Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Jiwa II berjudul
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Isolasi
Sosial dengan tepat waktu tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Jiwa II. Dengan dituliskannya makalah ini diharapkan mahasiswa maupun
tenaga kesehatan dapat memahami Makalah Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Isolasi Sosial. Makalah ini tidak akan
selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Lilik Ma’rifatul Azizah, S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Dosen Mata Kuliah
Jiwa yang telah membimbing penulis.
2. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta
kelurga yang telah mendukung, mendorong memberikan fasilitas
kepada penulis sehingga terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
2.1 Definisi...............................................................................................6
2.2.3 Patofisiologi............................................................................. 9
2
2.4.5 Srategi Komunikasi (SP) Berdasarkan Pertemuan ................ 28
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan
perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk
mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi
diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga
melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya,
semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami
dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain
(Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina hubungan sosial, individu
berada dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif. Respon
adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya.
4
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah
merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak
adanya kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah
besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang
merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang
lain atau lingkungan disekitarnya (Carpenito, 1997).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.) Diharapkan dapat berguna bagi penulis sendiri dan bermanfaat serta
menjadi pedoman bagi penulis lain yang berminat menyusun makalah
dengan tema yang sama.
2.) Sebagai sumbangan pemikiran atau bahan masukan khususnya bagi mata
kuliah terkait.
3.) Agar kita dapat mengetahui apa itu isolasi sosial.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
6
2.2 Proses Terjadinya Masalah
2.2.1 Etiologi
7
2) Faktor presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain yang menyebabkan ansietas. (Lilik Ma'rifatul
Azizah, 2016)
Terdapat dua respon yang dapat terjadi pada isolasi sosial, yakni:
a. Respon adaptif
Respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
secara umum serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah
8
4. Interdependen: saling ketergantungan antar individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptif
Respon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial. Yang
termasuk respon maladaptif adalah:
1. Menarik diri: seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain
2. Ketergantungan: seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi: seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
4. Curiga: seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
5. Impulsif: ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk
dan cenderung memaksanakan kehendak.
6. Narkisime: harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pence,
buru dan marah jika orang lain tidak mendukung.
2.2.3 Patofisiologi
9
Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu
serta tingkah laku primitif atara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakhibat lanjut menjadi
halusinasi. (Stuart, 2007)
orang lain
(regresi)
Tidak mampu
lain
ISOLASI
SOSIAL
10
2.3 Tanda dan Gejala
Gejala subjective:
Gejala objective:
11
18. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi
tidur).
2.4.1 Pengkajian
12
2) Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang, atau dirawat di rumah
sakit, biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain),
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi
dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, dependen,
perasaan kesepian, merasa tidak aman berada dengan orang lain, merasa
bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak mampu berkonsentrasi,
merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dalam melangsungkan hidup.
Apakah sudah tau penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan
keluarga untuk mengatasi maslah ini.
3) Faktor predisposisi
13
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor lain dan faktor keluarga
seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang
berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat dirumah sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu mengatasi
masalah diyakini akn menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan (isolasi social)
5) Pemeriksan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6) Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan presepsi klien terhadapntubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhaap bagian tubuh yang tidak disukai. Pada klien dengan
isolasi social, klien menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima bagian tubuh yang terjadi dan akan terjadi,
menolak penjelsan perubahanbentuk tubuh, presepsi negative tentang tubuh,
preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan perasaan
keputusan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Klien dengan isolasi social mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau peranyya, dan
14
bagaimana perasaan akibat perubahan tersebut. Pada klien dengan isolasi
social bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, purus skolah, PHK, perubahan yang terjadi saat klien sakit
dan dirawat.
d) Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien dengan isolasi social cenderung mengungkapakan
keputusan karena penyakitnya, mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan social, merendahkan martabat, menciderai diri, dan kurang
percaya diri.
c. Hubungan social
Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus menyadari luasnya dunia
kehidupan klien.Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien, tempat
mengadu, bicara minta bantuan atau dukungan baik ecara material maupun
non-material. Peran serta dalam kegiata kelompok/ masyarakat social apa saja
yang diikuti dilingkungan. Pada penderita ISOS perilaku social terisolasi atau
sering menyendiri, cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun, dan berdiam diri. Hambatan klien dalam menjalin hubungan soial
oleh karena malu atau merasa adanya penolakan oleh orng lain.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
7) Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kak. Pada klien
dengan isolasi social mengalami defisit perawatan diri ( penampilan tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
15
rambut kotor, rambut seperti tidak pernah disisir, gigi kotor kuning, kuku
panjang dan hitam).
2. Pembicaraan
Tidak mampu memulai pembicaraan,berbicara hanya jika ditanya. Cara
berbicara digambaran dalam frekuensi (kecepatan, cepat/lambat) volume
(keras/lembut) jumlah (sedikit, membisu, ditekan) dan karakteristiknya (gugup,
kata-kata berbicara yang pelan (lambat, lembut, sedikit/membisu, dan
menggunakan kata-kata simbolik).
3. Aktivitas motorik
Klien dengan isoasi social cenderung lesu dan lebih sering duduk menyendiri,
berjalan pean dan lemah.Aktivitas motorik menurun, kadang ditemukan
hipoksia dan katelepsi.
4. Afek dan emosi
Klien dengan isolasi social cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka
pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan) dan tumpul
(hany bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat).
16
dalam pikirannya sendiri, hanya memuaskan keinginannya tanpa peduli
sekitarnya, menandakan ada distorsi arus assosiasi dalam diri klien yang
dimanifestasikan dengan lamunan yang cenderung menyenangkan dirinya.
b. Isi fikir
Social isolation ( pikiran isolasi social) yaitu isi pikiran yang berupa rasa
terisolasi, tersekat, terkucul, terpencil dari lingkungan sekitarnya/masyarakat,
merasa ditolak, tidak disukai orang lain, dan tidak enak berkumpul dengan
orang lain sehingga sering menyendiri.
8. Tingkat kesadaran
Pada klien dengan isolasi social cenderung bingung, kacau (perilaku yang tidak
mengarah pada tujuan) dan apatis (acuh tak acuh)
9. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien sulit mengingat hal-hal
yang terjadi oleh karena menurunnya konsentrasi.
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada klien dengan isolasi social tidak mampu berkonsentrasi: klien selalu
minta agar pertanyaan diulang karena tidak bisa menangkap apa yang
ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
11. Daya tilik
Pada klien dengan isolasi social cenderung mengingkari penyakit yang
diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi)
pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta pertolongan/klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
8) Koping penyelesaian masalah
17
3. Isolasi adalah mekanisme mental yang tidak sadar yang
mengakibatkan timbulanya kegagalan defensive dalam
menghubungkan perilaku dengan motivasi atau pertentangan
antara sikap dan perilaku.
1. Isolasi social
2. Harga diri rendah kronis
3. Perubahan presepsi sensori: Halusinasi
4. Koping individu tidak efektif
5. Intoleransi aktivitas
6. Defisit perawatan diri
18
Perencanaan
Tujuan Umum:
Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain.
berjabattangan rencana
a. Sapa klien
Klien mau selanjutnya
dengan
menjawab
ramah ,baik
pertanyaan
verbal
Ada kontak maupun non
mata verbal
Klien mau
duduk b. Perkenalkan
dengan sopan
perawat
c. Tanya nama
lengkap
klien dan
nama
19
pangilan
yang disukai
Klien
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
janji
f. Tunjukan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya
g. Beri
perhatian
pada klien
20
a.Diri sendiri mengungkapkan selanjutnya.
perasaan
b.Orang lain
penyebab
c .Diskusikan
bersama klien
tentang perilaku
menarik diri,
tanda dan gejala.
d. Berikan pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan
perasaanya,
Perencanaan
21
berhubungan berhubungan lain
dengan orang dengan orang
3.2 Beri kesempetan
lain dan lain.misal banyak
klien untuk
kerugian tidak teman ,tidak
mengungkapkan
berhubungan sendiri ,bisa
perasaannya
dengan orang diskusi,dll.
tentang
lain Klien dapat
keuntungan
menyebutkan
berhubungan
tentang kerugian
dengan dengan
tidak berhubungan
orang lain
dengan orang lain
misal: sendiri 3.3 Diskusikan
tidak k punya bersama klien
teman, sepi,dll. tentang manfaat
berhubungan
berhubungan
dengan orang
lain
3.4 Kaji
pengetahuan
klien tentang ke
rugian bila tidak
berhubungan
dengan orang
lain. .
22
perasaan tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dngan orang lain
3.6 Diskusikan
bersama klien
tentang kerugian
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
3.7 Ben
reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain
23
a) Klien-perawat berhubungan lain
b) Klien-perawat- dengan orang
perawat lain . lain melalui
c) Klien- perawat-
Klien-perawat
perawat lain-
Klien-perawat-
klien lain
perawat lain .
d) Klien-kelompok
Klien- perawat-
kecil
perawat lain-
Klien-keluarga/ klien lain
kelompok Klien-
/masyarakat kelompok kecil
Klien-keluarga/
kelompok
/masyarakat
4.3 Beri
reinforcement
terhadap
keberhasilan
yang yang telah
dicapai di rumah
nanti.
24
4 5 Diskusikan
jadwal harian
yang dapat
dilakukan
bersama klien
dalam mengisi
waktu
4.7 Beri
reinforcement
atas kegiatan
klien dalam
kegiatan ruangan
Perencanaan
25
mengungkapkan mengungkapkan berhubungan berhubungan
perasaannya perasaannya setelah dengan orang dengan orang
setelah berhubungan lain lain
berhubungan dengan orang lain mengetahui
dengan orang lain untuk : sejauh mana
berhubungan tidak
26
atau keluarga Perasaannya Sampaikan dengan orang
atau keluarga tujuan lain
b) Menjelaskan
mampu Membuat kontrak
cara. merawat Mengetahui
mengembangkan Eksplorasi
klien menarik sejauh mana
kemampuan klien perasaan
diri pengetahuan
untuk keluarga
klien tentang
berhubungan c)
6..2 Diskusikan membina
dengan orang lain Mendemonstrasi
dengan anggota hubungan
. kan cara
keluarga dengan orang
perawatan
tentang: lain
menarik diri
a Perilaku menarik
d) .Berpartisipasi
diri
dalam
perawatan b Penyebab perilaku
menarik diri menarik diri.
c.Cara keluarga
menghadapi klien
yang sedang
menarik
6.4 Anjurkan
27
anggota
keluarga untuk
secara rutin dan
bergantian
mengunjungi
klien minimal
1x seminggu
6.5 Beri
reinforcement
atas hal-hal
yang telah
dicapai oleh
keluarga
SP 1 Pasien:
1. Identifikasi penyebab:
a) Siapa yang satu rumah dengan pasien?
b) Siapa yang dekat dengan pasien? Dan apa sebabnya?
c) Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Dan apa penyebabnya?
2. Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
3. Latihan berkenalan
4. Masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1)
2. Melatih berhubungan social secara bertahap (pasien dan
keluarga)
3. Memasukkan kedalam jadwal harian.
SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
28
2. Latih ADL (Kegiatan sehari – hari), cara bicara
3. Masukkan kedalam kegiatan jadwal klien
SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi social serta
protes terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat klien dengan isolasi social
4. Bermain peran dalam merawat pasien isolasi social (Simulasi)
5. Menyusun RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan isolasi social
3. Menyusun RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat klien
SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1,2)
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.
2.4.6 Evaluasi
29
Ruangan :
Kartu perawat :
Peninjau pengisisan :
1. Beri tanda (v) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di
bawah ini
2. Lakukan supervise
No Kemampuan T T T T
tgl tgl tgl tgl
A Pasien
30
1 Menyebutkan pengertian,
penyebab, tanda dan gejala isolasi
soasial
2 Menyebutkan cara-cara merawat
pasien dengan isolasi social
3 Mendemontrasikan cara
merawat poasien dengan isolasi sosisal
4 Menyebutkan tempoat rujukan
yang sesuai untuk pasien isolasi sosial
2. Kemampuan perawat
Nama pasien :
Ruangan :
31
Nama perawat :
N
No
Kemampuan T T T T T T T
tgl tgl tgl tgl tgl tgl tgl
A Pasien
Sp I p
1Mengidentifikasin
1 penyebab isolasi social
2Berdiskusi dengan
2 pasien tentang
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
3
3 Berdiskusi
dengan pasien tentang
kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain
4Mengajarkan pasien
4 cara berkenalan dengan
satu orang
5Menganjurkan pasien
5 memasukan kegiatan
latihan berbincang-
bincang dengan orang
32
lain dalam kegiatan
harian
6 Nilai SP I p
SP II p
1 Mengevaluasi
1 jadwal kegiatan harian
pasien
2 Memberikan
2 kesempatan kepada
pasien mempraktekan
cara berkenalan dengan
satu orang
3Membantu pasien
3 memasukkan kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
sebagai salah satu
kegiatan harian
Nilai SP III p
SP III p
1Mengevaluasi jadwal
1 kegiatan harian pasien
2 Memberikan
2 kesempatan kepada
berkenalan dengan dua
33
orang atau lebih
3 Menganjurkan
3 pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan
harian
B Keluarga
SP I k
1Mendiskusikan masalah
1 yang dirasakan
keluaraha dalam
merawat pasien
2Menjelaskan pengertian
2 , tanda dan gejala isolasi
social yang dialami
pasien berserta proses
terjadinya
3Menjelaskan cara-cara
3 merawat pasien isolasi
social
Nilai SP I k
No
Kemampuan T T T T T T T
tgl tgl tgl tgl tgl tgl tgl
Sp II k
34
1 Melatih keluarga
mempraktekan cara
merawat pasien dengan
isolasi social
2 Melatih keluarga
melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
dengan isolasi social
Nilai SP II k
1 Membantu
keluarga membuat
aktivitas dirumah
termasuk minum obat
(discharge plainning)
2 Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang
Nilai SP III p
Total nilai : SP
p+ SP k
Rata- rata
DAFTAR PUSTAKA
35
Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan
Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Nn. Y masuk RSJ pada tanggal 1 Februari 2019 pukul 09.00 WIB,
keluarga klien mengatakan masuk RSJ karena sering menyendiri dan merasa di
tolak di lingkungan keluarganya, semenjak dia berhenti dari pekerjaanya sebagai
buruh pabrik di Surabaya. Padahal klien anak paling tua dan di jadikan sebagai
36
tulang punggung di keluarganya. Semenjak saat itu klien merasa dirinya tidak
berguna di keluarganya. Selain itu keluarga klien juga mengatakan klien tidak
mau bergaul dengan orang lain, tidak banyak bercakap- cakap, banyak melamun,
mengurung diri dan sering menyendiri. Kebanyakan klien selalu berdiam diri di
kamar dan kurang bersosialisasi baik dengan orang yang berada di rumahnya dan
tetangga sekitarnya, serta klien selalu pesimis, ragu, dan tidak mampu
merumuskan keinginan, dan selalu merasa tertekan. Keluarga mengatakan klien
pernah mengikuti kegiatan masyarakat Karang Taruna selama kurang lebih 4
tahun, pada pertengahan tahun 2017 klien mulai tidak aktif terlibat. Keluarga
mengatakan ia sudah dua kali masuk RSJ, pertama kali pada tahun 2018 karena
klien sering menyalahkan, mengejek , mengkeritik dirinya sendiri, serta merasa
tidak bisa dan tidak tahu apa-apa, klien merasa tidak pernah melakukan sesuatu
dengan benar, dan yang kedua kalinya adalah sekarang, klien dimasukan ke RSJ
karena klien selalu berdiam diri dan tidak bersosialisasi, baik dengan keluarganya
dan orang disekitarnya. Dari hasil pengkajian dijumpai klien sering
menyendiri, kontak mata kurang, kurang spontan, apatis, ekpresi wajah
kurang berseri. Selain itu didapatkan rambut dan pakaian tidak tertata rapi, klien
tampak kotor, gigi kuning, kuku hitam dan panjang.kontak mata kurang, kalau di
tanya klien cenderung blocking, apatis. TD : 120/90 mmHg, N : 86 x/menit . RR :
24 x/menit . S : 37 0C .
