Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH REKAYASA GEMPA

BENCANA GEMPA BUMI, PROSES, DAMPAK, SERTA MITIGASI GEMPA BUMI


DI LOMBOK

Dosen Pengampu :

Hidayati ST, MTpd

Disusun Oleh :

Rizki Yulianti
Mardiansyah K

Aldi Setiawan
Dicky Dwi Saputra
Agnessa Silvani

Doni Bima Saputra

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DIPLOMA III

POLITEKNIK RAFLESIA KABUPATEN REJANG LEBONG

PROVINSI BENGKULU 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah “Bencana Alam Gempa Bumi” dengan baik. Shalawat dan salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang pengujian bahan
makanan yang mengandung karbohidrat yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.Kami membutuhkan
kritik dan saran dari pembaca yang membangun.Terima kasih.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………….................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………….......……………………......................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………...................................3
1.3 Tujuan ................………………………………………………................................3
1.4 Manfaat ......................................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………............................................... 4
2.1 Pengertian gempa…………………………………………........................................4
2.2 Proses terhadinya gempa…………………………………. .......................................4
2.3 Dampak yang di timbulkan……………………….....................................………... 6
2.4 Dampak kerusakan yang di timbulkan akibat gempa Lombok...................................8
2.5 Upaya mitigasi gempa di masa yang akan datang…………………..…………..…. 9
BAB III
PENUTUP...............................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................10
3.2 Saran.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin mencuat ke permukaan, baik yang
disebabkan oleh proses alam itu sendiri maupun yang disebabkan kerena ulah manusia di
dalam membangun sarana dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga manajemen
lingkungan perlu mendapat perhatian, khususnya di wilayah Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu daerah yang rawan terhadap bencana.Salah satunya
adalah bencana gempa bumi (Deny, 2008). Hal ini disebabkan karena posisi Indonesia
terletak dipertemuan tiga lempeng tektonik utama di dunia, yakni lempeng Eurasia, lempeng
Indo-Australia, dan lempeng Pasifik yang mangakibatkan wilayah ini rentan dengan gempa
bumi tektonik (Anies, 2017). Selain itu Indonesia berada pada jalur “ring of fire” dimana
Indonesia memiliki jumlah gunung berapi aktif paling banyak di dunia. “Ring of fire” atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Cincin Api Pasifik merupakan daerah yang sering
mengalami gempa bumi akibat letusan gunung berapi. Di Indonesia tercatat memiliki 130
gunung berapi, 17 diantaranya masih aktif (Indyo, 2006), kondisi yang demikian menjadikan
wilayah Indonesia juga rentan oleh gempa vulkanik (Anies, 2017).
Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki gunung berapi yang masih aktif adalah
pulau Lombok, yaitu Gunung Rinjani (Giri et al, 2013).Gunung Rinjani merupakan gunung
kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3726 m di atas permukaan laut.Menurut Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Bandung menyatakan Gunung Rinjani masih berstatus
waspada.
Total kejadian gempa di Lombok dan sekitarnya dari tahun 1900 sampai 2014 adalah
2081 kejadian, dengan klasifikasi untuk gempa dengan magnitud 4- 4.9 terdapat 1709
kejadian, untuk gempa dengan magnitud 5-5.9 terdapat 336 2 kejadian, untuk gempa dengan
magnitud 6-8 terdapat 36 kejadian. Gempa–gempa tersebut merupakan gempa–gempa
dangkal (kedalaman< 40km) yang berpotensi menimbulkan bencana.( kinasih et al, 2014 ).
Berdasarkan kondisi geologi Pulau Lombok mempunyai potensi bencana yang cukup
tinggi.Hal ini didasarkan pada kondisi tanah yang bersifat lepas, tebal, mempunyai akuifer,
kondisi geologi struktur kekar dan sesar, serta di bagian utara pulau merupakan kompleks
gunungapi yang mempunyai batuan sidemen tidak kompak dan mudah lepas.(Agustawijaya
et al., 2009).Hal ini mengakibatkan Lombok utara merupakan salah satu wilayah yang rentan
terhadap bencana gempa bumi.

1
Berdasarkan letak geografisnya Lombok Utara terletak di bagian utara kaki Gunung
Rinjani.Hal ini berpotensi terjadinya bencana gempa bumi.Selain itu keadaan geografis
Kabupaten Lombok Utara juga merupakan daerah pegunungan, yaitu gugusan pegunungan
yang membentang dari Kecamatan Bayan sampai Kecamatan Pemenang.
Lombok Utara memiliki kondisi fisik topografi berupa lereng dan jalur lempeng
bumi.Jenis batuan di wilayah Lombok Utara merupakan jenis batuan sedimen lepas hasil
letusan gunungapi.Material batuan berupa kerikil, dan endapan lapili bersifat mudah
lepas.Lapisan Batuan ini cukup tebal, dan menutupi hampir dua per tiga bagian pulau
Lombok (Agustawijaya et al., 2012). Batuan sedimen dapat memperkuat gerakan
(amplifikasi) tanah saat terjadinya gempa, akibatnya kerusakan yang terjadi akan parah.
Bencana gempa bumi merupakan peristiwa yang terjadi akibat faktor alam yang dapat
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyrakat sehingga
mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, serta dampak psikologis.
Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh bencana gempa bumi antara lain seperti
longsor, banjir, kebakaran, hancurnya bangunan, korban jiwa, rusaknya fungsi ekosistem
terumbu karang jika pusat gempa berada di laut, rusaknya infrastruktur seperti jalan raya,
serta mengancam komponen lingkungan baik biotik maupun abiotik lainnya. Dampak serta
kerugian yang ditimbulkanakibat bencana gempa bumi merupakan dampak bahaya, selain itu
bahaya menimbulkan kerentanan yang berakibat timbulnya suatu risiko.
Upaya mengurangi risiko bencana gempa bumi diperlukan implementasi dari mitigasi
bencana yang mencakup suatu model utama dan rencana awal mitigasi bencana.Mitigasi
bencana merupakan upaya untuk mengurangi risiko atau dampak yang ditimbulkan dari
adanya suatu bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Bakornas PB, 2007).Maksud dari mitigasi
bencana adalah untuk mengembangkan strategi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan
manusia dan alam sekitarnya serta kerugian harta benda, penderitaan manusia, kerusakan
ekonomi dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh
bahaya gempabumi.
Guna melindungi masyarakat dan infra-struktur hasil pembangunan dari bencana
gempa bumi, pemerintah Indonesia telah membuat Undang- Undang No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Berdasarkan peraturan tersebut di atas, tugas dan fungsi pemerintah daerah
adalah melakukan aksi pencegahan bencana yang terdiri atas upaya mitigasi dan membuat
regulasi perencanaan mitigasi risiko bencana.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Proses terjadinya gempa ?
2. Dampak yang di timbulkan ?
3. Upaya mitigasi bencana gempa dimasa yang akan dating ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gempa
2. Untuk mengetahui dampak terjadinya gempa
3. Untuk mengetahui upaya mitigasi dan antisipasi pada saat terjadinya gempa
1.4 Manfaat
1. Sebagai data dan informasi bagi peneliti, pemerintah, dan masyarakat terkait bencana
gempa bumi di wilayah Kabupaten Lombok Utara.
2. Dapat digunakan sebagai bahan acuan dan rekomedasi mitigasi bagi penentu
kebijakan dalam pengambilan tindakan apabila terjadi gempa bumi di Kabupaten
Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian gempa
Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.Gempa
Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi.Gempa bumi yang berpusat di dasar laut
dan menyebabkan terjadinya tsunami.
2.2 Proses terjadinya gempa
Menurut Ensiklopedia Britannica, gempa bumi terjadi karena adanya guncangan tanah
secara tiba-tiba. Lalu, proses terjadinya gempa bumi disebabkan oleh lewatnya gelombang
seismik melalui bebatuan bumi.Di kutip dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Wilayah III, gelombang seismik atau energi yang dihasilkan tersebut dipancarkan ke segala
arah, sehingga efeknya dapat dirasakan hingga permukaan bumi.Gelombang seismik yang
dimaksud adalah hasil ketika energi yang tersimpan di kerak bumi tiba-tiba dilepaskan.
Energi ini biasa muncul ketika massa batuan yang saling tegang tiba-tiba patah.Kemudian,
garis di sepanjang patahan geologi merupakan lokasi yang sering mengalami gempa bumi.
Patahan geologi ini merupakan zona sempit tempat massa batuan bergerak dalam kaitannya
satu sama lain.
Gempa di Lombok pada akhir Juli hingga pertengahan Agustus 2018 tergolong langka
karena pola seismisitas (goncangan di bagian kerak bumi) yang tidak biasa.Disebut polanya
tidak lazim karena kejadian gempa yang memiliki magnitudo (besaran energi seismik) besar
dan merusak terjadi secara beruntun. Dalam kasus Lombok, pola seismisitasnya tampak
fluktuatif dan guncangan gempa makin kuat setelah gempa pertama pada 29 Juli 2018 bukan
semakin lemah seperti gempa-gempa biasanya.
Berdasarkan data terbaru dari Stasiun Geofisika BMKG di Bali, gempa-gempa
magnitudo 2,0-3,5 masih terjadi di Lombok. Gempa-gempa tersebut merupakan gempa
susulan (aftershock) dari gempa yang terjadi pada Agustus 2018.Secara siklus gempa, saat ini
Lombok masih berada dalam fase post-seismic, artinya bagian kerak yang terganggu akibat
gempa besar memasuki masa relaksasi menuju keseimbangan.
Gempa-gempa susulan yang terjadi setelah gempa utama memberikan gambaran
tentang pola seismisitas yang dapat dijadikan acuan mempelajari sumber dan mekanisme
gempa.
Serangkaian gempa yang terjadi di Lombok disebabkan oleh adanya aktivitas sesar
(patahan) aktif.Sesar merupakan zona rekahan pada batuan yang mengalami

4
pergeseran.Keberadaan Flores Back Arc Thrust (Sesak Naik Flores) di utara Lombok
merupakan pemicu terjadinya rangkaian gempa di Lombok.
Rangkaian gempa yang terjadi di Lombok pada 2018 terjadi secara beruntun.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh United States Geological Survey (USGS),
setidaknya ada lima kejadian gempa dengan kekuatan yang signifikan sebagaimana yang
diperlihatkan pada Gambar

.
Gambar di atas. Rangkaian lima kejadian Gempa Lombok 2018, perbedaan warna pada
titik lingkaran menunjukkan posisi kedalaman sumber gempa (hiposenter). Peta ini dibuat
berdasarkan data dari USGS. Dian Kusumawati
Gempa yang dirasakan pertama kali pada 29 Juli 2018 memiliki magnitudo 6,4 pada
kedalaman 14 kilo meter. Gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan rumah di Obel-Obel
Lombok Timur.
Gempa kedua terjadi pada 5 Agustus 2018 dengan magnitudo 6,9 pada kedalaman 34
km. Magnitudo gempa kali ini lebih besar dari gempa pertama. Karena itu, dampak kerusakan
bangunan lebih luas, termasuk di Kota Mataram.Bahkan beberapa bangunan pemerintah
Provinsi NTB rusak.

5
Berikutnya, pada 9 Agustus 2018, wilayah utara Pulau Lombok kembali diguncang
gempa dengan magnitudo 5.9.Posisi sumber gempa berada sekitar 20 km arah barat laut dari
gempa 5 Agustus.
Dua gempa berikutnya terjadi pada 19 Agustus 2018 dengan magnitudo 6,3 dan 6,9.
Episenter kedua gempa ini terlacak di Kecamatan Belanting dan kedalaman yang relatif
dangkal, yaitu kurang dari 25 km.
2.3 Dampak yang ditimbulkan
Jumlah korban gempa 7 SR yang mengguncang wilayah Nusa Tenggara Barat dan Bali
terus bertambah.Tercatat hingga Senin (13/8/2018), dampak gempa 7 SR menyebabkan 436
orang meninggal dunia. Sebaran korban meninggal dunia adalah di Kabupaten Lombok Utara
374 orang, Lombok Barat 37 orang, Kota Mataram 9 orang, Lombok Timur 12 orang,
Lombok Tengah 2 orang dan Kota Denpasar 2 orang. Jumlah 436 orang meninggal dunia
tersebut adalah korban yang sudah terdata oleh Kepala Desa dan babinsa. Korban yang sudah
terverifikasi dan ada surat kematian di Dinas Dukcapil tercatat 259 orang. Sisanya dalam
proses administrasi di Dinas Dukcapil msing-masing kabupaten. Sebagian besar korban
meninggal akibat tertimpa bangunan roboh saat gempa.Korban luka-luka tercatat 1.353
orang, dimana 783 orang luka berat dan 570 orang luka ringan. Korban luka-luka paling
banyak terdapat di Lombok Utara sebanyak 640 orang.Lombok Utara adalah daerah yang
paling terdampak gempa karena berdekatan dengan pusat gempa 7 SR.
Sementara itu, jumlah pengungsi sering berubah.Hal ini disebabkan banyak pengungsi
pada siang hari kembali ke rumahnya atau bekerja di kebunnya.Pada malam mereka kembali
ke pengungsian.Adanya juga pengungsi yang sudah kembali ke rumahnya masing-
masing.Berdasarkan data dari Posko Tanggap Gempa Lombok pada 13/8/2018, pengungsi
tercatat 352.793 orang. Sebaran pengungsi terdapat di Kabupaten Lombok Utara 137.182
orang, Lombok Barat 118.818 orang, Lombok Timur 78.368 orang, dan Kota Mataram
18.368 orang. Secara umum pengungsi yang mengungsi di lapangan atau lahan terbuka
mendirikan tenta bantuan dari BNPB, TNI, Polri, Kemensos, Kementerian PU Pera, Pemda,
NGO dan lainnya.Pendataan pengungsi terus dilakukan.Pengungsi kembali ke tenda
penampungan rata-rata pada sore atau malam hari.
Evakuasi korban yang tertimbun bangungan runtuh dan longsor masih dilakukan oleh
Tim SAR gabungan.Distribusi bantuan logistik ke pengungsi juga terus dilanjutkan ke
seluruh pelosok daerah yang terdampak gempa.Bantuan air bersih dilakukan dengan tanki
air.Bak-bak penampungan air dan hidran umum di pengungsian terus ditambah.

6
Kendala yang dihadapi dalam distribusi logistik adalah banyaknya akses jalan yang
rusak. Minimnya transportasi bantuan logistik untuk disalurkan ke pengungsi yang berada di
perbukitan karena jalur tersebut sempit dan banyak kendaraan lalu lalang. Untuk mengatasi
ini, tiga helicopter dari BNPB, TNI dan Basarnas digunakan untuk distribusi bantuan ke
daerah terisolir. Kebutuhan mendesak hingga saat ini adalah tenda, selimut, makanan siap
saji, terpal alas tidur, MCK, air bersih, perbaikan jaringan komunikasi, penerangan atau
listrik, kendaraan untuk distribusi logistik, dan kebutuhan dasar sehari-hari.
Dampak kerugian ekonomi akibat gempa di Nusa Tenggara Barat sangat besar.
Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB terus melakukan perhitungan kerusakan dan
kerugian akibat gempabumi di NTB, baik gempa 6,4 SR pada 29/7/2018 maupun gempa 7 SR
pada 5/8/2018. Hasil sementara hitung cepat kerusakan dan kerugian akibat gempa di NTB
mencapai lebih dari 5,04 trilyun rupiah. Angka ini sementara, hanya berdasarkan basis data
pada 9/8/2018. Dipastikan dampak ekonomi lebih dari 5,04 trilyun nantinya.
Kerusakan dan kerugian lebih dari 5,04 trilyun rupiah tersebut berasal dari sektor
permukiman 3,82 trilyun rupiah, infrastruktur 7,5 milyar rupiah, ekonomi produktif 432,7
milyar rupiah, sosial budaya 716,5 milyar rupiah, dan lintas sector 61,9 milyar rupiah.
Kerusakan dan kerugian terbanyak adalah sector permukiman yang kenyataan puluhan ribu
rumah penduduk rusak berat, bahkan banyak yang rata dengan tanah.
Secara wilayah, kerusakan dan kerugian akibat gempa di NTB paling banyak adalah di
Kabupaten Lombok Utara yang mencapai lebih dari 2,7 trilyun rupiah. Sedangkan di
Kabupaten Lombok Barat mencapai lebih dari 1,5 trilyun rupiah, Lombok Timur 417,3
milyar rupiah, Lombok Tengah 174,4 milyar rupiah dan Kota Mataram 242,1 milyar rupiah.
Dampak kerusakan dan kerugian ekonomi di Bali masih dilakukan perhitungan.
Kerusakan dan kerugian ini sangat besar. Apalagi jika nanti data sudah terkumpul
semua, maka jumlahnya akan lebih besar. Perlu trilyunan rupiah untuk melakukan perbaikan
kembali dalam rehabilitasi dan rekonstruksi.Perlu waktu untuk memulihan kembali
kehidupan masyarakat dan pembangunan ekonomi di wilayah NTB. Pemerintah pusat akan
terus mendampingi masyarakat dan Pemda NTB. Pendampingan ini bukan hanya saat
tanggap darurat saja. Tetapi saat pascabencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi pun,
Pemerintah Pusat akan terus membantu. Bahkan sebagian besar bantuan yang disalurkan
berasal dari pemerintah pusat.Skala penanganan dampak dampak gempa saat ini
sesungguhnya sudah nasional.Artinya kapasitas nasional yang digerakkan untuk penanganan
darurat saat ini sudah skala nasional, baik pengerahan personil, anggaran, logistik, peralatan,
dan manajerial.

7
BNPB masih terus melakukan pendataan dan perhitungan ekonomi dampak gempa.
Nanti saat masa darurat selesai kita akan masuki tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. BNPB
Bersama kementerian/Lembaga dan NGO akan membangun kembali yang lebih baik
daripada sebelumnya dengan prinsip _build back better and safer_. Artinya yang akan kita
bangun lagi lebih baik baik dan aman. Lombok adalah daerah rawan tinggi gempa, maka
pembangunan kembali nanti harus sudah mengantisipasi gempa agar saat terjadi gempa lagi,
korban, kerusakan dan kerugian dapat lebih sedikit, serta masyarakat lebih aman.
2.4 Dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa Lombok
1. Mengalami kerusakan pada bangunan masjid.

2. Kerusakan pada jalan akibat gempa

8
3. Reruntuhan pada rumah – rumah masyarakat

4. Penurunan jalan akibat pergeseran lempeng di bawah permukaan bumi

2.5 Upaya mitigasi gempa di masa yang akan datang


Salah satu bentuk upaya mitigasi bencana gempa bumi di masa yang akan datang yaitu
dengan mengetahui karakteristik wilayah dan potensi bencana gempa di daerah tersebut.
Selain itu peran sistem informasi mengenai bencana dan upaya mitigasi menjadi sangat
penting agar risiko bencana dapat diminimalisir serta aktivitas tanggap darurat dan
penanggulangan bencana dapat dilakukan dengan cepat dan setepat mungkin.Oleh karena itu
dibutuhkan pemetaan risiko bencana gempa bumi.Pengkajian risiko bencana gempa bumi
dilakukan dengan mengkaji dan memetakan tingkat ancaman, tingkat kerentanan, dan tingkat
kapasitas di daerah tersebut.Peta risiko bencana gempa bumi dapat bermanfaat sebagai
peringatan dini dan rencana tindak lanjut (action plan) sebagai dasar rencana pengelolaan,
penataan ruang, serta menjadi dasar untuk menentukan strategi mitigasi yang tepat dalam
menghadapi bencana gempa bumi.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.Gempa
Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi).Frekuensi suatu
wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode
waktu.Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer.Momen magnitudo
adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia.
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak.Semakin lama tekanan itu kian
membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan
lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
3.2 Saran
Melalui pembahasan dalam makalah ini diharapkan siswa, maupun para pembaca
mampu dan mau mengetahui dan memahami tentang gempa bumi, proses terjadinya gempa
bumi, penyebab terjadinya gempa bumi, akibat yang ditimbulkan, dan solusi dalam
menanggulangi dampaknya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah. 2010. Analisis Dan Keaktifan Risiko Gempa Bumi Pada Zona Subduksi Daerah
Pulau Sumatra dan Sekitarnya Dengan Metode Least Square, Jakarta : Universitas
Islam Negreri Syarif Hidayatullah.
Alexander, D. 2009. Principles of Emergency Planning: Standardisation, Integration and
Sustainability. Cespro.University of Florence.Anies. 2017. Negara Sejuta Bencana.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. ISBN: 978-602- 313-089-4
Anzalla, M., Eldina, F., and Nazli, I. 2015. Kajian Pemetaan Kawasan Risiko Gempa Bumi di
Kabupaten Aceh Tengah.Volume 2, No.1 Februari 2015.ISSN 2355- 3324.pp19-27
Aronoff, Stan. 1989. Geographic Information System a Management Perspective, WDL
Publication.
Ottawa-Canada.Atsuhiro, D., Ningxiong Xu, Rachel A. Davidson, and Linda K. Nozick.
2005. Optimizing Regional Earthquake Mitigation Investment Strategies. Earthquake
Spectra: May 2005, Vol. 21, No. 2, pp. 305-327
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Utara. 2016. Lombok Utara Dalam Angka. Katalog
BPS : 1102001.5208 Bakornas Penanggulangan Bencana. 2007. Pengenalan
Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Direktorat Mitigasi Lahar
BAKORNAS PB: Jakarta
Bell R, Steafatos A., McNeill LC., Cotterill CJ., and Bull JM. 2007. Geometry and Slip Rate
of the Aigoin Fault, a Young Normal Fault System in the Western Gulf of Corinth
Geology.Vol : 35, Pages: 355-355, ISSN: 0091-7613

11

Anda mungkin juga menyukai