitas manusia pada dasarnya
merupakan proses pengubahan zat atau energi dari satu bentuk kedalam bentuk
yang lain. Dan tidak semua bahan yang digunakan dapat dipergunakan seutuhnya,
pastinya beberapa zat yang tidak terpakai akan menjadi sisa atau bisa disebut
entropy yang dikemudian hari menjadi sampah atau limbah yang masuk atau
dimasukkan kedalam lingkungan. Seperti yang dikatakan oleh Haruna, dkk (2019)
“Setiap proses tersebut tidak didapat sepenuhnya mampu diubah, melainkan selalu
ada sisa atau disebut entropy yang kemudian menjadi sampah atau limbah yang
masuk atau dimasukkan ke lingkungan, sampah atau limbah ini kemudian akan
menurunkan kualitas lingkungan jika tidak dikelola dengan baik”
Contoh sederhana entropy adalah ketika makan, tidak semua makanan yang
dimakan dapat diproses di perut dan menjadi energi, karena beberapa zat yang
tidak diperlukan pasti akan dibuang otomatis oleh tubuh dan ada dalam bentuk
kotoran atau tinja. Sama dengan kegiatan industri, tidak semua bahan mampu
diubah menjadi produk industri, melainkan akan menjadi sampah atau limbah
yang dikemudian hari akan menurunkan kualitas lingkungan jika pengelolaannya
tidak dilakukan dengan baik.
Pencemaran lingkungan hidup merupakan salah satu masalah lingkungan
yang sedang dihadapi dunia saat ini. Seperti menurut Darwis Darmawan dan Siti
Fadjarajani (2016) : “Masalah lingkungan hidup merupakan gejala dari sikap
pembangunan yang kurang menyadari pentingnya pelestarian lingkungan hidup.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kemajuan
disegala bidang, sekaligus menimbulkan dampak lingkungan yang tidak
diinginkan.” Pencemaran lingkungan sudah ada sejak berabad-abad lalu. Meski
mulai signifikan seiring bangkitnya revolusi industri.
Pencemaran lingkungan sendiri merupakan suatu perubahan pada
lingkungan yang tidak dikehendaki karena bisa mempengaruhi kegiatan,
kesehatan dan keselamatan makhluk hidup. Perubahan tersebut terjadi disebabkan
oleh suat zat pencemar yang disebut dengan polutan. Suati zat bisa dikatakan
polutan jika bahan atau zat asing tersebut melebihi jumlah normal, berada pada
tempat yang tidak semestinya dan berada pada waktu yang tidak tepat.

14
Lingkungan yang tercemar akan mengakibatkan keadaan ekosistem tidak
seimbang akibat masuknya polutan terhadap lingkungan tersebut. Seperti yang
dikemukakan Nofadila Q. Ayyun, dkk (2015) dalam jurnalnya : “Habitat yang
tercemar akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan spesies
mikroskopik ini menjadi terganggu. Hal tersebut akan mengakibatkan
ketidakseimbangan ekosistem.”
Sementara menurut Arnita Dewi Putri (2018) dalam jurnalnya, “Perusakan
lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung
atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup.”
Jadi yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan berdasarkan Undang-
Undang Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009 adalah masuk atau dimasukkannya
makluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
ditetapkan. Undang-Undang ini ditegakkan untuk menjaga dan melindungi
lingkungan dari pencemaran oleh tangantangan yang tidak bertanggungjawab,
seperti yang dikatakan David Aprizone Putra (2017) : “.....menjamin kepastian
hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, melalui penjatuhan sanksi
pidana yang cukup berat didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.”
Selain itu menurut pendapat I Putu Sastra Wibawa (2016), beliau
menegaskan bahwa “Melalui undang-undang ini juga, Pemerintah memberi
kewenangan yang sangat luas kepada pemerintah daerah dalam melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah masing-masing yang
tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.”

Pencemaran dapat dibedakan berdasarkan kategori tempat terjadinya,


macam-macam bahan pencemar, dan tingkat pencemaran.
Pencemaran lingkungan menurut tempat terjadinya.
a. Pencemaran udara            

15
Pencemaran udara adalah pengotoran akibat masuknya zat asing atau
pencemar ke dalam udara secara berlebihan. Ini meupakan kondisi dimana
terdapat banyak substansi zat, baik itu fisik, kimia dan juga biologi yang
terdapat di dalam lapisan atmosfer. Jika jumlah substansi tersebut melebihi
batasan normal, maka akan menyebabkan bahaya bagi makhluk hidup di
sekitarnya. Karena di sana terjadi percampurnya unsur-unsur berbahaya
kedalam atmosfer yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan pada kesehatan manusia dan secara umum menurunkan kualitas
lingkungan.
Zat pencemar udara dapat berupa asap, debu dan gas buangan bahan bakar
fosil (berasal dari minyak tanah dan batu bara). Pencemaran udara dapat terjadi
dimana saja, mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan, dan saat ini
sudah menjadi gejala global, padahal udara merupakan hal terpenting yang
dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Seperti yang dikatakan oleh Ismiyati,
Devi Marlita dan Deslida Saidah (2014) dalam jurnalnya : “Udara adalah
faktor penting dalam kehidupan, namun, di era modern, sejalan dengan
perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat industri, serta
berkembangnya transportasi, telah menyebabkan kualitas udara mengalami
perubahan. Dari yang mulanya segar, kini, kering dan kotor akibat dari
terjadinya pencemaran udara....”
Penyebab terjadinya pencemaran udara terbagi menjadi dua, yaitu alami
yang diakibatkan oleh fenomena alam (gunung meletus, kebakaran hutan,
debu) dan hasil perbuatan tangan manusia (asap yang dikeluarkan dari
kendaraan bermotor, debu/serbuk dari kegiatan industri). Adibatul Ardianto.
dkk. (2016) “Sumber polusi udara salah satunya adalah gas buang kendaraan
bermotor, gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar terjadi pada mesin
kendaraan. Tingkat deteksi aplikasi dari sistem pembuangan kendaraan
bermotor yang dibuat digunakan untuk mendeteksi jumlah kadar gas H2, gas
EtOH dan gas CO dengan menggunakan sensor TGS2201.”
Hampir sama dengan pendapat sebelumnya, menurut Luqmanul Hakim,
Priambudi Trie Putra dan Azka Lathifa Zahratu (2017) : “Di kota-kota besar,

16
bertambahnya kendaraan bermotor merupakan masalah tersendiri yang cukup
rumit dan memberi dampak negatif terhadap lingkungan, berupa gas buang dari
knalpot serta bunyi yang ditimbulkan. Gangguan menimbulkan pencemaran
pada udara atau polusi udara yang tentunya akan mengganggu keseimbangan
alam khususnya manusia...”
Dampak pencemaran udara dapat berskala mikro maupun makro. Pada
skala mikro. Pencemaran udara berdampak pada kesehatan manusia, seperti
udara yang tercemar gas karbon monoksida (CO) jika dihirup seseorang akan
menimbulkan keracunan dan kematian. Dampak pencemaran udara berskala
makro, misal fenomena hujan asam dalam skala regional, sedangkan dalam
skala global adalah efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon.
Gas pencemar udara yang mengandung zat berbahaya antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Gas Karbonmonksida (CO). Dikenal dengan sebutan gas pembunuh
yang membuat mati lemas karena daya ikatnya terhadap hemoglobin
melebihi daya ikat oksigen.
2. Gas Karbondioksida (CO2). Gas CO2 yang berlebihan di udara akan
menyebabkan efek rumah kaca, sehingga akan berdampak pada
pemanasan suhu bumi sehingga mengakibatkan global warming.
3. Gas Belerang (SO2) dan Nitrogen Oksida (NO2). Gas ini turun bersama
air hujan menyebabkan partikel rintikan hujan mengikat senyawa asam.
Yang lama kelamaan akan merusak mikro organisme
Seperti yang di jelaskan oleh Evi Naria (2005) : “Beberapa bahan
pencemar yang terdapat pada lingkungan adalah karbon monoksida (CO),
nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida (SO2), dan partikel. Partikel merupakan
padatan yang sangat halus, umumnya berukuran kurang dari 10 µ, dapat
melayang – layang di udara, dan ketika kita bernafas padatan ini dapat masuk
ke dalam saluran pernafasan kita. Semakin kecil ukuran partikel yang ikut
masuk ketika kita bernafas, maka semakin besar kemungkinan untuk sampai ke
paru-paru. Partikel yang banyak terdapat di lingkungan di antaranya adalah
debu, dan timbal.

17
b. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah adalah masuknya polutan (bahan pencemar) berupa
bahan cair, atau padat ke suatu area tanah. Bahan cair atau padat tersebut
seperti limbah rumah tangga, pertambangan (industri), dan kegiatan pertanian
(penggunaan pestisida yang berlebihan terhadap tanah). Pencemaran dapat
terjadi apabila ada bahan-bahan asing baik organik maupun anorganik berada
dipermukaan tanah dan menyebabkan tanah menjadi rusak atau tidak dapat lagi
menjadi daya dukung bagi kehidupan manusia.
Abdurachman Adimihardja : “Selain terdegradasi oleh erosi, lahan per-
tanian juga mengalami penurunan kualitas akibat penggunaan bahan
agrokimia, yang meninggalkan residu zat kimia dalam tanah atau pada bagian
tanaman seperti buah, daun, dan umbi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
residu insektisida pada beras dan tanah sawah di Jawa, seperti organofosfat,
organoklorin, dan karbamat (Ardiwinata et al. 1999; Harsanti et al.,1999;
Jatmiko et al. 1999). Pencemaran tanah juga terjadi di daerah pertambangan,
seperti pertambangan emas liar di Pongkor, Bogor, yang menyebabkan
pencemaran air raksa (Hg) dengan kadar 1,27-6,73 ppm sampai jarak 7-10 km
dari lokasi pertambangan.”
Dalam keadaan normal tanah dapat memberikan daya dukung bagi
manusia, baik untuk keperluan pertanian, peternakan, kehutanan maupun untuk
pemukiman.
Sampah dalam jumlah banyak, berperan besar dalam pencemaran tanah.
Tanah yang mengandung sampah diatasnya akan menjadi tempat hidup
berbagai bakteri penyebab penyakit. Pencemaran oleh bakteri dan polutan
lainnya dari sampah akan mengurangi kualitas air tanah. Air tanah yang
menurun kualitasnya dapat terlihat dari perubahan fisiknya. Perubahan fisik,
misal berbau, berwarna, berasa, bahkan terdapat lapisan seperti minyak.
Beberapa jenis sampah, seperti plastik, dan logam yang merupakan sampah
anorganik, sulit terurai sehingga berpengaruh pada kemampuan tanah
menyerap air.

18
Menyinggung pembicaraan tentang sampah sebagai pencemar lingkungan,
menurut Sri Wahyono (2001) : “Sampah adalah padatan yang sudah tidak
terpakai lagi dan dibuang. Sampah dapat berasal dari kegiatan kita sehari-hari
atau berasal dari industri, tempat-tempat komersial, pasar, taman dan kebun,
dsb. Dari kandungan materinya, sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu
sampah organik (sampah yang berasal dari bagian hewan, tumbuhan dan
manusia) dan sampah anorganik (sampah yang berasal dari bahan mineral
seperti logam, kaca, plastik, dsb).”
Sifat polutam pencemar tanah dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Biogradable. Polutan yang dapat diuraikan oleh proses alam, contoh :
kayu, kertas, sisa makanan, dedaunan.
2. Non biogradable. Polutan yang sulit untuk terurai dalam proses
alamiah. Contoh : Plastik, gelas, pestisida, radioaktif, logam toksit.

c. Pencemaran Air
Pencemaran air merupakan perubahan zat atau kandungan di dalam air,
baik air sungai, danau maupun air laut karena tercampur oleh zat pencemar.
Bahkan saat ini juga sudah terdapat pencemaran pada air tanah. Penyebab dari
pencemaran air ini lebih banyak diakibatkan oleh ulah manusia. Hal ini
tentunya sangat berbahaya jika dibiarkan saja dan tidak mendapatkan
pencegahan karena air baik itu di dalam sungai, danau, laut dan air tanah
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Ada berbagai fungsi dari air
yang sangat membantu kehidupan manusia karena selain bisa menjadi sumber
dari kehidupan, diantaranya meliputi sebagai bahan baku air minum, untuk
digunakan sebagai irigasi pertanian dan perkebunan, saluran pembuangan air
limbah dan juga fungsi air hujan serta mampu menjadikan alternatif objek
wisata.
Air juga bisa mengalami perubahan zat di dalamnya seperti halnya jika
terjadinya fenomena alam seperti gunung meletus, penyebab banjir, kekeringan
dan lainnya namun ini tidaklah menjadikan sebagai penyebab dari pencemaran

19
air karena lebih difokuskan pada apa yang diperbuat oleh manusia sehingga
menyebabkan pencemaran air ini.
Adanya pembuangan sampah organic yang biasanya dihasilkan oleh
limbah rumah tangga seperti halnya air comberan di selokan, sampahnya buang
begitu saja ke air dapat membuat oksigen di dalam air menjadi berkurang dan
terganggu sehingga makhluk hidup air juga akan mengalami gangguan pada
kehidupannya serta ruang publik untuk kehidupan. Jika ini terus berlanjut maka
akan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem air.
Menurut N. M. Heriyanto (2011) : “Bahan pencemar dari limbah industri
dapat mencemarkan air sungai dan berdampak negatif yaitu terjadinya
perubahan ekosistem muara berupa perubahan temperatur, pH, BOD dan COD
serta kandungan logam berat yang sangat mempengaruhi kehidupan flora dan
fauna perairan. Limbah ini biasanya berasal dari industri maupun rumah tangga
yang melibatkan unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium
(Cd), Merkuri (Hg), Krom (Cr),Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
dan Cuprum (Cu). Limbah tersebut umumnya merupakan limbah yang tidak
dapat atau sulit didegradasi oleh mikroorganisme, sehingga akan terjadi
akumulasi.”
Selain itu jika air sudah bercampur dengan limbah zat kimia maka tidak
bisa digunakan lagi oleh semua makhluk hidup termasuk manusia karena sudah
tidak aman lagi dan memiliki racun di dalamnya. Dan ketika suatu genangan
air dicemari limbah plastik, akan terjadi penumpukan dan menimbulkan
masalah lain karena limbah pelastik merupakan bahan yang sulit untuk terurai
secaa alami seperti yang dikatakan oleh, bahwa Ririn Setyowati dan Surahma
Asti Mulasar (2013) : “Limbah plastik yang tidak bisa terurai oleh bakteri
merupakan masalah yang serius bagi pencemaran tanah. Alangkah baiknya jika
limbah plastik tersebut dapat digunakan lagi dengan mendaur ulang dan
dijadikan produk baru.”

2.3. Kelestarian Lingkungan

20
Secara umum, lingkungan tempat tinggal manusia terbagi menjadi 2 yakni
lingkungan alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam merupakan lingkungan
yang diciptakan Tuhan untuk manusia dan makhluk hidup lainnya. Handarati &
Yuniarti (2015): “Dalam penggalian sumber – sumber alam harus tetap dijamin
adanya pelestarian alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak,
terjadinya autogenerasi dari sumber alam tersebut”

Lingkungan alam ini bisa berubah- ubah kondisinya dari waktu ke waktu.
perubahan kondisi lingkungan alam tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor
seperti bencana alam yang dapat menimbulkan kerusakan.

Selain faktor bencana alam, kerusakan lingkungan alam juga bisa


diakibatkan oleh buruknya perilaku manusia. Agar tidak terjadi kerusakan
lingkungan alam, manusia sebagai makhluk paling cerdas di bumi harus berperan
aktif dalam melestarikan lingkungan alam. Berikut adalah beberapa cara menjaga
kelestarian lingkungan alam. Hanifati (2015) : Perencanaan pembangunan
infrastruktur di Indonesia selama ini sangat jarang mempertimbangkan aspek
lingkungan.

A. Melestarikan Sumber Daya Air

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap makhluk hidup. Semua
makhluk akan mengalami kesulitan bertahan hidup jika kekurangan konsumsi air.
Manusia menggunakan air untuk mandi, cuci dan kakus. Binatang memerlukan air
sebagai salah satu sumber energi, sedangkan tumbuhan membutuhkan keberadaan
air untuk bisa tumbuh dan berkembang. Lingkungan alam menyediakan banyak
air yang melimpah, contohnya air tanah, air laut, air sungai dan air danau.

Keberadaan air yang melimpah ruah di lingkungan alam itu harus lah dilestarikan
dan dilindungi dari pencemaran air. Beberapa polutan yang dapat mencemari air
diantaranya adalah sampah,serta pencemaran limbah, seperti limbah rumah tangga
dan limbah industri.

Mira Rosana (2018) :Pengamanan (Safeguarding) terhadap kelestarian SDA dan


lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam

21
rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan
datang.

Diantara ciri ciri pencemaran air yaitu air menjadi keruh, memiliki bau tak sedap
dan mengandung zat serta bakteri yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Untuk
mencegah terjadinya pencemaran air, kita harus berperan aktif dalam melestarikan
sumber daya air. Beberapa cara menjaga kelestarian air yaitu :

 Menghilangkan kebiasaan membuang sampah di sungai. Membuang


sampah di sungai dapat mencemari air sungai yang bermuara di laut, dan
pada akhirnya mencemari air laut dan ekosistem pantai
Febrina Zulmi ( 2017) : Jika membuang sampai ke sungai sering
dibiasakan dan terus berkelanjutan tanpa ada kepedulian dari masyarakat
sehingga kerusakan lingkungan telah jelas nyata di depan mata.

 Menggalakan penanaman pohon, terutama jenis- jenis pohon yang akarnya


banyak menyerap air.
 Menjaga kelestarian hutan, terutama hutan hujan tropis yang banyak
menyimpan sumber- sumber air.
 Tidak boros air. Kita harus bijak dalam menggunakan air meskipun
tersedia banyak air bersih di lingkungan tempat tinggal kita.
Arif Dwi Santoso (2018) : Standar kebutuhan yang layak artinya pola
konsumsi manusia tidak boleh melebihi standar kebutuhan yang layak
dalam memanfaatkan SDA.
 Tidak membuang limbah berbahaya ke dalam aliran air sungai. Setiap
industri harus melakukan pengelolaan limbah yang baik agar limbah yang
dibuang tidak menimbulkan bahaya dan kerusakan bagi lingkungan alam.
 Melestarikan Udara Bersih

B. Melestarikan Udara

22
Kebutuhan pokok makhluk hidup selain air adalah udara. Setiap makhluk yang
bernafas membutuhkan udara yang disebut dengan oksigen.Zulfikar Irhas
(2017) : Manusia sebagai anggota masyarakat harus berpartisipasi menentukan
kebijakan pengelolaan SDA dan pelestarian alam. Dahulu kala manusia bisa
merasakan udara bersih dimana saja. Udara yang bersih bukan berarti tidak bisa
Tidak seperti udara pegunungan dan pedesaan, udara perkotaan sudah banyak
tercemar. Adirini Pujayanti (2014) : Pelestarian fungsi lingkungan hidup diartikan
sebagai rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya
tamping lingkungan hidup, salah satunya pelestarian udara. Beberapa penyebab
pencemaran udara yaitu asap kendaraan, asap hasil pembakaran industri, asap
pembakaran batu bara, asap rokok dan kebakaran hutan. Beberapa cara untuk
melestarikan udara agar tetap bersih dan terhindar dari pencemaran yaitu :

 Menyaring asap hasil pembakaran proses industri. Jika asap yang dibuang
melalui cerobong- cerobong milik industri tidak di filter, maka dapat
menimbulkan terjadinya hujan asam. Hal ini dikarenakan asap industri
mengandung gas- gas berbahaya.
 Menghindari penggunaan bahan bakar batu bara dan mencari alternatif
bahan bakar yang ramah lingkungan.
 Meminimalisir faktor- faktor penyebab kebakaran hutan. Asap yang
dihasilkan oleh kebakaran hutan cukup berbahaya bagi kesehatan manusia.
 Tidak menggunakan peralatan rumah tangga yang mengandung CFC. CFC
tersebut dapat menjadi penyebab pemanasan global.
 Meminimalisir penggunaan kendaraan motor pribadi dan membiasakan
menggunakan transportasi umum atau berjalan kaki.
 Menanam pohon di sekitar tempat tinggal dan di tepi- tepi jalan raya,
terutama pohon yang banyak menyerap gas karbondioksida.
 Melestarikan Kesuburan Tanah
Ulin Niam Masruri (2014) : Hubungan positif antara etika lingkungan
dengan pastisipasi dalam pelestarian udara yang ada dialam semesta,
sangat dibutuhkan

23
C. Melestarikan Tanah

Negara kita memiliki sumber daya berupa tanah yang subur, bahkan Indonesia
terkenal dengan negara agraris karena sebagian besar penduduknya bercocok
tanam. Unsur hara yang berada dalam tanah yang subur lama kelamaan akan habis
sehingga tanah menjadi tandus. Tanah yang tandus akan sulit digunakan untuk
bercocok tanam lagi. Eka Ariwidodo (2014) : Melakukan pelestarian tanah yang
tandus merupakan pelestarian lingkungan yang sangat besar di muka bumi

Untuk menghindari hal itu, kita harus melestarikan kesuburan tanah. Beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan kesuburan tanah yakni memupuk
tanah, mendaur ulang sampah plastik yang sulit terurai oleh tanah, dan mengelola
lahan tandus. Di bawah ini adalah penjabaran masing- masing cara melestarikan
kesuburan tanah :

 Cara yang pertama yakni memupuk tanah – Tujuan dari memupuk tanah
ini tentu saja untuk menyuburkan tanah agar selalu dapat digunakan untuk
bercocok tanam. Dengan memberikan pupuk pada tanah maka unsur hara
di dalam tanah tidak akan cepat habis. Akan lebih baik jika menggunakan
pupuk organik dari pada pupuk anorganik. Hal ini dikarenakan
penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dapat menyebabkan
pencemaran.
 Cara yang kedua adalah mendaur ulang sampah plastik – Kegiatan ini
perlu dilakukan karena sampah plastik menjadi salah satu penyebab utama
pencemaran tanah. Seperti yang kita ketahui bahwa sampah plastik ini
sangat sulit untuk diuraikan karena tidak bisa membusuk secara alami.
Berbeda dengan sampah organik seperti daun daunan kering yang bisa
terurai secara alami sehingga dapat dijadikan kompos yang juga
bermanfaat untuk kesuburan tanah.
 Cara yang ketiga yaitu mengelola lahan yang tandus – Lahan yang tandus
tidak bisa dibiarkan begitu saja. Meski sulit digunakan untuk bercocok

24
tanam karena tidak adanya unsur hara di dalam tanah, tetapi masih ada
jenis- jenis pohon yang bisa ditanam di lahan tandus. Hal ini lebih baik
dari pada membiarkan lahan tandus ditumbuhi ilalang. Pohon- pohon yang
tumbuh dilahan tandus nantinya dapat membantu kesuburan lahan
tersebut. Ketika daun- daun dari pohon mengering dan berjatuhan di tanah,
maka lama kelamaan daun akan membusuk dan menjadi pupuk alami bagi
tanah.
Nyoman Dara Paramita (2015) : Pada dasarnya manusia lebih mengetahui
perubahan – perubahan yang ada di lingkungannya, baik itu pencemaran
air, pelestarian hutan, berfungsinya kembali lahan yang sudah tandus
ataupun kehidupan dengan udara yang sehat.
 Melestarikan Hutan
D. Melestarikan Hutan

Wahyu Lukito (2018) : Indonesia adalah negara maha keanekaragaman


hayati.Hutan tropis Indonesia menjadi paru- paru dunia dan mengandung
keanekaragaman hayati luar biasa yang sangat berpotensi bagi umat manusia.

Hutan adalah lingkungan alam yang mengandung banyak sumber daya. Terdapat
berbagai macam tanaman dan satwa yang mendiami hutan. Ekosistem hutan
sangat penting, tidak hanya bagi kelangsungan hidup penghuninya tetapi juga bagi
manusia.Rohana Sufia (2016) : Sebagai suatu sistem, lingkungan harus tetap
terjaga sehingga sistem itu dapat berjalan dengan teratur dan memberikan manfaat
bagi seluruh anggota ekosistem. Oleh karena itu kelestarian hutan harus tetap
dijaga agar tidak terjadi kerusakan hutan). Beberapa cara menjaga kelestarian
hutan yakni :

 Melakukan penanaman kembali hutan yang gundul


Anitarakhmi Handaratri ( 2015) : Penghijauan atau reboisasi merupakan
salah satu cara dalam pelestarian lingkungan yang jelas mengandung
banyak manfaat bagi manusia.
 Menjadikan hutan sebagai cagar alam.

25
 Menjaga keberadaan satwa yang berada di dalamnya, karena pohon-
pohon dan satwa saling bergantung satu dengan yang lain.
 Melaksanakan sistem tebang pilih, dimana hanya pohon- pohon yang
cukup umur saja yang boleh ditebang. Abdul Karim ( 2017) : Upaya
restorasi Hutan yang dipelopori oleh LSM Internasional dianggap efektif
untuk pemulihan kawasan.
 Melakukan sosialisasi pada masyarakat di sekitar hutan agar ikut serta
menjaga kelestarian hutan dan mengurangi ketergantungan mereka
terhadap hutan.

Azhar (2015) : Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang
masihpenuh sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada
mereka.

26
2.4. Faktor Penyebab Pencemaran Lingkungan
Pembukaan lahan untuk industri juga salah satu penyebab faktor terjadinya
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan bisa juga terjadi karena
ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur. (Suciati Alfi Rokhani) “Pencemaran
lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan
sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu.
Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam
atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau
perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi
sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. Dalam usaha merubah
lingkungan hidup manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat
menimbulkan masalah yang disebut pencemaran.” Pemerintah harus lebih tegas
dalam menanggapi persoalan pencemaran yang ada saat ini.
Majunya perkembangan zaman sekarang ini, dan pesatnya pembangunan
yang ada memberikan dampak buruk pada ekosistem lingkungan yang ada
terutama pada pencemaran air. Bertambahnya pemukiman dan industri semakin
memperparah pencemaran lingkungan (Muhammad Dawud, Idi Namara, Nurul
Chayati, Fadhilla Muhammad LT) Bahwa “Pembangunan yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup manusia, disisi lain sangat berpengaruh buruk
terhadap kondisi alami perairan melalui peningkatan senyawa baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya.Semakin banyaknya kegiatan pembangunan
menyebabkan pencemaran air seperti : pemukiman, industri dan pertanian,
banyaknya limbah yang dihasilkan karena kegiatan tersebut mengakibatkan
konsentrasi limbah melebihi daya asimilasi (kemampuan menetralisasi) badan
bisapenurunan kualitas air untuk kepentingan bahan baku air minum dan irigasi
pertanian.” Jika ingin membuat pembangunan maka harus pula menyediakan air
yang brtkualitas dan juga memperhatikan kuantitasnya.
Pencegahan pencemaran lingkungan bisa dengan melakukan tindakan
kegiatan kebersihan, keamanan dan ketertiban. Menghadapi globalisasi dan
perdagangan kita harus memperhatikan kondisi kebersihan lingkungan agar tidak
banyak tercemar. Harus ada undang-undang yang dipatuhi untuk melindungi

27
lingkungan (Aris Wahyudi, E. Lubis, A.B. Pane) “Menghadapi globalisasi dan
perdagangan bebas di kalangan MEA sudah menjadi prasyarat mutlak untuk
memperhatikan kondisi lingkungan di kawasan pesisir dan pelabuhan agar terjaga
kebersihannya dengan baik. Peraturan ini bertujuan untuk menjamin kebersihan
lingkungan baik pada proses produksi, pemasaran, pengola-han, maupun
distribusi ikan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Ling-kungan Hidup menyatakan bahwa pencegahan pencemaran
merupakan suatu kegiatan dengan mengupayakan secara dini, terencana, terpadu,
dan terukur agar aktivitas-aktivitas para penguna pelabuhan perikanan di kawasan
pelabuhan perikanan tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.”
Penting bagi kita semua untuk menjaga dan melindungi lingkungan yang kita huni
ini. Karena (Zulfikar Jayakusuma) “Pencegahan pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup sebagai instrumen administrasi lingkungan lebih diutamakan
daripada harus menerapkan sanksi ketika telah terjadi pencemaran dan/atau
kerusakan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan, karena tidak semua lingkungan
hidup dapat diperbaiki dan dipulihkan kembali seperti semula ketika telah
tercemar atau rusak yang berakibat pada penurunan kualitas lingkungan itu
sendiri.” Dan kembali lagi pada kualitas kita menjaga lingkungan ini, kita harus
senantiasa bertanggung jawab untuk selalu menjaga lingkungan dan membuatnya
lebih baik lagi dengan mengurangi penyebab pencemaran itu.
Pencemaran lingkungan terjadi karena berbagai kegiatan manusia,
diantaranya kegiatan transportasi, industri dan lain-lain. Pencegahan pencemaran
udara melalui transportasi bisa diatasi dengan mengurangi kendaraan bermotor,
dan mulai lah menggunakan kendaraan alternatif atau lainnya “Pencemaran udara
diantaranya terjadi karena banyaknya bahan-bahan pencemar dari kendaraan
bermotor. Untuk mengurangi pencemaran tersebut, sebaiknya manusia mulai
mengurangi pemakaian kendaraan bermotor yang konsumsi bahan bakarnya tinggi
dan memilih kendaraan bermotor yang berteknoligi ramah lingkungan. Cara
lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan alternatif berbahan
bakar listrik, tenaga surya atau jika memungkinkan menggunakan sepeda.” Dan
menurut (Dr. Devi Nuraini Santi) Bahwa “Pencemaran Pb di dalam udara berasal

28
dari gas buang kendaraan bermotor, dimana zat pencemar tersebut berdampak
yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Untuk mengendalikan pencemaran Pb
tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan teknis yaitu dengan mengupayakan
pembakaran sempurna dan mencari bahan bakar alternatif.” Jadi kita bisa
menggani bahan bakar kita menggunakan tenaga surya salah satunya, karna polusi
udara sekarang ini sudah sangat amat tidak baik.
Sampah juga menjadi salah satu pencemaran yang paling banyak terjadi dan
keberadaanya tidak dapat dihindari, banyak bahan-bahan berbahaya yang ada di
dalam sampah yang mengandung unsur timbal dan pencegahannya bisa
menggunakan leachate karena bisa mengidentifikasi adanya logam berat. (Sri Puji
Ganefati, Joko Prayitno Susanto, dan Agus Suwarni) Bahwa Leachate yang
berwarna keruh mengidentifikasikan adanya kandungan logam berat dengan
konsentrasi yang cukup tinggi dan melebihi Baku Mutu Limbah Cair. Keadaan ini
dapat dikatakan bahwa di dalam sampah yang ada di TPA terdapat limbah B3.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Jakarta mengelompokkan pengolahan
leachate dalam 4 (empat) kriteria yaitu:
1) Pengolahan dengan Teknologi sederhana
2) Pengolahan dengan biaya investasi murah
3) Pengolahan dengan biaya operasi murah dan
4) Pengolahan dengan pengoperasian alat mudah.
Air limbah industri organik tinggi dapat menyebabkan pencemaran air,
proses anaerobik merupakan alternatif untuk mengolah limbah industri organik
tinggi. Anaerob bertujuan untuk membantu dalam mengelola air limbah sehingga
tidak mengganggu lingkungannya. (Sri Moertinah) “Reaktor anaerob jenisnya
bermacam-macam. Pada saat ini sudah ditemukan pengolahan anaerobik dengan
laju pengolahan yang lebih cepat, stabil dengan rentang beban organik, tahan
terhadap perubahan debit yang masuk, karakteristik limbah serta tidak
memerlukan pengadukan. Diketemukan pula selain air limbah organik tinggi yang
dapat diurai mikroorganisme, ternyata yang tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme juga dapat diolah dengan teknologi anaerobik. Dengan adanya
peningkatan dan pengembangan maka lebih banyak keuntungan yang dapat

29
diperoleh dari penggunaan teknologi anaerobik tersebut, walaupun ada
kelemahannya.” Jadi proses anaerob ini sangat membantu untuk menanggulangi
masalah limbah organik sekalipun. Limbah kegiatan industri sudah sangat
mengancam mekanisme alam terutama air ada beberapa cara untuk
menanggulangi masalah pencemaran air :
1. Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau
mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.
2. Tidak membuang sampah ke sungai.
3. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
4. Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang
nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak
ekosistem.
5. Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air
bersih lainnya tidak tercemar.
6. Cara penanggulangan pencemaran air lainnya adalah melakukan
penanaman pohon. Pohon selain bisa mencegah longsor, diakui
mampu menyerap air dalam jumlah banyak. Itu sebabnya banyak
bencana banjir akibat penebangan pohon secara massal.
Jadi sebenarnya banyak cara untuk menanggulangi masalah pencemaran
lingkungan, tapi kita juga sebagai manusia harus bisa merawat dan menjaga alam
ini agar tidak banyak tercemar lagi.
Pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan sangat mempengaruhi
keindahan dan kelestarian alam, maka dari itu penting untuk menaggulangi
masalak pencemaran dan kerusakan lingkungan. (Anak Agung Gede Sugiarta)
“Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara
menyeluruh oleh Pemerintah Kota Denpasar dan masyarakat untuk mengurangi
peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara di Kota Denpasar.” Jagalah
dan lestarikanlah alam kita jangan terus menerus dirusak, kita harus lebih sadar
dan bertanggung jawab. Pencemaran udara saat ini memang sangat
mengkawatirkan apalagi sekarang ini masalah pembakaran sisa batu bara yang
dibakar menyebar ke atmosfer yang menjadi pemicu pencemaran udara,

30
penanggulangan limbah batu bara bisa dari pemanfaatan limbah batu bara agar
tidak menjadi pencemaran udara. (Sri Prabandiyani Retno Wardani) “Pemanfaatan
limbah batubara (fly ash) akan sangat membantu program pemerintah dalam
mengatasi pencemaran lingkungan sekaligus sebagai bahan stabilisasi tanah untuk
konstruksi jalan, pada tanah-tanah yang secara teknis bermasalah maupun
keperluan lain dibidang teknik sipil.” Pemanfaatan seperti ini akan banyak
mengurangi pencemaran diudara, maka dari itu kita harus senantiasa menjaga
alam ini.
Kembali lagi pada masalah pencemaran air, dan ditemukan alternatif
sebagai upaya pengendalian pencemaran air yaitu bioremediasi. (Bambang
Priadie) “Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih
untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar
polutan tersebut. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi
tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya.
Sehubungan dengan bioremediasi, Pemerintah Indonesia telah mempunyai payung
hukum yang mengatur standar baku kegiatan Bioremediasi dalam mengatasi
permasalahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan perminyakan serta
bentuk pencemaran lainnya (logam berat dan pestisida) melalui Kementerian
Lingkungan Hidup, Kep Men LH No.128 tahun 2003, tentang tatacara dan
persyaratan teknis dan pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi
oleh minyak bumi secara biologis (Bioremediasi) yang juga mencantumkan
bahwa bioremediasi dilakukan dengan menggunakan mikroba lokal.” Semoga
semakin banyak yang menggunakan metode alternatif bioremediasi ini agar
pencemaran airn semakin berkurang, dan tidak bertambah. Dan sudah ada juga
peraturan pemerintah tentang pengelolaan kualitas dan pencemaran air. (Elvi Roza
Syofyan, Aguskamar) “Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di
Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini
meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya
serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air

31
adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).” Peraturan ini harus sangat
ditanggapi dengan serius karena ini juga menyangkut masalah kesehatan.
Untuk mengatasi pencemaran air dibutuhkan upaya strategi pengendalian
dalam rangka penanggulangan pencemaran air, dan memerlukan kriteria dan
alternatif untuk mencapai tujuan tersebut. (Dyah Agustiningsih, Setia Budi
Sasongko, dan Sudarno) “Strategi pengendalian pencemaran air memerlukan
serangkaian kriteria dan alternatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai
dengan kondisi dan kemampuan sumber daya yang ada. Strategi pengendalian
pencemaran air dirumuskan berdasarkan wawancara mendalam dengan keyperson
serta berdasarkan hasil AHP (Analytic Hierarchy Process) . Kriteria dan alternatif
untuk mencapai tujuan strategi pengendalian pencemaran air disusun berdasarkan
hasil survey lapangan serta diskusi terhadap keyperson yang berkompeten dalam
pengendalian pencemaran air.” Dan untuk menanggulagi masalah pencemaran air
laut itu dengan cara masyarakat berpartisipasi menjaga kebersihan laut, dan
mereka mengambil sampah yang ada dilaut agar terus berkurang jumlahnya. Dan
ada 3 cara penanggulangannya:
1) Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga
untuk menetralkan pencemaran laut yang disebabkan tumpahan
minyak dari ledakan ladang minyak.
2) Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap
logam berat. Salah satu tumbuhan yang digunakan untuk hal itu adalah
pohon api-api. Pohon api-api memiliki kemampuan akumulasi logam
berat yang sangat tinggi.
3) Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran
serta masyarakat.
Cara menanggulagi masalah pencemaran itu sebenarnya mudah, mulailah
dari diri sadar sadar akan melestarikan dan manjaga alam kita ini agar tidak
tercemar contoh kecilnya adalah dengan tidak lagi membuang sampah
sembarangan.

32
2.5. Upaya Mencegah Pencemaran Lingkungan

Dalam upaya yang bisa dilakukan dalam mencegah pencemaran lingkungan


pemerintah mengeluarkan aturan surat izin untuk para pengusaha yang ingin
membuka usaha. Surat izin itu bernama analisis dampak lingkungan atau
disingkat dengan nama AMDAL. Dalam hal ini AMDAL berguna mencegah
potensi alam tidak rusak terutama pada sumber daya alam yang tidak bisa
diperbaharui, hal ini sependapat dengan Sumadi Karol Yakin (2017: 122)

Secara khusus AMDAL berguna dalam hal:

1. Mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak rusak,
terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
2. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap
sumber daya alam lainnya, proyek-proyek lain, dan masyarakat agar
tidak timbul pertentangan-pertentangan.
3. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran
sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan
masyarakat.
4. Agar dapat diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna
bagi bangsa, negara dan masyarakat.

Dalam upaya mencegah perlu yang namanya tindakan tegas oleh aparat
berwajib kepada para pelanggar dan perusak lingkungan hal ini sependapat
dengan Fajar Khaifi Rizki (2015: 55) “Dalam hal pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan
hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi.”

Pencemaran lingkungan juga bersumber dari sampah dalam hal ini


hendaknya kita bisa mengurangi penggunaan barang sekali pakai hal ini sesuai
dengan pendapat Elvi Sunarsih (2014: 165) Mengurangi produksi sampah dapat
dilakukan dengan cara:

1. Menggunakan bahan atau barang yang awet.

33
2. Mengurangi penggunaan barang sekali pakai.
3. Mengurangi belanja barang yang tidak terlalu dibutukan.
4. Merawat dan memperbaiki pakaian, mainan, perkakas dan peralatan
rumah tangga daripada menggantinya dengan yang baru.
5. Menggunakan kantong plastik (kresek)3 sampai 5 kali untuk berbelanja.
6. Menggunakan keranjang atau kantong yang dapat digunakan berulang
ulang.

Sedangkan di Bali upaya yang dilakukan pemerintah kota Denpasar yaitu


memberikan sosialisasi terkait upaya pencegahan pencemaran lingkungan hal ini
sependapat dengan I Made A Permadi, R. A Retno Murni (2013: 4) Sosialisai
yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar dalam upaya pencegahan
pencemaran lingkungan hidup adalah dengan mensosialisasikan tentang Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup serta sosialisasi mengenai pentingnya menjaga
lingkungan hidup. Dalam upaya pencegahan kerusakan lingkungan kota
Denpasar juga memiliki cara kreatif agar sampah yang ada dijadikan nilai rupiah,
hal ini sependapat dengan Effelien Tapilatu, I Nyoman Suyatna, Kadek Sarna
(2017: 7) “Kemudian pihak DLHK juga menghimbau agar masyarakat berperan
aktif dalam pengelolaan bank sampah, karena bank sampah merupakan salah satu
upaya dalam mencegah pencemaran lingkungan di Kota Denpasar.”

Laut merupakan perairan yang didalamnya terkandung beraneka ragam


sumber daya alam dan sebagai sarana transportasi yang semuanya dapat
dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pencemaran
lingkungan juga terjadi di laut biasanya sumbernya dari tumpahan minyak kapal-
kapal besar yang menjadikan keseimbangan laut menjadi terganggu. Perlu ada
upaya yang harus dilakukan supaya kejadian ini tidak terulang hal ini sependapat
dengan Johny Malisan (2011: 75) “monitoring/pengawasan menjadi sangat
penting untuk mencegah dan menanggulangi bahaya pencemaran laut dari
tumpahan minyak.”

34
Di perkotaan kebisingan dan polusi udara bukan hal baru lagi. Karena di
kota terdapat berbagai macam kendaraan berkendara. Kendaraan yang digunakan
mulai kendaraan roda empat (mobil) sampai dengan roda dua (motor) perlu ada
upaya dalam menguranginya diantaranya yaitu menggunakan kendaraan tanpa
menggunakan mesin yaitu dengan sepeda itu jika jaraknya dekat. Kalau jauh kita
harus bisa memanfaatkan kendaraan umum agar pengguna kendaraan
bermotor/bermesin bisa berkurang hal ini sependapat dengan Anak Gunung Gede
Sugiarta (2008: 166) “Untuk Dinas Perhubungan, perlu dilakukan
pengujian asap yang ketat terhadap semua kendaraan umum dan pribadi
serta pembatasan umur kendaraan yang laik operasi di Kota
Denpasar.”

Air merupakan komponen yang sangat penting dalam muka bumi ini.
Ditengah era yang semakin maju banyak hal-hal yang di rusak pada ekosistem air.
Pada akhirnya membuat air tersebut mengandung hal hal yang berbahaya jika
terkonsumsi oleh tubuh. Didalam air yang tercemar kita memerlukan sebuah
inovasi baru seperti sebuah teknik yang berfungsi sebagai pembersih segala
macam logam berat pada air, hal ini sesuai dengan pendapat Semuel Sander Erari,
Jubhar Mangimbulude, Karina Lewerisa (2017: 184) “Teknik fitoremediasi adalah
teknologi pembersihan zat polutan dari badan air yang telah tercemar dengan
menggunakan tanaman. Teknologi ini mudah, dan murah, serta memberikan efek
negative yang kecil bagi kesehatan.”

Dalam mengurangi sisa dari limbah nabati dalam hal ini jagung, sekarang
sudah bisa dimanfaatkan dibandingkan hanya dibuang saja. Pemanfaatan ini pada
akhirnya berguna dan memiliki nilai rupiah hal ini sependapat dengan Faza
Wahmuda, Anastasia Prasilia Wangge (2017: 9) “Tongkol jagung yang ada di
lingkungan sekitar kita dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku produk kerajinan
mulai yang sederhana hingga yang memiliki nilai jual tinggi.”

Dalam kehidupan saat ini kita tidak bisa menampik bahwa polusi udara
sebagai dampak pencemaran lingkungan. Kita tidak bisa merubah keadaan yang
sudah terbentuk sekarang akan tetapi kita bisa berupaya mengurangi dampak dari

35
debu polusi lewat upaya menanam tumbuhan hal ini sependapat dengan Suci
Normaliani Santoso (2012: 8) “Bunga Matahari dan Kersen mempunyai
kemampuan menyerap debu lebih tinggi dibanding daun dengan permukaan
halus.”

Dengan tumbuhan yang lainnya diharapkan dapat mengurangi dampak


pencemaran lingkungan.

Pencemaran juga terjadi pada pelabuhan ikan hal ini terjadi akibat banyak
sampah yang terdapat di laut. sampah itu diantaranya yaitu botol plastic, kantong
plastik dan alat tangkap (tali pancing, jaring, tali pelampung) dalam hal ini harus
ada upaya yang tegas agar dapat mencegah sampah semakin banyak hal ini
sependapat dengan Aris Wahyudi, E, Lubis, A, B, Pane (2017: 150) “Peningkatan
pengarahan dari pemerintah pusat ke pengguna pelabuhan akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan pelabuhan dengan memberikan pengarahan
terkait peraturan, pedoman praktis dan sanksi”

Pencemaran air juga merupakan salah satu pencemaran lingkungan. Perlu


ada upaya agar dapat mencegah agar dampak pencemaran air semakin parah
diantaranya yaitu menyadarkan masyarakat lewat sosialisasi dampak dari
pencemaran air tersebut hal ini sependapat dengan Khalida Firda Zanita, Hikmaya
Aji Ningrum, Agung Rahmadi (2019: 9) Hal-hal yang dapat dilakukan dalam
memperbaiki kualitas air yang sudah menurun, diantaranya dapat dilakukan hal-
hal sebagai berikut:
1. Dalam perubahan harus dimunculkan dengan keinginan diri sendiri,
misalnya dalam hal kecil yaitu untuk tidak membuang sampah
sembarangan.
2. Pemerintah yang bersangkutan dalam pengelolaan air harus bertindak
langsung.
3. Pengadaan sosialisasi dari desa ke desa tentang bagaimana dampak
pencemaran air yang akan dirasakan di masa depan.
4. Konservasi tanah dan air untuk memperbaiki fungsinya kembali.

36
Dalam dunia pertanian nama pestisida bukan hal yang asing lagi. Karena
dengan bahan kimia satu ini dapat menjaga tumbuhan para petani terhindar dari
hama. Akan tetapi pestisida memiliki dampak yang buruk bagi tanah, perlu ada
upaya agar penggunaan pestisida dapat pengaturan batas wajar pemakaian
pestisida ini hal ini sependapat dengan Kurnia Undang, N, Sutrisno (2008: 71)
Upaya pencegahan/penanggulangan pencemaran akibat penggunaan pestisida
yang berlebihan dapat dilakukan dengan: (a) mengintensifkan penerapan
pengendalian hama terpadu (PHT), (b) penerapan peraturan penggunaan pestisida,
(c) penerapan batas maksimum residu (BMR) pestisida dalam tanah dan tanaman
atau produk pertanian, (d) pengawasan dan penerapan sanksi terhadap
pelanggaran dalam distribusi dan penggunaan pestisida, dan (e) penyuluhan,
pendidikan, dan latihan penggunaan pestisida yang baik dan benar.
Dalam upaya menjaga kerusakan lingkungan hendaknya kita lebih sigap
dengan keadaan. Kita harus menanamkan hal-hal baik yang berguna bagi sekitar
yang dalam hal ini anak kecil. Kita harus bisa mengarahkan anak kearah yang
baik hal ini sependapat dengan Titik Styowati (2013: 101-102) Pembentukan
karakter go green merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk melestarikan
lingkungan. Pelaksanaannya diawali dari lingkungan masyarakat yang terkecil,
yaitu dari lingkungan keluarga yang menjadi ujung tombak keberhasilan program
masyarakat yang lebih luas, sesuai dengan norma yang berlaku. Juga di hutan jika
ketahui ilegal logging masih marak terjadi di Indonesia, akibat dari ilegal logging
ini tidak lain ada kegundulan hutan yang berakibat tanah longsor dan kerusakan
lingungan perlu ada upaya agar ilegal logging dapat ground checking dan patrol
hal ini sependapat dengan Bambang Tri Bawono, Anis Mashdurohtun (2011: 604-
606) Penanggulangan illegal logging dapat dilakukan melalui kombinasi dari
upaya-upaya pencegahan (preventif), penanggulangan (represif) dan upaya
monitoring (deteksi). Kegiatan preventif dapat dilakukan melalui 15: a.
Pembangunan kelembagaan (Capacity Building) yang menyangkut perangkat
lunak, perngkat. b. keras dan SDM termasuk pemberian reward and punishment.
c. Pemberdayaan masyarakat seperti pemberian akses terhadap pemanfaatan
sumber daya hutan agar masyarakat dapat ikut menjaga hutan dan merasa

37
memiliki, termasuk pendekatan kepada pemerintah daerah untuk lebih
bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan. Tindakan represif merupakan
tindakan penegakan hukum mulai dari penyelidikan, penyidikan sampai ke
pengadilan. Kegiatan deteksi dapat dilakukan melalaui kegiatankegiatan sebagai
berikut : a) Deteksi secara makro, misalnya melalui potret udara sehingga
diketahui adanya indikator penebangan liar seperti jalur logging, base camp, dsb.
b) Ground checking dan patroli. c) Inspeksi di tempat-tempat yang diduga terjadi
penebangan liar. d) Deteksi di sepanjang jalur-jalur pengangkutan.

2.6. Dampak dari Adanya Pencemaran Lingkungan

Manusia beserta semua makhluk hidup yang ada di dunia hidup


berdampingan antara satu dengan yang lainnya. Makhluk hidup hidup
berdampingan tidak hanya dengan sesama makhluk hidup saja, namun juga
dengan berbagai komponen yang tidak hidup yang berada di likngkungan
tersebut. Lingkungan ini merupakan berbagai komponen yang ada di sekitar kita.
Oleh karena itulah betapa dekatnya lingkungan ini dengan kita. Lingkungan yang
menjadi tempat tinggal kita dan akan mempengahruhi keadaan dan juga
kehidupan kita sehari- hari.

Semua perkembangan yang menakjubkan ini tentu saja akan membawa


dampak positif bagi kelangsungan hidup manusia. Namun, dibalik kemajuan
zaman dan modernisasi bidang industri ini ternyata membawa dampak buruk?
Dampak buruk ini terutama dirasakan oleh lingkungan.

Tanpa disadari secara nyata oleh manusia, bahwasannya seiring dengan


aktivitas yang meningkat ini maka manusia juga menyebabkan dampak buruk
bagi lingkungan. Bahan- bahan yang digunakan di dalam produk dn juga sisa- sisa
limbah pabrik seringkali meracuni lingkungan. Terlebih apabila tidak diimbangi
dengan cara penanganan yang benar. Banyak sekali  dampak buruk modernisai
atau kemajuan zaman terhadap lingkungan Di zaman moderen ini timbul
permasalah mengenai lingkungan .(I Made Ari Permadi, 2013) Beberapa hal yang

38
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan hidup. Pada zaman modern ini
banyak sekali perkembangan industri dan pesatnya perkembangan teknologi,
perindustrian menjadi salah satu pencemaran lingkungan dri banyaknya penyebab
pencemaran lingkungan (Arrum Dian Widyawati) Bahwa “manusia tidak
memperhatikan apa pengaruh buruk dari perkembangan industri dan teknologi
bagi lingkungan hidup, banyak pencemaran lingkungan yang terjadi dimana mana
dan menjadi masalah besar bagi umat manusia. Hasilnya zat-zat yang seharusnya
tidak ada tetapi malah merebak dan menjadi polutan bagi alam. Pencemaran
lingkungan berpengaruh pada kehidupan manusia. Jadi, tidak hanya industri yang
menjadi penyebab pencemaran tetapi teknologi yang maju juga menjadi penyebab
merebaknya pencemaran lingkungan yang terjadi.” Pencemaran lingkungan
sangatlah buruk bagi kesehatan apalagi bagi pernapasan, jadi kita harus sangat
memperhatikan kesehatan kita agar tidak gampang sakit.

Maka dari itulah keadaan lingkungan ini memegang peranan yang sangat
penting. Lingkungan yang bersih pastinya akan memberikan dampak berupa
kehidupan yang sehat. elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan
tanah, udara, air, sumber daya alam flora dan fauna, manusia dan hubungan antara
faktor-faktor tersebut dimana titik sentral manusia adalah lingkungan (Syahrial
Juhar dan Drs. H. Chalid Sahuri). Sebaliknya, lingkungan yang tercemar pasti
akan menyebabkan berbagai dampak buruk. Beberapa dampak pencemaran
lingkungan buruk yang dapat ditimbulkan dari adanya lingkungan yang tercemar
antara lain sebagai berikut:

1. Terganggunya keseimbangan lingkungan


Pencemaran lingkungan akan dapat menyebabkan dampak berupa
ketidakseimbangan lingkungan atau eksositem yang ada Rusaknya
lingkungan akibat limbah pabrik tahu yang berdampak buruk terhadap
kehidupan ekosistem yang berada diperairan dan juga mengancam kesehatan
manusia. (Adack, 2013) Hal ini jelas terjadi karena pencemaran lingkungan
otomatis akan merusak keadaan yang mulanya baik menjadi tidak baik.
Menurut Amsyari (1997) apabila di dalam lingkungan manusia terjadi

39
sesuatu yang mengancam ekosistem manusia yang disebabkan akibat
perbuatannya, maka terjadilah apa yang dinamakan pencemaran lingkungan
hidup (Susmarkanto, 20021). Ketika terjadi pencemaran maka akan banyak
pihak yang terganggu, bukan hanya manusai namun juga binatang hingga
tumbuh- tumbuhan.

“Menurut Amsyari (1997) apabila di dalam lingkungan manusia terjadi


sesuatu yang mengancam ekosistem manusia yang disebabkan akibat
perbuatannya, maka terjadilah apa yang dinamakan pencemaran lingkungan
hidup. Dan peristiwa banjir, bila terjadi sebagai akibat langsung atau tidak
langsung dari aktivitas manusia (membuang sampah ke sungai dan
penebangan hutan) dan jika banjir itu dampaknya mengancam eksistensi
manusia sebagai organisme hidup, maka jelas bahwa masalah banjir ini
adalah masalah pencemaran lingkungan hidup.” Air merupakan komponen
terpenting bagi kehidupan, tetapi air juga bisa menjadi malapetaka bagi kita
jika air itu tercemar.

2. Punahnya berbagai spesies flora dan fauna


Pencemaran lingkungan ini sangat besar pengaruhnya dalam
mempengaruhi keadaan lingkungan. Ketika polutan sudah masuk ke dalam
lingkungan hidup, maka akan mematikan beberapa jenis flora dan fauna yang
telah hidup. Hal ini didukung oleh keadaan kekebalan setiap flora dan fauna
yang berbeda- beda pula. Kembali lagi pada masalah pencemaran air, dan
ditemukan alternatif sebagai upaya pengendalian pencemaran air yaitu
bioremediasi. (Bambang Priadie) “Bioremediasi merupakan penggunaan
mikroorganisme yang telah dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu
sebagai upaya untuk menurunkan kadar polutan tersebut. Pada saat proses
bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak
kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya.

3. Berkurangnya kesuburan tanah

40
Pencemaran lingkungan juga akan menyebabkan terjadinya pengurangan
kesuburan pada tanah. Potensi air tanah bervariasi antara tempat yang satu
dengan tempat yang lain, dengan demikian pula permasalahan yang timbul
juga tidak sama, namun secara umum dapat dikatakan bahwa pada setiap
daerah telah terjadi penurunan cadangan air tanah serta penurunan kualitas air
tanah (Sudarmadji, 2006).

Penurunan kesuburan pada tanah ini diakibatkan oleh penggunaan


insektisida yang berlebihan. Ketika penggunaan insektisida ini berlebihan,
maka hal ini akan mencemari tanah. Akibatnya tanah akan kehilangan
kesuburannya sedikit demi sedikit dan produktivas tanah dapat terganggu.

Untuk menghindari cemaran air sebaiknya dibuat tangki septik secara


komunal, terdapat pengolahan air sumur gali dalam skala rumah tangga dengan
kaporisasi sesuai dengan dosis dan diperlukan penelitian secara mendalam
mengenai analisis polusi air berdasarkan parameter kimia. (Agnes Fitria
Widiyanto, 2015)

4. Meledaknya pertumbuhan hama


Penggunaan insekstidida yang berlebihan juga dapat menyebabkan
lingkungan yang tercemar. Insektisida ini juga akan mematikan predator.
Ketika predator ikut punah karena terkena insektisida, maka pertumbuhan
hama ini akan menjadi berkembang pesat. Bahkan pertumbuhan hama ini akan
tumbuh secara berlebihan dan tanpa kendali. Hal ini tentu saja akan merugikan
banyak pihak. Apabila hama yang muncul  ini tidak dapat dikendalikan maka
akan menjadi menjadi bencana alam. Bisa jadi manusia tidaka kan
mendapatkan jatah makanannya karena jatah makanan tersebutsudah dimakan
hama sebelum siap memanennya.
5. Menyebabkan terjadinya lubang ozon
Pencemaran lingkungan akan menyebabkan kerusakan pada lingkungan
tersebut. Salah satunya berupa menipisnya lubang ozon. Ketika lubang ozon
sudah semakin menipis, maka hal ini lama kelamaan akan menjadi berlubang.

41
Kita semua mengetahui bahwasannya lapisan ozon sangat membantu untuk
melindungi Bumi dari paparan sinar ultraviolet secara langsung. Apabila
lapisan ozon ini berlubang maka otomatis hal ini akan menyebabkan sinar
ultraviolet menyinari Bumi secara langsung. Pencegahan pencemaran udara
melalui transportasi bisa diatasi dengan mengurangi kendaraan bermotor, dan
mulai lah menggunakan kendaraan alternatif atau lainnya “Pencemaran
udara diantaranya terjadi karena banyaknya bahan-bahan pencemar dari
kendaraan bermotor. Untuk mengurangi pencemaran tersebut, sebaiknya
manusia mulai mengurangi pemakaian kendaraan bermotor yang konsumsi
bahan bakarnya tinggi dan memilih kendaraan bermotor yang berteknoligi
ramah lingkungan. Cara lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan
kendaraan alternatif berbahan bakar listrik, tenaga surya atau jika
memungkinkan menggunakan sepeda.” menurut (Dr. Devi Nuraini Santi)
Sinar ultraviolet ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai
macam penyait, seperti kanker kulit, mematikan binatang- binatang laut, dan
sebagainya. Penipisan lapisan ozon ini terjadi karena adanya penumpukan
gas- gas rumah kaca yang terdiri dari gas- gas karbonmonoksida  atau CO,
karbondioksida atau CO2, dan lain sebagainya
Untuk mengantisipasi polusi udara akibat menipisnya lapisan ozon maka
langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan mengurangi atau meniadakan
penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) pada produksi industri-industri,
misalnya pada kemasan aerosol dan mesin pendingin sehingga diperlukan
modifikasi mesin pengguna CFC dari alat-alat tersebut. (Basri, 2010)

6. Terjadi pemekatan hayati


Pemekatan hayati juga merupakan salah satu dampak yang akan
ditimbulkan dari adanya pencemaran lingkungan. Proses pemekatan hati ini
akan dapat diartikan sebagai peningkatan kadar bahan pencemar yang melalui
tubuh makhluk hidup tertentu. pemekatan hayati ini juga disebut sebagai
amnalgamasiasi. Sebagai contoh untuk menggambarkan kasus ini adalah suatu
perairan yang telah tercemar. Pemanfaatan ruang du wilayah pesisir membuat
daerah tesebut tercemar, seiring perkembangan zaman kota-kota berkembang

42
sangat pesat. (Alex Fransisca) “Menurut Cicin Sain dan Knecht (1998),
pemanfaatan ruang wilayah pesisir yang berkembang secara intensif
mengakibatkan terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan dari
ekosistem pesisir, seperti pencemaran, overfishing, degradasi fisik habitat dan
abrasi pantai terutama pada kawasan pesisir yang padat penduduknya dan
tinggi tingkat pembangunannya.”
Suatu perairan yang tercemar, maka bahan pencemar yang ada di air
tersebut akan menempel pada alga yang hidup di di wilayah perairan tersebut.
Ketika alga tersebut dimakan ikan- ikan kecil maka ikan kecil akan
terkontaminasi bahan pencemar. Ketika ikan- ikan kecil tersebut dimakan oleh
ikan- ikan besar, maka ikan besar juga akan mengandung berbagai bahan
pencemar yang dimiliki oleh ikan kecil. Dan ketika ikan- ikan besar ditangkap
nelayan dan dimakan oleh manusia, maka bakteri atau polutan tersebut akan
masuk ke dalam tubuh manusia melalui ikan-ikan besar tersebut. Di Indonesia
laju pertumbuhan penduduk sangat pesat menyebabkan masalah perumahan
yang memerlukan pemecahan dan penanganan segera, limbah domestik dan
limbah industri menyebabkan polusi air tanah banyaknya persen penyebab
timbulnya polusi. (Agnes Fitria Widiyanto, Saudin Yuniarno, Kuswanto)
“Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya polusi air sebesar 33,33% berasal
dari limbah industri, 47,62% limbah rumah tangga, dan 19,04% berasal dari
limbah perkotaan. Untuk mengurangi pencemaran air sumur gali disarankan
bagi penduduk setempat untuk pembuatan tangki septik secara komunal.”
Kasus inilah yang merupakan pemekatan hayati.

7. Menyebabkan keracunan dan penyakit


Masih merupakan lanjutan dari dampak lingkungan tercemar yang berupa
pemekatan hayati. Ketika manusia mengonsumsi beberapa makanan yang
yang berupa hewan atau tumbuhan yang telah terkontaminasi bahan pencemar,
maka segala kemungkinan buruk bisa terjadi. Beberapa kemungkinan buruk
dari mengonsumsi  bahan makanan yang tercemar adalah keracunan atau
meninggal dunia. Atau jia itu tidak terjadi, maka kemungkinan yang paling

43
kecil adalah terserang bibit penyakit. (Novan Anugrah) Bahwa “Pencemaran
air adalah peristiwa masuknya zat-zat atau komponen yang lainnya yang
menyebabkan kualitas air terganggu bahkan menurun. Pencemaran air
bersumber dari beberapa hal yaitu limbah pertanian, limbah rumah tangga,
limbah industry dan penangkapan ikan yang tidak dilakukan dengan
semestinya. Akibat dari pencemaran air merusak ekosistem yang di dalam
maupun di luar kehidupan air terganggu.” Pencemaran air adalah kerusakan
yang terjadi pada air sehingga melewati batas normal pada umumnya. Air
yang tercemar disebabkan oleh adanya sebuah zat kimia atau polutan yang
masuk ke dalam air. Air merupakan komponen terpenting bagi kehidupan,
tetapi air juga bisa menjadi malapetaka bagi kita jika air itu tercemar. Air
perlu menjadi masalah serius yang perlu ditangani dan diperhatikan, karena air
sekarang sudah menjadi barang yang mahal sebab air sudah banyak tercemar.
(Lina Warlina) bahwa “Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat
perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak
tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia.
Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan.
Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat.” Sangat disayangkan sekali jika air kita
makin tercemar.
Itulah beberapa dampak yang dapat terjadi dari adanya pencemaran
lingkungan. Dengan demikian, semoga kita lebih berhati- hati dalam
menjagan lingkungan kita.

2.7. Masalah-Masalah yang Timbul akibat Pencemaran Lingkungan

Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat perlu mendapat


penanganan secara serius oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi akibat
buruk yang terjadi karena pencemaran, bahkan sedapat mungkin untuk dapat
mencegah jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan. Hasibuan, R. (2016)
Sampah atau limbah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan

44
sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinjak dan sampah
spesifik. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Manusia adalah merupakan satusatunya
komponen Lingkungan Hidup biotik yang mempunyai kemampuan untuk dengan
sengaja merubah keadaan lingkungan hidup. Dalam usaha merubah lingkungan
hidupnya ini dengan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat
menimbulkan masalah yang disebut pencemaran. Manusia juga dapat merubah
keadaan lingkungan yang tercemar akibat berbuatannya ini menjadi keadaan
lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi
terjadinya pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mecegah
terjadinya pencemaran. Pohan, IR N. (2002). Akibat yang ditimbulkan oleh
pencemaran udara ternyata sangat merugikan. Pencemaran tersebut tidak hanya
mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga
dapat merusak lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan
lain sebagainya.

Puspitasari, D. E. (2009). Hal-hal yang menyebabkan turunnya kualitas


kesehatan lingkungan sebagai berikut:

a. Terjadinya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas


kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status
kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar
perkotaan-pedesaan masih cukup rendah.
b. Terjadinya beban penyakit. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat
sebagian besar adalah penyakit diare dan penyakit kulit.
c. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
d. Rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin dan terbatasnyatenaga
kesehatan dan distribusi tidak merata.

Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang


sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
pembuangan sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan

45
dibuang atau ditumpuk begitu saja ditempat yang sudah disediakan tanpa di apa-
apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar
dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi bibit
penyakit dikemudian hari. Subekti, S. (2010) Limbah cair rumah sakit merupakan
limbah infeksius yang masih perlu pengelolaan sebelum dibuang ke lingkungan,
hal ini dikarenakan limbah dari kegiatan rumah sakit tergolong limbah B3 yaitu
limbah yang bersifat infeksius, radioaktif, korosif dan kemungkinan mudah
terbakar.

Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan dengan tidak tepat dapat
bercampur dengan air minum.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misal jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan.
d. Sampah beracun.

Maria, R., sumawijaya, N., Suherman, D., & Marganingrum, D. (2014)


Berdasarkan kondisi geologi yang berupa endapan sedimen klastik tanah dengan
tekstur tanah berpasir serta cara penanganan limbahnya maka air tanah dangkal di
Desa Laweyan mempunyai tingkat kerentanan tinggi terjadinya pencemaran dari
limbah cair industri batik. Hal ini didukung oleh hasil analisis kimia sejumlah
conto air tanah dangkal diketahui ada beberapa kadar TSS dan COD air sumur
telah melampaui ambang batas mutu yang dipengaruhi oleh faktor jenis limbah
buangan dan kondisi geologi yang mendukung proses infiltrasi zat pencemaran.
Untuk menghindari dampak efek negatif terhadap kesehatan masyarakat desa
Laweyan dari mengkonsumsi air tanah yang tercemar limbah industri maka
dierekomendasikan perlu ditambah lagi lokasi IPAL Komunal di daerah Laweyan.
Karena kemampuan pengrajin yang rendah untuk menangani limbah secara baik
maka pemerintah daerah harus membantu mereka dalam menangani limbahnya.

46
Widianto, A. F., yuniarto, S., & huswanto. (2015). Air sumur dari sebuah
pemukiman yang padat penduduknya mengandung unsur-unsur yang
mengakibatkan terjadinya pencemaran seperti air sumur pada sampel menjadi
berbau, kekeruhannya mencapai 112,5 mg SiO2/l, bakteri E.Coli nya mencapai
28/100 ml, dan bakteri Coliform mencapai 1100/l00 ml, yang melebihi standar
baku mutu kualitas air, sehingga air sumur pada sampel dapat dikatakan tercemar
dan tidak layak untuk dijadikan air minum (Kadek dan Konsukartha, 2007). Air
merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting. Tanpa air, berbagai
proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Meskipun air merupakan sumber daya
alam yang dapat diperbarui oleh alam sendiri, tapi kenyataan menunjukkan bahwa
ketersediaan air tanah tidak bertambah. Pentingnya air sungai bagi masyarakat di
Indonesia dan rendahnya kualitas air sungai, seharusnya mendorong pemerintah
melaksanakan program peningkatan kualitas air sungai sebagai bagian dari
pembangunan. Ketidaktersediaan air bersih secara umum disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam disebabkan secara
alamiah bentukan (kondisi) wilayahnya yang memang sulit untuk mendapatkan
air sehingga tidak tersedianya air. Faktor manusia yaitu dikarenakan tercemarnya
air bersih akibat aktifitas manusia.

Mahyudin, R. P. (2017) Salah satu permasalahan yang ditimbulkan dari


sampah adalah menurunnya estetika di sekitar tempat pembuangan sampah
sehingga berpotensi menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat yang ada
disekitarnya. Pengelolaan sampah kota di Indonesia menjadi masalah aktual
seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pertumbuhan penduduk yang
berdampak pada semakin banyak jumlah sampah yang dihasilkan. Beberapa
penelitian menganalisis penyebab masalah-masalah yang terjadi pada pengelolaan
sampah di Indonesia. Chaerul et al. (2007) menganalisis permasalahan yang
dihadapi dalam pengelolaan sampah di Indonesia, diantaranya kurangnya dasar
hukum yang tegas, tempat pembuangan sampah yang tidak memadai, kurangnya
usaha dalam melakukan pengomposan, dan kurangnya pengelolaan TPA dengan
sistem yang tepat. Kardono (2007:631) mengatakan bahwa permasalahan
pengelolaan sampah yang ada di Indonesia dilihat dari beberapa indikator berikut,

47
yaitu tingginya jumlah sampah yang dihasilkan, tingkat pelayanan pengelolaan
sampah masih rendah, tempat pembuangan sampah akhir yang terbatas
jumlahnya, institusi pengelola sampah dan masalah biaya.

Contoh masalah yang timbul di jakarta sebagai berikut:

Sachoemar, S. I., & wahjono, H. W. (2007).

a. Kematian masal ikan di pantai utara jakarta


b. Kualitaa fisik air di jakarta
c. Kualitas kimia di jakarta
d. Kualitas biologi di jakarta

UU No. 4 Tahun 1982 membedakan istilah pencemaran lingkungan dengan


perusakan lingkungan. Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkanya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan dan/atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi berkurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan perusakan lingkungan adalah tindakan
yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat
fisik atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau
tidak berfungsi, lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan
(Abdurrahman, 1986). Manan, Abdul. (2015) Pembicaraan tentang ganti rugi
tidak bisa dipisahkan daripada tanggung jawab dari pihak pencemar dan
perusakan lingkungan. Dalam Pasal 27 UU No. 4 Tahun 1982 ditegaskan bahwa
dalam beberapa kegiatan yang menyangkut jenis sumber daya tertentu, tanggung
jawab timbul secara mutlak pada perusak dan/atau pencemaran pada saat
terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan yang pengaturannya diatur
dalam peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.

Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup


mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun
fungsinya terganggu. Ketidak seimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi

48
karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Sitorus, Henry. (2013)
Akibat-akibat dari ketidak perdulian terhadap lingkungan ini tentu saja sangat
merugikan manusia, yang dapat mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, masalah pencemaran lingkungan baik oleh karena industri
maupun komsumsi manusia, memerlukan suatu pola sikap yang dapat dijadikan
sebagai modal dalam mengelola dan menyiasati permasalahan lingkungan.

Persampahan, limbah cair, serta pencemaran udara merupakan tiga


permasalahan lingkungan penting yang bila tidak dikelola dengan baik berpotensi
besar menurunkan kualitas lingkungan hidup dan kesehatan. Seiring dengan
pertambahan penduduk dan pembangunan ekonomi, jenis dan kuantitas limbah
serta pencemaran udara diperkirakan akan semakin besar. Akibat pemusatan dan
pertambahan penduduk yang tinggi di wilayah perkotaan, maka persoalan sampah,
limbah dan pencemaran udara akan menjadi pelik dan serius di masa depan. Inti
persoalan bisa jadi terletak pada ketidakpedulian masyarakat dan kalangan
industri terhadap upaya pelestarian lingkungan, perilaku yang kurang sesuai
dengan kaidah pelestarian lingkungan, serta kendala ekonomis, sosial budaya,
teknologi dan penegakan hukum. Dengan demikian upaya untuk mengatasi
sampah, limbah cair maupun pencemaran udara memerlukan suatu pendekatan
dan bahkan paradigma baru yang untuk beberapa hal berbeda dengan tindakan
yang selama ini dijalankan. Eris, F. R. (2009) Persoalan persampahan yang
menonjol seringkali bukan masalah adanya sampah (persoalan hilir) tetapi lebih
terkait ke persoalan hulu (kesadaran masyarakat).

Pencemaran limbah dan kerusakan lingkungan di Rancaekek sudah terjadi


lebih dari 20 tahun lamanya, tepatnya mulai dari tahun 1991, khususnya di 4
(empat) desa, yang masuk dalam administratif Kabupaten Bandung, yakni Desa
Jelengong, Linggar, Bojongloa dan Sukamulya. Menurut Greenpace.org (2015)
dan BPS Kabupatn Bandung (2015) tercatat kurang lebih 93 industri yang berdiri
di Wilayah Rancaekek. Industri-industri yang ada menghasilkan limbah cair
dengan total lebih dari 959 litek/detik atau 7,31 ton/hari. Nugraha, R., Rusli,
Budiman., M Enjat, MD. (2017) Responsiveness BPLHD Jawa Barat, BPLH

49
Kabupaten Bandung, dan BLH Kabupaten Sumedang dalam penanggulangan dan
pemulihan pencemaran limbah industri pada lahan pertanian di Kawasan
Rancaekek kurang baik karena belum sepenuhnya power bagi Badan berupa
ketentuan perundang-undangan dilaksanakan, masih kurangnya kolektivitas
Badan meskipun telah ada bidang yang menjadi representasi Badan, pola
penyelesaian yang hanya kasuistik, secara mentality masih adanya ego sektoral
dari Badan, ditambah adanya pengaruh dari lingkungan yang menjadi sisi
dilematis Badan. Banyaknya limbah cair yang dibuang oleh perusahaan-perusahan
yang ada tidak sebanding dengan daya tampung dan debit air dari sungai yang
dijadikan tempat dibuangnya limbah.

Pengolahan karet mentah selain menghasilkan produk juga menghasilkan


limbah buangan. Limbah yang dihasilkan berupa pencemaran udara (bau), limbah
padat dan limbah cair. Pencemaran udara yaitu bau yang menyengat dari karet
mentah sangat mengganggu kenyamanan warga sekitar. Limbah padat terdiri dari
sisa-sisa karet, endapan, lembaran plastik, pasir dan potongan-potongan kayu
yang berbahaya bagi kesehatan dan merusak nilai estetika sungai. Selain itu
limbah cair yang dihasilkan dari sisa pengolahan karet mentah berupa limbah
minyak dibuang ke sungai yang terletak tidak jauh dari pabrik tersebut. Belladona,
M. (2017) Dampak yang timbul akibat limbah buangan pabrik karet terdiri atas
pencemaran udara berupa bau dan pencemaran air sungai akibat limbah cair.
Masyarakat mengalami penyakit kulit berupa gatal-gatal setelah menggunakan air
sungai yang tercemar limbah pabrik, tetapi masyarakat tidak dapat menuntut ganti
rugi untuk dampak yang mereka rasakan. Berdasarkan hasil analisa terhadap air
dan hasil wawancara, maka harus dibuat instalasi pengolah air limbah (IPAL)
guna mengatasi pencemaran.

Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi,


kegiatan pembangunan terutama di bidang industri yang banyak menimbulkan
dampak negatif merugik Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang
harus dihadapi, kegiatan pembangunan terutama di bidang industri yang banyak
menimbulkan dampak negatif merugikan masyarakat. Masalah lingkungan hidup

50
adalah merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan dengan berbagai
pendekatan multidisiplineran masyarakat. Masalah lingkungan hidup adalah
merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan dengan berbagai
pendekatan multidisipliner. contoh Anggeraini, F. (2018) di kecamatan
Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas, diduga tidak lepas dari berbagai faktor
antara lain kurangnya pengetahuan tentang lingkungan dan rendahnya faktor
sosial masyarakat. Menurut Suparmoko (2000) bahwa faktor lain dari
permasalahan pengelolaan smpah, adalah masyarakat masih cenderung
menganggap bahwa pengelolaan sampah semata-mata merupakan tanggung jawab
Pemerintah kabupaten. Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari
akibat-akibat yang ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh
apabila ada penumpukan sampah dikota maka permasalahan ini diselesaikan
dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah yang jauh dari pusat kota,
maka hal ini tidak memecahkan permasalahan melainkan menimbulkan
permasalahan seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah lalat,
tikus dan bau yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan. Akibatnya
menderita interaksi antara lingkungan dan manusia yang akhirnya menderita
kesehatan. Tarigan, Lina (2004) Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah ada
sejak dahulu, masalah lingkungan hidup bukanlah masalah yang hanya dimiliki
atau dihadapi oleh negara-negara maju ataupun negara-negara miskin, tapi
masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan masalah
kita semua.

51
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya dan mempengaruhi
alam itu sendiri. Lingkungan hidup ialah ruang yang ditempati suatu makhluk
hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya tumbuhan, hewan,
manusia dan jasad renik menempati ruang tertentu, lingkungan itu dibedakan
antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik atau organik
Dibalik sebagian kecil lingkungan yang sehat, pasti sebagian lain tidak luput
dari permasalahan. Pencemaran lingkungan hidup merupakan salah satu masalah
lingkungan yang sedang dihadapi dunia saat ini. Pencemaran lingkungan dibagi
menjadi 3 yaitu; pencemaran air, tanah dan udara.
Pencemaran lingkungan terjadi karena bencana alam maupun ulah manusia,
tetapi lebih cenderung pencemaran terjadi karena kegiatan manusia, diantaranya
kegiatan transportasi, industri dan lain-lain.
Upaya yang bisa dilakukan adalah mengurangi produksi sampah seperti
tidak memakai pelastik sekali pakai lebih menggunakan barang yang ramah
lingkungan, tidak membuang sisa puntung rokok di sembarang jalan apalagi di
hutan.
Dampak serta masalah yang mungin akan timbul karena pencemaran ini
adalah terganggunya keseimbangan lingkungan, punahnya berbagai spesies flora
dan fauna, berkurangnya kesuburan tanah, menyebabkan terjadinya lubang ozon
dan lain sebagainya.

3.2. Saran
1. Perlu ditingkatkan lagi kesadaran untuk tidak merusak lingkungan
2. Bagi pemerintah dan penegak hukum, lebih di tingkatkan eksistensi UU
Lingkungan hidup, jika ada yang melakukan pelanggaran dalam
merusak lingkungan maka harus dikenakan sanksi yang setimpal.

52
DAFTAR PUSTAKA

Etty Nurul Fathiyah

Cahyani Ds, R S Aji, Strategi Pembangunan Berwawasan Lingkungan Kawasan


Permukiman Segi Empat Emas Tunjungan Surabaya Vol. 5 No. 2, 2015.

Dayanto, “Rekonstruksi Paradigma Pembangunan Negara Hukum Indonesia


Berbasis Pancasila”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 13, No. 3, September
2013,.hlm.498.

Dharmawan, AH Dinamika sosio-ekologi pedesaan: perspektif dan pertautan


keilmuan ekologi manusia, sosiologi lingkungan dan ekologi politik jurnal
transdisiplin sosiologi, komunikasi, dan ekologi manusia Vol.01 no.01.

Djanggih H, dan Ahmad K, Effectiveness of Indonesian National Police Function


Police on Banggai Regency Police Investigation (Investigation Case Study
Year 2008-2017), Jurnal Dinamika Hukum, Volume 17, Nomor 2, Mei
2017, hlm.152.

Edorita.W Peran masyarakat terhadap lingkungan menurut UU no.32 tahun 2009


tentang perlidungan dan pengelolaan lingkungan hidup, volume 4 no.1.

Hisbullah, EH Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang berwawasan


pembangunan berkelanjutan di era otonomi daerah, media hukum Vol.24
no.1 2014.

M. Yunus Wahid, “Prinsip dan Karakter Hukum Lingkungan”, Jurnal Ilmiah


Ishlah, Vol. 13 No. 02, Mei-Agustus 2011.

Moertinah S , kajian proses anaerobik sebagai alternatif teknologi pengolahan air


limbah industri organik tinggi Vol. 1 No. 2, November 2010.

Muslim.A (2013) interaksi sosial dalam masyarakat multietnis. Jurnal Diskursus


Islam Volume 1 Nomor 3, Desember 2013.

53
Pratiwi HP, dimensia kebijakan nasional terhadap Pembangunan berwawasan
lingkungan Volume 2, No. 1, Maret 2008.

Rosana, M kebijakan pembangunan berkelanjutan yang Berwawasan lingkungan


di indonesia Jurnal kelola : Jurnal Ilmu Sosial Vol 1 No 1 Tahun 2018.

Sri Mulyani (2017) , Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Ringan Menurut


Undang-Undang Dalam Perspektif Restoratif Justice, Jurnal Penelitian
Hukum De Jure, Vol. 16, No. 3.

Suharko, pencegahan bencana lingkungan hidup melalui pendidikan Lingkungan


(Preventing Ecological Disaster through Environmental Education) j.
Manusia dan lingkungan, Vol. 21, No.2, Juli 2014: 254-260.

Tjoneng, A Permasalahan Penegakan hukum pidana lingkungan di Indonesia dan


upaya penyelesaiannya, majalah hukum nasional nomor 2 tahun 2017.

Zaini M, Darmawanto AT, Implementasi Pembangunan Berkelanjutan


BerwawasanLingkungan Studi Pada Kelurahan Lempake Kecamatan
Samarinda Utara Kota Samarinda Vol. 15, No 2 November 2015 ISSN (P)
1412-2200 E-ISSN 2548-185124.

Itta Qunnisa
A’ayun, Nofadila Q. dkk. (2015). Identifikasi Fitoplankton di Perairan yang
Tercemar Lumpur Lapindo, Porong Sidoarjo. Bioedukasi. Volume 8, Nomor
1. Halaman 48-51.
Adimihardja, Abdurachman. tanpa tahun. Teknologi dan Strategi Konservasi
Tanah dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian. Pengembangan Inovasi
Pertanian. 1(2) : 105-124.
Ardianto, Adibatul. dkk. (2016). Sistem Monitoring Pencemaran Polutan
Kendaraan Via Gadget Berbasis Arduino. Jurnal Electronics, Informatics,
and Vocational Education (ELINVO), Volume 1, Nomor 3.

54
Darmawan, Darwis. & Siti Fadjarajani. (2016) Hubungan Antara Pengetahuan dan
Sikap Pelestarian Lingkungan dengan Perilaku Wisatawan dalam Menjaga
Kebersihan Lingkungan (Studi di Kawasan Objek Wisata Alam Gunung
Galunggung Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya).
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1.
Drachman, Fajrul. (2017). Pemetaan Potensi Sumber Daya Alam Provinsi Maluku
Berbasis Web. University of Muhammadiyah Malang.
Hakim, Luqmanul. Priambudi T & Azka L. (2017). Efektifitas Jalur Hijau dalam
Mengurangi Polusi Udara oleh Kendaraan Bermotor. Jurnal Arsitektur
NALARs Volume 16 Nomor 1 : 91-100.
Haruna, dkk. (2019). Pencemaran Udara Akibat Gas Buang Kendaraan Bermotor
Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. UNM Environmental Journals.
Volume 2 Nomor 2 April 2019 Hal. 57 – 61, e-ISSN: 2599-2902.
Heriyanto, N. M. (2011). Kandungan Logam Berat Pada Tumbuhan, Tanah, Air,
Ikan Dan Udang Di Hutan Mangrove. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman.
Vol.8 No. 205.
Ismiyati. Devi Marlita. & Deslida Saidah. (2014). Pencemaran Udara Akibat
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Pencemaran Udara Akibat Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi &
Logistik (JMTransLog). Vol. 01 No. 03.
Naria, Evi. (2005). Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal  (Pb) di
Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal Komunikasi Penelitian. Volume 17
( 4) halaman. 66
Putra, David Aprizone. (2017). Implikasi Politik Kebijakan Hukum Pidana dalam
UUPLH. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Vol.25,
No.2, hlm. 147-157 147.
Putri, Arinta Dewi. (2018). Kerusakan Lingkungan Akibat Kewenangan
Pemerintah Daerah dalam Pemberian Izin Lingkungan. Program
Pascasarjana Unuversitas Muhammadiyah Surakarta.

55
Setyowati, Ririn & Surahma Asti Mulasar. (2013) Pengetahuan dan Perilaku Ibu
Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. Vol. 7, No. 12.
Wahyono, Sri. (2001). Pengolahan Sampah Organik Dan Aspek Sanitasi. Jurnal
Teknologi Lingkungan. Vol.2, No. 2, Mei 2001 : 113-118
Wibawa, I Putu Sastra. (2016). Politik Hukum Perlindungan dan Pengelolaan
Menuju Ekokrasi Indonesia. Kanun Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 18, No. 1, pp.
51-68.

Hera Vanesa

Ariwidodo,E.(2014). Relevansi pengetahuan masyarakat tentang lingkungan dan


etika lingkungan dengan partisipasinya dalam pelestarian
lingkungan,11(1),1-20.

Azhar., Basyir,J., & Alfitri. (2015).Hubungan pengetahuan etika dan lingkungan


dengan sikap dan perilaku menjaga kelestarian lingkungan. Jurnal Ilmu
Lingkungan, 13(1), 36-41.

Dara,N,dkk.(2015).sikap dalam memediasi hubungan kesadaran lingkungan


dengan niat beli produk kosmetik ramah lingkungan. Jurnal menejemen dan
kewirausahaan,17(2),177-185.

Dwi,A(2018), penerapan biaya lingkungan dalam perlindungan sumber daya alam


dan kelestarian lingkungan. Jurnal penerapan biaya lingkungan, 11(1), 1-6.

Handaratri, A,. & Yuniati,Y.(2015),pelestarian lingkungan melalui


tatajer,19(2),71-76.

Hanifati,N(2015).upaya pelestarian lingkungan hidup melalui program adiwiyata


sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Jurnal pelestarian lingkungan
hidup,1-129.

Irhas,Z(2017), pencadangan dan pelestarian fungsi ekosistem gambut dikabupaten


nagan raya, Syiah kuala low jurnal, 1(3), 106-118.

56
Karim, A. (2017). Mengembangkan kesadaran melestarikan lingkungan hidup
berbasis humanisme pendidikan agama. Jurnal penelitian pendidikan islam,
12(2),309-330.

Lukito,W.(2018). Implementasi pelestarian lingkungan hidup dalam bidang


penegakan hukum pidana terhadap kasus illegal logging. Jurnal hukum
khaira ummah, 13(1), 153-160.

Niam,U,(2014). Pelestarian lingkungan dalam perspektif sunnah,jurnal at-


taqadumm,6(2),141-428.

Pujayanti,A(2014). LSM internasional dan dilema pelestarian di hutan harapan


provinsi jambi, jurnal politica, 5(1), 17-36.

Rosana, M.(2018), kebijakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan


lingkungan di Indonesia, Jurnal kelola, 1(1), 148-163.

Silaen, A,(2008). Pelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup dalam perspektif
hukum lingkungan.16(3),575-594.

Sufia,R.dkk(2016).kearifan lokal dalam melestarikan lingkungan hidup.Jurnal


pendidikan,1(4),726-731.

Zulmi, F.(2017), keberpihakan media terhadap isu pelestarian lingkungan hidup,


Jurnal kata, 1(2), 101-108.

Cikal Tazki Auli

Agung, Gede Sugiarta Anak. Dampak Bising Dan Kualitas Udara Pada
Lingkungan Kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari, Volume 8 Nomor 2,
Agustus 2008. Halaman 162-167.

Agustiningsih, Dyah. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran


Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal PRESIPITASI, Volume 9
Nomor 2 September 2012. ISSN 1907-187X.

57
Alfi, Rokhani Suciati. (2015). “Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat
Limbah Industri Pengelolahan Mie Soun Di Kecamatan Tulung Kabupaten
Klaten.”

Dawud, Muhammad, dkk. (2016). Analisis Sistem Pengendalian Pencemaran Air


Sungai Cisadane Kota Tangerang Berbasis Masyarakat. ISSN : 2460-8416.

Dr. Devi Nuraini Santi. (2001). “pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Serta
Penanggulangannya”

Jayakusuma, Zulfikar. Peranan Audit Lingkungan Dalam Pencegahan


Pencemaran dan atau Kerusakan Lingkungan Hidup Untuk Mewujudkan
Pembangunan Berkelanjutan. Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-
Desember 2015. ISSN 1979-4940.

Jurnal “Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan.”

Jurnal Pencemaran Air. (2017). Volume 2, Halaman 1-7

Moertinah, Sri. (2010). Kajian Proses Anaerob Sebagai Alternatif Teknologi


Pengolahan Air Limbah Industri Organik Tinggi. Jurnal Riset TPPI, Volume
1, Nomor 2, November, Halaman 104-176. ISSN 2087-0965

Nur, Siregar Chairil. Partisipasi Masyarakat dan Nelayan dalam Mengurangi


Pencemaran Air Laut di Kawasan Pantai Manado-Sulawesi Utara. Jurnal
Sosioteknologi, Volume 13, Nomor 1, April 2014.

Prabandiyani, Retno Wardani Sri. (2006). “Pemanfaatan Limbah Batu Bara (fly
ash) Untuk Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya
Dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan.”

Priadie, Bambang. (2012). Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif dalam Upaya


Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal Ilmu Lingkungan, Volume 10. Issue
1: 38-48. ISSN 1829-8907.

58
Puji, Genefati Sri, dkk. Pengolahan Leachate Tercemar Pb Sebagai Upaya
Pencegahan Pencemaran Lingkungan TPA. Jurnal Teknik Lingkungan,
Volume 9, Nomor 1, Januari 2008, Halaman 92-97. ISSN 1441-318X.

Roza, Syofyan Elvi, & Aguskamar. Peranan Masyarakat Dalam Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran Sungai. POLI REKAYASA Volume 8,
Nomor 2, April 2013. ISSN : 1858-3709.

Wahyudi, Aris, dkk. (2017). Strategi Pencegahan Pencemaran Lingkungan


Pelabuhan Perikanan : Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuahnratu. Albacore, volume I, Nomor 2, Halaman 139-152. ISSN
2549-1326.

Andre Novit Sihombing

Bawono, B, T. Mashdurohatun, A. (2011). Pengakan hukum pidana di bidang


illegal logging bagi kelestarian lingkungan hidup dan upaya
penanggulangannya. Jurnal Hukum,vol xxvi, no 2, 604-606.

Erari, S, S. Mangimbulude, J. Lewerissa, K.(2017). Pelestaria hutan solusi


pencegahan pencemaran logam berat di peraian . 184.

Kurnia, U. Sutrisno, N. (2008). Strategi pengelolaan lingkungan pertanian. Jurnal


Sumber Daya Lahan. vol 2, no 1, 71.

Malisan, J. (2011). Kajian pencemaran laut dari kapal dalam rangka penerapan pp
nomor 21 tahun 2010 tentang perlindungan lingkungan laut. vol 13, no 1,
75.

Permadi, I, M, A. Murni, R, A, R. (2013). Dampak pencemaran lingkungan akibat


limbah dan penanggulangan di kota Denpasar. vol 1, no 6, 4.

Rizki, F, K. (2015). Keterkaitan antara perizinan pabrik kelapa sawit pt. permata
hijau sawit dengan pengelolaan limbah dalam upaya mencegah terjadinya

59
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Jurnal Ilmiah Penegakan
Hukum, vol 2, no 1, 55.

Santoso, S, N. (2012). Penggunaan tumbuhan sebagai pereduksi pencemaran


udara plant application as reducer air pollution. 8.

Styowati, T. (2013). Peran keluarga dalam membentuk karakter go green untuk


mencegah global warming pada anak usia dini. Vol 14, no 1, 101-102.

Sugiarta, A, A, G. (2008). Dampak bising dan kualitas udara pada lingkungan


kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari. vol 8, no 2, 166.

Sunarsih, E. (2014). Konsep pengolahan limbah rumah tangga dalam upaya


pencegahan pencemaran lingkungan. Jurnal Ilmu Kesehatan, vol 5, 165.

Tapilatu, E. Suyatna, I, N. Sarna, K. (2017). Upaya pencegahan pencemaran


lingkungan hidup yang diakibatkan oleh sampah ditinjau dari perda
Denpasar nomor 3 tahun 2015. vol 5, no 5, 7.

Wahmuda, F. Wangge, A, P. (2017). Alternatif desain produk dari sampah


tongkol jagung dilihat dari jenis tongkolnya (dalam upaya pengendalian
pencemaran lingkungan). 9.

Wahyudi, A. Lubis, E. Pane, A, B. (2017). Strategi pencegahan pencemaran


lingkungan pelabuhan perikanan : kasus pelabuhan perikanan nusantara
pelabuhanratu. Albacore, vol 1, no 2, 150.

Yakin, S, K. (2017). Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sebagai


instrument pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan. Badamai
Law Jurnal, vol 2, 122.

Zanita, K, F. Ningrum, H, A. Rahmadi, A. (2019). Pencemaran air di daerah aliran


sungai cimencrang Jawa Barat: sumber, dampak, solusi. 9.

Nurul Jamilah

60
Adack, J. (2013). DAMPAK PENCEMARAN LIMBAH PABRIK TAHU
TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP. Lex Administratum,Vol.I/No.3, 18-
87.

Agnes Fitria Widiyanto, S. Y. (2015). POLUSI AIR TANAH AKIBAT LIMBAH


INDUSTRI DAN LIMBAHRUMAH TANGGA. Jurnal Kesehatan
Masyarakat,KEMAS 10 (2), 246-254.

Basri, I. S. (2010). Pencemaran Udara dalam Antisipasi Teknis Pengelolaan


Sumber Daya Lingkungan . Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2, 120-129.

I Made Ari Permadi, R. R. (2013). DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN


AKIBAT LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA DI
KOTA DENPASAR . 1-5.

Susmarkanto. (2002). PENCEMARAN LINGKUNGAN PERAIRAN SUNGAI


SALAH SATU FAKTOR PENYEBAB BANJIR DI JAKARTA. Jurnal
Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 1 , 3-16.

Syahrial Juhar dan Drs. H. Chalid Sahuri, M. (n.d.). PENGENDALIAN BADAN


LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA PEKANBARU TERHADAP
PENCEMARAN SUNGAI SIAK RUAS KOTA PEKANBARU. 1-15.

Sudarmadji 2006. Perubahan Kualitas Airtanah Di Sekitar Sumber Pencemar


Akibat Bencana Gempa Bumi. Forum Geografi, 20(2):99–11.

Dian, Widyawati Arrum. (2013). “Pencemaran Lingkungan”

Priadie, Bambang. (2012). Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif dalam Upaya


Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal Ilmu Lingkungan, Volume 10. Issue
1: 38-48. ISSN 1829-8907.

Dr. Devi Nuraini Santi. (2001). “pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Serta
Penanggulangannya”

61
Warlina, Lina. (2004). “Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan
Penanggulangannya”

Anugrah, Novan. “Jurnal Pencemaran Air”. Volume 2, Halaman 1-7.

Fransisca, Alex. Tingkat Pencemaran Perairan Ditinjau dari Pemanfaatan Ruang


di Wilayah Pesisir Kota Cilegon. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,
Volume 22 Nomor 2, Agustus 2011, Halaman 145 - 160.

Jurnal Pencemaran Air. (2017). Volume 2, Halaman 1-7

Wahyudi, Amsyari, dkk. (2017). Strategi Pencegahan Pencemaran Lingkungan


Pelabuhan Perikanan : Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuahnratu. Albacore, volume I, Nomor 2, Halaman 139-152. ISSN
2549-1326.

Nia Ernia

Anggeraini, F. (2018). “Pengaruh kondisi sosial dan pengetahuan lingkungan ibu-


ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di kecamatan
tugu mulyo Kabupaten musi rawas. Jurnal lingkungan hidup”.

Belladona, M. (2017). “Analisis tingkat pencemaran sungai akibat limbah industri


karet di kabupaten bengkulu tengah. fakultas teknik universitas
muhammadiyah jakarta”.

Eris, F. R. (2009). “Penangann masalah persampahan dalam limbah cair di


provinsi Banten”. Jur. Agroekotek. 1 (1) 36-45

Hasibuan, R. (2016). Limbah/sampah rumah tangga terhadap pencemaran


lingkungan hidup. Jurnal ilniah advokasi 4 (1), 42-52

Mahyudin, R. P. (2017) “kajian permasalahan pengelolaan sampah dan dampak


lingkungan di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir)”. Jukung Jurnal Teknik
Lingkungan, 3 (1), 66-74

62
Manan, Abdul. (2015). “pencemaran dan perusakan lingkungan dalam perspektif
hukum islam”. Jurnal hukum dan peradilan, vol 4 (2) 223-240

Maria, R., sumawijaya, N., Suherman, D., & Marganingrum, D. (2014).


“Pengaruh limbah cair industri batik terhadap kualitas air tanah dangkal di
daerah laweyan surakarta”. Bandung.

Nugraha, R., Rusli, Budiman., M Enjat, MD. (2017). “Responsiveness


penanggulangan dan pemulihan pencemaran limbah industri pada lahn
pertanian di kawasan rancaekek”. Jurnal administrasi negara, vol 2 (1)

Pohan, IR N. (2002). “Pencemaran udara dan hujn asam. Program studi teknik
kimia”

Puspitasari, D. E. (2009). “Dampak pencemaran air terhadap kesehatan


Lingkungan dalam persktif hukum lingkungan (Studi kasus sungai code di
kelurahan wirogunan Kecamatan mergangsan dan kelurahan Prawirodirjan
kecamatan gondomanan Yogyakarta)”. Jurnal hukum, 21 (1), 23-24

Sachoemar, S. I., & wahjono, H. W. (2007). “Kondisi pencemaran lingkungan


perairan di teluk jakarta”. JAI Vol 3, (1)

Sitorus, Henry. (2013). “Kerusakan lingkungan oleh limbah industri adalah


masalah itikad. Program studi sosiologi”.

Subekti, S. (2010). “Pengaruh dan dampak limbah cair rumah sakit terhadap
kesehatan serta lingkungan an”. Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan
Universitas Pandanaran Semarang.

Tarigan, Lina (2004). “Dampak pencemaran lingkungan terhadap kesehatan.


Fakultas kesehatan masyarakat”.

Widianto, A. F., yuniarto, S., & huswanto. (2015). “Polusi air tanah akibat limbah
industri dan limbah rumah tangga”. Jurnal kesehatan, 10 (2), 246-254

63

Anda mungkin juga menyukai