Anda di halaman 1dari 10

NAMA : RIARDUS RIFAN JUNA

NIM : 2018611064

TUGAS HIDROLOGI, RESUME SIKLUS HIDROLOGI DAN NERACA AIR

1. Siklus Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan agihanya, sifat
sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkunganya, termasuk hubunganya dengan mahluk hiduo.
(International Glossary of Hidrologi 1974),
Lebih jauh Ray K. Linsley dalam Yandi Hermawan (1986), menyatakan pula bahwa:" Hidrologi
ialah ilmu yang membicarakan tentang air yang ada di bumi, yaitu mengenai kejadian, perputaran dan
pembagiannya, sifat fisika dan kimia, serta reaksinya terhadap lingkungan termasuk hubungannya
dengan kehidupan".
Singh, 1992 menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik menurut
waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air bumi, termasuk di dalamnya proses hidrologi,
pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan dan manajement.
Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun dibawah permukaan bumi, tentang
sifat kimia dan fisika air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.
Kebearadaan air dalam kehidupan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting, sebab semua
mahkluk hidup di bumi membutuhkan air sebagai salah satu sumber kehidupan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang air, baik di atmosfer, di bumi, dan di dalam bumi, tentang perputarannya, kejadiannya,
distribusinya serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini.
Siklus hidrologi adalah prinsip dasar yang paling utama dalam hidrologi. Siklus hidrologi ini
digambarkan sebagai suatu rangkaian yang rumit dari peredaran air dalam berbagai wujud (cair dan uap
air) pada permukaan, di bawah permukaan bumi dan di atmosfir, dimana hukum kekentalan massa
ditampilkan sebagai azas yang paling mendasar.
Siklus hidrologi merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi mulai dari air saat jatuh ke bumi
hingga menguap keudara hingga kemudian jatuh kembali kebumi. Siklusnya tidak berpangkal dan
berakhir dari laut ke atmosfir terus kepermukaan tanah dan kembali kelaut, dalam pergerakannya untuk
sementara air akan tertahan didanau, sungai, tanah, atau air tanah dan dapat dimamfaatkan oleh manusia,
kemudian kembali keatmosfir.
Siklus air, juga dikenal sebagai siklus hidrologi atau siklus H2O, menggambarkan pergerakan air
yang kontinu pada, di atas dan di bawah permukaan bumi. Massa air di Bumi masih cukup konstan
sepanjang waktu tetapi pembagian air ke dalam waduk besar es, air tawar, air asin dan air di atmosfer
adalah variabel yang tergantung pada berbagai variabel iklim. Air bergerak dari satu waduk yang lain,
seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke atmosfer, oleh proses pengupan (evaporation), pengembunan
(condensation),curah hujan (precipitation), resapan (infiltration), aliran permukaan (runoff), dan aliran
bawah permukaan (subsurface flow).Dengan demikian, air terjadi melalui fase yang berbeda: cair, padat
(es), dangas (uap).
Siklus air melibatkan pertukaran energi, yang menyebabkan terjadinya perubahan suhu.
Misalnya , ketika air menguap, tidak memakan banyak energi dari sekitarnya dan mendinginkan
lingkungan. Tetapi ketika mengembun, ini melepaskan energi dan menghangatkan lingkungan.
Pertukaran panas inilah yang mempengaruhi iklim.
Tahap evaporasi siklus menjernihkan air yang kemudian mengisi ulang tanah dengan air tawar.
Aliran air cair dan es mengangkut mineral di seluruh dunia. Hal ini juga membentuk kembali fitur
geologi bumi, melalui proses erosi dan sedimentasi siklus air juga penting untuk pemilahraan ekosistem
di planet ini.
Matahari, yang mendorong siklus air, memanaskan air di samudera dan laut. Air menguap menjadi
uap air di udara Es, hujan dan salju dapat berubah secara langsung menjadi uap air. Evapotranpirasi
adalah air terjadi dari tanaman dan menguap dari air tanah.
a. Jenis Jenis Siklus Hidrologi.
Siklus hidrologi yang tahapan- tahapannya telah dijelaskan di atas ternyata tidak hanya
terdiri atas satu macam saja. Siklus hidrologi ini terdiri atas beberapa macam. Macam- macam
siklus hidrologi ini dilihat dari panjang atau pendeknya proses siklus hidrologi tersebut.
Berdasarkan proses panjang dan pendeknya, siklus hidrologi ini dibagi menjadi 3 macam, yakni
siklus hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang dan siklus hidrologi panjang.
a. Siklus hidrologi pendek

Siklus hidrologi pendek merupakan siklus hidrologi yang tidak mengalami


proses adveksi. Uap air yang terbentuk melalui siklus hidrologi akan diturunkan
mealui hujan yang terjadi di daerah sekitar laut tersebut. Penjelasan mengenai siklus
hidrologi pendek ini adalah sebagai berikut:

a. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan
dan menjadi uap air
b. Uap air tersebut akan mengalami kondensasi dan membentuk awan
c. Awan yang terbentuk tersebut akan menjadi hujan di sekitar permukaan laut
tersebut.
b. Siklus hidrologi sedang

Siklus yang selanjutnya adalah siklus hidrologi sedang. Siklus hidrologi


sedang merupakan siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Hasil dari
siklus hidrologi sedang ini adalah turunnya hujan di atas daratan. Hal ini karena
proses adveksi akan membawa awan yang terbentuk ke atas daratan. penjelasan
mengenai siklus hidrologi sedang ini adalah sebagai berikut:
 Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami
penguapan dan menjadi uap air
 Uap air yang sudah terbentuk mengalami proses adveksi karena
adanya angin dan tekanan udara, sehingga bergerak menuju ke
daratan
 Di atmosfer daratan, uap air tersebut akan membentuk awan dan
kemudian akan berubah menjadi hujan
 Air hujan yang jatuh di permukaan Bumi atau daratan akan mengalami
run off, menuju ke sungai dan kembali ke laut.

c. Siklus hidrologi panjang

Siklus yang selanjutnya adalah siklus hidrologi panjang. Siklus hidrologi


panjang merupakan siklus hidrologi yang umum terjadi di daerah beriklim sub
tropis atau di daerah pegunungan. Melalui siklus hidrologi panjang ini hujan tidak
langsung berbentuk air, namun turun dalam bentuk salju ataupun gletser terlebih
dahulu. Penjelasan mengenai siklus hidrologi sedang ini adalah sebagai berikut:
1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami
penguapan dan menjadi uap air
2. Uap air yang telah terbetuk tersebut mengalami proses sublimasi
3. Kemudian terbentukla awan yang mengandung kristal- kristal es
4. Awan mengalami proses adveksi dan kemudian bergerak ke daratan
5. Awan akan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju
6. Salju akan terakumulasi menjadi gletser
7. Gletser tersebut akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara dan
membentuk aliran sungai
8. Air dari gletser dan mengalir di sungai tersebut kemudian akan
kembali ke laut.

Itulah macam- macam siklus hidrologi yang dilihat dari panjang dan pendeknya proses
yang terjadi. Contoh dari masing- masing proses adalah hujan lokal di area lautan (siklus
hidrologi pendek), hujan di daerah tropis (siklus hidrologi sedang), dan hujan salju (siklus
hidrologi panjang).

a. Tahapan siklus hidrologi


Sebuah siklus pastilah mempunyai beberapa tahapan yang berangkai. Tahapan- tahapan
tersebut apabila tergabung antara satu dengan yang lainnya maka akan terciptalah sebuah siklus.
Dengan kata lain, siklus ini terjadi karena adanya tahapan- tahapan yang saling berkaitan satu
sama lain dan bentuknya memutar. Siklus hidrologi ini setidaknya mencakup 9 tahap, yakni
evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan
infiltrasi. Siklus air secara umum dapat digambarkan dalam gambar disamping.
 Evaporasi

\Tahapan pertama dalam siklus hidrologi ini adalah evaporasi. Evaporasi


merupakan istilah lain dari penguapan. Siklus hidrologi akan dimulai dari adanya
penguapan. Penguapan yang mengawali terjadinya siklus hidrologi adalah penguapan dari
air yang ada di Bumi, seperti samudera, laut, danau, rawa, sungai , bendungan
(baca: bendungan terbesar di dunia), bahkan di areal persawahan. Semua air tersebut akan
berubah menjadi uap air karena adanya pemanasan dari sinar matahari. Hal inilah yang
disebut dengan evaporasi atau penguapan.

Evaporasi ini akan mengubah bentuk air yang semula cair menjadi uap air yang
berwujud gas. Karena menjadi wujud gas, hal ini memungkinkan bahwa gas tersebut
dapat naik ke atas (ke atmosfer) karena terbawa oleh angin. Semakin panas sinar matahari
yang diterima, maka akan semakin banyak air yang berubah menjadi uap air, dan semakin
banyak pula yang terbawa ke lapisan atmosfer Bumi.

 Transpirasi
Selain evaporasi, ada bentuk penguapan lainnya yakni penguapan yang berasal
dari jaringan makhluk hidup. Penguapan yang terjadi di jaringan makhluk hidup ini
disebut sebagai transpirasi. Transpirasi ini terjadi di jaringan hewan maupun tumbuhan.
Sama halnya dengan evaporasi, transpirasi ini juga mengubah air yang berwujud
cair dari jaringan makhluk hidup tersebut menjadi uap air. Uap air ini juga akan terbawa
ke atas, yakni ke atmosfer. Namun, biasanya penguapan yang terjadi karena transpirasi
ini jumlahnya lebih sedikit atau lebih kecil daripada penguapan yang terjadi karena
evaporasi.
 Evapotranspirasi

Evapotranspirasi ini merupakan gabungan dari evapotasi dan juga transpirasi.


Sehingga dapat dikatakan bahwa evapotranspirasi ini merupakan total penguapan air atau
penguapan air secara keseluruhan, baik yang ada di permukaan Bumi atau tanah maupun
di jaringan makhluk hidup. Dalam siklus hidrologi, evapotranspirasi ini sangatlah
mempengaruhi jumlah uap air yang ternagkut ke atas atau ke atmosfer Bumi.

 Sublimasi
Tahapan yang lainya adalah sublimasi. Jadi selain melalui proses penguapan,
naiknya uap air ke atmosfer ini juga terjadi melalui proses sublimasi. Apa sebenarnya
sublimasi itu? Sumblimasi merupakan proses perubahan es di kutub atau di puncak
gunung menjadi uap air, tanpa harus melalui proses cair terlebih dahulu.

Sublimasi ini juga tidak sebanyak penguapan (evaporasi maupun transpirasi),


namun meski sedikit tetap saja sublimasi ini berkontribusi erat terhadap jumlah uap air
yang terangkat ke atmosfer. Dibandingkan dengan evaporasi maupun transpirasi, proses
sublimasi ini berjalan lebih lambat dari pada keduanya. Sublimasi ini terjadi pada tahap
sikulus hidrologi panjang.

 Kondensasi
Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel es
(baca: hujan es). Ketika uap air dari proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan
sublimasi sudah mencapai ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi
partikel-partikel es yang berukuran sangat kecil melalui proses konsendasi. Perubahan
wujud ini terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah saat berada di
ketinggian tersebut. Partikel- partikel es yang terbentuk tersebut akan saling mendekati
satu sama lain dan bersatu hingga membentuk sebuah awan. Semakin banyak partikel es
yang bersatu, maka akan semakin tebal dan juga hitam awan yang terbentuk. Inilah hasil
dari proses kondensasi.
 Adveksi

Adveksi ini terjadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan. Adveksi
merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun masih dalam satu
horisontal. Jadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan yang hitam dan
gelap, awan tersebut dapt berpindah dari satu titik ke titik yang lain dalam satu
horizontal.

Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan udara
sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah. Proses adveksi ini memungkinkan
awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada di lautan menuju atmosfer
yang ada di daratan. Namun perlu diketahui bahwa tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi
dalam proses hidrologi, tahapan ini tidak terjadi dalam siklus hidrologi pendek.

 Presipitasi
Awan yang telah mengalami proses adveksi tersebut selanjutnya akan mengalami
presipitasi. Presipitasi merupakan proses mencairnya awan hitam akibat adanya pengaruh
suhu udara yang tinggi. Pada tahapan inilah terjadinya hujan. Sehingga awan hitam yang
tebentuk dari partikel es tersebut mencair dan air tersebut jatuh ke Bumi manjadi sebuah
hujan. Namun, tidak semua presipitasi menghasilkan air.
Apabila presipitasi terjadi di daerah yang mempunyai suhu terlalu rendah, yakni
sekitar kurang dari 0ᵒ Celcius, maka prepitisasi akan menghasilkan hujan salju. Awan
yang banyak mengandung air tersebut akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran-
butiran salju tipis. Hal ini dapat kita temui di daerah yang mempunyai iklim sub tropis,
dimana suhu yang dimiliki tidak terlalu panas seperti di daerah yang mempunyai iklim
tropis.
 Run Off

Tahapan run off ini terjadi ketika sudah di permukaan Bumi. Ketika awan sudah
mengalami proses presipitasi dan menjadi air yang jatuh ke Bumi, maka air tersebut akan
mengalami proses run off. Run off atau limpasan ini merupakan proses pergerakan air
dari tempat yang tinggi menjuju ke tempat yang lebih rendah yang terjadi di permukaan
Bumi. Pergerakan air tersebut dapat terjadi melalui saluran- saluran, seperti saluran got,
sungai, danau, muara sungai, hingga samudera. Proses ini menyebabkan air yang telah
melalui siklus hidrologi akan kembali menuju ke lapisan hidrosfer Bumi.

 Infiltrasi

Proses selanjutnya adalah proses infiltrasi. Air yang sudah berada di Bumi akibat
proses presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan Bumi dan mengalami run off.
Sebagian dari air tersebut akan bergerak menuju ke pori- pori tanah, merembes, dan
terakumulasi menjadi air tanah. Sebagian air yang merembes ini hanyalah sebagian kecil
saja. Proses pergerakan air ke dalam pori- pori tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi.
Proses infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah untuk menuju kembali ke laut.

Setalah melalui proses run off dan infiltrasi, kemudian air yang telah mengalami
siklus hidrologi akan kembali berkumpul ke lautan. Dalam waktu yang berangsunr-
angsur, air tersebut akan kembali mengalami siklus hidrologi yang baru, dimana diawali
dengan evaporasi. Dan itulah kesembilan dari tahapan siklus hidrologi.

2. Neraca Air

a. Pengertian Neraca Air


Neraca air (waterbalance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat
pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus)
ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat
mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air
sebaik-baiknya.
Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui
sejumlah proses aliran air yang kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-
beda. Beberapa proses aliran air dan kisaran waktu kejadiannya yang dinilai penting adalah:

Hujan atau irigasi (mungkin dengan tambahan aliran permukaan yang masuk ke petak atau
run-on) dan pembagiannya menjadi infiltrasi dan limpasan permukaan (dan/atau genangan di
permukaan) dalam skala waktu detik sampai menit.Infiltrasikedalam tanah dan drainasi
(pematusan) dari dalam tanah melalui lapisan- lapisan dalam tanah dan/atau lewat jalan pintas
seperti retakan yang dinamakan by-passflow dalam skala waktu menit sampai jam.Drainasi
lanjutan dan aliran bertahap untuk menuju kepada kesetimbangan hidrostatik dalam skala waktu
jam sampai hari.

Pengaliran larutan tanah antara lapisan-lapisan tanah melalui aliran massa (massflow) .
Penguapan atau evaporasi dari permukaan tanah dalam skala waktu jam sampai hari. Penyerapan
air oleh tanaman dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi sebagian besar terjadi pada siang hari
ketika stomata terbuka. Kesetimbangan hidrostatik melalui sistem perakaran dalam skala waktu
jam hingga hari, tetapi hampir semua terjadi pada malam hari pada saat transpirasi nyaris tidak
terjadi. Pengendali hormonal terhadap transpirasi (memberi tanda terjadinya kekurangan air)
dalam skala waktu jam hingga minggu.

Perubahan volume ruangan pori makro (dan hal lain yang berkaitan) akibat penutupan dan
pembukaan rekahan (retakan) tanah yang mengembang dan mengerut serta pembentukan dan
penghancuran pori makro oleh hewan makro dan akar. Peristiwa ini terjadi dalam skala waktu
hari hingga minggu. Pengaruh utama kejadian adalah terhadap aliran air melalui jalan pintas (by-
passflow) dan penghambatan proses pencucian unsur hara.

b. Macam-macam Neraca Air


Model neraca air cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga model, antara lain:
 Model Neraca Air Umum.

Model ini menggunakan data-data klimatologis dan bermanfaat untuk mengetahui


berlangsungnya bulan-bulan basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air untuk
penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi maupun penguapan dari sistem tanaman
atau transpirasi, penggabungan keduanya dikenal sebagai evapotranspirasi).

 Model Neraca Air Lahan.

Model ini merupakan penggabungan data-data klimatologis dengan data-data


tanah terutama data kadar air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik
Layu Permanen (TLP), dan Air Tersedia (WHC = Water Holding Capacity). Kapasitas
lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak
yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah
tersebut akan terus-menerus diserap akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin
lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak lagi mampu menyerap
airsehingga tanaman menjadi layu.

 Model Neraca Air Tanaman.

Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah, dan data
tanaman. Neraca air ini dibuat untuk tujuan khusus pada jenis tanaman tertentu. Data
tanaman yang digunakan adalah data koefisien tanaman pada komponen keluaran dari
neraca air. Neraca air adalah gambaran potensi dan pemanfaatan sumberdaya air dalam
periode tertentu. Dari neraca air ini dapat diketahui potensi sumberdaya air yang masih
belum dimanfaatkan dengan optimal. Secara kuantitatif, neraca air menggambarkan
prinsip bahwa selama periode waktu tertentu masukan air total sama dengan keluaran air
total ditambah dengan perubahan air cadangan (change in storage). Nilai perubahan air
cadangan ini dapat bertanda positif atau negatif (Soewarno, 2000). Konsep neraca air
pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang
tersedia di, dan yang keluar dari sistem (sub sistem) tertentu. Secara umum persamaan
neraca air dirumuskan dengan (Sri Harto Br., 2000).

I = O ± ΔS

I = masukan (inflow)

O=keluaran(outflow)

Yang dimaksud dengan masukan adalah semua air yang masuk ke dalam sistem,
sedangkan keluaran adalah semua air yang keluar dari sistem. Perubahan tampungan
adalah perbedaan antara jumlah semua kandungan air (dalam berbagai sub sistem) dalam
satu unit waktu yang ditinjau, yaitu antara waktu terjadinya masukan dan waktu
terjadinya keluaran. Persamaan ini tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar yang lainnya
(siklus hidrologi) karena pada hakikatnya, masukan ke dalam sub sistem yang ada, adalah
keluaran dari sub sistem yang lain dalam siklus tersebut.
c. Manfaat Neraca Air

Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain:

 Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta

saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-
bulan yang defisit air.

 Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi
jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.

 Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti
tanamanan pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.

d. Komponen Neraca Air

Dalam menghitung neraca air ada beberapa komponen yang perlu di perhatikan,antara lain :

a. Kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori)


b. InfiltrasiRunoff
c. Evapotranspirasi
d. Curah hujan
e. Jenis vegetasi

Anda mungkin juga menyukai