Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

TRANSPIRASI

OLEH

NAMA : HAFIZAH

NIM : F10711541003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BILOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2017
Transpirasi (Transpiration )

Abstract

Transpiration can be defined as the process of loss of water in vapor form from
plant tissues via stomata. Based on our personal observations, henna plant
transpiration water (Impatiens balsamina) a reduction in the water that are on the
capillary tube due to the process of transpiration from plants. The more volume of
water is reduced, the process of transpiration from the plants growing. The purpose of
this lab is to measure the speed of leaf transpiration indirectly by measuring the speed
of water absorption. In this lab we do the different treatments in different places. In the
scorching place transpirasinya rate reached 88,3 x 10 -5ml / s in plants without vaseline,
100 x 10-5ml / s in plants with petroleum jelly on the upper surface of the leaf,135 x 10 -
5
ml / s in plants with petroleum jelly at the bottom leaf. In the shade known transpiration
rate equal to any treatment that is 0 ml / s. In the shade windy transpiration rate of
about 83,3 x 10-5ml / s in the absence of vaseli, 83,3 x 10-5ml / s in vaseline on the
upper surface of the leaf, 141,7 x 10-5ml / s in vaseline in part underside of leaves.

Keywords: potometer method, pacar air plant (Impatiens balsamina), transpiration

Abstrak

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan,
transpirasi pada tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina ) terjadi pengurangan air
yang berada pada pipa kapiler akibat terjadi proses transpirasi pada tumbuhan
tersebut. Semakin banyak volume air yang berkurang maka proses transpirasi pada
tumbuhan tersebut semakin besar. Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur
kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan
absorpsi airnya. Pada praktikum ini kami melakukan perlakuan yang berbeda dan pada
tempat yang berbeda. Pada tempat terik laju transpirasinya mencapai 88,3 x 10-5ml/s
pada tumbuhan tanpa vaselin, 100 x 10-5ml/s pada tumbuhan dengan vaselin di
permukaan atas daun, 135 x 10-5ml/s pada tumbuhan dengan vaselin di bagian bawah
daun. Pada tempat teduh diketahui laju transpirasi sama pada setiap perlakuan yaitu 0
ml/s. Pada tempat teduh berangin laju transpirasi sekitar 83,3 x 10 -5ml/s pada keadaan
tanpa vaseli, 83,3 x 10-5ml/s pada vaselin di permukaan atas daun, 141,7 x 10-5ml/s
pada vaselin di bagian bawah daun.

Kata kunci : metode potometer, tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina ), transpirasi

Pendahuluan

Tumbuhan merupakan organisme autotrof yang dapat membuat makanannya


sendiri. Proses tersebut disebut dengan fotosintesi dimana hasil dari proses ini adalah
glukosa dan O2 yang akan digunakan oleh makhluk hidup lain agar dapat bertahan
hidup. Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam
bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air
prosesnya disebut dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh
tumbuhan merupakan kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu
species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui
stomata, kutikula dan lentisel.

Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang setiap saat membutuhkan air


berawal dari proses perkecambahan hingga panen. Hal itu di karenakan seluruh
proses metabolisme tanaman tidak dapat berlangsung tanpa air. Besarnya kebutuhan
air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan
langsung dengan prose fisiologis, morfologis, dan kombinasi kedua faktor diatas
dengan faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui
penyerapan oleh akar, besarnya air yang dapat diserap oleh akar tanaman sangat
bergantung pada kadar air dalam tanah yang ditentukan oleh kemampuan partikel
tanah menahan air dan kemampuan untuk menyerapnya (Ai et al, 2010).

Proses penyerapan air dan mineral dari dalam tanah dilakukan oleh bulu-bulu
akar dan berlangsung secara difusi dan osmosis. Proses penyerepan air oleh akar
tumbuhan harus terjadi setiap saat, hal itu di lakukan agar tumbuhan dapat selalu
menjaga tekanan osmotik selnya agar lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan
osmotik air tanah. Sistem pengangkutan pada tumbuhan dibedakan menjadi dua
macam yaitu pengangkutan ekstravasikuler dan pengangkutan intravasikuler.
Pengangkutan ekstravasikuler merupakan pengankutan air dan mineral yang
berlangsung di luar berkas pengangkutan. Dan pengankutan itu berlangsung dengan
dua cara: yaitu secara apoplas (berlangsung melalui ruang-ruang antar sel) dan
simplas (berlangsung melalui sitoplasma dengan bantuan plamodesmata). Pada
perpindahan dari korteks ke endodermis dan endodermis menuju ke perisikel yang
berlangsung secara transport aktif. Sedangkan pengangkutan intravasikuler
pengankutan zat melalui berkas pengangkut yaitu oleh xilem disebut transportasi.
(Firmansyah, Mawardi, dan Riandi, 2007).

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata ( Lakitan,1993). Kemungkinan kehilangan air
dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan
besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air
yang hilang melalui stomata. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air
yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air
melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan
pokok akan terhalang ( Delvin,1983).

Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang
lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel
mesofil mempertahankan kelembaban tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini
menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin
cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena
kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu ditarik oleh gaya
adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi
mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang
tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu
dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke
puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari
oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik
transpirasional ( Campbell,2003).

Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat
kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien
yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam.
Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada
yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis.
Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara
yang banyak hembusan angin ( Khairunnisa, 2000).

Air sebagai sarana transport bagi unsur hara dari tanah ke tanaman, diperlukan
dalam proses metabolisme tanaman, seperti proses fotosintesis, transpirasi tanaman
dan pelarut sejumlah bahan organik bagi tanaman. Peran air bagi proses fotosintesis
jelas sebagai salah satu bahan dasar bagi terbentuknya senyawa kompleks berupa
karbohidrat, potein, lemak dalam tanaman. Didalam tubuh tanaman air dapat masuk ke
jaringan tanaman berlangsung melalui proses difusi. Proses ini dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya karena: perbedaan konsentrasi air dan adanya faktor
lingkungan yang berperan dalam proses keseimbangan air yang ada pada sistem
tanah, tanama dan udara. (Supardi et al, 1978, Suhartono et al, 2008).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu sebagai berikut:

a. Faktor dari luar atau lingkungan, antara lain:

1. Radiasi matahari

Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan
75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.

2. Temperatur

Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali. Suhu daun di dalam ruang yang lebih gelap kurang lebih sama
dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 100
200F lebih tinggi dari pada suhu udara.

3. Kelembaban
Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang
hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun
dengan meningkatnya kelembaban udara.
Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar
tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-
rongga antar sel dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara
rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar
begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air
di daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70% (Jayamiharja,
1977).

4. Angin

Angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, yaitu melalui penyapuan uap air.
Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin)
menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan
tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga
meningkat (Gardner, et.al., 1991 )

b. Faktor-faktor dari dalam tanaman, antara lain:

1. Penutupan stomata

Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak
tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika
stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata
Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi
lapangan yaitu tingkat cahaya dan kelembapan.

2. Jumlah dan ukuran stomata

Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai
pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan
penutupan stomata.

3. Jumlah daun

Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.

4. Penggulungan atau pelipatan daun

Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan


pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.

5. Kedalaman dan proliferasi akar


Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat
tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam
meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah)
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan permanen (Gardner, et.al., 1991 )

Salah satu factor air dapat naik ke daun adalah tekanan akar. Teori tekanan
akar menyebutkan bahwa pada awalnya diperkirakan air naik ke bagian atas tanaman
karena adanya tekanan dari akar. Hal ini didasarkan atas fakta bahwa jika batang
tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa.,
maka air didalam selang akan terdorong ke atas oleh tekanan yang berasal dari akar.
Tetapi dari hasil pengukuran yang intensif pada berbagai jenis tanaman, maka
besarnya tekanan tersebut umumnya tidak lebih dari 0,1 Mpa (mega pascal). Selain itu
tekanan akar hanya teramati pada kondisi tanah yang berkecukupan air dan
kelembaban udara relatif tinggi, atau dengan kata lain pada saat laju transpirasi sangat
rendah (Lakitan, 1993).

Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar.
Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau
tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross. 1992: 132).

Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur kecepatan transpirasi daun secara
tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya.

Hipotesis dari praktikum ini, semakin tinggi kelembaban udara maka transpirasi
semakin lambat. Maka sebaliknya ,jika kelembapan udara rendah maka proses
transpirasi akan semakin cepat atau jika semakin tinggi intensitas cahaya dan
semakin tinggi suhu maka laju transpirasi akan semakin cepat.

Metodelogi

Kami melakukan praktikum pada hari senin, 3 April 2017 jam 13.30 WIB di
Laboratorium Biologi FKIP UNTAN. Adapun alat dan bahan yang kami gunakan adalah
tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina ), Vaseline, air, bak, rubber stopper,
fotometer well, water reservoir, pipa kapiler.

Langkah kerja dari praktikum ini adalah pilih tumbuhan yang memiliki batang
yang kokoh seperti pacar air (Impatiens balsamina ). Potong batang basal dan letakkan
di dalam air. Lalu masukkan ujung batang ke dalam sumbat karet berlubang hingga
tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Isi fotometer dengan air. Caranya rendam
fotometer dalam air hingga semua terisi air dan tidak ada gelembung air di dalamnya.
Sisipkan sumbat karet ke dalam fotometer. Pegang dengan baik gelas fotometer saat
memasukkan sumbat karet. Hati-hati jangan sampai pecah. Sekarang, angkat seluruh
sistem fotometer dari air dan tempat pada penyokongnya. Olesi dengan parafin atau
vaselin bagian antara tanaman dan lubang pada sumbat karet. Biarkan tumbuhan
tersebut bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer .
Sekarang tempatkan ujung tabung fotometer ke dalam beker glass. Pada saat
gelembung memasuki daerah berskala pada tabung maka siapkan pencatat dengan
melihat jarak tempuh gelembung tiap satuan waktu. Ukur kecepatan transpirasi dalam
3 kondisi yaitu di dalam ruangan ( lab ), di depan kipas angin, dan di bawah matahari
yang terik. Setelah 30 menit, olesi 5 lamina ( helaian daun ) dengan vaselin pada
bagian atasnya, amati kembali. Lalu olesi lagi 5 lamina ( helaian daun ) dengan vaselin
di bawah permukaan bawah pada daun yang berbeda, amati kembali. Lakukan analisa
data yang di dapat dengan cara menghitung laju transpirasi dengan rumus : v/t

Dimana v adalah volume air atau volume transpirasi, dan t sebagai waktu terjadinya
transpirasi.

Hasil Pengamatan

Tempat Perlakuan Volume Keterangan :

1 0,53 1. Tumbuhan tanpa Vaseline


Panas / terik
2 0,6 2. Tumbuhan dengan vaselin
matahari
di permukaan atas daun
3 0,81

1 0 3. Tumbuhan dengan vaselin


di permukaan bawah daun
Teduh 2 0

3 0

1 0,5
Teduh
2 0,5
berangin
3 0,85

Perhitungan

Tempat terik

v/t = 0,53 : 600= 88,3 x 10-5ml/s

v/t = 0,6 : 600 = 100 x 10-5ml/s

v/t = 0,81 : 600 = 135 x 10-5ml/s

Tempat teduh

v/t = 0 : 600 = 0 ml/s


v/t = 0 : 600 = 0 ml/s

v/t = 0 : 600 = 0 ml/s

Tempat teduh berangin

v/t = 0,5 : 600 = 83,3 x 10-5ml/s

v/t = 0,5 : 600 = 83,3 x 10-5ml/s

v/t = 0,85 : 600 = 141,7 x 10-5ml/s

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata ( Lakitan,1993). Jumlah difusi keluarnya uap
air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air.
Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan
pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi
melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa
udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa
laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin
( Khairunnisa, 2000).

Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, transpirasi pada tumbuhan pacar


air (Impatiens balsamina ) terjadi pengurangan air yang berada pada pipa kapiler
akibat terjadi proses transpirasi pada tumbuhan tersebut. Semakin banyak volume air
yang berkurang maka proses transpirasi pada tumbuhan tersebut semakin besar.

Metode potometer, metode ini dilakukan dengan menggunakan alat yang


dinamakan photometer. Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah tumbuhan,
dengan asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang
diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan saat transpirasi.

Pada praktikum ini kami menggunakan tumbuhan pacar air, dimana tumbuhan
ini sering di temukan didaerah yang teduh. Klasifikasi dari tumbuhan ini :

Kerajaan : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ericales

Suku : Balsaminaceae

Marga : Impatiens

Spesies : Impatiens balsamina


Di dunia, tanaman Impatiens balsamina Linn. dikenal sebagai bunga balsam. Di
Indonesia lebih dikenal dengan nama bunga pacar air. Memiliki bunga dengan
beragam warna, semisal pink, merah, putih, oranye, peach, atau salem. Sepintas,
bentuk bunganya mirip anggrek dalam ukuran kecil, dengan daun yang bergerigi.
Impatiens cukup populer sebagai tanaman hias dan banyak dijumpai di dataran tinggi,
misalnya Puncak, Jawa Barat. Tingginya mencapai 30-80 centimeter. Setiap daerah di
Indonesia memiliki nama lain untuk pacar air ini. Di Minangkabau (Sumatera Barat),
pacar air dikenal dengan nama paru inai. Pacar cai (Sunda), kimhong (Jakarta), pacar
banyu (Jawa), pacar foya (Bali), bunga jebelu (Halmahera Selatan).Tanaman ini
menyukai tempat teduh dan suka air. Meskipun tergolong bukan tanaman rewel, ada
satu musuh utamanya, yaitu hama. Begitu terkena hama, tanaman akan langsung
busuk.

Karena tumbuhan ini habitatnya di daerah yang teduh dan menyukai air,
tumbuhan ini akan menghasilkan pengamatan yang baik jika berada pada kondisi yang
sebaliknya. Sehingga saat ditempatkan pada tempat yang panas maka tumbuhan ini
akan menyesuaikan diri dengan cara melakukan transpirasi yang dengan kecepatan
yang semakin tinggi, di tempatkan kondisi teduh tidak terjadi transpirasi dan saat di
letakkan pada tempat teduh berangin terjadi transpirasi yang cukup cepat.

Pada hasil pengamatan yang kami lakukan pada tempat berbeda hasilnya sebagai
berikut : pada tempat terik diketahui laju transpirasinya 88,3 x 10-5ml/s pada tumbuhan
tanpa vaselin, 1 x 10-3ml/s pada tumbuhan dengan vaselin di permukaan atas daun,
135 x 10-5ml/s pada tumbuhan dengan vaselin di bagian bawah daun.

Pada tempat teduh diketahui laju transpirasi sama pada setiap perlakuan yaitu
0 ml/s. Pada tempat teduh berangin laju transpirasi sekitar 83,3 x 10 -5ml/s, pada
keadaan tanpa vaseli, 83,3 x 10-5ml/s pada vaselin di permukaan atas daun, 141,7 x
10-5ml/s pada vaselin di bagian bawah daun.

Berdasarkan literature yang kami dapatkan, temperature mempengaruhi


kelembaban, dimana jika tumbuhan berada pada kelembaban tinggi atau temperature
yang rendah maka laju transpirasi akan berjalan sangat lambat , namun jika tumbuhan
berada pada kelembaban rendah atau suhu tinggi maka laju transpirasi berjalan lebih
cepat. Kelembaban rendah kami asumsikan di tempat terik dan kelembaban tinggi
kami asumsikan di tempat teduh. Namun ada beberapa perlakuan untuk mendukung
teori ini namun hasil yang kami dapatkan tidaklah sesuai.

Transpirasi berlangsung di daun khususnya d stomata daun, jadi saat stomata


daun di tutup ( dengan vaselin ) maka laju transpirasi akan berkurang. Namun hasil
yang kami dapatkan tidaklah demikian, hal ini dapat di sebabkan karena keadaan
lingkungan yang tidak menentu seperti adanya pengaruh angin dan adanya pengaruh
cahaya yang juga dapat mempengaruhi hasil dari laju transpirasi.

Faktor luar yang dapat mempengaruhi laju transpirasi yaitu : Cahaya, cahaya
digunakan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan O2 yang
akan di keluarkan ke lingkungan melalui stomata, jika intesitas cahaya tinggi maka laju
transpirasi akan berjalan cepat. Temperatur dan kelembaban, dimana jika temperature
tinggi maka laju transpirasi berjalan lebih cepat, namun jika kelembaban tinggi maka
laju transpirasi berjalan lambat. Angin juga menjadi faktor yang mempengaruhi laju
transpirasi dimana jika angin berhembus lebih kencang maka laju transpirasi akan
berjalan lebih cepat.

Ada juga factor dalam yang mepengaruhi laju transpirasi yaitu penutupan
stomata, jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun, penggulungan daun tebal tipisnya
daun dan lainnya ( Gardner, 1991).

Kesimpulan

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan,
transpirasi pada tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina ) terjadi pengurangan air
yang berada pada pipa kapiler akibat terjadi proses transpirasi pada tumbuhan
tersebut. Semakin banyak volume air yang berkurang maka proses transpirasi pada
tumbuhan tersebut semakin besar. Kami menggunakan metode potometer, dimana
metode ini dilakukan dengan menggunakan alat yang dinamakan photometer. Pada
hasil pengamatan yang kami lakukan pada tempat berbeda hasilnya sebagai berikut :
pada tempat terik diketahui laju transpirasinya 88,3 x 10-5ml/s pada tumbuhan tanpa
vaselin, 100 x 10-5ml/s pada tumbuhan dengan vaselin di permukaan atas daun, 135 x
10-5ml/s pada tumbuhan dengan vaselin di bagian bawah daun. Pada tempat teduh
diketahui laju transpirasi sama pada setiap perlakuan yaitu 0 ml/s. Pada tempat teduh
berangin laju transpirasi sekitar 83,3 x 10-5ml/s, pada keadaan tanpa vaseli, 83,3 x 10-
5
ml/s pada vaselin di permukaan atas daun, 141,7 x 10 -5ml/s pada vaselin di bagian
bawah daun.

Temperature mempengaruhi kelembaban, dimana jika tumbuhan berada pada


kelembaban tinggi atau temperature yang rendah maka laju transpirasi akan berjalan
sangat lambat , namun jika tumbuhan berada pada kelembaban rendah atau suhu
tinggi maka laju transpirasi berjalan lebih cepat. Kelembaban rendah kami asumsikan
di tempat terik dan kelembaban tinggi kami asumsikan di tempat teduh. Factor ysng
mempengaruhi laju transpirasi ada 2 yaitu dari luar dan dari dalam. Factor luar seperti
cahaya, temperature, kelembaban, angin. Sedangkan factor dalamnya penutupan
stomata, jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun dan tenal tipisnya daun.

DAFTAR PUSTAKA

Ai, Nio et al. 2010. Evaluasi Indikator Toleransi Cekaman Kekeringan Pada Fase
Perkecambahan Padi (Oryza Sativa L.). Biologi, XIV (1). 50-54.

Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga


Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.

Firmansyah, R. , Mawardi, A. dan , Riandi, M. U. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Biologi.
Bandung: PT Setia Purna Inves.

Gardner, F. P. R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman


Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Khairunnisa. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan: Fakultas


Pertanian USU.

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Maulidah, Siti. 2009. Pacar air / Impatiens balsamina LINN .


http://hadyamaulida.blogspot.co.id/2009/12/pacar-air-impatiens-balsamina-
linn_21.html. diakses tanggal 7 April 2017.

Salisbury, F.B. and C.W.Ross.1992. Plant Physiology. Third Edition.Wadsworth


Publishing Co., Belmount, California.

Suhartono, R. A et al. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan


dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max (L) Merril) Pada Berbagai Jenis
Tanah. Embryo, 5 (1). 98-112.

Anda mungkin juga menyukai