MAKALAH HIDROLOGI
Oleh:
IIN NIRWANA
M1A1 18 062
KEHUTANAN B
JURUSAN KEHUTANAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemuadian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran
dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkungannya,
termasuk hubungannya dengan mahluk-mahluk hidup (International glossary of
Hidrologi, 1974). Karena perkembangannya yang begitu cepat, hidrologi telah
menjadi dasar dari pengelolaan sumber daya air rumah tangga yang merupakan
pengembangan, agihan dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya air secara
terencana. Banyak proyek di dunia (rekayasa air, irigasi, pengendalian banjir,
drainase, tenaga air dan lain-lain) dilakukan dengan terlebih dahulu mengadakan
survey kondisi-kondisi hidrologi yang cukup.
Air diperlukan oleh tanaman untuk mengangkut unsur-unsur hara dan zat-zat
terlarut lain di dalam tanaman dan untuk produksi gula pada proses fotosintesis,
darimana tanaman memperoleh energi untuk pertumbuhan dan menjadi dewasa.
Sebagian besar air digunakan dalam proses transpirasi. Apabila air hilang ke dalam
atmosfer melalui transpirasi melebihi dari air yang diserap tanaman dari tanah,
maka air akan hilang dari sel-sel tanaman sehingga sel tanaman kehilangan tegangan
turgor dan akhirnya tanaman menjadi layu.setiap gejala kelayuan pada tanaman
dapat dijadikan petunjuk bahwa pertumbuhan tanaman akan terhenti.
Pertumbuhan akan tergantung pada tegangan turgor yang memungkinkan sel - sel
baru terbentuk.
Pada saat air hujan jatuh ke bumi,sebagian air jatuh langsung ke permukaan
bumi dan ada juga yang terhambat oleh vegetasi (Intersepsi). Intersepsi memiliki 3
macam, yaitu interception loss, through fall, dan stem flow. Interception loss adalah
air yang jatuh ke vegetasi tetapi belum sampai mencapi tanah sudah menguap.
Through fall adalah air hujan yang tidak langsung jatuh ke bumi, tetapi terhambat
oleh dedaunan terlebih dahulu. Stem flow adalah air hujan yang jatuh ke vegetasi
dan mengalir melalui batang vegetasi tersebut. Air hujan yang terhambat vegetasi
sebagian ada yang menguap lagi atau mengalami evaporasi ada juga yang kemudian
jatuh ke permukaan tanah (through fall). Air hasil through fall ini mengalir di
permukaan dan berkumpul di suatu tempat menjadi suatu run off seperti sungai,
danau, dan bendungan apabila kapasitas lengas tanah sudah maksimal yaitu tidak
dapat menyerap air lagi. Dalam lengas tanah, ada zona aerasi yaitu zona transisi
dimana air didistribusikan ke bawah (infiltrasi) atau keatas (air kapiler). Semakin
besar infiltrasi, tanah akan semakin lembab dan setiap tanah memiliki perbedaan
kapasitas penyimpanan dan pori-pori tanah yang berbeda-beda. Vegetasi
mengalami fotosintesis pada saat siang hari dan mengalami transpirasi. Peristiwa
berkumpulnya uap air di udara dari hasil evaporasi dan transpirasi disebut
evapotranspirasi. Evapotranspirasi dikontrol oleh kondisi atmosfer di muka bumi.
Evaporasi membutuhan perbedaan tekanan di udara. Potensi evapotranspirasi
adalah kemampuan atmosfer memindahkan air dari permukaan ke udara, dengan
asumsi tidak ada batasan kapasitas.
Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporization)
dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke
atmosfer (vapor removal). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti
danau, sungai, lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah.
Pengukuran evaporasi dilakukan dengan mengukur hilangnya air dari suatu sistem
secara langsung, yang dinyatakan dalam volume atau jeluk (depth). Sumber energy
dalam proses evaporasi berasal dari Radiasi surya, panas (heat) yang dibawa oleh
angin ke suatu wilayah, panas yang tersimpan dalam massa tanah atau lahan, panas
yang tersimpan dalam air.
Evapotranspirasi adalah gabungan peristiwa penguapan dari tumbuh –
tumbuhan dan air permukaan. Dengan adanya evapotraspirasi, kita dapat
mengetahui kebutuhan air tanaman dan curah hujan pada suatu daerah tertentu.
Kebutuhan air tanaman dapat berubah setiap waktu sesuai dengan jumlah air di
permukaan dan curah hujan pada hari tersebut. Evapotranspirasi dikontrol oleh
kondisi atmosfer di muka bumi. Evaporasi membutuhkan perbedaan tekanan di
udara karena jika keadaan udara tetap maka evaporasi tidak terjadi. Potensi
evapotranspirasi adalah kemampuan atmosfer memindahkan air dari permukaan ke
udara, dengan asumsi tidak ada batasan kapasitas namun hal tersebut tidak akan
terjadi apabila tekanan udara di atmosfir tetap. Peranan Evaporasi dan Transpirasi
dalam siklus hidrologi: menjadi mekanisme utama yang menggerakkan siklus air
diantara atmosfir, daratan dan lautan, jadi apabila tidak ada proses evapotranspirasi,
maka siklus air tidak ada. Dalam tanaman dan tanah: ketersediaan air adalah faktor
yang membatasi produktivitas tanaman.
Presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalam hidrometeor, yang
merupakan fenomena atmosferik) adalah setiap produk dari kondensasi uap air di
atmosfer. Ia terjadi ketika atmosfer (yang merupakan suatu larutan gas raksasa)
menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut
(terpresipitasi).[1] Udara menjadi jenuh melalui dua proses, pendinginan atau
penambahan uap air.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui perbedaan jumlah evapotranspirasi yang ada di hutan dan di
padang savana.
2. Untuk mengetahui hal yang mempengaruhi proses presepitasi.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor meteorology mempengaruhi berlangsungnya
hujan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klimatologi atau ilmu iklim adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas
sintesis unsur-unsur cuaca dan berkaitan dengan faktor-faktor yang menentukan
dan mengontrol distribusi iklim di atas permukaan bumi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi iklim suatu wilayah adalah posisi garis lintang, ketinggian tempat,
daratan dan air, massa udara, dan angin, sabuk tekanan tinggi dan rendah, halangan
pegunungan, arus laut, luas hutan, dan sebagainya (Koesmaryono dan Askari, 2012).
Pengertian presipitasi mencakup air dalam bentuk cair dan padat (es) /yang
turun dari awan. Presipitasi dapat berbentuk hujan, gerimis, salju, dan batu es. Di
Indonesia hujan jauh lebih sering di jumpai maka hujan lebih di artikan sebagai
endapan dalam bentuk air. Curah hujan di ukur dalam inci atau millimeter dengan
menggunakan alat di antaranya pluviograph. Jika suatu hari pada suatu daerah
memiliki curah hujan sebesar 1 milimeter, berarti ketinggian endapan hujan
tersebut, jika tidak meresap ke dalam tanah atau di uapkan ke atmosfer, akan
mencapai ketinggian 1 mm. Ada empat jenis hujan, yaitu hujan konvektif, orografis,
konvergensi, dan frontal ( Yani dan Ruhimat, 2007).
PEMBAHASAN
Jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah,
badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor-foktor iklim dan fisiologis
vegetasi . Gabungan antara evaporasi, intersepsi, dan transpirasi. Evapotranspirasi
adalah gabungan peristiwa penguapan dari tumbuh – tumbuhan dan air permukaan.
Dengan adanya evapotraspirasi, kita dapat mengetahui kebutuhan air tanaman dan
curah hujan pada suatu daerah tertentu. Kebutuhan air tanaman dapat berubah
setiap waktu sesuai dengan jumlah air di permukaan dan curah hujan pada hari
tersebut. Evapotranspirasi dikontrol oleh kondisi atmosfer di muka bumi. Evaporasi
membutuhkan perbedaan tekanan di udara karena jika keadaan udara tetap maka
evaporasi tidak terjadi. Potensi evapotranspirasi adalah kemampuan atmosfer
memindahkan air dari permukaan ke udara, dengan asumsi tidak ada batasan
kapasitas namun hal tersebut tidak akan terjadi apabila tekanan udara di atmosfir
tetap. Peranan Evaporasi dan Transpirasi dalam siklus hidrologi: menjadi mekanisme
utama yang menggerakkan siklus air diantara atmosfir, daratan dan lautan, jadi
apabila tidak ada proses evapotranspirasi, maka siklus air tidak ada. Dalam tanaman
dan tanah: ketersediaan air adalah faktor yang membatasi produktivitas tanaman.
Dalam manajemen irigasi: kemampuan untuk menduga evapotranspirasi merupakan
faktor utama menentukan penjadualan irigasi.
Hujan sangat
< 0.02 Tanah agak basah atau dibasahi sedikit
lemah
Intensitas Hujan
Jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu yang biasanya dinyatakan
dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu, mm/hari, mm/tahun
Tabel 1.1. Derajat dan Intensitas hujan
Ukuran butiran curah hujan
Butiran hujan memiliki beragam ukuran mulai dari diameter rata-rata 0,1
milimeter (0,0039 in) hingga 9 milimeter (0,35 in), di atas itu butiran akan terpisah-
pisah. Butiran kecil disebut butiran awan dan berbentuk bola. Butiran hujan besar
semakin pepat di bawah seperti roti hamburger, butiran terbesar berbentuk mirip
parasut. Ukuran besar ini disebabkan oleh pengembunan partikel asap besar atau
tabrakan antara sekelompok kecil butiran dengan air tawar yang banyak.
Faktor lokal dari suatu wilayah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
curah hujan yang terjadi di wilayah tersebut. Salah satu faktor lokal yang berperan
adalah topografi atau ketinggian tempat. Ada membawa masa lembap dalam arah
vertikal karena faktor topografi. Kedua, topografi menyebabkan terjadi perubahan
sistem tekanan rendah. Ketiga, topografi tertentu mendorong terjadinya arus
konveksi local.
Identifikasi dan interpretasi serta pendugaan terhadap iklim dan cuaca hanya
dimungkinkan jika tersedia data dan atau informasi berbagai unsurnya. Keragaman
dan fluktuasi iklim/cuaca bersifat temporal dan spasial dengan pola tertentu. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih mendekati keadaan sebenarnya dibutuhkan
perulangan data dan informasi sebanyak-banyaknya. Ketersediaan dan mutu data
iklim hanya diperoleh melalui pengamatan secara teratur dan berkelanjutan pada
tempat yang mewakili, waktu yang tepat dan menggunakan alat klimatologi yang
tepat guna pula, baik jumlah maupun jenis / deskripsi alat yang digunakan.
a. Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah Jumlah uap air yang terkandung di udara. Besar
kecilnya kelembaban tergantung pada jumlah uap air di udara. Kapasitas udara
adalah Jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu
tertentu. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh)
tergantung pada suhu udara jika Suhu tinggi maka kapasitas udara besar jika uap air
jenuh maka kapasitas udara maksimal.
b. Energi matahari
Matahari adalah sumber energi utama bagi bumi. Pemanasan matahari pada
siang hari dan pendinginan pada malam hari dalam skala harian, atau musim panas
dan musim dingin dalam skala tahunan, berperan besar pada gerakan massa udara
dalam bentuk angin, baik dalam skala lokal maupun global. Demikian juga
penguapan air di permukaan bumi oleh matahari sehingga menjadi awan dan dari
awan itu turun hujan kemudian airnya mengalir ke tempat yang rendah, tampak
jelas peranan matahari dalam siklus hidrologi yang merupakan gerakan massa air.
Angin adalah aliran udara dalam jumlah yang besar diakibatkan oleh rotasi
bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin
bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila
dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga
naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara
dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara
menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi
panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin
ini dinamanakan konveks.
d. Suhu udara
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan
tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya
pengaruh faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi.
2. Pada kawasan hutan memiliki laju evapotranspirasi yang lebih besar daripada di
savana. Hal ini disebabkan karena pada hutan lebih banyak tersimpan air baik
air dari tanah yang diuapkan melalui evaporasi maupun air yang di
transpirasikan oleh tumbuhan.
3. Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang berupa
hujan, salju, embun, dan yang sejenis.
4. a. Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu
tertentu yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan
tanah horizontal yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun
evaporasi.
b. Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu.
c. Berdasarkan ukuran butirannya, klasifikasi hujan dibedakan menjadi empat
yaitu gerimis, hujan salju, hujan batu es dan hujan deras.
d. Ada tiga proses yang menghubungkan curah hujan dengan topografi, yaitu:
Pembelokan angin yang membawa masa lembap dalam arah vertikal karena
faktor topografi; Topografi menyebabkan terjadi perubahan sistem tekanan
rendah; Topografi tertentu mendorong terjadinya arus konveksi lokal.
5. Faktor – faktor meteorologi yang memicu terjadinya hujan lebat adalah
kelembaban udara, energi matahari, arah dan kecepatan angin dan suhu udara.
4.2 Saran
Semoga dengan dibuat nya makalah ini dapat menambah wawasan dan referensi
bagi para pembaca, tak lupa juga penulis meminta maaf apabila terjadi kesalahan
dalam penulisan makalah ini, dan juga penulis mengharap kan ada nya kritik dan
saran agar makalah ini dapat dikatakan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Andaka, 2008. Lingkungan abiotik. Surabaya :Airlangga University Press.
Comic, 2009. Pengaruh topografi terhadap curah hujan musiman dan tahunan di
Yani dan Ruhimat. 2007. Metalurgi fisik dan rekayasa modern. Jakarta: Erlangga.