Anda di halaman 1dari 42

KEPERAWATAN JIWA II

Dosen Pengampu : Ns. Duma Lumban Tobing, M.Kep., Sp.Kep.J

“Bedah Kasus Pasien dengan Isolasi Sosial”

Disusun Oleh :

Dini Aulia R : 1610711109


Siti Anisatur Rokhmah : 1610711113
Vera Septiana : 1610711115

KELAS D

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga akhirnya kami dapat
membuat makalah Keperawatan Jiwa II .

Makalah yang berjudul “Bedah Kasus Pasien dengan Isolasi Sosial” ditulis
untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan Jiwa II.

Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada kami dalam pembuatan makalah ini terutama kepada :

1. Ibu Ns. Duma Lumban Tobing, M.Kep., Sp.Kep.J selaku dosen pada mata kuliah
Keperawatan Jiwa II.
2. Orang tua kami yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa untuk
menyelesaikan makalah ini
3. Rekan satu kelompok yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini

Jakarta, 24 Oktober 2018

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER .....................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2


1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................3

2.1 Pengertian Isolasi Sosial .......................................................................3

2.2 Etiologi ...............................................................................................3


2.3 Rentang Respon ...................................................................................4
2.4 Pengkajian ..........................................................................................4
2.4.1 Faktor Predisposisi...................................................................5
2.4.2 Faktor Presipitasi ....................................................................6
2.4.3 Penilaian Stressor/Tanda dan Gejala .......................................6
2.4.4 Sumber Koping .......................................................................8
2.4.5 Mekanisme Koping .................................................................8
2.4 Pohon Masalah ....................................................................................9
2.5 Diagnosa Keperawatan ........................................................................9
2.6 Intervensi Keperawatan ................................................................................ 10
2.7 Implementasi Keperawatan ..................................................................15
BAB IIIANALISIS KASUS.......................................................................19

3.1 Kasus Asuhan Keperawatan Pasien dengan

Isolasi Sosial ........................................................................................19


3.2 Pengkajian
3.2.1 Faktor Predisposisi .........................................................................19
3.2.2 Faktor Presipitasi ...........................................................................19

iii
3.2.3 Penilaian Stressor/Tanda dan Gejala ..............................................19
3.2.4 Sumber Koping .............................................................................19
3.2.5 Mekanisme Koping .......................................................................19
3.3 Analisa Data......................................................................................... 20
3.4 Pohon Masalah .....................................................................................22
3.5 Diagnosa Keperawatan .........................................................................22
3.6 Intervensi Keperawatan ........................................................................23
3.7 Implementasi keperawatan & Evaluasi .................................................29

BAB IV PENUTUP........................................................................................................31

4.1 Kesimpulan.................................................................................................................31
4.2 Saran.............................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................31

Lampiran

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) bahwa masalah gangguan


kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO
memperkirakan sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami gangguan kesehatan
jiwa (Widyasih dalam Vivin, 2014). Diperkirakan satu dari empat penduduk
Indonesia mengidap penyakit ganggguan kesehatan jiwa. Jumlah ini cukup besar,
artinya 50 juta atau 25% dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan
kesehatan jiwa (Widyasih dalam Vivin, 2014). Angka ini menunjukkan bahwa
gangguan kesehatan jiwa memiliki proporsi yang tinggi dalam masalah kesehatan
masyarakat secara umum.
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien
isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi untuk
melatih kemampuan sosialisasi klien. Ketujuh sesi tersebut diarahkan pada tujuan
khusus TAKS, yaitu : kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan,
kemampuan bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik
tertentu, kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi,
kemampuan bekerja sama, kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan TAKS yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan
dalam TAKS yaitu tahap persiapan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi
dengan menggunakan metode dinamika kelompok, diskusi atau tanya jawab serta
bermain peran atau stimulasi (Surya, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Setya, T dalam surya (2012) didapatkan adanya
pengaruh TAKS terhadap kemampuan berinteraksi pada klien isolasi sosial di
Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Sedangkan penelitian Joko
dalam Surya (2012) di Rumah Sakit Jiwa Surakarta menyatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan pelaksanaan TAKS sesi satu dan sesi dua terhadap
perubahan perilaku menarik diri.
Oleh sebab itu perlu dibahas tentang asuhan keperawatan pada diagnosa isolasi
sosial untuk memenuhi kebutuhan klin.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan isolasi sosial?
2. Apa yang menjadi etiologi isolasi sosial?
3. Bagaimana rentang respon dari isolasi sosial?
4. Bagaimana proses pengkajian isolasi sosial?
5. Bagaimana gambaran pohon masalah dari isolasi sosial?
6. Bagaimana rencana asuhan keperawatan dari kecemasan?

1.3 Tujuan Penulisan


2. Mengetahui definisi isolasi sosial ?
3. Mengetahui etiologi isolasi sosial?
4. Mengetahui rentang respon dari isolasi sosial?
5. Mengetahui proses pengkajian isolasi sosial?
6. Mengetahui gambaran pohon masalah dari isolasi sosial?
7. Mengetahui rencana asuhan keperawatan dari kecemasan?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Isolasi sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan
atau hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak dengan orang lain, tetapi tidak mampu
membuat kontak tersebut (Carpenito-Moyet dalam sutejo, 2017).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunanatau bahkan


sama sekali tidak mampu beriteraksi dengan orang lain disekitarnya (Damayanti &
Iskandar, 2012).

Menurut Townsend dalam Badar (2016), isolasi sosial adalah kondisi


kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan orang lain
sebagai keadaan yang negatif dan mengancam.

Menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam


membina hubungan dan emnghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang
bersifat sementara atau menetap (Muhith dalam sutejo, 2017)

Isolasi sosial adalah keadan ketika seorang individu mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Kliat dalam sutejo, 2017).

2.2 Etiologi
Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena (Sutejo,2017)
 Individu merasa ditolak
 Tidak diterima
 Kesepian
 Tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain

3
2.3 Rentang Respon
RENTANG RESPONS NEROBIOLOGIS

Respon Adaptif Respons Maladaptif

Berpikir logis pikiran sesekali terdistrosi gangguan pemikiran/

Persepsi akurat ilusi waham

Emosi konsisten dengan reaksi emosional berlebihan halusinasi

Pengalaman atau tidak bereaksi kesulitan pengelolahan

Perilaku sesuai perilaku aneh atau penarikan emosi

Berhubungan sosial tidak biasa perilaku kacau

Isolasi sosial

(Sumber : Stuart, 2013)

2.4 Pengkajian

2.4.1 Faktor Predisposisi (Sutejo, 2017)

Faktor prediposisi penyebab isolasi sosial meliputi faktor perkembangan,


faktor biologis, dan faktor sosiokultural.

Berikut ini merupakan penjelasan dari faktor prediposisi :


a. Faktor perkembangan
Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu
dalam menjalin hubungan dengan orang lain adalah keluarga. Kurangnya
stimulasi maupun kasih sayang dari ibu/ pengasuh pada bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya diri. Ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah
laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Jika
terdapat hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini,

4
maka anak akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang
lain pada masa berikutnya.
Pada masa kanak-kanak, pembatasan aktivitas atau kontrol yang
berlebihan dapat membuat anak frustasi. Pada masa praremaja dan
remaja, hubungan antara individu dengan kelompok atau teman lebih
berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Remaja akan merasa
tertekan atau menimbulkan sikap bergantung ketika remaja tidak dapat
mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut. Pada masa dewasa
muda, individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.
Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah
dan mempunyai pekerjaan.
Pada masa dewasa tengah, individu mulai terpisah dengan anak-
anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya mulai menurun.
Ketika individu bisa mempertahankan hubungan yang interdependen
antara orang tua dengan anak, kebahagiaan akan diperoleh dengan tetap.
Pada dewasa akhir, individu akan mengalami berbagai kehilangan, baik
kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman,
maupun pekerjaan atau peran.

b. Faktor biologis ( Sutejo, 2017)


Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial
maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia, misalnya, ditemukan pada keluarga
dengan riwayat anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Selain itu,
kelainan pada struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga
dapat menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor sosial budaya (Sutejo, 2017)


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan atau isolasi sosial.
Gangguan ini juga bisa disebabkan oelh adanya norma-norma yang salah
yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif yang
diasingkan dari lingkungan sosial. Selain itu, norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai
anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik juga turut menjadi faktor prediposisi isolasi sosial.

5
2.4.2 Faktor Presipitasi (Sutejo, 2017)

Terdapat beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan gangguan


isolasi sosial. Faktor-faktor tersebut, antara lain berasal dari stresor-stresor
berikut ini :
a. Stresor sosiokultural
Stresor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit
keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya
b. Stresor psikologik
Intesitas ansietas (ansietas) yang ekstrim akibat terpisah dengan
orang lain dan memanjang disertai dengan terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah akan menimbulakn berbagai masalah
gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
c. Stresor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang menganggu pergembangan hubungan
dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan cenderung sulit untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang
lain akan memicu persepsi yang menyimpang dan berakibat pada
gangguan berhubungan dengan orang lain (isolasi sosial).
d. Stresor fisik
Stresor fisik yang memicu isolasi sosial : menarik diri dapat
meliputi penyakit kronik dan keguguran.

2.4.3 Penilaian Stressor/Tanda dan Gejala (Sutejo, 2017)

Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang ditemukan pada klien pada
saat wawancara biasanya berupa beberapa hal dibawah ini :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6
f. Klien merasa tidak berguna
g. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Tanda dan gejala isolasi yang di dapat melalui observasi, antara lain :
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tidak ada kontak mata
g. Tampak sedih, apatis, afek tumpul.
Isolasi sosial merupakan keadaan subjektif. Meskipun demikian,
perawat harus memvalidasi inferensi atau dugaan yang berkonsentrasi
pada perasaan kesendirian karena penyebabnya beragam dan setiap klien
menunjukkan kesendirian mereka dalam cara yang berbeda. Menurut
carpenito moyet (2009), karateristik isolasi sosial terbagi menjadi dua,
yaitu karakter utama (mayor) dan karakter tambahan (minor).

a. Karakter utama
Karakter yang harus hadir (satu atau lebih karakter) ini meliputi
mengekspresikan perasaan kesendirian atau penolakan, hasrat untuk
melakukan kontak dengan orang lain, memberitahukan adanya rasa
ketidakamanan dalam situasi sosial, dan mendeskripsikan kurangnya
hubungan yang bermakna.
b. Karakter tambahan
1) Waktu berjalan lambat
2) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusaan
3) Merasa tidak berguna
4) Menarik diri
5) Sedih, afek tumpul
6) Rendahnya kontak mata
7) Diasyikkan oleh pikiran dan kenangan
8) Tampak depresi, cemas, atau marah
9) Gagal untuk berinteraksi dengan orang-orang dekat

7
2.4.4 Sumber Koping (Ah yusuf, Rizky, Hanik)

Sumber koping merupaka suatu evaluasi terhadap pilihan koping pada


strategi seseorang.Strategi koping yang digunakan misalnya keterlibatan
dalam hubungan yang lebih luas seperti dalam keluarga dan teman,
hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan.
a. Kemampuan personal
Klien sudah tidak merespon apa yg perawat tanyakan, dan hanya
berfokus pada dirinya sendiri
b. Kemampuan dukungan social
- Keluarga pasien sudah tau dan menerima jika pasien mengalami
Isolasi Sosisal
- Keluarga ingin pasien bisa sembuh
c. Asset material
- Ekonomi rendah
- Dekat dengan pelayanan kesehatan
d. Kepercayaan
Klien sudah tidak merespon

2.4.5 Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas


yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah), dan
isolasi.
Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting
merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam
menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi merupakan perilaku mengasingkan
diri dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo, 2017)

8
2.5 Pohon Masalah

Risiko perubahan sensoripersepsi : halusinasi

Isolasi diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


kronis
(Sutejo, 2017)

2.6 Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial (Yoseph, 2008)

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWA
TAN

Tujuan (TUK / Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional


TUM)

Isolasi sosial TUM : 1. Setelah ….x 1.1 Bina hubungan Membina


Klien dapat interaksi, klien saling percaya hubungan saling
berinteraksi menunjukan dengan
dengan orang lain tanda-tanda mengemukakan percaya dengan
percaya kepada prinsip klien. Kontak
TUK 1 : perawat : komunikasi
Klien dapat a. Ekspresi terapeutik : yang jujur,singkat
membina wajah a. Ucapkan dan konsisten
cerah,tersey salam
hubungan saling um terapeutik. dengan perawat
percaya b. Malu Sapa klien dapat membantu
berkenalan dengan
c. Ada kontak ramah, baik klien membina
mata verbal kembali interaksi
d. Bersedia ataupun non
menceritaka verbal. penuh percaya
n perasaan b. Jabat tangan dengan orang
e. Bersedia dengan klien.
mengungka c. Perkenalan lain.
pkan diri dengan
9
masalah sopan.
d. Tanyakan
nama lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai
klien.
e. Jelaskan
tujuan
pertemuan.
f. Membuat
kontrak
topic,waktu
dan tempat
setiap kali
bertemu
dengan klien.
g. Tunjukan
sikap empati
dan menerima
klien apa
adanya.
h. Beri perhatian
kepada klien
dan perhatian
kebutuhan
dasar klien.
TUK 2 : Criteria evaluasi : 2.1 Tanyakan pada
Klien mampu klien tentang :
menyebutkan Klien dapat a. Orang yang
tinggal Dengan
penyebab isolasi menyebutkan minimal serumah atau mengetahui tanda
sosial. satu penyebab isolasi sekamar dan gejala isolasi
dengan klien. sosial yang
sosial.penyebab b. Orang yang muncul, perawat
munculnya isolasi sosial paling dekat dapat menentukan
dengan klien langkah intervensi
: diri sendiri, orang lain, dirumh atau selnjutnya.
dan lingkungan. ruang
perawatan
c. Hal apa yang
membuat klien
dekat dengan
orang tersebut.
d. Orang yang
tidak dekat
dengan klien,
bik dirumah
atau diruang
10
perawatan
e. Apa yang
membuat klien
tidk dekat
dengan orang
tersebut.
f. Upaya yng
sudah
dilakukan agar
dekat dengan
orang lain.
2.2 Diskusikan

dengan klien
penyebab isolasi
sosial atau tidak
mau bergaul
dengan orang lain
2.3 Beri pujian
terhadap
kemmpuan klien
dalam
menungkapkan
perasaan
TUK 3: Criteria evaluasi : Perbedaan seputar
Klien mampu 1. Klien dapat 3.1 Tanyakan kepada manfaat
menyebutkan menyebutkan klien tentang : hubungan sosial
keuntungan a. Manfaat dan kerugian
keuntungan dalam hubungan sosial isolasi sosial
berhubungan berhubungan b. Kerugian isolasi membantu klien
sosial, seperti : sosial mengidentifikasi
sosial dan a. Banyak 3.2 Diskusikan apa yang terjadi
kerugian dari teman bersama klien pada
b. Tidak tentang manfaat dirinya,sehingga
isolasi sosial kesepian berhubungan dapat diambil
c. Bisa diskusi sosial dan langkah untuk
d. Saling kerugian isolasi mengatasi
menolong sosial. masalah ini.
2. Klien dapat 3.3 Beri pujian
menyebutkan terhadap Penguatan
kerugian kemampuan ( reinforcement)
menarik diri, klien dalam dapat membantu
seperti : mengungkapkan meninggalkan
a. Sendiri perasaanya. harga diri klien.
b. Kesepian
c. Tidak bisa
diskusi.

TUK 4 : Criteria evaluasi 4.1 Observasi Kehadiran orang

11
1. Klien dapat perilaku klien yang dapat
Klien dapat melaksanakan ketika dipercaya
melaksanakan hubungan sosial berhubungan memberi klien
secara bertahap sosial. rasa aman dan
hubungan sosial dengan : 4.2 Jelaskan kepada terlindungi.
secara bertahap a. Perawat klien cara
b. Perawat lain berinteraksi
c. Klien lain dengan orang
d. Keluarga lain.
Kelompok 4.3 Berikan contoh
cara berbicara
dengn orang
lain.
4.4 Beri kesempatan
klien
memperaktikan
cara berinteraksi
dengan orang
lain yang
dilakukan
dihadapan
perawat.
4.5 Bantu bklien
berinteraksi
dengan orang
lain yang
dilakukan
dihadapan
perawat.
4.6 Bila klien sudah
menunjukan
kemajuan,
tingktan jumlah
interaksi dengan
dua,tiga, empat
orang dan
seterusnya.
4.7 Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang
telah dilkukan
oleh klien
4.8 Latih klien
bercakap-cakap
dengan anggota
bkeluarga saat
melakukan
kegiatan dengan
anggota
keluarga saat
12
melakukan
kegiatan harian
dan kegiatan
rumah tangga.
4.9 Latih klien
bercakap-cakap
saat melakukan
kegiatan sosial
misalnya :
belanja
kewarung,kepas
ar,ke kantor pos,
ke bank dan
lain-lain
4.10 Siap
mendengrkan
ekspresi
perasaan klien
setelahberintera
ki dengan orang
lain. Mungkin
klien akan
mengungkapkan
keberhasilan
atau
kegagalannya.
Beri dorongan
terus-menerus
agar klien tetap
semangat
meningkatkan
interaksinya.
TUK 5: Criteria evaluasi : 5.1 Diskusikan Ketika klien
1. Klien dapat dengan klien merasa dirinya
Klien mampu menjelaskan tentang lebih baik dan
menjelaskan perasaanya perasaanya mempunyai
setelah setelah makna, interaksi
perasaanya berhubungan berhubungan sosial dengan
setelah sosial dengan: sosial dengan : orang lain dapat
a. Orang lain a. Orang lain ditingkatkan
berhubungan Kelompok b. Kelompok
sosial. 5.2 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya.
TUK 6 : Criteria evaluasi : 6.1 Diskusikan Dukungan dari
Klien dapat menjelaskan pentingya peran keluarga
Klien tentang : serta keluarga merupakan bagian
mendapatkan 1. Isolasi sosial sebagai penting dari
beserta tanda pendukung rehabilitas klien.
13
dukungan dan gejalanya. untuk mengatasi
keluarga dalam 2. Penyebab dan perilaku isolasi
akibat dari sosial.
memperluas isolasi social 6.2 Diskusikan
hubungan sosial. 3. Cara merawat potensi keluarga
klien menarik untuk
diri. membantu klien
mengatasi
perilaku isolasi
sosial
6.3 Jelaskan pada
keluarga tentang
:
a. Isolasi sosial
beserta tanda
dan gejalanya
b. Penyebab dan
akibat isolasi
sosial cara
merawat klien
isolasi sosial n
6.4 Latihan keluarga
cara merawat
klien isolasi
sosial.
6.5 Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan.
6.6. Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
untuk
bersosialisasi
6.7 Beri pujian terhadap
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : Criteria evaluasi : 7.1 Diskusikan Membantu dalam
Klien dapat Klien bisa menyebutkan dengan klien meningkatkan
memanfaatkan : tentang manfaat perasaan kendali
obat dengan baik a. Manfaat minum dan kerugian dan keterlibatan
obat tidak minum dalam perawatan
b. Kerugian yang obat,nama,warn kesehatan klien.
ditimbulkan a,dosis,cara,efek
akibat tidak terapi dan efek
minum obat samping
c. Nama,warna,do penggunaan
14
sis,efek terapi obat.
dan efek 7.2 Pantau klien pada
samping obat saat penggunan
Akibat berhenti obat
minum obat 7.3 Berikan kepada
tanpa konsultasi pujian kepada
dokter klien jika klien
menggunakan
obat dengan
benar
7.4 Diskusikan
akibat berhenti
minum obat
tanpa konsultasi
dokter.
7.5 Anjurkan klien
untuk konsultasi
dengan dokter
atau nperawat
jika terjadi hal-
hal yang tidak
diinginkan.

2.7 Implementasi Keperawatan

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATN

Diagnosa : Isolasi SP I Pasien


sosial Implementasi :

1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi


dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan
harian.

15
SP II Pasien

Implementasi :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian

SP III Pasien

Implementasi

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan dua
orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP I Keluarga

Implementasi :

1. Mendiskusikan masalah yng dirasakan keluarga


dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi
sosial yng dilami pasien beserta proses terjadiny
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

SP II Keluarga

Implementasi

16
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien isolasi sosial

SP III Keluarga

Implementasi

1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah


termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Terapi aktivitas 1. Pengertian :


kelompok: TAK Sosilisasi adalah memfasilitasi kemampuan
sosilisasi (TAKS) sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan
sosial
2. Tujuan
Tujuan umum TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan
hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
Sementara, tujuan khususnya adalah :
1. Klien mampu memperkenalkan diri

2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok


3. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota
kelompok
4. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik
percakapan
5. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan
masalah pribadi pada orang lain
6. Klien mampu bekerja sama dalam permainan
sosialisasi kelompok

17
7. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan
3. Aktivitas dan indikasi
Aktivitas TAKS dilaksanakan dalam tujuh sesi yang
bertujuan untuk melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien
yang mengalami gangguan hubungan sosial berikut.
1. Klien yang mengalami isolasi sosial yang telah
mulai melakukan interaksi interpersonal.
2. Klien yang mengalami kerusakan komunikasi
verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus.

Kegiatan yang harus dilakukan pada Terapi aktivitas kelompok:


sosilisasi (TAKS)

Sesi 1 : TAKS ( Kemampuan memperkenalkan diri)

Sesi 2 : TAKS ( Kemampuan berkenalan)

Sesi 3 : TAKS ( Kemampuan bercakap-cakap)

Sesi 4 : TAKS (Kemampuan bercakap-cakap topic tertentu)

Sesi 5 : TAKS (Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi)

Sesi 6 : TAKS (Kemampuan bekerjasama)

Sesi 7 : TAKS (Evaluasi kemampuan sosialisasi)

18
BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Kasus Asuhan Keperawatan Pasien dengan Isolasi Sosial


Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa keluarga ke poli psikiatri dengan
keluhan pasien tidak mau keluar kamar dari 1 minggu yang lalu (data tambahan),
pasien mengatakan mempunyai riwayat halusinasi sejak 5 bulan yang lalu,jarang
berbicara dengan orang lain, lebih senang sendiri, suka melamun dan tampak
bingung. Hasil pengkajian klien pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun lalu dan
di rawat di RSJ, terdapat riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
yaitu ayahnya, tidak teratur minum obat sejak 2 bulan yang lalu karena kekurangan
biaya. Klien malas mandi, gigi kotor dan nafasnya bau.
Istri pasien yang mengantarkan pasien ke RSJ dan mengatakan sejak kecil
pasien adalah anak yang pemalu dan sejak kelas 2 SMA dibully teman-temannya
karena penampilan akibatnya klien menjadi tidak percaya diri bertemu dengan orang
lain (data tambahan). Istri pasien mengatakan 1 minggu yang lalu pasien dicemooh
oleh orang karena penampilannya yang tidak rapi dan memilih memendam
masalahnya sendiri.

3.2 Pengkajian
3.2.1 Faktor Predisposisi
 Pernah dirawat di RSJ 1 tahun yang lalu
 Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
 Sejak kecil anak yang pemalu
 Sejak kelas 2 SMA dibully teman-teman

 Dicemooh tentang penampilannya oleh orang lain sejak 1 minggu


yang lalu
 Sejak 2 bulan lalu tidak teratur minum obat

19
3.2.3 Penilaian Stressor/Tanda dan Gejala
 Menarik diri
 Tidak mau keluar kamar
 Jarang berbicara dengan orang lain
 Lebih senang sendiri
 Suka melamun
3.2.4 Sumber Koping
Social support : istri pasien sangat peduli dengan kondisi pasien
Material asset : ekonomi rendah
3.2.5 Mekanisme Koping
Respon maldatif :
 Isolasi : Merupakan perilaku mengasingkan diri dari orang lain
maupun lingkungan.
 Memilih memendam masalah

3.3 Analisa Data


No. Data Fokus Masalah

Data Subyektif :
1. Keluarga klien mengatakan tidak isolasi sosial
mau keluar kamar dari 1 minggu
yang lalu
2. Keluargaklien mengatakan
jarang berbicara dengan orang
lain dan lebih senang sendiri
Data Objektif :
1. Klien tidak bersemangat
2. Klien terlihat sering menyendiri
3. Klien terlihat sering menunduk
4. Klien jarang berbicara dengan
orang lain

20
Data Subyektif :

1. keluarga klien mengatakan lebih Gangguan konsep diri :


memilih memendam masalahnya harga diri rendah
sendiri
2. keluarga klien merasa malu
dengan keadaanya
3. keluarga klien mengatakan sejak
kelas 2 SMA klien dibully
4. klien merasa malu
Data Objektif :

1. klien sering menunduk


2. klien terlihat sering menyendiri
Data Subyektif : Defisit perawatan diri

1. klien mengatakan 1 minggu


yang lalu pasien dicemooh oleh
orang karena penampilannya
yang tidak rapi
2. Klien mengatakan tidak mau
mandi dan membersihkan gigi
Data Objektif :
1. klien terlihat tidak rapi dalam
memakai pakaian
2. klien terlihat giginya kotor
3. nafas klien tampak bau

Data Subyektif : Resiko persepsi sensori :

1. keluarga mengatakan di rumah halusinasi


pasien sering berbicara sendiri
2. keluarga mengatakan dirumah
pasien sering tertawa sendiri
Data Objektif :
1. Klien sering terlihat melamun
2. Klien kurang kooperatif
3. Klien terlihat pendiam

21
1.1 Pohon Masalah

Risiko sensori persepsi : halusinasi

Isolasi Sosial Defisit Perubahan Diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

1.1 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Prioritas : Isolasi Sosial
Gangguan konsep Diri : Harga Diri Rendah
Defisit Perawatan Diri
Resiko persepsi sensori : Halusinasi

22
1.2 Intervensi Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS RASIONAL
TUJUAN KRITERIA TINDAKAN
EVALUASI KEPERAWATAN

Isolasi TUM : 2. Setelah 1.2 Bina hubungan saling Membina hubungan


sosial Klien dapat 1x percaya dengan saling percaya dengan
berinteraksi interaksi, mengemukakan klien. Kontak yang
dengan orang klien prinsip komunikasi jujur,singkat dan
menunju terapeutik :
lain konsisten dengan
kan i. Ucapkan salam
tanda- terapeutik. Sapa perawat dapat
TUK 1 : tanda klien dengan membantu klien
Klien dapat percaya ramah, baik verbal membina kembali
kepada ataupun non interaksi penuh
membina perawat : verbal. percaya dengan orang
hubungan f. Ekspr j. Jabat tangan lain.
saling esi dengan klien.
percaya waja k. Perkenalan diri
h dengan sopan.
cerah l. Tanyakan nama
,terse lengkap klien dan
yum nama panggilan
g. Malu yang disukai klien.
berke m. Jelaskan tujuan
nalan pertemuan.
h. Ada n. Membuat kontrak
konta topic,waktu dan
k tempat setiap kali
mata bertemu dengan
i. Berse klien.
dia o. Tunjukan sikap
menc empati dan
eritak menerima klien
an apa adanya.
peras p. Beri perhatian
aan kepada klien dan
Bersedia perhatian
mengungkapkan kebutuhan dasar
masalah klien.

23
TUK 2 : Criteria evaluasi : 2.1 Tanyakan pada klien Dengan mengetahui
Klien Klien tentang : tanda dan gejala isolasi
mampu dapat g. Orang yang tinggal sosial yang muncul,
menyebutkan menyebut perawat dapat
penyebab kan serumah atau menentukan langkah
sekamar dengan
isolasi sosial. minimal intervensi selnjutnya.
klien.
satu h. Orang yang paling
penyebab dekat dengan klien
isolasi dirumh atau ruang
sosial.pen perawatan
yebab i. Hal apa yang
munculn membuat klien
dekat dengan orang
ya isolasi tersebut.
sosial : j. Orang yang tidak
diri dekat dengan klien,
sendiri, bik dirumah atau
orang diruang perawatan
lain, dan k. Apa yang membuat
klien tidk dekat
lingkung
dengan orang
an. tersebut.
l. Upaya yng sudah
dilakukan agar
dekat dengan orang
lain.
2.2 Diskusikan dengan

klien penyebab isolasi


sosial atau tidak mau
bergaul dengan orang
lain
2.3 Beri pujian terhadap

kemmpuan klien
dalam
menungkapkan
perasaan

TUK 3: Criteria evaluasi : 3.1 Tanyakan kepada Perbedaan seputar


Klien 3. Klien klien tentang : manfaat hubungan
mampu dapat c. Manfaat hubungan sosial dan kerugian
menyebutkan menyebut sosial isolasi sosial
keuntungan kan d. Kerugian isolasi membantu klien
keuntung
24
berhubungan an dalam sosial mengidentifikasi apa
sosial dan berhubun 3.2 Diskusikan bersama yang terjadi pada
kerugian dari gan klien tentang dirinya,sehingga dapat
isolasi sosial sosial, manfaat diambil langkah untuk
seperti :
berhubungan sosial mengatasi masalah ini.
e. Bany
ak dan kerugian isolasi
tema sosial. Penguatan
n 3.3 Beri pujian terhadap ( reinforcement) dapat
f. Tidak
kesep kemampuan klien membantu
ian dalam meninggalkan harga
g. Bisa mengungkapkan diri klien.
disku perasaanya.
si
h. Salin
g
meno
long
4. Klien
dapat
menyebut
kan
kerugian
menarik
diri,
seperti :
d. Sendi
ri
e. Kese
pian
f. Tidak
bisa
disku
si.

TUK 4 : Criteria evaluasi 4.1 Observasi perilaku Kehadiran orng yng


Klien dapat 2. Klien klien ketika dapat dipercay
melaksanaka dapat berhubungan sosial. member klien rasa
n hubungan melaksan 4.2 Jelaskan kepada klien aman dan terlindungi.
sosial secara akan cara berinteraksi
hubungan
bertahap dengan orang lain.
sosial
secara 4.3 Berikan contoh cara
bertahap berbicara dengn
dengan : orang lain.
e. Pera 4.4 Beri kesempatan klien
wat memperaktikan cara
f. Pera berinteraksi dengan
wat
25
lain orang lain yang
g. Klien dilakukan dihadapan
lain perawat.
h. Kelu 4.5 Bantu bklien
arga
berinteraksi dengan
Kelompok
orang lain yang
dilakukan dihadapan
perawat.
4.6 Bila klien sudah
menunjukan
kemajuan, tingktan
jumlah interaksi
dengan dua,tiga,
empat orang dan
seterusnya.
4.7 Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang telah
dilkukan oleh klien
4.8 Latih klien bercakap-
cakap dengan
anggota bkeluarga
saat melakukan
kegiatan dengan
anggota keluarga
saat melakukan
kegiatan harian dan
kegiatan rumah
tangga.
4.9 Latih klien bercakap-
cakap saat
melakukan kegiatan
sosial misalnya :
belanja
kewarung,kepasar,ke
kantor pos, ke bank
dan lain-lain
4.10 Siap mendengrkan
ekspresi perasaan
klien
setelahberinteraksi
dengan orang lain.
Mungkin klien akan
mengungkapkan
26
keberhasilan atau
kegagalannya. Beri
dorongan terus-
menerus agar klien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya.
TUK 5: Criteria evaluasi : 5.1 Diskusikan dengan Ketika klien merasa
Klien 2. Klien klien tentang dirinya lebih baik dan
mampu dapat perasaanya setelah mempunyai makna,
menjelaskan menjelas berhubungan sosial interaksi sosial dengan
perasaanya kan dengan : orang lain dapat
perasaan
setelah c. Orang lain ditingkatkan
ya setelah
berhubungan berhubun d. Kelompok
sosial. gan sosial 5.2 Beri pujian terhadap
dengan: kemampuan klien
b. Oran mengungkapkan
g lain perasaanya.
Kelompok
TUK 6 : Criteria evaluasi : 6.1 Diskusikan pentingya Dukungan dari
Klien Klien dapat peran serta keluarga keluarga merupakan
mendapatkan menjelaskan sebagai pendukung bagian penting dari
dukungan tentang : untuk mengatasi rehabilitas klien.
keluarga 4. Isolasi perilaku isolasi
dalam sosial sosial.
memperluas beserta 6.2 Diskusikan potensi
hubungan tanda dan keluarga untuk
gejalanya
sosial. membantu klien
.
5. Penyebab mengatasi perilaku
dan isolasi sosial
akibat 6.3 Jelaskan pada
dari keluarga tentang :
isolasi c. Isolasi sosial beserta
sosial tanda dan gejalanya
Cara merawat d. Penyebab dan akibat
klien menarik isolasi sosial cara
diri. merawat klien isolasi
sosial n
6.4 Latihan keluarga cara
merawat klien isolasi
sosial.
6.5 Tanyakan perasaan

keluarga setelah
mencoba cara yang
27
dilatihkan.
6.6. Beri motivasi

keluarga agar
membantu klien
untuk bersosialisasi
6.7 Beri pujian terhadap

keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : Criteria evaluasi : 7.1 Diskusikan dengan Membantu dalam
Klien dapat Klien bisa klien tentang meningkatkan
memanfaatka menyebutkan : manfaat dan perasaan kendali dan
n obat d. Manfaat kerugian tidak keterlibatan dalam
dengan baik minum minum perawatan kesehatan
obat obat,nama,warna,dos klien.
e. Kerugian is,cara,efek terapi
yang
dan efek samping
ditimbulk
an akibat penggunaan obat.
tidak 7.2 Pantau klien pada saat
minum penggunan obat
obat 7.3 Berikan kepada pujian
f. Nama,wa kepada klien jika
rna,dosis, klien menggunakan
efek
obat dengan benar
terapi dan
efek 7.4 Diskusikan akibat
samping berhenti minum obat
obat tanpa konsultasi
Akibat berhenti dokter,
minum obat tanpa 7.5 Anjurkan klien untuk
konsultasi dokter konsultasi dengan
dokter atau nperawat
jika terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan.

28
2.7 Implementasi Keperawatan& Evaluasi

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI TINDAKAN EVALUASI


KEPERAWATN

Diagnosa : SP 1 Pasien S : (subjektif)


Isolasi sosial Implementasi : - Klien menjawab salam

1. Mengidentifikasi penyebab - Klien menjawab sapaan dari

isolasi sosial pasien perawat dan mau berkenalan


2. Berdiskusi dengan pasien O: (objektif)
tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang - Klien mau berjabat tangan
lain
3. Berdiskusi dengan pasien - Klien mau duduk berdampingan
tentang kerugian tidak dengan perawat
berinteraksi dengan orang
lain - Klien mau mamahami fungsi dari
4. Mengajarkan pasien cara berbicang-bincang kepada orang
berkenalan dengan satu
orang lain.
5. Menganjurkan pasien - Klien mau berbicara tentang
memasukan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan kesehariannya dengan perawat
orang lain dalam kegiatan A: (analisa)
harian.
SP I tercapai (isolasi sosial teratasi
sebagian)
Pp :

Menganjurkan klien untuk memasukan


jadwal harian dan mengevaluasi jadwal
hariannya

Pk :

Latihan berkenalan dan membantu


memasukan kegiatan jadwal klien.

29
Diagnosa : SP I Pasien

Harga diri Implementasi


S (subjektif) :
rendah. 1. Mengidenfikasi kemampuan dan
- klien menjawab salam perawat
aspek positif yang dimiliki
pasien - klien mengatakan kemampuan yang
2. Membantu pasien menilai dia bisa hanya sedikit
kemampuan pasien yang masih
dapat digunakan - klien memilih untuk merapikan
3. Membantu pasien memilih tempat tidur setiap 2x sehari
kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan pasien O (objektif) :
4. Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dipilih - klien mau menjawab salam
5. Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien - klien mulai menatap mata
6. Menganjurkan pasien perawat sedikit-dikit
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian - klien bisa memilih aspek positif yang
klien punya

A (analisa) :

SP I tercapai (Harga diri rendah


teratasi sebagian)

P (planning) :

PP :

- melatih kemampuan kedua : menyapu


lantai

- mengajurkan klien memasukkan


dalam jadwal kegiatan harian

- mengevaluasi jadwal kegiatan harian

30
pasien
PK:

- mengajurkan klien untuk latihan SP 1 :

merapikan tempat tidur dan melanjutkan


latihan kegiatan SP 2 : menyapu lantai
- membantu memasukkan kedalam jadwal

harian

Diagnosa : SP I Pasien
Deficit Implementasi S (subjektif) :

perawataan - klien mengatakan sudah mau


diri 1. Menjelaskan pentingnya
membersikan diri
kebersihan diri -klien mengatakan lebih pede
2. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri - klen mengatakan mau mendegarkan
3. Membantu pasien perawat

mempraktekkan cara menjaga O (objektif) :


kebersihan diri - klien mampu mandi sendiri
4. Menganjurkan pasien - klien terlihat senang ketika bisa

memasukkan dalam jadwal membersikan diri


kegiatan harian A (analisa) :

SP 1 tercapai ( deficit perawatan diri)

teratasi sebagian
P (planning) :

PP:

- melatih cara membersihkan diri

- melatih kemampuan pasien kedua : cara

berdandan
- mengajurkan klien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian

31
PK:
- mengajurkan klien untuk melalukan

kegiatan SP 1: membersihkan diri dan


melanjutkan kegiatan kedua : cara
berdandan
- membantu memasukkan kedalam jadwal

harian

Diagnosa : SP I Pasien
Resiko Implementasi S (subjektif) :

Halusinasi
1. Mengidentifikasi jenis - klien mengatakan bisa menceritakan jenis
halusinasi pasien halusinasi
2. Mengidentifikasi isi halusinasi - klien bisa merespon perawat dengan baik
pasien
3. Mengidentifikasi waktu - klien mengetahui kapan waktu halusinasi
halusinasi pasien muncul
4. Mengidentifikasi frekuensi O (objektif) :
halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang - klien dapat merespon ketika di ajarkan
menimbulkan halusinasi untuk menghindari halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien A(analisa) :
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi SP 1 tercapai (halusinasi teratasi sebagian)
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik P (planning) :
halusinasi dalam jadwal kegiatan PP:

harian
- lanjutkan SP II

32
SP II : - mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien

- memberikan pendidikan kesehatan


tentang pengunaan obat secara teratur

PK:

-latihan melawan halusinasi dan


memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian

(Nama & TTD Perawat)

33
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Isolasi sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok
memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak dengan
orang lain, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut (Carpenito-Moyet,
2009).

1.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
- Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga
tetap melakukan kontrol ke RSJ.
- Dihaarapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan
tim medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan.
- Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ
karena dapat membantu proses penyembuhan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Yosep, Iyus, S.Kp., M.Si. 2008. Keperawatan Jiwa. Bandung : Reliks Aditama

Yusuf, Ah, Rizky Fitriyasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

35
STRATEGI PELAKSANAAN pada pasien dengan ISOLASI SOSIAL

Hari : jumat, 26 Oktober 2018


Pertemuan : 1
Sp/Dx : 1/ Isolasi Sosial
Ruangan : mawar
Nama Klien : Ny M

A. Proses Keperawatan

a. Kondisi Klien
Data subjektif:
1. Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
2. Klien merasa orang lain tidak sederajat dengannya

1. Klien tampak menyendiri


2. Klien terlihat mengurung diri
3. Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.

b. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

c. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain


Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
c. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
d. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
e. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
d. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
d. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
e. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian

36
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat Pagi Bu!” Perkenalkan nama saya perawat vera septiana yang
bertugas dari jam 08.00-14.00 wib. Nama ibu siapa? Senangnya
dipanggil apa?
b. Validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ?”

c. Kontrak
- Topik
“ Senang ya bisa berkenalan dengan ibu hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar ibu dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain?

-Waktu
“ berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 10 menit saja?

- Tempat
“ di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di
ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”

- Tujuan
“Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat
mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain.”

2. Fase kerja
“coba ibu ceritakan kepada saya tentang perasaan yang ibu rasakan?”
“Ibu”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa?
Menurut ibu apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain
dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?
Kalau ibu tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan
dari berinteraksi dengan orang lain yaitu punya banyak teman,
saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian.
Sekarang saya akan mengajarkan ibu berkenalan. Bagus... ibu dapat
mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi.. bagaiman kalau
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain di masukkan
kedalam jadwal kegiatan harian?
37
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2. Evaluasi Objektif
“coba ibu ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain?”

b. Tindak Lanjut
“tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya
harap ibu dapat mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“
c. Kontak yang akan datang
- Topik
“bailah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan
mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain ya?
- Waktu
“berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya besok?

Bagaimana kalau 15 menit saja?”

- Tempat
“dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah
bagaimana kalau besok kita melakukannya di teman saya?”

38

Anda mungkin juga menyukai