Anda di halaman 1dari 13

HIDROLOGI

 Pengertian

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya air, pergerakan air dan
distribusi air di bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan
hubungannya dengan kehidupan. Secara umum dapat dikatakan bahwa hidrologi adalah ilmu
yang menyangkut masalah kuantitas dan kualitas air di bumi.

Tubuh manusia sendiri terdiri dari 50 -70 % air termasuk yang berada dalam kulit,
jaringan tubuh dan seluruh organ lainnya. Oleh karenanya tidak ada manusia yang mampu
bertahan hidup jika kekurangan cairan atau dehidrasi. Air yang berfungsi sebagai sumber
kehidupan di bumi, mengalami perubahan sepanjang waktu.

Air sendiri melewati berbagai tahapan dan proses hingga akhirnya kembali lagi ke bentuk
semula. Proses ini dikenal juga sebagai siklus hidrologi yang terdiri dari beberapa tahapan.
Simak penjelasan lebih lengkapnya mengenai air, atau dalam geografi lebih dikenal dengan
siklus hidrologi.

 Beberapa Istilah Dalam Hidrologi


1. Evaporasi
merupakan penguapan yang terjadi pada permukaan yang lembab/permukaan air bebas
2. Transpirasi
merupakan penguapan yang terjadi pada permukaan tanaman
3. Evapotranspirasi
merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi
4. Presipitasi
Merupakan proses jatuhnya hujan kepermukaan tanah/permukaan air bebas
5. Surface Run Of
Adalah air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah sehingga menjadi aliran di
permukaan tanah
6. Infiltrasi
adalah proses air hujan yang masuk ke dalam tanah (bagian porus)
7. Perkolasi
adalah pergerakan air di dalam tanah pada arah vertikal (gerakan air)akibat gaya
gravitasi
8. Debit
adalah volume air persatuan waktu

 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi bisa disebut sebagai siklus, air karena kata hidrologi sendiri memiliki makna
yang sama dengan air, perbedaannya sendiri hanya terletak pada kosakata saja. Siklus air
sendiri merupakan suatu siklus yang terjadi di lingkungan perairan.
Jadi siklus hidrologi adalah sebagai proses air yang berasal dari atmosfer ke bumi,
lalu air tersebut akan kembali lagi ke atmosfer dan demikian siklus ini terus berjalan
seterusnya. Siklus air sendiri merupakan salah satu siklus biogeokimia yang terjadi di bumi
dengan tujuan mempertahankan jumlah dan ketersediaan air.

Ilmu hidrologi sendiri terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Potamologi : Merupakan ilmu hidrologi yang mempelajari aliran air khususnya


aliran-aliran yang terjadi di permukaan.
2. Limnologi : Merupakan ilmu hidrologi yang mempelajari berbagai permukaan air
yang tenang seperti pada danau.
3. Kriologi : Merupakan ilmu yang mempelajari tentang air padat seperti pada es dan
salju.
4. Geohidrologi : Merupakan ilmu hidrologi yang mempelajari tentang air yang berada
di dalam tanah.
5. Hidrometeorologi : Merupakan ilmu hidrologi yang mempelajari tentang air
berwujud gas yang letaknya di udara.

 Proses Siklus Hidrologi

Secara garis besar proses siklus hidrologi adalah saat dimana seluruh air yang ada di
permukaan bumi mana akan menguap. Seluruh air yang menguap ke atmosfer atau ke
angkasa ini kemudian berubah menjadi awan di langit. Setelahnya air yang telah berubah
menjadi awan akan berubah lagi ke dalam bentuk yang lain yaitu bintik air.

Bintik air ini kemudian akan turun ke bumi dalam bentuk hujan atau dalam bentuk es
yang kita ketahui sebagai salju. Setelah hujan turun, air kemudian akan masuk ke dalam pori-
pori atau celah pada tanah dengan arah gerak horizontal dan vertikal. Air tersebut kemudian
akan kembali ke aliran permukaan yang akan terus mengalir hingga kembali ke sungai atau
danau.
1. Evaporasi atau Penguapan Seluruh Air
Evaporasi merupakan tahap pertama yang terjadi pada sebuah siklus hidrologi dimana
pada tahap ini terjadi penguapan pada air yang berada di sungai dan lainnya. Sungai,
danau dan laut serta tempat lainnya kemudian dianggap sebagai badan air lalu air yang
menguap akan menjadi uap air.
Air yang ada di seluruh badan air kemudian menguap karena panasnya sinar matahari
dan penguapannya disebut juga sebagai tahap evaporasi. Penguapan atau evaporasi lebih
jelasnya adalah proses perubahan molekul cair menjadi molekul gas, maka air berubah
menjadi uap.
Penguapan yang terjadi sendiri kemudian akan menimbulkan efek naiknya air yang
telah berubah menjadi gas ke atmosfer. Sinar matahari sebagai pendukung utama dalam
tahap evaporasi sehingga semakin terik sinar yang dipancarkan maka semakin besar pula
molekul air yang terangkat ke udara.

2. Transpirasi atau Penguapan Air di Jaringan Mahluk Hidup

Transpirasi merupakan proses penguapan meski penguapan yang terjadi tidak hanya
pada air yang tertampung dalam air. Ia sendiri memiliki bentuk penguapan yang terjadi
pada bagian tubuh makhluk hidup khususnya pada hewan, tumbuhan serta prosesnya sama
dengan tahap evaporasi.

Molekul cair pada hewan dan tumbuhan kemudian akan berubah menjadi uap atau
molekul gas. Setelah molekul cair menguap, kemudian akan naik ke atmosfer seperti pada
tahap evaporasi. Transpirasi kemudian terjadi pada jaringan yang ada di hewan dan
tumbuhan, meski dari tahap ini air yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Pada proses
transpirasi sendiri molekul cair yang menguap kemudian tak sebanyak saat proses
evaporasi.

3. Evotranspirasi
Evotranspirasi sebagai suatu proses penggabungan tahap transpirasi serta tahap
evaporasi sehingga kemudian pada tahap ini air yang menguap kemudian akan lebih
banyak lagi. Evotranspirasi juga suatu tahap penguapan dimana molekul cair yang
menguap adalah seluruh jaringan pada makhluk hidup dan air. Tahap Evotranspirasi
sendiri sebagai tahap yang paling mempengaruhi jumlah air yang terangkut atau siklus
hidrologi.

4. Sublimasi
Selain ketiga proses di atas, terdapat pula proses penguapan lainnya yaitu sublimasi.
Sublimasi sendiri memiliki makna yang sama diantaranya perubahan molekul cair menjadi
molekul gas ke arah atas atau atmosfer. Namun, penguapan yang terjadi ialah perubahan es
yang ada di gunung dan kutub utara sehingga tidak melewati proses cair.
Hasil air kemudian tak sebanyak hasil dari tahap evaporasi dan yang lainnya. Meski
tahap sublimasi kemudian tetap berpengaruh terhadap jalannya siklus hidrologi sehingga
tak dapat dilewatkan. Hal yang membedakan tahap evaporasi dan tahap sublimasi, tahap
ini memerlukan waktu yang lebih lambat.
5. Kondensasi
Setelah melalui empat tahap sebelumnya, tahap berikut adalah tahap kondensasi
dimana pada tahap ini air yang telah menguap kemudian berubah menjadi partikel es.
Partikel es yang dihasilkan sendiri sangat kecil dan terbentuk dikarenakan suhu dingin
pada ketinggian atmosfer bagian atas.
Partikel es sendiri kemudian berubah menjadi awan hingga semakin banyak jumlah
partikel esnya, awan kemudian semakin berwarna hitam. Kondensasi atau pengembunan
sendiri merupakan proses perubahan yang terjadi menjadi wujud yang lebih padat,
contohnya pada gas yang berubah menjadi cairan. Secara etimologi sendiri kondensasi
merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin Condensare yang maknanya adalah
tertutup. Penguapan sendiri sebagai salah satu contoh dari perubahan fisika, yaitu
perubahan zat yang sementara sifatnya.
Contohnya pada perubahan ukuran, wujud, dan bentuk. Perubahan ini kemudian tidak
menjadi zat baru dan cairan yang sudah terkondensasi dari uap ini kemudian dikenal
sebagai kondensat. Sementara kondenser adalah alat yang digunakan untuk
mengkondensasi uap dan diubah menjadi cairan.

6. Adveksi
Adveksi merupakan suatu tahap yang tidak terjadi siklus hidrologi pendek
didalamnya, dan hanya berada pada siklus hidrologi panjang. Pada tahap ini yang terjadi
adalah perpindahan awan dari satu titik ke titik lainnya atau disebut juga sebagai awan di
langit yang menyebar.
Perpindahan awan sendiri terjadi karena angin yang kemudian akan berpindah dari
lautan ke daratan begitu pun sebaliknya. Adveksi sebagai suatu penyebaran panas dengan
arah horizontal ataupun mendatar. Gerakan ini kemudian membuat udara di sekitarnya
menjadi panas.
Contoh adveksi ini diantaranya saat terjadi perbedaan kemampuan penyerapan serta
pelepasan panas di darat dan lautan. Perbedaan pelepasan dan penerapan panas tersebut
kemudian menghasilkan angin laut dan angin darat.

7. Presipitasi
Proses yang ketujuh merupakan presipitasi sebagai tahap mencairnya awan karena
tidak mampu menahan suhu yang kian lama kian meningkat. Pada tahap ini sendiri
kemudian akan terjadi salah satu gejala alam yang dinamakan dengan hujan atau jatuhnya
butiran air ke permukaan bumi. Jika suhu sekitar kurang dari 0 derajat celcius, kemudian
akan terjadilah hujan es hingga hujan salju.

8. Run Off
Tahap run off memiliki nama lain limpasan dimana pada tahap ini air hujan kemudian
akan bergerak. Pergerakan yang terjadi dari permukaan yang lebih tinggi ke yang lebih
rendah dengan sebelumnya melalui berbagai saluran. Saluran yang dimaksud diantaranya
sungai, got, laut, danau hingga samudera.
9. Infiltrasi
Infiltrasi menjadi tahap terakhir dalam siklus hidrologi, tahap ini merupakan tahap
dimana air hujan kemudian berubah menjadi air tanah. Air hujan yang turun ke bumi
sendiri tak seluruhnya mengalir seperti pada tahap limpasan, namun demikian akan
mengalir pula ke tanah. Proses perembesan air hujan ke pori-pori tanah inilah yang
kemudian disebut sebagai infiltrasi untuk kemudian kembali ke laut secara keseluruhan.

10. Konduksi
Konduksi sebagai pemanasan dengan cara bersinggungan atau kontak langsung
dengan suatu objek. Pemanasan sendiri terjadi karena molekul udara kemudian berada di
dekat permukaan bumi bersinggungan dengan bumi yang menerima panas langsung dari
matahari hingga molekul yang telah panas ini kemudian bersinggungan dengan molekul
udara yang belum panas.

 Curah Hujan

Hujan merupakan peristiwa dimana turunnya titik-titik air atau kristal hujan es dari awan
sampai ke permukaan tanah. Curah hujan (dalam satuan mm) merupakan ketinggian air hujan
yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.

Alat untuk mengukur jumlah curah hujan yang turun ke permukaan tanah (per satuan
luas) disebut dengan penakar hujan. Jadi, curah hujan yang diukur sebenarnya adalah
tebalnya atau tingginya permukaan air hujan yang menutupi suatu daerah luasan di
permukaan bumi. Sebagai contoh: Di satu lokasi pengamatan curah hujannya 10 mm, itu
berarti lokasi tergenang oleh air hujan setinggi atau tebalnya sekitar 10 mm (millimeter).

Berdasarkan mekanismenya, alat pengukur curah hujan dibagi menjadi dua golongan
yaitu penakar hujan tipe manual dan penakar hujan tipe otomatis (perekam).

 Penakar Hujan Tipe Manual


Alat penakar hujan manual pada dasarnya hanya berupa container atau ember yang
telah diketahui diameternya. Pengukuran hujan dengan menggunakan alat ukur manual
dilakukan dengan cara air hujan yang tertampung dalam tempat penampungan air hujan
tersebut diukur volumenya setiap interval waktu tertentu atau setiap satu kejadian hujan.
Dengan cara tersebut hanya diperoleh data curah hujan selama periode tertentu. Alat
penakar hujan manual ada dua jenis, yaitu:

1. Penakar Hujan Ombrometer Observatorium


Penakar hujan tipe observatorium adalah penakar hujan manual yang menggunakan
gelas ukur untuk mengukur air hujan. Penakar hujan ini merupakan penakar hujan yang
banyak digunakan di Indonesia dan merupakan standar di Indonesia. Penakar
ombrometer observatorium memiliki kelebihan, yaitu mudah dipasang, mudah
dioprasikan, dan pemeliharaanya juga relatif mudah.
Kekurangannya adalah data yang didapat hanya untuk jumlah curah hujan selama
periode 24 jam, beresiko kekurasakan gelas ukur, dan resiko kesalahan pembacaan dapat
terjadi saat membaca permukaan dari tinggi air di gelas ukur sehingga hasilnya dapat
berbeda. Prinsip kerja alat ini adalah:
Ombrometer observatorium ini memiliki beberapa kelebihan :
Mudah dipasang
Gampang dioperasikan
Pemeliharaan relatif mudah

Ombrometer observatorium ini memiliki beberapa kekurangan :

Data yang didapat merupakan jumlah curah hujan selama periode 24 jam saja
Resiko kerusakan gelas ukur
Kemungkinan kesalahan pembacaan saat membaca permukaan dari tinggi air di
gelas ukur yang akan menyebabkan hasilnya berbeda

2. Penakar Curah Hujan Tipe Hellman


Alat untuk mengukur curah hujan Hellman ini merupakan alat otomatis dengan tipe
siphon. Cara kerja alat otomatis ini cukup mudah. Saat air hujan terukur setinggi 10 mm,
maka siphon di dalam alat akan mengeluarkan air dari tabung penampungan dengan
cepat dan otomatis. Setelah itu, alat siap mengukur lagi, dan akan berulang begitu
seterusnya. Dalam wadah penampungan pada alat tipe Hellman ini terdapat pelampung
yang dihubungkan dengan jarum pena penunjuk. Jarum ini secara mekanis membuat
garis pada sebuah kertas pias posisi dari tinggi air hujan yang ditampung.

3. Penakar Hujan Tipe Weighing Bucket

Penakar hujan weighing bucket ini merupakan sebuah corong penangkap air hujan
yang diletakkan di ats ember penampungan air. Ember penampung air diletakkan di atas
timbangan yang dilengkapi dengan alat pencatat otomatis.

4. Penakar Curah Hujan Tipe Optical

Kalau alat yang satu ini sudah modern karena menggunakan sensor optikal. Alat ini
akan bekerja ketika air hujan mengenai sensor yang terpasang.

 Analisis Data Curah Hujan


1. Metode Rata-Rata Aljabar
Curah hujan didapatkan dengan mengambil ratarata hitung (arithmatic mean) dari
penakaran pada penakar hujan areal tersebut. Cara ini digunakan apabila :
- Daerah tersebut berada pada daerah yang datar
- Penempatan alat ukur tersebar merata
- Variasi curah hujan sedikit dari harga tengahnya

*
P
p
P
4
2

Keterangan :

R = curah hujan maksimum rata-rata (mm)

n = jumlah stasiun pengamatan

R1 = curah hujan pada stasiun pengamatan satu (mm)

R2 = curah hujan pada stasiun pengamatan dua (mm)

Rn = curah hujan pada stasiun pengamatan n (mm)

2. Metode Polygon Thiessen


Cara ini didasarkan atas cara rata-rata timbang, dimana masingmasing stasiun
mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan garis-garis sumbu tegak lurus
terhadap garis penghubung antara dua stasiun, dengan planimeter maka dapat dihitung
luas daerah tiap stasiun. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah :
- Jumlah stasiun pengamatan minimal tiga buah stasiun.
- Penambahan stasiun akan mengubah seluruh jaringan.
- Topografi daerah tidak diperhitungkan.
- Stasiun hujan tidak tersebar merata
Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

R = curah hujan maksimum rata-rata (mm)

R1, R2,....,Rn = curah hujan pada stasiun 1,2,..........,n (mm)

A1, A2,…,An = luas daerah pada polygon 1,2,…...,n (km2)

3. Metode Isohyet
Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah tangkapan hujan
tidak merata. Dengan cara ini, kita harus menggambar kontur berdasarkan tinggi hujan
yang sama seperti Gambar 2. Metode ini ini digunakan dengan ketentuan :
- Dapat digunakan pada daerah datar maupun pegunungan
- Jumlah stasiun pengamatan harus banyak
- yang Bermanfaat untuk hujan yang sangat singkat

Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

R = curah hujan rata-rata (mm)

R1, R2, ..., Rn = curah hujan stasiun 1, 2,....., n (mm)

A1, A2, .. , An = luas area antara 2(dua) isohyet (km2)


 Debit Banjir Rencana
Ada Beberapa Metode Untuk Menghitung Debit Banjir
1. Metode Rasional

Rumus :
Keterangan:
Q = Debit banjir maksimum (m³/s)
C = Koefisien aliran
I = Intensitas hujan maksimum selama waktu yang sama dengan laa waktu konsentrasi
(mm/jam)
A = Luas daerah aliran sungai (km²)

Intensitas Hujan

Rumus :

Keterangan :

I = Intensitas hujan rata-rata selama t jam (mm/jam)

tc = Waktu konsentrasi atau waktu tiba banjir (jam)

R24 = Curah hujan harian atau hujan selama 24 jam (mm)

Rumus :

L
tc =
W

m/det atau Km/jam

Keterangan :

tc = waktu konsentrasi (jam)

w = waktu kecepatan perambatan (m/det atau km/jam)

L= jarak dari ujung daerah hulu sampai titik yang ditinjau (km)

H = beda tinggi ujung hulu dengan titik tinggi yang ditinjau (m)
Koefisien Limpasan

2. Metode Empiris
A. Metode Gumbel

Keterangan :
- Tabel Reduced Mean (Yn)

- Tabel Reduces Standart Deviation (Sn)

- Tabel Reduced Variate (Yt)

Anda mungkin juga menyukai