Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR INDUSTRI

TUGAS KELOMPOK

PENGOLAHAN AIR (LANJUTAN)

Dosen Pengampu:
Heny K, ST, MT

Disusun oleh:

Billie Dzaky Y. (21030115060072)


Naila Rahima Fawrin (21030115060076)
Hafiz Rama Devara (21030115060079)
Sergius Mariam A R (21030115060081)
Qurrotun Ayuni K.N. (21030115060083)
Rachma Wahyu Shousan (21030115060092)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan Makalah dengan judul Pengolahan Air (Lanjutan).
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Air
Industri dan juga menambah pengetahuan dalam materi dan juga tentang Pengolahan Air
(Lanjutan).
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan khususnya para
pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang belum kita miliki.

Semarang, 27 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................................................... 2

BAB II. ISI ......................................................................................................................................3

2.1 Adsorpsi ....................................................................................................................................3


2.2 Flokulasi................................................................................................................................... 5
2.3 De-Aerasi ..................................................................................................................................6
2.4 Filtrasi Membran ......................................................................................................................8

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan
lainnya seperti pertanian dan indutri. Oleh karena itu keberadaan air dalam masyarakat
perlu dipelihara dan dilestarikan bagi kelangsungan kehidupan. Air tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan, tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan. Semua orang tahu betul
akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Namun, tidak semua orang berpikir dan
bertindak secara bijak dalam menggunakan air dengan segala permasalahan yang
mengitarinya. Malah ironisnya, suatu kelompok masyarakat begitu sulit mendapatkan air
bersih, sedangkan segelintir kelompok masyarakat lainnya dengan mudahnya
menghambur-hamburkan air (Narita, Kadek, et al, 2011)
Kebutuhan akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk
melestarikan air, sehingga banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan manusia itu
sendiri. Ketidak bertanggung jawaban mereka membuat air menjadi kotor, seperti
membuang sampah ke tepian sungai sehingga aliran sungai menjadi mampet dan akhirnya
timbul banjir jika hujan turun, membuang limbah pabrik ke sungai yang mengkibatkan air
itu menjadi tercemar oleh bahan- bahan berbahaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
diperlukan pengolahan air yang telah tercemar hingga layak digunakan untuk aktivitas
sehari-hari (Said, Nusa Idaman & Wahjono, Heru Dwi, 1999).
Air bersih adalah air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan apabila diminum harus dimasak terlebih
dahulu. Air yang diolah untuk menjadi air bersih berasal dari air permukaan, mata air, dan
air tanah.
Pengolahan air menjadi air bersih terdapat beberapa cara yang salah satunya adalah
dengan pengolahan air secara lanjutan meliputi adsorpsi, flokulasi, de-aerasi dan filtrasi
membran.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1.2.1 Bagaimana Pengolahan Air secara Adsorpsi ?
1.2.2 Bagaimana Pengolahan Air secara Flokulasi?
1.2.3 Bagaimana Pengolahan Air secara De-Aerasi?
1.2.4 Bagaimana Pengolahan Air secara Filtrasi Membran?

1
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui Pengolahan Air secara Adsorpsi
1.3.2 Mengetahui p Pengolahan Air secara Flokulasi
1.3.3 Mengetahui Pengolahan Air secara De-Aerasi
1.3.4 Mengetahui Pengolahan Air secara Filtrasi Membran

1.4 MANFAAT
Diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang Pengolahan Air Lanjutan

2
BAB II
ISI

2.1 ADSORPSI
2.1.1 Pengertian
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas)
terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida
lainnya dengan membentuk suatu larutan.

Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble)


yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu
ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.

Gambar 1

2.1.2 Jenis-jenis Adsorpsi

Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh
gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang
ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap
dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya
yang merupakan fungsi tekanan dan suhu).

Berdasarkan gaya tarik yang terjadi antara adsorbat dengan adsorben, peristiwa adsorpsi
dapat diklasifikasikan menjadi dua (2) jenis, yaitu :

3
Adsorpsi Fisik (Physisorption)
Adsorpsi fisik terjadi karena adanya gaya van der walls dan biasanya adsorpsi ini
berlangsung secara bolak-balik. Ketika gaya tarik-menarik molekul antara zat terlarut
dengan adsorben lebih besar dari gaya tarik-menarik zat terlarut dengan pelarut, maka zat
terlarut akan cenderung teradsorpsi pada permukaan adsorben.
Adsorpsi Kimia (Chemisorption)
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia yang kuat antara adsorben dengan
adsorbat, ikatan ini berlangsung searah (irrreversible). Interaksi suatu senyawa organik
pada permukaan adsorben dapat terjadi melalui tarikan elektrostatik atau pembentukan
ikatan kimia yang spesifik misalnya ikatan kovalen. Sifat-sifat molekul organik seperti
struktur, gugus fungsional dan sifat hidrofobik berpengaruh pada sifat-sifat adsorpsi

Perbedaan antara adsorpsi fisik dan kimia seperti terlihat dalam tabel 3.5. berikut.
Tabel 1. Perbandingan adsorpsi fisik dan kimia
Adsorpsi fisik (Physisorption) Adsorpsi kimia (Physisorption)
Gaya tarik merupakan gaya Vander Waals Gaya tarik merupakan gaya ikatan kimia
Enthalpi adsorpsi rendah (20-40 kJ/mole) Enthalpi adsorpsi tinggi (200-400 kJ/mole)
Temperatur proses rendah Temperatur proses tinggi
Terbentuk multilayer pada proses Terbentuk monolayer pada proses
Proses berjalan bolak-balik (reversible) Proses berjalan searah (irreversible)

2.1.3 Jenis Media Adsorpsi (adsoben)


Berbagai jenis media adsorpsi (adsorben) yang diperkenal dalam proses adsorpsi
diantaranya karbon aktif, batubara aktif, silika gel, zeolit, graphit, polimer, tepung tulang,
dan limbah pertanian (biomass). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi
diantaranya
Keadaan (kondisi) dari adsorbat dan jenis adsorben
Keaktifan dari adsorben
Luas permukaan adsorben
Distribusi ukuran pori adsorben
Kondisi operasi yaitu tekanan, temperatur dan sebagainya

4
2.2 FLOKULASI
2.2.1 Pengertian
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku
yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat.

2.2.2 Prinsip

Dengan pengadukan yang lambat maka flok-flok yang sudah terbentuk dalam
proses koagulasi diperbesar ukurannya, flok-flok akan ke dalam hubungan sehingga
partikel-partikel tersebut saling bertabrakan kemudian melekat dan berubah menjadi
ukuran yang siap turun mengendap dan endapan tersimpan di bak flokulasi.

2.2.3 Mekanisme Reaksi

Setelah terbentuk inti flok, inti flok bergabung menjadi flok berukuran lebih besar
yang memungkinkan partikel dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi flok
besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat adanya
pengadukan lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk
lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada
bak sedimentasi.

Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium
sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit
dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat mengendap. Faktor
utama yang mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah kekeruhan, padatan
tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan
tingkat agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan,
koagulan-pembantu.

2.2.4. Tujuan

Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga


partikel-partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi
ukuran yang siap turun mengendap.

5
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses
penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel
yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-
menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah
mengendap.

2.3 De-AERASI
2.3.1 Pengertian
Deaerasi adalah perlakuan terhadap air untuk menghilangkan gas-gas yang larut
dalam air. Adapun gas-gas yang larut dalam air adalah :

Oksigen ( O2 )
Karbondioksida ( CO2 )
Hidrogen Sulfida ( H2S )

Pengaruh gas CO2 dalam air dapat menyebabkan air bersifat asam. Bila gas ini
terkandung dalam air, maka air menjadi korosif terhadap pipa yang akan membentuk besi
karbonat yang larut. Didalam air yang terkandung 2-50 ppm CO2, air bersifat korosif. Gas
yang mempercepat korosi adalah oksigen, korosif yang terjadi mengakibatkan lubang-
lubang. Untuk menghilangkan gas-gas terlarut seperti oksigen, dapat didilakukan dengan
cara mekanis atau kimiawi.

2.3.2 Metode

Metode deaerasi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Metode deaerasi dengan sisitem pemanasan

Proses deaerasi pemanasan adalah proses pemisahan yang dilakukan dengan


menggunakan peralatan mekanik yang telah dirancang sedemikian rupa yang digunakan
untuk proses kerja sesuai dengan yang diinginkan. Prinsip dasar dari deaerasi dengan
sisitem pemanasan adalah apabila temperature dinaikkan pada air maka kelarutan dari
gas-gas akan berkurang atau turun. Jadi syarat-syarat terjadinya deaerasi secara maksimal
itu sangat tergantung pada temperature. Jika temperature tidak sesuai dengan yang
seharusnya, maka deaerasi tersebut tidak berjalan baik.

2. Metode deaerasi dengan system penambahan zat kimia ( perlakuan kimia )

Deaerasi dengan system penambahan zat kimia adalah dengan cara memasukkan
larutan kimia kedalam air.

6
2.3.3 Deaerator

Deaerator adalah alat yang bekerja untuk membuang gas-gas yang terkandung
dalam air ketel, sesudah melalui proses pemurnian air ( water treatment ). Selain itu
deaerator juga berfungsi sebagai pemanas awal air pengisian ketel sebelum dimasukkan
kedalam boiler. Deaerator bekerja berdasarkan sifat dari oksigen yang kelarutannya pada
air akan berkurang dengan adanya kenaikan suhu.

Deaerator berfungsi untuk menghilangkan oksigen dan gas-gas lainnya yang


terkandung dalam feedwater (air boiler). Perlu diketahui terlebih dahulu, bahwa deaerator
memiliki banyak tipe diantaranya adalah : type monomer deaerator, built-in deaerator,
no-head deaerator, spray type deaerator, vertical deaerator, horizontal deaerator,
tergantung berdasarkan klasifikasinya masing-masing.

Deaerator biasanya terletak pada bagian atas dari ruangan turbin. Sebenarnya
fungsi utama dearator adalah bukan untuk menghilangkan oksigen melainkan
mengurangi kadar/konsentrasi oksigen sehingga berada pada level yang sangat rendah
seolah-olah tidak ada lagi oksigen pada air tersebut.

Deaerator pada prinsipnya hampir sama dengan heater yang lainnya yakni juga
berfungsi untuk pemanasan temperatur feedwater, akan tetapi berbeda dalam hal
prosesnya. Proses perpindahan panas yang terjadi didalam heater adalah perpindahan
panas secara tidak langsung, air dipanaskan oleh steam yang mengalir pada tube-tube
yang ada didalam heater. Sedangkan pada deaerator, perpindahan panas terjadi akibat
dari kontak langsung antara steam dan feedwater.

Berikut adalah pengenalan alat deaerator dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2
7
Alat deaerator ini terdiri dari dua drum dimana drum yang lebih kecil merupakan
tempat pemanasan pendahuluan dan pembuangan gas-gas dari bahan air ketel, sedangkan
drum yang lebih besar adalah merupakan tempat penampungan bahan air ketel yang jatuh
dari drum yang lebih kecil di atasnya. Pada drum yang lebih kecil terdapat spray nozzle
yang berfungsi untuk menyemprot bahan air ketel menjadi butiran-butiran air halus agar
proses pemanasan dan pembuangan gas-gas dari bahan air ketel lebih sempurna. Juga
pada drum yang lebih kecil disediakan satu saluran vent agar gas-gas dapat terbuang (
bersama steam ) ke atmosfer.

Unsur utama dalam menentukan keberhasilan dari proses ini adalah kontak fisik
antara bahan air ketel dengan panas yang diberikan oleh uap. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada proses deaerator adalah :

Jumlah aliran air kondensat


Jumlah aliran bahan air ketel
Tekanan dalam deaerator
Level air dalam deaerator

Jika deaerator tidak dapat bekerja dengan baik, dapat berpengaruh buruk terhadap
sistem air umpan, sistem kondensat, dan juga akan menaikkan pemakaian bahan kimia.
Untuk mencapai efisiensi deaerator yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
:

Pertahankan suhu dan tekanan yang setinggi mungkin sesuai dengan rancangan.
Pastikan steam / uap keluar / venting dari deaerator bahwa oksigen dan gas-gas yang
tidak terkondensasi ikut keluar.
Lakukan inspeksi bagian dalam deaerator untuk memastikan semua komponen tidak
mengalami kerusakan.

2.4 FILTRASI MEMBRAN


2.4.1 Pengertian
Membran ialah suatu teknologi yang di ciptakan untuk bias memisahkan dua fase
dari berbagai macam campuran. Teknologi sudah menjadi topic dalam beberapa tahun
belakangan. Membran dapat bertindak sebagai filter yang sangat spesifik, Hanya
molekul-molekul dengan ukuran tertentu saja yang bisa melewati membran sedangkan
sisanya akan tertahan di permukaan membran.

8
Gambar 3

Pada sistem pengolahan air, kedua fase diantara membran adalah fase cair untuk
memfilter molekul, ion, atau partikel padat terlarut. Air yang akan difilter oleh membran
biasanya disebut feed-stream dan air bersih yang sudah difilter disebut permeate,
sedangkan air yang mengandung kotoran partikel disebut retentate atau concentrate.

Untuk proses pemisahan menggunakan membran umumnya menggunakan gaya


dorong tekanan (pressure driving force) dan perbedaan konsentrasi (concentration
gradients driving force), yang disebut filtrasi membran atau membrane filtration.

2.4.2 Teknik Pemisahan dengan Filtrasi membrane

a. Microfiltration (MF, Mikrofiltrasi)


Istilah microfiltration berasal dari micro artinya kecil, bisa ditujukan pada ukuran
membran pori skala mikro, mikroorganisme atau mikropartikel, dan filtration
artinya pemisahan, sehingga teknologi mikrofiltrasi dapat memisahkan mikroorganisme
seperti bakteri didalam air. Selain itu, membran mikrofiltrasi dapat menyaring padatan
terlarut yang berukuran sekitar 0.05-10 microns. Penggunaan mikrofiltrasi sangat cocok
untuk menurunkan kekeruhan (turbidity) yang disebabkan oleh partikel terlarut dan
mikroorganisme. Material membran yang digunakan dapat berasal dari polimer organik
seperti polipropilen atau polikarbonat, keramik, dan metal alloy. Terdapat 2 mekanisme
pemisahan:
1. Dead-end Microfiltration
Biasa disebut juga conventional process. Aliran air mengarah langsung ke
membran dan partikel padatan akan terakumulasi diatas permukaan membran hingga
dilakukan backwash (cuci terbalik), jika tidak ada backwash maka laju alir dapat
menurun hingga nilainya 0 karena semua partikel padatan menyebabkan blocking
(penutupan pori) sampai menutup semua pori membran. Setelah dilakukan backwash,
9
padatan yang terakumulasi diatas permukaan membran akan dibersihkan dan kemudian
ditampung untuk dibuang.

2. Cross-flow Microfiltration
Aliran air pada cross-flow microfiltration secara turbulen sepanjang membran
sehingga dapat mencegah terjadinya akumulasi partikel padatan diatas permukaan
membran. Jenis membran yang digunakan biasanya berbentuk tabung (misal: tubular
membrane, holow fiber membrane). Air yang tidak terfiltrasi dan mengandung partikel
padatan (retentate) akan dialirkan keluar atau difilter kembali. Istilah cross-flow
digunakan karena aliran air umpan (feed) dan aliran air terfiltrasi (permeate) mengarah
sudut 90 derajat (tangential). Prosess ini sangatlah banyak digunakan dan hasilnya bagus
untuk air umpan yang memiliki konsentrasi tinggi partikel padatan.

Gambar 4

b. Ultrafiltration (UF, Ultrafiltrasi)

Kemampuan pemisahan pada ultrafiltrasi jauh lebih baik dibandingkan


mikrofiltrasi. Istilah ultra secara bahasa berarti yang teramat sangat, dimana semua
mikroorganisme dapat terpisah sempurna termasuk juga makromolekul seperti protein
yang biasanya dihasilkan oleh mikroorganisme, adapun air dan molekul rendah akan
melewati membran. Pada beberapa industri, teknik pemisahan dan pemurnian
makromolekul (103-106 Dalton) dalam larutan akan menggunakan ultrafiltrasi. Secara
prinsipnya, ultrafiltrasi sama dengan mikrofiltrasi dimana terdapat 2 proses mekanisme:
dead-end dan cross-flow. Perbedaan utamanya adalah ukuran pori membran yang jauh
lebih kecil dibandingkan mikrofiltrasi.
Umumnya material yang digunakan untuk membran ultrafiltrasi adalah polimer seperti
polysulfone, polypropylene, cellulose acetate, dan polylactic acid, akan tetapi ada juga
yang menggunakan membran keramik untuk aplikasi suhu tinggi. Gambar dibawah

10
adalah aplikasi membran ultrafiltrasi yang membedakan dengan membran mikrofiltrasi.
Hasil akhir berupa air bersih yang masih mengandung garam-garam terlarut.

Gambar 5

c. Nanofiltration (NF, Nanofiltrasi)


Penggunaan istilah nano mengacu pada pori membran yang berukuran nano
(artinya pangkat -9), yaitu 1-5 nm. Membran nanofiltrasi memiliki kemampuan menahan
ion divalen seperti ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+), akan tetapi dapat
melewatkan ion monovalen seperti ion natrium (Na+) dan ion kalium (K+) . Untuk
senyawa organik dengan berat molekul 200-300 dapat difilter dengan sempurna seperti
sukrosa (gula pasir). Kemampuannya yang sangat spesifik dalam filtrasi menjadikan
nanofiltrasi sebagai pilihan yang tepat terkait dengan efektifitas, kelayakan, dan
ekonomis. Penggunaan nanofiltrasi meliputi demineralisasi, penghilangan senyawa
warna, dan desalting. Design membran biasanya seperti membran reverse osmosis dalam
bentuk spiral wound (lihat gambar dibawah).

Gambar 6

11
d. Reverse Osmosis (RO, Osmosis terbalik)
Peristiwa osmosis banyak terjadi dialam karena disebabkan oleh perbedaan
tekanan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel dimana cairan yang sedikit
mengandung zat terlarut (larutan encer) akan mengalir ke cairan yang banyak
mengandung zat terlarut (larutan pekat). Jika aliran air berlawanan dengan peristiwa
osmosis dimana air mengalir dari larutan pekat ke larutan encer karena diberikan gaya
dorong (driving force) maka disebut osmosis terbalik atau reverse osmosis, yang
disingkat RO (lihat gambar dibawah).

Gambar 7

Membran RO mampu memfilter mulai dari bakteri hingga ion monovalen yang
terkandung didalam air. Ukuran porinya yang sangat kecil kurang dari 1 nm dapat secara
efektif menghasilkan air murni, akan tetapi membutuhkan energi yang besar dengan
tekanan sekitar 50 bar tergantung dari jumlah komponen zat terlarut dalam air, dengan
demikian teknologi RO sedikit berbeda dengan teknologi filtrasi membran mikrofiltrasi,
ultrafiltrasi, atau nanofiltrasi, karena gaya dorong bukan hanya dipengaruhi oleh tekanan
tapi konsentrasi zat terlarut melalui proses difusi. Teknologi membrane RO banyak
digunakan untuk pemurnian air minum dari air laut, penghilangan garam dan material
terlarut lainnya dalam air. Design membran RO berbentuk spiral wound dan gambar
dibawah sebagai ilustrasi proses filtrasi yang dilakukan oleh membran RO.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat
pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan
padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan
membentuk suatu larutan.
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku yang
telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat.
Deaerasi adalah perlakuan terhadap air untuk menghilangkan gas-gas yang larut dalam air
Filtrasi membran ialah suatu teknologi yang di ciptakan untuk bias memisahkan dua fase
dari berbagai macam campuran. Teknologi sudah menjadi topic dalam beberapa tahun
belakangan. Membran dapat bertindak sebagai filter yang sangat spesifik, Hanya molekul-
molekul dengan ukuran tertentu saja yang bisa melewati membran sedangkan sisanya akan
tertahan di permukaan membran.

13
DAFTAR PUSTAKA
Aprilyana, Dini. 2015. Adsorpsi. https://www.scribd.com/document/199081910/Adsorpsi-
Ishotermis-pdf (diakses pada 27 September 2017)
Aryutomo. 2015. Flokulasi. https://dokumen.tips/documents/flokulasi-55c9ca5825a2b.html
(diakses pada 27 September 2017)
Fauziah. 2013. http://luciawenyengineer.blogspot.co.id/2012/03/deaerasi.html (diakses pada 27
September 2017)
Iqshalahuddin. 2016. Filtrasi. https://iqshalahuddin.wordpress.com/2016/05/18/teknologi-
membran/ (diakses pada 27 September 2017)

14

Anda mungkin juga menyukai