Anda di halaman 1dari 27

REKAYASA HIDROLOGI

ANALISIS DATA CURAH HUJAN

Analisis data curah hujan di wilayah kabupaten Batu Bara


Pada tahun 2021

Dosen Pengampu:
T MUDI HAFLI., ST., MT.
(Rekayasa Hidrologi)

Disusun Oleh:
Friska Andini
(210110044)

PRODI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2022
ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Apa Itu Hidrologi?.....................................................................................1

1.2 Siklus Hidrologi..........................................................................................2

1.3 Hujan..........................................................................................................7

BAB II INTESITAS HUJAN.............................................................................10

2.1 Intensitas hujan........................................................................................10

2.2 Curah Hujan.............................................................................................12

2.3 Analisa Frekuensi dan Probabilitas..........................................................14

2.3.1 Analisa Frekuensi Curah Hujan.........................................................15

2.3.2 Kemencengan/Skewness (CS)...........................................................15

2.3.4 Menghitung Koefisien Kurtosis (CK)................................................15

2.4 Distribusi Normal.....................................................................................16

BAB III ANALISIS DATA HUJAN.................................................................17

3.1 Perhitungan Hujan Rata-rata Kawasan.....................................................18

3.1 Analisis Frekuensi dan Probabilitas.........................................................20

BAB IV PENUTUP...........................................................................................21

3.1 Kesimpulan...............................................................................................21

3.2 Saran........................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Apa Itu Hidrologi?


Hidrologi berasal dari bahasa Yunani, Hydrologia, yang berarti "ilmu air".
Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi,
dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air.
Orang yang ahli dalam bidang hidrologi disebut hidrolog, bekerja dalam bidang
ilmu bumi dan ilmu lingkungan, serta teknik sipil dan teknik lingkungan.
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan,
padat, gas) pada, dalam atau di atas permukaan tanah termasuk di dalamnya
adalah penyebaran daur dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimia, serta
hubungannya dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri. Hidrologi juga
mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang curah hujan karena
berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk setiap bangunan teknik
sipil antara lain bendung, bendungan dan jembatan.
Secara umum Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari masalah keberadaan
air di bumi (siklus air) dan hidrologi memberikan alternatif bagi pengembangan
sumberdaya air bagi pertanian dan industri.
Lebihlanjut, menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi,
baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta
reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.
Sedangkan menurut Linsley (1996), menyatakan pula bahwa hidrologi ialah
ilmu yang membicarakan tentang air yang ada di bumi, yaitu mengenai kejadian,
perputaran dan pembagiannya, sifat-sifat fisik dan kimia, serta reaksinya terhadap
lingkungan termasuk hubungannya dengan kehidupan.
Singh (1992), menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang membahas
karakteristik menurut waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air bumi,
termasuk di dalamnya kejadian, pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan,
eksplorasi, pengembangan dan manajemen.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa hidrologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang air, baik di atmosfer, di bumi, dan di dalam bumi,
tentang perputarannya, kejadiannya, distribusinya serta pengaruhnya terhadap
kehidupan yang ada di alam ini. Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki
ruang lingkup atau cakupan yang luas. Secara substansial, cakupan bidang ilmu
itu meliputi: asal mula dan proses terjadinya air pergerakan dan penyebaran air
sifatsifat air keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan.
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan
gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta
menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas,
dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya,
penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya. Pembahasan tentang ilmu
hidrologi tidak dapat dilepaskan dari siklus hidrologi.
1.2 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi merupakan proses pengeluaran air dan perubahannya


menjadi uap air yang mengembun kembali menjadi air yang berlangsung terus-
menerus tiada henti-hentinya. Sebagai akibat terjadinya sinar matahari maka
timbul panas.
Dengan adanya panas ini maka air akan menguap menjadi uap air dari semua
tanah, sungai, danau, telaga, waduk, laut, kolam, sawah dan lain-lain dan
prosesnya disebut penguapan (evaporation) . Penguapan juga terjadi pada semua
tanaman yang disebut transpirasi (transpiration) ( Soedibyo, 2003 ).
Siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air dari laut. Uap yang dihasilkan
dibawa oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap

2
tersebut terkondensasi membentuk awan, pada akhirnya dapat menghasilkan
presipitasi. Presipitasi jatuh ke bumi menyebar dengan arah yang berbeda-beda
dalam beberapa cara. Sebagian besar dari presipitasi tersebut sementara tertahan
pada tanah di dekat tempat ia jatuh, dan akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer
oleh penguapan (evaporasi) dan pemeluhan (transpirasi) oleh tanaman. Sebagian
air mencari jalannya sendiri melalui permukaan dan bagian atas tanah menuju
sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam tanah menjadi
bagian dari air tanah (groundwater).
Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik aliran air permukaan (surface
streamflow) maupun air dalam tanah bergerak ke tempat yang lebih rendah yang
dapat mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar air permukaan dan air bawah
tanah dikembalikan ke atmosfer oleh penguapan dan pemeluhan (transpirasi)
sebelum sampai ke laut (Linsley,1996). Gambar proses siklus hidrologi dapat
dilihat pada halaman berikut.

Gambar 1. 1 Siklus Hidrologi


Penjelasa Proses Siklus Hidrologi sebagai besrikut:
1. Evaporasi atau Penguapan Seluruh Air

3
Evaporasi merupakan tahap pertama yang terjadi pada sebuah siklus
hidrologi dimana pada tahap ini terjadi penguapan pada air yang berada di
sungai dan lainnya. Sungai, danau dan laut serta tempat lainnya kemudian
dianggap sebagai badan air lalu air yang menguap akan menjadi uap air.
Air yang ada di seluruh badan air kemudian menguap karena panasnya
sinar matahari dan penguapannya disebut juga sebagai tahap evaporasi.
Penguapan atau evaporasi lebih jelasnya adalah proses perubahan molekul
cair menjadi molekul gas, maka air berubah menjadi uap.
Penguapan yang terjadi sendiri kemudian akan menimbulkan efek naiknya
air yang telah berubah menjadi gas ke atmosfer. Sinar matahari sebagai
pendukung utama dalam tahap evaporasi sehingga semakin terik sinar yang
dipancarkan maka semakin besar pula molekul air yang terangkat ke udara.
2. Transpirasi atau Penguapan Air di Jaringan Mahluk Hidup
Transpirasi merupakan proses penguapan meski penguapan yang terjadi
tidak hanya pada air yang tertampung dalam air. Ia sendiri memiliki bentuk
penguapan yang terjadi pada bagian tubuh makhluk hidup khususnya pada
hewan, tumbuhan serta prosesnya sama dengan tahap evaporasi. Molekul
cair pada hewan dan tumbuhan kemudian akan berubah menjadi uap atau
molekul gas. Setelah molekul cair menguap, kemudian akan naik ke
atmosfer seperti pada tahap evaporasi. Transpirasi kemudian terjadi pada
jaringan yang ada di hewan dan tumbuhan, meski dari tahap ini air yang
dihasilkan tidak terlalu banyak. Pada proses transpirasi sendiri molekul cair
yang menguap kemudian tak sebanyak saat proses evaporasi.
3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari tahapan transpirasi dan
evaporasi, sehingga lebih banyak air yang menguap pada tahapan ini.
Evapotranspirasi merupakan suatu tahapan penguapan di mana molekul
cair yang menguap adalah seluruh jaringan pada makhluk hidup dan air.

4
Tahap evapotranspirasi sendiri sebagai tahap yang paling mempengaruhi
jumlah air yang terangkut atau siklus hidrologi.

4. Sublimasi
Selain tiga diantara proses di atas, ternyata masih ada proses evaporasi
lainnya, yaitu sublimasi. Sublimasi sendiri memiliki arti yang mirip dengan
transformasi molekul cair menjadi molekul gas di atmosfer bagian atas atau
atmosfer. Namun, penguapan yang terjadi adalah transformasi es di
pegunungan dan di Kutub Utara, sehingga tidak mengalami likuidasi.
Produksi air selanjutnya tidak setinggi pada tahap penguapan dan tahap
lainnya. Meskipun fase sublimasi masih mempengaruhi evolusi siklus
hidrologi, tetapi hal itu sangat diperlukan. Hanya saja yang membedakan
langkah penguapan dan langkah sublimasi adalah langkah ini
membutuhkan waktu yang lebih lambat.
5. Pengembunan
Setelah melalui empat tahap sebelumnya, tahap selanjutnya adalah tahap
pengembunan dimana air telah menguap kemudian berubah menjadi
partikel es. Partikel es yang dibuat sendiri sangat kecil dan terbentuk
karena suhu dingin di ketinggian tinggi di atmosfer atas.
Partikel es itu sendiri kemudian berubah menjadi awan hingga jumlah
partikel es bertambah, awan menjadi semakin gelap. Mengembun atau
mengembun itu sendiri adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada
keadaan yang lebih padat, misalnya pada gas yang berubah menjadi cair.
Secara etimologis, kondensat merupakan istilah yang berasal dari bahasa
latin condensate yang berarti tertutup. Penguapan itu sendiri merupakan
contoh dari perubahan materi, yaitu perubahan sementara suatu zat.

5
Contoh perubahan ukuran, bentuk dan wujud. Perubahan ini kemudian
tidak menjadi zat baru dan cairan yang telah mengembun dari uap ini
kemudian disebut kondensat. Sedangkan kondensor adalah alat yang
digunakan untuk mengembunkan uap dan mengubahnya menjadi cair.

6. Kekeruhan atau Adveksi


Kekeruhan adalah tahapan yang tidak terjadi pada siklus hidrologi yang
pendek tetapi hanya terjadi pada siklus hidrologi yang panjang. Pada titik
ini, yang terjadi adalah pergerakan awan dari satu titik ke titik lain, yang
juga dikenal sebagai awan di langit, menyebar.
Pergerakan awan itu sendiri disebabkan oleh angin yang kemudian
bergerak dari lautan ke daratan dan sebaliknya. Perpindahan panas adalah
perpindahan panas horizontal atau transversal. Gerakan ini kemudian
menghangatkan udara di sekitarnya. Contoh adveksi ini antara lain ketika
ada perbedaan kemampuan menyerap dan melepaskan panas di darat dan di
laut.
7. Curah hujan
Proses ketujuh adalah tingginya curah hujan atau disebut proses presipitasi
yang merupakan tahap di mana awan mencair karena tidak dapat menahan
kenaikan suhu. Pada tahap ini akan terjadi salah satu fenomena alam yang
dikenal dengan hujan atau jatuhnya titik-titik air ke permukaan bumi. Jika
suhu lingkungan di bawah 0 derajat Celcius, akan terjadi hujan es disertai
salju.
8. Run off
Fase perpindahan air dari hulu ke hilir disebut juga air mengalir, pada
tahap ini, air hujan akan bergerak. Pergerakan terjadi dari permukaan atas
ke permukaan bawah dengan permukaan sebelumnya melalui saluran yang

6
berbeda. Saluran yang dimaksud antara lain sungai, gorong-gorong, laut,
danau, dan lautan.
9. Infiltrasi
Infiltrasi menjadi tahapan dari perputaran hidrologi. Pada tahapan ini air
hujan kemudian diubah menjadi air tanah. Air hujan yang jatuh ke bumi
sendiri tidak mengalir sepenuhnya seperti pada fase limpasan, tetapi tetap
akan mengalir ke tanah. Proses air hujan ke dalam pori-pori tanah inilah
yang kemudian disebut perkolasi dan kemudian kembali ke seluruh lautan.
10. Konduksi
Proses konduksi yang memanas dalam sentuhan atau kontak langsung
dengan suatu objek. Pemanasan terjadi karena molekul-molekul udara di
dekat permukaan bumi bersentuhan dengan bumi yang menerima panas
langsung dari matahari hingga molekul-molekul panas tersebut
bersentuhan dengan molekul-molekul udara yang belum hangat.
Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah
yang rendah, dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke daerah
lebih rendah, sampai ke daerah pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut.
Aliran air ini disebut aliran permukaan tanah karena bergerak di atas muka
tanah. Aliran ini biasanya akan memasuki daerah tangkapan atau daerah
aliran menuju ke sistem jaringan sungai, sistem danau ataupun waduk.
1.3 Hujan
Hujan adalah sebuah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air
yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di permukaan. Hujan biasanya
terjadi karena pendinginan suhu udara atau penambahan uap air ke udara. Hal
tersebut tidak lepas dari kemungkinan akan terjadi bersamaan. Turunnya hujan
biasanya tidak lepas dari pengaruh kelembaban udara yang memacu jumlah titik-
titik air yang terdapat pada udara(Wibowo, 2008).

7
Sedangkan menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Hujan
merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat
berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan
kabut). Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian
menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.
a. Jenis-jenis Hujan Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi
empat tipe yaitu:
1. Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai
dengan angin berputar.
2. Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator,
akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara.
Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di
sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
3. Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap
air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu
udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar
pegunungan. Hujan ini juga terbentuk dari naiknya udara secara paksa oleh
penghalang lerenglereng gunung.
4. Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin
bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua
massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih
berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang
disebut hujan frontal.
5. Hujan konvektif adalah suatu jenis hujan yang dihasilkan dari naiknya udara
yang hangat dan lembab karena mendapat radiasi yang kuat.
6. Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin
Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena
adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan
Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai

8
April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus.
Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim
kemarau.
7. Hujan siklonik adalah hujan yang dihasilkan oleh awan udara yang bergerak
dalam skala besar akibat dari pembelokkan konvergensi angin secara secara
vertical karena terdapatnya tekanan rendah. (Hasan,U.M.1970).
Menurut Linsley (1996), jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya terdiri
dari: 1) Hujan gerimis (drizzle), yang kadang-kadang disebut mist terdiri dari
tetes-tetes air yang tipis, biasanya dengan diameter antara 0,1 dan 0,5 mm (0,004
dan 0,002 inci) dengan kecepatan jatuh yang demikian lambatnya sehingga
keliahatan seolah-olah melayang. Gerimis umumnya jatuh dari stratus yang
rendah jarang melebihi 1 mm/jam (0,04 inci/jam). 2) Hujan (rain) terdiri dari
tetes-tetes air yang mempunyai diameter lebih besar dari 0,5 mm (0,02 inci).
b. Curah hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan
sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan negara
yang memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan daerahnya
yang berada pada ketinggian yang berbeda-beda. Curah hujan 1 (satu)
milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu millimeter termpat yang datar tertampung air
setinggi satu milimeter atau tertampung air setinggi 1 liter.
Intnesitas curah hujan dapat dikelompokkan menurut tingkat presipitasinya,
yaitu:
a. Gerimis ketika tingkat presipitasinya kurang dari 25mm (0,98in)/jam
b. Hujan sedang ketika tingkat presipitasnya antara antara 25mm (0,98in)
hingga 76mm (3,0in) atau 10mm (0,39in0/jam

9
c. Hujan deras ketika tingkat presipitasnya lebih dari 76mm (3,0in)/jam atau
antara 10mm (0,39in) dan 50mm (2,0in)/jam dan
d. Hujan badai ketika tingkat presipitasnya lebih dari 50mm (2,0in)/jam.

BAB II
INTESITAS HUJAN

2.1 Intensitas hujan 


adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Intensitas
hujan tergantung dari lama dan besarnya hujan. Semakin
lama hujan berlangsung maka intensitasnya akan cenderung makin tinggi, begitu
juga sebaliknya semakin pendek lamanya hujan maka semakin kecil
juga intensitasnya. Kabupaten Batu Bara
yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan beribu kota di
kecamatan Lima Puluh. Kabupaten Batu Bara adalah salah satu dari 16 kabupaten
dan kota baru yang dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik kabupaten Batu bara 2021, penduduk kabupaten ini pada tahun
2020 berjumlah 410.678 jiwa dengan kepadatan 454 jiwa/km2. Berikut merupakan
data Hujan pada Kab.batu bara : RR(Curah Hujan)
tahun 2021 Kab.Batu bara
bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tanggal RR RR RR RR RR RR RR RR RR RR RR RR
1 0 0 0 11, 1 1,2 4,5 5,3 0 0 3,8 7,3
8
2 4,5 0 0 0 12 0 1,4 22 1 8,4 10, 13
7
3 3,8 3, 33, 8,6 6 0 0 0 0 0 4,2 33,
8 1 9

10
4 0 0, 0 18, 0 23, 0 0 0 2,2 9,2 3,5
6 1 5
5 0 0 0,5 0 2,7 84, 10, 0 10, 0 15, 1
8 6 5 1
6 5,1 0 35, 0 34, 1 1,3 1 92 0 23 6
6 1
7 0 0 26 24, 0 0 0 17, 6,7 4,4 16, 0
6 7 1
8 0 0 0,8 4,7 8 3 0 12, 0 9,2 26, 0
5 5
9 98, 0 0 13, 2,7 7,3 0 6,8 0 1 18 0
8 9
10 0 0 54, 0 0 0 58, 4 17, 0 0 141
2 5 9
11 2,7 6 3,2 1,7 33, 0 5,1 0 13, 4,6 69, 12
8 5 1
12 33, 0 0 6,9 0 9,6 0 20, 8,8 8 0 8,7
3 6
13 0 0 1,6 0,3 3,4 0 16, 14, 1,5 0 0 26,
8 2 5
14 0 0 4,3 0 1,8 22, 84, 2 0 0 0,4 34,
5 7 2
15 0 3, 1,4 0 15, 0,5 4,8 0 0 0 5,5 36,
5 6 5
16 0 0 1 3,6 0,5 40, 11, 0 0 0 1 29,
9 3 6
17 0 0 39, 95, 0 0 0,5 0 0 0 27, 51,
2 4 5 6
18 9, 0 0 28, 0 76 3 0 10, 1,2 101
2 6 7
19 6,5 0 16, 33, 9 0 11, 24, 0 0 0 57,
5 7 1 1 5
20 0 0 5,9 0 0 0 31, 7,4 0 0 2 2,9
5
21 0 0 3,5 0 0 51, 0 0,8 0 0 15, 0
5 8
22 0 0 0 10, 0 52, 1,4 3,4 0 2,2 5,4
6 1
23 11, 0 30, 28, 0,5 2,5 0,4 0 8,5 0 17, 43,
7 5 5 1 5
24 0 11 15, 3,2 0 0 2,4 0 29, 0 7,7 0,6
6 6
25 6,2 8, 2,2 80 0 0 1,1 26, 0 90, 0 0

11
5 5 8
26 2 20 25, 0 0 66, 0 1,8 0 12, 0 0
2 8 1
27 0 30 84, 0 1 5,5 0 22, 0 7,8 1 0
6 5
28 0 1 0 2,4 6,8 0,6 2,4 0 0 0 24, 4,2
2
29 3,5 0 45 0 20, 43, 6,3 98 8 0 0 0
2 8
30 15, 21, 36, 0 15, 21, 9 1 0 9,5 0
6 0 4 5 5 6
31 0 30 37, 1,6 22, 33, 0
0 0 5 0 0 9 3 0

a. Perhitungan Hujan Rata-rata Kawasan


1. Rata-rata aljabar Metode paling sederhana → asumsi semua penakar
hujan mempunyai pengaruh yang sama dan untuk daerah yang
mempunyai topografi datar/rata.
n
P 1+ P 2+ P3+ … Pn ∑ P1
Persamaannya:P = = i=1
n
n
P1 ,P2 ,…Pi = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan n = jumlah
pos penakar hujan.
2. Metode Poligon Thiessen/Metode rata-rata timbang (weighted mean)
- Asumsi variasi hujan antar pos linier
- Hasil metode poligon thiessen lebih akurat dibanding rata-rata aljabar
- Diterapkan pada daerah datar dengan luas 500 – 5000 km2
n

P 1 A 1+ P 2 A 2+ P3 A 3 … .. PnAn
∑ PiAi
i=1
Persamaannya: P = =
A 1+ A 2+ A 3 … .. An n

∑ Ai
i=1

3. Metode Isoyet (Isoyet adalah kontur yang menghubungkan titik-titk


dengan kedalamn hujan yang sama. Dua garis isoyet tidak pernah saling

12
berpotongan) Metode ini paling akurat untuk menentukan hujan rat-rata,
cara perhitungan metode isoyet adalah :
a. Plot data tinggi hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta
b. Gambar kontur tinggi hujan dengan menghubungkan titik-titik yang
mempunyai tinggi hujan yang sama (Interval isoyet yang umu diapakai
adalah 10 mm).
c. Hitung luas area antara dua garis isoyet dengan menggunakan
planimetri.Kalikan masing-masing luas areal dengan rata-rata hujan
anatar dua isoyet yang berdekatan.
Metode Isoyet untuk daerah berbukt dan tidak teratur dengan luas lebih
dari +/-5000 km.
2.2 Curah Hujan

a. Metode Mononobe
Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit
rencana sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat
ditampung oleh sebuah drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan
teralirkan. Oke kita masuk ke intinya, metode yang biasa digunakan dalam
perhitungan intensitas curah hujan adalah sebagai berikut:
R 24
I= ¿
24
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
t : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
R24 : Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari
tahapan sebelumnya (tahapan analisis frekuensi)
R24 , dapat diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari) Contoh
kasusnya seperti ini, jika anda ingin mengetahui intensitas curah hujan dari data
curah hujan harian selama 5 menit, pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika
diketahui curah hujan selama satu hari bernilai 56 mm/hari) :

13
R 24
I= ¿
24
56
I= ¿
24
Ubah satuan waktu dari menit menjadi jam. Contoh durasi selama 5 menit
menjadi durasiselama 5/60 atau selama 0,833 jam.

b. Metode Van Breen


Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa,
curah hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah hujan sebesar
90% dari jumlah curah hujan selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007).
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Van Breen
adalah sebagai berikut :
54 RT + 0,07 R2T
I T=
T c + 0,3 R T

I T : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)


RT : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)
c. Metode Haspers dan Der Weduwen
Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang
dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi
yang simetris dengan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi
curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam (Melinda, 2007) Perhitungan
intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der
Weduwen adalah sebagai berikut:
Ri= X t ¿
Dimana: t : durasi curah hujan dalam satuan jam
Xt: curah hujan maksimum yang terpilih

14
R
I=
t
R,Rt : curah hujan menurut haspers dan der weduwen
I : intesitas curah hujan(mm/jam)
2.3 Analisa Frekuensi dan Probabilitas

a. Sistem hidrologi kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa ekstrim


(hujan hebat, banjir & kekeringan)
b. Besaran peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi
kejadiannya (peristiwa ekstrim jarang terjadi)
c. Tujuan analisa frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran-
besaran peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekunsi kejadiannya
melalui penerapan distribusi kemungkinan (data hidrologi yang dianalisa
diasumsikan tidak bergantung/independent dan terdistribusi secara acak
dan bersifat stokasti/peluang.
d. Frekuensi hujan adalah besaran kemungkinan suatu besaran hujan
disamai atau dilampau.
e. Kala-ulang (return period) adalah waktu hipotetik/dugaan dimana hujan
dengan suatu besaran tertentu akan disamai /dilampau (Misal. Hujan dgn
return period 10 tahunan ≠ akan terjadi setiap 10 tahun tetapi ada
kemungkinan dalam jangka waktu 1000 th akan terjadi 100 kali kejadian
hujan 10 tahunan & ada kemungkinan selama kurun waktu 10 th terjadi
hujan 10 tahunan lebuh dari satu kali/sebaliknya tidak terjadi sama
sekali).
f. Analis frekuensi didasarakan pada sifat statistik data kejadian yang telah
lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan dimasa yang akan
datang, dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan
datang masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.

15
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa distribusi frekunsi dan 4 jenis distribusi
yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi, yaitu :
1.Distribusi Normal
2.Distribusi Log Normal
3.Distribusi Log Person III
4.Distribusi Gumbel

2.3.1 Analisa Frekuensi Curah Hujan

Menghitung Simpangan Baku (Standar Deviasi) Simpangan Baku


adalah besar perbedaan dari nilai sampel terhadap nilai rata-rata.


n

∑ ( X i−X )2
i=1
S=
n−1
Dimana : S = Deviasi standart
Xi= Nilai varian ke-i
X = Nilai rata- rata varian
n = Jumlah data

2.3.2 Kemencengan/Skewness (CS)

Kemencengan (skewness) adalah suatu nilai yang menunjukkan derajat


ketidak simestrisan dari suatu bentuk distribusi.
n
n ∑ (X i−X )3
i=1
CS=
(n−1)(n−2) S3
Dimana : CS = Koefisien skewness
Xi = Nilai varian ke-i
X = Nilai rata- rata varian
n = Jumlah data
S = Simpangan baku

16
2.3.4 Menghitung Koefisien Kurtosis (CK)

Pengukuran kurtosis dimaksud untuk mengukur keruncingan dari


bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi
normal.
CK =¿

2.4 Distribusi Normal

Distribusi normal / kurva normal / distribusi Gauss


X T = X+ K T S
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode T-tahunan
X = nilai rata – rata hitung variant
S = deviasi standart nilai variant/Simpangan Baku
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang/periode ulang dan tipe
model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisa peluang.

17
BAB III
ANALISIS DATA HUJAN
tahun 2021 Kab. Batu Bara
bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tanggal RR RR RR RR RR RR RR RR RR RR RR RR
1 0 0 0 11, 1 1,2 4,5 5,3 0 0 3,8 7,3
8
2 4,5 0 0 0 12 0 1,4 22 1 8,4 10, 13
7
3 3,8 3, 33, 8,6 6 0 0 0 0 0 4,2 33,
8 1 9
4 0 0, 0 18, 0 23, 0 0 0 2,2 9,2 3,5
6 1 5
5 0 0 0,5 0 2,7 84, 10, 0 10, 0 15, 1
8 6 5 1
6 5,1 0 35, 0 34, 1 1,3 1 92 0 23 6
6 1
7 0 0 26 24, 0 0 0 17, 6,7 4,4 16, 0
6 7 1
8 0 0 0,8 4,7 8 3 0 12, 0 9,2 26, 0
5 5
9 98, 0 0 13, 2,7 7,3 0 6,8 0 1 18 0
8 9
10 0 0 54, 0 0 0 58, 4 17, 0 0 141
2 5 9
11 2,7 6 3,2 1,7 33, 0 5,1 0 13, 4,6 69, 12
8 5 1
12 33, 0 0 6,9 0 9,6 0 20, 8,8 8 0 8,7
3 6
13 0 0 1,6 0,3 3,4 0 16, 14, 1,5 0 0 26,
8 2 5

18
14 0 0 4,3 0 1,8 22, 84, 2 0 0 0,4 34,
5 7 2
15 0 3, 1,4 0 15, 0,5 4,8 0 0 0 5,5 36,
5 6 5
16 0 0 1 3,6 0,5 40, 11, 0 0 0 1 29,
9 3 6
17 0 0 39, 95, 0 0 0,5 0 0 0 27, 51,
2 4 5 6
18 0 9, 0 0 28, 0 76 3 0 10, 1,2 101
2 6 7
19 6,5 0 16, 33, 9 0 11, 24, 0 0 0 57,
5 7 1 1 5
20 0 0 5,9 0 0 0 31, 7,4 0 0 2 2,9
5
21 0 0 3,5 0 0 51, 0 0,8 0 0 15, 0
5 8
22 0 0 0 10, 0 52, 1,4 3,4 0 2,2 5,4
6 1
23 11, 0 30, 28, 0,5 2,5 0,4 0 8,5 0 17, 43,
7 5 5 1 5
24 0 11 15, 3,2 0 0 2,4 0 29, 0 7,7 0,6
6 6
25 6,2 8, 2,2 80 0 0 1,1 26, 0 90, 0 0
5 5 8
26 2 20 25, 0 0 66, 0 1,8 0 12, 0 0
2 8 1
27 0 30 84, 0 1 5,5 0 22, 0 7,8 1 0
6 5
28 0 1 0 2,4 6,8 0,6 2,4 0 0 0 24, 4,2
2
29 3,5 0 45 0 20, 43, 6,3 98 8 0 0 0
2 8
30 15, 21, 36, 0 15, 21, 9 1 0 9,5 0
6 0 4 5 5 6
31 0 30 37, 1,6 22, 33, 0
0 0 5 0 0 9 3 0

3.1 Perhitungan Hujan Rata-rata Kawasan

- Metode rata-rata aljabar

19
Bulan januari
P 1+ P 2+ P3+ … Pn
P=
n
P=
0+4,5+ 3,8+0+0+5,1+ 0+098.8+0+2,7 +33,3+0+0+ 0+0+0+ 0+6,5+0+ 0+0+11,7+ 0+6,2+2+0
31( jumahhari) ¿
P= 194
Data perhitungan untuk bulan selanjutnya akan di sajikan sebagai berikut.
N
O Bulan Xi
1 1 193,7
2 2 93,1
3 3 481,3
4 4 384,5
5 5 225,2
6 6 432,6
7 7 355,3
8 8 299,2
9 9 225,3
10 10 192,5
11 11 310,8
12 12 619,8
X rata(12
NO Bulan Xi bluan)
1 1 193,7 317,78
2 2 93,1 317,78
3 317,78
P =
3 481,3
4 4 384,5 317,78
5 5 225,2 317,78
6 6 432,6 317,78
P = 3813,3
7 7 355,3 317,78
8 8 299,2 317,78
9 9 225,3 317,78
10 10 192,5 317,78
11 11 310,8 317,78
12 12 619,8 317,78
total 3813,3

20
Xi - X = 193,7-317,78 = -11,34
( X i− X)2 = (−11,34)2 = 128,6
( Xi− X ¿ ¿3 =¿ = -1458,3
( Xi− X ¿ ¿ 4=¿ = 16536,83
N X rata(12 (Xi-
O Bulan Xi bluan) Xi-Xrata Xrata)^2 (Xi-Xrata)^3 (Xi-Xrata)^4
1 1 193,7 317,78 -124,08 15395,8 -1910316,6 237032086,37
2 2 93,1 317,78 -224,68 50481,1 -11342094,1 2548341699,52
3 3 481,3 317,78 163,52 26738,8 4372327,0 714962912,06
4 4 384,5 317,78 66,72 4451,6 297008,0 19816372,19
5 5 225,2 317,78 -92,58 8571,1 -793508,4 73463007,81
6 6 432,6 317,78 114,82 13183,6 1513744,7 173808163,26
7 7 355,3 317,78 37,52 1407,8 52818,8 1981761,19
8 8 299,2 317,78 -18,58 345,2 -6414,1 119174,36
9 9 225,3 317,78 -92,48 8552,6 -790939,9 73146118,34
10 10 192,5 317,78 -125,28 15695,1 -1966279,4 246335485,98
11 11 310,8 317,78 -6,98 48,7 -340,1 2373,68
12 12 619,8 317,78 302,02 91216,1 27549080,6 8320373323,54
total 3813,3 236087,4 16975086,5 12409382478,3

3.1 Analisis Frekuensi dan Probabilitas

a. Analisis frekuensi Curah hujan


n

∑ ( X i−X )2
i=1
S=
n−1

S=
√ 236087,4
12−1
S=146,5
b. Kemencengan/Skewness (CS)

21
n
n ∑ ( X i−X )
3

i=1
CS= 3
(n−1)(n−2) S
12 x 16975086,5
CS=
(12−1)(12−2)146,53
CS=0,5889
c. Menghitung Koefisien Kurtosis (CK)
CK =¿

CK =
{
12 x 13 x 12409382478,3
(12−1)(12−2)(12−3)146,5
4

}
3(12−1)2
(12−2)(12−3)
CK =0,211
d. Koevisien variasi
S 146,5
CV = =
X 317,78
CV =0,461

22
BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas adalah sebagai
berikut:
1. Hujan rata-rata tertinggi terdapat pada bulan desember (619,8)
2. Hujan rata-rata terendah terdapat pada bulan februari (93,1)
3. Diviasi standart sebesar 146,5
4. Kemencengan atau skewness sebesar 0,5889
5. Koevisien kurtosis (0,211) dan koevisien variasi (0,461)
3.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini, penulis memiliki harapan dan memputuhkan


saran dan kritik dari para pembaca dari makalah ini agar dapat mengambil
manfaat dari isi makalah ini. Semoga dapat bermanfaat dan membantu proses
pembelajaran.

23
DAFTAR PUSTAKA

CONTOH PERHITUNGAN HUJAN.pdf,


https://bpusdataru-pc.jatengprov.go.id/hidrologi/
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/12714/1/a5d8e5e89d6de22c029850ccfd99ee7b.pdf
http://id.m.wikipedia.org

24

Anda mungkin juga menyukai