Anda di halaman 1dari 19

Makalah Konsep Dasar Bumi Antariksa dan Kimia di SD

“Siklus Air, Erosi, dan Abrasi”

Dosen Pengampu:

Dea Stivani Suherman, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh: Kelompok 3

Hafsah Anas 20129032


Latania Yusma Fitas Taftian 20129153
Putih Hati Nurani 20129322

Seksi:

20 BB International Class

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan kemudahan
kepada penulis dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan
Allah, penulis tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa doa dan
salam yang dicurahkan kepada Nabi besar Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam. Penulis
mengucap syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas limpahan rahmat, sehingga
makalah tentang “Siklus Air, Erosi, dan Abrasi” dapat diselesaikan. Makalah ini disiapkan
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar bumi antariksa dan kimia di SD.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan banyak perbaikan karena
kesalahan dan kekurangannya. Penulis terbuka atas kritik dan saran dari pembaca agar
makalah ini bisa lebih baik lagi. Apabila masih banyak kesalahan dalam makalah ini, baik
terkait penulisan maupun isi, penulis mohon maaf. Demikian yang dapat penulis sampaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Padang, 21 April 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 5

1.2 Rumusan Permasalahan ................................................................................................. 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7

2.1 Siklus Air .......................................................................................................................... 7

2.1.1 Defenisi Siklus air .......................................................................................................... 7

2.1.2 Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Air ............................................................ 8

2.1.3 Proses Terjadinya Siklus Air.......................................................................................... 9

2.1.4 Kegunaan/Manfaat Siklus Hidrologi ........................................................................... 10

2.2 Erosi ............................................................................................................................. 12

2.2.1 Pengertian Erosi ........................................................................................................... 13

2.2.2 Penyebab Erosi............................................................................................................. 13

2.2.3 Tahapan Erosi .............................................................................................................. 13

2.2.4 Dampak Terjadinya Erosi ............................................................................................ 13

2.2.5 Proses Terjadinya Erosi ............................................................................................... 14

2.2.6 Jenis-Jenis Erosi ........................................................................................................... 14

2.2.7 Pencegahan Erosi ......................................................................................................... 15

2.3 Abrasi ........................................................................................................................... 16

2.3.1 Pengertian Abrasi ......................................................................................................... 16

2.3.2 Penyebab Abrasi .......................................................................................................... 16

2.3.3 Pencegahan Abrasi ....................................................................................................... 16

3
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 18

3.1 Simpulan ............................................................................................................................ 18

3.2 Saran .................................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air senantiasa akan mengalami siklus daur air yang dimulai dari penguapan air di
permukaan bumi ke atmosfer, membentuk awan, lalu turun lagi ke bumi melalui hujan. Air
yang berada di bumi akan selalu mengalami perputaran. Air akan memperolah beragam
proses yang harus dilaluinya dan selalu berjalan secara berulang. Inilah yang kemudian
menjadi siklus hidrologi atau siklus daur air. Sementara erosi dan abrasi adalah sama-sama
proses pengikisan yang terjadi pada tanah atau batuan. Walaupun begitu, keduanya adalah
proses yang berbeda. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan membahas tentang
siklus air, erosi, dan abrasi.

1.2 Rumusan Permasalahan


1) Apa defenisi siklus air?
2) Apa saja macam- macam dan tahapan proses siklus air?
3) Bagaimana proses terjadinya siklus air?
4) Apa kegunaan/manfaat siklus hidrologi?
5) Apa defenisi erosi?
6) Apa penyebab erosi?
7) Bagaimana tahapan erosi?
8) Bagaimana dampak terjadinya erosi?
9) Bagaimana proses terjadinya erosi?
10) Apa saja jenis- jenis erosi?
11) Bagaimana pencegahan erosi?
12) Apa pengertian abrasi?
13) Apa penyebab abrasi?
14) Bagaimana pencegahan abrasi/

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui defenisi siklus air,
2) Untuk mengetahui macam- macam dan tahapan proses siklus air,
3) Untuk mengetahui proses terjadinya siklus air,
4) Untuk mengetahui kegunaan/manfaat siklus hidrologi,

5
5) Untuk mengetahui defenisi erosi,
6) Untuk mengetahui penyebab erosi,
7) Untuk mengetahui tahapan erosi,
8) Untuk mengetahui dampak terjadinya erosi,
9) Untuk mengetahui proses terjadinya erosi,
10) Untuk mengetahui jenis- jenis erosi,
11) Untuk mengetahui pencegahan erosi,
12) Untuk mengetahui pengertian abrasi,
13) Untuk mengetahui penyebab abrasi,
14) Untuk mengetahui pencegahan abrasi.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Siklus Air
2.1.1 Defenisi Siklus air

Hidrologi berasal dari bahasa Yunani, Hydrologia, yang berarti "ilmu air". Hidrologi
adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, padat, gas) pada, dalam
atau diatas permukaan tanah termasuk di dalamnya adalah penyebaran daur dan perilakunya,
sifat-sifat fisika dan kimia, serta hubungannya dengan unsur-unsur hidup dalam air itu
sendiri. Siklus hidrologi menurut Suyono (2006) adalah air yang menguap ke udara dari
permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan
kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sedangkan siklus
hidrologi menurut Soemarto (1987) adalah gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke
permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain,dan akhirnya mengalir ke laut
kembali. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Siklus atau daur merupakan suatu perputaran
atau lingkaran suatu hal yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan. Siklus
hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk
awal. Daur/siklus hidrologi atau siklus air, atau siklus H2O merupakan sirkulasi yang tidak
pernah berhenti dari air di bumi dimana air dapat berpindah dari darat ke udara kemudian ke
darat lagi bahkan tersimpan di bawah permukaan dalam tiga fasenya yaitu cair (air), padat
(es), dan gas (uap air). Hal ini menunjukkan bahwa volume air di permukaan bumi sifatnya
tetap. Daur hidrologi merupakan salah satu dari daur biogeokimia. Siklus hidrologi
memainkan peran penting dalam cuaca, iklim, dan ilmu meteorologi. Keberadaan siklus
hidrologi sangat significant dalam kehidupan. Meskipun tetap dengan perubahan iklim dan
cuaca, letak mengakibatkan volume dalam bentuk tertentu berubah, tetapi secara keseluruhan
air tetap. Siklus air secara alami berlangsung cukup panjang dan cukup lama. Sulit untuk
menghitung secara tepat berapa lama air menjalani siklusnya, karena sangat tergantung pada
kondisi geografis, pemanfaatan oleh manusia dan sejumlah faktor lain.

Meskipun keseimbangan air di bumi tetap konstan dari waktu ke waktu, molekul air
bisa datang dan pergi, dan keluar dari atmosfer. Air bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lain, seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke atmosfer, oleh proses fisik penguapan,
kondensasi, presipitasi, infiltrasi, limpasan, dan aliran bawah permukaan. Dengan demikian,
air berjalan melalui fase yang berbeda, yaitu cair, padat, dan gas. Siklus hidrologi melibatkan

7
pertukaran energi panas, yang menyebabkan perubahan suhu. Misalnya, dalam proses
penguapan, air mengambil energi dari sekitarnya dan mendinginkan lingkungan. Sebaliknya,
dalam proses kondensasi, air melepaskan energi dengan lingkungannya, pemanasan
lingkungan. Siklus air secara signifikan berperan dalam pemeliharaan kehidupan dan
ekosistem di Bumi. Bahkan saat air dalam reservoir masing- masing memainkan peran
penting, siklus air membawa signifikansi ditambahkan ke dalam keberadaan air di planet kita.
Dengan mentransfer air dari satu reservoir ke yang lain, siklus air memurnikan air, mengisi
ulang tanah dengan air tawar, dan mengangkut mineral ke berbagai bagian dunia. Hal ini juga
terlibat dalam membentuk kembali fitur geologi bumi, melalui proses seperti erosi dan
sedimentasi. Selain itu, sebagai siklus air juga melibatkan pertukaran panas, hal itu
berpengaruh pada kondisi.

Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau
langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
1) Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya
akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, hujan es.
2) Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah
dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi
kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan
tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
3) Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

2.1.2 Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Air


1. Siklus Pendek / Siklus Kecil

8
a. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari

b. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan


c. Turun hujan di permukaan laut
2. Siklus Sedang

a. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari


b. Terjadi evaporasi
c. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
d. Pembentukan awan
e. Turun hujan di permukaan daratan

f. Air mengalir di sungai menuju laut kembali


3. Siklus Panjang / Siklus Besar
a. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b. Uap air mengalami sublimasi
c. .Pembentukan awan yang mengandung kristal es
d. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
e. Pembentukan awan

f. Turun salju

g. Pembentukan gletser

h. Gletser mencair membentuk aliran sungai

i. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut

2.1.3 Proses Terjadinya Siklus Air


Sama seperti proses fotosintesis pada siklus karbon, matahari juga berperan penting
dalam siklus hidrologi. Matahari merupakan sumber energi yang mendorong siklus air,
memanaskan air dalam samudra dan laut. Akibat pemanasan ini, air menguap sebagai uap air
ke udara. 90 % air yang menguap berasal dari lautan. Es dan salju juga dapat menyublim dan
langsung menjadi uap air. Selain itu semua, juga terjadi evapotranspirasi air terjadi dari
tanaman dan menguap dari tanah yang menambah jumlah air yang memasuki atmosfer.
Setelah air tadi menjadi uap air, Arus udara naik mengambil uap air agar bergerak naik
sampai ke atmosfir. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udaranya akan semakin rendah.
Nantinya suhu dingin di atmosfer menyebabkan uap air mengembun menjadi awan. Untuk
kasus tertentu, uap air berkondensasi di permukaan bumi dan membentuk kabut. Arus udara

9
(angin) membawa uap air bergerak di seluruh dunia. Banyak proses meteorologi terjadi pada
bagian ini. Partikel awan bertabrakan, tumbuh, dan air jatuh dari langit sebagai presipitasi.
Beberapa presipitasi jatuh sebagai salju atau hail, sleet, dan dapat terakumulasi sebagai es dan
gletser, yang dapat menyimpan air beku untuk ribuan tahun. Snowpack (salju padat) dapat
mencair dan meleleh, dan air mencair mengalir di atas tanah sebagai snowmelt (salju yang
mencair). Sebagian besar air jatuh ke permukaan dan kembali ke laut atau ke tanah sebagai
hujan, dimana air mengalir di atas tanah sebagai limpasan permukaan.

Sebagian dari limpasan masuk sungai, got, kali, lembah, dan lain-lain. Semua aliran
itu bergerak menuju lautan. sebagian limpasan menjadi air tanah disimpan sebagai air tawar
di danau. Tidak semua limpasan mengalir ke sungai, banyak yang meresap ke dalam tanah
sebagai infiltrasi. Infiltrat air jauh ke dalam tanah dan mengisi ulang akuifer, yang merupakan
toko air tawar untuk jangka waktu yang lama. Sebagian infiltrasi tetap dekat dengan
permukaan tanah dan bisa merembes kembali ke permukaan badan air (dan laut) sebagai
debit air tanah. Beberapa tanah menemukan bukaan di permukaan tanah dan keluar sebagai
mata air air tawar. Seiring waktu, air kembali ke laut, di mana siklus hidrologi kitamulai.

2.1.4 Kegunaan/Manfaat Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi ini merupakan siklus alami yang banyak mengandung manfaat.
Manfaat siklus hidrologi diantaranya :
1. Wash Biosfer

Biosfer merupakan tempat hidup makhluk hidup tumbuhan, hewan termasuk manusia.
Biosfer terdiri dari litosfer (batuan/daratan), hidrosfer (air), dan atmosfer (udara). Dalam
perjalanannya siklus hidrologi melewati ke tiga tempat tersebut, yaitu litosfer, hidrosfer, dan
atmosfer. Air merupakan pelarut universal yang sangat baik, apa yang dilalui akan dilarut
oleh air, kecuali cairan seperti minyak. Pada saat pertama kali air mengalami siklus hidrologi,
air sungai, laut, danau, dsb mengalami penguapan.

Hasil penguapan merupakan air yang relatif bersih. Air bersih ini sebagai bahan dasar
untuk mencuci biosfer. Ketika perjalanan ke atmosfer, air akan melarut partikel debu, gas (NOx,
SOx), aerosol, fume, fog dsb, demikian juga ketika air menjadi titik air awan ataupun presipitasi. Semua yang
ada di atmosfer dilarutkan dan diikat oleh air untuk dibawa ke permukaan bumi, sehinggaatmosfera menjadi
bersih alami. Bahan bawaan air lainnya akan diendapkan secara berlahan di dasar laut. Unsur-unsur hara
batuan tanah akan di dorong dengan gelombang laut menuju pantai sehingga terbentuk delta daratan yang
subur. Bahan-bahan unsur pencemaran yang terbawa air secara alaminya akan terdegradasi dengan sendiri

10
selama tidak melebihi ambang batas kemampuan air atau air akanmelakukan mekanisme pencucuian
dirinya sendiri.
2. Water Move Position
Jumlah air di bumi relatif stabil, tidak bertambah tidak berkurang, hanya posisi / tempat dan
kualitasnya yang berubah. Air secara keseluruhan yang ada di dunia sebanyak 1.362.000.000 km3,
yang terdiri samudra (97,2%), es/gleser (2,15%), air tanah (0,61%), air permukaan (0,05%),
danau air tawar (0,009%), laut / danau asin (0,008%), sungau, atmosfera, dll (0,073%) (Lamb James
C dalam Juli Soemirat, 1996, 79).

Jadi air yang dapat dimanfaatkan langsung sekitar 2,8% air di dunia. Secara teoritis semua air di
bumi kondisinya statis, oleh karena panas matahari, panas bumi, tinggi rendah permukaan bumi,
sehingga air bergerak mengikuti hokum siklus hidrologi. Secara langsung siklus hidrologi
memutar atau memindahkan air dari berbagai tempat. Semula di daratan, di lautan, dipindahkan ke
udara, ke tanah dan sebagainya. Pada masing-masing tempat / posisi air memiliki kemanfaatan yang
berbeda-beda, tergantung dari kemampuan manusia mendayagunakan.

3. Water Suply

Air yang ikut sirkulasi siklus hidrologi hanya 521.000 km3/th, yang berarti 1,427.1015 liter/hari. Bila
penduduk bumi 6 milyar dan kebutuhan air 200 liter/hari, maka akan membutuhkan air 1,2.1012 liter/hari,
sedangkan air yang ikut sirkulasi sebesar 1,427.1015 liter/hari. Jadi masih ada kelebihan air yang dimanfaatkan
oleh tumbuhan dan hewan lainnya yang tidak akan mengganggu kondisi air yang sedang mengalir di sungai,
air bawah tanah, danau, dan keberadaan laut. Dalam sirkulasi hidrologi, airmelalui berbagai tempat. Terutama
di daratan baik yang melalui permukaan atau bawah tanah.
Berdasarkan hitungan di atas jumlah air sangat memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia, hewan
ataupun tumbuhan. Namun memang tiap daerah berbeda-beda kualitas dan kauntitasnya, ada kekurangan,
kecukupan dan kelebihan, tetapi secara total masih sangat mencukupi. Penduduk pegunungan tidak perlu
menuju laut untuk memenuhi kebutuhan airnya, cukup menanti hujan atau aliran permukaan atau
mengambil di pancuran atau di telaga. Pendudukan perkotaan yang datar, cukup mengambil air dari air
bawah tanah atau menjernihkan dari air permukaan. Semua kebutuhan air tercukupi baik dari segi
jumlah maupun tempatnya.
4. Resource Life

Air merupakan kebutuhan mutlak setiap makluk hidup. Tanpa ada air mustahil ada kehidupan. Setelah
bumi terbentuk, kemudian mendingin mengkerut, mulai terbentuk air yang mengisi keriput-keriput bumi.
Titik air baru terbentuk sebagai aktifitas gunung berapi. Air saat itu masih tawar dan belum ada kehidupan.

11
Kemudian karena adanya panas matahari, panas bumi dan sifat air mulailah terbentuk penguapan, awan,
hujan, air tanah, sungai danau, dan laut, sehingga sempurnalah siklus hidrologi.
Kehidupan pertama kali terbentuk dari adanya petir dari pertemuan dua awan, yang mengenai
permukaan air tawar, sinar ultra violet, panas dan sinar radiasi (Hendro Darmodjo, 1984/1985, 4). Saat itu
mulailah terbentuk unsur-unsur kehidupan dan akhirnya terbentuk mahkluk sederhana di dasar air tawar.
Kemudian secara evolusi terjadilah makhluk seperti sekarang ini. Sampai sekarang air merupakan bagian
yang tidak bisa dipisahkan dari suatu makhluk hidup atau kehidupan. Suatu mikroorganisme, bijian kurang
dapat berkembang atau tidak aktif dalam kondisi kering tidak ada air, ketika air ada bijian mulai tumbuh,
mikroorganisme mulai aktif. Bahkan pada litosfer yang kering kerontang, hampir dapat dipastikan
kehidupan di sana berjalan lamban, kurang beraktifitas, lambat berkembang, namun begitu ada air semua
kehidupan menunjukkan jati dirinya sebagai makhluk hidup.
5. Resource Energy

Siklus hidrologi memungkin air hujan jatuh di pegunungan atau dataran tinggi. Oleh karena gravitasi air
mengalir menuju tempat yang rendah. Perbedaan ketinggian daratan yang dilalui air akan mengakibatkan
kekuatan air untuk mengalir lebih kuat, semakin tinggi menuju ke rendah semakin kuat kekuatan air.
Kekuatan air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada kekuatan yang cukup oleh
penduduk dimanfaatkan untuk memutar kincir, menumbuk, sedangkan pada kekuatan yang besar dapat
digunakan untuk memutar turbin penghasil listrik yang dapat dinikmati di rumah kita saat ini.

6. Obyek Wisata

Kabut di pegunungan, air terjun, awan yang tebal, hujan gerimis, danau, aliran sungai, sungai bawah
tanah, stalaktit, stalakmit, mata air, sumur artesis, gelombang laut, semuanya merupakan bagian dari siklus
hidrologi. Keadaan itu semua terbentuk oleh adanya siklus hidrologi ribuan tahun, dan sekarangkeindahannya
dapat dijadikan obyek wisata yang menarik. Dapat dibayangkan bila air tidak mengalir mengikuti siklus
hidrologi, semua keadaan tersebut di atas tidak akan ada.

Manfaat lain adanya siklus hidrologi diantaranya :


1) Sebagai sarana transportasi aliran sungai, lautan, danau
2) Untuk menjadi kelembaban atmosfer maupun litosfer
3) Membentuk musim
4) Mempengaruhi iklim, pergerakan udara/angin
5) Menyebarkan berbagai mikroorganisme, biji-bijian, dsb.

2.2 Erosi

12
2.2.1 Pengertian Erosi
Erosi adalah proses pengikisan batuan, tanah, maupun padatan lainnya yang disebabkan
oleh gerakan air, es, atau angin. Kadangkala banyak yang menyebut erosi sebagai pelapukan.
Akan tetapi antara pelapukan karena cuaca dan erosi tidaklah sama. Pelapukan merupakan
terjadinya penghancuran mineral batuan baik karena suatu proses fisik, kimiawi, atau kedua-
duanya. Erosi yang dialami oleh padatan sebenarnya disebabkan oleh alam (air, angin, dan
sebagainya), tapi ulah manusia membuat erosi yang sudah terjdi kian parah.

2.2.2 Penyebab Erosi

Aktivitas manusia yang memperburuk kondisi lahan yang telah erosi antara lain :

1) Penebangan hutan liar yang menyebabkan hutan gundul tanpa diimbangi penanaman
pohon kembali,
2) konstruksi yang tak tertata,
3) alih fungsi hutan jadi lahan pertambangan, perkebunan, maupun pertanian,
membangun jalan.
4) Hutan yang telah beralih fungsinya menjadi berbagai lahan untuk bercocok tanam,
pertanian, perkebunan, dan lainnya menambah resiko erosi tanah dikarenakan
tanaman yang dibudidayakan di lahan pertanian atau perkebunan memiliki akar yang
lemah, sehingga tidak dapat menjaga struktur tanah tetap kuat.

2.2.3 Tahapan Erosi


a) Detachment. Yaitu proses lepasnya batuan dari massa induk.
b) Transportasi. Yaitu perpindahan batu yang sudah terkikis dari suatu wilayah/kawasan ke
wilayah lainnya.
c) Sedimentasi. Yaitu mengendapnya batu yang terkikis.

2.2.4 Dampak Terjadinya Erosi

 Lapisan tanah atas semakin tipis. Erosi yang terus menerus mengikis tanah akan
berefek pada permukaan tanah atas yang makin tipis.
 Penyebab Banjir. Erosi merupakan salah satu penyebab terjadinya bencana banjir.
Dikarenakan lahan yang erosi akan menurun kemampuannya dalam menyerap air ke
tanah. Air yang meluap dan sukar terserap dengan cepat berdampak pada bencana
banjiryang melanda suatu daerah.

13
 Tanah tidak bisa menyerap air dengan baik. Tanah yang erosi, tentu tidak dapat
menyerap air dengan baik. Ini menyebabkan air di permukaan akan melimpah dan
meluap.
 Sedimentasi sungai. Tanah yang terangkut oleh air yang mengikisnya (pengikisan
tanah akibat erosi oleh air), akan masuk ke sungai dan mengendap di sana, sehingga
terjadi pendangkalan sungai.

2.2.5 Proses Terjadinya Erosi

Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin
diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi merupakan
karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah.
Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya merupakan sedimen,
misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi.
Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga
mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan
rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.

2.2.6 Jenis-Jenis Erosi

Erosi ada beberapa macam menurut proses terjadinya yaitu:

1. Erosi Akibat Gaya Berat

Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi
yang disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan massas. Dalam
proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan penting karena arus air dapat
memindahkan material ke tempat-tempat yang jauh lebih rendah. Proses pembungan massa
terjadi terus menerus baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba sehingga dapat
menimbulkan becana tanah longsor. Lereng pegunungan yang terjal dan mengandung tanah
liat di sekitar daerah yang sudah retak-retak akan sangat rentan terhadap erosi akibat gaya
berat. Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan becana longsor.
2. Erosi oleh Angin

Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan
partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut membentuk suatu formasi, misalnya bukit-

14
bukit pasir di gurun atau pantai. Efek lain dari angin merupakan jika partikel keras yang
terbawa dan bertumbukan dengan benda padat lainnya sehingga menimbulkan erosi yang
disebut dengan abrasi.
3. Erosi oleh Air

Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap
air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang. Aliran air ini sering
menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah
yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul.

Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti aliran sungai yang
deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dapat terkikis. Pasir halus
dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km perjam yang merupakan kecepatan erosi yang
kritis. Air sungai dapat mengikis tepi sungai dengan tiga cara: pertama gaya hidrolik yang
dapat memindahkan lapisan sedimen, kedua air dapat mengikis sedimen dengan
menghilangkan dan melarutkan ion dan yang ketiga pertikel dalam air membentur batuan
dasar dan mengikisnya. Air juga dapat mengikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar
sungai dan lereng atas sungai. Erosi juga dapat terjadi akibat air laut. Arus dan gelombang
laut termasuk pasang surut laut merupakan faktor penyebab terjadinya erosi di pinggiran laut
atau pantai. Karena tenaga arus dan gelombang merupakan kekuatan yang dapat
memindahkan batuan atau sedimen pantai.
4. Erosi oleh Es

Erosi ini terjadi akibat perpindahan partikel-partikel batuan karena aliran es yang terjadi
di pinggiran sungai. Sebenarnya es yang bergerak lebih besar tenaganya dibandingkan dengan
air. Misalnya glacier yang terjadi di daerah dingin dimana air masuk ke pori-pori batuan dan
kemudian air membeku menjadi es pada malam hari sehingga batuan menjadi retak dan
pecah, karena sifat es yang mengembang dalam pori-pori.

2.2.7 Pencegahan Erosi

Erosi tidak dicegah secara sempurna karena merupakan proses alam. Pencegahan erosi
merupakan usaha pengendalian terjadinya erosi yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan bencana. Ada banyak cara untuk mengendalikan erosi antara lain :
 Pengolahan Tanah, Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman
tanaman,penataan tanaman yang teratur akan mengurangi tingkat erosi.

15
 Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi, Dengan membuat tembok batu dengan
kerangkakawat besi di pinggir sungai dapat mengurangi erosi air sungai.
 Penghutanan Kembali, Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula
darikeadaan yang sudah rusak di beberapa tempat.
 Penempatan batu Batu Kasar Sepanjang pinggir pantai.
 Pembuatan Pemecah angin atau Gelombang, Pohon pohonan yang ditanam beberapa
garisuntuk mengurangi kekuatan angin.
 Pembuatan Teras Tanah Lereng, Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan
tanahterhadap gaya erosi.

2.3 Abrasi
2.3.1 Pengertian Abrasi
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Ada yang mengatakan Abrasi sebagai erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi ini dipengaruhi oleh gejala alami dan tindakan manusia.

Tindakan manusia yang mendorong terjadinya abrasi adalah pengambilan batu dan
pasir di pesisir pantai sebagai bahan bangunan. Selain itu penebangan pohon-pohon pada
hutan pantai atau hutan mangrove memacu terjadinya abrasi pantai lebih cepat. Untuk
mencegah terjadinya abrasi pantai perlu dilakukan penanaman mangrove dan pohon- pohon
pada hutan pantai serta memelihara pohon-pohon tersebut dari gangguan manusia.

2.3.2 Penyebab Abrasi

Abrasi pantai diakibatkan oleh dua faktor utama yang disebabkan oleh aktivitas
manusiayaitu:
1) Peningkatan permukaan air laut yang diakibatkan oleh mencairnya es di daerah
kutubsebagai akibat pemanasan global.
2) Hilangnya vegetasi mangrove (hutan bakau) di pesisir pantai. Sebagaimana diketahui,
mangrove yang ditanam di pinggiran pantai, akar-akarnya mampu menahan ombak
sehingga menghambat terjadinya pengikisan pantai. Sayangnya hutan bakau ini
banyak yang telah dirusak oleh manusia. Selain itu dapat juga diakibatkan oleh faktor
bencana alam seperti tsunami.
3) Rusaknya bibir pantai di perairan Indonesia akibat abrasi itu tidak terlepas dari
geologi, kekuatan ombak laut serta pusaran angin.

16
2.3.3 Pencegahan Abrasi
1. Penanaman dan Pemeliharaan Pohon Bakau
Pohon bakau adalah jenis pepohonan pantai yang akarnya menjulur ke dalam air pantai.
Pohon ini lazim ditanam di garis pantai yang sekaligus menjadi pembatas daerah yang berair
dengan daerah pantai yang berpasir. Ketika pohon ini tumbuh dan berkembang, akarnya
akan semakin kuat sehingga dapat menahan gelombang dan arus laut agar tidak sampai
menghancurkan bebatuan atau berbagai macam jenis jenis tanah (pasir) di daerah pantai
kemudian mengikisnya sedikit demi sedikit.
2.Pemeliharaan Terumbu Karang
Terumbu karang di dasar laut dapat mengurangi kekuatan gelombang dan arus laut yang akan
menyentuh pantai. Karena itu, jika tumbuhan dasar laut ini dilestarikan dan dilindungi,
gelombang laut tidak akan seganas biasanya sehingga kemungkinan abrasi pantai dapat
diminimalisir.
3. Pelarangan Tambang Pasir

Regulasi yang demikian sangat berperan penting dalam upaya mengurangi abrasi pantai. Jika
persediaan pasir di laut tetap dalam kategori cukup, air pasang, gelombang atau arus laut
tidak akan banyak menyentuh garis pantai sehingga abrasi bisa dihindarkan karena penyebab
utamanya ‘dihalangi’ menyentuk sasaran.
4. Matras Beton

Matras beton adalah salah satu metode perlidungan untuk abrasi yang terjadi di pesisir pantai
ataupun tepi sungai. Salah satu keunggulan matras beton ini adalah dapat beradaptasi dengan
baik terhadap perubahan deformasi tinggi gelombang air laut yang datang.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Siklus hidrologi menurut Suyono (2006) adalah air yang menguap ke udara dari
permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan
kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Siklus air dapat
dibagi menjadi 3 macam, yaitu siklus pendek, siklus sedang, dan siklus panjang. Manfaat
siklus hidrologi diantaranya: wash biosfer, water move position, water supply, resource life,
resource enercy, dan obyek wisata.

Erosi adalah proses pengikisan batuan, tanah, maupun padatan lainnya yang
disebabkan oleh gerakan air, es, atau angin. Ada tiga tahapan erosi yaitu: detachment,
transportasi, dan sedimentasi. Dampak terjadinya erosi antara lain: lapisan tanah semakin
menipis, penyebab banjir, sedimentasi sungai, dan lainnya. Erosi menurut proses terjadinya,
dapat dibeakan menjadi beberapa macam yaitu; erosi akibat gaya berat, angina, air, dan es.

Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak. Ada yang mengatakan Abrasi sebagai erosi pantai. Abrasi pantai
diakibatkan oleh dua faktor utama yang disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu;
peningkatan permukaan air laut yang diakibatkan oleh mencairnya es di daerah kutub
sebagai akibat pemanasan global dan hilangnya vegetasi mangrove (hutan bakau) di pesisir
pantai, dan lainnya. Beberapa cara untuk mencegah abrasi adalah: penanaman dan
pemeliharaan pohon bakau, pemeliharaan terumbu karang, pelarangan tambang pasir, dan
matras beton

3.2 Saran
This is how we compiled this paper. We hope that readers can understand and take the
values contained in it. And do not forget to also recommend readers to be able to read from
other sources as well so that the knowledge gained is wider and more accurate. And also we
ask our readers to provide suggestions or input to us so that we can learn and we can apply
them.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Siklus Hidrologi. http://referensi.dosen.narotama.ac.id.

Anonim.2011. Siklus Air atau Siklus Hidrologi di Bumi. http://www.adipedia.com.

Anonim.2011. Siklus Hidrologi atau Siklus Air. http://id.shvoong.com.

Azizah, Nurlela. (2012). Siklus Fosfor, Siklus Fosfat dalam Biogeokimia. Tersedia.:
http://kamusq.com/2012/10/siklus-fosfor-Siklus-fosfat- dalam.html Azizah, Nurlela.
(2012). Siklus Karbon, Siklus Carbon dalam Biogeokimia.

Tersedia: http://www.kamusq.com/2012/10/siklus-karbon-Siklus-carbon-dalam.html

Gafatar, S. (2012). Proses Terjadinya Siklus Air. Tersedia: http://sbr.gafatar.org/proses-


terjadinya-siklus-air-sc-16-18/

Darmodjo, Hendro. 1991. Pendidikan IPA 1. Jakarta:Depdikbud

Jasin, Margaretha. 2006. Konsep Dasar IPA. Bandung: UPI Press

Soendjojo, dkk. 2003. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud

19

Anda mungkin juga menyukai