Anda di halaman 1dari 19

“LAPORAN PENDAHULUAN, ASKEP DAN SP ISOLASI

SOSIAL”

Disusun Oleh :
Nama : Sri Winarta
NIM : 1814201220
Prodi : S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing :
Ns. Aldo Yuliano, MM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes PERINTIS PADANG
T.A 2019/2020
KONSEP ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap negatif dan mengancam (Townsend, 1998).

Isolasi sosial adalah rasa kesepian yang dialami oleh individu didalam lingkungan sosial dan sebagai
kondisi yang negatif atau mengancam. Pada klien isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi
perilaku yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan (misal
fisik dan mental), sakit, tidak ada kontak mata, dipenuhi dengan pikiran sendiri, menunjukan
permusuhan, tindakan yang dilakukan terjadi secara berulang, selalu ingin sendiri, menunjukan
perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan
adanya perilaku.

B. Rentang respon
Respon adaptif Respon Maladaftif

Solitud Menarik diri Respon Maladaftif


Otonomi Kesepian Manipulasi
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling Ketergantungan (Stuart, 2007)

Respon ini meliputi :


1. Solitude atau menyendiri

Merupakan respon yang dilakukan individu untuk apa yang telah terjadimatau
dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana
(Riyadi & Purwanto, 2009).
2. Otonomi

Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,


pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri untuk
interdependen dan pengaturan diri (Riyadi & Purwanto, 2009).

3. Kebersamaan

Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan


menerima dalam hubungan interpersonal (Riyadi & Purwanto, 2009).

4. Interdependen (Saling Ketergantungan)

Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar


individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal (Riyadi &
Purwanto, 2009).

5. Kesepian

Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari


lingkungannya. (Damaiyanti, 2012)

6. Menarik diri

Seseorang yang mengalami mengalami kesulitan dalam membina hubungan


secara terbuka dengan orang lain. (Yosep, 2011)

7. Manipulasi

Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai


objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan
sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk
berkuasa pada orang lain(Riyadi & Purwanto, 2009).

8. Impulsif

Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu
untuk belajadari pengalaman dan miskin penilaian (Riyadi & Purwanto, 2009).

9. Narkisisme

Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris, harga
diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah
marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain (Riyadi & Purwanto, 2009).
10. Isolasi Sosial

Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berikteraksi dengan orang lain disekitarnya.

c. Etiologi
Penyebab terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai
berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan sehari-hari terabaikan
(Kusumawati, 2010)

faktor pendukung terjadinya gangguan jiwa dalam hubungan


sosial yaitu :
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa
tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon sosial
menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya
menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional
untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan
jiwa dan stres keluarga. Pendekatan kolaburatif sewajarnya dapat mengurangi
masalah respon sosial menarik diri.

2. Faktor Biologik

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik


merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia,

3. Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat
dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan
sistem nilai yang
B. faktor presipitas
1. Stressor Sosiokultural

Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2. Stressor Psikologis

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan


kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tingkat tinggi .

C. Faktor Penyebab
1. Tahap pertumbuhan dan perkembagan yg tidak baik
2. Ganguan komunikasi
3. Kesalahan dalam menganut norma norma

D. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing gangguan
hubungan sosial yaitu regresi, proyeksi, persepsi dan isolasi (Riyadi & Purwanto, 2009).
1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat diterima,
secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku (Damaiyanti, 2012).

E. Penatalaksanaan
Menurut Dermawan, 2013 penatalaksanaan klien yang mengalami isolasi sosial adalah
dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain yaitu :

1. Terapi farmakologi

a) Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu,
berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari
-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b) Haloperidol (HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta
dalam fungsi kehidupan sehari – hari.
Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
c) Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti
kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
2) Electro Convulsive Therapy
Electro Convulsive Therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan eletroshock
adalah suatu terapi psiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam pengobatannya.
Biasanya ECT ditunjukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon pada
obat psikiatri pada dosis terapinya. Diperkirakan hampir 1 juta orang di dunia mendapat
terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu. ECT bertujuan
untuk memberikan efek kejang klonik yang dapat memberikan efek terapi selama 15
menit

1) Terapi individu dan keluarga


Penatalaksanaan isolasi sosial dapat dilakukan dengan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan (SPTK) pada pasien yang lebih dikenal dengan strategi pelaksanaan (SP)
yang terdiri dari beberapa strategi pelaksanaan diantaranya strategi pelaksaan pasien
mengajarkan dengan berinteraksi secara bertahap dan keluarga yang terdiri dari masing-
masing empat strategi pelaksaan (Badar, 2016)
2) Terapi aktivitas kelompok
Menurut Stuart dan Laraia kegiatan kelompok merupakan tindakan keperawatan
pada kelompok dan terapi kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK), terdiri dari 4
macam yaitu TAK stimulasi persepsi, TAK stimulasi sensori, TAK stimulasi realita, dan
TAK sosialisasi. Terapi kelompok yang cocok pada pasien isolasi sosial yaitu terapi
aktivitas kelompok sosial (TAKS) karena klien mengalami gangguan hubungan social
F. Proses Terjadinya
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur,
mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan
kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan
tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga
berakibat lanjut halusinasi.
ASKEP TEORITIS ISOLASI SOSIAl

1. Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 ).
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian
dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah
sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal.
Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa,
menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan
4.  Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan
fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien
terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki
sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi
saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga,
pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g.   Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam
berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi
peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap
pandangan / penghargaan orang lain.
h. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain.
i. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
j. Status mental
1.   Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang
tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis klien.
2.   Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
a. Lesu, tegang, gelisah.
b. Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c. Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d. Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
e. Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan
merentangkan jari-jari
f. Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4. Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan
spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak
ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f. Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau
orang lain.
g. Persepsi
h. Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat
klien berhalusinasi.
7. Proses pikir
a. Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya
d. Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang
lainnya.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian
dilanjutkan kembali
f. Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
g. Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8. Isi fikir
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang
sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan
yang bermakna yang terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal
yang mustahil atau diluar kemampuannya.
2. Daftar Masalah

1. Masalah keperawatan:
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Ganguan sensori : halusinasi
2. Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa berteman dengn orang lain, tidak
membutuhkan orang lain ,mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
3. Pohon Masalah

Resiko isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


Core
problem

Ganguan sensori : halusimasi

4. Diagnosa
Ganguan sensori halusinasi b/d menarik diri
Isolasi social
Gangguan konsep diri b/d harga diri rendah
5. Intervensi

a. Tujuan umum: sesuai masalah (problem).


b. Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan inteniksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
2) Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
4) Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri dan bisa bergaul dengan orang lain.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis.
3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan:
1) Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki.
Tindakan :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
2) Beri pujian atas keberhasilan
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
6.Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka perlu
adanya kontrak dengan klien untuk menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran
serta klien yang diharapkan.
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan / implementasi adalah :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat
3. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien
7.Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap
selesai melakukan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
STRATEGI PELAKSANAAN SP ISOLASI SOSIAL

STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1) ISOLASI SOSIAL


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
 Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif :
 Klien tampak menyendiri.
 Klien terlihat mengurung diri.
 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
d. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
e. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
f. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4.  Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.
SP 1 : Membina hubungan saling percaya,membantu pasien menyadari masalah
isolasi social,melatih bercakap – cakap secara bertahap antara pasien dan anggota
keluarga.

B.     Proses Pelaksanaan


1.      Fase Orentasi.
Assalamualaikum selamat pagi buk Perkenalkan nama saya Sri Winarta saya dinas
diruanga ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam
14:00 siang. Saya akan merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa?
Senangnya ibu di panggil apa?
Bagaimana perasaan Buk hari ini ? Apakah Ibu masih suka menyendiri ??
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Bu dan
kemampuan yang Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan saya dapat
saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang
lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain Berapa lama Bu mau berbincang-
bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja ya?
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.

2.  Fase kerja.


Dengan siapa ibu tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?
apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain?
Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain?
Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai
menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu.
Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita sebutkan dahulu
nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya Sri
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama
Bapak siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba ibu berkenalan
dengan saya.
Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!!
Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang
menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman ibu.
(dampingi pasien bercakap-cakap).

3.   Terminasi.
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang
lain! Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap
dengan teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada jadwal
kegiatan, kita isi pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah bercakap-cakap
dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan
M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka
ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti?
Coba ibu ulangi? Naah bagus ibu.Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita
berbincang-bincang tentang pengalaman ibu bercakap-cakap dengan dua teman-
teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah ibu
bersedia?Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?Ibu maunya dimana kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?? Baiklah bu besok saya akan
kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi Assalamualaikum Wr,Wb.

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)


SP 2 : Mengidentifikasi kemsmpusn positif pasien dsn membantu
memperaktekkannya.
B. Proses Keperawatan.
5. Kondisi Klien
Data subjektif :
 Klien mengatakan mau berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien terlihat tidak mengurung diri lagi.
6. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.
7. Tujan
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sesuai kemampuannya
8. Tindakan Keperawatan.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
3. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah sakit
4. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
5. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
6. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih

A. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi :
“assalammua ‘laikum, buu… masih ingat saya??? baguss
Bagaimana perasaan ibu pagi ini apakah masih merasakan kesepian?
“ Bagaimana bu, semangatnya untuk bercakap cakap dengan teman? Apakah sudah
dicoba berbincang bincang dengan orang lain atau berkenalan? Bagaimana oerasaan
ibu setelah memulai perkenalan.
Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa kegiatan itu bu “Ya
benar kita akan latihan berkenalan dan bercakap cakap dengan 2 orang agar ibu
semakin banyak teman. Apakah ibu bersedia?
“Waktunya 10 menit, kita lakukan d ruang tamu aja ya bu”

2. Kerja :
Baiklah buk hari ini saya datang dengan dua orang perawat yang juga dinas di ruagan
ini, ibu sudah boleh berkenalan. Apakah ibu masih inggat bagaimana cara
berkenalan? (yaa ibuu pintar dan masih inggat cara berkenalannya) Naah coba ibuk
mulai(fasilitasi pasien berkenalan dengan perawat lain) waaah bagus sekali buuk,
selain menanyakan nama umur hobby apakah ada yang inggin ibu tanyakan tentang
perawat C dan D? Ooh tidak. Naah bu apa kegiatan yang akan ibu lakukan lagi?
Bagaimana kalau kita nemenin ibu yang sedang menyiapkan makan siang di ruangan
makan sambil ibu menolong teman ibu bisa bercakap cakap dengan teman yang
lainnya.matii bu..apa yang ingin ibu bincangkan dengan teman ibu? Ooh tentang cara
menyusun piriing silahkan bu,coba ibu tanyakan bagaimana cara menyusun piring di
atas meja kepada teman ibu,apakah harus rapi atau tidak?ooh okee sekarang coba ibu
tanyakan ke teman ibu,,nah sekarang piring nya sudah tersusun rapi.silahkan ibu
berbincang bincang dengan teman ibuk yaa,silahkan bercakap cakap bu.

3. Terminasi :
“bagaimana perasaan ibu setelah bercakap cakap dengan perawat C dan D dan
menyiapkan makan siang lalu gimana cara nya menyusun piring di atas meja tadi buu ”
Coba ibu ulangi sebutkan gimna cara nyaa … iyaa baguss
“ bagaimana kalau kegiatan menyiapkan makan siang dan menyusun piring ini
bercakap cakap degan teman dimasukan menjadi kegiatan sehari – hari ibu. ? ooh
ketika menyiapkan makan pagi dan makan siang yaa”
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga yaa berkenalan dengan 4 orang
lain dan bercakap cakap tentang kegiatan harian lain,apakah ibu bersedia?
“mau jam berapa? Sama dengan sekarang yaa?
Baiklah buu sampai jumpa…Assalamu’alaikum

CATATAN:
Strategi pelaksanaan selanjutnya, sama dengan SP 2 dengan kegiatan yang dimiliki
sesuai kemampuan pasien lainnya (yang belum dilatih)
DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN


(Basic Course).Yogyakarta: EGC.

Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai