Anda di halaman 1dari 39

CASE 2

Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu : Ns. Chandra Tri Wahyudi,S.Kep, M.Kes

Disusun oleh :

Syaffira Putri Afifah 1610711002


Nedya Aanurianti 1610711003
Rustiani Ayu Anggraeni 1610711005
Astie Rina Awlia 1610711010
Ziya Daturrahmah 1610711013
Windi Kartika 1610711019

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga berasal dari asal usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar
dewantara Adu & Nur (2001), bahwa keluarga berasal dari bahasa jawa yang
terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga, kawula berati hambadan warga yang
dapat diartika menjadi anggota. Friedman (2010) menyatakan keluarga adalah dua
orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta
yang menidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga. Sedangkan menurut Depkes
(1988 dalam Sudiharto, 2014) bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal satu atap dalam keadan saling ketergantungan.

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian keluarga diatas dapat


disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang dibentuk karena adanya hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, yang hidup dalam satu rumah tangga dan tiap-tiap anggota keluarga
berinteraksi satu sama lain dan berperan sesuai dengan perannya masing-masing.

Harmoko (2012) menyebutkan bahwa keluarga memiliki delapan tahap


perkembangan. Tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangannya
masing-masing. Tahap keempat dari perkembangan keluarga adalah keluarga dengan
anak usia sekolah. Anak sendiri merupakan individu yang tumbuh dan berkembang
secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah (UU No.4 Tahun 1979
Tentang Kesejahteraan Anak). Pada tahap ini dinilai pada saat anak tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat
sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas dan minat
sendiri-sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan
anak (Harmoko, 2012).

Terdapat beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada keluarga


dengan anak usia sekolah pada tahap perkembangan antara lain kesulitan belajar,
gangguan tingkah laku, perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, dan

2
penyalahgunaan zat hingga penyakit menular / infeksi (Edelman & Mandle, 1986
dalam Setiadi 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja karakteristik dan tumbuh kembang anak usia sekolah?
2. Apa pengertian anak sekolah?
3. Apa saja trend dan isue keperawatan keluarga?
4. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga berdasarkan teori?
5. Bagaimana pengkajian yang di lakukan terkait kasus?
6. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga bedasarkan kasus?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa saja karakteristik dan tumbuh kembang anak usia sekolah.
2. Mengetahui apa pengertian anak sekolah.
3. Mengetahui apa saja trend dan isue keperawatan keluarga.
4. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga berdasarkan teori.
5. Mengetahui bagaimana pengkajian yang di lakukan terkait kasus.
6. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga bedasarkan kasus.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik dan Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah


a. Karakterisitik Anak Sekolah

Karakteristik anak usia sekolah merupakan golongan yang mempunyai


karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan
batasan-batasan norma. Variasi individu mulai lebih mudah dikenali di sini seperti
pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi,
perkembangan kepribadian, serta asupan makanan (Yatim, 2005). Ada beberapa
karakteristik lain anak usia ini, yaitu anak banyak menghabiskan waktu di luar
rumah, aktivitas fisik anak semakin meningkat, dan pada usia sekolah anak akan
mencari jati dirinya.
Anak akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam.
Aktivitas fisik anak meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan
teman, meningkatkan kebutuhan energi. Apabila anak tidak memperoleh energi
sesuai kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemak untuk
memenuhi kebutuhan energi, sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya
(Khomsan, 2010).

Pada usia sekolah dasar anak mencari jati diri dan akan sangat mudah
terpengaruh lingkungan, terutama teman sebaya yang pengaruhnya sangat kuat
seperti anak akan merubah perilaku dan kebiasaan temannya, termasuk perubahan
kebiasaan makan. Peranan orang tua sangat penting.Selama pertengahan tahun
masa kanak-kanak, dasar-dasar peran dewasa dalam pekerjaan, rekreasi, dan
interaksi sosial terbentuk. Negara-negara industri periode ini dimulai saat anak
mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun
merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Tugas perkembangan pada
masa anak usia sekolah berfokus pada kemampuan fisik, kognitif, dan psikososial
(Potter& Perry, 2005).

Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan merupakan


transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain ke kehidupan belajar, dan
bekerja terstruktur.Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan.Hal ini membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, anak
harus belajar menghadapi peraturan dan harapan yang dituntut oleh sekolah dan
teman sebaya.Orang tua harus membiarkan anak-anak membuat keputusan
menerima tanggung jawab dan belajar dari pengalaman kehidupan (Potter& Perry,
2005).

Selama tahap primer (6-7 tahun) anak laki-laki dan perempuan bermain
bersama, bergantung pada siapa yang bersedia dan siapa yang tertarik. Sekitar usia
8 tahun, kelompok sosial dengan teman sebaya berjenis kelamin sama mulai

4
terbentuk. “Kelompok” ini menyatakan kemandirian mereka dari peran orang tua,
dan membuat kode atau bahasa rahasia dan perilaku mereka sendiri.Periode
seringkali mengarah pada masyarakat rahasia dimasa kanak-kanak. Persahabatan
adolesense (10-12 tahun) dikarakterisasi dengan memiliki sahabat dengan jenis
kelamin yang sama. Hubungan ini mungkin sementara, tetapi hubungan mereka
sangat erat dan tercipta diskusi yang menyangkut seluruh area kehidupannya
(Potter& Perry, 2005).

b. Tumbuh-Kembang Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6cm atau 2,5
inchi pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini,
menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi
sudah sempurna pada usia 7tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan sekitar 21 kg,
kurang lebih 1 kg lebih berat daripada anak perempuan. Rata-rata kenaikan
berat badan anak usia sekolah 6 – 12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per
tahun. Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan berat badan disebabkan
oleh faktor genetik dan lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-
laki maupun perempuan memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih
115 cm. Setelah usia 12 tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2011).

2. Perkembangan Kognitif

Concrete operational (7 – 11 tahun).Menurut Piaget, usia 7–11 tahun


menandakan fase operasi konkret. Anak mengalami perubahan selama tahap
ini, dari interaksi egosentris menjadi interaksi kooperatif. Anak usia sekolah
juga mengembangkan peningkatan mengenai konsep yang berkaitan dengan
objek-objek tertentu, contohnya konservasi lingkungan atau pelestarian
margasatwa. Pada masa ini anak-anak mengembangkan pola pikir logis dari
pola pikir intuitif, sebagai contoh merekabelajar untuk mengurangi angka
ketika mencari jawaban dari suatu soal atau pertanyaan. Pada usia ini anak
juga belajar mengenai hubungan sebab akibat, contohnya mereka tahu bahwa
batu tidak akan mengapung sebab batu lebih berat daripada air (Piaget, J.,
1996; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

3. Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg, beberapa anak usia sekolah masuk pada tahap I


tingkat pra-konvensional Kohlberg (Hukuman dan Kepatuhan), yaitu mereka
berupaya untuk menghindari hukuman, akan tetapi beberapa anak usia
sekolah berada pada tahap 2 (Instumental–Relativist orientation). Anak-anak

5
tersebut melakukan berbagai hal untuk menguntungkan diri mereka. (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2011).

4. Perkembangan Spiritual

Pada saat anak tidak dapat memahami peristiwa tertentu seperti


penciptaan dunia, mereka menggunakan khayalan untuk menjelaskannya.
Pada masa ini, anak usia sekolah dapat mengajukan banyak pertanyaan
menegnai Tuhan dan agama dan secara umummeyakini bahwa Tuhan itu baik
dan selalu ada untuk membantu. Sebelum memasuki pubertas, anak-anak
mulai menyadari bahwa doa mereka tidak selalu dikabulkan dan mereka
merasa kecewa karenanya. Beberapa anak menolak agama pada usia ini,
sedangkan sebagian yang lain terus menerimanya. Keputusan ini biasanya
sangat dipengaruhi oleh orang tua (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Tahap perkembangan spiritual menurut Fowler

Tahapan Usia Deskripsi


0 0-3 tahun Bayi tidak mampus
merumuskan konsep
(Tidak terdiferensiasi)
mengenai diri sendiri atau
lingkungan
1 4-6 tahun Suatu kombinasi gambaran
dan kepercayaan yang
(Intuitif – proyektif)
diberikan oleh oranglain
yang dipercaya, yang
digabungkan dengan
pengalaman dan imajinasi
diri sendiri
2 7-12 tahun Dunia fantasi dan khayalan
pribado; symbol-simbol
(Mitos-factual)
mengacu pada sesuatu yang
khusus; kisah-kisah dramatic
dan mitos digunakan untuk
menyampaikan maksud-
maksud spiritual.

5. Perkembangan Psikoseksual

6
Freud menggambarkan anak-anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun)
masuk dalam tahapan fase laten. Selama fase ini, fokus perkembangan adalah
pada aktivitas fisik dan intelektual, sementara kecenderungan seksual seolah
ditekan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Fase Laten (6-12 tahun) Selama periode laten, anak menggunakan


energy fisik dan psikologis yang merupakan media untuk mengkesplorasi
pengetahuan dan pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya.
Pada fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin
perempuan, dan laki-laki dengan laki-laki. Pertanyaan anak tentang seks
semakin banyak dan bervariasi, mengarah pada sistemtem reproduksi.
Orangtua harus bijaksana dalam merespon pertanyaan-pertanyaan anak, yaitu
menjawabnya dengan jujur dan hangat. Luanya jawaban orangtua disesuaikan
dengan maturitas anak. anak mungkin dapat bertindak coba-coba dengan
teman sepermainan karena seringkali begitu penasaran dengan seks. Orangtua
sebainya waspada apabila anak tidak pernah bertanya mengenai seks. Peran
ibu dan ayah sangat penting dalam melakukan pendekatan dengan anak,
termasuk mempelajari apa yang sebenarnya sedang dipikirkan anak berkaitan
dengan seks.

6. Perkembangan Psikososial

Industry versus inferiority (6-12 tahun) Anak akan belajar untuk


bekerjasama dengan bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang
dilakukan, baik dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui
permainan yang dilakukan bersama. Otonomi mulai berkembang pada anak di
fase ini, terutama awal usia 6 tahun dengan dukungan keluarga terdekat.
Perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak yang terjadi mempengaruhi
gambaran anak terhadap tubuhnya (body image). Interaksi sosial lebih luas
dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau
lingkungannya mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu
anak semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai
anak dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk beraktivitas yang
mempunyaitujuan. Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas
dengan teman dilingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan
sukses (sense of industry). Perasaan tidak adekuat dan rasainferiority atau
rendah diri akan berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari
lingkungannya dan anak tidak berhasil memenuhinya. Harga diri yang kurang
pada fase ini akan mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan dewasa.
Pujian atau penguatan (reinforcement) dari orangtua atau orang dewasa
terhadap prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan
perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.

B. Definisi Anak Sekolah

7
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih
kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.
Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana apa
yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus
untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).
Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap
mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

C. Trend dan Isue pada keperawatan keluarga


1. Isu Praktik:
a. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis.
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan
penerapan pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua
bidang dan spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih
tinggi dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga
juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan. Wright
dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptkan
kesenjangan ini adalah “ cara perawat menjabarkan konsep masalah
sehat dan sakit.
b. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah
untuk di integrasikan dalam praktik.
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan
kesehatan besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat
sistem pengelolaan perawatan berupa sistem pemberian layanan
kesehatan yang kompleks, multi unit, dan multi level sedang dibentuk.
Sebagian dari restruturisasi ini juga termasuk kecenderungan
pasien dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat dan lebih cepat” dan
pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta
pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja
dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien
individu dan klien keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu,
mengembangkan cara yang bijak dan efektif untuk mengintegrasikan
keluarga ke dalam asuhan keperawatan merupakan kewajiban perawat
keluarga. Menurut Wright dan Leahey,mengatasi kebutuhan ini dengan
menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang. Pencetusan
gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik guna
mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik dewasa ini

8
c. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan
kepada keluarga.
Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang
disusun oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa
peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke
pasien atau keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih
menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut
Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa
terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan
antara perawat dan keluarg, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan
pemahaman yang lebih baik akan keahlian keluarga. Perkembangan
penggunaan Internet dan email telah memberikan banyak keluarga
informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai masalah kesehatan dan
pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah memengaruhi pasien dan
keluarga untuk melihat diri mereka sebagai konsumen, yang membeli dan
mendaptkan layanan kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli.
Dilihat dari kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan
kebebasan untuk memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa
yang mereka lakukan demi kepentingan mereka sendiri.
d. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang
kebudayaannya beragam.
Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian dikalangan
penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isu
lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam,yang
memiliki banyak cara untuk menerima dan merasakan dunia,
khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya
(termasuk etnisitas, latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional
dan politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi)
membentuk persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik.
e. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang
menarik bagi perawat keluarga.
Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai
globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan
menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah
diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebih
baik bagi keluarga.

2. Beberapa Tren dan Issu dalam Keperawatan keluarga


a. Sumber daya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global
serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.
b. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.

9
d. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
e. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
f. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
g. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system ya
ng belum berkembang.
h. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah
disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara
umum.
i. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan
fasilitas transportasiyang cukup.
j. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
l. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga
terbatas.
m. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
n. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.

3. Merokok
a. Pengertian Rokok

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung /


dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar  kelingking dengan
panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya.
Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar
dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis
bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi
dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker.

Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi


(ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya.
Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif).

b. Pengertian Perokok aktif

Perokok Aktif adalah seseorang yang dengan sengaja menghisap


lintingan atau gulungan tembakau yang dibungkus biasanya dengan kertas,
daun, dan kulit jagung. Secara langsung mereka juga menghirup asap rokok
yang mereka hembuskan dari mulut mereka. Tujuan mereka merokok pada
umumnya adalah untuk menghangatkan badan mereka dari suhu yang
dingin. Tapi seiring perjalanan waktu pemanfaatan rokok disalah artikan,

10
sekarang rokok dianggap sebagai suatu sarana untuk pembuktian jati diri
bahwa mereka yang merokok adalah ”keren”.

Ciri-ciri fisik seorang perokok :

1. Gigi kuning karena nikotin.


2. Kuku kotor karena nikotin.
3. Mata pedih.
4. Sering batuk – batuk.
5. Mulut dan nafas bau rokok.

c.   Pengertian Perokok Pasif

Perokok Pasif adalah seseorang atau sekelompok orang yang


menghirup asap rokok orang lain. Telah terbukti bahwa perokok pasif
mengalami risiko gangguan kesehatan yang sama seperti perokok aktif,
yaitu orang yang menghirup asap rokoknya sendiri.

Adapun gejala awal yang dapat timbul pada perokok pasif :

1. Mata pedih
2. Hidung beringus
3. Tekak yang serak
4. Pening / pusing kepala

Apabila perokok pasif terus-menerus ”menekuni” kebiasaanya, maka akan


mempertinggi risiko gangguan kesehatan, seperti :

1. Kanker paru-paru,
2. Serangan jantung dan mati mendadak,
3. Bronchitis akut maupun kronis,
4. Emfisema,
5. Flu dan alergi, serta berbagai penyakit pada organ tubuh seperti yang
disebutkan di atas.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

Latihan 2: Keluarga dengan Anak Sekolah


Perawat N mempunyai keluarga binaan yaitu keluarga Bp. O (40 th) dan Ibu A (28 th)
dengan anak, An.Dk (10 th) dan An. Ek (5 th). Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga
Bp O terdapat beberapa masalah kesehatan yang dialami, salah satunya adalah masalah
perilaku merokok pada An.Dk didukung oleh hasil pengkajian sebagai berikut. Keluarga
mengatakan tidak paham lebih jauh tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala perilaku
merokok; Ibu A dan Bp.O mengatakan anaknya pernah kedapatan merokok di warnet; Ibu A
mengatakan bahwa Bp.O juga merokok; An.Dk mengatakan bahwa ia kadang- kadang
merokok saat di warnet atau di rumah teman; An.Dk mengatakan bahwa ia merokok baru
beberapa bulan; An.Dk mengatakan tidak ada gejala yang merugikan akibat merokok; Ibu A
mengatakan tidak tahu cara melakukan perawatan di rumah terhadap masalah perilaku
merokok dalam keluarganya; Ibu A belum pernah mendiskusikan kepada Bp.O untuk juga
ikut memberikan contoh bagi anak-anaknya; Bp.O mengatakan tidak bias berhenti merokok
sehingga ia tidak ingin anaknya kecanduan rokok seperti dirinya; warna bibir merah gelap;
gigi kekuning-kuningan. Ibu A mengatakan berkomunikasi dengan anak-anak jika bertanya
tentang tugas di sekolah; Ibu A mengatakan jarang duduk bersama anak- anak untuk
mengobrol mengisi waktu luang; Ibu A mengatakan anak Dk dan Ek tidak dekat dengan
orangtuanya dan jarang berkomunikasi dan bercanda; Ibu mengatakan anak Dk dan Ek
pendiam, kalau ditanya lebih sering menjawab satu dua kata saja; Menurut Bp.O dan Ibu A
dari kecil anak Dk dan Ek memang jarang bicara; Bp.O dan Ibu A mengatakan jarang
berkomunikasi membicarakan hal-hal yang santai atau bersenda gurau; Menurut ibu A, anak
Dk di sekolah juga pendiam kata gurunya; Anak Dk dan Ek tampak pendiam, berbicara lebih
banyak dengan kata-kata pendek atau menganggukkan kepala; Anak Dk dan Ek kalau
berbicara jarang kontak mata, begitu juga dengan Ibu A; Anak Dk lebih mau berbicara jika
tidak di depan orangtuanya.Selain itu Anak EK terlihat sebelum makan tidak mencuci
tangannya, Anak Ek Terlihat perutnya buncit, Anak EK mengatakan nafsu makannya
berkurang dan terlihat anemis pada konjungtivanya.Anak EK mengatakan malas mencuci
tangan jika ingin makan dan mengatakan selama ini suka gatal dibagian anus anak EK.
DATA TAMBAHAN : Bp.O dan Ny.A lulusan SMA, An.Dk dan An.Ek masih duduk
dibangku SD dan TK. Bp.O bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan
4.500.000/bulan sedangkan Ny.A sebagai pegawai swasta dan berpenghasilan Rp.

12
3.000.000/bulan Jenis rumah (Permanen), Jenis bangunan (Beton), Luas bangunan (4×6 m2),
Luas pekarangan (tidak ada).

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

PENGKAJIAN

I. IDENTITAS UMUM
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Bp.O Pendidikan : SLTA
Umur : 40 th Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama :Islam Alamat : Limo, Depok
Suku :Indonesia

Genogram :

1
2

Ket :
1. Bp.O
2. Ny.A
3. An.Dk
4. An.Ek 3 4

b. Komposisi Keluarga

No Nama Jenis Kelamin Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


.
1 Bp.O Laki-laki 40 Tahun Suami SMA Pegawai
Swasta
2 Ny.A Perempuan 28 Tahun Istri SMA Pegawai
swasta
3 An.Dk Laki-laki 10 Tahun Anak SD Pelajar
4 An.Ek Laki-laki 5 Tahun Anak TK Pelajar

13
c. Tipe keluarga :
a) Jenis tipe keluarga : Nuclear Family
terdiri dari :
Ayah Bp.O usia 40 thn
Ibu Ny A usia 28 thn
Anak Dk usia 10 thn
Anak Ek usia 5 thn
Di dalam keluarga terdapat beberapa masalah :
 Perilaku merokok dikarenakan kurangnya perhatian orang tua dan
kurangnya komunikasi terhadap pentingnya bahaya merokok terhadap
An.Dk (10 Tahun).
 Gangguan proses keluarga yang terjadi pada Bp.O dan Ny.A dengan
masalah komunikasi yang tidak efektif terhada An Dk (10 tahun) dan An
Ek (5 tahun).
 Terjadinya kontaminasi dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang cara
menjaga kesehatan sehingga menyebabkan cacingan yang terjadi pada
An.Ek (5 tahun).
d. Suku Bangsa
a) Asal suku bangsa : Jawa Barat (DT)
b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : An.Dk mengatakan tidak ada
gejala yang merugikan akibat perilaku merokok, Bp.O tidak bisa berhenti dari
kecanduan merokok
c) Agama dan kepercayaan : Klien beragama islam.

e. Status sosial ekonomi keluarga


a) Anggota keluarga yang mencari nafkah :Bp. O dan Ny. A
b) Pengahasilan : 4.500.000 (dari Bp.O) dan 3.000.000 (dari Ny.A)
c) Upaya lain :tidak ada usaha sampingan
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) :klien mempunyai tv,
kulkas, sofa
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan > 1.800.000
f) Aktivitas rekreasi keluarga : Klien jarang melakukan rekreasi bersama keluarga
dikarenakan kesibukan bekerja.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap Pengembangan Keluarga : keluarga dengan anak usia sekolah

Dengan tugas perkembangan anak usia sekolah:


 Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
 Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
 Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran
khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

14
 Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada
umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya.
 Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
mengenai prestasi sekolahnya.
 Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam
permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional
(yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Tugas perkembangan yang
seharusnya dilalui oleh keluarga saat aini adalah membingbing dan melakukan
edukasi tentang merokok , bahaya merokok dan mengenai norma-norma kehidupan.
Serta memodifikasi cara komunikasi terbuka antara orang tua dan anak , serta
memperbaiki peran orang tua.
c. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
1) Riwayat kesehatan saat ini : Ny. A mengatakan An. Dk pernah kedapatan
ketahuan merokok di warnet, merokok baru beberapa bulan, dan Ny.A
tidak tahu cara melakukan perawatan dirumah terhadap masalah perilaku
meorokok dikeluarganya. An Dk pun mengatakan bahwa tidak ada akibat
yang merugikan dari perilaku merokok. Selain itu An.Ek terlihat sebelum
makan tidak mencuci tangannya, terlihat perutnya buncit, nafsu makan
berkurang, konjungtiva anemis, malas mencuci tangan, dan merasa gatal di
bagian anus.
2) Riwayat penyakit keturunan : klien mengatakan klien tidak mempunyai
penyakit keturunan.
d. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : klien tidak memanfaatkan sumber
pelayanan kesehatan karena tidak mengerti bagaimana cara menjaga kesehatan dan
tidak pernah melakukan penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapi dikeluarga
e. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Bp.O tidak bisa berhenti dari merokok,
An.Ek malas mencuci tangan

HASIL PENGKAJIAN
III. PENGKAJIAN Karakteristik rumah 1. Jenis rumah : Petak
LINGKUNGAN 2. Jenis bangunan :

15
Semipermanen
3. Luas bangunan : ± 4x6 m2
4. Luas perkarangan : 6 m2
5. Status kepemilikan rumah : Milik
keluarga Bp.O
6. Kondisi ventilasi rumah: Baik
7. Kondisi penerangan rumah : Baik
8. Kondisi pencahayaan rumah: Baik
9. Kondisi lantai : Kurang bersih
10. Kebersihan rumah secara
keseluruhan: Bersih
11. Bagaimana pembagian ruangan
dirumah : Tertata baik
12. Pengelolaan sampah keluarga :
Dibakar
13. Sumber air bersih dalam keluarga:
Air PAM
14. Kondisi jamban keluarga: Bersih
15. Pembuangan limbah : Bersih
Karakteristik tetangga Tetangga keluarg Bp.O sebagian besar
dan komunitas RW bekerja sebagai buruh, kuli, dan
pengrajin kayu, sebagian karyawan
swasta. Tidak ada kebiasaan kurang baik
dari lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan. Bila ada masalah antar
warga, diselesaikan dengan pertemuan
tingkat RT yang dipimpin oleh ketua
RT.

Mobilitas geografis Bp.O bersama keluarga menempati


keluarga rumahnya yang sekarang sudah 3 tahun
tetapi Bp.O sendiri merupakan
penduduk asli Kelurahan Limo. Alat
transportasi umum yang ada yaitu
angkot. Sedangkan untuk
mobilitas,keluarga menggunakan satu
buah sepeda motor, yang fungsi
utamanya untuk alat transportasi saat
Bp.O bekerja dan berpergian.

Perkumpulan keluarga Keluarga Bp.O jarang melakukan


dan interaksi dengan perkumpulan atau rekreasi dan jarang
masyarakat berkomunikasi membicarakan hal-hal
santai ataupun bersenda gurau. Dan
interaksi dengan masyarakat seperlunya
saja jika pada saat ada sesuatu yang
dibutuhkan saja.
Sistem pendukung Tidak ada sistem pendukung keluarga
keluarga
IV. STRUKTUR Pola/cara Komunikasi Komunikasih keluarga sangat buruk dan

16
KELUARGA keluarga : sangat tertutup. Ny.A berkomunikasi
dengan anak-anaknya jika bertanya
tentang tugas disekolah, Ny.A jarang
duduk bersama anak-anak untuk
mengobrol mengisi waktu luang, An Dk
dan An. Ek tidak dekat dengan orang
tuanya dan jarang berkomunikasi dan
bercanda

Struktur peran Setiap anggota keluarganya mempunyai


peran dan dapat menjalankan peran
masing-masing dengan baik. Bp.O
sebagai kepala keluarga .
Bp.O berperan sebagai kepala keluarga,
yang bertanggung jawab bekerja
mencari nafkah untuk menghidupi
keluarganya. Ny. A sebagai
istri,bertugas merawat anak,
pendamping suami, juga menyiapkan
makanan bagi anak dan suami dan juga
bekerja menjadi pegawai swasta. An. Dk
dan An.Ek berperan sebagai anak.

Nilai dan norma Keluarga cukup taat dalam


keluarga melaksanakan kewajiban agamanya,
yaitu ibadah sholat 5 waktu dan
mengikuti pengajian di RT. Dalam
keluarga saling menghargai antar
anggota keluarga.

V. FUNGSI Fungsi efektif Keluarga tidak saling memberikan


KELUARG perhatian terutama Bp.O dan Ny.A yang
A jarang memberikan contoh yang baik
kepada An.Ek dan An.Dk

Fungsi sosialisasi Bp.O mengatakan bahwa cara


menanamkan hubungan interaksi sosial
pada keluarganyanya dengan tetangga
dan masyarakat yaitu dengan
menganjurkan keluarganya
berpartisipasi dalam lingkungan sekitar,
misalnya jika ada kerja bakti setiap
bulan dan dalam acara perkumpulan
dengan masyarakat sekitar.

Fungsi perawatan  Orang tua tidak mengenal


keluarga masalah yang dialami anaknya
 Pengambilan keputusan tidak
adekuat dan mengabaikan
kesehatan anaknya.

17
 Kemampuan keluarga dalam
merawat anak tidak efektif.
 Orang tua tidak mampu
menciptakan lingkungan yang
menarik untuk anak Dk dan An
Ek
Stressor jangka pendek Keluarga merasa cemas dengan perilaku
dan Stress jangka merokok pada An.Dk dan merasa cemas
panjang dengan kondisi kesehatan An.Ek

Kemampuan keluarga Keluarga mengatakan apabila ada


berespon terhadap masalah tidak pernah dibicarakan
masalah bersama.
Startegi koping yang Jika ada masalah keluarga tidak
digunakan berunding bersama atau konsultasi
dengan orang yang lebih tau atau orang
tua mereka.
Startegi adaptasi Keluarga Bp.O tidak memperlakukan
disfungsional anak-anaknya dengan Identifikasi
bentuk yang digunakan secara ekstensif:
kekerasan, perlakukan kejam terhadap
anak, mengkambinghitamkan, ancaman,
VI. STRESS mengabaikan anak, mitos keluarga yang
DAN merusak, pseudomutualitas, triangling
KOPING dan otoritarisme.
KELUARG
A
VII. HARAPAN KELUARGA Keluarga Bp.O berharap pada
petugas kesehatan yang ada di
Desa Limo dapat cepat mengatasi
masalah yang terjadi pada
anaknya agar kembali sembuh.
Keluarga berharap bisa diberikan
informasi kepada mereka tentang
hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan, baik itu
perilaku merokok pada An.Dk
dan kondisi kesehatan An Ek

2. Analisa Data
No Analisa Data Masalah

18
1. DS : Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
- Keluarga mengatakan tidak paham pada keluarga Bp.O khususnya An. Dk
lebih jauh tentang pengertian, dengan masalah perilaku Merokok
penyebab, tanda dan gejala perilaku
merokok
- Ibu A dan Bp.O mengatakan
anaknya pernah kedapatan merokok
di warnet
- Ibu A mengatakan tidak tahu cara
melakukan perawatan di rumah
terhadap masalah perilaku merokok
dalam keluarganya
- Bp.O mengatakan ingin berhenti
merokok sehingga ia tidak ingin
anaknya kecanduan rokok seperti
dirinya

DO :
- An.Dk terlihat sedang merokok (dt)
- An. Dk terlihat warna bibir gelap,
gigi kekuning kuningan (dt)
- Bp.O terlihat warna bibir gelap dan
gigi kekuning kuningan.

2. DS : Gangguan proses Keluarga pada keluarga


- Ibu mengatakan anak Dk dan Ek Bp.O khususnya pada BP. O dan IBU A
pendiam, kalau ditanya lebih sering dengan masalah Komunikasi yang Tidak
menjawab satu dua kata saja Efektif
- Menurut Bp.O dan Ibu A dari kecil
anak Dk dan Ek memang jarang
bicara
- Bp.O dan Ibu A mengatakan jarang
berkomunikasi membicarakan hal-

19
hal yang santai atau bersenda gurau
- Menurut ibu A, anak Dk di sekolah
juga pendiam kata gurunya

- DO : Anak Dk dan Ek tampak


pendiam
- Berbicara lebih banyak dengan kata-
kata pendek atau menganggukkan
kepala
- Anak Dk dan Ek kalau berbicara
jarang kontak mata

3. DS : Ketidakefektifan Koping Keluarga pada


- Ibu A belum pernah mendiskusikan keluarga Bp. O khususnya Ny. A dengan
kepada Bp.O untuk juga ikut masalah sumber pemecahan yang tidak
memberikan contoh bagi anak- adekuat.
anaknya
- Ibu A mengatakan jarang duduk
bersama anak- anak untuk
mengobrol mengisi waktu luang
- Ibu A mengatakan anak Dk dan Ek
tidak dekat dengan orangtuanya dan
jarang berkomunikasi dan bercanda

DO :
- Anak Dk lebih mau berbicara jika
tidak di depan orangtuanya

4. DS: Kontaminasi pada keluarga Bp. O


- An. Ek mengatakan nafsu makannya khususnya AN. Ek dengan masalah
berkurang cacingan.
- An.Ek mengatakan malas mencuci

20
tangan jika ingin makan
- An.Ek mengatakan merasa gatal
dibagian Anus

DO :
- An.Ek terlihat sebelum makan tidak
mencuci tangannya
- An.Ek terlihat perutnya buncit
- An.Ek terlihat anemis pada
konjungtivanya

3. Skoring Masalah
a. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada keluarga Bp.O khususnya An.
Dk dengan masalah perilaku Merokok

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat masalah : 3 1 3/3x1 = 1 - Sifat masalah aktual ini dibuktikan
Aktual dari An.Dk pernah kedapatan
merokok di warnet serta
kurangnya perhatian dari orang tua
karena keluarga mengatakan tidak
paham lebih jauh tentang
pengertian, penyebab, tanda dan
gejala perilaku merokok
2 Kemungkinan 1 2 1/2x2 = 1 - Kemungkinan masalah dapat
masalah dapat diubah sebagian, hal ini
diubah : dibuktikan dengan An.Dk yang
sebagian sudah memasuki fase remaja
untuk mengatasi masalah
kesehatannya. An.Dk memiliki
kedua orang tua, orang tua An.Dk
tidak mampu melakukan
pendidikan kesehatan tentang
bahaya merokok sejak usia dini
3 Potensial 2 1 2/3 x 1 = 2/3 - Potoensi masalah untuk dicegah
masalah untuk cukup, hal ini dibuktikan karena
dicegah: cukup An. Dk mengatakan merokok
karena Bp.O dan Bp.O tidak ingin
merubah perilakunya. Dan belum
ada tindakan yang sudah dilakukan
karena An Dk merokok baru

21
beberapa bulan.

4 Menonjol 1 1 1/2x1 = ½ - Menonjolnya masalah ada, tapi


masalah: tidak perlu segera ditangani,
masalah ada karena An.Dk tidak pergi ke
tapi tidak perlu pelayanan kesehatan untuk
segera ditangani memeriksakan kesehatan dan
An.Dk mengatakan tidak ada
gejala yang merugikan akibat
merokok.
Jumlah 3 1/6

b. Gangguan proses Keluarga pada keluarga Bp.O khususnya pada BP. O dan
IBU A dengan masalah Komunikasi yang Tidak Efektif

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat masalah : 2 1 2/3x1 = 2/3 - Sifat masalah resiko dapat
Resiko dibuktikan dengan Bp.O dan Ibu
A mengatakan jarang
berkomunikasi membicarakan
hal-hal yang santai atau bersenda
gurau. Bp. O dan Ibu. A
mengetahui pengetahuan dan
penyebab komunikasi tidak
efektif namun tidak mengetahui
tanda dan gejalanya.

2 Kemungkinan 1 2 1/2x2 = 1 - kemungkinan masalah dapat


masalah diubah adalah sebagian hal ini
dibuktikan dengan Bp. O dan
dapat diubah : Ibu A sudah dewasa untuk
sebagian menyelesaikan masalah
komunikasinya, dan memiliki
anggota keluarga yang lengkap.
3 Potensial 3 1 3/3 x 1 = 1 - potensi masalah untuk dicegah
masalah untuk tinggi hal ini dibuktikan dengan
dicegah: Ibu. A masih menanyakan
keadaan anaknya meski hanya
tinggi dijawab satu atau dua kata saja
4 Menonjol 1 1 1/2x1 = 1/2 - menonjol masalah ada tapi tidak
masalah: perlu segera ditangani hal ini

22
masalah ada dibuktikan dengan An. Dk dan
tapi tidak perlu An. Ek memang jarang bicara
segera sejak kecil menurut Bp.O dan
Ibu. A.
ditangani

Jumla 3 1/6
h

c. Ketidakefektifan Koping Keluarga pada keluarga Bp. O khususnya Ny. A


dengan masalah sumber pemecahan yang tidak adekuat.

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat masalah : 2 1 2/3x1 = 2/3 - sifat masalah resiko hal ini
Resiko dibuktikan dengan Ibu A
mengatakan jarang duduk
bersama anak- anak untuk
mengobrol mengisi waktu luang.
Ibu A mengetahui pengertian dan
penyebab dari masalah yang
dihadapi tapi tidak mengetahui
tanda dan gejala masalah yang
dihadapinya.
2 Kemungkinan 1 2 1/2x2 = 1 - kemungkinan masalah dapat
masalah diubah sebagian hal ini
dibuktikan dengan Ibu A sudah
dapat diubah : dewasa untuk menghadapi
Sebagian masalahnya dan Ibu A memiliki
anggota keluarga lain.
3 Potensial 2 1 2/3 x 1 = 2/3 - potensial masalah untuk dicegah
masalah tinggi hal ini dapat dibuktikan
Ibu A belum pernah
untuk dicegah: mendiskusikan kepada Bp.O
cukup untuk juga ikut memberikan
contoh bagi anak-anaknya
4 Menonjol 0 1 0/2x1 = 0 - menonjol masalah tidak
masalah: dirasakan hal ini dibuktikan
masalah tidak dengan keluarga Bp.O tidak
dirasakan menganggap masalah ini
sebagai masalah serius.
- Jumlah 2 1/3 -

23
d. Kontaminasi pada keluarga Bp. O khususnya AN. Ek dengan masalah
cacingan.

No Kriteria Sko Bobot Perhitungan Pembenaran


r
1 Sifat masalah : 3 1 3/3 x 1 = 1 - Sifat masalah aktual hal ini
aktual dibuktikan dengan An.Ek
terlihat sebelum makan tidak
mencuci tangannya dan
keluarga Bp.O tidak
mengetahui pengertian,
penyebab, tanda dan gejala
penyakitnya.
2 Kemungkinan 1 2 ½x2=1 - Kemungkinan masalah dapat
masalah dapat diubah sebagian hal ini
diubah : dibuktikan An. Ek masih
sebagian mempunyai orang tua dan
saudara laki-laki.

3 Potensial 1 1 1/3 x 1 = 1/3 - Potensial masalah untuk dicegah


masalah untuk rendah hal ini dibuktikan dengan
dicegah: An.Ek tidak mendapat perawatan
dan perilaku tidak mencuci
rendah tangan sudah menjadi kebiasaan.
4 Menonjol 0 1 0/2 x 1 = 0 - Masalah menonjol tidak dapat
masalah: dirasakan hal ini dapat
masalah tidak dibuktikan dengan An. Ek terus
dirasakan mengulangi perilaku tidak
mencuci tangannya.
Jumlah 2 1/3 -

Prioritas Masalah :
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada keluarga Bp.O khususnya An. Dk
dengan masalah perilaku Merokok
2. Gangguan proses Keluarga pada keluarga Bp.O khususnya pada BP. O dan IBU A
dengan masalah Komunikasi yang Tidak Efektif
3. Ketidakefektifan Koping Keluarga pada keluarga Bp. O khususnya Ny. A dengan
masalah sumber pemecahan yang tidak adekuat.
4. Kontaminasi pada keluarga Bp. O khususnya AN. Ek dengan masalah cacingan.

24
25
1. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Evaluasi Intervensi Keperawatan
Kriteria Standar
Keperawatan Umum (TUK
Keluarga (TUM)
1. Perilaku Setelah 1.Keluarga dapat Verbal  Keluarga dapat  Kaji pengetahuan keluarga
Kesehatan menjelaskan tentang rokok
Cenderung dilakukan mengenal masalah
kandunagn dan zat  Jelaskan pada keluarga tentang
Beresiko pada tindakan remaja (merokok) berbahaya di dalam pengertian, tanda/gejala tindakan
keluarga Bp.O rokok. yang dilakukan bila salah satu
khususnya An. keperawatan
 Keluarga dapat anggota keluarga menderita
Dk dengan Anggota menyebutkan tanda sesak nafas dan menunjukkan
masalah perilaku
keluarga dan gejala perokok. tanda-tanda gangguan
Merokok
 Keluarga dapat pernafasan.
mampu menjelaskan  Bimbing keluarga untuk
mengenal hal- perawatan keluarga mengulang kembali apa yang
yang menderita efek dijelaskan oleh perawat.
hal tentang samping merokok  Beri pujian atas jawaban yang
pengertian, disampaikan oleh keluarga.
penyebab,
 Beri penjelasan tentang
tanda dan masalah dan penyakit yang
gejala akan timbul akibat merokok
yang dapat terjadi kekambuh-an
perilaku & komplikasi.
merokok
 Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan untuk
mengembalikan fungsi
psikososial dan memfasilitasi

1
perubahan gaya.
 Keputusan keluarga
untuk rutin  Bantuan untuk berhenti
mengontrolkan An. merokok.
DK ke pelayanan
kesehatan  Modifikasi perilaku lingkungan .

 Manajemen lingkungan

2.Keluarga Verbal
mampu
mengambil
keputusan  Anggota keluarga
yang tepat. mampu melakukan hal-
hal untuk mengontrol
bahaya dari kebiasaan
merokok.

Psikomotor
3.Keluarga
mempu
merawat /  Keluarga mampu
mampu memanfaatkan pelayanan
melaksanakan kesehatan untuk melakukan :
ADL - Konsultasi
- Status - Rujukan
- Bantuan siste kesehatan
kesehatan

2
personal :
kesehatan
fisik
- Kualitas
 Perilaku mencari
hidup akibat pelayanan 1. Diskusikan dengan keluarga
kesehatan. tentang pengganti rokok
dari ssebagai kebiasaan buruk
 Partisipasi keluarga
kebiasaan dalan pelayanan klien.
keluarga 2. Anjurkan kepada keluarga
merokok
untuk selalu memenuhi nutrisi
klien untuk mengurangi resiko
komplikasi.
3. Beri pujian atas tindakan yang
tepat
psikomotor
4.Ibu. A
bersama  Keluarga
anggota memberi
keluarga dukungan
mampu terhadap klien
memanfaatka untuk
n pelayanan membantu An.
kesehatan Dk berhenti
yang ada. merokok.
 Memberi
latihan alat
bantu
pengganti

3
seperti bantuan
5.Keluarga makanan ringan
dapat pengganti rokok
melakukan sebagai
penatalaksaan konsumsi
terhadap An.DK.
kecenderunga
n masalah
merok pada
anak.

2. Gangguan proses Setelah 1. Keluarga dapat Verbal  Keluarga mampu 1. Keluarga mampu mengenal
Keluarga pada dilakukan mengenal mengatasi masalah Pengajaran individu
keluarga Bp.O tindakan masalah masalah 2. Pengajaran kelompok
khususnya pada keperawatan komunikasi. 3. Pengajaran proses penyakit
BP. O dan IBU A gangguaan  Meningkatkan
dengan masalah kemampuan
proses di
Komunikasi yang berkomunikasi.
keluarga
Tidak Efektif 2. Keluarga verbal  Keputusan keluarga 1. Keluarga mampu
dapat untuk rutin
mampu memutuskan tindakan
melakukan
teratasidan keyakinan keluarga untuk
mengambil komunikasi rutin
anggota dirumah. meningkatkan atau
keputusan
keluarga  Melakukan kegiatan
yang tepat. bersama untuk ke memperbaiki kesehatan.
mampu efektifan waktu 2. Dukungan pengasuhan

4
mengenal hal- berkomunikasi. 3. Dukungan pengambilan
hal keputusan
meningkatkan
keterampilan 3. Keluarga Psikomotor  Melakukan 1. Keluarga mampu
mampu komunikasi verbal memanfaatkan
komunikasi
meningkatkan bersama pelayanan kesehatan

waktu keluarga. 2. Konsultasi


3. Keluarga mampu
berkomunikasi  Menempatkan
memodifikasi
dan diri sebagaimana
lingkungan
menempatkan peran.
4. Identifikasi resiko
peran  Meningkatkan
5. Modifikasi perilaku
keluarga. keterampilan
komunikasi.

3. Ketidakefektifan Setelah 1. Keluarga dapat Verbal  Keluarga mampu  Keluarga dapat mengenali
Koping Keluarga

5
pada keluarga dilakukan mengenal masalah menentukan masalah yang terjadi
Bp. O khususnya
asuhan serta mampu masalah  Keluarga dapat menjelaskan
Ny. A dengan
masalah sumber keperawatan memahami dan  Keluarga mampu teknik komunikasi yang baik
pemecahan yang
masalah mengerti tentang menjelaskan  Keluarga dapat menentukan
tidak adekuat.
didalam sumber pemecahan teknik komunikasi sumber pemecahan masalah
keluarga masalah yang yang baik yang ada
mendaatkan adekuat  Keluarga mampu
koping yang menentukan
efekti. sumber
pemecahan
masalah yang ada  Keluarga dapat membuat
keputusan pemecahan
masalah
 Keluarga mampu
 Memberikan dukungan
mengambil
membuat keputusan
keputusan dalam
penyelesaian
masalah  Keluarga dapat memberikan
2. Keluarga perhatian lebih kepada anak-
Verbal
mampu
mengambil anaknya
keputusan
yang tepat.

6
 Keluarga mampu
memberikan
perhatian lebih
kepada anak-
anaknya

Psikomotor  Keluarga dapat menciptakan


lingkungan yang harmonis
3. Keluarga
mempu dan komunikasi yang afektif
merawat /
mampu
melaksanakan
ADL  Keluarga mampu
menciptakan
lingkungan yang
harmonis dan Keluarga dapat memahami masalah
komunikasi yang kesehatan dan melakukan
afektif pengecekan kesehatan ke fasilitas
kesehatan

Kognitif
Keluarga paham masalah
kesehatan dan melakukan
7
pengecekan kesehatan ke
4. Ibu A fasilitas kesehatan
mampu
memodifikasi
lingkungan
sehingga
interaksi
dapat
terlaksana
dengan baik

Afektif

5.Ibu. A
bersama
anggota
keluarga
mampu
memanfaatka
n pelayanan
kesehatan
yang ada.

8
4. Kontaminasi Setelah 1.Keluarga dapat Kognitif,  Keluarga dapat  Kaji pengetahuan keluarga
pada keluarga dilakukan Verbal menjelaskan tentang masalah cacingan
mengenal masalah
pengertian pada
Bp. O khususnya asuhan cacingan masalah cacingan  Jelaskan pada keluarga tentang
AN. Ek dengan keperawatan pengertian, tanda/gejala
 Keluarga dapat tindakan yang dilakukan bila
masalah cacingan masalah menyebutkan salah satu anggota mengalami
cacingan tanda dan gejala masalah cacingan
masalah cacingan.
didalam
 Bimbing keluarga untuk
keluarga  Keluarga dapat mengulang kembali apa yang
dapat diatasi menjelaskan dijelaskan oleh perawat.
perawatan
keluarga yang  Beri penjelasan tentang
menderita masalah masalah dan penyakit yang
cacingan akan terjadi pada masalah
cacingan serta kekambuh-an
 Keluarga mengerti & komplikasi.
dan tau komplikasi
yang ditimbulkan  Beri pujian atas jawaban yang
jika tidak diatasi disampaikan oleh keluarga.

 Keluarga mengerti

9
dan paham
mengenai masalah
cacingan secara
menyeluruh

 Keluarga mampu
 Keputusan keluarga memodifikasi lingkungan
untuk rutin untuk mengembalikan fungsi
mengontrolkan An. psikososial dan memfasilitasi
DK ke pelayanan perubahan gaya
kesehatan .
 Ajarkan keluarga bagaimana cara
menghindari infeksi

 Monitor adanya tanda gejala


 Anggota keluarga sistemik dan lokal
mampu melakukan hal-
hal untuk mengontrol  Monitor kerentanan terhadap
2.Keluarga bahaya dari masalah infeksi
mampu cacingan
mengambil Verbal  Instruksikan keluarga akn
keputusan rasionalisasi dan tujuan
pemeriksaan kesehatan serta
yang tepat.
pemantauan diri

3. Keluarga Psikomotor
mempu

10
merawat /
mampu
melaksanakan
ADL  Keluarga mampu menciptakan
- Status lingkungan yang bersih dan
kesehatan sehat dengan cara melakukan
personal :
Program Hidup Bersih Sehat
kesehatan
(PHBS)
fisik
- Kualitas  Keluarga dapat
 Keluarga mampu
hidup akibat meciptakan memanfaatkan pelayanan
dari masalah lingkungan yang kesehatan untuk melakukan :
- Konsultasi
cacingan bersih dan sehat - Rujukan

 Bantuan sistem kesehatan

Psikomotor
 Perilaku mencari
4. Ibu. A pelayanan
bersama kesehatan.
anggota
keluarga

11
mampu  Partisipasi keluarga
memodifikasi dalan pelayanan
lingkungan keluarga

Psikomotor
5. Keluarga Bp. O
dapat
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang ada

12
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Metode dan pendekatan pengkajian komunitas terdiri dari dua yaitu: pengkajian fiedman dan
calgry. Pada pengkajian untuk asuhan keperawatan keluarga pada anak sudah sesuai antara teori
dan kasus hanya saja di teori tidak dijelaskan secara rinci.
Pada kasus yang terdapat di makalah ini mengangkat 4 diagnosa yang dilanjutkan dengan
analisa data, diagnosa keperawatan, prioritas masalah, intervensi, implementasi serta evaluasi.

Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentangkonsep keperawatan kesehatan sekolah.
Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawatkomunitas di pelayanan sekolah.

1
DAFTAR PUSTAKA

Freadman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.

Zaidin Ali, S. M. (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Setiawati,Santun,Agus Citra Dermawan.2008.Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan


Keluarga.Jakarta: Trans Info Media

Sariningsih, Endang. 2012. Merawat Gigi Anak Usia Dini. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medik

Faridan K, dkk. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada sisa
Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru. (Online),
(http://ejournal.litbang.depkes.g o.id/index.php/buski/article /view/3229/3200)

https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIAN-MEROKOK-DAN-
AKIBATNYA.html# .2017. diakses tgl 21 April 2019 pukul 15:00

Asuhan keperawatan keluarga Edisi ke-2


https://www.academia.edu/35973677/ASUHAN_KEPERAWATAN_KELUARGA
http://repository.ump.ac.id/3977/3/Reni%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai