Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SIKLUS HIDROLOGI

NAMA : ARYANDO SAMUEL OROH


KELAS : X.8
MATA PELAJARAN : GEOGRAFI

SMA NEGERI 1 GURU LOMBOK KALAWAT


MINAHASA UTARA
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan
agihanya, sifat sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkunganya, termasuk
hubunganya dengan mahluk hiduo. (International Glossary of Hidrologi 1974), Karena
perkembanganya yang begitu cepat, hidrologi menjadi ilmu dasar dari penggolongan sumber
daya air yang merupakan pengembanga agihan dan banyak penggunaan air secara terencana.
Banyak proyek di dunia (Rekayasa air , Irigasi, Pengendalian Banjir, Drainase, Tenaga Air
dan lain lain.) Dilakukan dengan terlebih dahulu melksanakan survei kondisi kondisi
hidrologi yang cukup. Survei Survei tersebut meliputi prosedur prosedur pengumpulan data
lapangan, pemrosesan data dan karena itu menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan.
Kita sebagai mahasiswa geografi harus paham betul mengenai apa itu hidrologi dan
siklus hidrologi karena sebagai standar kompetensi kita sebagai mahasiswa yang di
proyeksikan menjadi tenaga surveyor pemetaan, yang tentu harus paham mengenai kondisi
hidrologi.
Bumi Salah satu planet dalam tata surya yang mempunyai kandungan air yang cukup
banyak . Lapisan air yang menyelimuti bumi disebut hidrosfer. Hidrosfer merupkan lapisan
yang terdapat dibagian luar bumi terdiri ata air laut, sungai, danau, air dalam tanah, dan
resapan-respan. Presentase air paling banyak terdapat dilautan, yakni sekitar 97,5%, dalam
bentuk es 75%, dan dalam bentuk uap di udara sekitar 0,001%.

Air merupakan salah satu unsur yang vital dalam kehidupan. Air dapat ditemukan
disemua tempat dipermukaan bumi ini. Air merupakan sumber daya abiotik yang
keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir semua kegiatan
hidup manusia bersinggungan langsung dengan air. Misalnya, air digunakan untuk keperluan
minum, memasak, mencuci, dan lain-lain. Dari contoh-contoh itu bisa kita jadikan titik tolak
untuk menyimpulkan seberapa penting peran air bagi kehidupan yang ada dibumi.

Namun pada kenyataannya, dewasa ini penggunaan air terus meningkat. Laju
pertumbuhan penduduk yang meningkat menyebabkan penggunaan air juga turut meningkat.
Akibatnya, kelangkaan air bersih pun terjadi. Apalagi disaat musim kemarau seperti sekarang
ini, banyak sekali deretan orang yang mengantre untuk mendapatkan air bersih. Kelangkaan
air bersih ini merupakan salah satu masalah yang harus segera ditanggulangi.

Fenomena tersebut mendorong kami untuk menyusun makalah ini. Dengan harapan
para pembaca nantinya dapat mengerti bagaimana peran penting air bagi kehidupan yang
selanjutnya dapat menumbuhkan kesadaran untuk menjaga ketersediaan air bersih bagi
generasi mendatang.
B. Rumusan Masalah
Sebelum mengikuti lanjutan mata kuliah hidrologi kita harus mengetahui berbagai hal
mengenai hidrologi

1. Apa pengertian Hidrologi ?


2. Bagimana Asal usul air di bumi ?
3. Apa itu siklus Hidrologi ?
4. Apa jenis jenis siklus Hidrologi ?
5. Bagaimana terjadinya siklus hidrologi ?
6. Bagimana jika di bumi tidak air ?
7. Bagimana kondisi air di bumi saat ini ?

C. Tujuan
Mahasiswa dapat mengikuti kuliah selanjutnya dengan lebih baik dengan mengetahui
dasar dasar ilmu hidrologi dan permesalahan dasar mengenai hidrologi.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 DEFINISI HIDROLOGI


Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan
agihanya, sifat sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkunganya, termasuk
hubunganya dengan mahluk hiduo. (International Glossary of Hidrologi 1974),

Lebih jauh Ray K. Linsley dalam Yandi Hermawan (1986), menyatakan pula bahwa:"
Hidrologi ialah ilmu yang membicarakan tentang air yang ada di bumi, yaitu mengenai
kejadian, perputaran dan pembagiannya, sifat fisika dan kimia, serta reaksinya terhadap
lingkungan termasuk hubungannya dengan kehidupan".

Singh, 1992 menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik
menurut waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air bumi, termasuk di dalamnya
proses hidrologi, pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan
dan manajement.

 Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun dibawah
permukaan bumi, tentang sifat kimia dan fisika air serta reaksinya terhadap lingkungan dan
hubunganya dengan kehidupan. Kebearadaan air dalam kehidupan merupakan suatu
kebutuhan yang sangat penting, sebab semua mahkluk hidup di bumi membutuhkan air
sebagai salah satu sumber kehidupan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang air, baik di atmosfer, di bumi, dan di dalam bumi, tentang
perputarannya, kejadiannya, distribusinya serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di
alam ini.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hidrologi
Hidrologi mempelajari siklus air di alam raya.  Siklus hidrologi atau siklus air
meliputi kejadian-kejadian air menguap ke udara, kemudian mengembun dan menjadi hujan
atau salju, masuk ke dalam tanah atau mengalir di atas permukaan tanah, lalu berkumpul di
danau atau laut, menguap lagi dan seterusnya (Asdak, 1995).

Tanah mempunyai peranan penting dalam siklus hidrologi.  Kondisi tanah


menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. 
Besarnya jumlah aliran permukaan dan jumlah air yang dapat masuk ke dalam tanah akan
menentukan jumlah air yang bermanfaat bagi manusia ataupun menentukan fluktuasi debit air
di sungai yang terdapat pada suatu daerah penampungan (Pairunan A, dkk, 1997).

Air yang masuk ke dalam tanah sebahagian dimanfaatkan tanaman untuk membentuk
bahan organik dalam proses fotosintesa, sebagian diluapkan melalui proses transpirasi.  Air
yang masuk dalam tanah dapat tertahan dalam tanah sebelum diserap oleh tanaman, atau
bergerak ke atas melalui pipa kapiler kemudian menguap dari permukaan tanah, dapat juga
terus bergerak sebagai air perkolasi yang tidak dapat dimanfaatkan tanaman, (Pairunan A,
dkk, 1985).

Pergerakan air di bumi yang merupakan suatu sistem yang tertutup, yang berarti
pergerakan air pada sistem tersebut selalu tetap berada pada sistemnya. Energi panas
matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada
permukaan vegetasi dan tanah, di laut dan badan-badan air lainnya. Uap air sebagai hasil
proses evaporasi akan terbawa oleh angina melintasi daratan yang bergunung maupun pada
daerah datar dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan sebagian dari uap air tersebut akan
terkondensasi dan turun sebagai air hujan  (Hakim,dkk, 1986 ).

Air diperlukan oleh tanaman untuk mengangkut unsur-unsur hara dan zat-zat terlarut
lain di dalam tanaman dan untuk produksi gula pada proses fotosintesis, darimana tanaman
memperoleh energi untuk pertumbuhan dan menjadi dewasa. Sebagian besar air digunakan
dalam proses transpirasi. Apabila air hilang ke dalam atmosfer melalui transpirasi melebihi
dari air yang diserap tanaman dari tanah, maka air akan hilang dari sel-sel tanaman sehingga
sel tanaman kehilangan tegangan turgor dan akhirnya tanaman menjadi layu.setiap gejala
kelayuan pada tanaman dapat dijadikan petunjuk bahwa pertumbuhan tanaman akan terhenti.
Pertumbuhan akan tergantung pada tegangan turgor yang memungkinkan sel-sel baru
terbentuk (Asdak,, 1995).
3.2 Asal Usul Air di bumi
Rosetta mengungkap air di Bumi bukan berasal dari komet. Ilmuwan pun melirik
asteroid sebagai sumber air yang menggenangi samudera. Namun peneliti lain
mengembangkan penjelasan alternatif yang juga berbasis data serupa.

Sejak Agustus wahana antariksa Rosetta mengorbit komet 67P/Churyumow-


Gerasimenko. Kini peneliti Badan Antariksa Eropa (ESA) itu memublikasikan data pertama
hasil analisa terhadap air yang terperangkap di tubuh komet. Hasilnya, air yang membeku di
komet Chury berbeda dengan air yang terdapat di permukaan Bumi, tulis tim ilmuwan yang
dipimpin oleh Kathrin Altwegg dari Universitas Bern di jurnal ilmiah, Science. Temuan
tersebut mengesampingkan komet sebagai sumber air di Bumi. Dalam analisanya, Atlwegg
dan timnya meneliti rasio Hidrogen berat dan Hidrogen ringan yang membentuk air jika
digabungkan dengan Oksigen. Ketika inti atom Hidrogen ringan cuma memiliki satu Proton,
Hidrogen berat alias Deutrium memiliki tambahan Neutron pada inti atomnya.

Penelitian serupa pada komet lain menemukan jumlah Hidrogen berat yang lebih
sedikit. Altwegg mengatakan rasio Hidrogen berat berbeda-beda pada komet dengan jenis
yang sama. Seperti misalnya pada komet Haley. Kedua komet terbentuk di Sabuk
Kuiper.Namun secara umum, hasil penelitian itu membuktikan bahwa air yang terperangkap
di tubuh komet berbeda jauh dengan air di Bumi. Setidaknya air di Bumi tidak berasal dari
keluarga komet Churyumov-Gerasimenko, begitu kesimpulan peneliti.
Dengan temuan ini dunia sains kembali melirik Asteroid sebagai sumber air di Bumi.