1. Faktor Predisposisi
37
keluarganya. Semenjak saat itu klien merasa dirinya tidak berguna di
keluarganya.
2. Faktor Presipitasi
Keluarga mengatakan ia sudah dua kali masuk RSJ, pertama kali pada tahun 2018
karena klien sering menyalahkan, mengejek , mengkeritik dirinya sendiri, serta
merasa tidak bisa dan tidak tahu apa-apa, klien merasa tidak pernah melakukan
sesuatu dengan benar saat dirumah keluarga klien mengatakan bahwa klien
minum obatnya tidak beraturan, jika sempat klien akan meminum obatnya. Klien
tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan tindakan kriminal.
Keluarga klien juga mengatakan tidak ada yang mengalami gangguan jiwa di
keluarganya.
3. Koping
b) Model Social. Nn. Y tidak mau bersosialisasi dengan keluarga maupun orang
disekitarnya, sehingga peran perawat menggali system social klien dan
membantu menggunakan sumber yang tersedia serta menciptakan sumber yang
baru.
38
c) Model Interpersonal. Nn. Y merasa dirinya mendapatkan peran perawat
sendiri memberi kepuasan interpersonal dan mengurangi ansietas.
3.5.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Nn. Y
Umur : 24 tahun
Status Perkawinan : Belum Kawin
39
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Jalan Suka Maju
Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa
Rekam Medik : 234567
Tanggal masuk : 1 Februari 2019
Tanggal pengkajian : 1 Februari 2019
b. Alasan masuk
keluarga klien mengatakan masuk RSJ karena sering menyendiri dan
merasa di tolak di lingkungan keluarganya, semenjak dia berhenti dari
pekerjaanya sebagai buruh pabrik di Surabaya. Selain itu keluarga klien
juga mengatakan klien tidak mau bergaul dengan orang lain, tidak banyak
bercakap- cakap, banyak melamun, serta klien selalu pesimis, ragu, dan
tidak mampu merumuskan keinginan, dan selalu merasa tertekan.
c. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Ya, sudah 1 kali masuk
RSJ dan yang kedua kalinya sekarang
2. Pengobatan sebelumnya : kurang berhasil
3. Trauma
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
40
Penolakan Tahun
Lain-lain Tahun
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda vital : TD : 120/90 mmHg, N : 86 x/menit .
RR : 24 x/menit . S : 37 0C .
2) Ukuran : Berat Badan: tidak dikaji.
Tinggi Badan: tidak dikaji
3) Keluhan fisik : Tidak ada Ada, jelaskan
Jelaskan:
e. Psikososial
1. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: keluarga pasien
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat: Nn. Y pernah
mengikuti kegiataan masyarakat Karang Taruna selama
41
kurang lebih 4 tahun. Pada pertengahan tahun 2017 klien
mulai tidak aktif terlibat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien
merasa ditolak dilingkungan keluarganya semenjak berhenti
dari pekerjaannya sehingga klien lebih banyak menyendiri di
kamar.
f. Status Mental
1. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan
Kontak mata kurang
Tidak kooperatif
Defensif
Mudah tersinggung
Curiga
Lain-lain,
Jelaskan: apatis, blocking
42
g. Analisa data
No Symtom Problem
Do :
43
3.5.3 Diagnosa Keperawatan
Isolasi social
Perencanaan
berdampingan
d. Jelaskan tujuan
dengan perawat
pertemuan
f. Tunjukan sikap
empati dan
44
menerima klien apa
adanya
c .Diskusikan bersama
klien tentang
perilaku menarik
diri, tanda dan
gejala.
d. Berikan pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
45
perasaanya,
46
kepada klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dngan
orang lain
3.6 Diskusikan
bersama klien
tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain
47
perawat lain . Klien-perawat
c) Klien- Klien-perawat-
perawat- perawat lain .
perawat lain- Klien- perawat-
klien lain perawat lain-klien
d) Klien- lain
kelompok Klien-kelompok
kecil kecil
Klien-keluarga/
Klien-keluarga/
kelompok
kelompok
/masyarakat
/masyarakat
4 5 Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama
klien dalam
mengisi waktu
48
kegiatan terapi
Aktivitas kelompok
sosialisasi.
49
Klien dapat : keluarga percaya diri dan
memberdayakan tahu akibat
Keluarga dapat: Salam, perkenalan
sistem pendukung berhubungan
Sampaikan tujuan
atau keluarga atau a) Menjelaskan dengan orang
Membuat kontrak
keluarga mampu Perasaannya lain
mengembangkan Eksplorasi
Mengetahui
kemampuan klien b) Menjelaskan perasaan keluarga
cara. merawat sejauh mana
untuk berhubungan
6..2 Diskusikan pengetahuan
dengan orang lain . klien menarik
dengan anggota klien tentang
diri
keluarga tentang: membina
c) hubungan
a Perilaku menarik
Mendemonstra dengan orang
diri
sikan cara lain
perawatan b Penyebab perilaku
menarik diri menarik diri.
