Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH HIDROLOGI TERAPAN

PROSES, ANALISIS, DAN DESAIN HIDROLOGI BESERTA


KOMPONENNYA

Dosen Pengampu : Bismi Annisa S.T., M.T

Oleh:

KELOMPOK 3

KELAS IVC

AHMAD AKBAR 183110623


DINDA UTAMI 183110572
MUHAIKAL AMIN 183110651
RAHMAD ABDUL AZIS 183110666
RENDY 183110626

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Hidrologi Terapan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang proses, analisis dan desain hidrologi serta
komponen-komponennya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 21 Maret 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Proses Hidrologi dan Komponennya.......................................................3


2.2 Analisis Hidrologi dan Komponennya.....................................................10
2.3 Desain Hidrologi dan Komponennya.......................................................18

BAB III PENUTUP.............................................................................................21

3.1 Kesimpulan..............................................................................................21
3.2 Saran........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah salah satu komponen abiotik yang ada di bumi dan
keberadaannya sangat penting bagi hidup seluruh makhluk yang ada. Bila
dikaitkan dengan manusia, air merupakan 80% pengisi tubuh manusia
sehingga manusia diwajibkan memenuhi kebutuhan air setiap harinya. Bila
dikaitkan dengan makhluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuhan, air
tetap mempunyai peran yang penting.

Tumbuhan yang setiap harinya memasak makanan tak hanya


membutuhkan klorofil dan sinar surya, namun juga membutuhkan air.
Sedangkan, bagi hewan, fungsi air sebagian besar sama dengan yang ada pada
manusia, air digunakan untuk minum pemenuh mineral tubuh. Oleh karena
perannya yang penting bagi kelangsungan kehidupan, air diharuskan selalu
ada sehingga adanya siklus air.

Hal lain yang dibahas dalam ilmu hidrologi yaitu terkait pergerakan air
atau dengan kata lain disebut dengan siklus air. Selain itu, hidrologi juga
mempelajari tentang kualitas air seperti baik tidaknya untuk dikonsumsi dan
juga mempelajari distribusi air di bumi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tahapan proses hidrologi dan apa saja komponennya?
2. Bagaimana tahapan analisis hidrologi dan apa saja komponennya?
3. Apa yang dimaksud dengan desain hidrologi dan apa saja
komponennya?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana proses hidrologi beserta komponennya.
2. Untuk memahami bagaimana tahapan analisis hidrologi beserta
komponennya.
3. Untuk memahami tentang desain hidrologi beserta komponennya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Hidrologi dan Komponennya

Siklus hidrologi memiliki makna yang sama dengan siklus air karena
kata hidrologi artinya sama dengan air, hanya perbedaan kosakata saja. Siklus
air adalah suatu siklus yang terjadi di lingkungan perairan dan hal ini tidak
akan berhenti atau terus berjalan. Siklus hidrologi diartikan sebagai proses air
dari atmosfer ke bumi, lalu air akan kembali lagi ke atmosfer dan begitu
seterusnya.

Siklus air adalah salah satu siklus biogeokimia yang terjadi di bumi
dengan tujuan mempertahankan jumlah atau ketersediaan air. Akan tetapi,
apabila kata hidrologi diartikan secara bahasa, ia memiliki makna ilmu air
yang berasal dari bahasa Yunani. Sehingga hidrologi memiliki makna secara
harfiah yaitu suatu cabang ilmu geografi yang mempelajari aneka hal yang
terkait dengan air.

Sesuai dengan namanya, siklus hidrologi tentunya memiliki proses


yang panjang agar dapat terus berlangsung tanpa terhenti. Siklus hidrologi
mempunyai sembilan tahapan yaitu evaporasi sebagai tahap pertama lalu
diikuti oleh transpirasi, evapotranspirasi dan sublimasi serta kondensasi.
Tahap selanjutnya ialah tahap adveksi, tahap presipitasi dan tahap run off serta
yang terakhir tahap infiltrasi.

3
Berikut adalah proses siklus hidrologi:

Secara garis besar, proses siklus hidrologi yaitu yang pertama seluruh air
yang ada di bagian bumi mana pun akan menguap. Seluruh air akan menguap ke
atmosfer atau lebih tepatnya ke angkasa lalu air ini akan berubah menjadi awan di
langit. Setelah itu, air yang telah berubah menjadi akan berubah lagi menjadi
bintik air. Bintik air tersebut selanjutnya akan turun ke bumi dalam bentuk hujan
dapat pula dalam bentuk es dan dapat pula salju. Setelah hujan turun, air akan
masuk ke dalam celah atau pori tanah dengan arah gerak vertikal atau pun arah
horizontal. Air tersebut selanjutnya akan kembali ke aliran permukaan air yang
mana akan terus mengalir hingga kembali ke danau atau sungai.

1. Evaporasi atau penguapan seluruh air

Evaporasi ialah tahap pertama dalam siklus hidrologi yang mana pada
tahap ini air yang berada di sungai dan lainnya menguap. Sungai, danau dan
laut serta tempat lainnya dianggap sebagai badan air lalu air yang menguap
akan menjadi uap air. Air yang ada di seluruh badan air menguap karena
panasnya sinar matahari dan penguapannya disebut evaporasi.

4
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul cair
menjadi molekul gas, maka air berubah menjadi uap. Penguapan yang
terjadi menimbulkan efek naiknya air yang telah berubah menjadi gas ke
atas atau ke atmosfer. Sinar matahari ialah pendukung utama dalam tahap
evaporasi sehingga semakin teri sinarnya, semakin besar molekul air yang
terangkat.

2. Transpirasi atau penguapan air di jaringan makhluk hidup

Transpirasi juga merupakan proses penguapan, namun penguapan


yang terjadi bukan pada air yang tertampung dalam badan air. Transpirasi
adalah penguapan yang terjadi pada bagian tubuh makhluk hidup
khususnya tumbuhan dan hewan dan prosesnya sama dengan tahap
evaporasi. Molekul cair pada tubuh tumbuhan dan hewan akan berubah
menjadi uap atau molekul gas.

Setelah molekul cair menguap, selanjutnya akan naik ke atas atau


ke atmosfer sama seperti proses yang ada saat tahap evaporasi. Transpirasi
khususnya terjadi pada jaringan yang ada di tumbuhan dan hewan, namun
dari tahap ini air yang dihasilkan tidak banyak. Pada proses transpirasi,
molekul cair yang menguap tak sebanyak saat proses evaporasi.

3. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah proses gabungan dari tahap evaporasi dan


tahap transpirasi sehingga pada tahap ini air yang menguap banyak.
Evotranspirasi ialah suatu tahap penguapan yang mana molekul cair yang
menguap ialah seluruh air dan jaringan makhluk hidup. Tahap ini ialah
tahap yang paling memengaruhi siklus hidrologi atau jumlah air yang
terangkut.

5
4. Sublimasi

Selain ketiga proses yang telah dijelaskan di atas, ada pula proses
penguapan yang lain yaitu sublimasi. Sublimasi memiliki makna yang
sama ialah perubahan molekul cair menjadi molekul gas ke arah atas yaitu
arah atmosfer. Namun, penguapan yang terjadi ialah perubahan es yang
ada di kutub dan di gunung yang tidak melewati proses cair.

Hasil air yang terangkat pada saat tahap sublimasi memang tak
sebanyak hasil dari tahap evaporasi dan yang lainnya. Namun, tahap
sublimasi tetap berpengaruh terhadap berjalannya siklus hidrologi
sehingga tak dapat dilewatkan atau bahkan dihilangkan. Hal yang
membedakan tahap sublimasi dari tahap evaporasi, tahap ini memerlukan
waktu yang lebih lama atau lambat.

5. Kondensasi

Setelah melalui empat tahap di atas, selanjutnya yaitu tahap


kondensasi yang mana air yang telah menguap berubah menjadi partikel
es. Partikel es yang dihasilkan sangat kecil dan terjadi karena suhu dingin
pada ketinggian yang ada di atmosfer bagian atas. Lalu partikel es tersebut
akan berubah menjadi awan dan semakin banyak partikel es, awan
semakin berwarna hitam.

6. Adveksi

Adveksi adalah tahap yang hanya berada di siklus hidrologi


panjang atau dengan kata lain tidak terjadi di siklus hidrologi pendek. Pada
tahap ini yang terjadi ialah perpindahan awan dari satu titik ke titik lainnya
atau dikatakan awan di langit menyebar. Perpindahan awan ini terjadi
karena adanya angin dan akan berpindah dari lautan ke daratan begitu pula
sebaliknya.

6
7. Presipitasi

Proses yang ketujuh ialah presipitasi yaitu tahap mencairnya awan


karena tidak mampu lagi menahan suhu yang semakin meningkat. Pada
tahap inilah akan terjadi salah satu gejala alam yang dinamakan hujan
dengan ciri jatuhnya butiran air ke permukaan bumi. Bila suhu yang ada di
sekitar kurang dari 0 derajat celcius, kemungkinan akan terjadi hujan salju
atau bahkan es.

8. Run off

Tahap run off juga mempunyai nama lain limpasan yang mana
pada tahap ini air hujan yang telah turun akan bergerak. Pergerakan yang
terjadi yaitu dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan bumi yang
lebih rendah melalui berbagai saluran. Saluran yag dimaksud sebagai
contoh saluran got, sungai dan danau atau laut bahkan samudera.

9. Infiltrasi
Infiltrasi menjadi tahap terakhir dalam siklus hidrologi yang
terjadi, tahap ini merupakan tahap dimana air hujan menjadi air tanah. Air
hujan yang turun ke bumi tak seluruhnya akan mengalir seperti pada tahap
limpasan, namun akan mengalir pula ke tanah. Merembesnya air hujan ke
pori tanah inilah yang disebut dengan infiltrasi lalu seluruhnya akan
kembali ke laut.

Setelah dijelaskan mengenai proses siklus hidrologi, selanjutnya akan


dibahas tentang tiga macam siklus hidrologi yaitu siklus pendek, sedang dan
panjang. Macam-macam siklus hidrologi, yaitu:

a. Siklus Hidrologi Pendek

Secara singkat siklus hidrologi pendek yaitu terjadi penguapan air


laut atau evaporasi karena paparan sinar matahari yang menyinari lautan.

7
Selanjutnya air laut akan berubah menjadi molekul uap yang
kemudian akan terjadi tahap kondensasi atau pembentukan partikel es di
awan. Tahap terakhir dari siklus hidrologi pendek yaitu turunnya awan
menjadi hujan di atas permukaan laut. Setelah hujan turun ke laut, dengan
kata lain air laut yang awalnya menguap telah kembali lagi ke laut.

b. Siklus Hidrologi Sedang

Jenis siklus hidrologi yang kedua yaitu siklus hidrologi sedang,


siklus ini merupakan siklus yang paling umum di Indonesia. Pada siklus
hidrologi sedang, tahap atau proses adveksi tetap ada dan berjalan, berbeda
dengan siklus pendek. Siklus hidrologi sedang menghasilkan hujan yang
akan turun di daerah daratan yang kemudian air hujan akan kembali ke
badan air.

Siklus hidrologi sedang tahapan yang pertama yaitu tahap


evaporasi atau penguapan dari berbagai air yang ada di badan air. Lalu air
akan berubah menjadi molekul gas atau uap dan terangkat ke atmosfer
bagian atas karena pengaruh sinar matahari. Kemudian uap tersebut
bergerak karena pengaruh tahap adveksi sehingga uap berjalan ke arah
daratan.

Setelah sampai pada atmosfer daratan, uap air akan berubah


menjadi awan yang mana setelah itu hujan akan turun ke bumi. Tahap
selanjutnya yaitu air hujan yang telah turun atau sampai ke daratan akan
mengalami tahap limpasan atau run off. Air hujan akan mengalami
pergerakan melalui berbagai saluran hingga pada akhirnya kembali ke laut.

c. Siklus Hidrologi Panjang

8
Jenis siklus hidrologi yang ketiga yaitu siklus hidrologi panjang,
siklus ini biasa terjadi di daerah seperti pegunungan. Tak hanya terjadi di
daerah pegunungan, siklus hidrologi panjang juga terjadi di suatu daerah
yang beriklim subtropis. Perbedaan yang ada dalam siklus panjang
dibanding siklus lainnya yaitu awan tak langsung turun menjadi hujan.

Tahap pertama dari siklus ini yaitu air laut mengalami penguapan
atau evaporasi lalu berubah menjadi molekul gas atau uap. Perubahan yang
terjadi akibat adanya panas dari sinar matahari, kemudian uap akan
mengalami tahap sublimasi. Selanjutnya akan terbentuk awan yang berisi
kristal es lalu terjadilah tahap adveksi atau perpindahan awan ke titik yang
lain.

Pada tahap adveksi, awan yang di dalamnya mengandung kristal


akan berubah arah menuju daratan dan mengalami presipitasi. Setelah
presipitasi terjadi, hujan akan turun, namun hujan yang turun berbentuk
salju tidak berbentuk air yang terakumulasi menjadi gletser. Kemudian
gletser yang telah ada di daratan akan mencair akibat dari pengaruh suhu
dan tekanan.

Akibat mencairnya gletser, akan terbentuk air yang mana berjalan


menuju aliran air sungai dan membentuk aliran air sungai. Selanjutnya air
yang berawal dari salju kemudian berubah menjadi gletser dan terbentuk
air akan melakukan pergerakan ke arah laut. Saat itulah, seluruh air yang
telah melewati beberapa tahap siklus hidrologi akan kembali lagi ke laut.

9
2.2 Analisis Hidrologi dan Komponennya

Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal


dalam perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Pengertian yang
terkandung di dalamnya adalah bahwa informasi dan besaran-besaran yang
diperoleh dalam analisis hidrologi merupakan masukan penting dalam analisis
selanjutnya. Bangunan hidraulik dalam bidang teknik sipil dapat berupa
gorong-gorong, bendung, bangunan pelimpah, tanggul penahan banjir, dan
sebagainya. Ukuran dan karakter bangunan-bangunan tersebut sangat
tergantung dari tujuan pembangunan dan informasi yang diperoleh dari
analisis hidrologi. Sebelum informasi yang jelas tentang sifat-sifat dan besaran
hidrologi diketahui, hampir tidak mungkin dilakukan analisis untuk
menetapkan berbagai sifat dan besaran hidrauliknya. Demikian juga pada
dasarnya bangunan- bangunan tersebut harus dirancang berdasarkan suatu
standar perancangan yang benar sehingga diharapkan akan dapat
menghasilkan rancangan yang memuaskan.

Dalam merencanakan Embung Pusporenggo ini, sebagai langkah awal


dilakukan pengumpulan data. Data tersebut digunakan sebagai dasar
perhitungan stabilitas maupun perencanaan teknis. Dari data curah hujan yang
diperoleh,dilakukan analisis hidrologi yang menghasilkan debit banjir
rencana, yangkemudian diolah lagi untuk mencari besarnya flood routing 
yang hasilnyadigunakan untuk menetukan elevasi mercu spillway. Analisis
hidrologi untuk perencanaan embung meliputi empat hal, yaitu :

a. Aliran masuk (inflow) yang mengisi embung. 


b. Banjir rencana untuk menentukan kapasitas dan dimensi bangunan
pelimpah(spillway).
c. Tampungan embung.
d. Aliran keluar (outflow) untuk menentukan bangunan pengambilan.

10
Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut
(Sosrodarsono, 1993) :

a. Menentukan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) beserta luasnya.


b. Menentukan luas daerah pengaruh stasiun-stasiun penakar hujan dengan
Metode Poligon Thiessen.
c. Menentukan curah hujan maksimum tiap tahunnya dari data curah hujan
yang ada.
d. Menganalisis curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.
e. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan
rencana.
f. Menghitung debit andalan untuk keperluan irigasi dan air baku.
g. Menghitung kebutuhan air di sawah yang dibutuhkan untuk tanaman.
h. Menghitung neraca air yang merupakan perbandingan antara debit air
yangtersedia dengan debit air yang dibutuhkan untuk keperluan irigasi dan
air baku.

2.2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh


punggung-punggung gunung/pegunungan dimana air hujan yang jatuh di
daerah tersebut akan mengalir menuju sungai utama pada suatu titik /stasiun
yang ditinjau. DAS ditentukan dengan menggunakan peta topografi yang
dilengkapi dengan garis-garis kontur, garis kontur digunakan sebagai
penentuan suatu DAS untuk menentukan arah dari limpasan permukaan yang
berasal dari titik-titik tertinggi dan bergerak menuju titik-titik yang lebih
rendah dalam arah tegak lurus dengan garis-garis kontur. Air hujan yang jatuh
di dalam DAS akan mengalir menuju sungai utama yang ditinjau, sedang yang
jatuh diluar DAS akan mengalir ke sungai lain disebelahnya (Triadmojdo,
2008).

11
Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah pada peta topografi.
Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai, pada umumnya semakin
besar DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin
besar pula aliran permukaan atau debit sungai.

Gambar 2.1 Daerah Aliran Sungai

Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran permukaan meliputi:

1. Luas DAS dan bentuk DAS

Laju dan volume aliran permukaan makin bertambah besar dengan


bertambahnya luas DAS. Tetapi apabila aliran permukaan tidak dinyatakan
sebagai jumlah dari total DAS, melainkan sebagai laju dan volume per satuan
luas, besarnya akan berkurang dengan bertambahnya luasan DAS. Ini
berkaitan dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh
sampai ke titik kontrol (waktu kosentrasi) dan juga penyeberan atau intensitas
hujan.

12
Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran dalam sungai.
Pengaruh bentuk DAS terhadap aliran permukaan dapat ditunjukkan
dengan memperhatikan hidograf-hidograf yang terjadi pada dua DAS yang
bentuknya benbeda namun mempunyai luas yang sama dan menerima
hujan dengan intensitas yang sama.

Gambar 2.2 Pengaruh Bentuk DAS Pada Aliran Permukaan

Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menghasilkan


laju aliran permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang
berbentuk melebar atau melingkar. Hal ini terjadi karena waktu konsentrasi
DAS yang memanjang lebih lama dibandingkan dengan DAS yang melebar,
sehingga terjadinya konsentrasi air dititik kontrol lebih lambat yang
berpengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. Faktor bentuk juga dapat
berpengaruh pada aliran permukaan apabila hujan yang terjadi tidak serentak
diseluruh DAS, tetapi bergerak dari ujung yang satu ke ujung lainnya. Pada
DAS memanjang laju aliran akan lebih kecil karena aliran permukaan akibat
hujan di hulu memberikan kontribusi pada titik control ketika aliran
permukaan dari hujan dihilir telah habis, atau mengeci. Sebaliknya pada DAS
melebar, datangnya aliran permukaan dari semua titik di DAS tidak terpantau.

13
2. Topografi

Topografi atau tampakan rupa muka bumi seperti kemiringan lahan,


keadaan dan kerapatan saluran, dan bentuk-bentuk cekungan lainnya
mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. DAS dengan
kemiringan curam disertai saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan
volume aliran permukaan yang lebih tingi dibandingkan dengan DAS yang
landai dengan saluran yang jarang dan adanya cekungan-cekungan. Pengaruh
kerapatan saluran, yaitu per satuan luas DAS, pada aliran permukaan adalah
memperpendek waktu konsentrasi, sehingga memperbesar laju aliran
permukaan.

3. Tata Guna Lahan

Pengaruh tata guna lahan (land use) pada aliran permukaan dinyatakan
dalam koefisien aliran permukan (C), yaitu bilangan yang menunjukan
perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan.
Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk
menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 sampai 1. Nilai
C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke
dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukan bahwa semua air hujan
mengalir sebagai aliran permukaan.

2.2.2 Analisis Curah Hujan Wilayah

Curah hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan
tidak mengalir (BMKG, 2016). Menurut Triatmodjo (2008), stasiun penakar
hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik dimana stasiun berada,
sehingga hujan pada suatu luasan harus diperkirakan dari titik pengukuran
tersebut.

14
Apabila pada suatu daerah terdapat lebih dari stasiun pengukuran yang
ditempatkan secara terpencar, hujan yang tercatat di masing-masing stasiun
dapat tidak sama. Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk
menentukan hujan rerata pada daerah tersebut, yang dapat dilakukan dengan
tiga metode berikut yaitu :

a. Metode Rerata Aritmatik (Aljabar)


Metode ini adalah yang paling sederhana untuk menghitung hujan rerata
pada suatu daerah. Pengukuran dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu
yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan biasanya adalah yang
berada di dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS yang masih berdekatan
juga bisa diperhitungkan.

Gambar 2.3 Stasiun hujan di suatu DAS (Triatmodjo, 2008)


Hujan rerata pada seluruh DAS diberikan oleh persamaan 2.1:
𝑃𝑃 = 𝑃𝑃1+𝑃𝑃2+𝑃𝑃3/n..........................................................................(2.1)

Dengan :
P : Hujan rerata kawasan
P1, P2, P3,.....,Pn : Hujan di stasiun 1, 2, 3, ..., n
N : Jumlah stasiun

15
b. Metode thiessen

Gambar 2.4 Metode Poligon Thiessen (Triatmodjo, 2008)


Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun
yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS
dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun
terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan
tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah
yang ditinjau tidak merata. Perhitungan poligon Thiessen seperti pada
persamaan 2.2 sperti dibawah ini :
𝑝𝑝 = 𝐴𝐴1𝑃𝑃1+𝐴𝐴2𝑃𝑃2+⋯+𝐴𝐴𝑛𝑛𝑃𝑃𝑛𝑛 /AA1+AA2+…+AAnn.......(2.2)

Dengan :

P : Hujan rerata kawasan

P1,P2, ..., Pn : Hujan pada stasiun

1,2,..,n A1,A2, ..., An : Luas daerah stasiun 1,2,..., n

16
c. Metode Isohiet

Gambar 2.5 Metode Isohiet (Triatmodjo, 2008)

Isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman


hujan yang sama. Pada metode isohiet, dianggap bahwa hujan pada suatu
daerah di antara dua garis isohiet adalah merata dan sama dengan nilai rerata
dari kedua garis isohiet tersebut. Metode isohiet merupakan cara paling teliti
untuk menghitung kedalaman hujan rerata di suatu daerah, tetapi cara ini
membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak dibandingkan
dengan dua metode sebelumnya. Secara matematis hujan rerata tersebut dapat
ditulis seperti pada persamaan 2.3 :

Dengan: : Hujan rerata kawasan

I1,I2,...,In : Garis isohiet ke

1,2,...,n,n+1 A1,A2,...,A3 : Luas daerah yang dibatasi oleh isohiet ke 1 dan 2,


2 dan 3,..., n dan n+1

17
2.3 Desain Hidrologi dan Komponennya
Desain hidrologi adalah kegiatn penilaian atau penaksiran dampak
kejadian hidrologi terhadap sebuah sistem sumber daya air serta pemilihan
nilai bagi variable desain yang cukup berperan pada sistem tersebut.
Desain hidrologi dibutuhkan pada saat membuat perencanaan
bangunan air, seperti tanggul pengendali banjir, atau pada saat membuat
program sistem pengendali banjir yang sudah ada agar berfungsi lebih
baik. Sebagai contoh, desain hidrologi dapat dihasilkan peta daerah banjir
yang berguna untuk mengeleminir pembangunan rumah di daerah pinggir
sungai.
Selain hidrologi, banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan
pada perencanaan sistem sumber daya air, yaitu meliputi kesejahteraan
masyarakat, keamanan, ekonomi, estetika, hukum, dan faktor teknis
seperti geoteknik dan desain struktur.
Namun demikian, bagi hidrologis pusat perhatiannya adalah
masalah aliran air yang melalui sebuah sistem, dan faktor-faktor lain yang
menyebabkan masalah hidrologi dapat menimbulkan dampak terhadap
sistem tersebut. Oleh karenanya dibandingkan dengan hidrologi analisis,
hidrologi desain memiliki ruang lingkup yang lebih luas.
a. Skala Desain Hidrologi
Tujuan perencanaan dan manajemen sumber daya air secara kasar
dapat dikelompokkan kedalam 2 kategori. Pertama adalah pengendali
air, seperti drainase, pengendali banjir, pengurangan polusi, pengendali
serangga, pengendali sedimen, dan pengendali salinitas. Kedua adalah
penggunaan air dan manajemen, seperti suplai air domistik dan
industry, irigasi, pembangkit tenaga listrik, rekreasi, pemeliharaan ikan
dan kehidupan liar, penambahan aliran rendah untuk manajemen
kualitas air, dan manajemen watershed.

18
Pada kasus lain, lingkup hidrologi sama, yaitu menentukan aliran
rencana, menelusuri aliran yang melalui sebuah sistem, dan memeriksa
apakah nilai output yang dihasilkanmemuaskan. Perbedaaan antara 2
kasus adalah desain untuk pengendali air umumnya berhubungan
dengan kejadian ekstrim pada durasi pendek, seperti debit puncak
sesaat selama banjir, atau aliran minimum selama periode beberapa
hari pada musim kemarau. Sementara desain untuk penggunaan air
berhubungan dengan aliran lengkap hidrograf yang terjadi selama
periode satu tahun.
Skala desain hidrologi adalah rentang besarnya nilai variable rencana,
seperti aliran rencana. Dalam hal ini sebuah nilai harus dipilih untuk
menentukan aliran masuk ke dalam sebuah sistem. Faktor yang
terpenting adalah biaya dan keamanan. Besarnya nilai optimum untuk
desain adalah satu yang menyeimbangkan pertimbangan konflik antara
biaya dan keamanan.
b. Nilai Batas Estimasi
Estimated Limiting Value (ELV) didefinisikan sebagai nilai terbesar
yang mungkin terjadi pada sebuah kejadian hidrologi pada sebuah
tempat tertentu, berdasarkan informasi hidrologi yang terbaik. Rentang
ketidakpastian untuk ELV tergantung dari tingkat kepercayaan
informasi, teknis ilmu, dan ketepatan analisis. Dengan informasi, ilmu
pengetahuan, dan pengembangan analisis, estimasi lebih baik
memperkirakan nilai benar batas atas, dan rentang dari ketidakpastian
menjadi lebih kecil. Ditemukan bahwa nilai observasi hidrologi
melebihi nilai batas estimasi (ELV) yang diperkirakan sebelumnya.
Pada konsep nilai batas estimasi, umumnya digunakan hujan
maksimum mungkin terjadi (PMP = Probable Maximum Precipitation)
dan yang bersesuaian dengan banjir maksimum mungkin terjadi (PMF
= Probable Maximum Flood).

19
Menurut WMO (World Meteorological Organization) PMP
didefinisikan sebagai jumlah hujan yang secara psikal merupakan nilai
yang mendekati batas atas paa durasi tertentu untuk sebuah basin
tertentu.
c. Nilai Batas Probabilitas
Batas bawah pada skala desain, sebuah probabilitas atau berdasarkan
pendekatan misalnya digunakan. Besarnya kejadian hidrologi pada
level ini lebih kecil, biasanya didalam atau dekat dengan rentang hasil
observasi frekuensi. Sebagai hasilnya, probabilitas kejadian dapat
diestimasi secara tepat jika catatan hidrologi cukup panjang yang
tersedia untuk analisis frekuensi. Pendekatan probabilitas lebih sedikit
subjektifitas dan lebih teoritis daripada pendekatan deterministic.
Probabilitas juga merupakan acuan cara logika untuk menetapkan nilai
desain optimum seperti yang digunakan pada hydroeconomicanalysis
dan risk analysis.
d. Desain Pemakaian Air
Desain hidrologi untuk pemakaian air (water use) diatur secara ketat
oleh UU air, khususnya untuk daerah tandus. Hukum mengatur
pemakai mengurangi alokasi mereka disaat kekurangan air. Perbedaan
pengendali banjir dan penyediaan air, pada ketidakcukupan informasi
hidrologi adalah diberikan pada debit aliran dan ketinggian aliran,
kebutuhan aliran sungai dipengaruhi juga oleh turbiditas, temperature
dan variable kualitas lainnya dalam sebuah cara yang kompleks yang
berbeda dari satu jenis ke jenis yang lainnya. Sistem sumberdaya air
berhubungan dengan permintaan kompetisi pengguna, kebutuhan
untuk memelihara aliran sungai, dan kompetisi permintaan yang
berhubungan dengan pengendali banjir. Hidrologi desain harus
menetapkan tingkat desain yang tepat untuk setiap faktor.

20
e. Seleksi Tingkat Desain
Derajat hidrologi desain pada skala desain adalah besarnya nilai
hidrologi yang disepakati untuk mendesain suatu struktur bangunan air
pada sebuah proyek. Tiga pendekatan secara umum yang digunakan
untuk menetapkan sebuah nilai desain, yaitu pendekatan empiris,
analisis resiko, dan analisis hidroekonomi.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Siklus hidrologi merupakan perputaran air atau sirkulasi air yang
berasal dari bumi kemudian menuju atmosfer lalu kembali ke bumi lagi.
Proses ini berlangsung secara terus menerus. Beberapa proses yang terjadi
pada siklus hidrologi diantaranya evaporasi, evapotranspirasi, transpirasi,
infiltrasi, run-off, dan proses lainnya. Siklus hidrologi sendiri terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu siklus hidrologi pendek (siklus kecil), siklus
sedang, dan siklus panjang (siklus besar).
Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis
awal dalam perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Pengertian yang
terkandung di dalamnya adalah bahwa informasi dan besaran-besaran yang
diperoleh dalam analisis hidrologi merupakan masukan penting dalam
analisis selanjutnya. Bangunan hidraulik dalam bidang teknik sipil dapat
berupa gorong-gorong, bendung, bangunan pelimpah, tanggul penahan
banjir, dan sebagainya. Ukuran dan karakter bangunan-bangunan tersebut
sangat tergantung dari tujuan pembangunan dan informasi yang diperoleh
dari analisis hidrologi.
Desain hidrologi adalah kegiatn penilaian atau penaksiran dampak
kejadian hidrologi terhadap sebuah sistem sumber daya air serta pemilihan
nilai bagi variable desain yang cukup berperan pada sistem tersebut.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa, sudah sepantasnya kita perlu memiliki
kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melakukan penghematan air agar
ketersediaan air terjaga hingga masa yang akan datang.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://thegorbalsla.com/siklus-hidrologi/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2020

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/komponen-siklus-hidrologi.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2020

http://riffanty16.blogspot.com/2019/03/makalah-siklus-hidrologi-untuk-
memenuhi.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2020

https://www.academia.edu/6304880/
BAB_IV_ANALISIS_HIDROLOGI_BAB_IV_ANALISIS_HIDROLOGI
. Diakses pada tanggal 21 Maret 2020

https://www.academia.edu/12038456/DESAIN_HIDROLOGI. Diakses pada


tanggal 21 Maret 2020

23

Anda mungkin juga menyukai