Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FISIKA LINGKUNGAN

SIKLUS HIDROLOGI DAN


PENGARUH TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

Nama : 1) Desi Ariani (A2L020003)


2) Elda Handayani (A2L020014)
Kelas : I S2-Pendidikan IPA

Dosen : Dr. Henny Johan, M.Pd

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Siklus Hidrologi dan Pengaruhnya dalam Kehidupan ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah fisika lingkungan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang siklus hidrologi dan pengaruhnya dalam
kehidupan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Henny Johan, M.Pd selaku
Dosen Pascasarjana Pendidikan IPA pada mata kuliah fisika lingkungan yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Bengkulu, Oktober
2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Siklus Hidrologi


Cabang ilmu yang mempelajari tentang air tersebut adalah Hidrologi. Secara
etimologi, berasal dari dua kata, yaitu hidro = air, dan logos = ilmu. Dengan
demikian secara umum hidrologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang air
(Asdak, 2010).
Menurut (Tjasyono, 2013) hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji
tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai
bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan
cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah,
distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya. Secara
meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmosfer bumi.
Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah
yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai empat
persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau
mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan
curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm.
Menurut (Tchakerian, 2015), dasar konsep dari hidrologi adalah siklus
hidrologi yang digambarkan dalam skala ruang dan waktu yang berbeda. Secara
global siklus hidrologi merupakan proses terus menerus yang menghubungkan air
di atmosfer dengan air yang di darat maupun di laut. Pergerakan air dari ruang
satu ke yang lain terjadi melalui tiga fase, misalnya pergerakan air dari permukaan
tanah ke atmosfer terjadi dalam fase uap (penguapan dan kondesasi), fase cair
yaitu hujan dan fase padat yaitu salju.
Air selalu berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dan bergerak dari satu
tempat ke tempat lainnya, hal tersebut berkat adanya aliran arus air dan
pergerakan angin. Pergerakan dan perubahan ini berjalan terus menerus dan suatu
saat akan kembali lagi kepada bentuk semula. Proses tersebut biasa disebut
dengan siklus hidrologi atau siklus air. Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang
tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui
kondensasi, prestipitasi, dan transpirasi (Syarifudin, 2017).

B. Tahapan Proses Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi atau siklus air merupakan rangkaian peristiwa perpindahan
air dari laut ke atmosfer, kemudian dari atmosfer ke tanah, yang akhirnya dari
tanah kembali ke laut lagi. Siklus hidrologi ini setidaknya mencakup sembilan
tahap, yakni evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi,
adveksi, presipitasi, run off, dan infiltrasi. Secara lebih rinci, tahapan-tahapan
tesebut sebagai berikut:
1. Evaporasi
Tahapan pertama dalam siklus hidrologi ini adalah evaporasi. Evaporasi
merupakan istilah lain dari penguapan. Siklus hidrologi akan dimulai dari adanya
penguapan. Penguapan yang mengawali terjadinya siklus hidrologi adalah
penguapan dari air yang ada di bumi, seperti samudera, laut, danau, rawa, sungai,
bendungan (baca: bendungan terbesar di dunia), bahkan di areal persawahan.
Semua air tersebut akan berubah menjadi uap air karena adanya pemanasan
dari sinar matahari. Hal inilah yang disebut dengan evaporasi atau penguapan.
Evaporasi ini akan mengubah bentuk air yang semula cair menjadi uap air yang
berwujud gas. Karena menjadi wujud gas, hal ini memungkinkan bahwa gas
tersebut dapat naik ke atas (ke atmosfer) karena terbawa oleh angin. Semakin
panas sinar matahari yang diterima, maka akan semakin banyak air yang berubah
menjadi uap air, dan semakin banyak pula yang terbawa ke lapisan atmosfer bumi.
Dua unsur utama untuk berlangsungnya evaporasi adalah energi (radiasi)
matahari dan ketersediaan air. Radiasi matahari. Sebagian radiasi gelombang
pendek (shortwave radiation) matahari akan diubah menjadi energi panas di
dalam tanaman, air, dan tanah. Energi panas tersebut akan menghangatkan udara
di sekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan partikel-partikel tersebut
dinamakan panas-tampak (sensible heat). Sebagian dari energy matahari akan
diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan
perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Keadaan ini akan
menyebabkan perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Keadaan ini
akan menyebabkan udara di atas permukaan tanah jenuh, dan dengan demikian,
mempertahankan tekanan uap air yang tinggi.
2. Transpirasi
Selain evaporasi, ada bentuk penguapan lainnya yakni penguapan yang
berasal dari jaringan makhluk hidup. Penguapan yang terjadi di jaringan makhluk
hidup ini disebut sebagai transpirasi. Transpirasi ini terjadi di jaringan hewan
maupun tumbuhan. Sama halnya dengan evaporasi, transpirasi ini juga mengubah
air yang berwujud cair dari jaringan makhluk hidup tersebut menjadi uap air. Uap
air ini juga akan terbawa ke atas, yakni ke atmosfer. Namun, biasanya penguapan
yang terjadi karena transpirasi ini jumlahnya lebih sedikit atau lebih kecil daripada
penguapan yang terjadi karena evaporasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transpirasi yaitu, radiasi panas
matahari, suhu, kecepatan angin, dan gradient tekanan udara.Dalam hal ini
besarnya transpirasi, dalam batas tertentu, juga dipengaruhi oleh karakteristik dan
kerapatan vegetasi struktur tajuk, perilaku pori-pori daun, dan lain-lain.
3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi ini merupakan gabungan dari evapotasi dan juga
transpirasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa evapotranspirasi ini merupakan total
penguapan air atau penguapan air secara keseluruhan, baik yang ada di permukaan
Bumi atau tanah maupun di jaringan makhluk hidup. Dalam siklus hidrologi,
evapotranspirasi ini sangatlah mempengaruhi jumlah uap air yang ternagkut ke
atas atau ke atmosfer bumi.
4. Sublimasi
Tahapan yang lainya adalah sublimasi. Jadi selain melalui proses
penguapan, naiknya uap air ke atmosfer ini juga terjadi melalui proses sublimasi.
Sumblimasi merupakan proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung
menjadi uap air, tanpa harus melalui proses cair terlebih dahulu.
Sublimasi ini juga tidak sebanyak penguapan (evaporasi maupun
transpirasi), namun meski sedikit tetap saja sublimasi ini berkontribusi erat
terhadap jumlah uap air yang terangkat ke atmosfer. Dibandingkan dengan
evaporasi maupun transpirasi, proses sublimasi ini berjalan lebih lambat dari pada
keduanya. Sublimasi ini terjadi pada tahap sikulus hidrologi panjang.
5. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel
es (baca: hujan es). Ketika uap air dari proses evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, dan sublimasi sudah mencapai ketinggian tertentu, uap air
tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es yang berukuran sangat kecil
melalui proses konsendasi. Perubahan wujud ini terjadi karena pengaruh suhu
udara yang sangat rendah saat berada di ketinggian tersebut. Partikel- partikel es
yang terbentuk tersebut akan saling mendekati satu sama lain dan bersatu hingga
membentuk sebuah awan. Semakin banyak partikel es yang bersatu, maka akan
semakin tebal dan juga hitam awan yang terbentuk. Inilah hasil dari proses
kondensasi.
6. Adveksi
Adveksi ini terjadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan.
Adveksi merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun masih
dalam satu horisontal. Jadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan
yang hitam dan gelap, awan tersebut dapt berpindah dari satu titik ke titik yang
lain dalam satu horizontal.
Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan
udara sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah. Proses adveksi ini
memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada di
lautan menuju atmosfer yang ada di daratan. Namun perlu diketahui bahwa
tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi dalam proses hidrologi, tahapan ini tidak
terjadi dalam siklus hidrologi pendek.
7. Presipitasi
Awan yang telah mengalami proses adveksi tersebut selanjutnya akan
mengalami presipitasi. Presipitasi merupakan proses mencairnya awan hitam
akibat adanya pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada tahapan inilah terjadinya
hujan. Sehingga awan hitam yang tebentuk dari partikel es tersebut mencair dan
air tersebut jatuh ke Bumi manjadi sebuah hujan. Namun, tidak semua presipitasi
menghasilkan air.
Apabila presipitasi terjadi di daerah yang mempunyai suhu terlalu rendah,
yakni sekitar kurang dari 0ᵒ celcius, maka prepitisasi akan menghasilkan hujan
salju. Awan yang banyak mengandung air tersebut akan turun ke litosfer dalam
bentuk butiran- butiran salju tipis. Hal ini dapat kita temui di daerah yang
mempunyai iklim sub tropis, dimana suhu yang dimiliki tidak terlalu panas seperti
di daerah yang mempunyai iklim tropis.
8. Run Off
Tahapan run off ini terjadi ketika sudah di permukaan Bumi. Ketika awan
sudah mengalami proses presipitasi dan menjadi air yang jatuh ke Bumi, maka air
tersebut akan mengalami proses run off. Run off atau limpasan ini merupakan
proses pergerakan air dari tempat yang tinggi menjuju ke tempat yang lebih
rendah yang terjadi di permukaan Bumi. Pergerakan air tersebut dapat terjadi
melalui saluran- saluran, seperti saluran got, sungai, danau, muara sungai, hingga
samudera. Proses ini menyebabkan air yang telah melalui siklus hidrologi akan
kembali menuju ke lapisan hidrosfer Bumi.
9. Infiltrasi
Proses selanjutnya adalah proses infiltrasi. Air yang sudah berada di Bumi
akibat proses presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan Bumi dan
mengalami run off. Sebagian dari air tersebut akan bergerak menuju ke pori- pori
tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Sebagian air yang
merembes ini hanyalah sebagian kecil saja. Proses pergerakan air ke dalam pori-
pori tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat
membawa  air tanah untuk menuju kembali ke laut.
Setalah melalui proses run off dan infiltrasi, kemudian air yang telah
mengalami siklus hidrologi akan kembali berkumpul ke lautan. Dalam waktu
yang berangsunr- angsur, air tersebut akan kembali mengalami siklus hidrologi
yang baru, dimana diawali dengan evaporasi[ CITATION Soe99 \l 1033 ].
Menurut Kodoatie (2012) proses perjalanan air dalam siklus hidrologi
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 adalah:
1. Penguapan/evaporasi: Proses ini terjadi pada laut, danau, waduk, rawa, sungai,
tambak dan lain-lain.
2. Evapotranspirasi: yaitu suatu proses pengambilan air oleh akar tanaman untuk
kebutuhan hidupnya, kemudian terjadi penguapan pada tanaman tersebut.
Proses pengambilan air oleh akar tanaman disebut transpirasi, sedangkan
proses penguapan pada tanaman akibat dari sinar matahari disebut evaporasi.
3. Hujan/salju turun: Uap air dari proses evaporasi dan evapotranspirasi di
atmosfir akan berubah menjadi cairan akibat proses kondensasi, tetesan air
yang terbentuk tersebut saling berbenturan satu dengan yang lainnya dan
terbawa oleh angin sampai berubah menjadi butir-butir air. Butir-butir air
tersebut akan terakumulasi dan semakin berat, sehingga secara gravitasi akan
turun ke bumi.
4. Air hujan di tanaman: Air hujan yang terjadi akan langsung jatuh (through
flow) atau mengalir melalui batang tanaman (stem flow) serta air hujan
tersebut ada yang tertinggal di atau jatuh dari daun (drip flow). Perlu waktu
yang relatif lama untuk air hujan mencapai tanah apabila tanaman tersebut
cukup rimbun.
5. Aliran permukaan (run-off): Aliran yang bergerak di atas permukaan tanah.
Secara alami air akan mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang rendah,
dari gunung ke lembah, kemudian menuju ke daerah lebih rendah, sampai ke
pantai dan akhirnya bermuara ke laut atau ke danau.
6. Banjir/genangan: Banjir dan genangan terjadi akibat dari luapan sungai atau
daya tampung drainase yang tidak mampu mengalirkan air.
7. Aliran sungai (river flow): Aliran permukaan mengalir menuju daerah
tangkapan air atau daerah aliran sungai menuju ke sistem jaringan sungai.
Aliran dalam sistem sungai akan mengalir dari sungai kecil menuju sungai
yang lebih besar dan berakhir di mulut sungai (estuari), tempat sungai dan laut
bertemu.
8. Transpirasi: Proses pengambilan air oleh akar tanaman untuk memenuhi
kebutuhan hidup dari tanaman tersebut.
9. Kenaikan kapiler: Air dalam tanah mengalir dari aliran air tanah karena
mempunyai daya kapiler untuk menaikkan air ke vadose zone menjadi butiran
air tanah (soil moisture), demikian juga butiran air tanah ini naik secara
kapiler ke permukaan tanah.
10. Infiltrasi: Sebagian dari air permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah
(soil water).
11. Aliran antara (interflow): air dari soil water yang mengalir menuju jaringan
sungai, waduk, situ-situ dan danau.
12. Aliran dasar (base flow): aliran air dari ground water yang mengisi sistem
jaringan sungai, waduk, situ-situ, rawa dan danau.
13. Aliran run-out: aliran dari ground water yang langsung menuju ke laut.
14. Perkolasi: Air dari soil moisture di daerah vadose zone yang mengisi aliran air
tanah.
15. Kenaikan kapiler: aliran dari air tanah (ground water) yang mengisi soil
water.
16. Aliran air (Return flow) dari soil water/vadoze zone menuju ke permukaan
tanah.
17. Aliran pipa (Pipe flow): aliran yang terjadi dalam tanah.
18. Unsaturated throughflow: aliran yang melewati daerah tidak jenuh air.
19. Saturated flow: aliran yang terjadi pada daerah jenuh air.

Gambar 2.1 Proses Perjalanan Air dalam Siklus Hidrologi.

C. Jenis-jenis Siklus Hidrologi


Menurut [CITATION Fir17 \l 1033 ] hidrologi dapat dibedakan menjadi 3
macam siklus hidrologi, yaitu: siklus pendek, siklus sedang, dan siklus panjang.
Yang membedakan ketiga siklus hidrologi ini hanyalah jarak dan tahapan yang
ditempuh oleh air. Semakin panjang siklus hidrologi tersebut, semakin banyak
pula tahapan yang harus dilalui dan jarak yang harus ditempuh oleh air.
1. Siklus Pendek atau Siklus Kecil
Siklus pendek atau siklus kecil adalah istilah yang kerap digunakan untuk
merujuk kepada siklus air yang terjadi pada lokasi yang sama. Pada siklus ini, uap
air yang ada di udara tidak mengalami adveksi sehingga tetap berada pada lokasi
yang sama. Siklus pendek terjadi karena air laut yang mendapat sinar matahari
berubah wujudnya menjadi uap atau gas. Uap tersebut naik ke atmosfer, pada
ketinggian tertentu terjadilah kondensasi dan uap tersebut menjadi butiran-butiran
air, dan karena semakin banyak titik-titik air maka terjadilah awan. Awan ini naik
terus menerus dan uap air di sekitarnya akan tertarik, sehingga awan tersebut
menjadi berat dan kemudian terjadilah hujan. Proses terjadinya siklus pendek atau
siklus kecil dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Siklus Pendek atau Siklus Kecil


2. Siklus Sedang atau Siklus Menengah
Siklus air sedang adalah istilah yang kerap digunakan untuk merujuk kepada
siklus air yang terjadi pada lokasi yang berbeda. Pada siklus air sedang, uap air
yang sudah terkondensasi di udara mengalami proses adveksi, yaitu transportasi
oleh angin sehingga mengalami presipitasi di tempat lain. Siklus sedang terjadi
jika air laut yang mendapat sinar matahari kemudian menguap. Dari penguapan di
laut terbentuklah awan, apabila awan telah jenuh oleh uap air maka terjadilah
hujan di daratan. Air hujan tersebut ada yang mengalir di permukaan bumi,
meresap ke dalam tanah. Ada yang masuk ke dalam danau dan sungai yang
akhirnya kembali mengalir ke laut. Proses terjadinya siklus sedang atau siklus
menengah dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut.
Gambbar 2.3 Siklus Sedang atau Siklus Menengah
3. Siklus Panjang atau Siklus Besar
Siklus air panjang sebenarnya sangat mirip dengan siklus hidrologi sedang,
hanya saja, cakupannya lebih luas. Pada siklus air panjang, uap air yang sudah
berada di udara mengalami adveksi atau transportasi oleh angin ke tempat-tempat
yang jauh. Jika terdapat pegunungan, air akan turun sebagai salju atau kristal es
dan tertahan di puncak gunung sebagai lapisan salju. Selain itu, karena jaraknya
yang sangat jauh, sangat mungkin bagi runoff untuk mengalami evaporasi ulang
atau diambil tumbuhan dan dikeluarkan lewat transpirasi. Siklus panjang terjadi,
jika air laut yang terkena panas sinar matahari menguap. Uap tersebut terbawa
oleh angin dan jatuh kedaratan ada pula uap air yang mengalami pendinginan,
maka berubah menjadi kristal es sehingga terjadilah hujan salju. Salju yang
terkumpul membentuk padang salju yang kemudian mencair dan mengalir pada
sungai es (gletser), yang akhirnya kembali ke laut. Proses terjadinya siklus
panjang atau siklus besar dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4 Siklus Panjang atau Siklus Besar
Siklus hidrologi atau siklus air merupakan rangkaian peristiwa perpindahan
air dari laut ke atmosfer, kemudian dari atmosfer ke tanah, yang akhirnya dari
tanah kembali ke laut lagi. Perpindahan air laut menuju atmosfer terjadi melalui
proses evaporasi (penguapan). Pada siang hari, panas matahari menyebabkan air
yang ada di samudra, laut, sungai, danau, kolam, sawah, bahkan yang ada dalam
tanah, tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan menguap menjadi partikel-partikel
uap air yang sangat kecil. Partikel-partikel tersebut naik ke lapisan udara yang
memiliki temperatur dan tekanan rendah. Di sana, partikel-partikel tersebut
terperangkap oleh butiran debu dan menjadi awan kecil (awan cumulus). Dengan
bantuan angin, awan-awan cumulus akan bergabung membentuk awan yang lebih
besar. Gerakan udara vertikal yang terjadi pada atmosfer, menyebabkan awan
besar tersebut tumbuh membesar secara vertikal pula. Sehingga gumpalan uap air
yang bergerak naik meuju atmosfer yang bersuhu lebih dingin dan dihembus oleh
angin menyebabkan uap kehilangan kalor. Di sana, butiran-butiran es mulai
berubah wujud menjadi butiran es yang semakin lama semakin berat sehingga
awan tidak mampu lagi ditopang oleh hembusan angin vertical.
Matahari merupakan sumber energi bagi segala kehidupan di bumi. Matahari
menentukan cuaca, menjadi penggerak perputaran air (siklus hidrologi), membuat
bahan makanan kita melalui proses fotosintesis. Sumber energi kita ini merupakan
suatu pembangkit tenaga termonuklir
yang didalamnya terjadi proses fusi nuklir yang mengubah hidrogen menjadi
helium. Energi yang dipancarkan oleh setiap m 2 permukaan matahari yang sangat luas
itu adalah 65.000 kilowatt. Energi sebesar ini diperoleh dari pembakaran hidrogen yaitu
massanya sendiri sebesar 3,6 juta ton setiap detik. Proses ini telah berlangsung selama
lima milyar tahun. Juga dengan laju yang lama kegiatan ini masih akan dapat
dipertahankan sekurang-kurangnya selama lima milyar tahun lagi. Sebagai perbandingan
saja, jika panas matahari berkurang sebanyak 13% maka menurut perkiraan bumi,
matahari memancarkan radiasinya dengan kekuatan sekitar 51.000.000.000.000 :
000.000.000.000 daya kuda/menit. Dari jumlah energi sekian besar yang dipancarkan
matahari, bumi hanya menangkap sangat sedikit yakni lebih kurang hanya seperdua
milyarnya. Sungguhpun demikian, bagian ini secara tetap menimpa bumi dengan tak
henti-hentinya dengan kekuatan 17 trilyun kilowatt. Setiap menit energinya lebih besar
seluruhnya akan diselimuti oleh lapisan es setebal 1,5 kilometer; kalau panasnya
bertambah sebanyak 30%, matahari akan merebus segala kehidupan sampai musnah
dari permukaan planet ini daripada energi dalam segala bentuk yang digunakan oleh
manusia selama satu tahun.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses hidrologi
yang dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, uap air mengembang, mendingin,
dan kemudian berkondensasi, biasanya pada partikel-partikel debu kecil di udara. Ketika
kondensasi terjadi dapat berubah menjadi cair kembali atau langsung berubah menjadi
padat (es, salju, hujan batu es/hail). Partikel-partikel air ini kemudian berkumpul dan
membentuk awan. Awan yang jenuh kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk
hujan, hujan es, salju (sleet), dan hujan gerimis, atau kabut. Awan dan hujan mengatur
suhu bumi dan siklus air di bumi. Kejadian ini erat kaitannya dengan gaya berat dalam
kajian fisika yang mengakibatkan butir air bergerak ke bawah sebagai air hujan.Hujan
yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Air
di dalam tanah terkumpul dan keluar ke permukaan tanah menjadi mata air. Dari mata
air ini mengalir melalui sungai dan bermuara di laut atau danau. Begitulah seterusnya air
berputar secara terus menerus.Air hujan yang turun dari langit tidak berasa asin padahal
97% merupakan penguapan air laut yang asin. Namun, air hujan adalah tawar. Air Hujan
bersifat tawar karena adanya proses fisika yang telah ditetapkan Allah. Berdasarkan
sunnatullah ini, darimanapun asalnya penguapan air ini, baik dari air laut yang asin, atau
dari danau yang mengandung banyak mineral, atau dari dalam lumpur, airnya yang
menguap tidak pernah mengandung bahan lain apapun dari asalnya.36
Jenis siklus hidrologi ada tiga macam37, yaitu :
a. Siklus pendek, yaitu air laut menguap, terjadi kondensasi, uap air membentuk
awan dan selanjutnya terjadi hujan yang jatuh ke laut lagi.
b. Siklus sedang, yaitu air laut menguap, terjadi kondensasi, uap air terbawa angin
dan membentuk awan di atas daratan, hujan jatuh di daratan menjadi air darat,
selanjutnya kembali ke laut.
c. Siklus panjang, yaitu air laut menguap, terjadi kondensasi, uap air terbawa
angin dan membentuk awan di atas daratan hingga ke pegunungan tinggi, jatuh sebagai
salju, terbentuk gletser, mengalir ke sungai, selanjutnya kembali ke laut.
2. Unsur-unsur Siklus Hidrologi
a. Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk
permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk
berlangsungnya evaporasi adalah energy (radiasi) matahari dan ketersediaan air. Radiasi
matahari. Sebagian radiasi gelombang pendek (shortwave radiation) matahari akan
diubah menjadi energy panas di dalam tanaman, air, dan tanah. Energy panas tersebut
akan menghangatkan udara di sekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan
partikel-partikel tersebut dinamakan panas-tampak (sensible heat). Sebagian dari energy
matahari akan diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan
perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Keadaan ini akan menyebabkan
perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Keadaan ini akan menyebabkan
udara di atas permukaan tanah jenuh, dan dengan demikian, mempertahankan tekanan
uap air yang tinggi 38Soemarto, Hidrologi Teknik (Jakarta: Erlangga, 1999), hal.70 50
pada permukaan bidang evaporasi. Ketersediaan air. Melibatkan tidak saja jumlah air
yang ada, tapi juga persediaan air yang siap untuk terjadinya evaporasi. Permukaan
bidang evaporasi yang kasar akan memberikan tekanan uap air yang tinggi pada
permukaan bidang evaporasi.
b. Transpirasi (penguapan dari tanaman) Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun
tanaman melalui sebuah proses yang dinamakantranspirasi. Setiap hari tanaman yang
tumbuh secara aktif melepaskan uap air 5 sampai 10 kalisebanyak air yang dapat
ditahan.Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transpirasi yaitu, radiasi panas
matahari, suhu, kecepatan angin, dan gradient tekanan udara.Dalam hal ini besarnya
transpirasi, dalam batas tertentu, juga dipengaruhi oleh karakteristik dan kerapatan
vegetasi struktur tajuk, perilaku pori-pori daun, dan lain-lain.
c. Kondensasi (pengembunan) Ketika uap air mengembang, mendingin dan
kemudian berkondensasi, biasanya pada partikel-partikel debu kecil di udara. Ketika
kondensasi terjadi dapat berubah menjadi cair kembali ataulangsung berubah menjadi
padat (es, salju, hujan batu (hail)). Partikel-partikel air ini kemudianberkumpul dan
membentuk awan.Presipitasi pada pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail) yang
berasal dari kumpulanawan. Awan-awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang
diatur oleh arus udara. Sebagai contoh, ketika 51 awan-awan tersebut bergerak menuju
pegunungan, awan-awan tersebut menjadi dingin, dan kemudian segera menjadi jenuh
air yang kemudian air tersebut jatuh sebagai hujan,salju, dan hujan batu (hail),
tergantung pada suhu udara sekitarnya.
d. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah – Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak
akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Proses
mengalirnya air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi dan gaya
kapiler tanah. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh
besarnya diameter pori-pori tanah.
Mekanisme infiltrasi, dengan demikian, melibatkan tiga proses yang saling
memengaruhi:
1). Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah.
2). Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.
3). Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain. e. Air Permukaan – Air
bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai
lahan dan makin sedikit pori- pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran
permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung
satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan
disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Gambar 1. Proses Perjalanan Air dalam Siklus Hidrologi (Kodoatie, 2012).


Menurut Kodoatie (2012) proses perjalanan air dalam siklus hidrologi
seperti ditunjukkan pada Gambar 1, adalah:
20. Penguapan/evaporasi: Proses ini terjadi pada laut, danau, waduk, rawa, sungai,
tambak dan lain-lain.
21. Evapotranspirasi: yaitu suatu proses pengambilan air oleh akar tanaman untuk
kebutuhan hidupnya, kemudian terjadi penguapan pada tanaman tersebut.
Proses pengambilan air oleh akar tanaman disebut transpirasi, sedangkan
proses penguapan pada tanaman akibat dari sinar matahari disebut evaporasi.
22. Hujan/salju turun: Uap air dari proses evaporasi dan evapotranspirasi di
atmosfir akan berubah menjadi cairan akibat proses kondensasi, tetesan air
yang terbentuk tersebut saling berbenturan satu dengan yang lainnya dan
terbawa oleh angin sampai berubah menjadi butir-butir air. Butir-butir air
tersebut akan terakumulasi dan semakin berat, sehingga secara gravitasi akan
turun ke bumi.
23. Air hujan di tanaman: Air hujan yang terjadi akan langsung jatuh (through
flow) atau mengalir melalui batang tanaman (stem flow) serta air hujan
tersebut ada yang tertinggal di atau jatuh dari daun (drip flow). Perlu waktu
yang relatif lama untuk air hujan mencapai tanah apabila tanaman tersebut
cukup rimbun.
24. Aliran permukaan (run-off): Aliran yang bergerak di atas permukaan tanah.
Secara alami air akan mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang rendah,
dari gunung ke lembah, kemudian menuju ke daerah lebih rendah, sampai ke
pantai dan akhirnya bermuara ke laut atau ke danau.
25. Banjir/genangan: Banjir dan genangan terjadi akibat dari luapan sungai atau
daya tampung drainase yang tidak mampu mengalirkan air.
26. Aliran sungai (river flow): Aliran permukaan mengalir menuju daerah
tangkapan air atau daerah aliran sungai menuju ke sistem jaringan sungai.
Aliran dalam sistem sungai akan mengalir dari sungai kecil menuju sungai
yang lebih besar dan berakhir di mulut sungai (estuari), tempat sungai dan laut
bertemu.
27. Transpirasi: Proses pengambilan air oleh akar tanaman untuk memenuhi
kebutuhan hidup dari tanaman tersebut.
28. Kenaikan kapiler: Air dalam tanah mengalir dari aliran air tanah karena
mempunyai daya kapiler untuk menaikkan air ke vadose zone menjadi butiran
air tanah (soil moisture), demikian juga butiran air tanah ini naik secara
kapiler ke permukaan tanah.
29. Infiltrasi: Sebagian dari air permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah
(soil water).
30. Aliran antara (interflow): air dari soil water yang mengalir menuju jaringan
sungai, waduk, situ-situ dan danau.
31. Aliran dasar (base flow): aliran air dari ground water yang mengisi sistem
jaringan sungai, waduk, situ-situ, rawa dan danau.
32. Aliran run-out: aliran dari ground water yang langsung menuju ke laut.
33. Perkolasi: Air dari soil moisture di daerah vadose zone yang mengisi aliran air
tanah.
34. Kenaikan kapiler: aliran dari air tanah (ground water) yang mengisi soil
water.
35. Aliran air (Return flow) dari soil water/vadoze zone menuju ke permukaan
tanah.
36. Aliran pipa (Pipe flow): aliran yang terjadi dalam tanah.
37. Unsaturated throughflow: aliran yang melewati daerah tidak jenuh air.
38. Saturated flow: aliran yang terjadi pada daerah jenuh air.

D. Siklus Hidrologi dan pengaruhnya dalam kehidupan


Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan
manusia maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air adalah
merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan dan juga merupakan sumber
dasar untuk kelangsungan kehidupan di atas bumi. Selain itu air merupakan
kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama hidupnya selalu
memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk serta laju
pertumbuhanya semakin naik pula laju pemanfatan air. Kegunaan air antara lain
untuk keperluan rumah tangga, pertanian, industri, dan tidak terkecuali untuk
pusat pembangkit listrik. Untungnya, air senantiasa tersedia di bumi.
Air adalah bagian dari lingkungan fisik yang sangat ensensial, tidak hanya
dalam proses-proses hidup, tetapi juga dalam proses-proses yang lain, seperti
untuk industri, pertanian, pemadam kebakaran dan Iain-lain. Tubuh manusia
sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya. Untuk
kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara
lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira memerlukan air 2.200
gram setiap harinya.
E. Analisis Nilai Spiritual dalam Konsep Siklus Hidrologi
No Konsep yang dianalisis Nilai spiritual yang bisa ditanamkan Penguat dalam ayat suci yang diyakini
1  Siklus hidrologi yang membuat  Tuhan maha pemberi rahmat karena kita tau  Siklus Hidrologi dalam Al-Qur’an adalah meliputi
kondisi air selalu tersedia bahwa air adalah unsur vital dalam kehidupan kejadian-kejadian air menguap ke udara, kemudian
mengembun dan menjadi hujan atau salju, masuk ke
dalam tanah atau mengalir di atas permukaan tanah, lalu
berkumpul di danau atau laut, menguap lagi dan
seterusnya dan siklusnya terpenuhi. Dalam Al-Qur’an,
Penguapan (Evaporasi) terdapat dalam surat Ar-Ruum
ayat 48, Hujan (Presipitasi) dalam surat An-Nuur ayat 43,
Infiltrasi dalam surat Al-Mukminun ayat 18, dan
Limpasan Permukaan pada Surat Ar-Ra’du ayat 17, kadar
hujan terdapat dalam surat Az-Zukhruf ayat 11, dan
manfaat siklus hidrologi terdapat dalam surat Al-A’raf
ayat 57, Al- Anfal ayat 11, An-Nahl ayat10, dan Az-
Zukhruf ayat 11.
 Surat Ar-Ruum ayat 48 menjelaskan bahwa Allah
menghembuskan angin di permukaan bumi yang
selanjutnya mendorong awan hingga berkumpul,
menumpuk, menjadi mendung, dan akhirnya akan
menjadi hujan.
 Kemudian ayat 43 Surat An-Nuur menjelaskan mengenai
turunnya hujan, yang dimulai dengan Allah
menggerakkan awan, lalu mengumpulkan antara bagian-
bagiannya dan menjadikannya bergumpal- gumpal, dan
keluarlah hujan dari langit. Pada ayat tersebut, Allah
menghendaki pada tempat jatuhnya air di daerah beriklim
dingin menjadi salju sedangkan jatuhnya air di iklim
tropis menjadi air hujan.
 Kemudian, dalam Surat Al-Mukminun ayat 18 adalah
gerakan perjalanan air ke dalam tanah sebagai akibat gaya
kapiler (gerakan air kearah lateral) dan gravitasi (gerakan
kearah vertikal). Air yang meresap ke dalam tanah
sebagian akan tertahan oleh partikel-partikel tanah dan
menguap kembali ke atmosfer, sebagian lagi diserap oleh
tumbuhan dan yang lain akan terus meresap di bawah
permukaan bumi hingga zona yang terisi air yaitu zona
saturasi.
 Selanjutnya, ayat 17 surat Ar-Ra’du meliputi kejadian
merupakan proses terbentuknya sumber-sumber air
dibumi yang terbagi menjadi 2 bagian. Pertama, mata air
yang tersimpan dalam perut bumi. Kedua, air sungai dan
air yang berasal dari sumur. Dalam komponen hidrologi,
air yang pertama disebut air tanah, dan air yang kedua
disebut air permukaan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Kodoatie, R. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Niel, C. (2004). Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Soemarto. (1999). Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga.
Syarifudin, A. (2017). Hidrologi Terapan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Tchakerian, V. (2015). Hydrologi, Floods and Droughts Deserts and Desertification .
Encyclopedia of Atmospheric Sciences, 185-192.
Tjasyono, B. (2013). Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai