Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

PENGARUH ANGIN DAN SUHU TERHADAP TRANSPIRASI

NAMA : WULAN SYAHRIL


NIM : G011171560
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN A
KELOMPOK : 1
ASISTEN : ANDI BESSE TENRI OLA, SP.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan.
Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal
yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan
untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Di alam, air
yang hilang melalui transpirasi dari daun bisa mencapai lebih dari 90% dari total
air yang diserap oleh tumbuhan tersebut. Artinya sebagian besar air yang diserap
tumbuhan dibuang melalui proses transpirasi. Walaupun demikian jika dilihat dari
produksi bahan kering yang dihasilkan, ada tumbuhan yang relatif efisien dalam
penggunaan air dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya. Semakin besar air
yang diuapkan (diperlukan) untuk memproduksi satu satuan (gram) bahan kering
oleh tumbuhan maka semakin tidak efisien. Rasio besarnya air yang diuapkan per
bahan kering yang dihasilkan tumbuhan disebut sebagai rasio transpirasi.
Tumbuhan C3 memiliki rasio transpirasi lebih besar dari pada tumbuhan C4 dan
tumbuhan CAM. Dengan demikian tumbuhan C4 dan CAM lebih efisien dari
pada tumbuhan C3 dalam penggunaan air.
Laju transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan populasi
tanaman. Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Tiap
vegetasi mempunyai struktur akar dan tajuk yang berbeda-beda. Struktur tajuk,
fisiologi tanaman, indeks luas daun dan conductance stomata berpengaruh
terhadap transpirasi. Volume air tanah yang mampu diserap oleh tanaman sangat
bergantung pada pola perakaran, semakin tinggi penetrasi akar pada tanah maka
akan semakin banyak air yang mampu diserap oleh tanaman sehingga volume air
yang mengalami transpirasi juga semakin tinggi. Perbedaan struktur kanopi dapat
dilihat dari perbedaan struktur batang serta daun yaitu luas daun tanaman, dimana
semakin tinggi indeks luas daun tanaman maka semakin tinggi laju transpirasi
tanaman. Perbedaan kumulasi water loss dan laju transpirasi tiap tanaman
disebabkan oleh karakter tanaman dan stomata yang meliputi luas daun, serta
density dan lebar stomata. Transpirasi dikontrol oleh perilaku membuka dan
menutupnya stomata, dimana perilaku stomata bervariasi menurut jenis tanaman.
Tingkat curah hujan dan temperature merupakan faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman. Laju transpirasi tanaman
bergantung pada curah hujan dimana tingginya curah hujan diikuti oleh
peningkatan laju transpirasi tanaman. Dalam proses transpirasi, air bergerak dari
daun yang mempunyai tingkat kelembaban yang lebih tinggi menuju atmosfir
yang lebih kering sehingga temperature udara mempunyai pengaruh terhadap laju
transpirasi. Temperature tanah juga merupakan faktor pembatas transpirasi
dimana pada suhu dibawah +80 C conductance stomata rendah dan permeabilitas
akar menurun sehingga menghambat laju transpirasi tanaman.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu di lakukan praktikum pengaruh angin
dan suhu pada proses transpirasi tanaman agar mahasiwa lebih mengetahui faktor-
faktor apa saja yang dapat mempengarui proses transpirasi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Menemukan fakta tentang terjadinya transpirasi
b. Mengamati pengaruh angin, suhu, kelembaban, dan cahaya terhadap laju
transpirasi.
c. Mengamati dan membuktikan perbedaan laju transpirasi antara jenis
tanaman.
d. Jumlah air yang di gunakan oleh tanaman perluas daun tanaman.
1.3 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum ini adalag agar mahasiswa dapat mengetahui faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi proses laju transpirasi pada tanaman, dan agar
mahasiswa dapat mengetahui perbedaan laju transpirasi setiap tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transpirasi
Proses penguapan gas oleh tanaman yang di lakukan oleh daun dengan
bantuan stomata di sebut juga proses transpirasi. Hal ini sesuai dengan pendapa
Dwiati, (2010) bahwa transpirasi adalah proses hilangnya uap air dari permukaan
tubuh tumbuhan akibat adanya penguapan (evaporasi). Transpirasi dari
permukaan daun terutama berlangsung melalui stomata. Peristiwa ini lazim
dikenal sebagai transpirasi stomata. Selain itu, sebagian kecil uap air dapat juga
hilang melalui kutikula (transpirasi lentikuler). Berbeda dengan evaporasi, uap air
pada transpirasi tidak meninggalkan permukaan bebas, tetapi harus melewati
epidermis atau stomata. Transpirasi ditentukan oleh faktor yang memengaruhi
pembukaan stomata. Sebagai contoh, kenaikan temperatur daun dapat memacu
evaporasi.
Transpirasi pada tanaman di mulai dari penyerapan air yang di lakukan oleh
akar dan di bawa oleh pembuluh xylem ke seluruh bagian tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sugeng dan Teguh, (2016) bahwa proses transpirasi pada
tanaman dimulai dari absorbsi air tanah oleh akar tanaman yang kemudian
ditransport melalui batang menuju daun dan dilepaskan sebagai uap air ke
atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor karakter vegetasi, karakter
tanah, lingkungan serta pola budidaya tanaman.
Transpirasi mempengaruhi suhu pada tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suyitno, (2006) bahwa transpirasi adalah salah satu mekanisme
pelepasan kelebihan panas tubuh tumbuhan, serta mendorong aliran air tanah
masuk ke jaringan untuk mendapatkan berbagai nutrisi yang dibutuhkan.
Transpirasi juga merupakan mekanisme kontrol keseimbangan dan stabilitas
cairan tubuh. Stabilitas cairan tubuh tanaman terjaga apabila volum penyerapan
air sebanding dengan volum kebutuhan air untuk mempertahankan turgiditas
jaringan (tekanan hidrostatik) dan air untuk mendukung metabolisme serta
stabilisasi suhu jaringannya. Bila transpirasi berlebihan yang tidak seimbang
dengan aliran air yang masuk, maka jaringan akan kehilangan turgiditasnya.
Tumbuhan menjadi layu atau bahkan mengering dan mati.
2.2 Tipe-tipe Transpirasi
Tipe-tipe transpirasi terdiri dari 3 jenis yaitu transpirasi kutikula, transpirasi
stomata, dan transpirasi lentikuler. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudaiyah
(2014) macam-macam transipirasi terbagi atas :
1. Transpirasi Kutikula
Transpirasi ini merupakan (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui
kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada
sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau
kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian
besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
2. Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang
jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel,
dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke
atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang
itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti
terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
3. Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas
yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini
sebesar 0.1 % dari total transpirasi.
2.3 Faktor Internal Dan Eksternal Yang Mempengaruhi Transpirasi
Menurut Dwiati (2010), transpirasi yang besar akan memaksa tumbuhan
untuk melakukan penyerapan dalam jumlah yang besar pula. Faktor-faktor yang
memengaruhi kecepatan transpirasi adalah berikut ini :
1. Faktor Internal
a) Jumlah stomata tiap satuan luas daun
Jumlah stomata bergantung kepada jenis tumbuhan dan faktor lingkungan
pada saat daun itu berkembang. Semakin banyak jumlah stomata yang
terdapat di daun tanaman tersebut maka proses transpirasi juga akan
berlangsung lebih cepat di bandingkan tanaman yang memiliki sedikit
stomata.
b) Struktur anatomi daun
Alat tambahan yang berupa trikoma dapat mencegah penguapan. Selain itu,
penguapan dapat dikurangi dengan terbentuknya lapisan kutikula pada
permukaan daun yang cukup tebal serta letak stomata yang tersembunyi.
c) Potensial osmosis daun
Sel daun mempunyai potensial osmosis (proses perpindahan sel air dengan
tegangan yang berbeda) yang tinggi sehingga air tidak mudah mengalai
penguapan.
2. Faktor Eksternal
a) Kelembaban udara
Apabila kelembaban udara rendah maka selisih potensial air antara rongga
substomater dan udara sekitar menjadi besar. Akibatnya, akan terjadi
penguapan dengan cepat dan difusi uap air ke udara berlangsung makin
cepat.
b) Temperatur
Kenaikan temperatur akan mempercepat proses transpirasi pada tanaman
karena mempengaruhi proses evaporasi dari permukaan mesofil meningkat.
c) Angin
Angin dapat memindahkan uap air dari permukaan daun ke seluruh tanaman
sehingga kelembaban udara pada tanaman mengalami penurunan.
d) Ketersediaan air
Apabila jumlah air yang terdapat di lingkungan terbatas maka transpirasi
akan berkurang. Karena proses transpirasi membutuhkan air untuk
melakukan proses pertukaran gas.
2.4 Mekanisme Toleransi Tanaman Pada Proses Transpirasi
Mekanisme toleransi tanaman yang dapat di lakukan adalah mengurangi laju
transpirasi pada tanaman dengan cara menutup stomata pada daun. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sujinah (2016) tanaman merespon kekurangan air dengan
mengurangi laju transpirasi untuk penghematan air. Kekurangan air pada daun
akan menyebabkan sel-sel tanaman kehilangan turgor. Mekanisme yang dapat
memperlambat laju transpirasi atau menurunkan dampak kehilangan air adalah
dengan cara menutup stomata, dan memperkecil luas permukaan daun dengan
penggulungan daun Namun, penutupan stomata akan menghambat proses
pertukaran CO2 dan O2 dari jaringan tanaman dengan atmosfer sedangkan
memperkecil luas permukaan daun akan memperkecil tangkapan radiasi surya,
yang keduanya berdampak terhadap penurunan volume fotosintesis. Karakter
fisiologis yang berhubungan dengan ketahanan tanaman terhadap cekaman
kekeringan adalah penurunan transpirasi dengan mengurangi jumlah stomata dan
meningkatkan fotosintesis dengan cara meningkatkan kandungan klorofil.
Mekanisme adaptasi tanaman terhadap kekeringan untuk mengurangi laju
proses transpirasi tanaman adalah dengan cara menghindar dapat dilakukan
melalui akar, daun dan kutikula. Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsuddin
(2012) mekanisme lewat akar tanaman dilakukan dengan memperluas sistem
perakaran dan meningkatkan penyerapan air, sedangkan mekanisme melalui daun
dan kutikula bertujuan untuk mengurangi kehilangan air. Beberapa contoh
mekanisme lewat daun seperti pengurangan luas daun, percepatan penuaan daun
dewasa, pengeringan daun pucuk muda, penggulungan daun, perubahan posisi
daun, mengurangi jumlah dan ukuran stomata. Cara adaptasi lain adalah dengan
menurunkan kehilangan air dengan cara menghasilkan helaian daun yang kecil,
kondisi ini akan meningkatkan pemindahan bahan melalui konveksi, menurunkan
suhu daun sehingga akan menurunkan tranpirasi.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum pengaruh angin dan suhu terhadap transpirasi dilaksanakan di
Laboratorium Ekofisiologi dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar pada hari Sabtu, 5 Oktober 2019 pukul 13.00 WITA
sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spoit ukuran besar, pipet ukur
1 ml, lampus sorot, kipas angin kecil, hand sprayer, gunting, pulpen, cutter, tiang
penyangga, penjepit tabung, penjepit kertas, dan lap.
Bahan yang digunakan yaitu air dan tanaman cabai, aluminium foil, selang
plastik transparan, selotip bening, vaselin, wrapping, dan kertas
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur kerja praktikum ini yaitu :
1. Membersihkan alat dengan menggunakan lap kasar dan lap halus
2. Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk setting alat transpirometer
3. Mengatur alat respirometer
4. Membuat penutup spoit dari steroform yang diberi lubang di tenghanya
sesuai diameter tanaman yang akan digunakan
5. Mencabut tanaman preparat secara hati-hati dari media, kemudian
membersihkan akar tanaman dari tanah
6. Memasang sumbat spoit pada pangkal batang dengan membelah sumbat
spoit, kemudian memasang pada spoit secara rapi
7. Mengoleskan vaselin pada penutup spoit dan yakinlah bawa tidak ada
kebocoran
8. Membungkus rapi penutup dengan kertas aluminium sehingga tidak ada
lagi kebocoran
9. Memasukkan air dengan menggunakan spoit dari ujung selang sampai pada
batas sumbat gabus pada spoit sehingga akar seluruhnya terendam air
kemudian menjepit dengan penjepit kertas
10. Memasang pipet ukur dengan rapi pada ujung selang, kemudian
mengoleskan vaselin pada pertemuan selang dengan pipet ukur
11. Pada pengukuran pengaruh angin, menggunakan kipas angin kecil dan
memposisikan kipas angin sekitar 50-75 cm dari transpirometer menghadap
ke daun tanaman
12. Pada pengukuran pengaruh cahaya, menggunakan lampu sorot dan
memposisikan lampu sorot sekitar 40 cm dari transpirometer menghadap ke
daun tanaman
13. Pada pengukuran pengaruh kelembaban daun, menyungkup tanaman dengan
menggunakan plastik transparan kemudian menyemprotkan air dengan hand
sprayer pada daun tanaman, kemudian mengikat kantong plastik sehingga
daun tetap lembab
14. Mencatat posisi air dalam pipet ukur pada semua instrument yang sudah
diset sebagai data awal (0 menit), kemudian menghidupkan lampu sorot dan
kipas angin
15. Mencatat posisi air setiap 10 menit pada semua instrument selama 30 menit
16. Melanjutkan percobaan tanpa akar tanaman, dengan memotong akar
tanaman pada batas leher akar
17. Memotong akar harus dilakukan di dalam air sehingga xylem tidak terisi
oleh udara
18. Melakukan kembali pengamatan sperti pada poin 14 dan 15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum transpirasi yang dilakukan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Gambar 1. Laju Transspirasi Tanaman Dengan Akar

Dengan Akar
0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

Sumber : Data Primer, 2018.


Gambar 2. Laju Transpirasi Tanaman Tanpa Akar

Tanpa Akar
0.45

0.4

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

Sumber : Data Primer, 2018.


4.2 Pembahasan
Kemampuan transpirasi yang tinggi pada cabai dipengaruhi oleh tingginya
rata-rata diameter batang karena bibit cabai yang di gunakan saat praktikum
adalah bibit cabai yang memiliki diameter batang yang relatif kecil. Setiawan
(2015) menjelaskan bahwa laju transpirasi sangat dipengaruhi oleh kecepatan
pengangkutan molekul air pada xylem, dimana kecepatan angkut sangat
dipengaruhi oleh ukuran pembuluh xylem pada batang. Jumlah daun pada
tanaman cabai berjumlah 5 yang dapat melakukan transpirasi, semakin banyak
jumlah daun pada tanaman berarti bertambah pula jumlah stomata tersedia.
Tersedianya stomata dengan kemampuan bukaan yang optimum dapat
meningkatkan laju proses transpirasi pada tanaman.
Laju transpirasi cabai dengan perlakuan kontrol tidak terjadi proses
transpirasi karena jumlah air yang seharusnya di serap oleh akar tanama tidak
mengalami perubahan, hal ini berarti tanaman cabai tidak melakukan proses
transpirasi pada saat praktikum berlangsung. Faktor yang mempengaruhi tidak
terjadinya transpirasi adalah karena cahaya yang minim, suhu rendah, tidak
adanya angin, dan tidak tingginya kelembaban udara di ruangan tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hamim, (2008) bahwa faktor luar yang dapat
mempengaruhi laju transpirasi adalah suhu udara, kelembaban (RH), kecepatan
angin, dan intensitas cahaya.
Laju transpirasi cabai dengan perlakuan kelembaban udara, cabai di bungkus
dengan plastik pada saat proses transpirasi sedang berlangsung. Perubahan air
yang terjadi selama proses transpirasi berlangsung adalah 0.4 cm. Transpirasi
cabai dengan perlakuan RH relatif lambat namun menunjukkan perubahan, karena
kelembaban berpengaruh pada laju transpirasi tanaman yaitu kelembaban udara
lebih rendah di bandingkan kelembaban pada tanaman itu sendiri terutama pada
bagian daun yang merupakan tempat terjadinya proses penguapan oleh bantuan
stomata. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamim, (2008) bahwa semakin rendah
RH udara akan semakin mempercepat laju transpirasi karena uap air akan
bergerak dari yang memiliki tekanan tinggi (daun) ke tekanan rendah (udara).
Pada hasil laju transpirasi yang terjadi pada tanaman cabai dengan perlakuan
cahaya dapat di lihat setiap 10 menit jumlah air semakin berkurang, sebanyak 0.1
cm. hal ini di sebabkan oleh intensitas cahaya yang di terima oleh tanaman. Cabai
termasuk tanaman yang tidak dapat mengontrol laju transpirasinya karena
memiliki jumlah stomata yang banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamim,
(2008) bahwa intensitas cahaya yang tinggi akan menyebabkan stomata membuka
secara maksimum. Karena stomata adalah jalan terbesar bagi transpirasi maka
cahaya yang tinggi akan meningkatkan laju transpirasi daun.
Laju transpirasi tanaman cabai dengan perlakuan angin pada 10 menit
pertama mengalami perubahan pada jumlah air sebanyak 0.1 cm, namun pada
menit berikutnya jumlah air tidak lagi berkurang walaupun kipas/pemberian angin
pada tanaman terus berlanjut. Hal ini di sebabkan karena walaupun tanaman terus
di terpa angin, namun angin tersebut hanya angin yang berada di ruangan tersebut,
dan tidak membawa pengaruh yang signifikan terhadap laju transpirasi tanaman
itu sendiri, hal ini juga di sebabkan karena cahaya yang di dapatkan oleh tanaman
minim akibatnya stomata tidak dapat membuka secara maksimal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hamim, (2008) bahwa adanya angin berkaitan dengan fungsinya
sebagai penghilang hambatan akibat adanya lapisan udara lembab di sekitar daun
(stomata). Dengan adanya angin maka udara lembab yang ada di sekitar lubang
stomata akan hilang sehingga akan semakin mempercepat laju transpirasi daun.
Laju transpirasi tanaman tanpa akar relatif tidak terjadi perubahan pada
jumlah air karena akar yang berfungsi untuk menyerap air di potong. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nurwahyuni, (2016) bahwa epidermis akan menyerap air
dari dalam tanah secara terus- menerus mengakibatkan kadar air dan tekanan
turgor akan meningkat. Peningkatan kadar air pada ujung akar menyebabkan
perbedaan konsentrasi antara sel pada ujung akar dan sel- sel yang berada
diatasnya. Tekanan akar pada setiap tumbuhan berbeda- beda. Besarnya tekanan
akar dipengaruhi oleh besar kecil dan tinggi rendahnya tumbuhan. Bukti adanya
tekanan akar adalah pada batang yang dipotong, maka air tampak menggenang
dipermukaan tunggaknya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengaruh angin dan suhu pada transpirasi adalah
sebagai berikut :
a. Transpirasi tanaman terjadi di permukaan daun dengan bantuan stomata.
b. Pengaruh angin terhadap proses transpirasi karena angin menghilangkan
hambatan akibat adanya lapisan udara lembab di sekitar daun (stomata),
pengaruh adanya cahaya pada proses transpirasi karena cahaya mengatur
pembukaan dan penutupan stomata pada daun.
c. Tanaman cabai memiliki laju transpirasi yang relatif tinggi karena cabai tidak
dapat menggunakan air dengan efektif berbeda dengan tanaman tomat yang
lebih efektif.
5.2 Saran
Saran saya untuk praktikum pengaruh transpirasi tanaman adalah sebaiknya
komuditi yang di gunakan lebih beragam agar mahasiswa/I dapat lebih memahami
perbedaan laju transpirasi tanaman dan juga sebaiknya praktikum ini di lakukan di
luar ruangan agar hasil laju transpirasi tanaman dapat lebih di ketahui dengan
jelas terutama faktor dari luar, karena tempat atau ruangan yang di gunakan juga
akan mempengaruhi laju transpirasi tanaman itu sendiri.
LAMPIRAN
1. Perhitungan Pengaruh Kontrol Terhadap Laju Transpirasi:
Dik : Berat Kertas Proyeksi 1 = 0,04 gr
Berat Kertas Proyeksi 2 = 0,09 gr
Berat Kertas Proyeksi 3 = 0,1 gr
Berat Kertas Proyeksi 4 = 0,05 gr
Berat Kertas Standar = 0,14 gr
Panjang Kertas Standar = 4,9 cm
Lebar Kertas Standar = 3,4 cm
Dit : Laju Transpirasi?
Penye : Luas Kertas Standar = p x l
= 4,9 x 3,4
= 16,66 cm2

Berat Kertas Proyeksi 1


Luas Daun 1 = x Luas Kertas Standar
Berat Kertas Standar

0,04
= x 16,66
0,14

= 4,76 cm2

Berat Kertas Proyeksi 2


Luas Daun 2 = x Luas Kertas Standar
Berat Kertas Standar

0,09
= x 16,66
0,14

= 10,71 cm2

Berat Kertas Proyeksi 3


Luas Daun 3 = x Luas Kertas Standar
Berat Kertas Standar

0,05
= x 16,66
0,14

= 11,9 cm2

Berat Kertas Proyeksi 4


Luas Daun 4 = x Luas Kertas Standar
Berat Kertas Standar
0,05
= x 16,66
0,14

= 5,95 cm2

∑ Luas Daun = LD1 + LD2 + LD3 + LD4

= 4,76 + 10,71 + 11,9 + 5,95

= 33,32 cm2

∑ Hilangnya Air = Hlg Air Dg Akar + Hlg Air T Akar

= 0 mL + 0 mL

= 0 mL

Dengan demikian maka jumlah air hilang per cm 2 luas daun selama 30 menit
percobaan:

∑ Hilangnya Air
Laju Transpirasi =
∑ Luas Daun

0 mL
= 33,32cm 2

= 0 mL/cm2

= 0 mL x 100 m2

= 0 mL/m2

Dengan demikian maka jumlah air hilang per menit per m2 luas daun:

Laju Transpirasi = 0 mL/m2/30 menit

= 0 mL/menit

2. Perhitungan Pengaruh Angin Terhadap Laju Transpirasi:


Dik : Berat Kertas Proyeksi 1 = 0,15 gr
Berat Kertas Proyeksi 2 = 0,13 gr
Berat Kertas Proyeksi 3 = 0,12 gr
Berat Kertas Proyeksi 4 = 0,21 gr
Berat Kertas Proyeksi 4 = 0,17 gr
Berat Kertas Standar = 0,28 gr
Panjang Kertas Standar = 9 cm
Lebar Kertas Standar = 5,4 cm
Dit : Laju Transpirasi?
Penye : Luas Kertas Standar = p x l
= 9 x 5,4
= 48,6 cm2

Berat Kertas Proyeksi 1


Luas Daun 1 = x Luas Kertas Standar
Berat Kertas Standar

0,15
= x 48,6
0,28

= 26,03 cm2

Berat Kertas Proyeksi 2


Luas Daun 2 = x Luas Kertas Standar
Berat Kertas Standar

0,13
= x 48,6
0,28

= 22,56 cm2

Berat Kertas Proyeksi 3


Luas Daun 3 = x Luas Kertas Standar
Berat Kertas Standar

0 , 12
= x 48,6
0 ,28

= 20,82 cm2

Berat Kertas Proyeksi 4


Luas Daun 4 = x Luas Kertas Standar
Berat Kertas Standar

0,21
= x 48,6
0,28

= 36, 45 cm2

Berat Kertas Proyeksi 5


Luas Daun 5 = x Luas Kertas Standar
Berat Kertas Standar
0,17
= x 48,6
0,28

= 29,5 cm2

∑ Luas Daun = LD1 + LD2 + LD3 + LD4 + LD5

= 26,03 + 22,56 + 20,82 + 36,45 + 29,5

= 135, 36 cm2

∑ Hilangnya Air = Hlg Air Dg Akar + Hlg Air T Akar

= 0,1 mL + 0 mL

= 0,1 mL

Dengan demikian maka jumlah air hilang per cm 2 luas daun selama 30 menit
percobaan:

∑ Hilangnya Air
Laju Transpirasi =
∑ Luas Daun

0,1 mL
= 135,36 cm2

= 0,000738 mL/cm2

= 0,000738 mL x 100 m2

= 0,0738 mL/m2

= 7,38 x 10-2 mL/m2

Dengan demikian maka jumlah air hilang per menit per m2 luas daun:

Laju Transpirasi = 7,38 x 10-2 mL/m2/30 menit

= 2,46 x 10-3 mL/menit

3. Perhitungan Pengaruh Kelembaban Terhadap Laju Transpirasi:


Dik : Luas Daun 1 = 20,1 cm2
Luas Daun 2 = 12,8 cm2
Luas Daun 3 = 13,7 cm2
Luas Daun 4 = 17,6 cm2
Dit : Laju Transpirasi?
Penye : ∑ Luas Daun = LD1 + LD2 + LD3 + LD4

= 40,2 + 33,5 + 25,9 + 17,6

= 117,2 cm2

∑ Hilangnya Air = Hlg Air Dg Akar + Hlg Air T Akar

= 9 mL + 8,8 mL

= 17,8 mL

Dengan demikian maka jumlah air hilang per cm 2 luas daun selama 30 menit
percobaan:

∑ Hilangnya Air
Laju Transpirasi =
∑ Luas Daun

17,8 mL
= 117,2cm 2

= 0,1518 mL/cm2

= 0,1518 mL x 100 m2

= 15,18 mL/m2

Dengan demikian maka jumlah air hilang per menit per m2 luas daun:

Laju Transpirasi = 15,18 mL/m2/30 menit

= 0,506 mL/menit

= 5,06 x 10-1 mL/menit

4. Perhitungan Pengaruh Cahaya Terhadap Laju Transpirasi:


Dik : Luas Daun 1 = 20,1 cm2
Luas Daun 2 = 12,8 cm2
Luas Daun 3 = 13,7 cm2
Dit : Laju Transpirasi?
Penye : ∑ Luas Daun = LD1 + LD2 + LD3
= 20,1 + 12,8 + 13,7

= 46,6 cm2

∑ Hilangnya Air = Hlg Air Dg Akar + Hlg Air T Akar

= 0,6 mL + 0,1 mL

= 0,7 mL

Dengan demikian maka jumlah air hilang per cm 2 luas daun selama 30 menit
percobaan:

∑ Hilangnya Air
Laju Transpirasi =
∑ Luas Daun

0,7 mL
= 46,6 cm 2

= 0,01502 mL/cm2

= 0,01502 mL x 100 m2

= 1,502 mL/m2

Dengan demikian maka jumlah air hilang per menit per m2 luas daun:

Laju Transpirasi = 1,502 mL/m2

= 5 x 10-2 mL/menit
DAFTAR PUSTAKA
Dwiati, Murni. 2010. Modul : Hubungan Tumbuhan dengan Lingkungan. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Hamim, (2008) Fisiologi Tumbuhan. dalam Fungsi Air dan Perannya pada
Tingkat Selular dan Tumbuhan secara Utuh. Universitas Terbuka, Jakarta,
pp. 1-51. ISBN 9790110294.
Hudaiyah, Siti. 2014. Bahan Ajar : Transpirasi dan Translokasi. Yogyakarta :
UGM Press.
Nurwahyuni, Isnaini, dkk. 2016. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara.
Setiawan, Arief Budi. 2015. Hubungan Kemampuan Transpirasi Dengan Dimensi
Tumbuh Bibit Tanaman Acacia Decurrens Terkolonisasi Glomus
Etunicatum Dan Gigaspora Margarita. dalam Jurnal Silvikultur Tropika
Vol. 06 No. 2, Agustus 2015, Hal 107-113 ISSN: 2086-8227. Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Sugeng Prijono dan Moh. Teguh Satya Laksmana. 2016.Studi Laju Transpirasi
Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya
Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik
Tidak Jenuh. Jurnal PAL. Vol 7 (1). Malang : Universitas Brawijaya.
Sujinah dan Jamil. 2016. Mekanisme Respon Tanaman Padi terhadap Cekaman
Kekeringan dan Varietas Toleran dalam Iptek Tanaman Pangan Vol. 11
No. 1 2016. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang Jawa Barat.
Suyitno. 2006. Pertukaran Zat Dan Proses Hilangnya Air. Staf Pengajar di
Jurdik. Biologi FMIPA. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Syamsuddin, Rafiuddin. 2012. Seleksi Genotipe Jagung hasil Iradiasi Terhadap
Toleransi Kekeringan dan salinitas. Fakultas Pertanian. Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai