Anda di halaman 1dari 15

Makalah

“Kekalahan Jepang Di Sekutu”

Disusun Oleh :
Kelompok I

Atun
Anggi Putri Fitriani
Anis Anggriani
Afrijal
Devi febrianti

SMA NEGERI 1 MANGGELEWA


TAHUN AJARAN
2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nyasehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sosiologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi
yang akan menjadi bahan makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Menyerahnya Jepang....................................................................................................
B. Kekalahan Jepang ........................................................................................................
C. Persiapan Pertahanan....................................................................................................
D. Perbedaan pendapat di kalangan pemimpin Jepang.....................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Kritik dan Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jepang merupakan salahsatu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia bahkan
bisa saja disejajarkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat atau negara-
negara di benua Eropa, sudah tidak diragukan lagi bahwa Jepang merupakan salahsatu
negara maju di benua Asia. Bila kita mengingat atau membicarakan Jepang, maka hampir
selalu yang dibayangkan adalah negara modern serta memiliki penduduk yang memiliki
tingkat kedisiplinan tinggi, kaya dan juga maju.

Jepang sendiri merupakan sebuah negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari 3000
pulau. Namun hanya 4 pulau yang terbesar dan menjadi pulau utama yang memberikan
tempat tinggal bagi jutaan penduduknya, yaitu Hokkaido, Shikoku, Honshu dan Kyushu.
Kebanyakan orang menganggap Jepang sebagai sebuah negeri kecil. Bahkan gambaran
ini tertancap kukuh dalam pemikiran orang Jepang itu sendiri dan saking kecilnya bila
dilihat pada peta dunia, Jepang hanyalah untaian pulau-pulau tidak beraturan di lepas
pantai Timur Eurasia serta menghadap ke samudra Pasifik (Reischauer, 1982 hlm. 13).
Sama seperti pulau-pulaunya yang terlihat memanjang ke selatan, Jepang pula memiliki
sejarah yang panjang dalam perjalanannya menjadi negara maju hingga seperti saat ini.

Mulai dari Jepang awal yang berasal dari penempatan pulau-pulau utama tersebut oleh
suku Yamato, periode feodalisme yang melahirkan sistem klan-klan samurai, masa
pemerintahan shogun yang berujung pada diberlakukannya politik isolasi di Jepang yang
berakhir pada Restorasi Meiji tahun 1868. Restorasi ini membuka Jepang untuk pertama
kalinya pada dunia demi mengejar ketertinggalannya pada dunia selama politik isolasi
(sakoku-rei) diberlakukan (Rosidi, 1981 hlm. 17). Segala macam modernisasi terjadi di
Jepang, tidak terkecuali pada bidang politik, ekonomi, dan sosial. Industrialisasi menjadi
tema.

Perubahan-perubahan yang diadakan oleh generasi muda tahun 1868 telah membuat
Negeri Matahari Terbit berkembang dengan cepat kearah negara yang modern. Dengan
mengerahkan semua tenaganya dan menggunakan segala kemampuan nasional dalam
waktu singkat sesudah Restorasi mereka telah dapat menempatkan Jepang kedalam daftar
negara-negara yang harus disegani (Joe Lan, 1962 hlm. 153)

Perkembangan ekonomi pesat seperti ini menimbulkan gairah semangat nasionalisme


yang terlampau tinggi bagi orang-orang Jepang yang pada akhirnya berkeinginan tampil
sebagai bangsa kuat di dunia dan sebagai dampaknya lahirlah semangat militerisme
Jepang. Hal ini menjadi salahsatu alasan Jepang melakukan invasi-invasi ke daerah
tetangganya seperti Tiongkok dan Korea yang lebih inferior dibandingkan mereka dalam
hal sumber daya manusia dan teknologi (Reischauer, 1982 hlm. 125). Pada akhirnya
tindakan-tindakan penyerangan sukses tersebut memicu sebuah peristiwa yang lebih besar
yaitu Perang Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II, dimulai ketika Jepang
menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor tahun 1941 yang
pada akhirnya menjadi sebuah tindakan paling ceroboh yang dilakukan Jepang sepanjang
sejarahnnya.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 secara resmi Kekaisaran Jepang telah menyerah tanpa
syarat kepada pasukan Sekutu. Hal ini dikarenakan kekalahan Jepang dalam Perang
Dunia II yang diakhiri dengan serangan bom atom Amerika Serikat ke kota Hiroshima
dan Nagasaki. Setelah sebelumnya Jepang telah menerima isi dari Deklarasi Potsdam
sebagai bentuk konsekuensi dari kekalahannya dalam Perang Dunia II. Deklarasi ini
dibuat sebagai bentuk penawaran kepada Jepang yang telah terpojok menjelang akhir
Perang Dunia II agar segera menyerah kepada Sekutu.

Sebagaimana yang dituliskan dalam Truman (1955, hlm. 445), butir-butir


utama dari deklarasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penghapusan paham dan pengaruh militerisme Jepang yang menyebutkan bahwa
Jepang akan menaklukkan dunia dan Sekutu akan menciptakan “Orde Baru” yang
cinta damai.
2. Penjahat-penjahat perang akan diadili secara keras termasuk mereka yang bersikap
kejam terhadap para tawanan.
3. Angkatan Perang Kekaisaran Jepang akan dilucuti senjatanya dan dipulangkan ke
tanah air mereka secara damai untuk memulai hidup baru.
4. Sekutu tidak bermaksud untuk memperbudak bangsa Jepang secara rasial namun
untuk mencegah potensi militerisme dan mengadili penjahat-penjahat perang.
Sebagai perwujudan salahsatu butir utama dari Deklarasi Potsdam, pendudukan Jepang
dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 1945. Dimana 150 personel pasukan Sekutu tiba di
Atsugi, Prefektur Kanagawa.

Pendudukan Sekutu di Jepang secara resmi ditandai dengan penandatanganan Surat


Penyerahan diri Jepang kepada pasukan Sekutu di atas kapal USS Missouri tanggal 2
September 1945. Sebelumnya, pada tanggal 29 Agustus 1945, Presiden Amerika Serikat,
Harry S. Truman telah menunjuk seorang Jenderal yang akan menjadi komandan tentara
Sekutu selama melakukan pendudukan di Jepang. Presiden Truman menunjuk Jenderal
Douglas MacArthur, sebagai Supreme Commander of Allied Powers atau disingkat
SCAP (Joe Lan, 1962 hlm. 288).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Peran perempuan dalam sejarah di Indonesia?
2. Bagaimana Peran Megawati Soekarnoputri di panggung politik Indonesia 1987-2014?
3. Apa Legacy (Warisan) yang diberikan Megawati Soekarnoputri sebagai tokoh politik
perempuan?

C. Tujuan Penulisan
Untuk menjawab pertanyaan penelitian,adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Peran perempuan dalam sejarah di Indonesia
2. Untuk mengetahui Peran Megawati Soekarnoputri di panggung politik Indonesia
1987-2014
3. Untuk mengetahui Legacy (Warisan) yang diberikan Megawati Soekarno putri
Sebagai tokoh politik perempuan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menyerahnya Jepang
Menyerahnya Jepang pada bulan Agustus 1945 menandai akhir Perang Dunia II.
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang secara efektif sudah tidak ada sejak Agustus 1945,
sementara invasi Sekutu ke Jepang hanya tinggal waktu. Walaupun keinginan untuk
melawan hingga titik penghabisan dinyatakan secara terbuka, pemimpin Jepang dari
Dewan Penasihat Militer Jepang secara pribadi memohon Uni Soviet untuk berperan
sebagai mediator dalam perjanjian damai dengan syarat-syarat yang menguntungkan
Jepang. Sementara itu, Uni Soviet juga bersiap-siap untuk menyerang Jepang dalam
usaha memenuhi janji kepada Amerika Serikat dan Inggris di Konferensi Yalta.

Pada 6 Agustus dan 9 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima
dan Nagasaki. Pada 9 Agustus, Uni Soviet melancarkan penyerbuan mendadak ke koloni
Jepang di Manchuria (Manchukuo) yang melanggar Pakta Netralitas Soviet–Jepang.
Kaisar Hirohito campur tangan setelah terjadi dua peristiwa mengejutkan tersebut, dan
memerintahkan Dewan Penasihat Militer untuk menerima syarat-syarat yang ditawarkan
Sekutu dalam Deklarasi Potsdam. Setelah berlangsung perundingan di balik layar selama
beberapa hari, dan kudeta yang gagal, Kaisar Hirohito menyampaikan pidato radio di
hadapan rakyat pada 15 Agustus 1945. Dalam pidato radio yang disebut Gyokuon-hōsō
(Siaran Suara Kaisar), Hirohito membacakan Perintah Kekaisaran tentang kapitulasi,
sekaligus mengumumkan kepada rakyat bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

Pendudukan Jepang oleh Komandan Tertinggi Sekutu dimulai pada 28 Agustus. Upacara
kapitulasi diadakan pada 2 September 1945 di atas kapal tempur Amerika Serikat
Missouri. Dokumen Kapitulasi Jepang yang ditandatangani hari itu oleh pejabat
pemerintah Jepang secara resmi mengakhiri Perang Dunia II. Penduduk sipil dan anggota
militer di negara-negara Sekutu merayakan Hari Kemenangan atas Jepang (V-J Day).
Walaupun demikian, sebagian pos komando terpencil dan personel militer dari kesatuan
di pelosok-pelosok Asia menolak untuk menyerah selama berbulan-bulan bahkan hingga
bertahun-tahun setelah Jepang menyerah. Sejak kapitulasi Jepang, sejarawan terus
berdebat tentang etika penggunaan bom atom. Perang antara Jepang dan Sekutu secara
resmi berakhir ketika Perjanjian San Francisco mulai berlaku pada tanggal 28 April 1952.
Empat tahun kemudian, Jepang dan Uni Soviet menandatangani Deklarasi Bersama
Soviet–Jepang 1956 yang secara resmi mengakhiri perang antara kedua negara tersebut.

B. Kekalahan Jepang
Pendaratan Sekutu di Medan Perang Operasi Samudra Pasifik, Agustus 1942 hingga
Agustus 1945.

Pada tahun 1945, Jepang telah hampir dua tahun berturut-turut mengalami kekalahan
berkepanjangan di Pasifik Barat Daya, kampanye militer Mariana, dan kampanye militer
Filipina. Pada Juli 1944 setelah Saipan jatuh, Jenderal Hideki Tōjō diangkat sebagai
perdana menteri oleh Jenderal Kuniaki Koiso yang menyatakan Filipina sebagai tempat
pertempuran berikutnya yang menentukan. Setelah Filipina jatuh, giliran Koiso yang
diganti oleh Laksamana Kantarō Suzuki. Pada paruh pertama tahun 1945, Sekutu berhasil
merebut Iwo Jima dan Okinawa. Setelah diduduki Sekutu, Okinawa dijadikan daerah
singgahan untuk menyerbu ke pulau-pulau utama di Jepang. Pasca kekalahan Jerman, Uni
Soviet diam-diam mulai mengerahkan kembali pasukan tempur Eropa-nya ke Timur Jauh,
di samping sekitar empat puluh divisi yang telah ditempatkan di sana sejak tahun 1941,
sebagai penyeimbang kekuataan jutaan Tentara Kwantung.

Operasi kapal-kapal selam Sekutu dan penyebaran ranjau di lepas pantai Jepang telah
menghancurkan sebagian besar armada dagang Jepang. Sebagai negara dengan sedikit
sumber daya alam, Jepang bergantung kepada bahan mentah yang diimpor dari daratan
Asia dan dari wilayah pendudukan Jepang di Hindia Belanda, terutama minyak bumi.
Penghancuran armada dagang Jepang, ditambah dengan pengeboman strategis kawasan
industri di Jepang telah meruntuhkan ekonomi perang Jepang. Produksi batu bara, besi,
besi baja, karet, dan pasokan bahan mentah lainnya hanya tersedia dalam jumlah kecil
dibandingkan pasokan sebelum perang.

Kapal tempur Jepang Haruna, karam di tempat bersandarnya di pangkalan angkatan laut
Kure pada peristiwa Pengeboman Kure 24 Juli 1945. Sebagai akibat kerugian yang
dialami, kekuatan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang secara efektif sudah habis. Setelah
serangkaian pengeboman Sekutu di galangan kapal Jepang di Kure, Prefektur Hiroshima,
kapal-kapal perang Jepang yang tersisa hanyalah enam kapal induk, empat kapal
penjelajah, dan satu kapal tempur. Namun, semua kapal tersebut tidak memiliki bahan
bakar yang cukup. Walaupun masih ada 19 kapal perusak dan 38 kapal selam yang masih
dapat beroperasional, pengoperasian mereka menjadi terbatas akibat kekurangan bahan
bakar.

C. Persiapan pertahanan
Menghadapi kemungkinan penyerbuan Sekutu ke pulau-pulau utama Jepang, dimulai dari
Kyushu, Jurnal Perang Markas Besar Kekaisaran menyimpulkan, Kami tidak dapat lagi
memimpin perang dengan ada sedikit pun harapan untuk menang. Satu-satunya jalan
yang tersisa adalah mengorbankan nyawa seratus juta rakyat Jepang sebagai bom hidup
agar musuh kehilangan semangat bertempur.

Sebagai usaha darurat yang terakhir untuk menghentikan gerak maju Sekutu, Komando
Tertinggi Kekaisaran Jepang merencanakan pertahanan Kyushu secara habis-habisan.
Usaha yang dinamakan dengan sandi Operasi Ketsu-Go [10] ini dimaksudkan sebagai
perubahan strategi yang radikal. Berbeda dari sistem pertahanan berlapis seperti yang
dipakai sewaktu menginvasi Peleliu, Iwo Jima, dan Okinawa, kali ini semuanya
dipertaruhkan di pantai. Sebelum pasukan dan perlengkapan didaratkan transpor amfibi di
pantai, mereka akan diserang oleh 3.000 pesawat kamikaze.

Bila strategi ini tidak mengusir Sekutu, Jepang akan mengerahkan 3.500 pesawat
kamikaze tambahan berikut 5.000 kapal bunuh diri Shin'yō disertai kapal-kapal perusak
dan kapal-kapal selam yang masih tersisa hingga kapal terakhir yang operasional untuk
menghancurkan Sekutu. Bila Sekutu menang dalam pertempuran di pantai dan berhasil
mendarat di Kyushu, hanya akan tersisa 3.000 pesawat untuk mempertahankan pulau-
pulau Jepang yang lain. Walaupun demikian, Kyushu akan dipertahankan "hingga titik
darah penghabisan". Strategi membuat pertahanan terakhir di Kyushu didasarkan pada
asumsi bahwa Uni Soviet akan tetap mempertahankan netralitas.

Serangkaian gua digali dekat Nagano di Honshu. Gua-gua yang disebut Markas Besar
Kekaisaran Bawah Tanah Matsushiro tersebut akan dijadikan Markas Angkatan Darat
pada saat terjadinya invasi Sekutu serta rumah perlindungan bagi Kaisar Jepang dan
keluarganya.
D. Dewan Penasihat Militer
Pengambilan keputusan perang Jepang berpusat di Dewan Penasihat Militer yang
beranggotakan enam pejabat tinggi: perdana menteri, menteri luar negeri, menteri
angkatan darat, menteri angkatan laut, kepala staf umum angkatan darat, dan kepala staf
umum angkatan laut. Saat kabinet pemerintah Suzuki terbentuk pada April 1945,
keanggotaan dewan terdiri dari :
a) Kabinet Suzuki, Juni 1945
b) Perdana Menteri Laksamana Kantarō Suzuki
c) Menteri Luar Negeri Shigenori Tōgō
d) Menteri Angkatan Darat Jenderal Korechika Anami
e) Menteri Angkatan Laut Laksamana Mitsumasa Yonai
f) Kepala Staf Umum Angkatan Darat Jenderal Yoshijirō Umezu
g) Kepala Staf Umum Angkatan Laut Laksamana Koshirō Oikawa (kemudian diganti
oleh Laksamana Soemu Toyoda)

Secara hukum, Angkatan Darat dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang memiliki hak
untuk mencalonkan (atau menolak pencalonan) masing-masing menteri. Sebagai hasilnya,
Jepang dapat menghindari pembentukan pemerintahan yang tidak diingini, atau terjadinya
pengunduran diri yang dapat menjatuhkan pemerintah yang sedang berjalan.

Kaisar Hirohito dan Penjaga Cap Pribadi Kaisar Kōichi Kido juga hadir di beberapa
pertemuan, setelah diminta Kaisar. Seperti yang dilaporkan Iris Chang, "Jepang sengaja
menghancurkan, menyembunyikan, atau memalsukan sebagian dari dokumen rahasia
perang yang terjadi karena didirikannya gerakan Zionis yang bertujuan untuk mendirikan
negara mereka"

E. Perbedaan pendapat di kalangan pemimpin Jepang


Kabinet Suzuki, dalam berbagai segi, lebih memilih meneruskan perang. Bagi Jepang,
kapitulasi hampir tidak terpikirkan. Dalam 2000 tahun sejarahnya, Jepang tidak pernah
diinvasi bangsa asing atau kalah dalam perang.[19] Hanya Menteri Angkatan Laut
Mitsumasa Yonai yang diketahui memiliki keinginan untuk mengakhiri perang. Menurut
sejarawan Richard B. Frank:
Walaupun Suzuki pastinya melihat perdamaian sebagai tujuan jangka panjang, ia tidak
memiliki rencana untuk mewujudkannya dalam jangka waktu dekat atau dengan syarat-
syarat yang dapat diterima Sekutu. Komentarnya dalam konferensi negarawan senior
tidak memberikan tanda-tanda dirinya menginginkan berakhirnya perang lebih awal ... ;
Pilihan Suzuki untuk pos-pos kabinet yang paling penting, dengan pengecualian satu
orang, bukanlah juga tokoh pendukung perdamaian.

Seusai perang, Perdana Menteri Suzuki dan pejabat lain dari pemerintahannya mengaku
mereka secara rahasia merundingkan perdamaian, tetapi secara terbuka tidak dapat
mengumumkannya. Mereka mengutip konsep Jepang tentang haragei (seni
berkomunikasi dengan sikap dan kekuatan kepribadian dan bukan melalui kata-kata)
untuk membenarkan ketidakselarasan antara tindakan di muka umum dan kegiatan di
balik layar. Namun, sebagian sejarawan menolak interpretasi ini. Robert J. C. Butow
menulis:

Berdasarkan alasan yang sangat ambigu, pembelaan soal haragei menimbulkan


kecurigaan bahwa dalam masalah politik dan diplomasi, secara sadar menggantungkan
diri pada seni menggertak mungkin dapat dianggap sebagai pengelabuan disengaja yang
diperkirakan didasarkan keinginan mengadu domba untuk keuntungan sendiri. Walaupun
keputusan ini tidak sesuai dengan kepribadian Laksamana Suzuki yang banyak dipuji,
pada kenyataannya dari saat ia diangkat sebagai perdana menteri hingga hari ia
mengundurkan diri, tidak ada seorang pun yang dapat memastikan apa yang berikutnya
akan dikatakan atau dilakukan Suzuki.

Pada Februari 1945, Pangeran Fumimaro Konoe memberi Kaisar Hirohito sebuah
memorandum yang menganalisis situasi dan menyampaikan kepada Hirohito bahwa bila
perang diteruskan, kekaisaran akan menghadapi revolusi internal yang lebih berbahaya
daripada kalah dalam perang.[28] Menurut buku harian Pengurus Rumah Tangga Kaisar
Hisanori Fujita, Kaisar yang menunggu pertempuran menentukan (tennōzan) menjawab
bahwa masih terlalu dini menawarkan perdamaian, "Kecuali kita membuat satu lagi
kemenangan militer." Masih pada bulan Februari tahun yang sama, divisi perjanjian
Jepang menulis tentang kebijakan Sekutu terhadap Jepang mengenai "penyerahan tanpa
syarat, pendudukan, pelucutan senjata, penghapuskan militerisme, reformasi demokrasi,
hukuman bagi penjahat perang, dan status kaisar." Pelucutan senjata oleh Sekutu,
penjatuhan hukuman bagi penjahat perang Jepang, dan khususnya pendudukan dan
penghapusan jabatan kaisar tidak diterima oleh pimpinan Jepang.

Pada 5 April, Uni Soviet mengumumkan tidak akan memperbarui Pakta Netralitas Soviet-
Jepang yang ditandatangani tahun 1941 setelah terjadinya Peristiwa Nomonhan.[34] Pada
Konferensi Yalta Februari 1945, negara-negara Barat yang tergabung dalam Sekutu telah
menyepakati konsesi yang substansial dengan Soviet guna mengamankan janji dari Soviet
untuk menyatakan perang terhadap Jepang tidak lebih dari tiga bulan setelah Jerman
menyerah. Walaupun secara hukum Pakta Netralitas tetap berlaku hingga setahun setelah
Uni Soviet membatalkannya (hingga 5 April 1946), pembatalan sepihak ini secara jelas
tetapi terselubung menunjukkan niat perang Uni Soviet. Menteri Luar Negeri Rusia
Vyacheslav Molotov, di Moskow, dan Yakov Malik, duta besar Soviet di Tokyo,
sungguh-sungguh mencoba meyakinkan Jepang bahwa "masa berlaku Pakta tersebut
belum berakhir".

Menteri Luar Negeri Shigenori Tōgō


Pada serangkaian rapat tingkat tinggi pada bulan Mei 1965, keenam anggota Dewan
Penasihat Militer dengan serius membahas cara mengakhiri perang. Namun tidak seorang
pun dari mereka setuju dengan syarat-syarat yang diajukan Sekutu. Mengingat siapa pun
yang secara terbuka mendukung kapitulasi Jepang terancam bahaya pembunuhan oleh
perwira angkatan darat yang sangat setia, rapat-rapat tersebut tertutup bagi siapa pun
kecuali keenam anggota Dewan Penasihat Militer, Kaisar, dan penjaga cap pribadi kaisar.
Tidak ada perwira eselon dua atau eselon tiga yang diizinkan hadir.[37] Pada rapat-rapat
tersebut, hanya Menteri Luar Negeri Tōgō yang menyadari kemungkinan sekutu negara-
negara Barat sudah membuat konsesi dengan Soviet untuk mengajak mereka berperang
melawan Jepang.[38] Sebagai hasil rapat-rapat tersebut, Tōgō diberi wewenang untuk
mendekati Uni Soviet, meminta mereka untuk tetap mempertahankan netralitas, atau lebih
fantastis lagi, mau membentuk aliansi.[39]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II melawan AS mengakibatkan takhluknya Jepang
terhadap AS. Kekalahan tersebut disebabkan oleh penyerangan yang dilakukan oleh AS
secara tiba tiba dan sama sekali tidak terprediksi oleh Jepang. Serangan tersebut terjadi
pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom di Hirosima dan
Nagasaki. Kedua kota tersebut merupakan kota yang padat penduduknya sehingga apa
yang di terima Jepang akibat dari bom atom itu sangat serius. 2.5 juta korban jiwa
meninggal dan jutaan lainnya masih harus menanggung kesakitan dan luka seumur hidup
akibat dari radiasi bom atom. Pertama kali pengakuan Jepang mengenai kekalahannya
secara formal di lakukan di kapan USS Missouri teluk Tokyo pada tanggal 2 september
1945 di sampaikan oleh Mamoru Shigemitsu dan Gen Umezu yang disebut dengan
Deklarasi Postdam.

Perjanjian lain yang di tanda tangani oleh Jepang adalah Perjanjian San Fransisco pada
tanggal 8 September 1951 dengan di tanda tanganinya Perjanjian San Fransisco
menandakan berakhirnya Perang Dunia II. Perjanjian San Fransisco ini juga ditanda
tangani oleh 49 negara.

Salah satu isi dari perjanjian tersebut adalah agar Jepang berada di bawah pengawasan
AS, berlaku pula untuk militer Jepang. Jepang tidak diberi hak untuk mempunyai
angkatan bersenjata dan harus menutup militernya dengan begitu pula Jepang hanya bisa
mempunyai militer sebagai pertahanan Negara sendiri bukan untuk menyerang ke luar
teritori Jepang.

B. Kritik dan Saran


Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, mungkin banyak kesalahan
disana-sini, seperti pembahasan yang kurang lengkap, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang mendukung agar penulisan makalah untuk kedepan lebih baik dan
lengkap. Selain hendaknya kita mempelajari lebih dalam lagi tentang materi kekalahan
jepang di sekutu ini.
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1990. ”Sosiologi Suatu Pengantar”. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suparno. 1997. “Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan”. Yogyakarta: Kanisius.

Anwar, Yesmil. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai