Anda di halaman 1dari 9

Hidrosfer adalah suatu lapisan air yang menyelimuti kerak bumi disebabkan karena hal demikian

berbentuk cair, hidrosfer berasal dari kata hidro yang yang artinya air serta shaire yang yang artinya
adalah lapisan. Permukaan bumi yang ditutupi oleh air, Lapisan yang menutupi permukaan bumi ini
disebut hidrosfer. Dengan demikian bisa atau dapat dikatakan pula bahwa hidrosfer ini lapisan air
sumber kehidupan utama bagi manusia. Hidrosfer merupakan sebutan bagi air yang ada
dipermukaan Bumi baik yang berupa lautan atau samudra maupun air yang ada di daratan. Hidrosfer
ini mempunyai beberapa cabang dari ilmuwan adalah sebagai berikut :

 Potamologi, atau fluviologi adalah ilmu yang berhubungan dengan studi tentang aliran air
seperti sungai dan sungai. Itu milik bidang studi hidrologi dan secara etimologis berasal dari
bahasa Yunani "potamon" yang berarti sungai, dan "logo" yang berarti studi.
 Limnologi, Limnologi adalah ilmu tentang ekosistem perairan darat. Kajiannya adalah
mengungkap struktur dan fungsi hubungan antara organisme perairan darat kaitannya
dengan dinamika fisik, kimia dan biologi lingkungannya.
 Geohidrologi, adalah ilmu yang mempelajari air yang berada di dalam tanah (ground water/
air tanah). Air Tanah adalah air (yang berasal dari air hujan) yang tersimpan pada rongga-
rongga (porosity/ intencities) batuan atau tanah pada rongga jenuh yang bergerak.
 Kriologi, adalah cabang hidrologi yang mempelajari tentang salju dan es.

Pendekatan geografi

Pendekatan geografi diimplementasikan sebagai sebuah metode untuk melakukan kajian-kajian


ilmiah mengenai fenomena-fenomena geografi. Di lain sisi, pendekatan geografi ini
dikonseptualisasikan untuk mereduksi berbagai permasalahan-permasalahan di bidang geografi.
Mengutip dari buku Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer untuk kelas X SMA/MA (2007) karya
Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat, dijelaskan bahwa pendekatan geografi dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Pendekatan Keruangan (Spasial)

Pendekatan keruangan adalah pendekatan geografi pertama yang akan kita bahas. Berdasarkan
namanya dapat diketahui bahwa pendekatan geografi keruangan akan menekankan pada
keruangan. Pendekatan keruangan dalam geografi adalah pendekatan yang mendasarkan pada
perbedaan lokasi dari sifat-sifat pentingnya seperti perbedaan struktur, pola, dan proses.

Struktur keruangan berhubungan dengan elemen pembentuk ruang yang berupa kenampakan
titik, garis, dan area. Sedangkan pola keruangan berkaitan dengan lokasi distribusi ketiga elemen
tersebut. Distribusi elemen geografi ini akan membentuk berbagai macam pola, misalnya radial,
memanjang, dan lainnya. Dengan demikian, proses keruangan sendiri berkenaan dengan perubahan
elemen pembentuk ruang.

2. Pendekatan Kelingkungan (Ekologi)

Pendekatan ilmu geografi yang kedua yaitu pendekatan kelingkungan atau ekologi. Dalam
pendekatan ekologi, kita tidak hanya mendasarkan pada interaksi organisme dengan lingkungan,
tetapi juga dikaitkan dengan fenomena yang ada dan juga perilaku manusia. Karena pada dasarnya
lingkungan geografi mempunyai dua sisi, yaitu perilaku dan fenomena lingkungan.
3. Pendekatan Kompleks Wilayah (Regional)

Pendekatan ini merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dengan pendekatan


kelingkungan. Para ahli geografi menyebut pendekatan ini kompleks wilayah karena mengkaji
masalah yang lebih rumit daripada pendekatan-pendekatan lain sebelumnya di atas.

siklus

Siklus hidrologi atau daur air yang dikenal juga dengan istilah siklus air adalah sirkulasi air yang
menggambarkan pergerakan molekul air (H2O) dari atmosfer ke bumi dan sebaliknya, yang tidak
pernah berhenti sehingga membentuk rangkaian melingkar perjalanan molekul air di bumi yang
disebut siklus. Berikut tiga proses utama siklus air atau siklus hidrologi yang perlu kita ketahui.

a. Evaporasi/Transpirasi

Istilah evaporasi digunakan untuk menunjukkan proses penguapan air yang berasal dari laut,
sungai, danau, dan badan air lainnya. Sedangkan transpirasi merupakan pelepasan molekul air
sebagai hasil metabolisme dari tumbuh-tumbuhan. Pada prinsipnya keduanya sama karena
merupakan proses perubahan zat cair menjadi gas yang akan berkumpul di atmosfer.

b. Kondensasi

Kondensasi adalah proses perubahan air dari gas menjadi cair, atau kita kenal dengan istilah
pengembunan, yang merupakan kebalikan dari evaporasi atau penguapan. Pada siklus hidrologi,
kondensasi terjadi di atmosfer akibat perubahan suhu dan tekanan. Akibat adanya kondensasi, air
akan berkumpul membentuk awan hitam yang siap turun sebagai hujan ketika mencapai titik jenuh.

c. Presipitasi

Presipitasi merupakan produk dari kondensasi. Presipitasi dapat terjadi karena adanya
pendinginan dan penambahan uap air, sehingga air yang membentuk awan mencapai titik jenuh.
Semakin banyak uap air yang terbentuk di atmosfer, maka tetesan air yang ada di awan akan semakin
banyak dan semakin berat. Ketika awan tidak mampu menampung banyaknya air yang terbentuk,
maka air tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk hujan.

Air akan turun dalam bentuk salju ketika suhu berada di bawah titik beku (0 derajat Celcius atau
32 derajat Fahrenheit). Karena rendahnya suhu ketika musim dingin, uap air di atmosfer akan
terkondensasi menjadi es yang padat tanpa melalui tahap cair. Kristal es yang terbentuk akan
menyerap dan membekukan uap air tambahan dari udara disekitarnya menjadi kristal salju yang
kemudian jatuh ke bumi.

Siklus air atau siklus hujan dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan panjang dan lama proses
pergerakan molekul air. Yaitu

 Siklus pendek
Siklus air pendek diawali dari evaporasi air laut ke atmosfer. Pada ketinggian tertentu, uap air
akan mengalami kondensasi yang akan membentuk awan. Awan yang tak mampu menahan beban
air akan mengalami presipitasi dan terjadi hujan sehingga air jatuh kembali ke laut.

 Siklus sedang

Seperti yang terjadi pada siklus pendek, siklus sedang terjadi ketika air laut menguap. Yang
membedakan adalah uap air akan terbawa oleh angin menuju daratan. Di ketinggian tertentu, uap
air mengalami proses kondensasi menjadi awan.

Awan kemudian menjadi hujan yang jatuh di daratan, meresap ke dalam tanah, sebagian akan
diserap oleh akar tumbuhan, sebagian lagi akan terbawa aliran air permukaan seperti sungai dan
parit. Air akan melewati berbagai macam saluran-saluran air yang akan membawanya kembali
berakhir ke laut.

 Siklus panjang

Siklus panjang diawali dengan evaporasi dan kondensasi air laut. Awan yang terbentuk dibawa
oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di area daratan. Nah, awan yang terbentuk tadi bergabung
dengan uap air yang berasal dari evaporasi danau dan sungai, serta transpirasi tumbuhan. Karena
dipengaruhi ketinggian tempat, uap air mengenai lapisan udara dingin dan berubah menjadi salju
sehingga terjadilah hujan salju saat musim dingin dan juga membentuk bongkahan es di pegunungan
tinggi

Bongkahan es di pegunungan akan meluncur ke tempat lebih rendah akibat gaya gravitasi.
Bongkahan es yang meluncur karena gaya gravitasi ini disebut gletser. Gletser yang terkena suhu
tinggi kemudian mencair dan mengalir melalui perairan darat yang akan kembali ke laut.

Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU No. 7/2004) mendefinisikan air
tanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

Sementara beberapa ahli di dalam buku-buku teks memberikan definisi seperti berikut:

1. Air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan
sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau dengan pemompaan. Dapat juga
disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau
rembesan (Bouwer, 1978; Freeze dan Cherry, 1979; Kodoatie, 1996).
2. Curah hujan yang masuk ke dalam tanah dan meresap ke lapisan yang ada di bawahnya, yang
kemudian tertampung pada lapisan di bawah pemukaan tanah disebut air tanah (Wilson,
1993).
3. menurut Soemarto (1989) air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan
geologi. Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur jenuh
(saturated zone), dan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh sampai ke permukaan
tanah, yang rongga-rongganya berisi air dan udara

Air tanah mempunyai 3 (tiga) fungsi bagi manusia (Toth, 1990) yaitu:
a) Sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia.
b) Bagian dari hidrologi dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan siklus hidrologi global.
c) Sebagai anggota/agen dari geologi.

Proses Terbentuknya

Air tanah terbentuk berkaitan dengan adanya siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah suatu
siklus yang terjadi di lingkungan perairan. Siklus ini akan terus berjalan dan tidak akan berhenti,
dimana proses air dari atmosfer yang turun ke bumi dalam bentuk hujan atau salju akan kembali lagi
ke atmosfer secara berulang terus menerus. Air yang turun ke bumi sebagai air hujan sebagian besar
akan mengalir dipermukaan tanah sebagai air permukaan, seperti sungai, danau, atau rawa. Sebagian
kecil air hujan tersebut juga meresap ke dalam tanah dan masuk ke dalam zona jenuh, sehingga
menjadi air tanah.

Air tanah yang berada dekat dengan permukaan tanah akan diserap oleh tanaman melalui
evapotranspiration dan kembali menguap ke atmosfer. Selain itu, penguapan atau evaporasi secara
langsung juga dapat terjadi pada tubuh air yang terbuka. Air memiliki manfaat penting bagi seluruh
aspek kehidupan, baik untuk air minum, kegiatan rumah tangga, serta kepentingan industri.
Ketergantungan manusia akan air bersih saat ini telah mencapai 70% dan kemungkinan akan
meningkat jika musim kemarau melanda. Apabila pasokan atau cadangan air menipis, maka akan
terjadi ancaman bencana kekeringan.

Air tanah dapat berada dibawah permukaan tanah dalam bentuk kumpulan air, seperti pada
gua bawah tanah atau sungai bawah tanah. Keberadaan air bawah tanah dapat mencapai kedalaman
puluhan bahkan ratusan meter dibawah permukaan bumi. Semakin kedalam akan ditemukan lapisan-
lapisan batuan yang lolos air dan tidak lolos air. Lapisan permeable atau lapisan lolos air adalah
lapisan batuan yang terdiri dari kerikil, pasir, batu apung, dan batuan yang retak.

Sedangkan, lapisan impermeable atau lapisan tidak lolos air adalah lapisan batuan yang
kedap air dan terdiri dari napal, tanah liat, dan tanah lempung. Meski tanah lempung dapat
menyerap air, akan tetapi memiliki sifat jenuh air sehingga daya serapnya terbatas. Air hujan yang
turun ke bumi akan meresap secara infiltrate ke zona tak jenuh (zone of aeration). Setelah itu akan
masuk lebih dalam secara percolate hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.

Sumber Air Tanah

Air tanah memiliki jumlah yang jauh lebih besar dibanding air permukaan. Menurut data
UNESCO, 1978 dalam Chow et al, 1998 menyatakan bahwa 98% dari seluruh air di daratan tersimpan
dibawah permukaan tanah, pori-pori batuan, dan material butiran.

Oleh karena itu, sumber air tanah dapat dibagi menjadi 2 jenis sumber, yaitu:

a) Air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam formasi batuan
b) Air permukaan yang dapat berasal dari sungai, danau, dan reservoir yang meresap melalui
tanah dan batuan ke dalam tanah

Daerah Aliran Sungai (DAS)


DAS atau Daerah Aliran Sungai adalah istilah untuk menyebut suatu ekosistem tempat unsur
organisme, lingkungan biofisik, dan unsur kimia berinteraksi secara dinamis, sehingga di dalamnya
terjadi keseimbangan inflow dan outflow material dan energi.

Ekosistem DAS terdiri dari beberapa komponen, yang meliputi:

 manusia,  tanah,
 hewan,  iklim, dan
 vegetasi  air.

Masing-masing komponen dari ekosistem DAS mempunyai sifat khasnya sendiri, tapi tetap
berhubungan satu sama lain sehingga membangun kesatuan sistem ekologis atau ekosistem yang
saling menyeimbangkan.

Pengertian DAS menurut para ahli

Pengertian DAS secara lebih detail bisa kita pelajari lanjut berdasarkan definisi DAS menurut
para ahli. Jika merujuk pada PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1, disebutkan bahwa “DAS
termasuk suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.”

Pengertian daerah aliran sungai menurut Dharmawan, dkk (2005), merupakan suatu
“bentang lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran (topographic divide), yaitu punggung
bukit atau gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian mengalirkannya melalui
saluran-saluran pengaliran ke suatu titik (outlet) yang umumnya berada di muara sungai biasa atau
danau.”

Menurut Asdak (2010), DAS diartikan sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografik
dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung serta menyimpan air hujan sehingga
selanjutnya bisa disalurkan menuju laut melalui sungai utama.

Pengertian Daerah Aliran Sungai juga disampaikan Suripin (2002), sebagai “suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit-bukit atau gunung, maupun batas batuan,
seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke
titik kontrol (outlet).”

Adapun Kodoatie dan Sugiyanto (2002), menyebutkan bahwa pengertian daerah aliran
sungai sebagai suatu kesatuan daerah/ wilayah/ kawasan tata air yang secara alamiah terbentuk
dengan adanya air yang tertangkap dan berasal dari curah hujan, sehingga dapat mengalir dari
daerah/ wilayah/ kawasan tersebut ke arah sungai-sungai yang berhubungan.

Secara sederhana, pengertian DAS disampaikan oleh Sugiharto (2001), sebagai “suatu daerah
yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima air hujan, menampung, menyimpan, dan
mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut.”

Jadi, kita juga bisa menyimpulkan pengertian daerah aliran sungai sebagai wilayah yang
dibatasi pembatas topografi yang menampung air hujan, sedimen maupun unsur hara, lalu
mengalirkannya lewat saluran air sehingga dapat berkumpul menuju muara sungai, danau, waduk
atau laut. Ini berarti seluruh permukaan bumi merupakan DAS dan terbagi habis dalam DAS.
Terganggunnya fungsi DAS dapat mengakibatkan sistem atau siklus hidrologi juga terganggu. Selain
itu, penangkapan curah hujan, resapan hingga penyimpanan air juga dapat mengalami gangguan.
Akibat selanjutnya, bisa membuat vegetasi penutup tidak seimbang dan menyebabkan perubahan
pada aliran sungai.

Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui betapa pentingnya DAS bagi kehidupan,
sehubungan dengan pentingnya pula air bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Inilah yang
membuat pentingnya pengelolaan DAS maupun konservasi DAS. Konservasi DAS merupakan berbagai
upaya pelestarian lingkungan yang berdasarkan pada peran dan fungsi wilayah-wilayah yang ada
pada DAS, mencakup perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan ekosistem secara berkelanjutan.

Pembagian Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai dibagi menjadi tiga bagian utama yakni bagian hulu, tengah dan hilir.
Masing-masing bagian ini membutuhkan koservasi tersendiri berdasarkan fungsinya. Berikut adalah
pembagian dan pemanfaatannya.

a) Bagian hulu adalah bagian dengan fungsi konservasi yang pengelolaannya bertujuan
mempertahankan kondisi lingkungan DAS sehingga tidak terdegradasi, dilihat dari indikasi
kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan
curah hujan.
b) Bagian tengah adalah bagian dengan fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
pemanfaatan kepentingan sosial dan ekonomi, dengan melihat pada indikasi kuantitas air,
kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada
prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
c) Bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang pengelolaannya guna
memberi manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, dengan melihat pada indikasi
kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait
untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah

Karakteristik DAS ini adalah gambaran secara spesifik terkait DAS yang dilihat dari ciri
parameter yang berhubungan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah geologi, vegetasi,
penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Secara umum, karakteristik DAS dibagi menjadi dua yaitu:
karakteristik biogeofisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan.

 Karakteristik biogeofisik, meliputi karakteristik meteorologi DAS, karakteristik morfologi DAS,


karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS, dan karakteristik kemampuan DAS.
 Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan, ini meliputi karakteristik sosial
kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial ekonomi DAS dan
karakteristik kelembagaan DAS.

Pengelolaan DAS

Daerah aliran sungai sangat beragam, dengan pemanfaatannya masing-masing yang juga
beragam. Ada wilayah hutan, pertanian, jalan hingga desa. Karenanya, pengelolaan DAS juga harus
dilakukan dengan melihat dari fungsi wilayahnya masing-masing. Pengelolaan DAS penting dilakukan
agar DAS mampu berjalan sesuai fungsinya, sikluh hidrologi berjalan baik, serta lahan dan
ketersediaan air bagi masyarakat dan makhluk hidup lainnya bisa terjaga. Tujuan pengelolaan DAS
adalah untuk mengkonservasi tanah pada lahan, seperti pengelolaan di lahan pertanian, memanen
kelebihan air di musim hujan, sehingga dapat memanfaatkannya di musim kemarau, mendorong
usaha tani berkelanjutan dengan perbaikan sistem pertanian, memperbaiki keseimbangan ekologi
dari hulu ke hilir.
Pengeloaan DAS penting dikarenakan DAS juga sering mengalami permasalahan. Adapun
permasalahan utama DAS yang sering muncul, adalah berhubungan dengan jumlah atau kuantitas
dan kualitas atau mutu air. Misalnya, pada air sungai, ketika jumlahnya berlebih, akan
mengakibatkan banjir, sedangkan bila jumlahnya terlalu sedikit, akan mengakibatkan kekeringan.
Oleh karena itu, dari kuantitas maupun kualitas, DAS harus terjaga secara seimbang.

DEFINISI SUNGAI

Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari
hulu (sumber) menuju hilir (muara). Ada juga sungai yang terletak di bawah tanah, disebut sebagai
"underground river". Misalnya sungai bawah tanah di Gua Hang Soon Dong di Vietnam, sungai
bawah tanah di Yucatan (Meksiko), sungai bawah tanah di Gua Pindul (Filipina) Pada beberapa kasus,
sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air
lannya. Melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk
mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau.

Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai.
Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan Pengujung sungai di
mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sunga

Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitas, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa
negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selan air, sunga juga mengalirkan sedimen dan
polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan ar limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan
objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS)

Bagian sungai terbagi menjadi 2, yaitu hulu dan hilir.

1. Sungai Bagian Hulu

Sungai bagian hulu adalah bagian sungai yang ada di daerah pegunungan atau perbukitan.
Pada dasarnya, bagian hulu ini merupakan awalan dari aliran air sungai sehingga letaknya harus ada
di dataran tinggi. Air yang ada di hulu umumnya masih jernih karena tidak terkontaminasi dengan
aliran air sebelumnya.

Ciri Sungai Bagian Hulu

 Punya arus yang deras.


 Terjadi pengikisan atau erosi yang lebih rentan. Alasannya karena alirannya yang ada di
dataran tinggi.
 Saluran berbentuk VI
 Tidak ada pengendapan karena alirannya yang deras.
 Dapat menemukan batu yang masih besar-besar.
 Memiliki Jeram atau air terjun.

2. Sungai Bagian Hilir


Bagian berikutnya dari sungai adalah hilir. Sungai bagian hilir disebut dengan muara sungai
karena berada di ujung dari aliran sungai.

Ciri Ciri Sungai Bagian Hilir

 Memiliki arus yang tenang dan cenderung lambat.


 Di badan sungainya mudah ditemukan lumpur dan pasir halus.
 Pengikisan melebar ke dinding sungai.
 Banyak terjadi pengendapan yang berasal dari erosi di bagian hulu.
 Muara yang ada terkadang membentuk delta, sungai mati (oxbow lake).

Jenis Sungai Berdasarkan Sumber Airnya

Berdasarkan sumber airnya, jenis sungai terbagi menjadi tiga, yaitu:

a) Sungai hujan: sungai ini berasal dari air hujan dari proses siklus hidrologi. Keluarnya sungai
ini dimulai dari mata air yang terletak di bagian hulu. Contohnya adalah Sungai Bengawan
Solo, Sungai Ciliwung, dan Sungai Citarum.
b) Sungai gletser: air sungai yang berasal dari mencairnya salju atau es di puncak pegunungan.
Contohnya adalah sungai Mamberamo yang airnya dari gletser di Puncak Jaya, Papua.
c) Sungai campuran: sungai ini terbentuk dari kombinasi air hujan dan gletser. Contohnya
adalah Sungai Digul.

Jenis Sungai Berdasarkan Arah Alirannya

1) Sungai Konsekuen

Sungai konsekuen adalah sungai dengan arah aliran yang sesuai dengan kemiringan
permukaan bumi. Jadi, ciri ciri sungai konsekuen ada di dataran tinggi yang membuat alirannya jatuh
ke daerah yang lebih rendah. Ciri lain dari sungai ini yaitu bentuknya yang berkelok-kelok. Contoh
sungai konsekuen adalah Sungai Progo.

2) Sungai Insekuen

Sungai Insekuen merupakan jenis sungai yang arah alirannya tidak beraturan. Hal ini
dikarenakan sungai insekuen tidak dipengaruhi oleh bentuk lereng atau batuan. Nah, jika dilihat dari
gambar di atas, posisi sungai insekuen itu tidak ada, ya, karena sungai ini umumnya muncul dalan
DAS dendritik.

3) Sungai Subsekuen

Berikutnya adalah sungai subsekuen. Sungai subsekuen memiliki aliran lurus mengikuti
formasi daerah atau wilayah tempat terbentuknya sungai. Ciri ciri sungai subsekuen adalah
terbentuk dari sungai konsekuen yang mengalami erosi. Dari erosi ini akan membentuk sungai baru
yang tegak lurus dengan konsekuen atau yang dikenal dengan sungai subsekuen. Adapun, contoh
sungai subsekuen ada di Indonesia adalah Sungai Opak.

4) Sungai Resekuen

Jenis jenis sungai selanjutnya adalah sungai Resekuen. Ciri ciri sungai resekuen adalah arah
alirannya searah dengan aliran konsekuen utama tetapi sungai ini adalah cabang dari subsekuen.
Jadi, dapat dikatakan bahwa sungai resekuen juga punya arah aliran yang mengikuti kemiringan mirip
seperti sungai konsekuen. Bisa juga dikatakan bahwa arah alirannya tegak lurus dengan aliran
subsekuen.

Karena termasuk cabang dari subsekuen, maka ukuran dari sungai ini relatif lebih kecil dari
sungai induknya yaitu konsekuen dan subsekuen. Contoh sungai resekuen adalah Sungai Oyo yang
merupakan anak sungai dari Sungai Opak di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Lokasi tepatnya adalah di
bagian tengah selatan dari pulau Jawa. Gambar sungai resekuen bisa kamu lihat di penjelasan
sebelumnya.

5) Sungai Insekuen

Terakhir ada sungai insekuen. Sungai insekuen merupakan sungai yang arah alirannya tidak
dipengaruhi oleh kemiringan atau batuan. Jadi, ciri ciri sungai insekuen adalah memiliki aliran yang
tidak beraturan, memiliki arah aliran anak sungai yang sejajar dengan subsekuen, dan berada di
dataran rendah atau cekungan. Contoh sungai insekuen adalah sungai di daerah Bandung yang
terdiri dari Sub DAS Cihaur dan Sub DAS Cikapundung.

* Jenis Sungai Berdasarkan Debit Airnya

Kemudian, ada juga jenis jenis sungai berdasarkan debit alirannya. Pembagian jenis ini terbagi
menjadi 4, yaitu:

1. Sungai Permanen

Sungai permanen memiliki debit air yang relatif terjadi sepanjang tahun. Contoh dari
sungainya cukup banyak, yaitu Sungai Kapuas, Sungai Kahayan, Sungai Barito, Sungai Mahakam,
Sungai Indragiri, dsb.

2. Sungai Periodik

Sesuai dengan namanya, sungai periodik punya aliran debit yang hanya terjadi di periode
tertentu. Debit air sungai akan besar pada musim hujan. Sedangkan untuk musim kemarau, debitnya
akan kecil. Contohnya adalah Sungai Bengawan Solo, Sungai Code, Sungai Brantas, Sungai Opak, dsb.

3. Sungai Episodik

Mirip dengan sungai periodik, sungai episodik juga hanya ada di musim hujan. Bedanya, jika
periodik memiliki debit yang kecil di musim kemarau, maka episodik tidak punya sama sekali air di
musim kemarau. Hal ini terjadi karena kekeringan sehingga tidak ada sungai sama sekali. Contohnya
yang terjadi di Sungai Kalada di Pulau Sumba.

4. Sungai Ephemeral

Jenis sungai terakhir berdasarkan debit airnya adalah sungai ephemeral. Jenis sungai ini
hanya ada di musim hujan. Contohnya yang biasa dijumpai di Nusa Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai