Anda di halaman 1dari 34

“ABSORBSI DAN KEHILANGAN AIR PADA

TUMBUHAN’’
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah: Fisiologi Tumbuhan

Dosen Pengampu: Khairuna, M. Pd

Sem. IV/TBIO-1

Disusun Oleh :

Kelompok 1

➢ Yassir Ni’ma Rangga Wiryawan (0310212035)

➢ Bunga Supandi (0310213025)

➢ Neska Fadillah (0310213037)

➢ Salmiyani Azki (0310211007)

➢ Salwa Yurinanda Lubis (0310213029)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puja dan puji syukur kita ucapkan serta hadiahkan kepada Allah SWT
karena atas rahmat, berkah, dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan
bagi penulis sebagai penyusun makalah untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya. Dan tidak lupa pula shalawat serta salam kita hadiahkan kepada
baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam semoga kita mendapat
syafa’atnya di hari kiamat kelak.

Makalah ini merupakan tugas kelompok dari mata kuliah Fisiologi


Tumbuhan yang diampu oleh ibu Khairuna, M. Pd. Dan dengan dibuatnya
tugas ini diharapkan pembaca dapat mengetahui lebih jauh dan mendalam tentang
materi mengenai “Absorbsi dan Kehilangan Air pada Tumbuhan”. Mengenai
penjelasan dan pemaparan lebih lanjut dijelaskan dalam bagian pembahasan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Dan penulis mengucapkan terima


kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan sangat terbuka kami
terima untuk meningkatkan kualitas dari makalah ini.

Medan, 04 Maret 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakang Penulisan...............................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................3

C. Ruang Lingkup Penulisan ..............................................................................3

D. Tujuan Penulisan ............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................4

A. Fungsi dan Sifat Air dalam Tumbuhan ..........................................................4

B. Difusi, Osmosis, Imbibisi dan Plasmolisis.....................................................8

C. Masuknya Air ke dalam Akar ........................................................................18

D. Evaporasi, Transpirasi, dan Gutasi.................................................................21

BAB III PENUTUP ..................................................................................................28

A. Kesimpulan ....................................................................................................28

B. Saran ...............................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................iv

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Difusi .........................................................................................8

Gambar 2.2 Difusi ....................................................................................................10

Gambar 2.3 Proses Osmosis .....................................................................................13

Gambar 2.4 Proses Imbibisi......................................................................................15

Gambar 2.5 Lintasan Pergerakan Air pada Akar Tanaman Menuju Xilem .............19

Gambar 2.6 Proses Gutasi ........................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Perpindahan air dari media tanaman (tanah) ke sel akar dapat kita terima
karena hukum gas melalui difusi, osmosis dan absorbsi, yang juga berlaku
untuk cairan bahkan padatan. Air berdifusi dari larutan encer ke larutan yang
lebih pekat. Absorbsi adalah penyerapan atau pemisahan antara campuran gas
dengan mengikat suatu bahan penyerap ke permukaan cairan yang diperkaya
dengan pelarut. Evapotranspirasi adalah proses dimana air dalam bentuk uap
hilang dari jaringan tanaman melalui stomata. Masuknya air dari dalam tanah
ke dalam sel tumbuhan melalui mekanisme difusi, osmosis dan absorpsi. Air
berdifusi dari larutan encer ke larutan pekat. Hal ini terjadi pada tanah yang
konsentrasi larutan tanahnya lebih rendah daripada konsentrasi pada sel
tumbuhan (akar) (Idrus & Fuadiyah, 2021).
Tanaman secara alami kehilangan air melalui penguapan. Proses
kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Masalah penting dalam
transpirasi adalah difusi uap air dari udara lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Kehilangan air dari daun biasanya melibatkan kekuatan
yang menarik air dari ikatan pembuluh ke daun, yaitu pergerakan air dari
pembuluh darah dari akar ke pucuk dan bahkan dari tanah ke akar. Ada
banyak tahapan di mana air bergerak dan banyak faktor yang mempengaruhi
pergerakannya. Banyaknya uap air yang menguap dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: (1) Faktor yang terkandung dalam tanaman (jumlah daun,
luas daun dan jumlah stomata); (2) Faktor eksternal (suhu, cahaya,
kelembaban dan angin) (Fausan et al., 2020).
Ruang udara antara sel-sel daun mendekati kesetimbangan dengan zat
terlarut dalam serat sel dinding sel. Artinya sel hampir jenuh dengan uap air
meskipun udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi bila ada jalur

1
yang memungkinkan resistansi rendah. Sebagian besar daun ditutupi dengan
epidermis kutikula, yang sangat tahan terhadap difusi air. Namun, stomata
terbuka memiliki resistensi yang rendah dan uap air berdifusi melalui stomata.
Jumlah uap air yang berdifusi dari stomata tergantung pada kecuraman
gradien konsentrasi uap air. Lapisan batas yang tebal memiliki kemiringan
yang lebih rendah dan lapisan batas yang tipis memiliki kemiringan yang lebih
curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapisan penghalang yang tebal
lebih lambat daripada melalui lapisan yang tipis. Angin membawa udara lebih
dekat ke dedaunan dan menipiskan penghalang. Ini menunjukkan mengapa
transpirasi tanaman lebih tinggi di udara dengan banyak angin (Anthara &
Suartha, 2011).
Tingkat penguapan dipengaruhi oleh ukuran tanaman, tingkat CO2,
cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban dan ketersediaan air tanah. Faktor-
faktor ini memengaruhi perilaku stoma, yang membuka dan menutup di bawah
kendali perubahan tekanan turgor sel penutup, yang berkorelasi dengan kadar
ion kalium (K+). Saat stomata terbuka, pertukaran gas terjadi antara daun dan
atmosfer, dan air hilang ke atmosfer. Tingkat penguapan dapat diukur dengan
meteran listrik. Penguapan tidak dapat dihindari bahkan pada tanaman yang
sehat dan penguapan yang berlebihan sangat berbahaya karena tanaman
menjadi layu bahkan mati.
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata, sementara itu terjadi
pada tingkat yang lebih rendah melalui kutikula daun. Transpirasi terjadi
ketika tanaman membuka stomata mereka untuk mengambil karbon dioksida
dari udara untuk fotosintesis. Dapat dikatakan bahwa transpirasi adalah proses
hilangnya air dalam bentuk uap dari jaringan tanaman melalui stomata.
Jaringan tanaman mungkin kehilangan air karena fungsi potensial tanaman,
tetapi proporsi kehilangan ini sangat kecil dibandingkan. Saat menghitung
jumlah besar air yang hilang dari jaringan, tumbuhan biasanya berfokus pada

2
air yang hilang melalui stomata. Proses penguapan berlangsung selama
tanaman hidup.1

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja fungsi dan sifat air dalam tumbuhan?


2. Bagaimanakah proses difusi, osmosis, imbibisi, dan plasmolisis?
3. Bagaimanakah proses masuknya air ke dalam akar?
4. Bagaimana proses evaporasi, transpirasi, dan gutasi?

C. Ruang Lingkup Penulisan

1. Pembahasan mengenai fungsi dan sifat air dalam tumbuhan.


2. Pembahasan mengenai difusi, osmosis, imbibisi, dan plasmolisis.
3. Pembahasan mengenai proses masuknya air ke dalam akar.
4. Pembahasan mengenai evaporasi, transpirasi, dan gutasi.

D. Tujuan Penulisan

1. Untuk melatih penulis agar mampu menyusun tulisan ilmiah yang benar.
2. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan
pembacanya serta memberi sumbangan pemikiran baik berupa konsep
teoritis maupun praktis.
3. Untuk mendukung perkembangan konsep keilmuan maupun pemecahan
masalah mengenai absorbsi dan kehilangan air pada tumbuhan.
4. Untuk menjelaskan serta memaparkan mengenai fungsi dan sifat air dalam
tumbuhan, difusi, osmosis, imbibisi, dan plasmolisis, proses masuknya air
ke dalam akar serta mengenai evaporasi, transpirasi, dan gutasi.

1
Linda Advinda. (2020). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish. Hal: 34.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi dan Sifat Air dalam Tumbuhan


Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan. Banyak
fungsi-fungsi dalam biologi sepenuhnya bergantung pada air dan sifat
kehidupan secara langsung merupakan hasil dari sifat air. Fungsi air yang
paling penting dalam reaksi-reaksi biokimia dalam protoplasma yang
dikontrol oleh enzim. Selain memberi fasilitas bagi berlangsungnya suatu
reaksi biokimia, molekul air dapat berinteraksi secara langsung sebagai
komponen reaktif dalam proses metabolisme di dalam sel.

1. Fungsi Air dalam Kehidupan Tumbuhan


Air memegang peranan sangat penting dalam kehidupan tumbuhan
sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa air. Dalam kehidupannya,
tumbuhan membutuhkan air lebih kurang 500 gram untuk setiap bahan
organik yang dibentuknya. Air tersebut diabsorbsi melalui akar dan
ditransportasikan ke dalam tubuh tumbuhan untuk kemudian diuapkan ke
atmosfer. Jika terjadi sedikit saja ketidakseimbangan air dalam tumbuhan akan
mengakibatkan defisit air dan terganggunya reaksi-reaksi biokimia dan
protoplasma. Salah satu fungsi utama air bagi tumbuhan adalah untuk proses
fotosintesis dan transpirasi. Air menjadi sumber energi dalam proses
fotosintesis.

Air mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung,


hampir semua proses dalam kehidupan tumbuhan. Untuk melangsungkan
proses metabolik yang diperlukan tumbuhan, air memiliki berbagai fungsi di
dalam tanah seperti: seperti pelarut, media transfer unsur hara, sumber
hidrogen, pengatur suhu tanah dan aerasi. Selain itu, bagi tumbuhan berperan

4
mempertahankan suhu dalam tumbuhan sehingga metabolismenya tidak
terganggu.2
Sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang mengakibatkan timbulnya
tekanan pada protoplasma sel dan disebut dengan tekanan turgor. Tekanan
turgor sangat penting untuk berbagai proses fisiologis antara lain perbesaran
sel, pertukaran gas pada daun, transpor hasil fotosintesis pada floem ataupun
proses transpor melewati membran sel. Di samping itu, tekanan turgor juga
berperan dalam kekakuan dan kestabilan mekanis jaringan tumbuhan.3
Air merupakan pelarut terbaik bagi 3 kelompok bahan biologis yang
sangat penting bagi tumbuhan yaitu:

a. Bahan organik yaitu melalui ikatan hidrogen dengan asam amino (protein),
karbohidrat, asam nukleat dan kandungan sel lainnya.
b. Ion-ion yaitu unsur hara yang mampu diserap tumbuhan sebagian besar
berupa ion yang terlarut dalam air.
c. Gas di atmosfer yang berat molekulnya kecil seperti oksigen dan nitrogen.4

Air terus menerus diserap oleh tumbuhan dan seiring dengan hal itu
tumbuhan juga mengalami kehilangan air. Selama kehidupannya, kehilangan
air yang dialami tumbuhan adalah melalui permukaan daun yang disebut
dengan transpirasi. Transpirasi merupakan proses penting untuk melepaskan
panas yang datang dari sinar matahari. Panas yang terlepas bersamaan dengan
molekul air yang menguap ke atmosfer memiliki energi yang lebih tinggi dan
melepaskan ikatan yang mempersatukan molekul-molekul air. Ketika
molekul-molekul ini terlepas, maka tinggallah sekumpulan molekul air dengan
energi yang lebih kecil sehingga air tersebut lebih dingin. Aliran air yang
diabsorbsi akar merupakan cara yang sangat penting untuk menarik mineral
terlarut dari tanah ke permukaan akar.5

2
Linda Advinda. (2020). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish. Hal: 17.
3
Ibid, hal: 18.
4
Ibid, hal: 18.
5
Hefni Effendi. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 24.

5
2. Sifat-Sifat Air dalam Tumbuhan

Air memiliki sifat-sifat yang khas dan penting bagi kehidupan


tumbuhan sehingga memungkinkannya menjadi pelarut dan mudah
ditransportasikan ke seluruh tubuh tumbuhan. Sifat-sifat air tersebut
diantaranya adalah:

a. Berbentuk cair
Air merupakan molekul sederhana yang terdiri dari dua atom
hidrogen dan satu atom oksigen. Kedua jenis atom ini saling terikat dengan
ikatan kovalen yaitu suatu ikatan yang saling menyumbangkan elektron
terluarnya untuk membentuk pasangan sehingga digunakan secara bersama.
Atom oksigen memiliki jumlah elektron terluar sebanyak enam buah, sehingga
ada dua elektron yang bisa membentuk ikatan kovalen dengan atom lain.

b. Panas jenis air relatif besar


Panas jenis air adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu satu satuan massa bahan sebesar 1℃. Energi harus
ditambahkan ke dalam sistem untuk memutuskan ikatan hidrogen antar
molekul air. Dibandingkan zat cair lainnya, air memerlukan energi relatif lebih
besar untuk menaikkan suhunya.

c. Panas laten penguapan yang tinggi


Panas laten penguapan adalah energi yang dibutuhkan untuk
memisahkan molekul-molekul dari bentuk cair ke bentuk gas pada suhu tetap.
Jika 1 gram air berubah menjadi uap air pada suhu 20 ℃ diperlukan energi
sebesar 586 kalori. Energi ini disebut dengan panas laten penguapan. Nilai ini
paling besar untuk semua jenis zat cair yang dikenal. Energi ini dibutuhkan
untuk memutuskan ikatan hidrogen antar molekul air, karena air yang berada
dalam wujud cair mempunyai ikatan hidrogen sangat rapuh. Semakin besar
panas laten penguapan maka semakin besar energi yang diperlukan, artinya air
di dalam tumbuhan dapat membuang energi panas lebih banyak. Hal ini

6
penting mengingat tumbuhan tidak dapat bergerak dan berpindah tempat.
Dengan demikian jika tumbuhan diterpa panas yang terik maka panas tersebut
akan dibuang dengan jalan menguapkan air sehingga suhu tumbuhan tetap
stabil. Tingginya panas laten penguapan air memungkinkan tumbuhan untuk
mendinginkan tubuhnya dengan cara menguapkan air melalui permukaan
daun.

d. Adesi dan kohesi


Sifat polar yang dimiliki air mengakibatkan air dapat tertarik ke
bahan lainnya, seperti pati dan selulosa yang membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul bahan tersebut, sehingga air membasahkan bahan itu. Tarik
menarik antar molekul yang tidak sejenis disebut dengan adesi. Sifat ini sangat
membantu dalam proses transpor air ke xilem. Selain sifat adesi, air juga
memiliki sifat kohesi. Kohesi adalah kemampuan molekul air berikatan antar
sesamanya. Molekul-molekul air bersatu sebagai akibat adanya ikatan
hidrogen. Air memiliki kohesi yang kuat, sehingga masa air dapat
menyambung menjadi satu masa yang menyata. Kohesi pada tumbuhan
berperan pada transpor air yang melawan gravitasi.

e. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah sebuah perilaku permukaan bebas dari
zat cair untuk menyerupai kulit elastis di bawah pengaruh tegangan. Perilaku
ini disebabkan oleh gaya tarik antara molekul-molekul dalam permukaan zat
cair. Molekul air pada batas air udara lebih kuat tertarik oleh molekul air yang
berada di dekatnya daripada oleh air dalam bentuk gas di atasnya. Tegangan
permukaan tidak hanya berperan pada bentuk permukaan, namun juga dapat
menciptakan tekanan pada bagian cairannya.

f. Viskositas (kekentalan)
Zat cair yang berbeda memiliki tingkat viskositas yang berbeda,
misalnya viskositas gliserin berbeda dengan minyak zaitun ataupun asam

7
sulfat. Air memiliki tingkat viskositas yang sangat rendah sehingga dapat
dengan mudah dan cepat mengalir. Zat-zat yang memiliki tingkat viskositas
yang lebih tinggi akan lebih sulit mengalir. Jika terjadi viskositas yang tinggi
di dalam sel maka gerak organel-organel sel akan terganggu, demikian juga
dengan proses-proses pembelahan sel. Viskositas air yang rendah tidak hanya
penting untuk gerak seluler, namun juga untuk sistem sirkulasi.6

B. Difusi, Osmosis, Imbibisi dan Plasmolisis

1. Difusi

a. Pengertian Difusi

Gambar 2.1 Proses Difusi (Sumber: Anthara & Suartha, 2011)

Menurut Dwijoseputro Difusi adalah merupakan penyebaran molekul-


molekul suatu zat yang ditimbulkan oleh energi kinetik. Dimana molekul-
molekul tersebut cendrung menyebar ke segala arah sampai terdapat suatu
konsentrasi yang sama. Difusi zat terjadi dari suatu tempat yang banyak
mengandung molekul-molekul atau tempat yang konsentrasinya pekat
menuju tempat yang sedikit mengandung molekul atau konsentrasi
rendah.7
Difusi dapat diartikan perpindahan zat (padat, cair, dan gas) dari
larutan konsentrasi tinggi (hipertonis) ke larutan dengan konsentrasi
rendah (hipotenis). Dengan kata lain setiap zat akan berdifusi menuruni

6
Linda Advinda. (2020). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish. Hal: 23.
7
D. Dwijoseputro. (1986). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia. Hal: 34.

8
gradien konsentrasinya. Hasil dari difusi adalah konsentrasi yang sama
antara larutan tersebut dinamakan isotonis. Kecepatan zat berdifusi melalui
membran tidak hanya tergantung pada gradien konsentrasi, tetapi juga
pada besar muatan, dan daya larut dalam lemak (lipid)
Difusi adalah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan
akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentarasi
rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk
berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi difusi tergantung perbedaan
konsentrasi dan tekanan hidrostatik. Energi untuk proses difusi adalah
energi kinetik yang normal ditimbulkan akibat pergerakan suatu bahan.
Jika pertikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya
tarik, maka dalam jangka waktu tertentu partikel-pertikel itu akan tersebar
merata dalam ruang yang ada. Sampai distribusi merata seperti itu terjadi
akan terdapat banyak partikel yang bergerak dari daerah tempat partikel
lebih pekat ke daerah yang partikelnya kurang pekat, dan secara
menyeluruh gerakan partikel pada arah tertentu disebut difusi.8
Difusi adalah salah satu cara di mana molekul bergerak masuk dan
keluar dari sel. Molekul memindahkan gradien konsentrasi mereka
melintasi membran sel. Ini tidak mengharuskan sel untuk menggunakan
energi ke pergerakan molekul melalui membran sel dengan difusi bersifat
pasif. Difusi dibuat lebih efisien dengan:
1) Memiliki jarak dekat agar molekul menyebar.
2) Mempertahankan gradien konsentrasi yang curam.
3) Meningkatkan luas permukaan dimana difusi terjadi.

b. Fungsi Difusi
1) Untuk menyamakan konsentrasi media atau benda yang
dicampurkan secara keseluruhan.

8
A. R. Loveless. (1991). Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT.
Gramedia. Hal: 136.

9
2) Difusi, berfungsi untuk mempermudah pertukaran O₂ dan CO₂
pada proses respirasi hewan.
3) Difusi penting untuk sel karena memungkinkan mereka untuk
mendapatkan zat berguna yang mereka butuhkan untuk
mendapatkan energi dan tumbuh, dan memungkinkan mereka
membuang produk limbah.
4) Difusi juga berfungsi untuk organisme tubuh.

c. Proses Difusi

Gambar 2.2 Difusi (Anthara & Suartha, 2011)

Difusi yang melewati membran sel dibagi menjadi dua subtipe yaitu
difusi sederhana dan difusi fasilitasi. Difusi sederhana artinya pergerakan
kinetik molekol atau ion melewati membran sel tidak bereaksi dengan
protein carier yang ada di membran sel. Kecepatan difusi sederhana
ditentukan dari jumlah substansia yang ada, kecepatan gerakan kinetik
bahan, jumlah dan ukuran dari pori pada membran sel yang akan dilewati
oleh bahan itu. Difusi fasilitas memerlukan interaksi bahan dengan carier
protein yang ada di membran sel. Carier protein akan membawa bahan
untuk melewati membran sel dengan mengikat bahan itu secara kimia.
Pada difusi sederhana proses difusi terjadi melalui dua jalan yaitu melalui
lapisan lipid jika zat itu terlarut dalam lemak, dan melalui saluran (chanel)
air/protein.

10
Difusi terjadi bila ada konsentrasi molekul yang tinggi di satu tempat
dan konsentrasi yang lebih rendah di tempat lain. Perbedaan konsentrasi
ini dikenal sebagai gradien konsentrasi. Molekul bergerak dari daerah
yang konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah, yaitu turunan
gradien konsentrasi. Gerak molekul menyebabkan mereka menyebar
secara merata, mencampur sampai konsentrasi di sepanjang ruang yang
tersedia sama. Setelah ini terjadi tidak ada gradien konsentrasi. Difusi
terjadi dengan cara yang sama pada cairan, namun lebih lambat.
Molekul besar berdifusi melalui saluran khusus yang terbuat dari
protein. Semua sel dikelilingi oleh selaput sel. Membran sangat tipis dan
membentuk batas antara sel dan sekitarnya. Sel permukaan membran
mengontrol pergerakan molekul masuk dan keluar sel. Mereka sebagian
permeabel hanya memungkinkan molekul kecil seperti oksigen, karbon
dioksida dan air melewati molekul yang sangat mudah tetapi tidak lebih
besar. Selaput permukaan sel memiliki saluran atau pori-pori untuk
mengambil molekul besar. Sel tumbuhan memiliki dinding sel selain
selaput sel. Dinding sel sepenuhnya permeabel terhadap air dan semua zat
terlarut. Mereka bukan penghalang bagi molekul besar.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Difusi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi difusi, diantaranya suhu
dan zat yang berdifusi. Dengan naiknya suhu, energy kinetic yang
dimiliki oleh suatu zat menjadi lebih tinggi sehingga pergerakan
molekul zat menjadi lebih cepat.

Zat yang memiliki berat molekul kecil akan lebih cepat berdifusi
dibandingkan dengan berat molekul besar. Oleh karena itu, zat yang
paling berdifusi adalah gas. Cairan relative lebih lambat berdifusi
dibandingkan dengan gas. Tidak seluruh molekul dapat berdifusi masuk
ke dalam sel. Pada prinsipnya, pada difusi membran sel bersifat pasif.
Membran sel tidak mengeluarkan energy untuk memindahkan molekul
ke luar maupun ke dalam sel.

11
2. Osmosis

a. Pengertian Osmosis
Osmosis yaitu perpindahan air dari larutan yang mempunyai
konsentarsi rendah ke larutan yang mempunyai konsentrasi tingi melalui
membran semipermiabel. Osmosis adalah berdifusinya zat pelarut dari
larutan yang konsentrasinya rendah ke larutan yang konsentrasinya tinngi
melalui selaput semi permiabel. Osmosis adalah perpindahan ion atau
molekul zat dari kerapatan rendah ke kerapatan tinggi melalui suatu
membran.9
Osmosis adalah peristiwa berpindahnya pelarut dari sebuah larutan
yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah, menuju larutan yang
mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi, melalui membran semi
permiable.
Osmosis adalah bergeraknya molekul air melalui membran
semipermiabel (selektif permiabel) dari larutan berkadar rendah menuju
larutan berkadar tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh
diseluruh bagian tubuh sama. Membran semipermiabel adalah membran
yang dapat dilalui air, namun tidak dapat dilalui oleh zat terlarut seperti
protein. Tekanan yang diperlukan untuk menghentikan proses osmosis
disebut tekanan osmosis.10
Osmosis merupakan difusi air melalui selaput semipermeabel. Air
akan bergerak dari daerah yang mempunyai konsentrasi larutan rendah ke
daerah yang mempunyai konsentrasi tinggi. Tekanan osmosis dapat diukur
dengan suatu alat yang disebut osmometer. Air akan bergerak dari daerah
dengan tekanan osmosis rendah ke daerah dengan tekanan osmosis tinggi.

9
I. Syamsuri. (1999). Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hal: 23.
10
I. M. S. Anthara & Suartha, dan I. N. (2011). Homeostasis Cairan Tubuh pada Anjing dan
Kucing. Buletin Veteriner Udayana, 3(1), 23–37.

12
Membran akan mengerut jika berada pada lingkungan yang mempunyai
konsentrasi larutan lebih tinggi. Pada transpor aktif sangat diperlukan
untuk melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif sangat diperlukan
unutk memelihara keseimbangan molekul-molekul di dalam membran.
Sumber energi untuk transpor aktif adalah ATP (adenosin trifosfat).11

b. Fungsi Osmosis
1) Melarutkan solute hingga terjadi proses ekuilibrium pada kedua
larutan tersebut.
2) Sebagai pergerakan partikel pelarut melintasi membran
semipermeabel dari larutan encer menjadi larutan pekat.
3) Osmosis, berfungsi untuk mempermudah proses penyerapan air
oleh akar
4) Untuk menyeimbangkan konsentrasi larutan yang berpindah dari
konsentrasi tinggi ke rendah.
5) Osmosis berfungsi guna pergerakan air ke sistem akar, yang
memungkinkan tanaman tumbuh dan bertahan hidup.

c. Proses Osmosis

Gambar 2.3 Proses Osmosis (Roza et al., 2013)

11
M. Roza, G. Gusnedi, & R. Ratnawulan. (2013). Kajian Sifat Konduktansi Membran Kitosan
pada Berbagai Variassi Waktu Perendaman dalam Larutan Pb. PILLAR OF PHYSICS, 1, 60–67.

13
Proses osmosis akan berlangsung dari larutan hipotonik menuju larutan
hipertonik atau perpindahan air dari molekul larutan yang potensial airnya
tinggi ke larutan yang potensialnya rendah, melalui membran selektif
potensial (semipermeabel). Proses osmosis bergantung pada perbandingan
konsentrasi larutan yang berada di dalam sel dan di luar sel.
Kecepatan osmosis didasarkan pada beberapa faktor, seperti
konsentrasi solute di dalam larutan, suhu larutan, dan muatan listrik solute
serta perbedaan pada tekanan osmosis. Tekanan pada proses osmosis ini
bergantung pada tingkat konsentrasi molekul di dalam larutan. Jika
konsentrasi molekul cenderung tinggi, maka tekanan osmosis pada larutan
tersebut tinggi. Dengan begitu, air akan tertarik masuk ke dalam larutan
tersebut.

d. Peranan Osmosis dalam Tumbuhan


1) Osmosis membantu penyerapan air pada tanaman.
2) Turgidity organ tanaman tergantung pada air, yang diserap karena
osmosis.
3) Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya disebabkan oleh osmosis.
4) Pembukaan dan penutupan stomata bergantung pada tekanan turgor
pada sel penjaga.
5) Turgidity sel bibit muda memungkinkan mereka keluar dari tanah.

3. Imbibisi

a. Pengertian Imbibisi
Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke suatu zat melalui pori-pori,
imbibisi disebut juga dengan imbibisi atau osmosis penyerapan air. Proses
imbibisi ini berguna untuk perkecambahan biji. Imbibisi merupakan tahap
yang sangat penting yang dapat menyebabkan peningkatan kandungan air
dari benih biji tersebut yang diperlukan untuk meningkatkan perubahan
kimiawi dalam benih biji sehingga benih berkecambah. Imbibisi atau nama
kata latinnya imbi bore artinya menyelundup. Air imbibisi atau disebut air

14
menyelundup ini merupakan suatu zat yang dimaksud dengan imbibisi
dimana merupakan peristiwa perpindahan molekul air didalam suatu zat
melewati pori-pori atau lubang yang cukup besar dan molekul air tersebut
menetap di dalam zat.12

b. Fungsi Imbibisi
1) Untuk peningkatan kandungan air benih yang diperlukan untuk
memicu perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih
berkecambah.
2) Melunakkan kulit biji,embrio dan endorsperm mengembang
sehingga kulit biji robek.
3) Berguna untuk perkecambahan biji.

c. Proses Imbibisi

Gambar 2.4 Proses Imbibisi (Idrus & Fuadiyah, 2021)

Pada proses perkecambahan terjadi proses penyerapan air secara


imbibisi atau osmosis. Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap
pertama biaanya berlangsung sampai jaringan, Penyerapan air pada kedua
benih tersebut tidak sama, karena kulit biji tipis mengandung substrat yang

12
H. A. Idrus, & S. Fuadiyah. (2021). Uji Coba Imbibisi pada Kacang Kedelai (Glycine max) dan
Kacang Hijau (Vigna radiata). Prosiding SEMNAS BIO 2021, 1(4), 710–716.

15
mudah larut dalam air, maka air yang diserap akan lebih banyak dan
sebaliknya. Selain itu semakin kecil tekanan benih dari pada tekanan
larutan, maka semakin besar proses imbibisi (Wusono, S.2015).
Kulit biji (testa) merupakan karakter morfologi penting biji kedelai
karena menentukan proses fisiologis embrio, sekaligus menjadi penutup
dan pelindung embrio ulit biji kedelai terdiri atas tiga lapisan, yakni
epidermis, hipodermis, dan parenkim. Kulit biji berperan dalam
menentukan umlah air yang diserap benih menentukan kecepatan
berkecambah benih derajat dan kecepatan imbibisi air.
Di dalam biji kacang ini, molekul-molekul air mengisi ruang antar sel.
Sehingga merupakan peristiwa absorbsi. Masuknya molekul-molekul air
kedalam biji kacang adalah suatu proses absorbsi atau penyerapan. Di
dalam sel tumbuhan merupakan absorbsi air oleh senyawa pembentuk
protoplasma dan dinding sel, khususnya senyawa yang berukuran
makromolkuler seperti protein, polisakarida, dan lain- lain. Sebagai
respons proses tersebut mencakup difusi dan gerakan kapiler, peristiwa
tersebut hanya dapat berlangsung bila imbiban mengandung celah-celah
submikroskopi yang berfungsi sebagai pipa atau tabung kapiler (Minute
Submicroskopic Capillaries). Air akan bergerak dari daerah yang
mempunyai potensial air tinggi ke daerah yang mempunyai potensial air
yang lebih rendah. Kekuatan yang mengikat molekul air terhadap
makromolekul tersebut adalah ikatan hidrogen dan daya taris lisrik dari
molekul air yang bersifat dipolar. Biji-bijian biasa (kacang polong dan
kacang) memiliki beberapa atribut yang tidak diinginkan, seperti waktu
memasak yang lama, sulit untuk berkecambah (imbibiasi), menjadi
penghambat enzim, phytates, faktor flatus dan senyawa fenolik, yang
harus dilepas atau dieliminasi untuk penggunaan yang efektif. Kekerasan
kacang apapun menyebabkan lebih banyak waktu memasak, lebih banyak
energi serta kurang tersedianya nutrisi dari kacang itu. Oleh karena itu,
perlu cari metode yang cocok untuk mengatasi rintangan ini dengan
mempelajari berbagai perawatan dengan biji ini.

16
Kemampuan benda tadi untuk menyerap air tersebut potensial matriks
atau potensial imbibisi dan prosesnya sering disebut hidrasi atau imbibisi.
Zat organik yang berbeda mempunyai kapasitas imbibisi yang berbeda
pula. Protein mempunyai kapasitas mengimbibisi air sangat tinggi, zat pati
lebih kecil, dan yang paling kecil sellulose. Hal ini mengapa biji yang
mengandung banyak protein mengembang lebih besar dalam imbibisi dari
pada biji yang mengandung banyak zat pati. Misalnya, biji kacang
direndam dalam air maka dalam waktu kira-kira 6 jam, biji kacang akan
kelihatan mengembang. Ini disebabkan karena biji kacang kemasukaan
molekul-molekul air sampai mencapai kodisi yang kenyang dimana tidak
ada difisit air.
Benda-benda yang dapat mengadakan imbibisi dibedakan atas dua
golongan, yaitu mengembang dengan terbatas dan mengembang tak
terbatas. Mengembang dengan terbatas artiya setelah mencapai volume
tertentu benda tersebut mengembang lagi bagian-bagian penyusun benda
itu tetap mempunyai ikatan satu sama lainnya. Hal ini dapat terjadi pada
dinding sel yang jika bersentuhan dengan air akan mengadakan imbibisi
mengembang secara terbatas. Mengembang tak terbatas artinya bagian
yang menyusun benda terlepas atau larut sehingga merupakan suatu koloid
atau sol.

4. Plasmolisis

Plasmolisis adalah lepasnya membran plasma dari dinding sel pada


sel tumbuhan. Jika sel tumbuhan diletakkan dilarutan garam terkonsentrasi
(hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor,
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi
seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik
dimana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya
jarak antara dinding sel dan membran. Oleh karena itu, diperlukan varietas
tahan terhadap kondisi salinitas yang tinggi sehingga lahan marginal

17
diharapkan lebih kondusif dalam peningkatan produksi. Proses plasmolisis
terjadi secara tiga tahap yaitu:
a. Plasmolisis baru jadi: Ini adalah tahap pertama dari Plasmolisis. Pada
tahap ini, air mulai mengalir keluar dari sel; pada awalnya, sel
menyusut dalam volume dan dinding sel menjadi terdeteksi.

b. Plasmolisis jelas: Ini adalah tahap kedua dari Plasmolisis. Pada tahap
ini, dinding sel telah mencapai batas kontraksi dan sitoplasma terlepas
dari dinding sel mencapai bentuk bulat.

c. Plasmolisis akhir: Ini adalah tahap ketiga dan terakhir dari Plasmolisis.
Pada tahap ini, sitoplasma akan sepenuhnya bebas dari dinding sel dan
tetap berada di tengah sel.13

C. Masuknya Air ke dalam Akar


Air mutlak diperlukan bagi makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Air
memiliki sifat yang sangat cocok dan berperan penting dalam fisiologi
tumbuhan. Perannya sangat unik karena sifat fisik dan kimianya. Sifat termal
air yang berasal dari tanaman dalam bentuk cair, dalam kisaran suhu di mana
sebagian besar tanaman dapat melakukan reaksi biologis. Yang paling penting
dari sifat kimia air adalah bahwa air adalah pelarut yang baik. Hampir semua
zat kimia dapat larut dalam air. Air yang diserap tanaman adalah air yang ada
di dalam tanah. Pada semua jenis tanah, partikel-partikelnya dikelilingi oleh
sistem rongga yang kompleks yang disebut pori-pori tanah, yang ukurannya
bervariasi. Pori ini menempati 30% volume lapangan pada tanah berpasir dan
50 µm pada tanah lempung dan dapat dikatakan sebagai reservoir air yang
dapat diisi dan dialirkan.

Potensi air tanah biasanya lebih tinggi daripada potensi air atmosfer.
Perbedaan potensi air tersebut menciptakan kekuatan pendorong untuk
transportasi air dari larutan tanah melalui tanaman ke atmosfer. Seperti halnya

13
S.S. Rajan. (1999). Introductory Modern Biology. Anmol Publications PVT. LTD. Hal: 162.

18
potensial air seluler, potensial air tanah memiliki dua komponen, yaitu
potensial osmotik dan potensial tekanan. Potensi osmotik air tanah biasanya
dapat diabaikan karena konsentrasinya yang sangat rendah. Air bergerak
melalui tanah dengan aliran massa didorong oleh gradien tekanan. Ketika
tanaman menyerap air dari tanah, mereka menumpahkan air dari tanah di
dekat permukaan akar. Hal ini menurunkan potensi tekanan air di area tersebut
dan menciptakan gradien tekanan, di mana area sekitarnya memiliki potensi
tekanan yang lebih tinggi. Karena ruang pori tanah yang berisi air saling
berhubungan, air mengalir melalui pori-pori ini setara dengan permukaan akar
hingga gradien tekanan.

Kecepatan aliran air di dalam tanah ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
besarnya gradien tekanan tanah dan konduktivitas hidrolik tanah.
Konduktivitas tanah adalah ukuran seberapa mudah air menembus tanah,
tergantung pada jenis tanah dan kandungan airnya. Tanah dengan
konduktivitas hidrolik yang tinggi memiliki kapasitas air yang rendah. Seperti
tanah berpasir dengan ruang antar partikel (pori) yang cukup besar.
mengakibatkan daya hantar air yang tinggi, sehingga jenis tanah ini memiliki
daya tampung air yang rendah. Ketika kandungan air tanah (serta potensi air)
menurun, hal ini menyebabkan penurunan konduktivitas air yang tajam.
Pengurangan ini disebabkan oleh pori-pori tanah yang semula terisi air dan
digantikan oleh udara. Udara yang mengisi pori-pori tanah menyebabkan air
mengalir melalui saluran-saluran tersebut hanya pada bagian tepi pori-pori
tanah. Daya hantar air dapat menurun karena semakin banyak pori-pori tanah
yang terisi udara dan semakin sedikit air yang melewati pori-pori tanah.

Air bergerak di tanah terutama oleh aliran massa. Namun, ketika air
menyentuh permukaan akar, pengangkutan air ke dalam jaringan tanaman
menjadi sulit. Sebelum air diangkut ke pucuk tanaman, ada tiga jalur pada
akar tanaman yang dapat dilalui air dari rimpang ke endoderm akar, yaitu
apoplas, transmembran/transeluler, dan simplas.

19
1. Lintasan apoplas. Pada jalur apoplastik ini, air hanya bergerak melalui
dinding sel tanpa menembus membran sel. Transportasi air di sepanjang
jalur ekstraseluler ini terdiri dari bagian akar tanaman yang tidak hidup
(dinding sel dan ruang antar sel). Air masuk melalui difusi. Saat mencapai
endoderm, ligamen Kaspia mencegah air bergerak melalui jalur apoplastik.
Saluran ini adalah zona di dinding radial sel endodermal dengan dinding
sel yang ditebalkan oleh suberin (bahan hidrofobik seperti lilin). Suberin
memblokir pergerakan air dan zat terlarut. Endodermis Bersuber terletak
di bagian akar yang tidak tumbuh dan berada beberapa milimeter di atas
ujung akar. Benang singkong memecah apoplast dan memaksa air dan zat
terlarut melalui endoderm melalui membran plasma. Terakhir, roller
mendapat simpati hingga silinder tengah.
2. Lintasan transmembran/ intraseluler. Di saluran ini, air berturut-turut
memasuki sel dari satu sisi dan keluar dari sisi lain, lalu masuk ke sel lain,
dll. Dengan cara ini, air melewati setidaknya dua membran dalam sel yang
dilaluinya, yaitu membran plasma dan tonoplas.
3. Lintasan sederhana. Dalam jalur simplas ini, air bergerak dari sel ke sel
melalui plasmodesmata. Jalur simplas mencakup semua persimpangan
sitoplasma sel yang dihubungkan oleh plasmodesmata. Sistem rol ini
menyebabkan air mencapai bagian tengah silinder. Jalur aliran air dalam
pengangkutan simplas adalah dari sel-sel rambut akar ke sel-sel korteks,
endoderm, perisikel, dan xilem. Dari sana air siap dialirkan ke batang dan
daun.14

14
Linda Advinda. (2020). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish. Hal: 34-37.

20
Gambar 2.5 Lintasan Pergerakan Air pada Akar Tanaman Menuju Xilem (Opik dan
Rolfe, 2005 dalam Advinda, 2020)

D. Evaporasi, Transpirasi, dan Gutasi

1. Evaporasi

Evaporasi adalah suatu proses berubahnya air menjadi uap atau penguapan
yang terjadi dari permukaan air seperti laut, danau, sungai, genangan di
permukaan tanah dan permukaan air tanah. Proses evaporasi sangat
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan uap, suhu udara, angin, kualitas air dan
permukaan bidang evaporasi.15 Pengukuran besarnya evaporasi dapat
dilakukan dengan berbagai macam teknik, mulai dari pengukuran langsung
dengan panci evaporasi atau perhitungan dengan berbagai metode dan
gabungan keduanya.16

Proses evaporasi dibagi atas dua kejadian yang berkesinambungan,


adalah interface evaporation dan vertical vapor transfer.

15
Evin Aldrian. (2008). Meteorologi Laut Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Badan Metereologi dan Geofisika.
16
E. M. Jesiani, Apriansyah, & R. Adriat. (2019). Model Pendugaan Evaporasi dari Suhu Udara
dan Kelembaban Udara Menggunakan Metode Regresi Linier Berganda di Kota Pontianak. Prisma
Fisika, 7(1), 46–50. https://doi.org/10.26418/pf.v7i1.32515

21
• Interface evaporation merupakan transformasi air menjadi uap air di
permukaan.

• Vertical vapor transfer merupakan proses pemindahan lapisan udara yang


kenyang uap air dari proses interface evaporation.

Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam
dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin
dengan mempertimbangkan estimasi. Estimasi Evaporasi diperlukan dalam
berbagai macam masalah dalam hidrologi, agronomi, kehutanan dan
perencanaan sumber daya lahan, seperti neraca air komputasi, pengelolaan
irigasi, prakiraan aliran sungai, investigasi kimia danau, pemodelan ekosistem,
dll. Dari semua komponen siklus hidrologi, evaporasi mungkin yang paling
sulit diperkirakan karena hingga interaksi yang kompleks antara komponen-
komponen sistem daratan, tumbuhan, dan atmosfer.17

2. Transpirasi
Transpirasi merupakan suatu kemampuan tanaman kehilangan air dalam
bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan
air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi,
tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang
melalui stomata.18 Fungsi transpirasi pada pertumbuhan tanaman untuk
mengetahui kemampuan fotosintesis tanaman dalam kepemilikan terhadap air
tersedia dan membantu proses transport unsur hara dan garam-garam mineral
dari akar menuju batang dan daun. Proses transpirasi dapat terjadi melalui
proses membuka dan menutupnya stomata. Pada kondisi yang memadai,
transpirasi mampu menyediakan air yang cukup. Apabila proses transpirasi
terganggu maka laju transpirasi akan rendah dan menurunkan turgor pada sel

17
A. Fausan, B. I. Setiawan, C. Arif, & S. K. Saptomo. (2020). Analisa Model Evaporasi dan
Evapotranspirasi Menggunakan Pemodelan Matematika pada Visual Basic di Kabupaten Maros.
Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 5(3), 179–196. https://doi.org/10.29244/jsil.5.3.179-196
18
Lakitan Benyamin. (2007). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

22
sehingga proses membuka dan menutupnya stomata terhambat.19 Berikut
adalah faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi proses
transpirasi:

a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain:
1. Penutupan stomata, dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang
hilang lebih banyak tetapi peningkatan kehilangan air lebih sedikit
untuk masingmasing satuan penambahan pelebaran stomata. Banyak
faktror yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata, yang
paling berpengaruh adalah tingkat cahaya dan kelembapan. Pada
sebagian besar tanaman, cahaya dan kelembapan dalam daun yang
rendah, sel-sel pengawal kehilangan tugornya mengakibatkan
penutupan stomata.
2. Jumlah dan ukuran stomata, kebanyakan daun dan tanaman yang
produktif mempunyai banyak stomata pada kedua sisi daunnya.
Jumlah dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip dan
lingkungan.
3. Jumlah daun, semakin luas daerah permukaan daun, makin besar
transpirasi.
4. Penggulungan atau pelipatan daun, banyak tanaman yang mempunyai
mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi
apabila ketersediaan air terbatas.
5. Kedalaman dan proliferasi akar, perakaran yang lebih dalam
meningkatkan ketersediaan air dan proliferasi akar meningkatkan
pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan tanaman.20

19
Handoko Akbar & Rizki Anisa. (2020). Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
20
Ibid, hal: 25-27.

23
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain:
1. Kelembapan
Pada kondisi cerah udara tidak banyak mengandung air. Pada kondisi
tersebut tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi dibandingkan
tekanan uap di luar daun, sehingga molekul-molekul air berdifusi dari
konsentrasi yang tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi rendah (di luar
daun) sehingga melancarkan transpirasi. Sebaliknya jika kondisi udara
banyak mengandung awan maka kebasahan antara bumi dengan awan
itu sangat tinggi. Dengan demikian maka perbedaab kebasahan udara
di dalam dan di luar akan berbeda; keadaan yang demikian ini
menghambat difusi uap air dalam sel ke lingkungan (luar daun) dengan
artian menghambat transpirasi.
2. Temperatur
Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam dan di luar
daun, namun tekanan di dalam daun jauh lebih tinggi dibandingkan di
luar. Akibat dari perbedaan tekanan ini maka uap air di dalam daun
lebih mudah berdifusi ke lingkungan
3. Sinar matahari
Sinar matahari menyebabkan membukannya stomata dan gelap
menyebabkan menutupnya stomata, sehingga banyak sinar berarti
mempercepat laju transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung
panas, maka banyak sinar berarti juga menambah panas dengan
demikian menaikan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada
batas tertentu menyebabkan melebarnya stomata dengan demikian
memperbesar laju transpirasi. Cahaya mempengaruhi laju transpirasi
melalui dua cara, pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun
sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua
dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka
tutupnya stomata.

24
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil
transpirasi sehingga angin menurunkan kelembaban udara di atas
stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika
angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun
akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi. Pada
umumnya angin yang sedang menambah kegiatan transpirasi. Hal ini
dapat dimaklumi karena angin membawa pindah uap air yang
bertimbun-timbun dekat stomata. Dengan demikian maka uap yang
masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk
berdifusi ke luar.
5. Ketersedian air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh ketersediaan airtanahdan laju
absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih
cepat dari pada penyerapan air dari tanah. Hal tersebut menyebabkan
devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada
malam hari terjadi sebaliknya. Jika ketersediaan air tanah menurun
sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke
dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan
defisit air di dalam daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.21

3. Gutasi
Gutasi merupakan roses pengeluaran air dalam bentuk cair melalui sebuah
celah yang disebut hidatoda. Hidatoda, yaitu suatu lubang yang terdapat pada
ujung urat daun yangmemiliki banyak pembuluh xilem. Di dalam lubang itu
terdapat suatu jaringan epilemayang berfungsi sebagai saringan. Setiap
hidatoda terbuka membentuk struktur pori padaepidermis daun. Bagan dalam

21
Barid Burhan. (2007). Kajian Unit Resapan Dengan Lapisan Tanah Dan Tanaman Dalam
Menurunkan Limpasan Permukaan. Jurnal Berkala Ilmiah Teknik Perairan, 13(4): 248-255.

25
pori tersebut disebut disebut epitem, yang tersusun atas sel parenkim. Epitem
tersebut biasanya menempati bagain ujung pembuluh. Bagiansekeliling epitem
terdiri atas jaringan klorenkim. Hidatoda biasanya ditemukan padatanaman
air, herba, dan rumput-rumputan.
Selain itu gutasi juga merupakan suatu proses pelepasan air dalam bentuk
cair dari jaringan daun. Istilah gutasi pertama kali dipakai oleh Burgerstein.
Gutasi terjadi saat kondisi tanah sesuai sehingga penyerapan air tinggi namun
laju penguapan/ transpirasi rendah maupun ketika penguapan air sulit terjadi
karena tingginya kelembaban udara. Proses gutasi terjadi pada struktur daun
mirip stomata yang bernama hidatoda. Gutasi dapat diamati dengan
munculnya tetes-tetes air di tepi daun yang tersusun teratur. Gutasi berfungsi:
a. Sebagai pendukung dari keluarnya titik titik air yang berasal dari dalam
tumbuhan ke daun tumbuhan tersebut sendiri.
b. Menjadi proses yang memiliki peran penting untuk melepaskan zat
maupun kandungan air yang terdapat dalam sebuah batang tumbuhan,
hingga digantikan menggunakan air yang baru yakni yang diserap oleh
akar tumbuhan tersebut.
c. Menjadi proses yang memiliki peran untuk melepaskan kandungan
sejumlah senyawa dalam kandungan mineral.
Proses terjadinya gutasi pada tanaman sangat mungkin terjadi di malam
hari, terlebih menjelang pagi. pada malam hari, ketika transpirasi sangat
rendah atau bahkan nol, sel selakar masih tetap menggunakan energi untuk
memompa ion-ion mineral kedalam xilem. Endodermis yang mengelilingi
stele akar tersebut membantu mencegah kebocoran ion-ion ini keluar dari
stele. kumulasi mineral didalam stele akan menurunkan potensial air. Air akan
mengalir masuk dari korteks akar, menghasilkan suatu tekanan positif
yangmemaksa cairan naik ke xilem. Dorongan getah xilem inilah yang disebut
tekanan akar.
Proses gutasi pada tumbuhan terjadi jika akar mendapat tekanan positif.
Tekanan positif pada akar terjadi jika lingkungan tumbuh akar mendapat
suplay air yang sangat banyak sehingga akar dapat menyerap air secara

26
berlebihan. Telebihan air tersebut seharusnya di lepaskan melalui transpirasi.
Namun jika transpirasi tidak terjadi, karena beberapa faktor seperti
kelembaban udara yang tinggi, maka kelebihan air pada sel-sel tumbuhan
dilepaskan dengan cara gutasi.22

Gambar 2.6 Proses Gutasi (Lakitan, 1995)

22
B. Lakitan. (1995). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Press.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan serta pembahasan yang kami paparkan dapat disimpulkan


bahwa absorpsi adalah penyerapan atau pemisahan antara campuran gas
dengan mengikat suatu bahan penyerap ke permukaan cairan yang diperkaya
dengan pelarut. Tumbuhan mengambil air beserta unsur hara yang terlarut di
dalamnya melalui akar, setelah itu diangkut melalui pembuluh xylem ke
bagian atas tumbuhan, terutama ke daun. Proses dimana air dalam bentuk uap
hilang dari jaringan tanaman melalui stomata disebut transpirasi.

B. Saran

Penyusun makalah ini hanya manusia yang memiliki keterbatasan


ilmunya, yang hanya mengandalkan buku referensi dan rujukan yang telah ada
saja. Oleh karena itu, penyusun menyarankan agar para pembaca yang ingin
mendalami masalah Absorbsi dan Kehilangan Air pada Tumbuhan ini,
diharapkan agar setelah membaca makalah ini, kemudian membaca sumber-
sumber lain yang lebih komplit, yang tidak hanya sebatas membaca makalah
ini saja.
Kami sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar kami bisa
menjadikan saran tersebut sebagai pedoman dikesempatan mendatang.

28
DAFTAR PUSTAKA

Advinda, L. (2020). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish.

Akbar, H & Anisa, R. (2020). Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Intan
Lampung.

Aldrian, E. (2008). Meteorologi Laut Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan


Pengembangan Badan Metereologi dan Geofisika.

Anthara, I. M. S., & Suartha, dan I. N. (2011). Homeostasis Cairan Tubuh pada
Anjing dan Kucing. Buletin Veteriner Udayana, 3(1), 23–37.

Benyamin, L. (2007). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Burhan, B. (2007). Kajian Unit Resapan Dengan Lapisan Tanah Dan Tanaman
Dalam Menurunkan Limpasan Permukaan. Jurnal Berkala Ilmiah Teknik
Perairan, 13(4): 248-255.

Dwijoseputro, D. (1986). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Fausan, A., Setiawan, B. I., Arif, C., & Saptomo, S. K. (2020). Analisa Model
Evaporasi dan Evapotranspirasi Menggunakan Pemodelan Matematika pada
Visual Basic di Kabupaten Maros. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 5(3),
179–196. https://doi.org/10.29244/jsil.5.3.179-196

Idrus, H. A., & Fuadiyah, S. (2021). Uji Coba Imbibisi pada Kacang Kedelai
(Glycine max) dan Kacang Hijau (Vigna radiata). Prosiding SEMNAS BIO
2021, 1(4), 710–716.

Jesiani, E. M., Apriansyah, A., & Adriat, R. (2019). Model Pendugaan Evaporasi
dari Suhu Udara dan Kelembaban Udara Menggunakan Metode Regresi
Linier Berganda di Kota Pontianak. Prisma Fisika, 7(1), 46–50.

iv
https://doi.org/10.26418/pf.v7i1.32515s

Lakitan, B. (1995). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Press.

Loveless, A. R. (1991). Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.


Jakarta: PT. Gramedia.

Rajan, S., S. (1999). Introductory Modern Biology. Anmol Publications PVT.


LTD.

Roza, M., Gusnedi, G., & Ratnawulan, R. (2013). Kajian Sifat Konduktansi
Membran Kitosan pada Berbagai Variassi Waktu Perendaman dalam Larutan
Pb. PILLAR OF PHYSICS, 1, 60–67.

Syamsuri, I. (1999). Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai