Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, perusahaan-perusahaan di bidang pertambangan semakin banyak.
Dunia pertambangan itu sendiri saling berkaitan dengan bidang lain, seperti ilmu
geologi, ekonomi, hidrologi, hidrogeologi, dll. Pada makalah ini, yang akan
dibahas mengenai kaitannya dengan ilmu hidrologi dan hidrogeologi yang mana
keduanya termasuk ke dalam penyaliran tambang.
Hidrologi merupakan ilmu kebumian yang berkaitan tentang air di bumi,
terjadinnya, peredarannya, sifat-sifatnnya (kimia maupun fisiknya), hubungan
antara makluh-makluk hidup maupun reaksi beserta lingkungannya. Dengan kata
lain dan perkembangan yang ada ilmu hidrologi mempelajari siklus air di bumi
sehingga dengan mempelajari siklus air akan mengetahui informasi-informasi
yang berkaitan dengan air dan nantinnya dapat memberi pemecahan bagi
masalahmasalah lingkungan sekitar yang berkaitan dengan air. Di dunia
pertambangan dibutuhkan mempelajari ilmu ini untuk mengetahui sumber mata
air (pembuatan sumur), siklus air, curah hujan, air hujan, dan sebagainya.
Sedangkan hidrogeologi pada dasarnya membahas mengenai pergerakan dan
kondisi air tanah. Di dalam dunia pertambangan, air tanah menjadi suatu masalah
yang sangat urgent bagi para engineer. Air tanah sangat mempengaruhi kegiatan
pertambangan baik itu tambang terbuka, terlebih lagi tambang bawah tanah.
Oleh karena itu, sebagai engineer tambang, kita sangat harus mempelajari
ilmu penyaliran tambang yang mana berkaitan dengan ilmu hidrologi dan ilmu
hidrogeologi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan hidrologi dan hidrogeologi?
b. Jelaskan apa itu siklus air (siklus hidrologi)?
c. Jelaskan bagaimana keterdapatan air di bawah permukaan (air hujan,
d.
e.
f.
g.

curah hujan, dll)?


Jelaskan apa perbedaan permeabilitas dan porositas?
Apa yang dimaksud dengan uji pompa?
Apa yang dimaksud dengan artesis positif, negatif, dan nol?
Apa yang dimaksud dengan garis pisometrik?

C. Tujuan

Adapun tujuan umum pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah penyaliran tambang yang diberikan oleh Bapak Rizal Fahmi, S.T.
Sedangkan tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa mampu memahami tentang hidrologi dan hidrogeologi.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan serta memahami tentang siklus air.
c. Mahasiswa dapat mengetahui keterdapatan air di bawah permukaan serta
kaitannya dengan air hujan, curah hujan, dan sebagainya.
d. Mahasiswa mampu membedakan antara permeabilitas dan porositas.
e. Mahasiswa juga dapat memahami tentang uji pompa, artesis positif,
artesis negatif, artesis nol, setra garis pisometrik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hidrologi dan Hidrogeologi
1. HIDROLOGI
Hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari siklus air di bumi. Pada
prinsipnya jumlah air di bumi tetap dan mengikuti suatu aliran yang disebut siklus
hidrologi. Siklus hidrologi merupakan proses perputaran pergerakan air dari satu
bentuk ke bentuk lain (cair, padat, maupun gas) yang terjadi di bumi secara
kontinu melalui proses kondensasi, presipitasi (hujan), penguapan, transpirasi,
inflitrasi, aliran limpasan dan lain-lain. Siklus hidrologi ini di bagi menjadi tiga
yaitu siklus pendek, siklus panjang dan siklus sedang. Akantetapi, secara umum
siklus hidrologi dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini.

Gambar 1. Siklus Hidrologi

(http://bardowenang.blogspot.com/2010/04/siklus-air-di-bumi.html)
Pada gambar diatas dengan adanya sinar matahari maka semua air yang
berada di permukaan bumi akan berubah wujud menjadi uap atau gas akibat
proses evaporasi atau penguapan. Uap atau gas ini akan bergerak di udara
(atmosfer) akibat adannya perubahan temperatur, terjadi proses kondensasi
sehingga uap berubah menjadi tetesan air kecil. Tetesan-tetesan air ini akan
bergabung satu dengan yang lainnya sehingga membentuk awan yang nantinya
akan bergerak karena udara turbulen. Apabila butiran-butiran ait tersebut cukup
banyak karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga butiran-butiran air tersebut
jatuh ke bumi dan terjadilah hujan, proses butiran-butiran ait tersebut jatuh ke
bumi disebut presipitasi dimana jika saat hujan turun dan udara bersuhu 0o Celcius
maka akan turun salju. Lalu sebagian air hujan akan langsung mengalir ke daerah
yang lebih rendah lewat permukaan tanah dan sebagian akan meresap masuk
kedalam tanah, proses air yang meresap ini disebut infiltrasi. Air hujan yang
masuk ke dalam tanah ini akan bergerak melalui rekahan (celah-celah atau poripori) tanah dan batuan yang nantinnya akan menuju muka air tanah lalu bermuara
di lautan kembali.
2. HIDROGEOLOGI
3

Hidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu geologi dengan ilmu


hidrolika yang kajiannya dititikberatkan pada gerakan air tanah delam secara
hidrolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit
pengertian geologi dan air, atau dengan kata lain adalah merupakan suatu studi
tentang interaksi antara kerangka unsur batuan dengan air tanah. Dalam istilah
hidrolika maka istilah gerakan dalam tanah dikenal dengan hidrolika dalam media
porus, karena air tanah mengalir diantara sela-sela butiran tanah yang sekaligus
sebagai media. Pengetahuan tentang hidrogeologi ini penting bagi manusia,
karena fungsi dan kegunaannya meliputi 3 aspek (Told daiam RJ Kodoatie, 1990):
a. Aspek sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
manusia.
b. Aspek bagian

hidrologi

di

dalam

tanah

yang

mempengaruhi

keseimbangan siklus global.


c. Aspek anggota atau gen dari geologi.
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruangruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan didalam retak-retak dari
batuan. Yang terdahulu disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah
(fissure water) (Mori dkk., 1999). Keberadaan air tanah sangat tergantung
besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor
lain yang mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat.
Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan
mempermudah infiltrasi air hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya,
batuan dengan sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk
meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan akan mengalir
sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya adalah perubahan
lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, serta penebangan hutan
tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila
terjadi pada daerah resapan (recharge area).
B. Keterdapatan Air dibawah Permukaan.
Keterdapatan air dibawah permukaan salah satunya disebabkan oleh air hujan
(air meteorik). Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan,
4

berbeda

dengan

presipitasi

non-cair

seperti salju, batu

es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer


tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat
maupun di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah
proses kondensasi uap

air di

atmosfer

menjadi butir air yang

cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses
yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara
semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau
penambahan uap air ke udara. Virga adalah presipitasi yang
jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai daratan;
inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui
tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan
memilik ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk
(butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).
Curah hujan harian adalah curah hujan yang diukur selama
24 jam. Masa 24 jam akan berakhir sesuai dengan tanggal yang
tercantum pada waktu. Untuk curah hujan harian dari sumber
yang tidak teratur, yaitu mereka yang laporan bulanan atau
mingguan, kemudian jumlah hari dimana curah hujan diukur.
Sekali lagi periode berakhir pada hari lain. Curah hujan terbagi 3,
yaitu curah hujan harian, bulanan, dan tahunan. Satuan curah
hujan adalah milimeter (mm), yang merupakan ketebalan air
hujan yang terkumpul dalam tempat pada luasan 1 m 2,
permukaan yang datar, tidak menguap dan tidak mengalir.
C. Permeabilitas dan Porositas
1. POROSITAS
Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga rongga pori
terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam
persen dan disebut porositas. Porositas juga dapat dinyatakan dalam acre feet,
yang berarti volum yang dinyatakan sebagai luas dalam acre dan ketebalan
reservoir dalam kaki (feet). Porositas suatu medium adalah perbandingan volume
5

rongga rongga pori terhadap volume total seluruh batuan. Perbandingan ini
biasanya dinyatakan dalam persen dan disebut porositas. porositas tidak
tergantung daripada besar butir. Besarnya porositas itu ditentukan dengan
berbagai cara, yaitu;
a. Di laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hokum
Boyle: gas digunakan sebagai pengganti cairan untuk menentukan volum
pori tersebut.
b. Dari log listrik, log sonic, dan log radioaktif.
c. Dari log kecepatan pemboran.
d. Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopis.
e. Dari hilangnya inti pemboran.
2. PERMEABILITAS
Permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan
cairan melalui poripori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk
atau kerangka batuan tersebut. Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang hidrologi
dari Prancis mempelajari aliran air yang melewati suatu lapisan batu pasir.
Definisi permeabilitas dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
QxL
V
k = HxA
Q = T
Biasanya permeabilitas dinyatakan dalam darcy, yaitu untuk menghormati
DARCY yang memproklamasikan pertama kalinya hukum aliran dalam medium
yang berpori. Pada hakikatnya permeabilitas suatu batuan biasanya kurang dari
satu darcy dan oleh karenanya dalam praktek permeabilitas dinyatakan dalam
milidarcy (1 md = 0,001 darcy). Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan
sebagai permeabilitas yang melewatkan fluida dengan viskositas 1 centipoises
dengan kecepatan alir 1 cc/det melalui suatu penampang dengan luas 1 cm 2
dengan penurunan tekan 1 atm/cm.
Cara penentuan permeabilitas adalah :
a. Dengan permeameter, suatu alat pengukur yang mempergunakan gas.
b. Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.
c. Dari kecepatan pemboran
d. Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang
(bottom-hole pressure-decline).
Memang sebetulnya tidak ada hubungan antara permeabilitas dengan
porositas. Batuan yang permeable selalu sarang atau mempunyai poros, tetapi
sebaliknya, batuan yang sarang belum tentu permeable. Hal ini disebabkan karena
6

batuan yang berporositas lebih tinggi belum tentu poriporinya berhubungan satu
dengan yang lain. Juga sebaliknya dapat dilihat, bahwa porositas tidak tergantung
dari besar butir, dan permeabilitas merupakan suatu fungsi yang langsung
terhadap besar butir.
D. Uji Pompa/Uji Akuifer (Pumping Test)
Pumping Test disebut juga dengan uji akuifer. Dimana maksud dari uji akuifer
ini adalah untuk mengetahui ketetapan akuifer seperti koefisien permeabilitas dan
koefisien penampungan (storage coefficient). Jadi, uji akuifer itu sangat penting
untuk perencanaan sumur dan pengontrolannya. Jika koefisien permeabilitas itu
digunakan sebagai koefisien transmisibilitas (koefisien permeabilitas dikali
dengan tebal akuifer), maka perhitungannya akan lebih mudah. Untuk
mendapatkan hasil uji akuifer yang baik maka terutama diperlukan kondisikondisi sebagai berikut:
a. Sumur pembuangan sedapat mungkin mempunyai konstruksi yang dapat
mengeluarkan air tanah dari seluruh akuifer yang akan diuji.
b. Permukaan air tanah sumur pembuangan harus terlihat dengan baik pada
sumur-sumur pengamatan. Jadi saringan sumur pembuangan dan
sumursumur pengamatan harus dipasang pada akuifer yang sama. Sumursumur pengamatan harus terletak pada bagian-bagian atas dan bawah dari
gradien hidrolik dengan sumur pembuangan sebagai titik pusat. Rumus
yang diterapkan untuk uji akuifer itu dibagi dalam 2 jenis, yakni rumus
tidak keseimbangan dengan konsep waktu dan rumus keseimbangan
tanpa konsep waktu.
Tahapan pengujian akuifer atau sering disebut dengan tahap pumping yaitu :
a. Pemompaan Uji Pendahuluan (Trial Pumping Test)
Pertama-tama dilakukan uji pendahuluan yang dilakukan selama 3 jam
berturut-turut dengan debit maksimum, dipasang pompa dengan debit
pemompaan 3 liter/detik. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap
penurunan muka asli air tanah pada sumur pengamatan.
b. Pemompaan Uji Penurunan Bertingkat/ Uji Surut Muka Air Secara
Bertahap (Step draw-down test).
Air dapat dipompa secara berturut-turut dari sumur artinya kondisi
besarnya pemompaan yang tetap dapat diperoleh pada permukaan air
7

yang tetap. Jadi air yang keluar dari sumur diperkirakan pertama-tama
terjadi pada penurunan permukaan air dan umumnya air yang keluar itu
sama dengan besar pemompaan. Selama waktu pemompaan itu kecil,
kapasitas spesifik air yang keluar yakni besar pemompaan per-satuan
penurunan permukaan air relatif besar. Akan tetapi jika pemompaan
menjadi besar, maka besarnya air yang keluar tahap demi tahap menjadi
kecil dan akhirnya kadang-kadang banyaknya pasir dan lumpur dalam air
yang dipompa meningkat yang disebabkan oleh pergerakan yang terdapat
dalam akuifer (Mori dkk., 1999). Hal ini menunjukan ketidakmampuan
sumur dan untuk menghindarinya dilakukan uji surut muka air secara
bertahap. Sebelum dilakukan uji surut muka air secara bertahap, sumur
harus didiamkan selama minimum 12 (dua belas) jam, tanpa pemompaan.
Besar air pemompaan ditingkatkan tahap demi tahap dan pada setiap
besarnya pemompaan akan ditemukan permukaan air yang seimbang.
Kemudian besarnya pemompaan dikurangi tahap demi tahap sampai
ditemukan permukaan air yang seimbang. Pemompaan dilakukan tiap
tahapannya selama 3 jam dengan besarnya debit pemompaan bertahap.
Kemudian dari hasil pengujian tersebut dapat dinyatakan dengan grafik
hubungan antara besarnya pemompaan air (Q) dengan besarnya
penurunan permukaan air (s).
c. Pemompaan Uji Menerus (Constant rate pumping test)
Setelah itu dilakukan pengujian debit secara terus menerus selama + 48
jam, pengujian ini dilakukan untuk pengamatan penurunan muka air
tanah dan apabila didapatkan penurunan muka air yang drastis serta
mempengaruhi sumur-sumur lain yang ada maka dilakukan uji
pemompaan dengan penurunan debit.
Uji pemompaan uji kuantitas air yang dapat dieksploitasi dari sumur
produksi air tanah yang telah dibuat. Sasaran utama pelaksanaan uji
pemompaan ini adalah:
Menentukan kondisi sumur, yang meliputi: besaran kapasitas, jenis

sumur, dan efisiensi pemompaan sumur.


Menentukan parameter hidrolika akuifer.
8

Pencapaian sasaran tersebut dilakukan melalui dua macam metode


pemompaan, yaitu uji pemompaan bertahap (step drawdown) dan uji
pemompaan menerus (long period test). Dari kedua metode pemompaan
tersebut diatas, dapat terekam data-data sebagai berikut :

Tinggi muka air tanah (sebelum pemompaan).


Debit pemompaan.
Penurunan muka air tanah.
Waktu sejak pemompaan dimulai.
Sifat fisik dan kimia air tanah.
Kenaikan muka air tanah selama pemompaan dihentikan.
Waktu setelah pemompaan dihentikan.

Uji pemompaan menerus dilakukan dengan satu debit, tetapi


dilaksanakan dalam waktu yang lam, yang biasanya 48 jam atau 72 jam,
dimana nsepanjang waktu tersebut dilakukan pengukuran penurunan
muka air tanah secara kontinu dengan interval waktu tertentu.
Perhitungan parameter hidrolika melalui data uji pemompaan menerus
dapat dilakukan dengan menggunakan metode semi log plot Cooper
and Jacob, 1946. Cara ini dlakukan dengan pengeplotan penurunan
muka air tanah (s) terhadap logaritma waktu (log t), kemudian membuat
suatu garis lurus regresi linear dari rangkaian data yang telah diplot.
Berdasarkan data dari grafik tersebut dapat ditentukan nilai Transimifitas
adalah satuan yang menunjukkan kecepatan aliran di bawah unit gradien
hidrolik melalui sebuah penampang pada seluruh tebal jenuh suatu
aquifer atau besarnya konduktifitas hidrolik.
Transimifitas ( T ) : T = (2,3 Q)/(4 phi. As)
Storatifitas/tanpa satuan merupakan nilai yang menyatakan volume air
yang dapat dikeluarkan/dimasukkan dari aquifer pada unit luar dan unit
perubahan dasra dari muka laut.
Storatifitas ( S ) :

S = 2,25. T. To/R^2
9

Dimana :
T = Transimifitas ( L2 / T)
Q = Debit pemompaan ( L3/ T )
s = Penurunan muka air tanah untuk suatu siklus log L
S = Storatifitas ( tak berdimensi )
to= Perpotongan garis regresi dengan sumbu x log T )T
R = Jarak sumur pemompaan ke sumur pengamatan
d. Uji Pemulihan (Recovery Test)
Kemudian yang terakhir dilakukan recovery atau tahap pemulihan. Pada
tahapan ini dapat dilihat apakah terjadi pengisian air tanah kembali atau
tidak.
E. Istilah-Istilah di Bidang Penyaliran Tambang.
Berikut beberapa istilah umum yang sering terdapat dalam bidang hidrologi
dan hidrogeologi adalah sebagi berikut:
1. Artesis Positif
Artesis Positif merupakan kejadian dimana air tanah ini berada diatas
permukaan tanah sehingga air tanah akan mengalir vertikal secara alami
menuju kesetimbangan garis potensial khayal.
2. Artesis Negatif
Kejadian dimana garis potensial khayal dibawah permukaan tanah sehingga
muka air tanah akan berada dibawah permukaan tanah.
3. Artesis Nol
Kejadian dimana garis potensial khayal sama dengan permukaaan tanah
sehingga muka air tanah akan sama dengan muka tanah.
4. Garis Pisometrik
Suatu bidang khayal yang menggambarkan tekanan pada tiap titik dalam
akuifer disebut permukaan pisometrik.
5. Hidrometeorologi
Ilmu yang mempelajari keterdapatan dan sifat fisik air atmosfer.
6. Hidrologi
Ilmu yang mempelajari keterdapatan dan sifat fisik hidrolik air permukaan.
7. Hidrogeologi
10

Ilmu yang mempelajari keterdapatan, sifat fisik hidrolik, dan perilaku air
tanah (zona jenuh).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidrologi merupakan ilmu kebumian yang berkaitan tentang air di bumi,
terjadinnya, peredarannya, sifat-sifatnnya (kimia maupun fisiknya),
hubungan

antara

makluh-makluk

hidup

maupun

reaksi

beserta

lingkungannya.
Hidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu geologi dengan ilmu
hidrolika yang kajiannya dititikberatkan pada gerakan air tanah dalam

secara hidrolik.
Keterdapatan air dibawah permukaan salah satunya disebabkan oleh air
hujan (air meteorik). Curah hujan harian adalah curah hujan
yang diukur selama 24 jam. Masa 24 jam akan berakhir

sesuai dengan tanggal yang tercantum pada waktu.


Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume total pori-pori dengan volume total batuan per
satuan volume tertentu. Faktor yang mempengaruhi
porositas adalah ukuran butir dan grain size, bentuk butir,
komposisi mineral, pemilihan, susunan butir, sementasi

material, kompaksi, dan pemampatan.


Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori
untuk meloloskan/melewatkan fluida. Permeabilitas dapat

diukur dengan menggunakan Persamaa Darcy.


B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti mengenai Hidrogeologi dan

Hidrologi.
Porositas dan permeabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam
batuan reservoir karena kedua hal ini sangat berhubungan dengan
perhitungan cadangan miyak jadi diharapkan kepada Mahasiswa
Pertambangan lebih menguasai materi ini.

11

DAFTAR PUSTAKA
Diakses Selasa, 17 Februari 2015.
1. Mahmud A. 2011. http://bardowenang.blogspot.com/2010/04/siklus-air-dibumi.html
2. Anonim. http://oertiwi.wordpress.com/2013/01/11/agroklimatologi/
3. Anonim. https://geounhas06.wordpress.com/minyak-dan-gas-bumi/porositasdan-permeabilitas/

12

Anda mungkin juga menyukai