Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN
“EVAPO-TRANSPIRASI”

Oleh Kelompok 2 :
Icananda Fransiska 150210103064
Yolanda Leony Agustia Mertha 150210103060
Novianti Fadillah 1502101030
Diana Pratiwi1502101030
Siti Nur Anisah1502101030
Saiful Nizam 1502101030
Kelas : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi .............................................................................................................. i
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................
3.2 Alat dan Bahan .........................................................................................
3.3 Desain Percobaan .....................................................................................
3.4 Prosedur Percobaan ..................................................................................
3.5 Skema Percobaan .....................................................................................
BAB IV. HASIL PENGAMATAN ....................................................................
4.1 Data Pemetaan Dengan Pengukuran Jarak dan Arah ...............................
4.2 Data Pemetaan Berdasarkan Dua Titik Konstan ......................................
BAB V. PEMBAHASAN ....................................................................................
BAB VI. PENUTUP ............................................................................................
6.1 Kesimpulan ..............................................................................................
6.2 Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu bahan dari alam yang menjadi kebutuhan
mendasar dan diperlukan keberadaannya bagi kehidupan organisme, salah
satu organisme tersebut adalah tumbuhan. Air penting bagi tumbuhan untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup diantaranya yaitu air sebagai media
pengangkutan zat-zat makanan, sumber energi, senyawa protoplasma, air
merupakan medium bagi reaksi-reaksi metabolisme, pergerakan struktur
tumbuhan, air digunakan untuk mengatur turgiditas, pereaksi penting dalam
fotosintesis dan proses-proses hidrolitik, pertumbuhan sel, mempertahankan
bentuk daun, dan operasi stomata. Keberadaan air juga penting bagi siklus air
yang ada di dalam lingkungan. Siklus air atau yang disebut dengan siklus
hidrologi adalah siklus keseimbangan antara air dengan hujan, air bawah
tanah (air tanah) dan air permukaan. Proporsi air yang baik di dalam tanah
ketika pori-pori makro terisi oleh udara sedangkan pori-pori mikro terisi oleh
air. Air yang baik adalah yang meresap dalam tanah dan mampu diatur
kapasitasnya. Air yang harusnya meresap sebagai infiltrasi dan menjadi
imbuhan oleh air tanah apabila terhalang dapat menyebabkan peningkatan
aliran permukaan dan menyebabkan genangan apabila air tidak mampu
masuk ke dalam badan tanah.
Air memiliki peranan yang sangat banyak, bagi kehidupan manusia di
dunia pertanian air diperoleh dari pengairan atau irigasi dan air hujan. Air
menjadi bahan penting bagi kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia. Air
memiliki sifat mengisi ruangan, mengalir dari tempat yang tinggi menuju
tempat yang lebih rendah, serta mudah mengalami penguapan. Kehilangan air
dapat terjadi melalui beberapa cara seperti evaporasi, transpirasi, dan
evapotranspirasi. Hilangnya air dalam bentuk uap memiliki kecepatan yang
berbeda-beda tergantung faktor yang mempengaruhi. Salah satu pengeluaran
atau proses hilangnya air yang cepat adalah dengan evapotranspirasi.

ii
Evapotranspirasi adalah proses penguapan atau kehilangan air yang
berasal dari permukaan tanah dan permukaan tumbuhan akibat adanya
aktivitas penyinaran matahari. Keduanya bertanggung jawab terhadap proses
kehilangan air tanah di bawah kondisi lapang yang normal. Sedangkan laju
evapotranspirasi lahan basah sangat dipengaruhi oleh kondisi alam
sekelilingnya. Informasi tentang evapotranspirasi adalah untuk perencanaan
sumber daya air, misalnya untuk penjadwalan irigasi dalam pertanian dan
untuk kehutanan. Evapotranspirasi juga sangat penting untuk memahami
proses-proses permukaan tanah dalam klimatologi dimana analisis kondisi
iklim kering dan basah berdasarkan evapotranspirasi yaitu dihubungkan
dengan tipe ekosistem yang mempunyai respon sensitive terhadap perubahan
iklim.
Telah diketahui bahwa air menjadi kebutuhan bagi kehidupan, maka
perlu diketahui bagaimana air yang berasal dari bermacam-macam sumber
mata air dan dari bawah tanah bergerak ke atmosfer secara lambat baik
langsung dari tanah maupun tanaman. Pengeluaran air ke atmosfer memiliki
kecepatan tertentu tergantung dari proses hilangnya air, sehingga melakukan
praktikum dengan melakukan percobaan terhadap tumbuhan jagung yang
dilakukan dengan berbagai perlakuan untuk mengetahui terjadinya
evapotranspirasi

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan evapotranspirasi ?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi evapotranspirasi?
2.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan evapotranspirasi
2. Untuk memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
evapotranspirasi
2.4 Manfaat
1. Mengetahui peristiwa evapotranspirasi
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi

ii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Evaporasi merupakan perubahan air menjadi molekul uap air dari


permukaan tanah dan juga dari permukaan air, berbeda dengan transpirasi
yaitu proses penguapan pada tubuh tumbuhan uatamanya pada daun melalui
bagian stomata sebagai suatu proses fisiologis (Posumah, 2015).

Evaporasi merupakan suatu unsur yang utama sebagi penggeraka dalam


siklus air (hidrologi), maka dari itu mengukur laju evaporasi akurat sangat
penting untuk pengelolaan sumber daya air dan juga peningkatan produksi
pertanian. Namun laju evapotranspirasi ini juga sulit untuk diamati secara
langsung di lapang, hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi
yaitu faktor cuaca seperti radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara dan
kecepatan angin; faktor tanaman seperti jenis tanaman, fase tumbuh,
keragaman dan kerapatan tanaman dan faktor pengelolaan dan kondisi
lingkungan tanaman seperti kondisi tanah, salinitas, kesuburan tanah, tingkat
serangan hama dan penyakit pada tanaman. Faktor-faktor tersebut saling
berhubungan satu sama lain dalam suatu ruang dan waktu sehingga sulit
untuk membuat rumus persamaan yang menduga evapotranspirasi dari
berbagai tanaman pada kondisi yang berbeda. Sehingga dikembangkan
konsep evapotranspirasi standar (Manik, 2012).

Evaporasi merupakan salah satu bentuk penguapan air dan juga


permukaan air, tanah, atau bentuk permukaan yang bukan vegetasi lainnya
yang terjadi akibat proses fisika. Dua unsur utama yang menjadi syarat
evaporasi yaitu energy (radiasi) sinar matahari serta ketersediaan air.
Sebagian dari radiasi pada gelombang pendek (shortwave radiation), dari
matahari akan diubah menjadi energy panas yang ada pada tumbuhan, air, dan
juga tanah. Energy panas selanjutnya menghangatkan udara yang ada di
sekitarnya. Sebagian energy matahari selanjutnya diubah menjadi suatu
tenaga mekanik yang dapat menyebabkan udara akan berputar di atas

ii
permukaan tanah. Dalam irigasi yang hemat air, evaporasi hanya akan
membuang air secara minimal (Rokhma, 2008).

Evaporasi adalah suatu proses penguapan pada tanah (evaporasi) dan


juga pada tumbuhan (transpirasi). Evapotranspirasi tumbuhan yang berada di
bawah kondisi standar atau dinotasikan dengan ETC diartikan sebagai
evapotranspirasi pada tumbuhan yang tidak terkena penyakit, pupuknya baik,
tumbuh di areal lahan luas, berada di bawah kondisi air tanah yang
optimum,dan mampu mencapai produksi maksimal di bawah kondisi iklim
tertentu. kebutuhan air pada tumbuhan dapat dianggap sama dengan jumlah
air yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada tumbuhan
(Wijaya, 2015).

Transpirasi adalah proses penting bagi tanamn yang berfungsi salah


satunya untuk menghilangkan panas yang masuk melalui sinar matahari.
Panas dari sinar matahari ini mampu menurun disebabkan oleh molekul-
molekul air yang lolos atau hilang ke atmosfir memiliki energy yang lebih
apabila dibandingkan dengan energy rata-rata, sehingga energy ini mampu
melepas ikatan pada fase cair. Ketika molekul-molekul air tadi lolos, maka
akan meninggalkan massa molekul yang ada menjadi di bawah energy rata-
rata, sehingga tubuh tumbuhan menjadi dingin. Pada beberapa daun tanaman
tertentu, hampir setengah masukkan panas dari sinar matahari dapat
dihilangkan melalui proses transpirasi. Aliran air menuju ke bagian atas
tumbuhan bukan hanya untuk transpirasi, namun juga membawa nutrisi
berupa zat mineral yang terlarut dalam air dari permukaan akar sampai ke
tubuh tumbuhan (Taiz, 2003).

Evapotranspirasi ialah suatu proses menguapnya air atau hilangnya air


dari permukaan tanah dan juga dari permukaan tumbuhan (utamanya daun)
karena adanya penyinaran dari matahari. Kedua proses ini memiliki tanggung
jawab pada proses hilangnya air tanah yang ada di bawah kondisi lapang yang
normal. Sedangkan laju evapotranspirasi pada lahan yang basah sangat
dipengaruhi kondisi alam sekelilingnya (Nuryanto, 2013).

ii
Mulyani (2006), menyatakan bahwa,dari siklus hidrologi dapat
diketahui bahwa evapotranspirasi (ET) merupakan hasil dari penjumlahan
dari beberapa macam unsur seperti pada persamaan:
ET = T + It + Es + Eo
T = Transpirasi vegetasi
It = Intersepsi total
Es = Evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan tanah lainnya,
Eo = Evaporasi permukaan air terbuka seperti sungai, danau, dan
waduk.
Pada tegakan hutan, Eo dan Es seringkali diabaikan dan ET = T + It.
Jika unsur vegetasi dihilangkan, ET = Es

Menurut Sutanto (2005), hubungan antara Evaporasi - Transpirasi -


Evapotranspirasi (E-T-ET) yaitu:

1. Evaporasi (E) ialah hilangnya sejumlah air dikarenakan adanya proses


penguapan dari permukaan tanah (sebelum proses perkolasi). Proses
initerjadi langsung dari permukaan tanah yang terpapar sinar matahari.

2. Transpirasi (T) merupakan hilangnya air melalui proses penguapan dari


permukaan daun pada tanaman.

3. Evapotranspirasi (ET): ialah gabungan dari transpirasi tumbuhan


(penguapan tumbuhan) dan juga evaporasi permukaan tanah dan air. 4)
Potensial Evaporasi (PE): merupakan air yang hilang melalui permukaan
air bebas. Kehilangan air ini dapat diukur dengan menggunakan Pan A
Evaponmeter.

4. Potensial Evaporranspirasi (PET): ialah kadar maksimum kehilangan air


pada proses evaporasi dan juga transpirasi serta dari permukaan tanah
yang cukup kadar airnya pada kondisi iklim tertentu. PETm: Harkat PET
berdasarkan metode Thorntwaite dengan rumput yang ditanam pada lisin

ii
meter menggunakan ukuran lisinmeter 1 m, kedalaman 70 cm, rumput
penutup 5 — 10 cm, serta dengan penambahan air setiap hari.

Evapotranspirasi potensial (ETP) merupakan besar evapotranspirasi


yang ada suatu lahan suatu lahan pertanaman apabila air cukup da
pertumbuhan tumnuhan tidak mengalami gangguan atau yang dimaksud yaitu
evapotranspirasi yang terjadi apabila tanah berada dalam keadaan yang tidak
kekurangan air dan juga semua vegetasi yang ada di atasnya dapat menutupi
seluruh permukaan tanah. Informasi yang berkaitan dengan evapotranspirasi
yaitu untuk perencanaan sumber daya air, contohnya yaitu digunakan untuk
penjadwalan irigasi yang ada pada pertanian serta untuk kehutanan
(Nuryanto, 2013).

Proses evapotransipirasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, oleh


karena itu pengukuran pada evapotranspirasi bukan menjadi hal yang mudah,
sehngga dikembangkan berbagai model pendugaan untuk mengatasi masalah
tersebut. Laju evapotransipirasi dapat dihitung dan juga diestimasi
menggunakan berbagai metode atau diukur secara langsung melalui proses
pengukuran. Pengukuran evapotranspirasi secara langsung dapat dilakukan
dengan menggunakan suatu alat yaitu lysimeter atau biasa disebut dengan
panic evaporasi, namun beberapa metode pendugaan yang telah
dikembangakan ialah PenmanMonteith, metode Blaney-Cridle, metode
JensenHaise, metode Hagreaves, metode Thorntwaite, metode Panci
Evaporasi dan metode Radiasi (Adha, 2016).

Evapotranspirasi (PET) dipengaruhi oleh beberapa faktor yang


dominan, beberapa faktor dominan yang mempengaruhi PET diantaranya
radiasi panas matahari, kelembaban atmosfer, suhu, dan juga angin.
Umumnya besar PET akan berbanding lurus dengan radiasi panas matahari,
kelembaban atmosfer, suhu, dan juga angin. Dalam proses pengaturan
hidupnya, tumbuhan tumbuhan memerlukan sirkulasi air dengan melalui
sistem akar-batang-daun. Sirkulasi dimulai dari bawah (akar) ke atas (daun)

ii
dan dipercepat dengan peningkatan jumlah radiasi dari panas matahari pada
vegetasi tersebut. Pengaruh dari suhu pada PET bisa dikatakan secara
langsung terkait dengan intensitas dan lama dari radiasi matahari. Suhu yang
mempengaruhi PET ialah suhu daun, bukan dari udara di sekitar daun.
Pengaruh dari angin pada PET yaitu dengan menkanisme dipindahkannya uap
air yang keluar dari pori-pori pada daun. Pengaruh angin terhadap PET lebih
kecil dibandingkan dengan radiasi panas matahar (Sari, 2012).

Faktor dari kelembaban pada tanah juga tentunya akan mempengaruhi


terjadianya proses EPT. EPT akan berlangsung apabila vegetasi tidak
kekurangan suplai air atau dengan kata lain EPT berlangsung apabila kondisi
kelembaban tanah ada di sekitar titik wilting point dan field capacity. kaerna
air yang tersedia di tanah bergantung pada tipe atau jenis tanah, maka secara
tidak langsung PET dipengaruhi pula oleh faktor potensial. Air yang ada di
lapisan tanah dalam akan diserap oleh tumbuhan melalui sistem akar. Air
pada tubuh tumbuhan lalu akan terlibat pada proses transpirasi. Tanpa adanya
peran dari tumbuhan, air yang ada pada tanah tidak akan menguap dan hanya
air yang berada di bagian permukaan saja yang akan menguap. Pada tanah
yang cukup air, kurang lebih 90% air yang diserap oleh akar selanjutnya akan
diuapkan ke atmosfer pada proses transpirasi (Sandra.2012).

ii
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian

Pelaksanaan kegiatan praktikum dilaksanakan pada:

3.1.1 Tempat Penelitian : Kamis, 19 Oktober 2017

3.1.2 Waktu Penelitian : 10.40-12.20

3.1.3 Tempat : Laboratorium Botani dan Green


house Gedung III, FKIP Biologi Universitas Jember
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
1. Gelas plastik
2. Timbangan
3. Cetok
4. penggaris
3.2.2 Bahan
1. Tanah
2. Air
3. Benih jagung
3.3 Desain percobaan

A B

Kontrol Perlakuan
Keterangan
A : pot berisi tanah saja
B : pot berisi tanah dan tanaman jagung

3.4 Prosedur percobaan

ii
1. Mengisi dua buah pot plastic dengan tanah dengan berat yang sama. Pada
pot pertama ditanami dengan dua benih jagung, sedangkan pot yang lain
tidak ditanami. kedua pot disiram air dengan ketentuan yang berlaku
selama 3 minggu
2. Setelah tiga minggu menimbang kedua pot dengan membandingkan
berat sebelum dan sesudah
3. mengamati proses percobaan selama 3 minggu dengan interval
pengamatan yaitu satu minggu pengamatan
4. Pengamatan satu minggu dengan mengukur lebar tanaman dan tinggi
tanaman dan melihat keadaan tanah dan tanaman
5. setelah tiga minggu menimbang kedua pot dengan membandingkan berat
sebelum dan sesudah
6. Selisih berat dari pot pertama adalah jumlah air yang hilang melalui
evapo-transpirasi dan selisih berat pot kedua adalah jumlah air yang
hilang melalui evaporasi
a. Skema alur percobaan

Menyiapkan atau menambil tanah secukupnya

Mengisi dua buah pot plastik dengan berat yang sama dengan cara
menimbangnya dengan neraca

Pada pot pertama ditanami dengan dua benih jagung

pot yang lain tidak ditanami atau hanya berisi tanah saja

kedua pot disiram air dengan ketentuan yang berlaku selama 3 minggu

mengamati proses percobaan selama 3 minggu dengan interval pengamatan


yaitu satu minggu pengamatan

ii
Pengamatan satu minggu dengan mengukur lebar tanaman dan tinggi tanaman
dan melihat keadaan tanah dan tanaman

Setelah tiga minggu menimbang kedua pot dengan membandingkan berat sebelum
dan sesudah

Selisih berat dari pot pertama adalah jumlah air yang hilang melalui evapo-
transpirasi dan selisih berat pot kedua adalah jumlah air yang hilang melalui
evaporasi

ii
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Kelompok B1
3 Sebelum
hari Pot Keadaan Berat
Berat tanah Keadaan tanaman
ke- tanah tanaman
A 263 Tanah lembab
1 Kedua tanaman
B 263 Tanah lembab 1,7 gr
segar dan tegak
A Tanah lembab
Kedua tanaman
2 tumbuh subur,
B Tanah lembab
segar dan tidak
layu
A Tanah lembab
3 Tumbuhan segar
B Tanah lembab
dam tidak layu
A Tanah kering
Daun paling bawah
4
B Tanah lembab kedua tanaman
menguning
3 Sesudah
hari Pot Keadaan Berat
Berat tanah Keadaan tanaman
ke- tanah tanaman
A 247 gram Tanah kering
Daun paling bawah
5
B 243,1 gram Tanah kering 2,9 gram kedua tanaman
menguning

ii
Kelompok B2
3 Sebelum
hari Pot Berat
Berat tanah Keadaan tanah Keadaan tanaman
ke- tanaman
A
1 264 gr lembab 2,3 gr Baik
B
A Tanah lembab
Tanaman A dan B
tumbuh subur dan
2
B Tanah lembab segar dengan
keaadaan daun B
sedikit melengkung
A Tanah lembab
Tanaman A dan B
tumbuh subur dan
segar dengan
3 keaadaan daun B
B Tanah lembab
sedikit melengkung
dan pada ujung
daun terdapat
bercak kuning
Tanah
mengering
A
dibagian
permukaan
4 Tanaman A
Tanah
mengalami
mengering
B pengeringan pada
pada bagian
daun pertama,
permukaan
tanaman B terdapat

ii
daun mengering
pada daun pertama
dan daun patah
3 Sesudah
hari Pot Berat
Berat tanah Keadaan tanah Keadaan tanaman
ke- tanaman
A 248,8 gram Tanah lembab
Tanah
mengering
pada Tanaman dalam
5 permukaan, keadaan segar,
B 238,9 gram 4,2 gram
namun masih namun beberapa
lembab di daun mengering
bagian bawah
permukaan

Kelompok B3
3 Sebelum
hari Pot Keadaan Berat
Berat tanah Keadaan tanaman
ke- tanah tanaman
A 309,5 Lembab - -
Tanaman A segar,
daun bertambah
1
B 309,5 Lembab 1,6 satu. Tanaman B
segar, daun
bertambah 1
A - Lembab -
Tanaman A, ujung
2
B - Lembab - daun mengalami
kekuningan sedikit.

ii
Tanaman B
tumbuh segar,salah
satu daun ada yang
patah.
A - Lembab - -
Tanaman A
tumbuh segar,salah
satu daun ada yang
patah.
3 Tanaman B
B - Lembab -
tumbuh segar,
ujung daun ada
yang menguning
dan ada bercak
coklat.
A - Lembab - -
Tanaman A
tumbuh segar,
4 ujung daun ada
B - Lembab -
yang menguning.
Tanaman B
tumbuh segar.
3 Sesudah
hari Pot Keadaan Berat
Berat tanah Keadaan tanaman
ke- tanah tanaman
A 320 Sedikit kering - -
Tanaman A, ada
5 daun yang
B 300 Sedikit kering 3,9
mengering.
Tanaman B, ada

ii
daun yang
mengering.

Kelompok B4
3 Sebelum
hari Pot Berat
Berat tanah Keadaan tanah Keadaan tanaman
ke- tanaman
A 352 gr Kering - -
Kedua tanaman
segar, tumbuh
1
B 352 gr Lembab 3 gr dengan baik,
tumbuh akar-akar
baru
A - Lembab - -
Kedua tanaman
2
B - Lembab - tumbuh dengan
baik
A - Lembab - -
Kedua tanaman
tumbuh dengan
3
B - Lembab - baik, daun
berwarna hijau
segar
A - Sedikit kering - -
Tanaman pertama
daunnya merunduk
4 kebawah seperti
B - Sedikit kering -
hamper layu,
tanaman kedua
tumbuh dengan

ii
baik
3 Sesudah
hari Pot Berat
Berat tanah Keadaan tanah Keadaan tanaman
ke- tanaman
A 343 gr Lembab - -
Kedua tanaman
5
B 343 gr Lembab 4,8 gr tumbuh dengan
baik

Kelompok B5
3 Sebelum
hari Pot Berat Keadaan Berat
Keadaan tanaman
ke- tanah tanah tanaman
tanah
A 267 gr - -
lembab
1
tanah
B 267 gr 2 gr daun menggulung
lembab
A - Lembab - -
2 tanahmasihdalamkeadaanlembab,
B - lembab -
tanaman mulai segar kembali
A - lembab - -
tanahdalamkeadaanlembab,
3 tanaman dalam kondisi baik,
B - lembab -
tumbuh menyamping, akar
menembus pot
A - lembab - -
tanahdalamkeadaanmasihlembab,
4 tanaman keadaan nya segar
B - lembab -
meskipun daun terluarnya
menguning 1

ii
3 Sesudah
hari Pot Berat Keadaan Berat
Keadaan tanaman
ke- tanah tanah tanaman
A 284 gr lembab - -
beberapa daun ada yabg diserang
5 238,1
B lembab 6,9 gr hama, tetapi kondisinya masih
gr
dalam keadaan baik

Kelompok B6
3 Sebelum
hari Pot Keadaan Berat
Berat tanah Keadaan tanaman
ke- tanah tanaman
A 145 gr Lembab - -
J1 : tumbuhan lebih
tinggi daripada J2,
daun hijau segar,
1 J1 : 9 gr jumlah daun 2.
B 145 gr Lembab
J2 : 9 gr J2 : tumbuhan lebih
pendek dari J1,
daun hijau segar,
jumlah daun 2.
A - Lembab - -
J1 : ujung daun
sedikit menguning,
warna bagian
2 lainnya hijau segar,
B - Lembab -
terdapat daun yang
tulang daunnya
patah, tumbuhan
lebih tinggi, jumlah

ii
daun 3.
J2 : semua daun
hijau segar, jumlah
daun 3.
A - Lembab - -
J1 : jumlah daun 4,
warna hijau segar
tapi dibagian ujung
daun sedikit
mrnguning,
3
B - Lembab - terdapat daun yang
tulang daunnya
patah.
J2 : jumlah daun
tetap 3, daunnya
hijau segar.
A - Lembab - -
J1 : jumlah daun 4,
warna hijau segar
tapi dibagian ujung
daun sedikit
mrnguning,
4
B - Lembab - terdapat daun yang
tulang daunnya
patah.
J2 : jumlah daun
tetap 3, ujung daun
kekuningan.
3 Sesudah
Pot
hari Berat tanah Keadaan Berat Keadaan tanaman

ii
ke- tanah tanaman
A 148 gr Lembab - -
JI : jumlah daun 4,
warna hijau segar
tapi dibagian ujung
daun sedikit
mrnguning,
5 JI : 13 gr
B 144,3 gr Lembab terdapat daun yang
J2 : 12,5 gr
tulang daunnya
patah.
J2 : jumlah daun
tetap 3, ujung daun
kekuningan.

ii
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu mengenai percobaan evapotranspirasi.
Praktikum ini yaitu, menggunakan dua pot perlakuan. Yang mana, Pot A
sebagai pot kontrol yang hanya diberi tanah, tanpa tanaman, dan yang Pot B
sebagai pot perlakuan yaitu dengan diberi tanah dan dua tanaman jagung.
Evaporasi adalah penguapan air dari air, tanah, dan bentuk permukaan
bukan vegetasi lainnya yang terjadi karena proses fisika. Dua unsur utama
untuk berlangsungnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan
ketersediaan air (Rokhma, ). Sedangkan, Transpirasi itu adalah Traspirasi
adalah proses kehilangan air daripada daun tumbuhan. Air keluar melalui
liang halus yang dikenali sebagai stomata. Kadarnya ditentukan oleh faktor
suhu udara dan juga radiasi matahari. Secara semula jadi transpirasi adalah
proses penyejukan tumbuhan bila suhu sekitar menjadi melampau. Oleh itu
kadar tranpirasi berubah-ubah mengikut suhu harian dan juga musiman
(Rindam, 2010). Jadi, Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air
menjadi uap ke udara bergerak dari permukaan tanah, permukaan air dan
penguapan melalui tanaman. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak
maka evapotranspirasi itu disebut Evapotranspirasi Potensial (Mudjiatko,
2015).
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai evapo-
transpirasi, dimana evapo-transpirasi bertujuan untuk mempelajari tentang
evapo-transpirasi. Dalam praktikum kali ini kami menggunakan tanaman
jagung (Zea mays). Mengaapa kami menggunakan tanaman jagung karena
tanaman jagung mudah ditumbuhkan sehingga mudah diamati saat percobaan
evapo-tranpirasi. Tanaman jagung juga sangat mudah dalam perawatannya.

Alat dan bahan yang digunakan yaitu adalah 3 gelas capcin, tanah
suksesi, benih jagung, cetok, timbangan analitik, spidol. Dimana gelas capcin
berfungsi sebagai alat yang digunakan sebagai media penanaman pengganti
pot, tanah suksesi yang digunakan yaitu sebagai media tanam benih jagung

ii
yang akan ditanam dengan takaran yang sudah ditentukan, benih jagunga
yaitu benih yang sudah dipilih dari kualitas terbaik sehingga mendapat hasil
yang maksimal. Cetok yaitu alat yang digunakan sebagai alat untuk
mengambil tanah di tanah suksesi. Timbangan analitik yaitu timbangan yang
digunakan sebagai alat untuk menimbang berat gelas capcip sebelum diberi
media tanah, menimbang gelas capcin yang sudah diberi media tanah dan
belum diberi tanaman, dan yang terakhir menimbang gelas capcin yang sudah
diberi media tanah dan benih jagung. Spidol digunakan sebaagai penanda
pada gelas capcin tersebut.

Praktikum pada pertemuan kali ini adalah mengenai evapotranspirasi.


Evapotranspirasi adalah hilangnya air berupa uap air yang disebabkan oleh
terjadinya penguapan oleh tanah dan penguapan oleh aktivitas tumbuhan.
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui apa yang dimaksud dengan
evapotranspirasi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi. Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah neraca,
pot plastik, ember, cetok, gelas capcin, dan alat tulis. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah air, tanah, dan tanaman jagung.
Tanaman jagung digunakan untuk membuktikan bahwa penguapan air
dapat terjadi melalui tanaman yang biasa dinamakan dengan transpirasi.
Penyiraman air dilakukan dengan jumlah yang sama agar memperoleh hasil
pengamatan yang sesuai terhadap perlakuan yang sama.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membenihkan biji jagung
sebelum dilakukan praktikum. Kemudian di hari praktikum, menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Setelah bahan sudah siap,
lalu menimbang tanah dengan berat yang sama dengan 2 kali untuk
dimasukkan pada dua gelas plastik atau gelas aqua dengan bentuk dan ukuran
yang sama dengan berat dari tanah yang dimasukkan pada masing gelas
plastic. Pengamatan kali ini menggunakan dua perlakuan. Gelas plastik yang
satu diisi dengan tanah tanpa vegetasi dan gelas plastik satunya diisi dengan
menggunakan tanah bervegetasi yaitu 2 jagung. Gelas plastik yang diamati

ii
menggunakan dua macam peristiwa. Gelas capcin pertama digunakan untuk
menaruh tanah dengan tanpa tambahan tanaman. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui alur berlangsungnya evaporasi. Sedangkan pada gelas yang diberi
2 buah tanaman jagung adalah pengamatan tentang evapotranspirasi. Langkah
selanjutnya adalah menyiram air dengan ukuran 2 cm pada gelas capcin. Lalu
meletakkannya ke dalam greenhouse. Kemudian mengamati perubahan yang
terjadi meliputi tekstur, panjang daun dan tinggi tanaman. Pengamatan dan
penyiraman dengan 2 cm dari ukuran gelas capcin yang sudah diberi tanda
dilakukan secara kontinue yaitu 3 hari sekali dengan mengamati keadaan
tanah dan tanaman, tinggi tanaman, dan panjang daun.
Minggu terakhir pengamatan, menimbang pot dengan tanaman dan pot
tanpa tanaman. Setelah itu membersihkan daun dari tanah dan jangan sampai
terjadi patah pada akar. Kemudian mengukur berat dari tanaman jagung.
Setelah selesai, lalu membandingkan kecepatan penguapa air melalui
evaporasi dan evapotranspirasi.
Berdasarkan hasil dari dua perlakuan yaitu pot A berisi tanah, pot B
berisi tanah dan 2 tumbuhan jagung didapatkan berat akhir yang diperoleh
dari mengurangi total dengan berat pot. Kelompok 1 dengan berat awal pot A
dan pot B sebesar 263 gram dengan keaadan tanah yang lembab, pengamatan
yang dilakukan setiap 3 hari sekali dan mealakukan penyiraman
menggunakan takaran tertentu didapatkan hasil keaadann tanah yang lembab,
dan pertumbuhan tanaman jagung di pot B dapat tumbuh secara subur dan
berat akhir 247 gram dengan keadaan tanah kering, sedangkan pada pot B
dengan berat awal 263 gram dan berat tanaman 1,7 gram. Berat akhirnya
adalah 243,1 gram dan berat tanaman sebesar 2,9 gram. Pada kelompok 1 ini
didapatkan bahwa pada kedua memiliki berat pada masing-masing pot
berkurang. Kemudian kelompok 2 pada pot A dan pot B memiliki berat awal
264 gram dengan berat tanaman jagung yang ditanam di pot B sebesar 2,3
gram dan berat akhir yang didapat sebesar 248,8 gram pada pot A, sedangkan
pada pot B berat akhir 238,9 gram dengan berat tumbuhan jagung adalah 4,2
gram. Dari kedua kelompok semua pot mengalami pengurangan berat pada

ii
tanah yang telah diamati, pengurangan berat ini terjadi akibat adanya proses
evaporasi pada pot A sehingga berat tanah mengalami perubahan karena air
yang terdapat didalam tanah mengalami pengurangan dengan proses
penguapan yang terjadi. Jika dibandingkan dengan hasil pot B berat yang
didapat lebih rendah, hal ini terjadi karena adanya proses evapotranspirasi,
dimana penguapan air yang terjadi tidak hanya terjadi melalui tanah saja akan
tetapi juga dapat melalui proses transpirasi yang dilakukan oleh tumbuhan
jagung yang telah ditanam didalam pot B. Menurut Julia (2014) Transpirasi
sendiri adalah perjalanan air dalam jaringan vegetasi (proses fisiologis) dari
akar tanaman ke permukaan daun dan akhirnya menguap ke atmosfer. Pada
transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di
dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya
melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh
yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan
dari tanah ke akar. Intersepsi adalah penguapan air dari permukaan vegetasi
ketika berlangsung hujan). Hasil yang didapat dari kedua kelompok sesuai
dengan dasar teori, dengan pertambahan berat tumbuhan jagung setelah
pengamatan dan perlakuan menunjukkan adanya pertumbuhan jagung yang
baik, sehingga dapat disimpulkan tumbuhan mengalami transpirasi dengan
baik.
Data dari kelompok 3 didapatkan bahwa untuk hari pertama dengan
berat pot kontrol atau pot tanpa ditanami tanaman jagung mempunyai berat
yaitu 309,5 gram, sedangkan untuk pot perlakuan dengan ditanami 2 benih
jagung mempunyai berat 311,1 gram, kemudian setelah tiga minggu
percobaan didapatkan hasil bahwa untuk pot kontrol mempunyai berat
sebesar 320 gram sedangkan untuk pot perlakuan didaptkan berat sebesar
303,9. Dengan hasil tersebut dapat dianalisa sesuai dengan teori yang ada
bahwa evapotranspirasi hasil hilangnya air lebih besar daripada evaporasi
sehingga penguapan air oleh tanah dan tanaman menghasilkan pengurangan
air yang tinggi. jika dilihat dari hasil bahwa pengaruh intesitas cahaya juga
berpengaruh jika membandingkan dengan dengan pot kontrol dari kelompok

ii
3 tidak ada penurunan yang besar dan pada kelompok 4 terdapat penurunan
yang besar yang bisadiakibatkan oleh cahaya ataupun karena ada penambahan
air yang kurang atau tidak tepat
Data dari kelompok 4 didapatkan bahwa untuk hari pertama dengan
berat pot kontrol atau pot tanpa ditanami tanaman jagung mempunyai berat
yaitu 352 gram, sedangkan untuk pot perlakuan dengan ditanami 2 benih
jagung mempunyai berat 355 gram, kemudian setelah tiga minggu percobaan
didapatkan hasil bahwa untuk pot kontrol mempunyai berat sebesar 343 gram
sedangkan untuk pot perlakuan didaptkan berat sebesar 347,8. Dengan hasil
tersebut dapat dianalisa bahwa sesuai dengan teori yang ada bahwa
evapotranspirasi hasil hilangnya air lebih besar daripada evaporasi sehingga
dapat penguapan air oleh tanah dan tanaman menghasilkan pengurangan air
yang tinggi. dan juga jika membandingkan dengan kelompok 3 bahwa berat
tanaman sangat mempengaruhi laju trasnpirasi yang ada terdapat
pengurangan air yang besar. Artinya taanaman dengan berat yang besar
membutuhkan air yang banyak untuk suatu proses transpirasi oleh tanaman
tersebut.
Kelompok B5 saat hari dimulainya percobaan, didapatkan data bahwa
berat kedua tanah yang digunakan yaitu dengan berat 267 gram, dan berat
tumbuhan yang ditanam pada pot B yaitu 2 gram. Keadaan tanah dari kedua
pot lembab, namun tumbuhan di pot B daunnya menggulung (kemungkinan
tidak segera ditanam sehingga sedikit layu). Lalu pada 3 hari selanjutnya
didapatkan hasil tanah yang lembab pada kedua pot dan tumbuhan yang
mulai segar kembali. Tiga hari selanjutnya ketika pengamatan kedua pot
masih dengan tanah yang lembaba, tumbuhan semakin membaik keadannya,
namun tubuhan tumbuh menyamping sehingga akar tumbuhan menembus
pot. Pada 3 hari selanjutnya lagi ketika pengamatan didapatkan hasil
tumbuhan dengan tanah yang tetap lembab dengan kondisi tumbuhan yang
segar namun daun terluarnya menguning. Pada pengamatan terakhir diperoleh
data dengan kondisi tanah yang keduanya lembab. Kondisi tumbuhan
beberapa daun ada yabg diserang hama, tetapi kondisinya masih dalam

ii
keadaan baik. Pot A yang hanya berisi tanah memiliki berat 284 gram dan
pada pot B dengan tumbuhan beratnya menjadi 238,1 gram, berat
tumbuahhnya menjadi 6,9 gram. Pada pot A berat sebelum dan sesudah lebih
berat sesudah, hal ini dikarenakan tanah yang digunakan merupakan tanah
kebun yang partikel-partikelnya mampu mengikat air dengan baik, tanpa
adanya tumbuhan maka yang terjadi hanya evaporasi, selain itu penyiraman
yang dilakukan 3 hari sekali akan menambah kandungan air pada tanah, dan
air akan ditahan oleh partikel tanah itu sendiri sehingga beratnya semakin
tinggi. Sedangkan pada pot B dengan tumbuhan, beratnya lebih berkurang,
hal ini dikarenakan air yang ada diuapkan dengan dua cara, yaitu evaporasi
dan trasnpirasi atau disingkat dengan evapotranspirasi. Menurut Nuryanto
(2013), evapotranspirasi ialah suatu proses menguapnya air atau hilangnya air
dari permukaan tanah dan juga dari permukaan tumbuhan (utamanya daun)
karena adanya penyinaran dari matahari. Sedangkan menurut Posuma (2015),
evaporasi merupakan perubahan air menjadi molekul uap air dari permukaan
tanah dan juga dari permukaan air. Sehingga hasil yang didapatkan sudah
benar bahwa pada pot B yang berisi tanah dan juga tumbuhan akan lebih
ringan dibandingkan dengan pot A yang tidak ada tumbuhan, karena pot A
hanya mengalami evaporasi, sedangakn pot B mengalami evapotranspirasi.

Kelompok B6 saat hari dimulainya percobaan, didapatkan data bahwa


berat kedua tanah yang digunakan yaitu dengan berat 145 gram, dan berat
tumbuhan yang ditanam pada pot B yaitu J1 9 gram, dan J2 juga 9 gram.
Keadaan tanah dari kedua pot lembab, tumbuhan di pot B J1 tumbuhannya
lebih tinggi dari J2, daun hijau segar, dan jumlah daunnya 2, pada J2
tumbuhan lebih pendek dari J1, daun hijau segar, jumlah daun 2. Lalu pada 3
hari selanjutnya didapatkan hasil tanah yang lembab pada kedua pot dan
tumbuhan J1 ujung daun sedikit menguning, warna bagian lainnya hijau
segar, terdapat daun yang tulang daunnya patah, tumbuhan lebih tinggi,
jumlah daun 3, sedangkan pada tumbuhan J2 semua daun hijau segar, jumlah
daun 3. Tiga hari selanjutnya ketika pengamatan kedua pot masih dengan

ii
tanah yang lembab, pada ppot B tumbuhan J1 jumlah daun 4, warna hijau
segar tapi dibagian ujung daun sedikit mrnguning, terdapat daun yang tulang
daunnya patah, dan tumbuhan J2 jumlah daun tetap 3, daunnya hijau segar..
Pada 3 hari selanjutnya lagi ketika pengamatan didapatkan hasil tumbuhan
pada pot B, J1 jumlah daun 4, warna hijau segar tapi dibagian ujung daun
sedikit mrnguning, terdapat daun yang tulang daunnya patah, dan pada
tumbuhan J2 jumlah daun tetap 3, ujung daun kekuningan.. Pada pengamatan
terakhir diperolehdata dengan kondisi tanah yang keduanya lembab. Kondisi
pada pot B JI jumlah daun 4, warna hijau segar tapi dibagian ujung daun
sedikit mrnguning, terdapat daun yang tulang daunnya patah, lalu J2 jumlah
daun tetap 3, ujung daun kekuningan. Pot A yang hanya berisi tanah memiliki
berat 148 gram dan pada pot B dengan tumbuhan berat tanahnya menjadi
144,3 gram, berat tumbuhan JI 13 gr dan J2 : 12,5 gr. Sama seperti pada
penjelasan sebelumnya pada pot A berat sebelum dan sesudah lebih berat
sesudah, hal ini dikarenakan tanah yang digunakan merupakan tanah kebun
yang partikel-partikelnya mampu mengikat air dengan baik, tanpa adanya
tumbuhan maka yang terjadi hanya evaporasi, selain itu penyiraman yang
dilakukan 3 hari sekali akan menambah kandungan air pada tanah, dan air
akan ditahan oleh partikel tanah itu sendiri sehingga beratnya semakin tinggi.
Sedangkan pada pot B dengan tumbuhan, beratnya lebih berkurang, hal ini
dikarenakan air yang ada diuapkan dengan dua cara, yaitu evaporasi dan
trasnpirasi atau disingkat dengan evapotranspirasi. Menurut Nuryanto (2013),
evapotranspirasi ialah suatu proses menguapnya air atau hilangnya air dari
permukaan tanah dan juga dari permukaan tumbuhan (utamanya daun) karena
adanya penyinaran dari matahari. Sedangkan menurut Posuma (2015),
evaporasi merupakan perubahan air menjadi molekul uap air dari permukaan
tanah dan juga dari permukaan air. Sehingga hasil yang didapatkan sudah
benar bahwa pada pot B yang berisi tanah dan juga tumbuhan akan lebih
ringan dibandingkan dengan pot A yang tidak ada tumbuhan, karena pot A
hanya mengalami evaporasi, sedangakn pot B mengalami evapotranspirasi.

ii
Evapotranspirasi merupakan pemindahan air dari areal bervegetasi baik
melalui evaporasi maupun transpirasi. Dalam evapotranspirasi, evaporasi dan
transpirasi dikenal istilah potensial dan aktual. Istilah potensial
mengekspresikan laju evaporasi dan evapotranspirasi akan terjadi dengan laju
maksimum pada keadaan yang mungkin terjadi bila faktor ketersediaan energi
pengendali dan air/kelengasan yang akan ditransfer dalam keadaan tak
terbatas (tidak menjadi faktor pembatas).
Evaporasi adalah komponen utama penggerak siklus hidrologi, karena
itu menduga laju evaporasi dengan akurat sangat penting untuk pengelolaan
sumber daya air dan peningkatan produksi pertanian. Tetapi, laju evaporasi
adalah unsur iklim yang sulit diukur secara langsung karena beragamnya
faktor yang mempengaruhinya. Transpirasi adalah proses keluarnya air dalam
bentuk uap melalui tanaman yang berkaitan dengan aktivitas tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah faktor cuaca
seperti radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin,
sedangkan faktor tanaman yaitu jenis tanaman, fase tumbuh, keragaman dan
kerapatan tanaman dan faktor pengelolaan dan kondisi lingkungan tanaman
seperti kondisi tanah, salinitas, kesuburan tanah, tingkat serangan hama dan
penyakit pada tanaman. Faktor-faktor itu saling berkaitan dan beragam dalam
sebaran ruang dan waktu, sulit menciptakan rumus persamaan yang
Menduga evapotranspirasi dari berbagai tanaman pada kondisi yang
berbeda, jadi dikembangkan konsep evapotranspirasi standar (Manik, et. al.,
2012: 122). Besarnya evapotranspirasi tergantung dari faktor-faktor iklim,
jenis tanaman, jenis tanah dan topografi. Air yang hilang melalui
evapotranspirasi perlu diperhitungkan agar tanaman tidak mengalami
kekurangan air. Evapotranspirasi maksimum dapat terjadi dari lahan yang
ditumbuhi tumbuhan rapat, daun-daun menutupi tanah dan tanah dalam
kapasitas lapang (Faqih, 2014: 151).

ii
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari 2 peristiwa yaitu peristiwa
evaporasi dan transpirasi yang disebut dengan evapotranpirasi, yang dapat
diartikan sebagai peristiwa kehilangan air (penguapan) dari jaringan tanaman
dan dari permukaan tanah yang dipakai sebagai tempat tumbuhnya. Terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi evapotranspirasi yaitu adalah
intensitas cahaya matahari, tingkat kejenuhan air di dalam tanah dan
tumbuhan, serta banyaknya daun, luas permukaan daun, pembukaan stomata,
dan jumlah stomata.
6.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati saat melakukan pengamatan
dikarenakan proses yang salah saat pengamatan juga dapat menghambat
berlangsungnya proses perumbuhan. Juga pada saat penyiraman media sering
tidak dilakukan dengan takaran yang sama, sehingga dapat menimbulkan
perbedaan antara kelompok. Hal ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
dari tanaman.

ii
DAFTAR PUSTAKA
Faqih, N. 2014. Analisis Kehilangan Air Waduk Akibat Gulma
Enceng Gondok (Eichhornia Crassipes). Jurnal PPKM. 3: 149-155.
Julia, Hilda. 2014. Optimasi Model Hidrologi Mock Daerah Tangkapan Air
Waduk Sempor. Agrium. Vol.18(3).
Manik, T. K., R. B. Rosadi, dan A. Karyanto. 2012. Evaluasi Metode Penman
Monteith dalam Menduga Laju Evapotranspirasi Standar (ET0) di Dataran
Rendah Propinsi Lampung, Indonesia. Jurnal tekhik pertanian. 26(2) :
121-128
Mulyani, dkk.2006. Pengantar ilmu tanah terbentuknya tanah dan tanah
pertanian. Bandung : ITB Press.
Mudjiatko. Agus, Andika Satria. 2015. Neraca Air Waduk Sungai Paku Terhadap
Kebutuhan Air Baku Bagi Masyarakat. Spektrum Sipil, Vol. 2, No. 2 : 114
– 124.
Nuryanto, Danang Eko, dan Jose Rizal. 2013. Perbandingan Evapotranspirasi
Potensial antara Hasil Keluaran Model Regcm 4.0 dengan Perhitungan Data
Pengamatan. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika. 14 (2).
Posuma, Giovanni David. 2015. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih di
Desa Paputungan Kecamatan Likupang Barat Minahasa Utara. Jurnal Sipil
Statik. 3 (6).
Rokhma, Novrida Mulya. 2008. Menyelamatkan Pangan dengan Irigasi Hemat
Air. Jogja: Impulse.
Sandra.2012. Analisa Nilai Manfaat Irigasi Pompa Dangkal Ditinjaudari
Keberlanjutan Sumber Daya Air Untuk Pertanian. Padang . Jurnal
Teknologi Pertanian . Vol 16 No 1 : 31-38.
Sari, Weny. Yuliana.2012. Perancangan Kebijakan Perawatan dan Penentuan
Persediaan Spare Part di Sub Sistem Evaporasi Pabrik Urea Kaltim-3 PT
Pupuk Kalimantan Timur. Surabaya . Jurnal Teknik ITS. Vol 1 No 1 : 141 –
146.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Dan Kenyataan.
Yogyakarta: Kanisius.
Taiz, Lincoln and Eduardo Zeiger. 2003. Plant Physiology. Sunderland: Annals
Of Botany.

ii
ii

Anda mungkin juga menyukai