Anda di halaman 1dari 74

Accelerat ing t he world's research.

Laporan Praktikum Manajemen


Keperawatan RS PGI Cikini
Sheila Monica Tangka

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MPKP dan SP2KP


Sit i Arifah, MUna Dzyra

HUBUNGAN PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN KEPALA RUANGAN DENGAN MOT IVASI PERAWAT PEL…
iin purnama

File (3)
Em K
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN KEPERAWATAN

BELUM OPTIMALNYA CATATAN PERENCANAAN HARIAN


PERAWAT PELAKSANA
DI INSTALASI RAWAT INAP RUANGAN G
RS PGI CIKINI

Disusun Oleh :

Fidy R. Sada, S.Kep 15062032


Christien Bopeng, S.Kep 15062086
Cyntia Th. Lumintang, S.Kep 15062033
Sustianti Tamara, S.Kep 15062083
Miranti H. Sengkeh, S.Kep 15062085
Yiyin M. Pansing, S.Kep 15062084

Pembimbing Klinik :
Elizabeth E. Wattimena, SKp
Ns. Sara Hutagalung, S.Kep

Universitas Katolik De La Salle Manado


Fakultas Keperawatan
Program Studi Profesi Ners
2016

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


i
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
tuntunan dan bimbingan-Nya, sehingga laporan manajemen keperawatan ini boleh
tersusun dan boleh terlaksana.
Adapun judul dari laporan yang kami susun adalah Belum Optimalnya
Catatan Perencanaan Harian Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Ruangan
G. Maksud kami membuat laporan ini adalah merupakan bagian tugas atau
laporan pertanggung jawaban kelompok selama praktikum klinik Profesi Ners di
Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat, khususnya untuk Mata Kuliah
Manajemen Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Ruangan G. Di samping itu
kami membuat laporan ini untuk menambah pengetahuan mengenai manajemen
keperawatan khususnya tentang Perencanaan Harian Perawat Pelaksana di
ruangan G. Sehingga bisa menjadi acuan ataupun bahan ajaran pada instansi-
instansi yang terkait, terutama bagi mahasiswa, dosen ataupun tim kesehatan
lainnya yang berkecimpung di bidang manajemen keperawatan, terlebih khusus
bagi perawat pelaksana yang ada di Ruangan G RS PGI Cikini.
Kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah
membantu terlaksananya praktikum profesi ners dan tersusunnya laporan ini,
diantaranya:
1. Direktur Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat.
2. Rektor Universitas Katolik De la Salle Manado.
3. PPSDM Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat.
4. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
5. Ketua Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik
De La Salle Manado.
6. Pembimbing akademik Profesi Ners.
7. CI/Pembimbing Klinik Profesi Ners di Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta
Pusat.
8. Kepala Ruangan Instalasi Rawat Inap ruangan G Rumah Sakit PGI Cikini –
Jakarta Pusat.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


ii
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

9. Seluruh perawat, dokter dan karyawan yang bertugas di ruangan G yang telah
banyak membantu kelompok selama praktek.
Kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami susun ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami terbuka terhadap kritik ataupun saran yang dapat
menyempurnakan laporan ini. Semoga dengan adanya laporan ini, dapat
bermanfaat bagi para pembaca dalam memperluas dan meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan, khususnya dalam manajemen keperawatan. Tuhan
memberkati kita semua.

Jakarta, Mei 2016

Tim penulis

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


iii
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................5
E. Identifikasi Masalah .....................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan .............................................7
B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) .....................................10
C. Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP ......................................................25
D. Perencanaan ................................................................................................29
BAB III ANALISA SITUASI
A. Pengumpulan Data (Man, Material, Method, Machine) ...........................33
B. Analisa SWOT ...........................................................................................52
C. Identifikasi dan Perumusan Masalah .........................................................58
D. POA (Planning Of Action) ........................................................................60
E. Penyelesaian Masalah ................................................................................61
BAB IV PEMBAHASAN
A. Data Pre Implementasi ...................................................................................
B. Implementasi ..................................................................................................
C. Evaluasi ..........................................................................................................
D. Hambatan .......................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................................

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


iv
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan
rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan
perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan
masyarakat. Profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu
yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan oleh masyarakat.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Sebagai profesi, keperawatan
dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan
teknis, dan moral. Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional bersifat
humanistis, menggunakan pendekatan holistis, dilakukan berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada
standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etis (Nursalam, 2011).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi
tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Proses registrasi dan legislasi
keperawatan mulai terjadi sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi, sejak
tumbuhnya pendidikan tinggi keperawatan (S1 Keperawatan dan Ners), serta
sejak berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan
Permenkes No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Namun
pelaksanaan Permenkes No. 1239/2001 tersebut masih perlu mendapatkan

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


1
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

persiapan-persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Hal ini disebabkan


adanya beberapa kendala yang dihadapi, meliputi: belum ada pengalaman
dalam memberikan pengakuan terhadap praktik keperawatan; belum ada
pemahaman tentang wujud dan batasan dari praktik keperawatan sebagai
praktik keperawatan profesional; dan jenis serta sifat praktik keperawatan
profesional yang harus dikembangkan. Menurut Grant dan Massey (1997) dan
Marquis dan Huston (1998), jenis metode pemberian asuhan keperawatan yang
profesional ada 4 metode, yaitu metode fungsional, metode kasus, metode tim,
dan metode primer. Keempat metode tersebut dikenal dengan Model Praktik
Keperawatan Profesional (Nursalam, 2011).
Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak negara untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. Di
berbagai negara, pengembangan ini mendapat dukungan yang besar dari
Departemen Kesehatan dan dari organisasi profesi (Hoffart dan Woods, 1996;
Pearson, 1997). Pengembangan MPKP juga menjadi strategi berbagai rumah
sakit untuk membuat perawat betah bekerja di suatu rumah sakit yang sering
dikenal dengan istilah magnet hospital. (Scott, Sochalski, dan Aiken, 1999
dikutip oleh Sitorus, 2006). Adapun rumah sakit yang menerapkan
pengembangan MPKP di berbagai negara seperti Professional Practice Home
(Iowa Veterans Home, 1967), Professional Nursing Practice Model (Beth
Israel Hospital, 1973), Unit Level Self Management Model (John Hopkins
Hospital, 1981), Nursing Development Units (Burford Hospital, 1983),
Professionally Advanced Care Team Model (Robert Wood Johnson Hospital,
1987), Shared Governance (St. Luke’s Hospital, 1988), Transformational
Model for the Practice of Professional Nursing (Shadyside Hospital, 1993),
dan Clinical Development Units Nursing (The Western Sydney Area Health
Service, 1996), (Sitorus, 2006).
Di negara Indonesia, Model Praktik Keperawatan Profesional pertama
kali dikembangkan oleh RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo
(RSUPNCM). MPKP FKUI – RSUPNCM ini dikembangkan oleh Sitorus
(1997), pengembangan model tersebut difasilitasi dengan Surat Keputusan

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Direktur RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Nomor:


2093/TU.K/VII/1996 (Sitorus, 2006).
Rumah sakit PGI Cikini adalah salah satu rumah sakit yang menerapkan
Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) termasuk di dalamnya
adalah ruangan G. Jika dilihat dari ketenagaan/sumber daya manusia yang ada,
ruangan G masuk dalam tingkatan MPKP Pemula yang mulai beralih ke tingkat
MPKP I. Sistem penugasan di ruangan G sendiri menggunakan metode Tim
dengan metode pemberian asuhan keperawatan adalah modifikasi keperawatan
primer. Struktur organisasi terdiri dari: Kepala Ruangan, CCM (Clinical Care
Manager), Ketua Tim 1, Ketua Tim 2 dan Perawat Pelaksana/Perawat Asosiet,
yang menjalankan peran dan fungsi masing – masing berdasarkan tugas dan
tangung jawab sebagaimana terlampir dalam buku standar model praktik
keperawatan profesional yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan Rumah
Sakit.
Metode perawatan tim dengan modifikasi keperawatan primer di Ruang
G telah berjalan dengan baik. Namun tingkat keberhasilan metode tersebut
tentunya dipengaruhi oleh kinerja dari perawat yang ada, mulai dari Kepala
Ruangan, CCM, Ketua Tim dan Perwat Pelaksana. Sehingga diperlukan kerja
sama yang baik, kekompakan dan saling percaya satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian, Model Praktik Keperawatan Profesional benar-benar akan
terlaksana dengan baik.
Kinerja perawat merupakan salah satu indikator penting dalam
penilaian mutu pelayanan Rumah Sakit, salah satunya adalah kinerja dari
Perawat Pelaksana. Sebagai perawat pelaksana tentunya mempunyai peran dan
fungsi tersendiri, hal tersebut sudah dilaksanakan oleh perawat pelaksana yang
ada di ruangan G. salah satu tugas dari Perawat Pelaksana yaitu membuat
rencana kegiatan harian. Penerapan manajemen keperawatan di ruang MPKP
dilaksanakan dalam empat tahapan proses manajemen antara lain:
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Perencanaan
merupakan bagian dari fungsi manajemen mendasar dan paling awal yang akan
menyeleksi prioritas, hasil dan metode untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan oleh kelompok


mengenai perencanaan dari Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala
Ruangan telah mempunyai buku tugas/catatan pribadi untuk
mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-masing. Namun
catatan harian Perawat Pelaksana tidak ada keseragaman antara satu dengan
yang lainnya dan pencatatannya belum terarah. Di samping itu, Perawat
Pelaksana juga tidak memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada
shift-nya. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka kelompok mengangkat
masalah mengenai belum optimalnya catatan perencanaan harian Perawat
Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut dipandang perlu untuk
dibuat sebuah format rencana kegiatan harian Perawat Pelaksana.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, adapun
masalah yang dapat dirumuskan yaitu belum optimalnya catatan perencanaan
harian perawat pelaksana di Ruang G RS PGI Cikini.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan manajemen keperawatan ini adalah untuk
meningkatkan pelayanan sebagai perawat pelaksana lewat penggunaan
rencana kerja harian perawat pelaksana.
2. Tujuan Khusus
a. Institusi Pendidikan
Untuk menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan
dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai
bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang
keperawatan khususnya untuk Program Studi Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


4
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

b. Rumah Sakit
Untuk menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan
rencana kerja harian perawat pelaksana.
c. Mahasiswa
Untuk menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan
praktikum Manajemen Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan
data sampai mengimplementasikan serta mengevaluasi masalah yang
ditemui di ruangan.
d. Perawat
Untuk memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan
keluar mengenai masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait
dengan manajemen keperawatan khususnya rencana harian perawat
pelaksana.
e. Pasien
Untuk membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien
dapat terpenuhi.

D. Manfaat Penulisan
1. Institusi Pendidikan
Dapat menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan dan
pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai bimbingan
terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang keperawatan
khususnya untuk Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik De La Salle Manado.
2. Rumah Sakit
Dapat menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan rencana
kerja harian perawat pelaksana.
3. Mahasiswa
Dapat menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktikum
Manajemen Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan data sampai

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


5
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

mengimplementasikan serta mengevaluasi masalah yang ditemui di


ruangan.
4. Perawat
Dapat memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan keluar
mengenai masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan
manajemen keperawatan khususnya rencana harian perawat pelaksana.
5. Pasien
Dapat membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat
terpenuhi.

E. Identifikasi Masalah
1. Tinjauan Teoritis
a. Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan
b. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
c. Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP
d. Perencanaan

2. Analisa Situasi
1. Pengumpulan Data (Man, Material, Method, Machine)
2. Analisa SWOT
3. Identifikasi dan Perumusan Masalah
4. Planning of Action (POA)
5. Penyelesaian Masalah.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


6
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan


1. Pengertian
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “management”,
yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen merupakan
suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan yang diorganisasi. Manajemen juga diartikan sebagai suatu
organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain
untuk menghasilkan suatu keuntungan (Nursalam, 2012).
Menurut Gillies (1986) dalam Nursalam (2012), manajemen
didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut
untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu,
keluarga, dan masyarakat.
Pengertian Manajemen Keperawatan menurut Harsey dan Blanchard
(1977) dalam Suyanto (2008: 2), pengertian manajemen adalah suatu
proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui kerja
sama dengan orang lain.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien
dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual
yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang
sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012).

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


7
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

2. Proses Manajemen Keperawatan


Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional,
sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung.
Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses
dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh
seorang manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah
langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer
untuk mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi
manajemen yang berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi
fungsi manajemen menurut George Terry, yaitu :
a. Planning (Perencanaan)
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi,
sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk
mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas –
tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan
mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta
menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam
menjalankan tugas – tugasnya.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai
tujuan organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau Penggerakkan
Penggerakan sebagai proses manajemen adalah proses memberikan
bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal
dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang
mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


8
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

d. Controling (Pengawasan, Monitoring)


Pengawasan adalah proses untuk mengamati secara terus menerus
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
3. Komponen Sistem Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu
input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik.
a. Input. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain
berupa informasi, personel, peralatan dan fasilitas
b. Proses. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan.
c. Output. Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau
keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian
asuhan keperawatan dan pengembangan serta kegiatan penelitian
untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
d. Control. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional,
evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai
standar dan akreditasi.
e. Umpan balik. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk
menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang.
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
4. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan
Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer
keperawatan yang efektif sebaiknya memahami dan memfasilitasi

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


9
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer


keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi:
a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan
doagnosa.
c. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat .
d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.
Menurut Suyanto, 2008 keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor)
3) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan
menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan
konsep – konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


1. Definisi MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart
dan Woods, 1996). Sebagai suatu model berarti ruang rawat tersebut
menjadi contoh teladan dalam praktik keperawatan profesional.
Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak negara untuk
memberdayakan keperawatan dalam layanan kesehatan, terutama pada

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


10
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

saat meningkatnya kebutuhan yang disertai biaya tinggi dalam layanan


kesehatan (Sitorus dan Yulia, 2006).
Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan
struktur dan proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat
ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan
profesional (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011).
Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Ratna Sitorus dan
Rumondang Panjaitan (2011) MPKP terdiri dari lima subsistem, yaitu:
a. Nilai-nilai profesional meliputi ekonomi, kesinambungan asuhan,
dan belajar sepanjang hayat untuk menopang praktik ilmu yang
bermutu.
b. Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa pada MPKP, pembuat
keputusan untuk pasien ada pada manajer asuhan klinik atau Perawat
Primer. Kepala ruangan rawat berperan sebagai fasilitator atau
mentor.
c. Pemebrian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan
metode keperawatan primer.
d. Hubungan profesional memungkinkan adanya hubungan kolaborasi,
konsultasi antar tim, dan koferens antar tim serta konferens untuk
penyelesaian konflik.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat
mendapatkan kompensasi dan penghargaan sesuai dengan sifat
layanannya yang profesional. Penghargaan dapat juga berupa
keberadaan perawat sebagai seorang ahli atau spesialis.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan
pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien
tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2011).

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


11
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model MPKP


Menurut Nursalam (2012), dasar pertimbangan pemilihan model
Metode Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut:
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keeprawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan
dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses
keperawatan.
c. Efektif dan efisien dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun
baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka
tidak akan didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau
pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena
itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat
menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi
dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan
kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi
dalam pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung
jawab merupakan dasar pertimbangan penetuan model. Model

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


12
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meninkatkan hubungan


interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Pilar-Pilar dalam MPKP
Dalam model praktik keperawatan professional terdapat empat pilar
yang digunakan sebagai acuan, yaitu sebagai berikut.
a. Pilar I : Manajemen Approach (pendekatan manajemen)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang
pertama.Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
1) Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan
sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana
kegiatan itu dilakukan.
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana
jangka pendek ; harian, bulanan, dan tahunan). Jenis-jenis
perencanaan terdiri dari :
a) Rencana jangka pendek
- Rencana Harian Kepala Ruangan. Rencana harian
kepala ruangan kegitannya meliputi: Operan, pre
conference dan post conference, mengecek SDM dan
sarana prasarana, melakukan interaksi dengan pasien
baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus,
melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana,
hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan pasien,
perawat, lingkungan yang belum teratasi,
mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


13
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai


tingkat ketergantungan pasien.
- Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer). Rencana
harian ketua tim meliputi: operan, pre conference dan
post conference, penyelenggaraan asuhan keperawatan
pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya,
melakukan supervisi perawat pelaksana, kolaborasi
dengan dokter atau tim kesehatan lain, menulis
dokumentasi, alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
- Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete).
Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada
shift dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operw2an,
pre conference dan post conference, melaksanakan
tindakan asuhan keperawatan, mendokumentasikan
asuhan keperawatan. Penilaian rencana harian perawat,
untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian
dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen
dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim
b) Rencana jangka menengah
- Rencana Bulanan Kepala Ruangan. Rencana bulanan
kepala ruangan meliputi: membuat jadwal dan
memimpin case conference, membuat jadwal dan
memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga,
membuat jadwal dinas, membuat jadwal dan memimpin
rapat bulanan perawat, membuat jadwal dan memimpin
rapat tim kesehatan, membuat jadwal supervisi dan
penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana,
melakukan dokumentasi, membuat laporan bulanan.
- Rencana Bulanan Ketua Tim. Mempresentasikan kasus
dalam case conference, memimpin pendidikan

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


14
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

kesehatan kelompok keluarga, melakukan supervisi


perawat pelaksana.

c) Rencana jangka panjang


Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil
kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan
rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan
berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
- Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja
MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah
dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta
evaluasi mutu pelayanan.
- Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota
masing-masing tim. Penyegaran terkait materi MPKP
khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini
bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai
MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
- Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi
peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi
katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan.
2) Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok
tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian
aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP
menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi
Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan,

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


15
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Clinical Care Manager (CCM), Ketua Tim, dan Perawat


Pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah
pasien.
Struktur ketenagaan keperawatan pada MPKP (Sitoru, 2006)

Kepala Ruangan CCM

PP1 PP2 PP3

PA PA PA
PAGI
PA PA PA

PA PA PA
SORE
PA

PA PA PA
MALAM
PA

LIBUR/
PA PA PA
CUTI PA PA
PA
9-10 pasien 9-10 pasien 9-10 pasien

3) Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi
efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan
dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan
sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian,
pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


16
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah


direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang
mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang
manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston,
1998). Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menciptakan budaya motivasi
2) Manajemen waktu: Rencana Harian
3) Komunikasi efektif melalui kegiatan:
4) Operan antar shift
5) Pre conference tim
6) Post conference tim
7) Manajemen konflik
8) Pendelegasian dan supervisi
4) Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol sebagai
”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan
rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki
dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan untuk
mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat
segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau
standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar
memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan.
Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan
(pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


17
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen


keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk
rencana yang akan datang.
b. Pilar II : Compensatory Reward (Sistem Penghargaan)
Manajemen sumber daya manusia (SDM) di ruang MPKP berfokus
pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian
kinerja dan pengembangan staf perawat. Sistem penghargaan
menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen SDM
keperawatan agar produktif sehingga misi dan tujuan organisasi
dapat tercapai. Metode dalam penyusunan tenaga keperawatan harus
teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan
jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan pelayanan yang sesuai kepada pasien.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan
manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya
manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan
adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif
sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat
merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling
banyak melakukan praktik profesionalnya pada pasien yang dirawat
di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat
tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf
yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan
seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan
agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
yang diharapkan.
c. Pilar III : Professional Relationship (Hubungan Profesional)
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dan penerima pelayanan disebut dengan hubungan
profesional secara eksternal. Sedangkan hubungan professional

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


18
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

secara internal yaitu pada pelaksanaannya terjadi antara perawat


dengan perawat, perawat dengan petugas kesehatan lainnya dan
perawat dengan dokter.
d. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilah MPKP adalah pelayanan keperawatan dengan
menggunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.
Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan
keperawatan yang menerapkan proses keperawatan secara holistic
dan dilakukan secara mandiri oleh perawat.
4. Komponen-Komponen dalam MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik keperawatan
professional, yaitu : ketenagaan keperawatan, metoda pemberian asuhan
keperawatan, proses keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
a. Ketenagaan Keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan
berdasarkan derajat ketergantungan pasien sesuai dengan Metode
Douglas. Penetapan derajat ketergantungan dilakukan berdasarkan
petunjuk penetapan derajat ketergantungan pasien.
Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan dalam Satu Ruang Rawat
Jumlah Klasifikasi pasien
pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Adapun klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan
(Metode Douglas) adalah sebagai berikut:
1) Perawatan Minimal
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
- Makan dan minum dilakukan sendiri.
- Ambulasi dengan pengawasan.
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
2) Perawatan Parsial
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


19
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.


- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
- Dipasang voley kateter, intake output dicatat.
- Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3) Perawatan Total
- Semua kebutuhan pasien diabantu.
- Merubah posisi observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
- Makan melalui atau NGT, intravena terapi.
- Pemakaian suction.
- Gelisah/disorientasi.
b. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan
kesehatan yang terjadi di Indonesia, maka model sistem asuhan
keperawatan berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan
profesional. Model sistem asuhan keperawatan yang dapat
dikembangkan adalah tim, primer, dan kasus (Nursalam, 2011).
Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998)
dikutip oleh Nursalam (2011), jenis metode pemberian asuhan
keperawatan telah dijabarkan pada tabel 1.
Tabel 1
Jenis Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998)

Metode Deskripsi Penanggung


Jawab
Fungsional Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Perawat yang
keperawatan. Perawat melaksanakan tugas bertugas
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal pada
kegiatan yang ada. Metode fungsional tindakan
dilaksanakan oleh perawat dalam tertentu
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia
kedua, pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat, maka setiap perawat hanya
melakukan 1 – 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di semua
bangsal.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


20
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Kasus Berdasarkan pendekatan holistis dari Manajer


filosofi keperawatan. Perawat keperawatan
bertanggungjawab terhadap asuhan dan
observasi pasien tertentu dengan rasio
pasien : perawat = 1 : 1. Setiap pasien
ditugaskan kepada semua perawat yang
melayani kebutuhannya pada saat dia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode ini umumnya dilakukan untuk
perawat privat atau untuk perawatan khusus
seperti isolasi atau perawatan intensif.
Tim Enam sampai tujuh perawat profesional dan Ketua tim
perawat pelaksana bekerja sebagai suatu
tim, disupervisi oleh ketua tim. Metode ini
menggunakan tim yang terdiri atas anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2 –
3 tim yang terdiri dari tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu tim
kecil yang saling membantu.
Primer Berdasarkan pada tindakan yang Perawat
komprehensif dan filosofi keperawatan. primer (PP)
Perawat bertanggung jawab terhadap semua
aspek asuhan keperawatan dari hasil
pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinasikan asuhan keperawatan.
Rasio 1 : 4 atau 1 : 5 (perawat : pasien).
Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk hingga keluar
rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara
si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
perawat dan pasien yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Selain itu, ada juga model modifikasi MPKP Tim-Primer yang
digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S.
Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2012), penetapan sistem model
ini didasarkan pada beberapa alasan :

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


21
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena


perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1
Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan
keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim.
Tingkatan dan Spesifikasi MPKP menurut Sitorus (2006)
Tingkat Praktik Metode Ketenagaan Dokumentasi Aspek
Keperawatan Pemberian Penelitian
Askep
MPKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah Standar renpra
Pemula memberikan keperawatan sesuai (masalah
asuhan primer kebutuhan aktual)
keperawatan .
profesional 2. SKp/Ners
tingkat (1:25-30
pemula pasien)
sebagai
CCM.
3. DIII
Keperawa
tan
sebagai
perawat
primer
pemula.
4. SPK/DIII
Keperawa
tan
sebagai
PA.
MPKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah Standar renpra 1. Penelitian
I memberikan keperawatan sesuai (masalah aktual deskriptif
asuhan primer kebutuha dan masalah oleh PN.
keperawatan n. risiko) 2. Identifikasi
profesional 2. Ners masalah
tingkat I spesialis penelitian.
(1:25-30 3. Pemanfaata
pasien) n hasil
sebagai penelitian.
CCM.
3. SKp/Ners
sebagai

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


22
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS
PP.
4. DIII
Keperawa
tan
sebagai
PA
MPKP Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinical 1. Penelitian
II memberikan kasus dan sesuai Pathway/standar eksperimen
asuhan modifikasi kebutuha renpra oleh Ners
keperawatan keperawatan n. spesialis.
profesional primer 2. Spesialis 2. Identifikasi
tingkat II Ners (1:1 masalah
PP) penelitian.
sebagai 3. Pemanfaata
CCM. n hasil.
3. SKp/Ners
sebagai
PP.
4. DIII
Keperawa
tan
sebagai
PA
MPKP Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinical 1. Penelitian
III memberikan kasus dan sesuai Pathway/standar eksperimen
asuhan modifikasi kebutuha renpra lebih
keperawatan keperawatan n. banyak.
profesional primer 2. Doktor 2. Identifikasi
tingkat II keperawa masalah.
tan klinik 3. Pemanfaata
(konsulta n hasil.
sn).
3. Ners
spesialis
(1:1 PP)
sebagai
CCM.
4. SKp/Ners
sebagai
PP.
5. DIII
Keperaw
atan
sebagai
PA.

c. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan
yang dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara
bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral
dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis
dalam pengambilan keputusan adalah :

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


23
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

1) Identifikasi masalah.
2) Menyusun alternatif penyelesaikan masalah.
3) Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan
melaksanakannya.
4) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-
langkah proses keperawatan yaitu :
1) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih
holistic.
2) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari
masalah masalah keperawatan.
3) Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
4) Implementasi rencana, dan
5) Evaluasi hasil tindakan.
d. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam
sistem pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian
yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien
dapat diketahui secara berkesinambungan.
Di samping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang
pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi
berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan,
sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data
untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.
Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian,
rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan
perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai
rumah sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP
tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


24
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan


keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.

C. Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP


Pada MPKP tugas dan tanggung jawab di dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dibedakan atas tugas tugas dan tanggung jawab Kepala
Ruangan, Clinical Care Manager (CCM), PP dan PA. (Ratna Sitorus dan
Rumondang Panjaitan, 2011).
1. Kepala Ruangan
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah
perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan
pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKp/Ners
dengan pengalaman. Kepala ruangan bertugas sesuai jam kerja yaitu
dinas pagi.
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah:
a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).
b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
ruangan.
d. Memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwal kegiatan.
e. Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan
mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan,
anjurkan membaca format orientasi ruang MPKP.
f. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
g. Bekerja sama dengan CCM (pembimbing klinik) membimbing
siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan,
dengan mengikuti sistem MPKP.
h. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang harmonis
dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain Kepala
Ruangan bersama CCM dan PP mengingatkan kembali pasien dan

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


25
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap


mereka di ruangan yang bersangkutan.
i. Mengecek perlengkapan persediaan status keperawatan minimal 5
set setiap hari.
j. Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam
hal penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku profesional.
k. Bila PP cuti tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh
Kepala Ruangan/CCM dan dapat didelegasikan kepada PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan
Kepala Ruangan.
l. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitasyang
dibutuhkan di ruangan.
m. Bersama CCM memonitoring dan mengevaluasi penampilan kerja
semua tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan
kenaikan pangkat.
n. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan
untuk membahas kebutuhan di ruangan.
o. Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu
asuhan keperawatan.
2. Clinical Care Manager (CCM)
`Pada ruang rawat dengan MPKP pemula CCM adalah SKp/Ners
dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang Ners
spesialis. Pada MPKP tingkat II, jumlah Ners Spesialis lebih dari satu
orang tetapi disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) sesuai kasus
yang ada.CCM brtugas sesusai jam kerja yaitu dinas pagi.
Tugas dan tanggung jawab CCM adalah:
a. Melakukan pembimbingan dan evaluasi tentang implementasi
MPKP (ronde keperawatan)
b. Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
d. Mengidentifikasi evidence yang memerlukan pembuktian.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


26
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan


melakukan peneltian.
f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan
keperawatan.
g. Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi
tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordnasikan, mengarahkan
dan mengevaluasi mahasiswa praktek, dan membahas dan
mengevaluasi tentang penerapan MPKP.
h. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi
masukan untuk perbaikan.
i. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi tentang
asuhan keperawatan.
3. Perawat Primer (PP)/Ketua Tim
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, PP pemula adalah perawat
dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada
MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKpNers. PP dapat
bertugas pada pagi, sore, atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya
bertugas pada pagi atau sore saja.
Tugas dan tanggung jawab PP adalah sebagai berikut:
a. Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk
ruangan berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga sehngga
tercipta hubungan terapeutik.
b. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi
pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malam ataupun hari
libur.
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis
standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian.
d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah
tanggung jawabnya sesuai pasien yang di rawat (pre conference).
e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada
setiap giliran jaga, sesuai kondisi yang ada.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


27
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

f. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi


tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP.
g. Memonitor Dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
h. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.
i. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan
dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
j. Mengatur pelaksanaan, konsul dan pemeriksaan laboratorium
k. Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan Perawat
Pelaksana.
l. Mendampingi dokter visite pasien di bawah tanggung jawabnya.
m. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan pasien setiap hari.
n. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal tiap 2
hari untuk membahas kondisi keperawatan pasien.
o. Bila PP cuti/Libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang
telah ditunjuk sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan.
p. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
q. Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasin dirawat.
r. Bekerja sama dengan Clinical Care Manager (CCM)
s. Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta
evidence based practice (EBP)
4. Perawat Asosiet (PA)/Perawat Pelaksana
Kemampuan PA pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I,
sebaiknya perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan. namun pada
beberapa kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan
tambahan pada beberapa MPKP Yang dikembangkan.
Tugas dan tanggung jawab PA/Perawat Pelaksana adalah sebagai berikut
a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan
kepada PP, bila ada hasil yang belum jelas.
b. Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


28
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

c. Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan


format orientasi pasien dan keluarga jika PL tidak ada di tempat.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasaran renpra.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia.
f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.
g. Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.
h. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.
i. Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah
yng perlu diselesaikan.
j. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium,
pengobatan dan tindakan.
k. Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang
dilakukan PP.
l. Melakukan inventarisasi fasilitas yng terkait dengan timnya.
m. Membantu tim lain yang membutuhkan.
n. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan PP.

D. Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah
pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu
rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara
mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana
indikator/tolak ukur untuk mencapai tujuan serta kegiatan apa yang harus
dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan.
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan
keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat
pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan
profesional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat
sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


29
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisienn


(Swansburg, 1993).
1. Pengertian Perencaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang
apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana
kegiatan itu dilakukan.
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang
telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan
di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2007). Perencanaan adalah
sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (Hasibuan, 2005 dalam Asmuji, 2012).
2. Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan
Dalam manajemen keperawatan kegiatan perencanaan adalah
membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “Perencanaan
operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam
sampai dengan satu tahun, perencanaan jangka menengah adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun (Marquis
& Huston, 1998), sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering
disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk
kegiatan tiga samapai dengan dua puluh tahun (Swansburg, 1993).
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk
jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2009), rencana jangka yang dapat
diterapkan di ruang di ruang perawatan adalah rencana harian, rencana
bulanan dan rencana tahunan.
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing
perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencan harian ini

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


30
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat


pelaksana.
b. Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu
bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana
harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruang dan ketua
tim/perawat primer.
c. Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali.
Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun
sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
3. Rencana Harian Perawat Pelaksana
Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan
untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian
dari perawat pelaksana ini harus terorganisir, terarah, benar-benar
dipahami dan dilaksanakan karena tindakan dari perawat pelaksana
langusng berhubungan dengan pelayanan keperawatan kepada pasien.
Rencana harian perawat pelaksana meliputi kegiatan : operan, pre
conference dan post conference, melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan, dan mendokumentasikan asuhan keperawatan. Penilaian
rencana harian perawat berguna untuk menilai keberhasilan dari
perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen
dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


31
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Adapun contoh rencana harian perawat pelaksana sebagai berikut :


Rencana Harian Perawat Pelaksana

Nama Perawat : ……….. Ruangan : ……….. Tanggal : …………


Nama Pasien :
1. ……………………. 4. …………………… 7. ………..…………..
2. ……………………. 5. …………………… 8. ……………………
3. ……………………. 6. …………………… 9. ……………………
Waktu Kegiatan
Operan
07.30 14.00 21.00
Pre Conference
Pasien 1 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 2 : ………………………………….. (tindakan)
08.00 15.00 22.00 Pasien 3 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 4 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 5 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 6 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 7 : ………………………………….. (tindakan)
09.00 16.00 23.00 Pasien 8 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 9 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 10 : ……………………………….. (tindakan)
Pasien 1 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 2 : ………………………………….. (tindakan)
10.00 17.00 24.00 Pasien 3 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 4 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 5 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 6 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 7 : ………………………………….. (tindakan)
11.00 18.00 Pasien 8 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 9 : ………………………………….. (tindakan)
Pasien 10 : ……………………………….. (tindakan)
12.00 19.00 06.00 Istirahat
13.00 20.00 07.00 Post Conference
14.00 21.00 07.30 Operan

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


32
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

BAB III
ANALISA SITUASI

A. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan di Ruangan G Rumah Sakit
PGI Cikini – Jakarta Pusat. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 19
– 23 April 2016 dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan
angket. Adapun yang menjadi sasaran dari pengumpulan data ini adalah Man,
Material, Method, dan Machine yang ada di ruangan G tersebut. Selain itu,
yang menjadi responden dalam pengumpulan data adalah perawat dan pasien.
1. Sumber Daya Manusia (M1-Man)
a. Struktur Organisasi
Instalasi Rawat Inap G RS PGI Cikini dipimpin oleh Kepala
Ruangan dan dibantu oleh CCM (Clinical Care Manager), 2 Ketua
Tim, 19 Perawat Pelaksana, Pegawai Administrasi bersama
Pembantu Perawat (POS) 3 orang, serta Cleaning Service 3 orang.
Adapun Struktur Organisasi Ruang G adalah sebagai berikut.

Kepala Ruang

CCM

Ketua Tim I Ketua Tim II

Perawat Associate I
1.
Perawat Associate II
1. PAD
2.
2. POS
3.
3.
4.
4.
5.
5.
6.
6.
7.
7.
8.
8.
9.
9.
10.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


33
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Berdasarkan angket yang dibagikan, didapatkan bahwa 60 %


perawat sudah merasa puas dengan Struktur Organisasi yang telah
berjalan di ruangan dan sesuai dengan kemampuan perawat di
bidangnya. Sebesar 80 % perawat menyatakan bahwa pembagian
tugas yang dilakukan di ruangan sesuai dengan Struktur Organisasi
yang telah ada. Sedangkan tugas-tugas yang dijalankan oleh Kepala
Ruang dan Ketua Tim sudah berjalan optimal dan kompeten sesuai
dengan tugas-tugasnya. Semua perawat yang ada sangat
membutuhkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja
melalui pelatihan/pendidikan tambahan. Namun, 80 % perawat tidak
merasa puas dengan pemberian beasiswa atau pelatihan pendidikan
keperawatan. Sebagian besar perawat juga tidak merasa puas dengan
jumlah pendapatan yang diterima berdasarkan latar belakang
pendidikan.
b. Ketenagaan
Berikut akan dijelaskan dalam tabel, mengenai jumlah tenaga,
baik tenaga keperawatan maupun tenaga non keperawatan.
Komposisi Tenaga Perawat
No. Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis
1. S-1 Keperawatan 5 orang > 20 Tahun: 1 orang PK 3
Ners > 10 Tahun: 2 orang PK 3
< 5 Tahun: 2 orang PK 1
2. D-3 Keperawatan 18 orang > 20 Tahun: 1 orang PK 3
> 10 Tahun: 2 orang PK 3
5 – 9 Tahun: 2 orang PK 2
1 – 4 Tahun: 10 orang PK 1
< 1 Tahun: 3 orang PK 0

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


34
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Komposisi Tenaga Perawat


Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan

18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
S-1 Ners DIII
Keperawatan

S-1 Ners DIII Keperawatan

Komposisi Tenaga Perawat


Berdasarkan Jenjang

12

10

0
PK 0 PK 1 PK 2 PK 3

PK 0 PK 1 PK 2 PK 3

Secara keseluruhan jumlah perawat yang ada pada tabel di atas


adalah sebanyak 23 orang yang terbagi atas PK0 sebanyak 3 orang
(13,04 %), PK1 sebanyak 12 orang (52,17 %), PK2 sebanyak 2
orang (8,69 %), dan PK3 sebanyak 6 orang (26,08 %). Sehingga
dari data tersebut diperoleh bahwa sebagian besar perawat adalah
PK1 sehingga pengalamannya masih minim.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


35
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Komposisi Tenaga Non Perawat


No. Kualifikasi Jumlah Masa Kerja
1. Pembantu perawat/Pembantu 3 orang > 20 Tahun: 2 orang
Orang Sakit (POS) < 5 Tahun: 1 orang
2. Petugas Administrasi (PAD) 1 orang < 1 Tahun
3. Cleaning Service 3 orang

c. Pasien
Adapun jumlah pasien selama 1 bulan (Bulan Maret 2016)
berdasarkan data di ruangan adalah sebagai berikut:
Rata-rata pasien
Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah Pasien
per hari
Perawatan Minimal (Self Care) 1 0,03
Perawatan Parsial (Intermediate
578 18,67
Care)
Perawatan Total (Total Care) 111 3,58
JUMLAH 690 22.28

Klasifikasi Pasien Berdasarkan Diagnosa Medik


(Data Bulan Maret 2016)
No. Diagnosa Medik Jumlah
1. CKD on HD 4 orang
2. Diabetes Mellitus 4 orang
3. Febris 4 orang
4. Dispepsia 4 orang
5. Anemia 3 orang
6. Viral Infection 3 orang
7. Deep Vein Trombosis 3 orang
8. Thypoid Fever 3 orang
9. Gastroenteritis Akut 3 orang

Klasifikasi Pasien Berdasarkan Diagnosa Keperawatan


(Data Bulan Maret 2016)
No. Diagnosa Medik Jumlah
1. Nyeri 30 orang
2. Kekurangan Volume Cairan 14 orang
3. Hipertermi 10 orang
4. Cemas 7 orang
5. Gangguan Perfusi Jaringan Cerebral 5 orang
6. Kelebihan Volume Cairan 5 orang

d. Pengaturan Ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien
dan tingkat ketergantungannya. Dalam mengetahui jumlah tenaga
yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut metode

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


36
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Douglas. Berdasarkan rumus tersebut maka didapatlah jumlah


kebutuhan perawat rata-rata per hari di masing-masing shift
berdasarkan data pada bulan Maret 2016, hasil perhitungan adalah
sebagai berikut:
Jumlah Jumlah
Rata-
kebutuhan perawat
rata
BOR Tingkat tenaga yang
pasien Jumlah
(%) Ketergantungan perawat tersedia
1 bulan
rata-rata rata-rata
terakhir
per hari per hari
Minimal Care 0.03
95,8 Parsial Care 18,67 23 13 14
Total Care 3,58

Total tenaga perawat yang dibutuhkan pada adalah 6 + 4 + 3 = 13


ditambah 2 orang struktural (Perawat Kepala Ruang dan CCM) = 15
orang.
Sementara itu berdasarkan observasi jadwal dinas, perawat yang
dinas pagi sebanyak 6 orang PA ditambah PKR dan CCM, dinas sore
5 orang PA, dan dinas malam 3 orang PA. Sehingga dari data
tersebut didapati bahwa ketersediaan tenaga perawat di dinas pagi
cukup, di dinas sore +1, di dinas malam cukup.
Jumlah jam kerja yang dijalani selama ini ternyata 60 %
perawat tidak merasa puas dengan jumlah jam tersebut. Sementara
itu, kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 tahun masih
belum merata. Sebesar 53 % perawat mengatakan bahwa pembagian
tugas di ruangan belum jelas dan tidak merasa puas dengan
pembagian yang ada.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


37
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Kepuasan dan Kejelasan Kerja

60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Kepuasan Jam Kerja Kejelasan Pembagian Tugas

Ya Tidak

2. Sarana dan Prasarana (M2-Material)


a. Denah Ruangan

Sebesar 73 % mengatakan bahwa lokasi dan denah ruangan masih kurang


baik, sehingga perlu diadakan/direncanakan untuk renovasi ruangan.
Salah satu ruangan yang perlu diperbaiki berdasarkan observasi yaitu
Toilet pasien yang terlalu jauh dengan kamar pasien. Sementara itu dari
hasil observasi Papan Denah yang ada di ruangan perlu diganti dan
dilengkapi dengan keterangan, karena Denah yang ada di ruangan sudah
tidak memadai.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


38
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

b. Fasilitas Ruang G
Daftar Inventaris Alat Kesehatan
No. Nama Alat Jumlah Keterangan
1. Tensimeter Nova 3 2 baik, 1
rusak
2. Stetoskop 4 Baik
3. Thermometer 2 Baik
4. Nebulizer 2 Baik
5. Kursi Roda 2 Baik
6. Suction Unit 1 Baik
7. Brancard + Transfer Bed 1 Baik
8. Infus Pump 4 Baik
9. Alat tes gula darah Aqu Check 1 Baik
10. Pube Oxymetri 1 Baik
11. Syringe Pump 2 Baik

Daftar Inventaris Kebutuhan Keperawatan


No. Nama Alat Jumlah Keterangan
1. Tempat Tidur Elektrik 24 Baik
2. Meja Pasien/Bedside Table 24 Baik
3. Kursi Pasien 30 Baik
4. Lemari Pasien 24 Baik
5. Kursi Roda 2 Baik
6. Brankard 1 Baik
7. Troli Balutan 1 Baik
8. Troli Obat 2 Baik
9. Troli Obat Emergency 1 Baik
10. Troli Makanan/Minuman 1 Baik
11. Kereta Linen Bersih 1 Baik
12. Kereta Linen Kotor 1 Baik
13. Lemari Dokumen 1 Baik
14. Lemari Obat 1 Baik
15. Lemari Bahan Perawatan 1 Baik
16. Lemari Linen 1 Baik
17. Rak Pot/Urinal 1 Baik
18. Rak Status 1 Baik
19. Light Box 1 Baik
20. Standar Infus 33 Baik
21. Interkom 1 Baik
22. Lampu Baca 1 Baik
23. Lampu Emergency 1 Baik
24. Jam Dinding 8 Baik
25. Televisi 8 Baik

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


39
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

26. Kursi dan Meja Teras 24 Baik


27. Papan Nama Pasien di Bed 1 Baik
28. Kulkas Obat 8 Baik
29. Standar Kom Double 2 Baik
30. Standar Kom Single 25 Baik
31. Kom Mandi 25 Baik
32. Hair Dryer 1 Baik
33. Kotak Saran 1 Baik
34. Senter 1 Baik
35. AC 7 Baik
36. Sofa Tamu 2 Baik

Daftar Inventaris Linen


No. Nama Barang Jumlah Keterangan
1. Laken 50 Baik
2. Boven 50 Baik
3. Steek Laken 50 Baik
4. Sarung Bantal 50 Baik
5. Selimut wol 18 Baik
6. Alas Kepala 10 Baik
7. Alas Bokong 10 Baik
8. Ikat-Ikat tangan 5 Baik
9. Perlak B/K 10/10 Baik
10. Celemek 2 Baik
11. Keset Kaki 4 Baik
12. Baju Pasien 25 Baik
13. Gorden Jendela 8 Baik
14. Gorden Tempat Tidur 40 Baik
15. Gorden Vitrage 4 Baik
16. Kantong Linen Kotor 2 Baik
17. Alas Sonde 6 Baik

Daftar Inventaris Fasilitas Kantor


No. Nama Alat Jumlah Keterangan
1. Meja Kantor 2 Baik
2. Kursi Kantor 16 Baik
3. Kursi Futura 16 Baik
4. Computer 2 Baik
5. Lemari Dokumen 1 Baik
6. Lemari Status 1 Baik
7. Rak Arsip 1 Baik
8. Intercom 1 Baik
9. Pesawat Telepon 2 Baik
10. Jam Dinding 1 Baik
11. Box Tempat Bolpen 1 Baik
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
40
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

12. Box Tempat Arsip 1 Baik


13. White Board 1 Baik

Mengenai fasilitas, 60 % perawat mengatakan bahwa peralatan yang ada


sudah lengkap untuk perawatan pasien. 40 % perawat tidak berencana
untuk menambah peralatan perawatan pasien. 53 % perawat mengatakan
bahwa jumlah alat yang tersedia sudah sesuai dengan rasio pasien. 73 %
perawat sudah mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan
pasien. Selain itu, administrasi penunjang yang tersedia di ruangan sudah
memadai.

3. Metode (M3-Method)
a. Penerapan MAKP
Dari hasil pengumpulan data tentang Model Asuhan Keperawatan
yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan adalah
modifikasi Metode Tim Primer. Sebanyak 13 dari 15 perawat yang
dibagikan angket (87 %) menyatakan mengerti/memahami model yang
digunakan dan 67 % menyatakan cocok dengan model yang ada.
Mengenai efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan,
didapatkan bahwa dengan menggunakan model yang sekarang ini 53 %
perawat menjawab bahwa model asuhan keperawatan tersebut
menjadikan lama rawat inap bagi pasien semakin pendek dan 47 %
menjawab bahwa model asuhan keperawatan tersebut tidak manjamin
lama perawatan pasien menjadi pendek. Dengan adanya model asuhan
keperawatan tersebut telah terjadi peningkatan kepercayaan pasien
terhadap ruangan. Model asuhan keperawatan tersebut tidak mempersulit
pekerjaan yang ada. Di samping itu, 60 % perawat mengatakan bahwa
model asuhan keperawatan tersebut tidak memberatkan dalam
pembiayaan. Model asuhan keperawatan ini tidak banyak mendapat
kritikan dari pasien.
Pelaksanaan model asuhan keperawatan dengan metode modifikasi
tim primer telah mendukung terlaksananya komunikasi adekuat antar
perawat dan tim kesehatan lain. 87 % perawat mengatakan bahwa

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


41
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

kontinuitas rencana keperawatan terlaksana dengan baik. 53 % perawat


mengatakan bahwa mereka sering mendapat teguran dari ketua tim jika
ditemui ada kesalahan tindakan atau pendokumentasian asuhan
keperawatan. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada perawat di
ruang G, didapatkan bahwa seluruh perawat yang ada telah menjalankan
kegiatan sesuai standar. Secara keseluruhan perawat sudah mengenal dan
mengetahui kondisi pasien.

b. Overan
Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan dilakukan
tiga kali dalam sehari, yaitu dari malam ke pagi pukul 07.00 WIB, dari
pagi ke sore pukul 14.00 WIB, dan dari sore ke malam pukul 21.00 WIB.
Berdasarkan observasi overan dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit
dan seringkali selesai tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan karena saat
overan berlangsung, ada perawat yang langsung memberikan tanggapan
tentang masalah yang dioverkan, sehingga waktu overan menjadi
semakin panjang. Sebaiknya kesempatan untuk memberikan
tanggapan/masukan nanti seluruh kegiatan overan selesai, sehingga dapat
menghemat waktu overan. Di samping itu, penyebab overan berlangsung
lama yaitu adanya visite dokter bertepatan dengan waktu overan,
sehingga kegiatan overan sering terganggu. Overan dipimpin oleh Kepala
Ruangan dan dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan. Sebelum
operan dilaksanakan para perawat yang ada mempersiapkan hal-hal yang
berkaitan dengan pasien seperti status pasien, list pasien, terutama
rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masing-masing pasien.
Seluruh perawat yang ada telah mengetahui hal-hal apa yang harus
disampaikan saat pelaporan operan. Semua yang dilaporkan saat overan,
baik sebelum maupun sesudah overan, semuanya dicatat dalam buku
laporan. 70 % perawat mengatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam
mendokumentasikan laporan.
Setelah melakukan overan di Kantor Perawat, masing-masing tim
langsung menuju ke ruang perawatan pasien untuk melakukan interaksi

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


42
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

dengan pasien (visite keperawatan). Adapun interaksi yang dilakukan di


depan pasien yaitu perawat yang bertugas pada shift selanjutnya dan
memastikan kondisi pasien apakah sesuai dengan yang di-overkan atau
tidak. 80 % perawat di ruang G sudah mengetahui teknik pelaporan
overan saat di depan pasien, seperti menghindari pasien agar tidak kaget
mendengarkan hasil pemeriksaan atau tindakan yang akan diberikan. 53
% perawat menyatakan bahwa lama waktu mengunjungi pasien kurang
dari 5 menit. Seluruh perawat biasanya mendapat evaluasi langsung dari
kepala ruangan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Overan menurut
Nursalam (2012) adalah informasi yang disampaikan harus akurat,
singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi
tersebut dapat diperoleh dari Perawat Pelaksana. Jika perawat pelaksana
tidak memiliki rencana harian dan laporan kegiatan harian, maka akan
berdampak pada kelengkapan informasi yang dibutuhkan saat Overan.
Sementara itu dalam buku Panduan Akreditasi RS PGI Cikini, disebutkan
bahwa demi terwujudnya komunikasi yang efektif dalam pelayanan harus
menggunakan metode SBAR. Oleh karena itu dalam menyampaikan
overan harus menggunakan komunikasi efektif dengan metode SBAR
(Situation, Background, Accesment, Recomendation). Berdasarkan hal
tersebut, maka rencana kegiatan harian perawat pelaksana sangatlah
penting dalam kesinambungan layanan asuhan keperawatan. Berikut
adalah data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
mengenai overan dan rencana harian perawat pelaksana.
1) Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi kelompok pada tanggal 19 – 23 April
2016, ditemui bahwa setiap hari seringkali di Tim 1 dan Tim 2
terdapat 2 – 3 orang perawat pelaksana di masing-masing Tim baik
di overan pagi maupun overan sore (50-60 %) tidak menyimak/tidak
memperhatikan dengan baik hal-hal penting yang disampaikan saat
overan berlangsung dan sering berdiskusi serta kurang menghargai
orang yang menyampaikan overan. Berdasarkan observasi, perawat

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


43
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

pelaksana tidak memiliki keseragaman format catatan rencana harian


untuk mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-
masing.
2) Hasil Wawancara
Adapun hasil wawancara yang diperoleh pada tanggal 03 Mei 2015
adalah sebagai berikut:
a) Kepala ruangan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan overan yaitu
rencana kerja, jumplah pasien, ketenagaan cukup atau tidak,
kesiapan masing-masing perawat, hal-hal apa saja yangperlu
diingatkan seperti hal-hal prioritas atau masalah pasien-pasien
yang membutuhkan observasi lebih. Sementara itu metode yang
digunakan saat penyampaian overan yaitu menggunakan metode
S BAR untuk semua pasien. Mengenai rencana harian, perawat
pelaksana memang telah memiliki buku catatan masing-masing.
Tetapi untuk format rencana harian belum digunakan.
b) Ketua Tim I
Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersipkan saat
pelaporan overan yaitu status pasien, list obat, list asuhan
keperawatan dan buku tugas. Dalam penyampian overan
biasanya menggunakan metode S BAR namun dalam
pelaksanaannya di ruang G belum maksimal.
c) Ketua Tim II
Menurut saya hal yang perlu dissiapkan saat pelaporan overan
selaku ketua tim II pertama yaitu kesiapan diri sendiri apakah
sudah selesai atau belum, sehingga tidak ada yang ketinggalan
saat penyampaian overan. Adapun kesiapan overan yang perlu
diperhatikan yaitu overan yang dilaksanakan pada masing-
masing shift baik dari malam ke pagi, pagi ke sore dan sore ke
malam. Sebenarnya dalam menyampaikan overan harus
menggunakan S BAR tetapi selama ini belum 100%

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


44
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

dilaksanakan. Menurut saya metode tersebut baru telaksana


sekitar 70-80%.
d) Perawat Pelaksana
Masing-masing perawat pelaksana ternyata mempunyai caranya
sendiri dalam melakukan persiapan sebelum overan
berlangsung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hal-hal
yang perlu dipersiapkan sebelum overan adalah berdoa,
persiapan diri baik fisik maupun mental, peralatan tulis-menulis
termasuk buku kecil/buku catatan pribadi, status dan list pasien,
buku laporan masing-masing tim. Selain itu pastikan juga bahwa
program-program/tindakan sudah terlaksana, kita harus
membaca kembali status pasien membuka kembali status
keperawatan untuk melihat tindakan yang akan diberikan,
mengecek obat apakah sudah diberikan atau belum, apakah obat
tersedia atau tidak serta kita harus tahu apa yang perlu dioverkan
seperti instruksi-instruksi yang disampaikan harus jelas. Di
samping itu diperlukan juga ketelitian, konsentrasi yang baik
dan kesiapan untuk mendengar serta tidak boleh diskusi saat
overan berlangsung agar supaya tidak ada informasi yang
terlewatkan. Pada saat menyampaikan overan hal-hal yang perlu
disampaikan yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa medis,
diagnosa keperawatan, hari perawatan, dokter penangung jawab,
tindakan yang sudah dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakan
yang belum dilaksanakan, dan program atau tindakan
selanjutnya. Pada dasarnya saat menyampaikan overan harus
dengan komunikasi yang efektif yaitu menggunakan metode
SBAR (Situation, Background, Accessment, Recomendation),
namun sebagian besar perawat pelaksana mengatakan bahwa
belum maksimal pelaksanaannya.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh
kelompok tersebut, baik Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala
Ruangan telah mempunyai buku tugas/catatan pribadi untuk

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


45
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-masing.


Namun catatan pribadi Perawat Pelaksana tidak ada keseragaman antara
satu dengan yang lainnya. Di samping itu, Perawat Pelaksana juga tidak
memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada shift-nya.
Adapun dampak dari tidak adanya rencana harian perawat, yaitu kegiatan
yang dilaksanakan sepanjang shift tidak akan terarah dengan baik,
kegiatan yang berjalan tidak terstruktur, dan perawat tidak mengetahui
apa saja kegiatan yang akan dilakukan sepanjang shift-nya. Sedangkan
dengan adanya rencana harian perawat, akan sangat membantu perawat
dalam mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada
pasien, serta akan menjadi bahan penilaian akan kinerja dari perawat
pelaksana itu sendiri. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka
kelompok mengangkat masalah mengenai tidak optimalnya rencana
harian Perawat Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi
kerja harian perawat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut
dipandang perlu untuk dibuat sebuah format rencana kegiatan harian
Perawat Pelaksana.
c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk
membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh
Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana,
serta melibatkan seluruh anggota tim. Berdasarkan angket yang
disebarkan, 100 % perawat mengatakan bahwa ruangan mendukung
kegiatan ronde keperawatan. 93 % perawat mengatakan bahwa telah
mengerti dengan pelaksanaan ronde keperawatan. 73 % perawat
menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum
optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum
mengerti adanya ronde keperawatan. Tim ronde keperawatan di ruangan
telah tersedia, namun belum melaksanakan ronde secara optimal.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


46
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Pelaksanaan Ronde Keperawatan

80%

60%

40%

20%

0%
Ronde Keperawatan
Sudah Optimal Belum Optimal

d. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam,2002). Terdapat 87 % perawat mengatakan bahwa
sudah mengetahui tentang sentralisasi obat. 80 % perawat menyatakan
bahwa sudah pernah diberi wewenang dalam urusan sentralisasi obat.
100 % perawat menyatakan bahwa sudah ada format daftar pengadaan
tiap-tiap macam obat seperti: oral, injeksi, supositoria, infus, insulin, dan
obat gawat darurat.
Mengenai format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga
pasien, 73 % perawat menyatakan bahwa di ruangan telah menggunakan
format tersebut. Selama ini juga proses penerimaan obat dari
pasien/keluarga pasien sudah berjalan dengan baik. Di ruangan telah
tersedia lemari khusus untuk penyimpanan/sentralisasi obat, bahkan obat-
obatan untuk pasien telah diletakkan dalam kotak obat dan
dikelompokkan berdasarkan kamar dan bed pasien yang bersangkutan.
Selain itu, untuk meminimalisir kesalahan pemberian obat, obat-obatan
tersebut telah diberi label/barcode. Semua perawat sudah mengetahui
cara penyimpanan obat secara baik dan benar atau sesuai dengan SOP
Rumah Sakit.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


47
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Dalam memberikan obat kepada pasien, 93 % perawat mengatakan


bahwa harus selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang
telah digunakan. Selain itu, setiap jenis obat yang diberikan pada pasien
mempunyai format masing-masing. Setelah memberikan obat kepada
pasien, keluarga/pasien wajib menandatangani form terapi
pengobatan/medik yang sudah diberikan pada pasien.
e. Supervisi
Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai,
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar,
adil serta bijaksana. Berdasarkan pengumpulan data, 100 % perawat
mengatakan bahwa sudah mengerti tentang supervisi dan sudah
dilaksanakan/dilakukan di ruangan. 60 % perawat mengatakan bahwa
setiap bulan diadakan supervisi. Bahkan menurut wawancara dengan
Kepala Ruangan, disampaikan bahwa biasanya Kepala Ruangan
langsung mengadakan supervisi setiap minggu.
Setiap tindakan yang dijalankan dan dilaksanakan oleh perawat
mempunyai format baku untuk supervisi, seperti SOP (Standar
Operasional Prosedur). 80 % perawat menyatakan bahwa alat (instrument
untuk supervisi tersedia secara lengkap. Adapun hasil dari supervisi
disampaikan kepada perawat, sehingga para perawat mengetahui apa
yang masih perlu dibenahi guna meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit. Setelah supervisi dilakukan, selalu ada umpan balik dari supervisor
untuk setiap tindakan. Hasil dari umpan balik tersebut sebagian besar
perawat merasa puas dengan hasil yang ada. Sebesar 87 % perawat
mengatakan bahwa setiap hasil supervisi, ada tindak lanjutnya. Setelah
diklarifikasi hasil supervisi yang didapat, 93 % perawat mengatakan
bahwa mereka menginginkan perubahan untuk setiap tindakan agar
sesuai dengan hasil supervisi. Sementara itu, 60 % perawat menyatakan
bahwa sudah pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang
supervisi.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


48
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

f. Perencanaa Pulang (Discharge Planning)


Seluruh perawat mengatakan bahwa sudah mengerti tentang
perencanaan pulang. Setiap kali pasien pulang, sebelum itu perawat wajib
memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang pasien alami
dan mengenai perawatan di rumah. 93 % perawat di ruang G menyatakan
bahwa mereka bersedia melakukan perencanaan pulang mulai pasien
masuk RS sampai pasien akan keluar Rumah Sakit. 73 % perawat
menyatakan bahwa sudah ada pembagian tugas tentang perencanaan
pulang.
Berdasarkan pengumpulan data, telah tersedia brosur/leaflet yang
bisa digunakan perawat untuk perencanaan pulang pasien. Di samping
itu, juga sudah ada teknik yang bisa digunakan saat pemberian
perencanaan pulang pada pasien. Sebagian besar perawat mengatakan
bahwa pasien sudah mengerti dan memahami bahasa yang dipakai
perawat saat memberikan perencanaan pulang. Jika ada yang belum
dimengerti, pasien/keluarga diberi kesempatan untuk bertanya. Setiap
kali selesai memberikan perencanaan pulang, setiap perawat wajib
melakukan pendokumentasian pada buku laporan atau list pasien.
g. Dokumentasi
Di ruangan telah tersedia format yang bisa digunakan untuk
membantu dan memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian pada
pasien. Sebesar 87 % perawat mengatakan bahwa sudah melaksanakan
pendokumentasian dengan tepat waktu. Sebagian perawat mengatakan
bahwa model dokumentasi yang digunakan ini tidak menambah beban
kerja perawat. Dengan adanya model dokumentasi yang digunakan saat
ini 80 % perawat menyatakan bahwa menyita banyak waktu perawat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Audit Keperawatan (Bulan
September – Desember 2015) pendokumentasian asuhan keperawatan
memiliki nilai rata-rata 93,7 % dengan perincian: Pengkajian 99 %,
Diagnosa 90 %, Intervensi 91 %, Implementasi 91 %, dan Evaluasi 97,5
%.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


49
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Hasil Audit Keperawatan


Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
(September - Desember 2015)

100%
98%
96%
94%
92%
90%
88%
86%
84%
Pendokumentasian Askep

Pengkajian Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi

4. Pembiayaan (M4-Money)
tidak dikaji

5. Mutu (M5-Machine)
Dari hasil Audit pada Bulan September – Desember 2016, mutu asuhan
keperawatan berdasarkan persepsi pasien memiliki nilai rata-rata 73,27 %.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mutu pelayanan dari tahun
sebelumnya.
Sedangkan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh
bahwa 78 % pasien mengatakan bahwa perawat memperkenalkan diri pada
pasien. Dalam melayani pasien, perawat selalu bersikap sopan dan ramah.
Saat menerima pasien baru, perawat selalu menjelaskan peraturan dan tata
tertib Rumah Sakit, fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit, dan tempat-tempat
mana yang paling penting untuk kelancaran perawatan seperti kamar mandi,
ruang perawat, administrasi.
Perawat juga selalu menjelaskan tujuan perawatan yang akan dilakukan
pada pasien, sehingga pasien/keluarga dapat mengerti mengenai tindakan
yang akan diberikan. Kepala ruang maupun perawat pelaksana lainnya wajib

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


50
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

memberikan informasi kepada pasien tentang perawat yang bertanggung


jawab terhadap pasien.
91 % pasien mengatakan bahwa perawat memperhatikan keluhan pasien
dan selanjutnya menanggapi keluhan yang dirasakan oleh pasien. Di samping
itu juga, perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh
pasien.
Saat melaksanakan tindakan keperawatan, pasien mengatakan bahwa
perawat selalu memberikan penjelasan sebelum tindakan keperawatan
diberikan. Selanjutnya perawat meminta persetujuan kepada pasien/keluarga
sebelum melakukan tindakan. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan sebelum
tindakan keperawatan diberikan berupa prosedur tindakan, risiko atau bahaya
dari suatu tindakan, dan lain-lain. Semua itu menurut pernyataan pasien
melalui angket, telah dijelaskan oleh perawat dengan lengkap dan jelas.
Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara
rutin, berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Menurut pernyataan pasien
dalam angket, selain cleaning service perawat juga turut membantu dalam hal
kebersihan dan kerapihan Rumah Sakit. 91 % pasien mengatakan bahwa
perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri,
serta berhati-hati. Pasien juga menyatakan bahwa setelah melakukan tindakan
keperawatan, perawat selalu menilai keadaan dari pasien, misalnya perasaan
pasien setelah diberikan tindakan, reaksi pasien setelah tindakan, dan
perubahan-perubahan lainnya. Setelah tindakan diberikan, perawat wajib
mencatat atau mendokumentasikan dalam buku laporan, status pasien, atau
list pasien.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


51
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

B. Analisa SWOT
No. Pengumpulan Data Strengths Weaknesses Opportunities Threats
(Kekuatan/Kelebihan) (Kelemahan/Kekurangan) (Peluang/Kesempatan) (Ancaman)
1. M1- Man 1. Sudah 1. 80 % perawat tidak 1. Adanya kemauan 1. Masih ada
(Sumber Daya menggunakan puas dengan pemberian dari perawat untuk perawat yang
Manusia) Struktur Organisasi beasiswa atau pelatihan meningkatkan belum memiliki
dengan MPKP pendidikan kemampuan kerja STR/dalam
modifikasi Tim keperawatan. melalui kepengurusan
Primer. 2. Kurangnya pelatihan/pendidik 2. Adanya tuntutan
2. Jenis Ketenagaan : kesejahteraan perawat an tambahan. akreditasi Rumah
S1-Ners 5 orang seperti tidak sesuainya 2. Adanya program Sakit dengan UU
D3 Keperawatan 18 jumlah pendapatan akreditasi RS Akreditasi
orang dengan latar belakang dimana MPKP Rumah Sakit No
POS 3 orang nama. adalah salah satu 12 tahun 2012
PAD 1 orang 3. 52,17 % perawat masih penilaian. bahwa akreditasi
Cleaning Service 3 PK 1/ pengalaman bertujuan
orang masih minim. meningkatkan
3. PK0 sebanyak 3 4. 60 % Perawat tidak keselamatan
orang (13,04 %), merasa puas dengan pasien Rumah
PK1 sebanyak 12 jumlah jam kerja. Sakit dan
orang (52,17 %), 5. Kesempatan untuk meningkatkan
PK2 sebanyak 2 mengambil cuti dalam perlindungan
orang (8,69 %), dan waktu 1 minggu masih bagi pasien,
PK3 sebanyak 6 belum merata. masyarakat,
orang (26,08 %) 6. 53 % perawat sumber daya
4. BOR 89,35 % mengatakan bahwa manusia Rumah
5. Tenaga pembagian tugas di sakit dan rumah
keperawatan ruangan belum jelas sakit sebagai
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
51
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

mencukupi pada dan tidak merasa puas Institusi.


masing-masing dengan pembagian 3. Adanya tuntutan
shift. yang ada. yang tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebih profesional
4. Adanya tuntutan
dari Rumah sakit
untuk setiap
tindakan
keperawatan
harus mengikuti
SOP yang telah
dibuat oleh
Rumah Sakit.
2. M2-Material 1. Inventaris alat 1. Toilet pasien terlalu 1. Dapat meningkatkan 1. Tersedianya
(Sarana dan kesehatan dan jauh dengan kamar pelayanan kepada fasilitas RS yang
Prasarana) kebutuhan pasien. pasien. lengkap menjadi
keperawatan sudah 2. Papan Denah ruangan item persaiangan
cukup memadai masih kurang baik, antar RS
dengan kondisi sehingga perlu 2. Sarana dan pra
baik. diperbaiki. sarana RS yang
2. Alat penunjang lengkap menjadi
seperti Linen dalam daya Tarik
kondisi baik dan pelangan.
layak pakai. 3. Adanya tuntutan
3. Fasilitas kantor yang tinggi dari
tersedia dengan masyarakat untuk

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


52
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

baik. melengkapi
4. Peralatan yang ada sarana dan
sudah lengkap prasarana.
untuk perawatan 4. Tuntutan
pasien. akreditasi Rumah
5. Jumlah alat sudah Sakit.
sesuai dengan rasio 5. Makin tingginya
pasien. kebijakan
6. Perawat mengerti pemerintah
cara menggunakan dalam pelayanan
semua alat kesehatan dengan
perawatan pasien. adanya program
BPJS.
6. Adanya
pembangunan
gedung
bertingkat di
sekitar RS yang
menyebabkan
pergeseran tanah
sehingga
beberapa ruangan
tidak beroperasi.
3. M3-Method 1. Ruang G sudah 1. Overan terlalu lama dan 1. Adanya 1. Tuntutan
(Metode) menggunakan seringkali selesai tidak kesempatan akreditasi Rumah
MPKP model tepat waktu. mendukung Sakit.
modifikasi Metode 2. Perawat pelaksana terlaksanya 2. No. 36 tahun
Tim Primer. tidak memiliki komunikasi 2009 tentang

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


53
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

2. Perawat sudah keseragaman catatan adekuat antar keselamatan


mengerti dan rencana kerja harian. perawat dan tim pasien, terdapat
merasa cocok 3. 73 % perawat kesehatan lain. pada pasal 53
dengan model yang menyatakan bahwa 2. Perawat mendapat ayat 3
ada. pelaksanaan ronde kesempatan untuk 3. Adanya
3. Dengan metode keperawatan di ruangan dievaluasi kesadaran pasien
modifikasi Tim belum optimal. 67 % langsung oleh dan keluarga
Primer, menjadikan perawat menyatakan Ketua Tim dan akan tanggung
lama rawat inap bahwa keluarga pasien Kepala Ruangan. jawab dan
bagi pasien semakin belum mengerti adanya 3. Adanya hasil tanggung gugat.
pendek. ronde keperawatan. umpan balik 4. Adanya tuntutan
4. Metode ini tidak supervisi untuk akan pelayanan
memberatkan dalam meningkatkan yang profesional.
pembiayaan. kualitas pelayanan.
5. Kontinuitas renpra 4. Adanya keinginan
terlaksana dengan perawat untuk
baik. mengalami
6. Setiap hari, perubahan setelah
dilakukan 3 kali disupervisi.
overan,
7. Perawat telah
mengetahui hal-hal
apa yang harus
disampaikan saat
overan.
8. Melakukan
interaksi dengan
pasien (visite

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


54
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

keperawatan)
9. Sebagian besar
perawat telah
mengerti dengan
pelaksanaan ronde
keperawatan.
10. Perawat sudah
mengerti dengan
sentralisasi obat.
11. Tersedia format
daftar pengadaan
tiap-tiap obat.
12. Terdapat media
penyimpanan obat
dan barcode untuk
label obat.
13. Perawat sudah
mengerti tentang
supervisi.
14. Supervisi dilakukan
oleh Kepala
Ruangan setiap
bulan dan setiap
minggu.
15. Semua perawat
sudah mengerti
tentang Discharge
Planning.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


55
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

16. Tersedia format


untuk melakukan
pendokumentaian.
17. Nilai rata-rata
pendokumentasian
asuhan keperawatan
sebesar 93,7 %
4. M5-Machine 1. Perawat bersikap 1. Minimnya tenaga 1. Adanya komunitas 1. Masih ada
(Mutu) sopan dan ramah keperawatan yang perawat yang perawat yang
dalam melayani berlatarbelakang professional. belum memiliki
pasien. pendidikan Sarjana. 2. Terciptanya STR.
2. Perawat selalu pelayanan yang 2. Adanya tuntutan
memperhatikan dan kondusif terhadap akreditasi Rumah
menanggapi pasien. Sakit dengan UU
keluhan yang Akreditasi
dirasakan klien. Rumah Sakit No
3. Perawat selalu 12 tahun 2012
memantau dan bahwa akreditasi
mengobservasi bertujuan
keadaan pasien meningkatkan
secara rutin. keselamatan
4. Nilai mutu asuhan pasien Rumah
keperawatan Sakit dan
berdasarkan Audit meningkatkan
keperawatan perlindungan
sebesar 73,27 % bagi pasien,
masyarakat,
sumber daya

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


56
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

manusia Rumah
sakit dan rumah
sakit sebagai
Institusi.
3. Adanya tuntutan
yang tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebih profesional
4. Adanya tuntutan
dari Rumah sakit
untuk setiap
tindakan
keperawatan
harus mengikuti
SOP yang telah
dibuat oleh
Rumah Sakit
5. Adanya UU
Keperawatan No.
36 tahun 2009
tentang
keselamatan
pasien, terdapat
pada pasal 53
ayat 3.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


57
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

C. Identifikasi Masalah dan Pembobotan Prioritas Masalah


1. Identifikasi Masalah
a. Turunnya minat kerja/semangat kerja perawat pelaksana di ruangan
G ditandai dengan 60 % perawat pelaksana tidak merasa puas
dengan jumlah jam kerja, kesempatan untuk mengambil cuti dalam
waktu 1 tahun. masih belum merata, 53 % perawat pelaksana
mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan
tidak merasa puas dengan pembagian yang ada
b. Kurangnya tingkat keterampilan dan pengalaman kerja dari perawat
pelaksana dibuktikan dengan 52,17 % % perawat pelaksana masih
PK 1 yang pengalamannya masih minim.
c. Belum optimalnya penggunaan catatan perencanaan harian perawat
pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian
perawat.
d. Waktu pelaksanaan overan tidak efektif karena overan yang
dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali selesai tidak
tepat waktu.
e. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang G belum efektif ditandai
dengan 73 % perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde
keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan
bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde keperawatan.

2. Pembobotan dan Prioritas Masalah


Proses untuk mendapatkan masalah prioritas dengan menggunakan
metode pembobotan yang memperhatikan aspek :
- Magnitude (Mg)
Kecenderungan besar dan masalah sering terjadi
- Severity (Sv)
Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini.
- Manageability (Mn)
Berfokus kepada keperawatan sehingga dapat diatur untuk
perubahannya.
- Nursing Consent (Nc)
Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
- Affordability (Af)
Ketersediaan sumber daya

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


58
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

Rentang nilai yang digunakan 1-3 dengan rincian


3 : Besar
2 : Sedang
1 : Kecil
Untuk mendapatkan nilai prioritas masalahnya : Mg×Sv×Mn×Ne×Af
Pembobotan Prioritas Masalah
No. Daftar Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1. Turunnya minat kerja/semangat kerja perawat pelaksana di ruangan G ditandai dengan 2 1 1 2 2 8 V
60 % perawat pelaksana tidak merasa dengan jumlah jam kerja, kesempatan untuk
mengambil cuti dalam waktu 1 minggu masih belum merata, 53 % perawat pelaksana
mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak merasa puas
dengan pembagian yang ada
2. Kurangnya tingkat keterampilan dan pengalaman kerja dari perawat pelaksana 2 1 2 2 2 16 IV
dibuktikan dengan 52,17 % perawat pelaksana masih PK 1 yang pengalamannya masih
minim.
3. Belum optimalnya penggunaan perencanaan harian perawat pelaksana yang 3 2 2 3 3 108 I
mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat.
4. Waktu pelaksanaan overan tidak efektif karena overan yang dilaksanakan sudah lebih 3 2 2 2 2 48 III
dari 30 menit dan seringkali selesai tidak tepat waktu.
5. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang G belum efektif ditandai dengan 73 % 2 2 3 3 2 72 II
perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal.
67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde
keperawatan.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


59
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

D. POA (Plan Of Action)

Masalah : Belum optimalnya penggunaan rencana harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian
perawat.
Indikator Alat dan
Tujuan Uraian kegiatan Waktu Prosedur/ Strategi PIC Sasaran
keberhasilan Metode
Meningkatkan 1. Perawat 1. Pembuatan desain 29 April – 1. Mendesain format rencana Cyntia Perawat
efektifitas dan mengetahui rencana kerja harian 01 Mei kegiatan harian agar bisa Lumintang yang
efisiensi rencana kerja 2016 lebih mudah dan efisien bertugas
pelayanan yang akan dalam pengisiannya. di
sebagai dilakukannya ruangan
perawat setiap hari 2. Sosialisasi tentang 10 Mei 2. Melakukan presentasi awal Fidy Sada G Format
pelaksana 2. Perawat format rencana kerja 2016 di ruangan untuk rencana kerja
dengan menggunaka harian sesuai shift menjelaskan tentang harian
menggunakan n format format pembuatan rencana
lembar rencana rencana kerja kerja harian perawat.
kerja harian harian setiap
perawat hari sesuai 3. Implementasi 10 – 11 3. Bersama dengan perawat Christien Format
shift tentang penggunaan Mei 2016 pelaksana melakukan Bopeng rencana kerja
format rencana kerja implementasi tentang dan harian
harian penggunaan format rencana Sustianti
kerja harian sesuai shift. Tamara

4. Evaluasi 11 Mei 4. Mengevaluasi penggunaan Miranti Format


penggunaan format 2016 format pembuatan rencana Sengkeh rencana kerja
rencana kerja harian kerja harian perawat. dan Yiyin harian
sesuai shift Pansing

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


60
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

E. Penyelesaian Masalah
Pengumpualan data dilakukan dengan memberi angket tentang M1
(Manusia/ketenagaan), M2 (material/sarana dan prasarana), M3 (metode), M5
(mutu); dan mengobservasi situasi serta kondisi diruangan, terkait dengan
manajemen keperawatan yang dilaksanakan di ruang G. Untuk lebih
memfokuskan masalah, kelompok melakukan wawancara dengan kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sehingga kelompok menemukan
beberapa masalah tentang manajemen keperawatan. Dari beberapa masalah
tersebut kelompok menyusun prioritas masalah terkait manajemen
keperawatan. Prioritas masalah yang telah tersusun, kelompok diskusikan
dengan kepala ruangan untuk menentukan masalah mana yang
implementasinya paling dibutuhkan oleh ruangan. Hasil diskusi dengan
kepala ruangan adalah prioritas masalah yang akan diangkat oleh kelompok
yaitu: Belum optimalnya Catatan Perencanan harian perawat pelaksana
berhubunganan dengan tidak ada keseragaman catatan harian perawat
pelaksana sehingga pencatatannya belum teratur yang mempengaruhi
efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat.
Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh kelompok dalam mengatasi
masalah tersebut adalah dengan membuat format rencana kerja harian
perawat pelaksana dengan tujuan akan sangat membantu perawat dalam
mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien serta
menunjang dalam serah terima dengan ketua tim.
Implementasi dilakukan selama 2 hari yang dimulai dengan
mensosialisasikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan
meminta masukan untuk perbaikan format agar sesuai dengan keperluan
perawat pelaksana. Hari kedua dilanjutkan dengan membagikan format
rencana kerja harian perawat pelaksana dan memberikan petunjuk
penggunaan format tersebut pada perawat dinas pagi, sore dan malam.
Evaluasi dilakukan pada hari ketiga.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


61
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

BAB IV
PEMBAHASAN

Prioritas masalah yang ditemukan di Bangsal G adalah belum optimalnya


catatan perencanaan harian perawat pelaksana. Pengumpulan data dilakukan sejak
tanggal 19 April 2016 - 28 Mei 2016, pembuatan desain rencana kerja harian
tanggal 29 April 2016 - 1 Mei 2016. Implementasi berupa sosialisasi dan
penggunaan format rencana kerja harian tanggal 10 Mei 2016 – 11 Mei 2016.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 11 mei 2016 – 12 mei 2016.
A. Data Pre Implementasi
Hasil Observasi dan Wawancara
Hasil Observasi dan wawancara sebelum dilakukan implementasi adalah
sebagai berikut :
a. Komunikasi Rencana Keperawatan
Gambar 5. 1

KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANG RENCANA


KEPERAWATAN

53% 47%

Baik
Kurang Baik

53 % perawat mengatakan bahwa mereka sering mendapat teguran dari


ketua tim jika ditemui ada kesalahan seperti komunikasi yang
disampaikan hanya lewat begitu saja/tidak sampai pada perawat yang
bersangkutan, catatan tidak lengkap, kesalahan tindakan atau
pendokumentasian asuhan keperawatan.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


62
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

b. Serah Terima
Serah terima dilakukan tiga kali sehari yaitu pada setiap pergantian
Shift. Serah terima seharusnya dilaksanakan 30 menit namun yang
dilaksanakan dibangsal G sering lebih dari waktu yang ditentukan.
Menurut Nursalam (2012) yang perlu diperhatikan dalam serah
terima adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut
dapat diperoleh dari Perawat Pelaksana.
Berdasarkan hasil observasi, 100% Perawat pelaksana diruang G
hanya memiliki catatan pribadi yang berbeda antara perawat yang satu
dengan yang lain sehingga Informasi yang disampaikan Ketua Tim
kepada Anggota Tim kurang dipahami dan diperlukan pengulangan
informasi yang membutuhkan waktu untuk menjelaskan kembali. Hal ini
dikarenakan perawat belum memiliki format rencana kerja yang seragam
yang akan mempengaruhi juga dalam pelaksanaan serah terima sebagai
bentuk komunikasi antar perawat.

B. Implementasi
Implementasi dimulai pada tanggal 10 Mei 2016 dengan sosialisasi,
penjelasan penggunaan format rencana kerja harian dan berdiskusi dengan
perawat pelaksana, ketua tim, CCM dan kepala ruang tentang format tersebut
yang telah direncanakan dan didesain terlebih dahulu.
Dari diskusi tersebut, kelompok mendapatkan masukan, kelompok
merevisi format rencana kerja harian tersebut agar sesuai dengan keperluan
perawat pelaksana diruangan G.
Implementasi selanjutnya pada tanggal 11 Mei 2016 – 12 Mei 2016
dengan membagikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan
memberikan petunjuk penggunaan format tersebut pada perawat dinas sore,
malam dan pagi.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


63
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

C. Evaluasi
Tabel 4.1 Presentase perawat pelaksana yang menggunakan catatan
perencanaan harian pada saat implementasi.
Perawat pelaksana
Shift
Menggunakan Presentase Tidak Presentase
Sore 5 100% 0 0%
Malam 2 100% 0 0%
Pagi 4 100% 0 0%
Jumlah 11 100% 0 0%

Tahap evaluasi dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 11 Mei 2016
(shift sore dan shift malam) sampai 12 Mei 2016 (shift pagi). Dari
keseluruhan perawat pelaksana yang berjumlah 19 orang, 11 diantaranya
dinas saat kelompok melakukan implementasi. 11 orang perawat pelaksana
tesebut telah menggunakan catatan perencanaan harian yang dibuat dan
dibagikan oleh kelompok dengan presentasi 100%.
Dengan Pemberian implementasi maka kelompok mendapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Tersedianya catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang
seragam.
Setelah dilakukan implementasi dengan memberikan format catatan
perencanaan harian perawat pelaksana dan telah digunakan oleh perawat
pelaksana yang dinas pada saat dilakukan implementasi maka kelompok
menyimpulkan bahwa telah ada keseragaman dalam penulisan catatan
perencanaan harian perawat pelaksana yang ada di ruang G.
2. Serah terima
Setelah adanya keseragaman dalam penulisan catatan perencanaan harian
perawat pelaksana di ruang G, serah terima yang dilaksanakan berjalan
lancar dan selesai tepat pada waktunya.
3. Ketua tim lebih mudah mengevaluasi rencana keperawatan yang telah
dilaksanakan oleh perawat pelaksana.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


64
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

4. Membantu kepala ruang untuk mengevalusai kinerja staf dalam rangka


penilaian kinerja.
5. Pendapat perawat pelaksana dengan diadakannya keseragaman catatan
harian perawat pelaksana melalui wawancara yang dilakukan oleh
kelompok adalah seluruh perawat yang telah menggunakan format
catatan harian perawat pelaksana menerima dengan baik dan merasa
dipermudah dalam melakukan pencatatan rencana dan implementasi
keperawatan.
Dari hasil evaluasi ini maka kelompok menyimpulkan bahwa dengan
mengoptimalkan catatan perencanaan harian perawat pelaksana, dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan di bangsal G.

D. Hambatan
Format yang diisi belum lengkap, hal ini disebabkan karena format yang
diberikan masih baru sehingga masih perlu penyesuaian perawat pelaksana
dalam penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi, supervisi
setiap hari dari ketua tim dan kepala ruangan.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


65
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan
rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012)
2. Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan
proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat
sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional
(Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011).
3. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
4. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan di ruangan G, prioritas
masalah yang diperoleh adalah belum optimalnya penggunaan
perencanaan harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan
efisiensi kerja harian perawat
5. Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Kegiatan tersebut
meliputi: serah terima, pre conference dan post conference, melaksanakan
tindakan asuhan keperawatan, dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan.
6. Dengan adanya format catatan perencanaan kegiatan harian perawat
pelaksana maka semua catatan harian perawat pelaksana akan ada
keseragaman, dapat menjadi referensi saat serah terima, membantu Kepala
Ruang dan Ketua Tim dalam mengevaluasi kinerja perawat pelaksana,

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


66
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

serta perawat pelaksana sendiri merasa dipermudah dalam melakukan


pencatatan rencana dan implementasi keperawatan.
7. Format catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang diisi belum
lengkap, hal ini disebabkan karena format yang diberikan masih baru
sehingga masih perlu penyesuaian dari perawat pelaksana dalam
penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi, supervisi setiap
hari dari Ketua Tim dan Kepala Ruangan.

B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masukan dalam
penelitian kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan sebagai bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung
di bidang keperawatan khususnya untuk Program Studi Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
2. Rumah Sakit
Diharapkan penggunaan format catatan perencanaan kerja harian perawat
pelaksanaan, dapat menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit.
3. Perawat
Diharapkan dengan adanya format catatan perencanaan harian perawat
pelaksana, perawat tidak lagi menggunakan buku catatan pribadi tetapi
dapat menggunakan format yang telah tersedia untuk keseragaman dan
kemudahan dalam pencatatan rencana harian.
4. Mahasiswa
Setelah menyelesaikan praktikum Manajemen Keperawatan, diharapkan
mahasiswa sudah mampu melakukan pengumpulan data dengan metode 5
M (Man, Material, Method, Money, dan Machine) serta mampu
menerapkan proses manajemen keperawatan (Planning, Organizing,
Actuating, dan Controling). Serta menjadi change agent dalam penerapan
format catatan perencanaan harian perawat pelaksana

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


67
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PROFESI NERS

DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar-


Ruzz Media.

Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Ratna & Rumondang. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta


: Sagung Seto.

Sitorus, Ratna. 2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC.

RS PGI Cikini – Jakarta Pusat


68

Anda mungkin juga menyukai