Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGARUH KETEBALAN DAUN TERHADAP LAJU TRANSPIRASI PADA DAUN


MONOKOTIL DAN DIKOTIL

Dosen Pengampu: Dr., Ir., Oktavia Sarhesti Padmini, M.si.

Disusun Oleh:

Meisha Vabrizio Hero 134220024

Wulan Ariska 134220076

KELAS PA-G

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NASIONAL PEMBANGUNAN “VETERAN” YOGYAKARTA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Pengaruh
Ketebalan Daun terhadap Laju Transpirasi. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fisiologi Tumbuhan. Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang Pengaruh Ketebalan Daun Terhadap Laju Transpirasi. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Oktavia Sarhesti Padmini selaku dosen pengampu
mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Tidak lupa juga penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya kepada penulis untuk membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya
semoga bisa menambah wawasan dan memberi manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................ii

Daftar Isi....................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Pengertian transpirasi dan laju transpirasi pada tanaman....................................................3


B. peran daun dalam tumbuhan................................................................................................3
C. peran daun dalam proses transpirasi....................................................................................4
D. Pengaruh ketebalan daun dalam laju transpirasi tanaman dikotil .......................................5
E. Pengaruh ketebalan daun dalam laju transpirasi tanaman monokotil..................................5
BAB III PENUTUP...................................................................................................................9

A. Kesimpulan..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumbuhan memiliki mekanisme adaptasi yang berbeda baik secara morfologi
atau fisiologi untuk menyesuaikan diri karena karakteristik lingkungan yang berbeda.
Salah satu tanaman untuk menyesuaikan diri yaitu dengan adanya transpirasi.
Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan
uap atau gas. Transpirasi berperan dalam proses pengangkutan air ke daun dan difusi
air antar sel, penyerapan dan pengangkutan air dan hara, pengangkutan asimilat,
membuang kelebihan air, pengaturan bukaan stomata, dan mempertahankan suhu
daun. Penguapan air melalui stomata daun juga membantu mendinginkan tumbuhan
dan mengatur tekanan osmotik dalam tumbuhan. Transpirasi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik internal maupun eksternal.
Daun tumbuhan bervariasi dalam ketebalan, tekstur, dan morfologi. Variasi ini
dapat ditemukan dalam spesies yang berbeda atau bahkan dalam individu yang sama.
Variasi ketebalan daun dapat mempengaruhi laju transpirasi karena ketebalan daun
memengaruhi sejumlah faktor fisik dan fisiologis yang terlibat dalam proses
transpirasi. Daun yang lebih tebal cenderung memiliki lapisan kutikula (lapisan
pelindung luar) yang lebih tebal. Semakin tebal kutikula, semakin sulit bagi air untuk
menguap dari dalam jaringan daun ke atmosfer, hal ini dapat mengurangi laju
transpirasi. Beberapa daun yang tebal mungkin memiliki kapasitas penyimpanan air
yang lebih besar. Hal ini berarti daun dapat menahan lebih banyak air dalam jaringan,
mengurangi laju kehilangan air melalui transpirasi saat kondisi lingkungan kering.
Stomata yang berlebihan atau tidak cukup dapat mengganggu regulasi
transpirasi, terlalu banyak stomata dapat menyebabkan transpirasi berlebihan,
sedangkan terlalu sedikit stomata dapat menghambat pertukaran gas yang diperlukan
untuk fotosintesis. Masalah dalam regulasi transpirasi dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ini dapat berdampak negatif pada hasil
panen dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, perlu memahami pengaruh ketebalan
daun terhadap laju transpirasi agar membantu kita dalam memahami bagaimana
tumbuhan beradaptasi dengan lingkungannya dan bagaimana mengoptimalkan
penggunaan air dalam pertanian dan pengelolaan sumber daya alam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian transpirasi dan laju transpirasi pada tanaman?
2. Bagaimana peran daun dalam tumbuhan?
3. Bagaimana peran daun dalam proses transpirasi?
4. Bagaimana pengaruh ketebalan daun dalam laju transpirasi tanaman dikotil?
5. Bagaimana pengaruh ketebalan daun dalam laju transpirasi tanaman
monokotil?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian transpirasidan laju transpirasi pada tanaman
2. Mengetahui peran daun dalam tumbuhan
3. Mengetahui peran daun dalam proses transpirasi
4. Mengetahui pengaruh ketebalan daun terhadap laju transpirasi tanaman
dikotil
5. Mengetahui pengaruh ketebalan daun terhadap laju transpirasi tanaman
monokotil
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transpirasi
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak diatas permukaan tanah melewati stomata, lubang
kutikula, dan lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2
terjadi siang hari saat panas melalui stomata dan lentisel. Uap air yang keluar ke
atmosfer pada proses transpirasi berfungsi sebagai pendinginan lingkungan.
Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara
luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh
proses fisiologi tanaman. Jadi, semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat
pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. .
Laju transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi
kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata
(Lakitan 2012). Laju transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, eksternal dan
internal. Faktor eksternal antara lain radiasi cahaya, suhu, kelembapan udara, angin,
dan kandungan air tanah (Dardjat & Arbayah 1996), gradient potensial air tanah
jaringan–atmosfer, serta keberadaan zat-zat toksik di lingkungannya. Faktor internal
antara lain adalah ukuran daun, tebal daun, keberadaan lapisan malam (lilin) pada
permukaan daun, kerapatan bulu pada permukaan daun, jumlah, bentuk, dan lokasi
stomata (Dwidjoseputro 1994), termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis
jaringan, dan laju metabolisme. Sehubungan dengan transpirasi, organ tanaman utama
dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah dijumpai stomata
terbanyak. Daun merupakan organ pokok pada tubuh tanaman tetapi spesies memiliki
tebal, bentuk, dan bagian daun yang berbeda-beda. Daun memiliki struktur mulut
daun yang berguna untuk pertukaran gas O2, CO2, dan uap air dari daun ke alam
sekitar, dan sebaliknya
Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer
atau transpirometer. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula
hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan. faktor yang perlu diperhatikan
dalam mengukur laju transpirasi, yaitu berupa ketebalan daun, karena tebal daun yang
berbeda juga berakibat pada rongga udara internal yang beragam. Namun, hal tersebut
belum dibuktikan secara langsung. Untuk itu perlu ada penelitian lanjutan terkait
ketebalan daun dan laju transpirasi. Penelitian ini bertujuan menetapkan pengaruh
spesies tanaman, bagian tanaman, serta kombinasi antara spesies, bagian tanaman, dan
ketebalan daun pada laju transpirasi tanaman hias monokotil, serta hubungan antara
ketebalan daun dan laju transpirasinya. Air sebagian besar menguap melalui stomata,
sekitar 80% air ditranspirasikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan
bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi. Selain itu transpirasi juga
terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga,
buah, dan akar. Jika transpirasi terjadi secara berlebihan maka akan berakibat
tumbuhan kehilangan banyak air dan layu hingga akhirnya mati.

B. Peran Daun dalam Tumbuhan dan Proses Transpirasi


Daun merupakan alat tubuh yang penting bagi tumbuhtumbuhan karena
banyak proses metabolisme yang terjadi di daun misalnya proses fotosintesis
menghasilkan bahan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh tumbuhan untuk
kelangsungan hidupnya. Peran daun secara umum bagi tumbuhan adalah untuk
Fotosintesis fungsi daun yang utama pada setiap tumbuhan pada dasarnya sama, yaitu
berfungsi sebagai tempat pengolahan zat makanan. Proses pengolahan zat makanan
pada daun ini disebut fotosintesis. Dalam fotosintesis di perlukan air dan karbon
dioksida. Dengan bantuan cahaya matahari, air dan karbon dioksida diubah oleh
klorofil menjadi senyawa organik atau karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat inilah
yang menjadi nutrisi bagi tumbuhan. Selain sebagai tempat fotosintesi daun juga
berperan sebagai Sebagai Organ pernapasan
Stomata yang terdapat pada dua permukaan daun berfungsi sebagai tempat pertukaran
gas (pernapasan). Stomata mengambil CO2 dari udara, sebagai bahan fotosintesis dan
mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Daun juga berperan dalam Proses
Transpirasi Ketika tumbuhan kekurangan atau kelebihan air, maka zat lalin atau
kutikula yang terdapat di permukaan daun dapat melakukan proses penguapan dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Transpirasi terjadi dalam setiap tumbuhan dan
pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun. Ada 2 tipe
transpirasi pada tumbuhan yaitu Transpirasi kutikula yaitu evaporasi yang terjadi
secara langsung yang melalui kutikula epidermis dan Transpirasi stomata yaitu
kehilangan air yang berlangsung melalui stomata dan hampir 97% air yang ada
ditanaman hilang melalui transpirasi stomata. Daun juga sebagai alat
perkembangbiakan vegetatif seperti yang terjadi pada tumbuhan cocor bebek yang
dapat membentuk tunas daun, yakni tunas adventif yang tumbuh pada daun.
Daun berperan utama dalam proses transpoirasi karena daun sebagai tempat
dimana transpirasi berlangsung, morfologi daun tertentu dan proses fisiologis dapat
memengaruhi jumlah radiasi panas yang diserap oleh daun dan bagaimana kalor yang
diserap kemudian dihamburkan. Ciri-ciri morfologis individu tanaman seperti warna
daun, tingkat berbulu daun, rambut dan tebal daun, diketahui memengaruhi suhu
struktur daun (Vaz monteira et al. 2016). Meningkatnya tebal daun (sukulen) terkait
dengan meningkatnya kapasitas simpan kalor pada daun, menyebabkan suhu daun
yang lebih tinggi daripada suhu udara di lingkungan sekitar, sehingga dapat
meningkatkan transpirasi lebih cepat. Bareja (2013) juga menyatakan bahwa tanaman
dengan ukuran daun lebih luas menyerap lebih banyak air dibandingkan dengan yang
kurang luas. Namun, tingkat kehilangan air transpirasi lebih tinggi per unit luas
permukaan daun pada tanaman yang lebih kecil, yang luas daunnya lebih kecil. Hal
ini sejalan dengan penelitian Bosabalidis & Kofodis (2002), bahwa cekaman
kekeringan air ketika bertranspirasi akan mengurangi ketebalan sel mesofil. Jaringan
mesofil merupakan bagian utama yang menyusun helai daun sehingga perubahan
tebal mesofil sangat memengaruhi ketebalan daun. Menurut Campbell et al. (2008),
pembesaran sel adalah suatu proses yang bergantung pada turgor sehingga
kekurangan air akan menghambat pertumbuhan daun muda. Hilangnya turgiditas
dapat menghambat pertumbuhan sel sehingga pertumbuhan tanaman terhambat
(Hamim 2004). Nio et al. (2011) menyatakan bahwa air merupakan pelarut berbagai
garam, gas, dan zat lain yang diangkut antarsel dalam jaringan untuk pertumbuhan sel
dan mempertahankan stabilitas bentuk daun.
C. Pengaruh Ketebalan Daun terhadap Laju Transpirasi Tanaman Dikotil
Ketebalan daun merupakan salah satu faktor internal yang memengaruhi laju
transpirasi (Dwidjoseputro 1983). Ketebalan daun menurun ketika transpirasi
dimulai dan kemudian meningkat ketika menyerap air dari batang dan tanah
(Graham & Noobel 1999). Populasi dalam penelitian ialah enam jenis tanaman hias
dikotil, yaitu pucuk merah (Syzygium paniculatum Gaertn), sambang darah
(Excoecaria cochinchinensis Lour.), rombusa putih (Tabernaemontana divaricata (L.)
R. Br. ex Roem. & Schult.), bunga kertas (Bougainvillea glabra Choisy), erpah
(Aerva sanguinolenta B1), dan puring (Codiaeum variegatum (L.) A. Juss.
Pengukuran ketebalan daun dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah laju
transpirasi pada daun yang berbeda sesuai dengan posisi pada tanaman. Daun dipetik
pada setiap bagian yang telah ditentukan (atas, tengah, dan bawah). Daun
dibersihkan terlebih dahulu menggunakan tisu, selanjutnya daun diiris secara
melintang menggunakan mata pisau cutter dari masing-masing bagian tersebut, hasil
dari irisan diletakkan pada kaca objek, kemudian ditetesi irisan daun tersebut dengan
aquades dan ditutup kaca objek dengan menggunakan kaca penutup atau cover glass,
kemudian diamati preparat di bawah mikroskop yang telah dilengkapi mikrometer
objektif dan okuler. Pengukuran ketebalan daun tersebut dilakukan dengan
menggunakan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi menggunakan perbesaran
10x10 dan pengukuran ketebalan daun diukur dari epidermis atas sampai epidermis
bawah (Alponsin 2017). Pengukuran daun menggunakan rumus:
Ketebalan daun (µm) = Hasil pengukuran tebal X Perbesaran mikrometer (µm)
Pengukuran laju transpirasi dilakukan dengan menggunakan lysimeter
(penimbangan). Metode yang digunakan mengacu pada Muliana (2012) dan Gulo
(2016). Setelah itu Tanaman ditimbang setelah penjemuran selama 30 menit dan
dicatat perubahan bobot dalam logbook penjemuran dan penimbangan dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan. Langkah selanjutnya adalah membuat pola daun dari
tiap-tiap tanaman dengan menggunakan kertas dari sumber yang sama (kertas HVS)
untuk mengetahui luas daun Setiap pola daun yang ada ditimbang, dan untuk
mempermudah penimbangan pola daun yang besar maka pola daunnya dibagi
menjadi 2 bagian. Kemudian dibuat kertas dengan ukuran 2 cm2 , kemudian
ditimbang dan dianalisis data tersebut. Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan Aplikasi SAS diperoleh hasil analisis untuk pengaruh jenis tanaman
dan bagian tanaman pada tanaman hias dikotil.
Hasil analisis pengukuran ketebalan daun disajikan pada Tabel 2. Dapat
dilihat bahwa tanaman yang memiliki ketebalan daun paling besar, yaitu pada
tanaman Puring (Codiaeum variegatum (L.) A. Juss.) dengan ketebalan 119,489 µm,
yang diikuti oleh tanaman Erpah (Aerva sanguinolenta Bi.) dengan ketebalan 95,089
µm, Rombusa putih (Tabernaemontana divaricata (L.) R. Br. ex Roem. & Schult)
dengan ketebalan daun 94,600 µm, Bunga kertas (Bougainvillea glabra Choisy)
dengan ketebalan daun 92,644 µm, Sambang darah (Excoecaria cochinchinensis
Lour.) dengan ketebalan daun 65,511 µm, dan Pucuk merah (Syzygium paniculatum
Gaertn.) dengan ketebalan daun 64,289 µm. Karyati et al. (2017) menyatakan bahwa
ketebalan daun yang berbeda pada masing-masing tanaman dipe-ngaruhi oleh
jumlah dan intensitas paparan cahaya matahari yang diterima. Lakitan (1993)
mengemuka-kan bahwa faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan daun adalah intensitas cahaya, suhu udara, ketersediaan air, dan unsur
hara. Mekanisme perubahan anatomi dan morfologi daun untuk memaksimalkan
penangkapan cahaya dan fotosintesis yang efisien adalah peningkatan luas daun dan
kandungan klorofil, jumlah kutikula, bulu daun, serta tebal daun (Levit 1980).
Ukuran ketebalan daun yang berbeda dikarenakan bahwa setiap jenis tanaman
mempunyai struktur sel epidermis yang berbeda. Perbedaan struktur sel epidermis
yang dimaksud dapat berupa bentuk dan susunan sel epidermis, letak atau
kedudukan stomata terhadap sel tetangga, arah membuka stomata, bentuk stomata,
jumlah sel epidermis dan stomata, jarak antarstomata, dan panjang epidermis dan
stomata (Oktarin et al. 2017).

D. Pengaruh Ketebalan Daun terhadap Laju Transpirasi Tanaman Monokotil


E. Cara perhitungan laju transpirasi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Pujiwati, I. 2019. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jawa Timur: Intimedia.

Anda mungkin juga menyukai