50
bergantian
mengunjungi
klien minimal 1x
seminggu
6.5 Beri
reinforcement atas hal-
hal yang telah dicapai
oleh keluarga
51
3.5.5 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK)
Pertemuan : Ke – 1
A. Proses Keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab :
52
•Siapa yang dekat dengan pasien ? Apa sebabnya ?
c. Melatih berkenalan.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapuetik
b. Evaluasi / Validasi
c. Kontrak
- Topik : “ Mbak, bagaimana kalau hari ini kita mengobrol, Bagaimana Mbak
mau tidak ? Nanti Mbak juga dapat bercerita kepada saya kenapa kok
Mbak lebih suka menyendiri, saya akan mendengarkan Mbak dengan
baik.”
53
- Waktu : “ Mbaknya mau mengobrol berapa lama ? Bagaimana kalau 30 menit
saja ?Agar Mbak dapat cerita dengan santai dan lebih nyaman.”
2. Tahap Kerja
“Di rumah Mbak tinggal dengan siapa saja ?dan siapa yang paling dekat dengan
Mbak ?
“Oh, jadi Mbak tidak suka bergaul dengan keluarga dan orang lain karena Mbak
merasa tidak dapat menjadi anak yang berguna, dan karena berhenti dari
pekerjaannya sebagai buruh pabrik?”
“Lalu kalau ada masalah Mbak biasanya sering cerita kepada siapa?”
“Oo jadi kalau ada masalah Mbak tidak cerita pada siapa- siapa dan hanya di
pendam sendiri?”
“Kira – kira mbak tahu tidak kerugian jika Mbak lebih banyak menyendiri dari
pada berinteraksi dengan orang lain?
“Ya benar mungkin kalau sendiri Mbak akan merasa lebih nyaman.Tapi jika
Mbak bersikap seperti itu lama – kelamaan Mbak pasti akan merasa sendirian dan
bosan, bahkan merasa tidak dipedulikan.”
“Ditambah lagi jika ada masalah dan tidak ada yang diajak untuk berbagi atau
di mintai pendapat membuat masalah akan menjadi menumpuk dan Mbak jadi
banyak pikiran. Kemudian jika ada masalah dan hanya menyendiri serta berdiam
diri tidak akan menyelesaikan masalah yang Mbak hadapi.
54
“Sebaliknya jika Mbak suka berinteraksi dengan orang lain , kita dapat
mengeluarkan unek – unek yang ada pada diri kita, meminta pendapat akan
masalah yang kita hadapi, membuat diri kita menjadi lega setelah bercerita kepada
orang lain. Dan jika Mbak tidak suka dengan perilaku orang lain kepada Mbak,
Mbak dapat menegurnya dengan baik atau menanyakan mengapa perilakunya
seperti itu kepada Mbak.”
“Selain itu jika sering berinteraksi dengan orang lain kita juga merasa tidak
sendiri dan merasa banyak yang peduli pada diri kita, serta akan banyak
pengalama dan informasi yang di dapat jika kita berinteraksi dengan orang lain.”
“Baik Mbaknya untuk latihan atau belajar berinteraksi dengan orang lain,
yang pertama harus kita lakukan yakni menyebutkan dahulu nama kita dan nama
panggilan yang kita sukai.”
“Contohnya seperti ini, nama saya Durrotun nafisah , biasanya dipanggil
Durroh.”
“Selanjutnya Mbak menanyakan nama orang yang Mbak ajak berkenalan.
Contohnya seperti ini : Nama anda siapa ? Dan senangnya dipanggil apa?”
“Jadi seperti itu, cara memulai interaksi dengan orang lain.”
“Nah..sekarang coba Mbak praktekan! Seolah – olah Mbak belum kenal
saya.”
“ Ya, bagitu. Bagus sekali !Mbak dapat melakukannya dengan baik.”
“Setelah Mbak saling berkenalan dengan orang tersebut.Mbak bisa
melanjutkan pembicaraan dengan menanyakan tentang hal – hal yang
menyenangkan, seperti hobi atau kegiatan yang disukai, keluarga, pekerjaan, dan
sebagainya.”
55
“Bagaimana apakah Mbak sudah mengerti? Mudahkan melakukan
interaksi dengan orang lain.”
“Mbak hanya perlu sering melakukannya, supaya Mbak terbiasa untuk
berinteraksi dengan orang lain.”
“Ohh ya bagaimana jika kita buat jadwal untuk kegiatan hari – hari dan
kegiatan hari ini kita masukkan ke dalam jadwal tersebut?”
“Mbak tidak keberatan bukan?”
3. Tahap Terminasi
- Data Subyektif
- Data Obyektif
56
dengan orang lain ?nanti Mbak saya ajari dan saya akan memberikan
contoh bagaimana caranya berinteraksi.”
57
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK )
Pertemuan : Ke - 2
A. Proses Keperawatan
Kondisi : Pasien tidak mau bergaul dengan orana lain, dan rambut
kusam serta tidak tetata.Namun klien sudah mengetahui
keuntungan dan kerugian jika tidak berinteraksi dengan
orang lain.
58
c. Masukkan Kedalam jadwal kegiatan
harian.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
” Selamat pagi Mbak ?perkenalkan nama saya Siti
Zulaikha, saya biasa dipanggil saya Ica, saya adalah mahasiswa
dari STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO yang sedang
praktek di sini, dan saya adalah perawat yang bertugas pada pagi
hari ini”
b. Evaluasi/ Validasi
”Bagaimana perasaan Mbak pagi ini?Saya harap secerah
cuaca hari ini.”
“Apakah Mbak masih ingat dengan apa yang saya diajarkan
kemarin tentang bagaimana cara memulai interaksi dengan orang
lain?”
c. Kontrak
- Topik : Oh iya, Mbak masih ingat tidak kita mau
ngapain hari ini? “
“Hari ini kita akan latihan berinteraksi atau
belajar berkenalan dengan salah satu
perawat dari Ruang A, Mbak seperti yang
telah kita sepakati kemarin? Bagaimana,
apakah Mbak sudah siap ?
- Waktu : Kira – kira Mbak butuh waktu berapa
59
Bagaimana jika di ruang perawatan saja ?
2. Fase Kerja
“Mbak tunggu disini sebentar ya! Saya akan memanggilkan perawat dari
Ruang A terlebih dahulu. Nanti Mbak melakukan seperti yang sudah saya
contohkan kepada Mbak ya! Mbak tidak perlu malu jika melakukan interaksi
dengan orang lain, bukankah kita sudah belajar kemarin? Dan Mbak pasti bisa
melakukannya.”
“Ya sudah, Mbak bersiap – siap dulu.Saya akan memanggil perawat dari
Ruang A.”
“Baiklah Mbak, ini perawat dari Ruang A yang akan pertama melakukan
perkenalan dengan Mbak.”
“Ayo sekarang coba Mbak sebutkan nama Mbak sambil berjabat tangan
dan tanyakan nama perawat ini!”
“Setelah itu, coba Mbak tanyakan asal perawat ini dan apa hobinya?”
“Sekarang terserah Mbak ingin menanyakan hal apa pada perawat ini?”
“Baiklah kalau begitu, latihan berkenalan untuk hari ini sampai disini
saja.Mbak sudah melakukannya dengan sangat baik.”
3 Tahap Terminasi
60
a. Evaluasi Respon Klien
- Data Subyektif
- Data Obyektif
61
- Tempat : “Mbaknya nanti ingin tetap di sini atau ganti
Tempat ? Bagaimanan jika tetap disini saja
?”
“ Kalau begitu terimah kasih atas
kerjasamanya untuk Mbak, dan jangan lupa tetap
mengasah kemampuannya.”
62
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK )
Pertemuan : Ke – 3
A. Proses Keperawatan
Kondisi klien : Pasien terlihat tidak mau bergaul dengan orang lain,
tidak banyak bercakap-cakap, banyak ngelamun,
mengurung diri dan sering menyendiri .Namun klien
sudah mengetahui keuntungan dan kerugian jika tidak
berinteraksi dengan orang lain. Dan sudah dapat
berinteraksi dengan perawat lain, yakni perawat ruang
A.
secara bertahap.
63
b. Melatih ADL ( kegiatan sehari – hari ), cara bicara.
B.Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik:
“Selamat pagi perkenalkan nama saya Liya Wanda Sari, saya biasa
dipanggil saya Liya, saya adalah mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT
PPNI MOJOKERTO yang sedang praktek di sini, dan saya adalah perawat
yang bertugas pada pagi hari ini
b. Evaluasi/Validasi
“ Mbak masih ingat tidak, apa saja yang sudah dilakukan pada
pertemuan satu dan pertemuan dua ?”
c. Kontrak
64
“Ya sudah jika tidak ada, kalau begitu saya yang
akan memilih petugas yang akan melakukan latihan
berkenalan dengan Mbak.”
2. Fase Kerja
“Baiklah Mbak, karena saya yang memilih dua orang petugas rumah sakit
untuk latihan berkenalan dengan Mbak. Saya harap nanti Mbak dapat mandiri
melakukan latihan perkenalan seperti kemarin.”
“Baiklah Mbak, ini dua orang petugas yang akan berkenalan dengan
Mbak, ini petugas kebersihan di rumah sakit ini, dan Bapak ini petugas yang
menjaga keamanan di rumah sakit ini.. Coba sekarang Mbak ajak berkenalan
seperti yang kita lakukan kemarin.”
“Coba pertama apa yang harus ditanyakan, Mbak jangan malu.Orang kalau
diajak berkenalan pasti senang.”
“Ya bagus...... terus selanjutnya apa lagi yang akan ditanyakan, terserah
Mbak ingin bertanya apa. Nanti gantian perawatnya juga akan tanya tentang diri
Mbak.”
65
“ Bagus sekali, Mbak sudah semakin mahir dalam latihan berkenalan.”
“Ya sudah, kita mulai dengan menyisir rambut dan merapikan tempat
tidur.”
“Nah rambutnya sudah rapi, sekarang kita belajar menata tempat tidur.”
“Jadi, seprainya harus dilipat masuk kedalam pada setiap ujungnya seperti
ini, kemudian merapikan atasnya, dengan menata bantal serta guling dengan rapi.”
“Kemudian kita bersihkan bagian atasnya, agar tidak berdebu dan kotor.”
“ya seperti itu Mbak , tidak apa – apa jika belum bisa. Kan kita nanti bisa
belajar lagi.”
3. Tahap Terminasi
66
- Subyektif
- Obyektif
Pasien dapat melakukan latihan interaksi ketiga yakni dengan dua
petugas rumah sakit lain serta dapat sedikit mempraktekakkn cara merawat diri
yang sudah diajarkan.
67
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
68
“Selamat pagi, Pak. Apakah bener ibu keluarga dari Nn.y ?”
perkenalkan nama saya Lely Nur Indah P, saya biasa dipanggil saya Lely,
saya adalah mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
yang sedang praktek di sini, dan saya adalah perawat yang bertugas pada sore
hari ini.”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana keadaan Nn. Y ?apakah sudah ada perkembangan?”
c. Kontrak
Topik : “baiklah bu, bagaimana kalau siang hari ini kita bercakap-cakap
sebentar tentang kondisi Nn. Y yang tidak mau berinteraksi dengan orang lain
dan cara mengatasinya? Dan nanti saya juga akan memberikan beberapa
informasi yang perlu ibu ketahui untuk merawat mbak”
Tempat: “ ibu ingin mengobrol dimana? Bagaimana jika di ruang perawat
saja?”
Waktu : “ kira-kira ibu bisanya berapa lama?bagaimana kalau 30 menit saja?
Apakah ibu bersedia”
2. Fase Kerja
“Apa masalah yang Bapak/Ibu hadapi dalam merawat Nn. Y? Apa yang
sudah dilakukan?
“Masalah yang dialami oleh Nn. Y disebut isolasi sosial. Ini adalah
salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa
yang lain”
“Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain,
mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
“Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang
mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak,
tidak dihargai atau berpisah dengan orang-orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa
mengalami halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang
sebetulnya tidak ada. Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan
anggota keluarga lainnya harus sabar menghadapi Nn. Y dan untuk
69
merawwatnya, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus
membina hubungan saling percaya dengan Nn. Y yang caranya adalah bersikap
peduli dengan Nn. Y dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberi
semangat dan dorongan kepada Nn. Y untuk bisa melakukan kegiatan bersama-
sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi
pasien.”
3. Fase Terminasi
Evaluasi Subjektif :
“Nah Bagaimana perasaan ibu, setelah kita mengobrol dengan saya?dapatkah
ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi Nn. Y dan bagaimana cara
merawatnya?”
Evaluasi Obyektif :
Orang tua pasien dapat menjelaskan kembali bagaimana proses terjadinya
isolasi sosial beserta penyebabnya. Dan dapat menjelaskan kembali bagaimana
cara merawat pasien. kegiatan pasien.
a. Rencana tindak lanjut
“Baiklah bu setelah saya jelaskan tentang keadaan Nn. Y dan penyebabnya,
serta telah saya ajarkan bagaimana cara merawat Nn. Y . Saya harap ibu dapat
mengerti dan tetap melakukannya baik di rumah sakit maupun di rumah.”
b. Kontrak
Topik :
” baiklah ibu,saya rasa cukup untuk perbincangan kita. Silahkan ibu melihat
kondisi Nn. Y terlebih dahulu. Nanti kalau ibu kesisni lagi dapat kita lanjutkan
untuk melakukan pujian secara langsung kepada Nn. Y seperti yang kita
praktekan tadi. Bagaimana apakah ibu bersedia?
Waktu :
“ kira-kira nanti ibu disini sampai pukul berapa?” bagaimana jika besok kita
lakukan interaksi secara langsung pada Nn. Y pukul 10.00?”
Tempat :
“ untuk tempatnya di ruang perawat ini saja ya bu sekarang saya permisi dulu,
dan terima kasih atas kerja sama ibu ,selamat siang!”
70
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK )
Pertemuan : Ke-5
A. Proses Keperawatan
1.) Kondisi klien
klien sudah mengetahui keuntungan dan kerugian jika tidak
berinteraksi dengan orang lain. Dan sudah dapat berinteraksi dengan 3
orang perawat lain dan petugas rumah sakit, yakni perawat ruang A,
serta tukang kebun dan satpam.
2.) Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial
3.) Tujuan Keperawatan
Tujuan : TUK 6 Klien dapat memberdayakan system
pendukung ( keluarga ) atau keluarga mampu mengembangkan
kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
4.) Rencana Tindakan Keperawatan: (SP1keluarga)
- Bermain peran dalam merawat pasien isolasi sosial (simulasi)
- Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
71
“Selamat pagi, bu. Apakah benar ibu keluarga dari Nn.y ?” perkenalkan
nama saya Anisa Chusnul Rochma, saya biasa dipanggil saya Anisa, saya
adalah mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO yang
sedang praktek di sini, dan saya adalah perawat yang bertugas pada pagi hari
ini.”
b. Evaluasi / Validasi
c. Kontrak
Topik : “baiklah bu, bagaimana kalau pagi hari ini kita bercakap-
cakap sebentar dan bermain peran dalam merawat Nn. Y dan menyusun jadwal
untuk merawat klien”
Tempat: “ ibu ingin mengobrol dimana? Bagaimana jika di ruang
perawat saja?”
Waktu : “ kira-kira ibu bisanya berapa lama?bagaimana kalau 30
menit saja? Apakah ibu bersedia”
2. Fase Kerja
“Sesuai janji kita kemarin sekarang kita latihan untuk bermain peran.”
“Begini contoh komunikasinya, Pak: Y, bapak lihat sekarang kamu sudah
bisa bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama.
Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu, nak. Coba kamu bincang-
bincang denga saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu
sholat berjamaah. Kalau dirumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau
dirumah, kamu sholat bersama-sama keluarga atau di mushola kampung.
Bagaimana Y, kamu mau coba kan, nak?”
“Nah, coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya
contohkan”
“Bagus, Pak. Bapak telah peragakan dengan baik sekali”
“Nah, untuk selanjutnya jangan biarkan Nn. Y sendiri. Buat rencana atau
jadwal bercakap-cakap dengan Nn. Y. Misalnya sholat bersama, makan
bersam, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama”
72
“Sampai disini ada yang ditanyakan Pak?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien
Evaluasi Subjektif :
“Nah Bagaimana perasaan Bapak, setelah kita mengobrol dengan
saya?dapatkah ibu jelaskan kembali cara berkomunikasinya?”
Evaluasi Obyektif :
orang tua pasien dapat menjelaskan kembali bagaimana cara
berkomunikasi dengan Nn. Y
b. Rencana tindak lanjut
“baiklah pak setelah saya jelaskan tentang keadaan Nn. Y dan
penyebabnya, serta telah saya ajarkan bagaimana cara merawat Nn. Y . Saya
harap ibu dapat mengerti dan tetap melakukannya baik di rumah sakit maupun
di rumah.”
c. Kontrak
Topik :
73
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK )
Pertemuan : Ke-6
A . Proses Keperawatan
74
B . Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat siang Ibu,perkenalkan nama saya Siska Hotmauli, saya biasa
dipanggil saya Siska, saya adalah mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO yang sedang praktek di sini, dan saya adalah perawat yang
bertugas pada pagi hari ini Tidak bosan kan Ibu dengan saya?”
b. Validasi/ Evaluasi
“ Bagaimana Ibu masih ingat dengan yang saya ajarkan kemarin tentang cara
merawat Nn. Y ? Kira –kira bagaimana perkembangan Sudah ada perbaikan atau
tidak ?”
c. Kontrak
- Topik : Baiklah Ibu, seperti kesepakatan kita
kemarin, hari ini kita akan melakukan interaksi secara langsung dengan Nn.
Y, namun untuk siang ini yang akan melakukan interaksi yakni Bapak.”
- Waktu : ibu ingin berinteraksi dengan Nn. Yberapa lama?
Bagaimana jika 25 menit saja.”
- Tempat : “ Sesuai kesepakatan kemarin, kita akan
mengobrol di ruang perawatan. Atau Ibu ingin ke tempat lain ?”
2. Tahap Kerja
“ Baiklah Ibu mari kita menemui Nn. Ydi ruang perawatan. Dan Ibu bisa
menunggu di sini sebentar atau di ruang tunggu.”
“Saya harap nanti Ibu langsung mempraktekan sendiri seperti yang saya
ajarkan dan kita latih kemarin.Nanti akan saya pantau dari belakang.”
“Mungkin awalnya Nn. Yakan agak ragu untuk memulai komunikasi,
namun Ibu harus sabar dan jangan bersikap canggung, Ibu bisa senyum untuk
membuat Nn. Ytidak asing dengan keadaan sekitar, dan jangan lupa untuk
memberikan pujian setelah melakukan latihan interaksi kepada Nn. Y”
“Ya, bagus. Ibu sudah dapat mempraktekkan cara berinteraksi dengan Nn.
Ydengan baik dan dapat memberi pujian kepada Nn. Y.”
75
“Saya rasa, cukup untuk hari ini, perkembangan Nn. Ysudah sangat baik,
dan Ibu juga dapat melakukannya dengan baik.”
3. Fase Terminasi
A. Evaluasi Respon Klien
- Subjektif
“ Bagaimana perasaan Ibu setelah melakukan interaksi secara langsung
dengan Nn. Y?”
- Objektif
Keluarga pasien dapat melakukan interaksi dengan baik, serta
mendampingi pasien dengan sabar.
“Nn. Ysekarang sudah dapat berinteraksi dan latihan merawat diri, saya
harap bapak dan ibu untuk menjenguk Nn. Y1 minggu sekali setidaknya biar
Nn. Ydapat melatih kemampuanya untuk berinteraksi dan agar tidak merasa
kesepian.”
c. Kontrak Akan Datang
- Topik : Baiklah Ibu, bagaimana jika pertemuan selanjutnya giliran
Ibu atau anggota keluarga lain yang berinteraksi dengan Nn. Y?”
“Kira-kira Ibu kapan kesini lagi?Bagaimana jika besok saja?”
- Waktu : “Ibu nanti maunya jam berapa bertemu dengan saya di sini ?
Bagaimana kalau jam 14.00 WIB saja setelah Ibu menemui
Nn. Y.”
- Tempat : “ Dan untuk nanti Ibu ingin bertemu dimana? Bagaimana jika
di ruang perawatan saja?”
76
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
Nama : M. Afifudin
Pertemuan : Ke-7
A . Proses Keperawatan
B . Strategi Komunikasi
77
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat siang Bapak perkenalkan nama saya M. Afifudin saya biasa dipanggil
saya Afif, saya adalah mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO yang sedang praktek di sini, dan saya adalah perawat yang
bertugas pada pagi hari ini
b. Validasi/ Evaluasi
c. Kontrak
“Bapak/Ibu, ini jadwal Nn. Y selam dirumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan dirumah? Di rumah Bapak/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan
jadwal ini dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
“Hala-hal yang dilakukan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Nn.
Y selam dirumah. Misalnya Nn. Y terus menerus tidak mau bergaul dengan orang
lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskesmas...., puskesmas
terdekat dari rumah Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0321)554xxx”
78
“selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan Nn.
Y selama dirumah’
3. Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah melakukan interaksi secara langsung
dengan Nn.y?”
Evaluasi Objektif
Keluarga pasien dapat melakukan interaksi dengan baik, serta mendampingi
pasien dengan sabar.
“ Nn.Y sekarang semakin mahir melakukan interaksi, saya harap jika berada
di rumah Ibu dan Bapak tetap mendampingi dan mengajak Nn.y berinteraksi
seperti ini. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak.”
- Topik :-
- Waktu : -
- Tempat :
79
3.5.6 Terapi modalitas keperawatan untuk kasus isolasi sosial
1) Terapi Individual
Dengan terapi individual, perawata menjalin hubungan saling pecaya
dengan klien agar tecipta rasa turst kepada perawat. Sehingga, klien
dapat dengan leluasa menceritakan semua yang ia rasakan, dengan
demikian klien merasa aman, nyaman, klien dapan mengembangkan
kemampuannya dalam menyelesaikan konflik, meredakan penderitaan
emosional, dan klien dapat memenuhi kebutuhan dirinya serta
mempermudah proses asuhan keperawatan jika sudah terjalin rasa
saling percaya klien terhadap perawat. Terapi individual untuk TUK 1,
2, 3, 4, 5.
2) Terapi Kognitif
Karena klien mempunyai persepsi dan pemikiran yang negatif atau
salah, diperlukan terapi kognitif untuk merubah hal tersebut. Sehingga,
diharapkan dengan terapi kognitif persepsi dan pemikiran lien yang
negatif berubah menjadi positif/baik, klien juga mampu
mempertimbangkan stresor, mengidentifikasi pola berpikir, persepsi
dan keyakin yang tidak baik. Terapi kognitif untuk TUK 2,3.
3) Terapi Kelompok
Karena klien cenderung menarik diri dan tidak bersosialisasi,
diperlukan terapi kelompok agar klien dapat berinteraksi dengan orang
lain seperti sebelum klien mengalami gangguan dapat bersosialisasi.
Perawat dapat berinteraksi dengn sekelompok klien secara teratur,
membantu anggota kelompok meningkatkan kesadaran diri,
menigkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku
maladaptif menjadi adapif. Terapi kelompok unuk TUK 1,3,4,5,6.
80
3.5.7 Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas yang cocok untuk klien isolasi sosial yaitu terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS). Hal tersebut di krenakan klien sering menyendiri
(menghindar dari oranglain), komunikasi berkurang (bicara apabila di tanya,
jawaban singkat), berdiam diri di kamar dalam posisi meringkuk, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, wajah tampak sedih dan lebih sering
menunduk yang menujukkan bahwa klien mengalami masalah dalam hubungan
sosial (solasi sosial). Oleh karena itu, terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(TAKS) cocok untuk memfasilitasi kemampuan klien dengan masalah
hubungan sosial agar klien dapat bersosialisasi kembali dengan oranglain
maupun lingkungannya serta dapat meningkatkan hubungan intrapersonal dan
kelompok. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) di lakukan dalam
tujuh sesi dengan indikasi klien menarik diri yang sudah sampai pada tahap
mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik.
a. Sesi 1: kemampuan memperkenalkan diri (TUK 1)
b. Sesi 2: kemampuan berkenalan (TUK 1)
c. Sesi 3: kemampuan bercakap-cakap (TUK 1)
d. Sesi 4: kemampuan bercakap-cakap topik tertentu (TUK 1)
e. Sesi 5: kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi (TUK 2)
f. Sesi 6: kemampuan bekerjasama (TUK 4)
g. Sesi 7: evalusi kemampuan sosialisasi (TUK 4)
81
TERAPI AKTIVITASKELOMPOK
i. Topik
ISOLASI SOSIAL
ii. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a Klien mampu memperkenalkan diri
b Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang
lain
f Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS
yang telah dilakukan
C. Landasan Teori
82
Kepuasan berhubungan dapat dicapai jika individu dapat terlibat
secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi daiam
berhubungan disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa
memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron (Stuart & Sundeen,
1995).Fokus terapi aktivitas kelompok ini adalah mengajarkan klien untuk
bekerjasama dengan klien lain dalam melakukan permainan, yang bertujuan untuk
meningkatkan hubungan sosialisasi klien dengan orang lain.
Dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi ( TAKS) dibagi dalam 7 sesi, yaitu:
E. Klien
1. Kriteria klien
2. Proses seleksi
83
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKS, meliputi:
menjelaskan tujuan TAKS pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan
main dalam kelompok.
F. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur :
1. Evaluasi Proses
84
a. Evaluasi Hasil
a. memperkenalkan diri
b. berkenalan
c. bercakap-cakap
f. bekerjasama
G. Antisipasi Masalah
a. Memanggil klien
85
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh klien tersebut
H. Pengorgnisasian
1. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal :
Tim Terapi
a. Leader :
Uraian tugas :
3) Memimpin diskusi
b. Co-leader :
Uraian tugas :
86
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c. Observer :
Uraian tugas :
d. Fasilitator :
87
Sesi 1 Sesi 2
Sesi 3 Sesi 4
Sesi 5 Sesi 6
Sesi 7
Leader : Afif
Co leader: Devi
Observer: Siti
Fasilitator: Liya
88
e. Setting tempat :
CO LEADER
LEADER
PASIEN PASIEN
PASIEN PASIEN
FASILITATOR FASILITATOR
OBSERVER
PASIEN PASIEN
89
SESI 1 : TAKS
Tujuan
Setting
Alat
1. Tape Recorder
2. Kaset music
3. Bola tenis
Metode
1. Dinamika kelompok
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
90
b) Membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
c) Kontrak :
3. Tahap kerja
a) Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta
bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kiri)
dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang
bola memperkenalkan dirinya.
b) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam
91
c) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap , nama
panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
92
Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
93
Sesi 1 TAKS
Kemampuan memperkenalkan diri
a. Kemempuan verbal
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Menyebutkan
1 nama lengkap
Menyebutkan
2 nama panggilan
Menyebutkan
3 asal
Menyebutkan
4 hobi
Jumlah
b. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Kontak
1 mata
Duduk
2 tegak
Menggunakan
3 bahasa tubuh yang
sesuai
Mengikuti
4 kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
94
Petunjuk
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda [√] jika
ditemukan pada klien atau tanda [x] jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan
jika nilai 0, 1, atau 2 klien belum mampu.
Dokumentasi
95
SESI 2 TAKS
Tujuan
a. Memperkenalkan diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
b. Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi.
Setting
Alat
1. Tape recorder
3. Bola tenis
Metode
1. Dinamika kelompok
3. Bermain peran/simulasi
96
Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
b. Evaluasi/validasi
c. Kontrak
97
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam
1) Memberi salam
d. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada
saat tape dimatikan, minta pada anggota kelompok yang memegang
bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah
kanannya kepada kelompok, yaitu : nama lengkap, nama panggilan ,
asal dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
4. Tahap Terminasi
a. evaluasi
98
2) memberi pujian atas keberhasilan kelompok
Evaluasi
99
Sesi 2 TAKS
Kemampuan Berkenalan
a. Kemempuan verbal
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Menyebutkan
1 nama lengkap
Menyebutkan
2 nama panggilan
Menyebutkan
3 asal
Menyebutkan
4 hobi
Menanyakan
5 nama lengkap
Menanyakan
6 nama panggilan
Menanyakan
7 asal
Menanyakan
8 hobi
Jumlah
b. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Kontak
1 mata
100
Duduk
2 tegak
Menggunakan
3 bahasa tubuh yang
sesuai
Mengikuti
4 kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
Petunjuk
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda [√] jika
ditemukan pada klien atau tanda [x] jika tidak ditemukan.
Dokumentasi
101
SESI 3 TAKS
Tujuan
Setting
Alat
1. Tape recorder
3. Bola tenis
Metode
1. Dinamika kelompok
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
102
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2 TAKS
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
c. Kontrak
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam
103
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada disebelah kanan dengan cara :
1) Memberi salam
2) Memanggil panggilan
4. Tahap Terminasi
a. evaluasi
104
1) menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan
topik tertentu.
Evaluasi
105
Sesi 3 TAKS
Kemampuan Bercakap-cakap
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Mengajukan
1 pertanyaan yang jelas
Mengajukan
2 pertanyaan yang
ringkas
Mengajukan
3 pertanyaan yang
relevan
Mengajukan
4 pertanyaan secara
spontan
Jumlah
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Menjawab
1 dengan jelas
Menjawab
2 dengan ringkas
106
Menjawab
3 dengan relevan
Menjawab
4 dengan jelas
Jumlah
c. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Kontak
1 mata
Duduk
2 tegak
Menggunakan
3 bahasa tubuh yang
sesuai
Mengikuti
4 kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
Petunjuk
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda [√] jika
ditemukan pada klien atau tanda [x] jika tidak ditemukan.
107
Dokumentasi
108
SESI 4 TAKS
Tujuan
Setting
Alat
1. Tape recorder
3. Bola tenis
Metode
1. Dinamika kelompok
109
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
c. Kontrak
110
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
c. Tuliskan pada flipchart atau white board topik yang disampaikan secara
berurutan.
e. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada saat
tape dimatikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk
memilih topik yang disukai untuk dibicarakan dari daftar yang ada.
h. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada saat
tape dimatikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk
menyampaikan pendapat tentang topik yang dipilih.
4. Tahap Terminasi
111
a. evaluasi
Evaluasi
112
Sesi 4 TAKS
Kemampuan Bercakap-cakap topik tertentu
a. Kemampuan verbal : menyampaikan topik
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Menyampaikan
1 topik dengan jelas
Menyampaikan
2 topik secara ringkas
Menyampaikan
3 topik yang relevan
Menyampaikan
4 topik secara spontan
Jumlah
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Memilih
1 topik dengan jelas
Memilih
2 topik secara ringkas
Memilih
3 topik yang relevan
Memilih
4 topik secara spontan
Jumlah
113
c. Kemampuan verbal : memberi pendapat
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Memberi
1 pendapat dengan jelas
Memberi
2 pendapat secara ringkas
Memberi
3 pendapat yang relevan
Memberi
4 pendapat secara spontan
Jumlah
d. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Kontak
1 mata
Duduk
2 tegak
Menggunakan
3 bahasa tubuh yang
sesuai
Mengikuti
4 kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
114
Petunjuk
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda [√] jika
ditemukan pada klien atau tanda [x] jika tidak ditemukan.
Dokumentasi
115
SESI 5 TAKS
Tujuan
Setting
Alat
1. Tape recorder
3. Bola tenis
Metode
1. Dinamika kelompok
116
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
b. Evaluasi/validasi
c. Kontrak
117
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
e. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada saat
tape dimatikan, anggota yang memegang bola memilih masalah yang ingin
dibicarakan.
h. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada saat
tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola menyampaikan
pendapat tentang masalah yang dipilih.
4. Tahap Terminasi
118
a. evaluasi
Evaluasi
119
Sesi 5 TAKS
Kemampuan Bercakap-cakap masalah pribadi
a. Kemempuan verbal : menyampaikan topik
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Menyampaikan
1 topik dengan jelas
Menyampaikan
2 topik secara ringkas
Menyampaikan
3 topik yang relevan
Menyampaikan
4 topik secara
spontan
Jumlah
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Memilih
1 topik dengan jelas
Memilih
2 topik secara ringkas
Memilih
3 topik yang relevan
Memilih
4 topik secara spontan
120
Jumlah
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Memberi
1 pendapat dengan jelas
Memberi
2 pendapat secara ringkas
Memberi
3 pendapat yang relevan
Memberi
4 pendapat ssecara spontan
Jumlah
d. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Kontak
1 mata
Duduk
2 tegak
Menggunakan
3 bahasa tubuh yang
sesuai
Mengikuti
4 kegiatan dari awal
121
sampai akhir
Jumlah
Petunjuk
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda [√] jika
ditemukan pada klien atau tanda [x] jika tidak ditemukan.
Dokumentasi
122
SESI 6 TAKS
Tujuan
Setting
Alat
1. Tape recorder
3. Bola tenis
6. Kartu kwartet
Metode
1. Dinamika kelompok
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
123
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
c. Kontrak
124
3. Tahap kerja
c. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
4. Tahap Terminasi
125
a. evaluasi
Evaluasi
126
Sesi 6 TAKS
Kemampuan bekerja sama
a. Kemempuan verbal : bertanya dan meminta
Bertanya
1 & meminta dengan jelas
Bertanya
2 & meminta dengan ringkas
Bertanya
3 & meminta yang relevan
Bertanya
4 & meminta secara spontan
Jumlah
Menjawab
1 & memberi dengan jelas
Menjawab
2 & memberi secara ringkas
Menjawab
3 & memberi yang relevan
Menjawab
4 & memberi secara spontan
Jumlah
127
c. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Kontak
1 mata
Duduk
2 tegak
Menggunakan
3 bahasa tubuh yang
sesuai
Mengikuti
4 kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
Petunjuk
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda [√] jika
ditemukan pada klien atau tanda [x] jika tidak ditemukan.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAKS pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Misalnya, kemampuan verbal bertanya, meminta,
menjawab, dan memberi 4, serta kemampuan nonverbal 4. Maka, catatan
keperawatannya adalah klien mengikuti TAKS sesi 6, klien mampu secara verbal
dan nonverbal dalam bertanya, meminta, menjawab, dan memberi. Anjurkan klien
melakukannya di ruang rawat ( buat jadwal ).
128
SESI 7 TAKS
Tujuan
Setting
Alat
1. Tape recorder
3. Bola tenis
Metode
1. Dinamika kelompok
Langkah kegiatan
1. Persiapan
129
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
c. Kontrak
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
130
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat kesempatan dan menyampaikan pendapat tentang manfaat 6 kali
pertemuan yang telah berlalu.
4. Tahap Terminasi
a. evaluasi
Evaluasi
131
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 7,
dievaluasi kemampuan verbal klien menyampaikan manfaat TAKS yang telah
berlangsung 6 sesi secara verbal dan disertai kemampuan non verbal.
132
Sesi 7 TAKS
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Menyebutkan
1 manfaat secara jelas
Menyebutkan
2 manfaat secara
ringkas
Menyebutkan
3 manfaat yang relevan
Menyebutkan
4 manfaat secara
spontan
Jumlah
b. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
N
Aspek yang dinilai
o.
Kontak
1 mata
Duduk
2 tegak
Menggunakan
3 bahasa tubuh yang
133
sesuai
Mengikuti
4 kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
Petunjuk
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda [√] jika
ditemukan pada klien atau tanda [x] jika tidak ditemukan.
134