Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN

SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE PLOT

Disusun oleh :

Dyah Chandra P ( 130210103099 )


Rose Lolita ( 130210103027 )
Relita Imaniar ( 130210103093 )
Anggun Rifka Rozi ( 130210103050 )
Heni Lusiana ( 130210103044 )
Widit Nurcahyo R ( 130210103006 )

PROGRAM STUDI PENDIDKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat–Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sampling dan
Analisis Vegetasi dengan Metode Plot”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Ekologi Tumbuhan Universitas Negeri Jember.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
1. Prof. Dr. Joko Waluyo, M.Si yang sudah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Rekan – rekan semua di Kelas Ektum C Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan
Universitas Negeri Jember.
3. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar
kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal „Alamiin.

Jember, 25 September 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................. 13
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan ................................................................ 13
3.2 Alat dan Bahan Percobaan ..................................................................... 13
3.3 Desain Percobaan ................................................................................... 13
3.4 Prosedur Percobaan ................................................................................ 13
3.5 Skema Alur Percobaan ........................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 15
4.1 Hasil Pengamatan ................................................................................... 15
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 15
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 23
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23
5.2 Saran ....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
LAMPIRAN .......................................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara
berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi
keperluan manusia relatif sedikit, karena dibatasi oleh berbagai faktor. Air
tawar selalu mengalami siklus hidrologi. Pergantian total (replacement) air
sungai berlangsung sekitar 18-20 tahun, sedangkan pergantian uap air yang
terdapat di atmosfer berlangsung sekitar 12 hari dan pergantian air tanah
dalam (deep groundwater) membutuhkan waktu ratusan tahun.
Ciri khas negara tropis yaitu banyak kehilangan air akibat adanya proses
evaporasi dan transpirasi. Proses tersebut dapat mempercepat terjadinya
kekeringan dan penyusutan debit sungai pada musim kering. Oleh para pakar
hidologi, kehilangan air akibat evaporasi biasanya dilihat dari dua sisi.
Pertama, evaporasi dari permukaan air, yaitu penguapan air langsung dari
danau, sungai dan badan air lainnya. Kedua, kehilangan air melalui vegetasi
oleh proses-proses intersepsi dan transpirasi.
Tidak semua air yang ada dalam tubuh tanaman dimanfaatkan oleh
tanaman tersebut untuk kelangsungan hidupnya melainkan air tersebut dapat
hilang dalam bentuk uap air yang prosesnya di kenal dengan istilah evaporasi.
Evaporasi merupakan adanya respon terhadap temperatur dan ini adalah dasar
yang bagi kehidupan tumbuhan dimana molekul gas berdifusi lebih cepat pada
temperatur tinggi. Kehilangan air bagi tanaman juga dipengaruhi oleh
lingkungan tempat tanaman itu hidup. Tumbuhan yang ada di daerah tropika
kehilangan airnya bisa mencapai 500 liter perhari sedangkan pada tanaman
padang pasir seperti kaktus, kehilangan airnya kurang dari 25 ml perhari. Ini
karena daerah padang pasir persedian airnya sangat minim dan permukaan
dari kaktus sangat kecil sehingga kaktus menekan terjadinya penguapan dan
meminimalisir dehidrasi tanaman.
Didalam tubuh tanaman air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat
membuat lingkungan yang sesuai untuk berlangsungnya proses fisiologis dan

1
juga merupakan bagian penyusun tanaman seperti sitoplasma. Jumlah air yang
terkandung pada tanaman tergantung pada jenis tanaman tersebut, misalnya
tanaman herba lebih banyak mengandung air dibandingkan tanaman perdu.
Air yang terkandung pada keseluruhan tubuh tanaman berkisar antara 80-90%,
kadar air untuk tiap-tiap tanaman berbeda-beda sesuai dengan habitat dan
spesiesnya. Air mengisi hampir seluruh bagian tanaman tersebut.
Proses fisiologis dari suatu tanaman tidak dapat berjalan dengan lancar
tanpa adanya air yang cukup. Air sangat penting dalam reaksi-reaksi
metabolisme tubuh. Dengan adanya air maka mineral-mineral yang ada di
dalam tubuh dan hasil-hasil pembentukan makanan di daun diangkut ke
jaringan tertentu dalam bentuk terlarut dalam air tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Apa yang terjadi pada proses evapotranspirasi?

1.3 Tujuan
Untuk mempelajari proses terjadinya evapotranspirasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Evaporasi merupakan proses dimana air dalam bentuk cair dikonversi


menjadi uap air (vaporization) dan dipindahkan dari permukaan penguapan
(vapour removal). Transpirasi merupakan proses dimana uap air keluar dari
tanaman yang masih hidup, misalnya daun-daunan dan memasuki atmosfer.
Evapotranspirasi adalah gabungan dari dua proses yang terpisah antara proses
penguapan yang terjadi pada permukaan tanah (evaporasi ) dan proses penguapan
yang terjadi pada tanaman (transpirasi) (Vaughn, 1986).
Evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer
dari permukaan tanah, badan air dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor-faktor
iklim dan fisiologis vegetasi. Sesuai dengan namanya evapotranspirasi merupakan
gabungan antara proses-proses evaporasi, intersepsi dan transpirasi. Evaporasi
adalah proses penguapan, yaitu perubahan dari zat cair menjadi uap air atau gas
dari semua bentuk permukaan kecuali vegetasi. Sedangkan transpirasi adalah
perjalanan air dalam jaringan vegetasi (proses fisiologis) dari akar tanaman ke
permukaan daun dan akhirnya menguap ke atmosfer. Intersepsi adalah penguapan
air dari permukaan vegetasi ketika berlangsung hujan (Asdak, 2002).
Evapotranspirasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu evapotranspirasi
potensial dan evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial adalah jumlah air
yang diuapkan dalam jangka waktu tertentu oleh tumbuhan yang menutup
permukaan tanah dalam keadaan persediaan air dalamm tanah cukup banyak.
Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada keadaan tanah
tidak terlalu jenuh air dan permukaan tanah tidak tertutup rapat (Seyhan, 1993).
Proses transpirasi meliputi penguapan cairan (air) yang terkandung pada
jaringan tanaman dan pemindahan uap ke atmosfer. Pada dasarnya transpirasi
merupakan proses dimana air dari tanaman menguap dan kembali ke atmosfer.
Ada 2 bentuk transpirasi yaitu :
1. Transpirasi stomata, yaitu air menguap melalui pori-pori pada stomata daun.
2. Transpirasi kutikular, yaitu air menguap dari permukaan daun ke atmosfir
melalui kutikula.

3
Sehingga jika kedua proses ini digabungkan akan menjadi proses
evapotranspirasi (ET) yang berarti total kebutuhan air yang diperlukan oleh
tanaman. Proses evapotranspirasi menyebabkan tanaman kehilangan air sehinggah
untuk menghitung kebutuhan air tanaman dengan menggunakan jumlah air yang
hilang akibat proses evapotranspirasi. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi
laju evapotranspirasi diantaranya adalah cuaca, tanah dari tanaman itu sendiri
(Islami, 1995).
Faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi yaitu faktor meteorologi
meliputi radiasi matahari, suhu udara dan permukaan, kelembaban, angin, tekanan
barometer serta faktor geografi meliputi kualitas air, jeluk tubuh air, ukuran dan
bentuk permukaan air, serta faktor-faktor lainny meliputi kandungan lengas tanah,
karakteristik kapiler tanah, jeluk muka air tanah, warna tanah, tipe kerapatan
vegetasi, ketersediaan air (Seyhan, 1993).
Cuaca merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada proses
evapotranspirasi yaitu intensitas radiasi matahari yang kemudian akan
mempengaruhi suhu udara, kecepatan angin dan kecepatan udara. Kebutuhan
evapotranspirasi adalah proses evapotranspirasi dimana kondisi air tanah tidak
menjadi pembatas. Sehinggah kecepatan evapotranspirasi ditentukan oleh kondisi
iklim dan disebut kondisi potensial. Nilai keseluruhan evapotranspirasi selama
satu periode pertumbuhan tanaman dalam kondisi air tanah untuk memenuhi
kebutuhan evapotranspirasi dapat digunakan untuk memperoleh nilai kebutuha air
tanaman (crop water requirement) atau disebut evapotranspirasi maksimum
(ETm). Evapotranspirasi aktual (ETa), yaitu evapotranspirasi terjadi pada kondisi
kandungan air tanah di lapangan disebut “penggunaan air tanaman” (crop water
use) (Islami, 1995).
Kebutuhan air tanaman yang dibutuhkan berbeda-beda sesuai fase
pertumbuhan tanaman,untuk menghitung kebutuhan air tanaman (ETm) harus
diketahui nisbah ETM terhadap evapotranspirasi potensial atau ETm/Eto.
Kararkteristik tanaman terhadap kebutuhan air berpengaruh bagi tanaman (crop
water requirement), dan dinyatakan sebagai Kc (crop coefisien atau koefisien
tanaman).

4
Untuk menghitung kebutuhan air tanaman (ETc) dapat menggunakan
persamaan sebagi berikut :
Etc = Kc * Eto .......................................... (1)
Keterangan : ETc = evapotranspirasi tanaman pada kondisi standar ETo =
evapotranspirasi tanaman acuan Kc = koefisien tanaman ( berbeda – beda sesuai
fase pertumbuhan tanaman) (Michael, 1964).
Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang dibuthkan untuk
memenuhi atau menggantikan kehilangan air akibat evapotranspirasi (ETc).
Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh iklim, air tanah, metode irigasi dan
budidaya , Secara fisiologi, tanaman mengandung air antara 65 –90 % yang
dimamfaatkan untuk proses fotosintesis, pertumbuhan dan respirasi. Sedangkan 1
% digunakan untuk metabolisme pertumbuhan. Air sangat diperlukan bagi
tanaman dn menjadi faktor utama sebagai kebutuhan tanaman. kebutuhan air
tanaman yang 14 mencukupi bagi setiap tanaman merupaka keseimbangan antara
kebutuhan air dan suplai air yang tesedia (Michael, 1964).
Air tanah merupakan salah satu sifat fisik yang berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan tanaman dan aspek-aspek kehidupan manusia lainnya.
Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan secara langsung melalui pengukuran
perbedaan berat tanah (metode gravimetri). Air tanah berada dalam ruang pori
diantara padatan tanah. Pada keadaan jenuh, jumlah air tanah tersedia dan
tersimpan dalam tanah merupakan jumlah maksimum yang kapasiata penyimpana
air maksimum (Michael, 1964).
Tanaman memiliki kemampuan menghisap air ( mengabsorbsi air ) yang
disebut Kapasitas Lapang (Field Capacity), Titik Layu Permanen ( Wilting Point)
dan kapasitas penyimpanan air (KPA). Kadar air tanah dalam keadaan kapasias
lapang adalah jumlah air yang ditahan oleh tanah setelah kelebihan air gravitasi
meresap ke bawah karena gaya gravitasi. Kadar air tanah dalam keadaan titik layu
permanen adalah kandungan air tanah pada saat tanaman yag ditanam di atasnya
mengalami layu permanen dalam arti sukar di kembalikan meskipun telah
ditambahkan sejumlah air yang mencukupi (Islami, 1995).
Selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
disebut air tersedia. Hal ini ditandai dengan adanya layu terus menerus pada

5
tanaman. Air yang dapat digunakan oleh tanaman pada masa pertumbuhan berada
antar kapasitas lapang dan titik layu permane yang disebut 15 air tanagh tersedia.
Jumlah air yang digunakan dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan
bahan organik tanah, selain jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman
dipengaruhi oleh kedalaman tanah dan sistem perakaran tanaman (Islami, 1995).
Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman
yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula,
dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata,
paling besar peranannya dalam transpirasi (Michael, 1964).
Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui
pori-pori daun oleh proses fisiologi. Daun dan cabang umumnya dibalut
lapisanmati yang disebut kulit ari (cuticle) yang kedap uap air. Sel-sel hidup daun
dan cabang terletak di bawah permuakaan tanaman, di belakang pori-pori daun
atau cabang (Devlin, 1983).
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan.
Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal
yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan
untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar (Jumin, 1992).
Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan
larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh
dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat
terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah.
Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki
resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki
resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata
(Loveless,1991).
Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat
kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki
gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang
lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih

6
lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta
pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada
tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin (Khairunnisa,
2000).
Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran
plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini
akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan
turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan
kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering
dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang efisien akan
menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur
tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien
dalam memanfaatkan air (Lakitan, 2004).
Besar kecilmya laju transpirasi secara tidak langsung ditentukan oleh radiasi
matahari melalui membuka dan menutupnya pori-pori tersebut.Faktor-faktor
penentu transpirasi sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
evaporasi, yaitu :
1. Radiasi panas matahari.
2. Suhu.
3. Kecepatan angin.
4. Gradien tekanan udara.
5. Dalam batas tertentu, dipengatuhi oleh karakterisitik dankerapatan vegetasi
(struktur tajuk, perilaku pori-pori daun, dll) (Jumin, 1992).
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas,
penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp
menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun.
Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah,
pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan (Jumin, 1992).
Peranan transpirasi antara lain : 1) Pengangkutan air ke daun dan difusi
air antar sel, 2) Penyerapan dan pengangkutan air dan hara, 3) Pengangkutan
asimilat, 4) Membuang kelebihan air, 5) Pengaturan bukaan stomata, 6)

7
Mempertahankan suhu daun. Macam-macam transpirasi yaitu : 1) Stomater :
80-90% total transpirasi, 2) Kutikuler: 20% total transpirasi, 3) Lentikuler :
0,1% total transpirasi. Transpirasi sangat berkaitan dengan stomata, stomata
pada umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau,
terutama sekali pada daun-daun tanaman. Pada daun-daun yang berwarna
hijau stomata terdapat pada satu permukaannya saja (Lakitan, 2004).
Adaptasi tumbuhan terhadap transpirasi, pada daun tumbuhan seperti
pohon cemara, jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara
menggungurkan daunnya di musim panas. Pada tumbuhan padi-padian,
liliacea dan jahe-jahean, tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada musim
kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh lagi (Lakitan, 2004).
Evaporasi adalah proses pertukaran molekul air (liquid/solid) dipermukaan
menjadi molekul uap air (gas) di atmosfir melalui kekuatan panas. Evaporasi
dapat terjadi pada sungai, danau, laut,reservoir (permukaan air bebas), serta
permukaan tanah. Penguapan merupakan proses yang melibatkan pindah panas
dan pindah massa secara simultan. Dalam proses ini sebagian air akan diuapkan
sehingga diperoleh suatu produk yang kental (konsentrat) (Loveless,1991).
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid(cairan)
dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan
berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi
didasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu (1) pemberian panas
kedalam cairan, (2) pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,
(3)pemisahan uap dari cairan, dan (4) mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau
pun penguapan juga dapat didefinisikan perpindahan kalor dalam zat cair mendidih
(Vaughen, 1986).
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah
dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa pengauapan
dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut
evapotranspirasi. Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam
Seyhan, 1977) .
Perbedaan antara transpirasi dengan evaporasi adalah :
Pada tranpirasi :