Asal usul air di Bumi sejauh ini belum bisa dijelaskan secara menyeluruh. Teori yang
populer menyebut samudera di Bumi terbentuk berkat hantaman komet dan asteroid yang
banyak terjadi pada awal pembentukan planet.

Penjelasan alternatif adalah bahwa Bumi sejak awal merupakan planet yang kaya air.
Teori tersebut dipublikasikan di jurnal Science belum lama ini. Pada Asteoroid Vesta, para
peneliti menemukan rasio Hidrogen berat dan Hidrogen ringan yang serupa dengan air di
Bumi..

Analisa tersebut menyimpulkan air sudah terbentuk di lingkaran terdalam sistem tata
surya muda dalam jumlah besar. Selama ini ilmuwan meyakini air di Bumi berasal dari sabuk
Kuiper yang berada di lingkaran terluar.

Namun studi yang lain mengungkap, sebagian air di Bumi berusia lebih tua dari
sistem matahari. Agustus silam peneliti dari Carnegie Institution for Science di Washington
mengklaim, air di Bumi berawal sebagai awan molekuler di ruang antarbintang yang
kemudian membentuk matahari dan planet.
3.3 Siklus Hidrologi .
Siklus hidrologi adalah prinsip dasar yang paling utama dalam hidrologi. Siklus
hidrologi ini digambarkan sebagai suatu rangkaian yang rumit dari peredaran air dalam
berbagai wujud (cair dan uap air) pada permukaan, di bawah permukaan bumi dan di
atmosfir, dimana hukum kekentalan massa ditampilkan sebagai azas yang paling mendasar.

Siklus hidrologi merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi mulai dari air saat jatuh
ke bumi hingga menguap keudara hingga kemudian jatuh kembali kebumi. Siklusnya tidak
berpangkal dan berakhir dari laut ke atmosfir terus kepermukaan tanah dan kembali kelaut,
dalam pergerakannya untuk sementara air akan tertahan didanau, sungai, tanah, atau air tanah
dan dapat dimamfaatkan oleh manusia, kemudian kembali keatmosfir.

Siklus air, juga dikenal sebagai siklus hidrologi atau siklus H2O, menggambarkan
pergerakan air yang kontinu pada, di atas dan di bawah permukaan bumi. Massa air di Bumi
masih cukup konstan sepanjang waktu tetapi pembagian air ke dalam waduk besar es, air
tawar, air asin dan air di atmosfer adalah variabel yang tergantung pada berbagai variabel
iklim. Air bergerak dari satu waduk yang lain, seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke
atmosfer, oleh proses pengupan (evaporation), pengembunan (condensation),curah hujan
(precipitation), resapan (infiltration), aliran permukaan (runoff), dan aliran bawah permukaan
(subsurface flow).

Dengan demikian, air terjadi  melalui fase yang berbeda: cair, padat (es), dangas (uap).

Siklus air melibatkan pertukaran energi, yang menyebabkan terjadinya perubahan


suhu. Misalnya , ketika air menguap, tidak memakan banyak energi dari sekitarnya dan
mendinginkan lingkungan. Tetapi ketika mengembun, ini melepaskan energi dan
menghangatkan lingkungan. Pertukaran panas inilah yang mempengaruhi iklim.

Tahap evaporasi siklus menjernihkan air yang kemudian mengisi ulang tanah dengan
air tawar. Aliran air cair dan es mengangkut mineral di seluruh dunia. Hal ini juga
membentuk kembali fitur geologi bumi, melalui proses erosi dan sedimentasi siklus air juga
penting untuk pemilahraan ekosistem di planet ini.

Matahari, yang mendorong siklus air, memanaskan air di samudera dan laut. Air
menguap menjadi uap air di udara Es, hujan dan salju dapat berubah secara langsung menjadi
uap air. Evapotranpirasi adalah air terjadi dari tanaman dan menguap dari air tanah.
Meningkatknya aliran udara yang membawa uap sampai ke atmosfer dan temperatur yang
lebih dingin akan menyebabkan itu mengembun dan menjadi awan. Aliran udara yang
menggerakan uap air di seluruh dunia, sehingga partikel awan bertabrakan, tumbuh, dan jatuh
dari lapisan atmosfer bagian atas sebagai presipitasi. Beberpa presitipitasi jatuh sebagai salju
atau hujan es dan dapat terakumulasi sebagai es dan gletser, yang dapat menimpan air beku
untuk ribuan tahun. Kebanyakan air jatuh kembali ke lautan atau ke tanah sebagai hujan,
dimana air mengalir di atas tanah sebagai aliran (limpasan) permukaan. Sebagaian aliran
masuk sungai di lembah dalam lanskap, dengan debit sungai air bergerak menuju lautan.
Limpasan dan air yang muncul dari tanah (air tanah) dapat disimpan sebagai air tawar di
danau. Tidak semua limpasan mengalir ke sungai, banyak yang meresap ke dalam tanah
sebagai infilitrasi. Sebagaian air menyerap dalan je dakan tanah mengisi ulang sumber air,
yang dapat menampung tawar untuk jangka waktu yang lama. Sebagaian resepan bisa berada
dekat dengan permukaan tanah dan bisa merembes kembali ke permukaan badan air(dan laut)
sebagai debit air tanah. Sebagaian tanah memiliki celah pada permukaan tanah sehingga air
keluar sebagai mata air tawar. Pada lembah sungai dan banjir dataran seringkali ada
pertukaran air secara kontinu antara air permukaan dan tanah di zona hyporhei. Sering waktu,
air kembali ke laut, untuk melanjutkan siklus air.

3.4 Jenis Jenis Siklus Hidrologi.


Siklus hidrologi yang tahapan- tahapannya telah dijelaskan di atas ternyata tidak
hanya terdiri atas satu macam saja. Siklus hidrologi ini terdiri atas beberapa macam. Macam-
macam siklus hidrologi ini dilihat dari panjang atau pendeknya proses siklus hidrologi
tersebut. Berdasarkan proses panjang dan pendeknya, siklus hidrologi ini dibagi menjadi 3
macam, yakni siklus hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang dan siklus hidrologi panjang.

1. Siklus hidrologi pendek

Siklus hidrologi pendek merupakan siklus hidrologi yang tidak mengalami proses
adveksi. Uap air yang terbentuk melalui siklus hidrologi akan diturunkan mealui hujan yang
terjadi di daerah sekitar laut tersebut. Penjelasan mengenai siklus hidrologi pendek ini adalah
sebagai berikut:

1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan dan
menjadi uap air
2. Uap air tersebut akan mengalami kondensasi dan membentuk awan
3. Awan yang terbentuk tersebut akan menjadi hujan di sekitar permukaan laut
tersebut.
2. Siklus hidrologi sedang

Siklus yang selanjutnya adalah siklus hidrologi sedang. Siklus hidrologi sedang
merupakan siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Hasil dari siklus hidrologi
sedang ini adalah turunnya hujan di atas daratan. Hal ini karena proses adveksi akan
membawa awan yang terbentuk ke atas daratan. penjelasan mengenai siklus hidrologi sedang
ini adalah sebagai berikut:

1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan dan
menjadi uap air
2. Uap air yang sudah terbentuk mengalami proses adveksi karena adanya angin dan
tekanan udara, sehingga bergerak menuju ke daratan
3. Di atmosfer daratan, uap air tersebut akan membentuk awan dan kemudian akan
berubah menjadi hujan
4. Air hujan yang jatuh di permukaan Bumi atau daratan akan mengalami run off,
menuju ke sungai dan kembali ke laut.
3. Siklus hidrologi panjang

Siklus yang selanjutnya adalah siklus hidrologi panjang. Siklus hidrologi panjang
merupakan siklus hidrologi yang umum terjadi di daerah beriklim sub tropis atau di daerah
pegunungan. Melalui siklus hidrologi panjang ini hujan tidak langsung berbentuk air, namun
turun dalam bentuk salju ataupun gletser terlebih dahulu. Penjelasan mengenai siklus
hidrologi sedang ini adalah sebagai berikut:
1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan dan
menjadi uap air
2. Uap air yang telah terbetuk tersebut mengalami proses sublimasi
3. Kemudian terbentukla awan yang mengandung kristal- kristal es
4. Awan mengalami proses adveksi dan kemudian bergerak ke daratan
5. Awan akan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju
6. Salju akan terakumulasi menjadi gletser
7. Gletser tersebut akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara dan membentuk
aliran sungai
8. Air dari gletser dan mengalir di sungai tersebut kemudian akan kembali ke laut.

Itulah macam- macam siklus hidrologi yang dilihat dari panjang dan pendeknya
proses yang terjadi. Contoh dari masing- masing proses adalah hujan lokal di area lautan
(siklus hidrologi pendek), hujan di daerah tropis (siklus hidrologi sedang), dan hujan salju
(siklus hidrologi panjang).

3.5 Tahapan siklus hidrologi


Sebuah siklus pastilah mempunyai beberapa tahapan yang berangkai. Tahapan-
tahapan tersebut apabila tergabung antara satu dengan yang lainnya maka akan terciptalah
sebuah siklus. Dengan kata lain, siklus ini terjadi karena adanya tahapan- tahapan yang saling
berkaitan satu sama lain dan bentuknya memutar. Siklus hidrologi ini setidaknya mencakup 9
tahap, yakni evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi,
presipitasi, run off, dan infiltrasi. Siklus air secara umum dapat digambarkan dalam gambar
disamping. Gambar disamping menunjukkan langkah- langkah atau tahapan siklus hidrologi
yang membentuk gerakan memutar. Adra lebih jelas, masing- masing tahapan tersebut akan
kita bahas sebagai berikut.

1. Evaporasi
Tahapan pertama dalam siklus hidrologi ini adalah evaporasi. Evaporasi merupakan
istilah lain dari penguapan. Siklus hidrologi akan dimulai dari adanya penguapan. Penguapan
yang mengawali terjadinya siklus hidrologi adalah penguapan dari air yang ada di Bumi,
seperti samudera, laut, danau, rawa, sungai , bendungan (baca: bendungan terbesar di dunia),
bahkan di areal persawahan. Semua air tersebut akan berubah menjadi uap air karena adanya
pemanasan dari sinar matahari. Hal inilah yang disebut dengan evaporasi atau penguapan.

Evaporasi ini akan mengubah bentuk air yang semula cair menjadi uap air yang
berwujud gas. Karena menjadi wujud gas, hal ini memungkinkan bahwa gas tersebut dapat
naik ke atas (ke atmosfer) karena terbawa oleh angin. Semakin panas sinar matahari yang
diterima, maka akan semakin banyak air yang berubah menjadi uap air, dan semakin banyak
pula yang terbawa ke lapisan atmosfer Bumi.

2. Transpirasi
Selain evaporasi, ada bentuk penguapan lainnya yakni penguapan yang berasal dari
jaringan makhluk hidup. Penguapan yang terjadi di jaringan makhluk hidup ini disebut
sebagai transpirasi. Transpirasi ini terjadi di jaringan hewan maupun tumbuhan.

Sama halnya dengan evaporasi, transpirasi ini juga mengubah air yang berwujud cair
dari jaringan makhluk hidup tersebut menjadi uap air. Uap air ini juga akan terbawa ke atas,
yakni ke atmosfer. Namun, biasanya penguapan yang terjadi karena transpirasi ini jumlahnya
lebih sedikit atau lebih kecil daripada penguapan yang terjadi karena evaporasi.

3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi ini merupakan gabungan dari evapotasi dan juga transpirasi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa evapotranspirasi ini merupakan total penguapan air atau penguapan
air secara keseluruhan, baik yang ada di permukaan Bumi atau tanah maupun di jaringan
makhluk hidup. Dalam siklus hidrologi, evapotranspirasi ini sangatlah mempengaruhi jumlah
uap air yang ternagkut ke atas atau ke atmosfer Bumi.

4. Sublimasi
Tahapan yang lainya adalah sublimasi. Jadi selain melalui proses penguapan, naiknya uap
air ke atmosfer ini juga terjadi melalui proses sublimasi. Apa sebenarnya sublimasi itu?
Sumblimasi merupakan proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air,
tanpa harus melalui proses cair terlebih dahulu.

Sublimasi ini juga tidak sebanyak penguapan (evaporasi maupun transpirasi), namun
meski sedikit tetap saja sublimasi ini berkontribusi erat terhadap jumlah uap air yang
terangkat ke atmosfer. Dibandingkan dengan evaporasi maupun transpirasi, proses sublimasi
ini berjalan lebih lambat dari pada keduanya. Sublimasi ini terjadi pada tahap sikulus
hidrologi panjang.

5. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel es
(baca: hujan es). Ketika uap air dari proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan
sublimasi sudah mencapai ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi
partikel-partikel es yang berukuran sangat kecil melalui proses konsendasi. Perubahan wujud
ini terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah saat berada di ketinggian tersebut.
Partikel- partikel es yang terbentuk tersebut akan saling mendekati satu sama lain dan bersatu
hingga membentuk sebuah awan. Semakin banyak partikel es yang bersatu, maka akan
semakin tebal dan juga hitam awan yang terbentuk. Inilah hasil dari proses kondensasi.

6. Adveksi

Adveksi ini terjadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan. Adveksi
merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun masih dalam satu
horisontal. Jadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan yang hitam dan gelap,
awan tersebut dapt berpindah dari satu titik ke titik yang lain dalam satu horizontal.
Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan udara
sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah. Proses adveksi ini memungkinkan awan
akan menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada di lautan menuju atmosfer yang ada
di daratan. Namun perlu diketahui bahwa tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi dalam
proses hidrologi, tahapan ini tidak terjadi dalam siklus hidrologi pendek.

7. Presipitasi

Awan yang telah mengalami proses adveksi tersebut selanjutnya akan mengalami
presipitasi. Presipitasi merupakan proses mencairnya awan hitam akibat adanya pengaruh
suhu udara yang tinggi. Pada tahapan inilah terjadinya hujan. Sehingga awan hitam yang
tebentuk dari partikel es tersebut mencair dan air tersebut jatuh ke Bumi manjadi sebuah
hujan. Namun, tidak semua presipitasi menghasilkan air.

Apabila presipitasi terjadi di daerah yang mempunyai suhu terlalu rendah, yakni sekitar
kurang dari 0ᵒ Celcius, maka prepitisasi akan menghasilkan hujan salju. Awan yang banyak
mengandung air tersebut akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran- butiran salju tipis. Hal
ini dapat kita temui di daerah yang mempunyai iklim sub tropis, dimana suhu yang dimiliki
tidak terlalu panas seperti di daerah yang mempunyai iklim tropis.

8. Run Off

Tahapan run off ini terjadi ketika sudah di permukaan Bumi. Ketika awan sudah
mengalami proses presipitasi dan menjadi air yang jatuh ke Bumi, maka air tersebut akan
mengalami proses run off. Run off atau limpasan ini merupakan proses pergerakan air dari
tempat yang tinggi menjuju ke tempat yang lebih rendah yang terjadi di permukaan Bumi.
Pergerakan air tersebut dapat terjadi melalui saluran- saluran, seperti saluran got, sungai,
danau, muara sungai, hingga samudera. Proses ini menyebabkan air yang telah melalui siklus
hidrologi akan kembali menuju ke lapisan hidrosfer Bumi.

9. Infiltrasi

Proses selanjutnya adalah proses infiltrasi. Air yang sudah berada di Bumi akibat
proses presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan Bumi dan mengalami run off.
Sebagian dari air tersebut akan bergerak menuju ke pori- pori tanah, merembes, dan
terakumulasi menjadi air tanah. Sebagian air yang merembes ini hanyalah sebagian kecil saja.
Proses pergerakan air ke dalam pori- pori tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi. Proses
infiltrasi akan secara lambat membawa  air tanah untuk menuju kembali ke laut.

Setalah melalui proses run off dan infiltrasi, kemudian air yang telah mengalami
siklus hidrologi akan kembali berkumpul ke lautan. Dalam waktu yang berangsunr- angsur,
air tersebut akan kembali mengalami siklus hidrologi yang baru, dimana diawali dengan
evaporasi. Dan itulah kesembilan dari tahapan siklus hidrologi.
3.6 Kondisi Bumi jika tanpa Air

3.6.1. Ketika air hilang, bumi akan langsung berubah menjadi padang pasir
besar tanpa hujan dan badai sama sekali.

Kita ibaratkan ada sebuah penyebab alam di mana air di seluruh bumi akan menguap
dengan sangat cepat tak terkendali. Hal pertama yang akan kita sadari adalah bahwa semua
sungai, danau, kolam, genangan dan lautan akan menghilang. Semua kehidupan di
sekelilingnya akan menghilang dalam hitungan jam dan benua-benua tempat kita berpijak
akan terlihat sangat tinggi karena terbentuknya cekungan laut kosong yang rata-rata
ketinggiannya (kedalaman sebelumnya) 3,8 km. Kutub akan musnah dan bathymetry di
bawahnya akan menjadi terlihat seperti cerobong asap bergerigi. Antarktika yang
sebelumnya penuh es akan hanya terlihat seperti kumpulan bebatuan, kering penuh dengan
gunung dan ngarai yang gak terduga.

Awan-awan gak akan lagi berkeliling mengitari dunia, dan hujan serta salju sudah gak
akan lagi. Badai serta guntur akan menguap dan menghilang begitu saja. Planet yang dari
jauh terlihat seperti titik biru akan menjadi lebih coklat dan hijau gelap. Cuacanya akan
didominasi oleh pola angin dan sedikit lainnya. Padang pasir akan terbentuk di seluruh
bagian planet. Secara berkala, vegetasi pun akan mati, Kehidupan hewan, termasuk kita
akan dengan segera musnah dan bersatu dengan debu. Ini salah satu kemungkinan yang akan
terjadi. Mungkin memang mengenaskan, tapi percaya lah bahwa manusia selalu pintar dan
punya jalan, dibandingkan dengan Homo sapiens yang sangat rapuh.
3.6.2. Gak cuma itu, temperatur bumi juga akan menjadi jauh lebih panas!
shutterstock.com/Anton Foltin

Lautan adalah penyerap karbon yang terbaik di dunia. Lupakan soal atmosfer, banyak
energi thermal terjebak di atmosfer planet oleh gas rumah kaca akhirnya tersimpan di lautan
dunia. Di abad yang lalu, air dalam jumlah sangat banyak ini mencegah bumi dari semakin
panas hingga ke titik 36°C, walaupun tetap naik 1°C pada kenyataannya. Planet dengan
karbon dioksida yang terlalu banyak, metana berlebih dan air yang gak cukup akan
menimbulkan efek pemanasan global yang drastis. Ambil saja contoh Venus. Secara geologi
sangat sama dengan bumi kita dan dulunya punya sejumlah air di permukaannya. Hal tersebut
gak bisa bertahan mengingat banyaknya karbon dioksida yang terbentuk di atmosfernya, yang
umumnya datang dari letusan gunung berapi yang kuat.

Beberapa karbon dioksidanya memang hilang ke air, tapi pada akhirnya planet
tersebut menjadi terlalu panas dan airnya mendidih menguap ke luar angkasa. Ini menjadikan
Venus gak memiliki penyerap karbon selain atmosfernya, jadi planet tetangga kita ini terus
memanas hingga akhirnya mencapai temperatur permukaan sekarang 462°C. Tanpa adanya
air di bumi setelah serangan dehidrasi hebat di tahun 2017, bisa jadi planet kita mengalami
hal yang sama. Jangan lupa bahwa vegetasi juga musnah. Tanpa tanaman untuk mengubah
karbon dioksida menjadi oksigen melalui fotosintesis, bumi akan memanas jauh lebih cepat
lagi.

3.6.3. Lalu bagaimana air yang sejatinya berada di bawah bumi? tterstock.com/Sergil
Chernov

Jangan lupa bahwa air di bumi itu gak cuma yang ada di permukaan saja. Banyak air
yang tersembunyi di bawah permukaan tanah, di dalam lempeng tektonik yang bergeser
terus-menerus, mereka berinteraksi kemudian terpisah begitu saja. Banyak air bersembunyi di
bawah lempengan ini, yang akhirnya membentuk 84 persen dari keseluruhan volume planet.
Jika air ini juga menghilang, percayalah bahwa bentuk bumi akan sangat aneh, jelek dan gak
bisa dikenali lagi. Lempengan-lempengan yang saling bertumpuk ini punya kepadatan
berbeda-beda dan saling menopang satu sama lain. Bayangkan jika lempengan berkepadatan
tinggi harus kehilangan air, itu artinya semua akan menjadi seperti pasir dan lempengan-
lempengan di bumi akan tenggelam yang menyebabkan munculnya banyak padang pasir.
Selain padang pasir, akan ada banyak pegunungan sangat tinggi yang terbentuk dengan
hilangnya air.

Jadi, kesimpulannya, manusia akan musnah jika semua air yang ada di bumi
menghilang. Bumi akan menjadi planet yang dipenuhi padang pasir dengan bentuk ekstrim
yang sangat gak jelas perbedaan antara dataran tinggi dan titik terendahnya (gak bulat lagi).
Di antara pasir-pasit itu akan hiduplah para extremophiles yang mencari cara untuk
berevolusi dan mungkin akan menjadi pengganti manusia sebagai makhluk hidup utama di
bumi.

3.7 Kondisi Air di bumi saat ini ?

Pasokan Air Bersih Dunia Semakin Menipis

Permintaan air yang terus meningkat dan perubahan iklim mengancam ketersediaan
air dunia. Hal ini terungkap dalam siaran pers yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa
Bangsa kemarin (12 Maret, 2012). Jumlah permintaan pangan yang melampaui perkiraan,
urbanisasi yang terus meningkat dan perubahan iklim adalah faktor utama yang menyebabkan
air bersih semakin langka. Semua ini tercantum dalam Laporan Perkembangan Air Dunia
PBB (UN World Water Development Report) yang diluncurkan bersamaan dengan acara
Forum Air Dunia di Marseille. 

Menurut PBB, dunia perlu melakukan perubahan radikal cara pengelolaan sumber
daya penting ini agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat pada masa datang.

Dari laporan tersebut juga terungkap, pada 2050, permintaan pangan dunia akan naik sebesar
70%, menyebabkan kebutuhan air untuk pertanian melonjak sebesar 19%. Saat ini sebanyak
70% air tawar (freshwater) sudah digunakan untuk kebutuhan pertanian.

“Air tawar masih digunakan dengan tidak bijaksana, tidak sesuai dengan permintaan
dan kebutuhan,” ujar Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova. “Mendapatkan informasi
yang akurat (terkait penggunaan air) sangat sulit dan sistem pengelolaan air di dunia tidak
seragam. Sehingga (kondisi air) pada masa datang akan semakin tidak menentu dan berisiko.”

Laporan yang berjudul “Managing Water under Uncertainty and Risk,” ini
menyebutkan, banyak negara yang menggali sumber air tanah untuk memenuhi permintaan
air penduduknya. Proses pengangkatan air tanah meningkat tiga kali lipat dalam 50 tahun
terakhir. Di sejumlah wilayah, kondisi air tanah bahkan tidak bisa dipulihkan lagi, air tanah
semakin mengering dan saat ini berada dalam kondisi yang kritis.

Perubahan iklim juga memerparah kondisi kekurangan air ini. Perubahan pola hujan
dan kelembapan tanah, es yang terus mencair serta semakin seringnya bencana yang
berhubungan dengan air seperti banjir dan kekeringan akan memengaruhi produksi pangan
dunia. Laporan ini memerkirakan, pada 2070, lebih dari 44 juta penduduk di seluruh dunia
akan terkena dampaknya.

Michel Jarraud, yang memimpin Forum Air PBB menyatakan, “komunitas


internasional harus bekerja sama” untuk mengatasi masalah ini. Tanpa aksi yang serius,
bencana kekurangan air ini akan merugikan terutama bagi masyarakat miskin.

Miliaran penduduk di negara berkembang seperti Indonesia juga akan terkena


dampaknya. Hal ini terjadi jika pemerintah tidak mengelola sumber air secara bijaksana
termasuk jika mereka tidak melakukan investasi di infrastruktur pendukung.

Saat ini, menurut laporan PBB, terdapat 1 miliar penduduk yang tidak memiliki akses
atas air yang layak dan jumlah mereka terus bertambah terutama di wilayah perkotaan.
Infrastruktur sanitasi juga tidak bisa mengimbangi pertumbuhan penduduk dan lebih dari
80% air limbah dunia belum diolah kembali dan dikumpulkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan agihanya,
sifat sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkunganya, termasuk hubunganya dengan
mahluk hiduo. (International Glossary of Hidrologi 1974), Karena perkembanganya yang
begitu cepat, hidrologi menjadi ilmu dasar dari penggolongan sumber daya air yang
merupakan pengembanga agihan dan banyak penggunaan air secara terencana. Banyak
proyek di dunia (Rekayasa air , Irigasi, Pengendalian Banjir, Drainase, Tenaga Air dan lain
lain.) Dilakukan dengan terlebih dahulu melksanakan survei kondisi kondisi hidrologi yang
cukup. Survei Survei tersebut meliputi prosedur prosedur pengumpulan data lapangan,
pemrosesan data dan karena itu menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang telah di
rencanakan.
Kita sebagai mahasiswa geografi harus paham betul mengenai apa itu hidrologi dan
siklus hidrologi karena sebagai standar kompetensi kita sebagai mahasiswa yang di
proyeksikan menjadi tenaga surveyor pemetaan, yang tentu harus paham mengenai kondisi
hidrologi.
dapat dimamfaatkan oleh manusia, kemudian kembali keatmosfir.

Siklus air, juga dikenal sebagai siklus hidrologi atau siklus H2O, menggambarkan
pergerakan air yang kontinu pada, di atas dan di bawah permukaan bumi. Massa air di Bumi
masih cukup konstan sepanjang waktu tetapi pembagian air ke dalam waduk besar es, air
tawar, air asin dan air di atmosfer adalah variabel yang tergantung pada berbagai variabel
iklim. Air bergerak dari satu waduk yang lain, seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke
atmosfer, oleh proses pengupan (evaporation), pengembunan (condensation),curah hujan
(precipitation), resapan (infiltration), aliran permukaan (runoff), dan aliran bawah permukaan
(subsurface flow).

Permintaan air yang terus meningkat dan perubahan iklim mengancam ketersediaan
air dunia. Hal ini terungkap dalam siaran pers yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa
Bangsa kemarin (12 Maret, 2012). Jumlah permintaan pangan yang melampaui perkiraan,
urbanisasi yang terus meningkat dan perubahan iklim adalah faktor utama yang menyebabkan
air bersih semakin langka. Semua ini tercantum dalam Laporan Perkembangan Air Dunia
PBB (UN World Water Development Report) yang diluncurkan bersamaan dengan acara
Forum Air Dunia di Marseille. 

kesimpulannya, manusia akan musnah jika semua air yang ada di bumi menghilang.
Bumi akan menjadi planet yang dipenuhi padang pasir dengan bentuk ekstrim yang sangat
gak jelas perbedaan antara dataran tinggi dan titik terendahnya (gak bulat lagi). Di antara
pasir-pasit itu akan hiduplah para extremophiles yang mencari cara untuk berevolusi dan
mungkin akan menjadi pengganti manusia sebagai makhluk hidup utama di bumi.
5.2 SARAN
Mata kuliah hidrologi kedepanya mudah mudahan sering mengangkat studi kasus
mengenai air dan menganalsis nya tidak hanya sekedar teori teori dasar mengenai hidrologi.
DAFTAR PUSTAKA

Chay Asdak. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

David Keith Todd. 1980. Ground Water Hydrology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Ersin Seyhan. 1995. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Suyono Sosrodarsono. 1977. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.

http://www.mongabay.co.id/2018/03/22/foto-gambaran-kondisi-air-di-indonesia-kini/

https://www.idntimes.com/science/discovery/bayu/apa-yang-terjadi-jika-air-hilang-sama-
sekali-dari-bumi/full

http://www.hijauku.com/2012/03/13/pasokan-air-dunia-semakin-menipis/

Anda mungkin juga menyukai