8
1) Proses fisiologis atau fisika yang termodifikasi.
2) Diatur bukaan stomata.
3) Diatur beberapa macam tekanan.
4) Terjadi di jaringan hidup.
5) Permukaan sel basah.
Pada evaporasi :
1) Proses fisika murni.
2) Tidak diatur bukaan stomata.
3) Tidak diatur oleh tekanan.
4) Tidak terbatas pada jaringan hidup.
5) Permukaan yang menjalankannya menjadi kering.
Sebagian besar air yang diserap tanaman ditranspirasikan. Misal: tanaman
jagung, dari 100% air yang diserap: 0,09% untuk menyusun tubuh, 0,01% untuk
pereaksi, 98,9% untuk ditranspirasikan (Fitter , 1991).
Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan
transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah dan
badan-badan air (abiotik), sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya air dari
tanaman (boitik) akibat proses respirasi dan fotosistesis. Kombinasi dua proses
yang saling terpisah dimana kehilangan air dari permukaan tanah melalui proses
evaporasi dan kehilangan air dari tanaman melalui proses transpirasi disebut
sebagai evapotranspirasi (ET) (Vaughen, 1986).
Ada 3 faktor yang mendukung kecepatan evapotranspirasi yaitu:
1. Faktor iklim mikro, mencakup radiasi netto, suhu, kelembaban dan angin,
2. Faktor tanaman, mencakup jenis tanaman, jumlah daun derajat penutupannya,
struktur tanaman, stadia perkembangan sampai masak, keteraturan dan
banyaknya stomata, mekanisme menutup dan membukanya stomata,
3. Faktor tanah, mencakup kondisi tanah, aerasi tanah, potensial air tanah dan
kecepatan air tanah bergerak ke akar tanaman (Linsley dkk., 1985).
Ketika tanah dikeringkan, tegangan tarik muncul di dalam pori-pori
tegangan ini naik dengan turunnya kadar air, sedangkan tegangan normal total
pada suatu bagian tanah praktis tetap tidak berubah. Karena tegangan normal total
setara dengan jumlah tegangan netral dan tegangan efektif, maka kenaikan

9
tegangan di dalam pori-pori akan melibatkan kenaikan yang sama pada tekanan
efektif. Bersamaan dengan naiknya tegangan dalam air pori sebagai akibat
pengeringan, air akan merembes dari profil tanah yang lebih dalam menuju ke
permukaan secara kapiler yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah air akibat
proses evaporasi (penguapan) (Nurdin, 2011).
Dalam kaitannya dengan dayamenyimpan air, tanah pasiran mempunyaidaya
pengikatan terhadap lengas tanahyang relatif rendah, karena permukaan
kontakantarapermukaan tanahdengan air padatanah yangteksturnya lebih halusdan
tanahpasiran ini didominasi oleh pori-pori makro. Oleh karena itu air yangjatuhke
tanah pasiran akansegeramengalamiperkolasi danair kapiler akanmudahlepas
karena evaporasi. Sedangkan pada sifat kimia tanah pasiran menunjukkan bahwa
tanah pasiranyang digunakan untukpercobaan adalahmiskin bahanorganik 1,34-
1,37%, demikianpula unsur hara lainnya. N total: 0,07–0,11%; K tersedia : 0,19 -
0,23 ml/100 gram,kecuali kandungan phospor tersedia yang relatif tinggi yakni
42,65 – 50,32 ppm.Menurut klasifikasi tergolong ke dalam tanahyang kandungan
unsur haranya rendah, meskipununsur utama yang diperlukanuntuk
pertumbuhantanaman semuanya tersedia, namun demikian jumlah dengantipe
tanah sepertiini kurang baik untuk usaha pertaniankarenaterlalu banyak
meloloskan air, mempunyaidaya simpan air kecil, evaporasi besar,maka perlu
sekali diadakan usaha perbaikankesu-buran fisikdan kimia tanah lebih meningkat
(Sudaryono , 2001).
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah
dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa pengauapan
dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut
evapotranspirasi. Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam
Seyhan, 1977).
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evatransporasi :
1) Radiasi matahari.
Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan
untuk fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan
untuk transpirasi.
2) Temperatur.

10
Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk
menyimpan air, yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar.
3) Kelembaban relatif.
Makin besar kandungan air di udara, makin tinggi Y udara, yang
berarti tuntutan atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan
relatif.
4) Angin.
Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila
aliran udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun,
perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan
meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat (Gardner,
et.al., 1991 ).
Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi :
1. Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata
karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit
transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka
lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan
lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan
penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan
kelembapan.
2. Jumlah dan ukuran stomata. Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi
oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit
terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3. Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar
evapotranspirasi.
4. Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai
mekanisme dalam daun yang menguntungkan untuk pengurangan
transpirasi apabila persediaan air terbatas.
Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan
kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman
dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan

11
air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan
pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan
permanen (Gardner, et.al., 1991).

12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan


3.1.1 Waktu : 20 Oktober 2015.
3.1.2 Tempat Pelaksanaan : Gedung Biologi Gedung 3 FKIP
Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan Percobaan


3.2.1 Alat
a. Gelas plastik.
b. Cetok.
c. Timbangan.
3.2.2 Bahan
a. Benih jagung.
b. Tanah.
c. Air

3.3 Desain Percobaan


Gelas A Gelas B

A B

3.4 Prosedur Percobaan


1. Mengisi dua buah pot plastik dengan tanah dengan berat yang sama. Pada
pot B di tanami dua benih jagung, sedangkan pot A tidak di tanami.
Setelah satu minggu pilih tanaman jagung yang mempunyai pertumbuhan
terbaik dan pelihara sampai usia 3 minggu.
2. Pada saat 3 minggu setelah tanam, siram kedua pot dengan sejumlah air
tertentu, kemudian timbang.
3. Setelah itu kedua pot di jemur selama 3 minggu, kemudian ditimbang.

13
4. Selisih dari berat pot pertama (pot A) adalah jumlah air yang hilang
melalui evaporasi.
5. Selisih dari berat pot kedua (pot B) adalah jumlah air yang hilang melalui
evapotranspirasi.

3.5 Skema Alur Percobaan


Mengisi dua buah pot plastik dengan tanah dengan berat yang sama. Pada
pot B di tanami dua benih jagung, sedangkan pot A tidak di tanami. Setelah
satu minggu pilih tanaman jagung yang mempunyai pertumbuhan terbaik
dan pelihara sampai usia 3 minggu.

Pada saat 3 minggu setelah tanam, siram kedua pot dengan sejumlah air
tertentu, kemudian timbang.

Setelah itu kedua pot di jemur selama beberapa minggu, kemudian


ditimbang.

Selisih dari berat pot pertama (pot A) adalah jumlah air yang hilang melalui
evaporasi.

Selisih dari berat pot kedua (pot B) adalah jumlah air yang hilang melalui
evapotranspirasi.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Kelompok
Berat
1 2 3

Awal 252 gr 302gr 302gr

Tanaman 237,8gr 226,7gr 179,5gr

Kosong 214,4gr 274,6gr 182,8gr

4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini yaitu evapotranspirasi bertujuan untuk
mempelajari proses terjadinya evapotranspirasi. Praktikan melakukan
praktikum di gedung Biologi gedung 3 FKIP Universitas Jember. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu : gelas plastik, cetok, dan timbangan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : benih jagung, tanah, dan
air. Adapun cara kerja dalam praktikum ini antara lain : 1) Mengisi dua buah
pot plastik dengan tanah dengan berat yang sama. Pada pot B di tanami dua
benih jagung, sedangkan pot A tidak di tanami. Setelah satu minggu pilih
tanaman jagung yang mempunyai pertumbuhan terbaik dan pelihara sampai
usia 3 minggu, 2) Pada saat 3 minggu setelah tanam, siram kedua pot dengan
sejumlah air tertentu, kemudian timbang, 3) Setelah itu kedua pot di jemur
selama 3 minggu, kemudian ditimbang, 4) Selisih dari berat pot pertama (pot
A) adalah jumlah air yang hilang melalui evaporasi, 5) Selisih dari berat pot
kedua (pot B) adalah jumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi.
Kecepatan penguapan pada setiap tanaman berbeda-beda dapat kita lihat
berdasarkan hasil pengamatan yang ada dimana pada kelompok 2 dan 3 yang
berat awalnya sama sama 302 akan tetapi ketika di diamkan selama 1 minggu
berkurang menjadi 226,7 pada kelompok 2 dan 179.5 gr pada kelompok 3 hal
ini menunjukkan bahwa penguapan pada setiap tanaman berbeda-beda hal ini
dapat terjadi di karenakan faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Penerimaan

15
cahaya matahari pada setiap tanaman berbeda karena posisi pada setiap
tanaman pun berbeda hal ini mengakibatkan tanaman yang terpapar matahari
secara langsung dan sering akan lebih banyak terjadi proses penguapannya
karena semakin panas suhu maka mengakibatkan air yang terikat di dalam
tanah akan keluar berupa uap air sehingga berat akhirnya pun akan berkurang
lebih banyak, berat ini berkurang di karena kan terjadinya penguapan. Tekstur
dari tanah yang di gunakan adalah tanah debu berpasir yang dapat mengikat
partikel air akan tetapi mudah sekali kehilangan air karena terjadi nya proses
penguapan maka air yang ada di dalam tanah keluar berupa uap air karena air
keluar maka mengakibatkan berat dari tanah tersebut berkurang.
Sehingga dapat kita ketahui bahwa ketika semakin tinggi intensitas
cahaya matahari akan mengakibatkan kecepatan penguapan semakin cepat.
Sehingga mengakibatkan perbedaan hasil pada setiap ulangan. Kemudian
intensitas cahaya ini nanti nya hubungannya dengan suhu ketika intensitas
cahaya semakin tinggi maka mengakibatkan suhu yang ada pada permukaan
tanah semakin tinggi, ketika suhu di permukaan tanah semakin tinggi maka
akan mengakibatkan terjadinya penguapan air yang semakin cepat.
Kemudian ulangan 1 dengan yang lainnya berbeda diakibatkan faktor
tanah yang utamanya yaitu kelembaban tanah, jika kelembaban tanah pada
suatu tanah tinggi maka akan mengakibatkan tanah yang memiliki kelembaban
tingi cenderung mengandung banyak sekali air. Apabila kandungan air di
dalam tanah banyak atau tinggi maka akan mengakibatkan penguapan yang
terjadi semakin lambat karena partikel air yang terikat di dalam tanah
sangatlah banyak. Apabila kondisi tanah tidak dalam keadaan lembab dan
tanah tidak mudah menyimpan air maka tanah tersebut cenderung akan
semakin cepat terjadi penguapan. Jadi dapat kita ketahui bahwa jika kondisi
tanah lembab dan mudah mengikat partikel air tapi susah untuk melepaskan
air maka kecepatan penguapan semakin lambat akan tetapi apabila kondisi
tanah kering dan tidak mudah mengikat air serta mudah melepaskan air maka
mengakibatkan penguapan lebih ceat terjadi karena tanah mudah sekali
mengalami kehilangan air. Jika ulangan 1 memiliki kondisi tanah yang dapat
menyimpan partikel dengan baik dan ulangan 2 memiliki kondisi tanah yang

16
tidak mudah menyimpan air dan cenderung mudah melepaskan air maka dapat
mengakibatkan perbedaan kecepatan penguapan air dengan indikatornya
adalah berat akhir tanah.
Kecepatan penguapan yang terjadi dapat diketahui dengan menghitung
selisih berat awal dan berat akhir pada tiap pot. Pada kelompok 1 diketahui
bahwa kecepatan penguapan pada pot A yaitu sebesar 37,6 dan kecepatan
penguapan pada pot B yaitu sebesar 14,2. Pada kelompok 2 diketahui bahwa
kecepatan penguapan pada pot A yaitu sebesar 27,4 dan kecepatan penguapan
pada pot B yaitu sebesar 75,3. Pada kelompok 3 diketahui bahwa kecepatan
penguapan pada pot A yaitu sebesar 119,2 dan kecepatan penguapan pada pot
B yaitu sebesar 122,5. Kecepatan penguapan setiap tumbuhan berbeda juga di
karenakan kecepatan angin. Kecepatan angin pada setiap tanaman berbeda-
beda karena tempatnya yang berbeda, jika kecepatan angin di sekitarnya
semakin cepat maka penguapan yang terjadi semakin cepat karena uap air
langsung di bawa oleh angin tersebut akan tetapi jika kecepatannya rendah
maka air yang keluar berupa uap air akan berada pada sekitar tanah tersebut
sehingga kelembaban masih tetap terjaga dan air pun masih ada. Jika ulangan
1 kecepatan angin nya tinggi dan ulangan 2 memiliki kecepatan angin yang
rendah maka dapat mengakibatkan perbedaan kecepatan penguapan air dengan
indikatornya adalah berat akhir tanah.
Hal tersebut sesuai dengan teori Seyhan (1993) faktor yang
mempengaruhi evapotranspirasi yaitu faktor meteorologi meliputi radiasi
matahari, suhu udara dan permukaan, kelembaban, angin, tekanan barometer
serta faktor geografi meliputi kualitas air, jeluk tubuh air, ukuran dan bentuk
permukaan air, serta faktor-faktor lainny meliputi kandungan lengas tanah,
karakteristik kapiler tanah, jeluk muka air tanah, warna tanah, tipe kerapatan
vegetasi, ketersediaan air.
Menurut Linsley (1985), ada 3 faktor yang mendukung kecepatan
evapotranspirasi yaitu :
1. Faktor iklim mikro, mencakup radiasi netto, suhu, kelembaban dan angin.
2. Faktor tanaman, mencakup jenis tanaman, jumlah daun derajat
penutupannya, struktur tanaman, stadia perkembangan sampai masak.

17
keteraturan dan banyaknya stomata, mekanisme menutup dan
membukanya stomata.
3. Faktor tanah, mencakup kondisi tanah, aerasi tanah, potensial air tanah dan
kecepatan air tanah bergerak ke akar tanaman.
Penguapan dapat dipengaruhioleh beberapa faktor salah satunya adalah
jenis tanah. Ketika tanah terpapar sinar matahari, maka tanah akan mengalami
penguapan. Dalam praktikum, menurunnya berat pada gelas plastik tersebut
disebabkan adanya proses evaporasi, yaitu hilangnya air berupa uap air yang
terjadi akibat penguapan oleh tanah. Pada permukaan tanah faktor penting
yang memengaruhi evaporasi adalah ketersediaan air yang ada dalam tanah.
Dalam keadaan tanah jenuh air, pada suhu yang sama laju evaporasi dari
permukaan tanah tidak akan jauh berbeda dengan evaporasi dari permukaan
laut bebas kecuali kalau kandungan air dalam tanah terbatas maka laju
evaporasi akan dibatasi oleh suplai air dari lapisan di bawahnya.
Evapotranspirasi meningkat dengan semakin halus ukuran agregat
tanah.Pemisahan pengukuran evaporasi dan transpirasi dapat menentukan
hubungan antara serapan air tanaman dengan parameter tumbuh tanaman
yang diamati. Jadi misalnya pada jenis tanah yang berpasir akan mengalami
evoporasi lebih cepat, karena tidak mampu menyimpan air dengan baik
sehingga lengas tanah semakin tinggi dan air akan mudah hilang melalui
peristiwa evaporasi. Pada praktikum, tanah yang digunakan adalah tanah liat
sehingga tingkat evaporasi semakin kecil karena tanah liat memiliki daya
simpan air yang tinggi sehingga air tidak mudah hilang.
Diketahui, berdasarkan teksturnya tanah dibedakan menjadi tanah pasir,
tanah pasir berdebu, debu berpasir, tanah debu dan tanah liat. Tanah pasir
memiliki ciri-ciri butiran akan terasa kasar dan lepas satu sama lain, tidak
dapat dibentuk, dalam keadaan kering terlepas partikel-partikelnya. Tanah
pasir berdebu lemah untuk dibentuk, pada tangan memberi warna lemah,
masih dapat dirasa adanya bagian yang kasar. Pada tanah debu berpasir dapat
dibentuk dengan baik, dapat dipilin sampai besar hitamanya (karbon) pada
pensil, sangat nyata memberi warna pada tangan. Tanah debu dapat dibentuk
sangat baik, lengket pada sendok, pada kuku tidak meninggalkan bekas

18
mengkilat tetapi kelihatan sedikit kasar dan memberi warna yang baik pada
tangan. Tanah liat sangat lengket, licin, dengan kuku bekasnya mengkilat, bila
kering merekah. Dari kategori tersebut dapat dilihat berdasarkan ukuran
partikel agregatnya tanah debu akan mengalami evoporasi dengan cepat
sebaliknya tanah liat akan mengalami evaporasi dengan lambat.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi evaporasi antara lain
a. Radiasi matahari.
Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk
fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan
untuk transpirasi (Gardner, 1991).
b. Temperatur.
Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk
menyimpan air, yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar
(Gardner, 1991).
c. Kelembaban relatif.
Makin besar kandungan air di udara, makin tinggi Y udara, yang
berarti tuntutan atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan
relatif ( Gardner, 1991).
d. Angin.
Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila
aliran udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun,
perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata
akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat
(Poedjiadi, 1994).
e. Sifat permukaan benda yang menguap.
Semua permukaan yang terbuka terhadap hujan seperti tumbu-
tumbuhan,bangunan, dan perkerasan jalan, merupakan permukaan
penguapan yang potensial. Laju penguapan dari suatu permukaan
tanah jenuh kira-kira samadengan laju penguapan dari suatu permukaan
air pada temperatur yang sama. Padasaat tanah mulai mengering,
penguapan berkurang dan temperaturnya naik guna mencapai
keseimbangan energi. Akhirnya penguapan terhenti sama sekali,

19
karenatidak ada mekanisme yang efektif untuk membawa air ke
kedalaman yang cukup.Dengan demikian, laju penguapan dari
permukaan tanah dibatasi olehketersediaan air atau kesempatan
penguapan (Gaman, 1994).
f. Pengaruh kualitas air Pengaruh kemasinan (salinitas), atau benda padat
yang terlarut (dissolved solid), ditimbulkan oleh berkurangnya tekanan
uap pada larutan yang bersangkutan. Tekanan uap laut kira-kira 2%
lebih kecil dari air murni pada temperatur yangsama. Semakin banyak zat
terlarut dalam larutan menyebabkan tekanan uap lebihkecil sehingga
membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk menguap. Sehinggapenguapan
lebih mudah terjadi pada larutan dengan zat terlarut kecil (Buckle dkk.
1987).
Menurut Gardner (1991), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi antara lain :
1. Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata
karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit
transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka
lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan
penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi
pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah
tingkat cahaya dan kelembapan.
2. Jumlah dan ukuran stomata. Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi
oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih
sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan p enutupan
stomata.
3. Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar
evapotranspirasi.
4. Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai
mekanisme dalam daun yang menguntungkan untuk pengurangan
transpirasi apabila persediaan air terbatas.

20
Menurut Gardner (1991), kedalaman dan proliferasi akar.
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya
sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang
lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per
satuan volume tanah) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan
volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.
Nambah disini ya bebs

Berdasarkan hasil pengamatan evapotranspirasi, hasil yang didapatkan


memang ada ang belum sesuai dengan teori hal tersebut dikarenakan pada saat
pengukuran awal berat tanah ataupun berat tumbuhan tidak begitu valid. ada
beberapa jenis-jenis evapotranspirasi menurut Rahma (2015) bahwa
evapotranspirasi dibagi menjadi evapotranspirasi potensial (ETp),
evapotranspirasi standar (ETo), evapotranspirasi tanaman (ETc), evaporasi
aktual (ETa).
a. Evapotranspirasi potensial
Evapotranspirasi potensial adalah yang mungkin terjadi pada kondisi
air yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang mempengaruhi
evapotranspirasi potensial adalah tersedianya air yang cukup banyak.
Evapotranspirasi potensial terjadi jika:
- Evapotranspirasi pada suatu daerah sempit di tengah-tengah daerah
yang luas, tidak terpisah, seluruh permukaan tertutup vegetasi yang
seragam.
- Dalam kondisi kelembaban tanah tidak terbatas.
Dari batasan di atas ada dua persyaratan apabila kedua persyaratan
tersebut dikombinasikan maka batasan akan memberikan gambaran
kehilangan air (evapotranspirasi) dari suatu plot di tengah-tengah hutan
rimba belantara yang basah dibawah pengaruh meteorologis, energi
radiasi, kecepatan angin, suhu, kelembaban udara dan variabel iklim
lainnya. Kenyataan konsep evapotranspirasi potensial bervariasi karena
konsep tersebut abstrak. Ada versi lain yang beranggapan bahwa
evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang terjadi dalam

21
kondisi kelembaban permukaan tidak terbatas (basah) berlangsung pada
cuaca setempat, dan kondisi permukaan setempat. Versi ini tidak
memperhatikan persyaratan pertama yaitu luas daerah. Harga
evapotranspirasi potensial tidak melebihi harga evapotranspirasi
permukaan air terbuka.
b. Evapotranspirasi Aktual
Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang
diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka dalam
evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbatas. Jadi
evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi
air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh
proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed
surface) pada musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk tiap
daerah berbeda – beda.
c. Evaporasi Standar
ETO adalah evaporasi pada suatu permukaan standar yang dapat
diperoleh dari lahan dengan lahan tajuk penuh oleh rerumputan hijau yang
ditanam pada lahan subur berkadar air tanah cukup tinggi antara 8-15 cm.
d. Evapotranspirasi Tanaman
ETC pada kondisi standar adalah ET dari suatu lahan luas dengan
tanaman sehat berkecukupan hara dan bebas hama penyakit, yang ditanam
pada kondisi air tanah optimum dan mencapai produksi penuh di bawah
keadaan suatu iklm tertentu. Nilai ETc berubah-ubah menurut umur atau
fase perkembangan tanaman.

22
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan
transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah
dan badan-badan air (abiotik), sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya
air dari tanaman (boitik) akibat proses respirasi dan fotosistesis. Kombinasi
dua proses yang saling terpisah dimana kehilangan air dari permukaan tanah
melalui proses evaporasi dan kehilangan air dari tanaman melalui proses
transpirasi disebut sebagai evapotranspirasi. Ada 3 faktor yang mendukung
kecepatan evapotranspirasi yaitu : 1) Faktor iklim mikro, mencakup radiasi
netto, suhu, kelembaban dan angin, 2) Faktor tanaman, mencakup jenis
tanaman, jumlah daun derajat penutupannya, struktur tanaman, stadia
perkembangan sampai masak, keteraturan dan banyaknya stomata, mekanisme
menutup dan membukanya stomata, 3) Faktor tanah, mencakup kondisi tanah,
aerasi tanah, potensial air tanah dan kecepatan air tanah bergerak ke akar
tanaman. Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi : 1)
Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata
karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit
transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka
lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan
lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan
penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan
kelembapan. 2) Jumlah dan ukuran stomata. Jumlah dan ukuran stomata,
dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang
lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan
penutupan stomata. 3) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun,
makin besar evapotranspirasi. 4) Penggulungan atau pelipatan daun.
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang

23
menguntungkan untuk pengurangan transpirasi apabila persediaan air
terbatas.

1.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum ini ditentukan tempat khusus untuk
meletakkan percobaan agar hasil ulangan satu dengan yang lain tidak terdapat
perbedaaan yang sangat mencolok.

24
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta : UGM Press.
Buckle, K. A dkk. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Devlin, R.M and K.H.Withan.1983. Plant Phisiology. Boston : Williard Grant Press.
Fitter. A. H.dan Hay, R. K. M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press.
Gaman, P. M. 1994. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.
Yokyakarta: UGM Press.
Gardner, F. P. R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanamanan
Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Islamii, T dan Utomo, W. H. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman..
Semarang : IKIP Semarang Press.
Jumin, H. B. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta : Rajawali
Press.
Khairunnisa, L. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan
: Fakultas Pertanian USU.
Lakitan,B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta
: Gramedia.
Michael,P.H. 1964. General Phisiology. Tokyo : Kogasuma Company.
Nurdin, 2011.Analisis Perubahan Kadar Air Dan Kuat Geser Tanah Gambut
Lalombi Akibat Pengaruh Temperatur Dan Waktu Pemanasan. Palu.
Jurnal SMARTek. Vol. 9 No. 2: 88 – 108.
Pairunan. A. K. dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang : BKPT
INTIM.
Poedjiadi, anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Seyhan,E . 1993. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Sudaryono , 2001.Pengaruh Pemberian Bahan Pengkondisi Tanah Terhadap Sifat
Fisik Dan Kimia Tanah Pada Lahan Marginal Berpasir. Jurnal Teknologi
Lingkungan. Vol. 2. No. 1: 106-112.
Vaughn, Ansen.1986.Dasar-dasardanPrakteklrigasi. Jakarta : Erlangga.

25
LAMPIRAN

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai