PERTUMBUHAN MIKROBA
Pertumbuhan secara umum dapat didefisinikan sebagai pertambahan secara teratur semua
komponen didalam sel hidup. Dengan demikian pertambahan ukuran yang diakibatkanoleh
bertambahnya air atau karena penumpukan lemak, bukan merupakan pertumbuhan. Pertumbuhan
makhluk hidup dapat juga ditinjau dari 2 sudut, yakni pertumbuhan individu (sel) dan
pertumbuhan kelompok sebagai satu populasi.
Pertumbuhan sel diartikan sebagai adanya penambahan volume sel serta bagian-bagian
lainnya, dapat juga diartikan sebagai penambahan kuantitas isi dan kandungan di dalam sel.
Sedangkan pertumbuhan populasi merupakan akibat pertumbuhan individu. Misalnya, dari satu
sel menjadi dua, dari dua sel menjadi empat, dari sempat sel menjadi delapan sel.
Pada mikroorganisme, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi
pertumbuhan populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan populasi. Sehingga batas antara
pertumbuhan sel dan pertumbuhan populasi, serta sebagai satu kesatuan populasi yang kemudian
terjadi. Pertumbuhan dalam keadaaan kesetimbangan bila terjadi secara teraturpada kondisi
konstan, sehingga jumlah pertambahan komponen kimia juga konstan.
Peranan mikroorganisme dibagi menjadi 2, yaitu peranan positif dan peranan negatif. Dalam
peranan positif antara lain : Menguntungkanmanusia, hewan, tumbuhan, pengolahan pangan,
pengendalian penyakit dan membantu kesuburan tanah. Sedaangkan peranan negatif antara lain :
Mencemari bahan pangan dan menyebabkanpenyakit
Pertumbuhan pada bakteri didefinisikan sebagai pertumbuhan berat sel. Karena berat sel
relatif sama pada setiap siklus sel, maka pertumbuhan dapat di definisikan sebagai pertambahan
jumlah sel. Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan faktor terpenting dalam mengetahui
beberapa aspek fisiologi suatu bakteri (Purwoko, 2007).
Pertumbuhan bakteri dapat diukur dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Pengukuran pertumbuhan bakteri secara langsung dapat dilakukan dengan metode
total count, turbidikmetrik, berat kering, electronic counter, plating techique, fltrasi membran.
Sedangkan pengukuran pertumbuhan bakteri secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
metode viable count, aktivitas metabolik dan berat sel kering.
Adapun yang melatarbelakangi praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengukur
pertumbuhan sel dengan pengukuran kombinasi metode langsung dan tidak langsung. Yang
digunakan dalam praktikum ini adalah metode total count dimana praktikan menghitung jumlah
sel melalui mikroskop. Sampel yang diambil adalah saccharomyces cerevisiae yang sudah
tersedia di dalam ragi kemasan.
Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan faktor terpenting dalam mengetahui
beberapa aspek fisiologi. Hal itu karena karakteristik pertumbuhan mencerminkan kejadian
fisiologis suatu bakteri (Purwoko, 2007).
Istilah pertumbuhan yang di gunakan pada bakteri adalah perubahan dalam pertambahan
total masa sel dan bukan pertumbuhan dalam suatu individu organisme saja. Karena massa sel
relatif sama pada siklus sel, maka pertumbuhan dapat juga didefinisikan sebagai pertambahan
jumlah sel. Kondisi pertumbuhan seimbang pada suatu pertumbuhan pertambahan semua
komponen selular secara teratur. Akibatnya pertumbuhan dapat ditentukan tidak hanya dengan
cara mengukur jumlah sel tetapi juga dengan mengukur jumlah berbagai komponen selular
( RNA, DNA dan Protein) dan juga produk-produk metabolisme tertentu (Pelczar, 2005).
Karakteristik pertumbuhan mikroba adalah pertumbuhan mikroba merupakan pertambahan
jumlah sel mikroba, pertumbuhan mikroba berlangsung selama nutrisi masih cukup tersedia,p
ertumbuhan mikroba dapat diukur, dengan melihat kenaikan biomassa atau jumlah sel, selama
pertumbuhan, mikroba menghasilkan metabolit primer/sekunder berupa produk
Jumlah sel
c
b d
a
Waktu (t)
2. Microbial Growth Kinetics
Microbial Growth Kineticsdescribe how the microbegrows in the fermenter.
Thisinformation is important todetermine optimal batch times.The growth of microbes in
afermenter can be broken downinto four stages:–Lag Phase–Exponential Phase–Stationary
Phase–Death Phase
Fase dalam pertumbuhan bakteri telah dikenal luas oleh ahli mikrobiologi. Terdapat 4 fase
pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkan pada kultur curah (batch culture), yaitu fase adaptasi
(lag phase), fase perbanyakkan (exponential phase), fase statis (stationer phase), dan fase
kematian (death phase) (Purwoko, 2007).
a. Fase Adapatasi (Lag phase)
Pada fase ini tidak ada pertambahan populasi. Sel mengalami perubahan dalam komposisi
kimiawi dan bertambah ukurannya, substansi interaseluler bertambah (Perlazar, 2005).
Ketika sel dalam fase statis dipindahkan ke media baru, sel akan melakukan proses adaptasi.
Proses adaptasi meliputi sintesis enzim baru yang sesuai dengan medianya dan pemulihan
terhadap metabolit yang bersifat toksik (misalnya asam,alkohol, dan basa) pada waktu media
lama(Purwoko, 2007).
Pada fase adaptasi tidak di jumpai pertambahan jumlah sel. Akan tetapi terjadi pertambahn
volume sel karena pada fase statis biasanya sel melakukan pengecilan ukuran sel. Akan tetapi,
fase adaptasi dapat dihindari (langsung ke fase perbanyakan), jika sel di media lama dalam
kondisi fase perbanyakan dan dipindahkan ke media baru yang sama komposisinya dengan
media lama (Purwoko, 2007).
b. Fase Perbanyakan (Logaritma atau eksponensial)
Pada fase ini pembiakan bakteri berlangsung paling cepat. Jika kita ingin mengadakan piaraan
yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokolum
(Dwidjuseputro, 1998).
Sel akan membelah dengan laju yang konstan massa menjadi dua kali lipat dengan laju yang
sama, aktivitas metabolit konstan dan keadaan pertumbuhan yang seimbang (Pelczar, 2005).
Setelah memperoleh kondisi ideal dalam pertumbuhannya, sel melakukan pembelahan.
Karena pembelahan sel merupakan persamaan ekponensial, maka fase itu disebut juga fase
eksponensial. Pada fase perbanyakan jumlah sel meningkat pada batas tertentu (tidak terdapat
pertumbuhan bersih jumlah sel), sehingga memasuki fase statis. Pada fase perbanyakan sel
melakukan konsumsi nutrien dan proses fisiologis lainnya. Pada fase itu produk senyawa yang
di inginkan oleh manusia terbentuk, karena senyawa terbentuk merupakan senyawa yang di
inginkan pada fase perbanyakan adalah etanol, asam laktat dan asam organik lainnya (Purwoko,
2007).
c. Fase Statis/Konstan
Pada fase ini terjadi penumpukan produk beracun dan atau kehabisan nutrien. Beberapa sel
mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah. Jumlah sel hidup menjadi tetap (Pelczar,
2005).
Fase ini menunjukan jumlah bakteri yang berbiak sama dengan jumlah bakteri yang mati,
sehingga kurva menunjukan garis yang hampir horizontal (Dwidjoseputro, 1998).
Alasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis bermacam-macam. Beberapa
alasan yang dapat dikemukan akan adalah :
a) Nutrien habis
b) Akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol,asam, dan basa)
c) Penurunan kadar oksigen
d) Penurunan nilai aw (ketersediaan air)
Bentuk kasus kedua dijumpai pada fase fermentasi alkohol dan asam laktat, untuk kasus
ketiga dijumpai pada bakteri aerob dan untuk kasus keempat dijumpai pada fungi/jamur
(Purwoko, 2007).
Pada fase statis biasanya sel melakukan adaptasi terhadap kondisi yang kurang
menguntungkan. Adaptasi ini dapat menghasilkan senyawa yang di inginkan manusia misalnya
antibiotika dan antioksidan (Purwoko, 2007).
d. Fase Kematian
Pada fase ini sel menjadi mati lebih cepat dari pada terbentuknya sel-sel baru, laju kematian
mengalami percepatan menjadi eksponensial bergantung pada spesiesnya, semua sel mati dalam
waktu beberapa hari atau beberapa bulan (Pelczar, 2005).
Penyebab utama kematian adalah autolisis sel dan penurunan energi seluler. Beberapa bakteri
hanya mampu bertahan beberapa jam selama fase statis dan akhirnya masuk ke dalam fase
kematian, sementara itu beberapa bakteri hanya mampu bertahan sampai harian dan mingguan
pada fase statis dan akhirnya masuk ke fase kematian. Beberapa bakteri bahkan mampu bertahan
sampai puluhan tahun sebelum mati, yaitu dengan mengubah sel menjadi spora (Purwoko, 2007).
3. Laju pertumbuhan mikroba dan waktu generasi
Jika sejumlah sel mikroba (Xo) dibiakkan dalam waktu (t) pada suatu medium, maka sel
akan membelah dan jumlahnya akan bertambah menjadi Xt. Pertambahan jumlah sel
berhubungan dengan laju pertumbuhan serta waktu generasi sel tersebut membelah. Kurva
pertumbuhan tersebut dapat dilu-kiskan dengan persamaan matematika sebagai berikut:
(GRAFIK)
4. Laju pertumbuhan spesifik
Xt = 2ktx Xo atau Xt/Xo = 2kt
Log2 Xt/Xo = log2 2kt
Log2 Xt/Xo = kt
1/0,301 log10 Xt/Xo = kt
1/0,301 (logXt –log Xo) = kt
k = logXt –log Xo atau k = lnXt –lnXo
0,301 t t -to
Waktu generasi tg = 1/k atau tg= 0,69/k
Koefisien konversi atau rendemen produktivitas
Yx/s = Xt -Xo
So –S
Yp/s = P –Po
So –S
Waktu generasi dan laju pertumbuhan spesifik berbagai organisme
Organisme Tg (jam) k (jam-1)
1. Produktivitas lebih tinggi, disebabkan lebih sedikit waktu persiapan bioreaktor persatuan produk
yang dihasilkan, laju pertumbuhan & konsentrasi sel dapat dikontrol, pemasokan oksigen dan
pembuangan panas dapat diatur. Dengan demikian hanya butuh pabrik lebih kecil (pengurangan
biaya modal untuk fasilitas baru).
3. Cocok untuk proses yang kontaminasnya rendah dan produk yang berasosiasi dengan
pertumbuhan.
2. Peralatan untuk operasi dan pengendalian proses harus biasa tetap bekerja baik untuk waktu
yang lama.
3. Memerlukan mikroba dengan kestabilan genetik tinggi, karena akan digunkan pada waktu yang
lama (Irianto, 2007).
Pemberian nutrient secara kontinyu dan untuk mempertahankan keadaan steady state
dalam teknik kultivasi ini dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu: khemostat
dan turbidostat.
a. Khemostat
Teknik kultur kontinyu dengan cara kemostat dilakukan dengan menambahnkan nutrien
melalui sebuah tangki sedemikian rupa sehingga komposisi nutrient di dalam fermentor tempat
kultivasi mikrobia selalu dalam keadaan tetap. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur kecepatan
aliran medium baru ke dalam fermentor disesuaikan dengan aliran medium keluar fermentor
untuk di panen. Laju pertumbuhan sel diatue dengan cara mengatur konsentrasi salah satu
substrat terbatas dalam medium.
Di dalam sistem ini sel dapat dipertahankan terus menerus pada fase pertumbuhan
eksponensial atau fase pertumbuhan logaritma. Continuous culture mempunyai ciri ukuran
populasi dan kecepatan pertumbuhan dapat diatur pada nilai konstan menggunakan khemostat.
Untuk mengatur proses di dalam khemostat, diaturkecepatan aliran medium dan kadar substrat
(nutrien pembatas). Sebagai nutrienpembatas dapat menggunakan sumber C (karbon), sumber N
atau faktor tumbuh.Pada sistem ini , ada aliran keluar untuk mempertahankan volume biakan
dalamkhemostat sehingga tetap konstan (misal V ml). Jika aliran masuk ke dalam tabungbiakan
adalah W ml/jam, maka kecepatan pengenceran kultur adalah D = W/V per jam.D disebut
sebagai kecepatan pengenceran (dilution rate). Populasi sel dalam tabungbiakan dipengaruhi oleh
peningkatan populasi sebagai hasil pertumbuhan danpengenceran kadar sel sebagai akibat
penambahan medium baru dan pelimpahanaliran keluar tabung biakan. Kecepatan
pertumbuhannya dirumuskan sebagai berikut:
dX/dt = μ X – DX = (μ – D) X.
Pada keadaan mantap (steady state), maka μ = D, sehingga dX/dt = 0.
Dengan sistem ini sel seolah-olah dibuat dalam keadaan setengah kelaparan, dengan
nutrien pembatas. Kadar nutrien yang rendah menyebabkan kecepatan pertumbuhan berbanding
lurus dengan kadar nutrien atau substrat tersebut, sehingga kecepatan pertumbuhan adalah
sebagai fungsi konsentrasi nutrien, dengan persamaan:
μ = μmax S / (Ks + S)
μmax: kecepatan pertumbuhan pada keadaan nutrien berlebihan
S : konstante nutrien
Ks : konstante pada konsentrasi nutrien saat μ = ½ μmax (Budiyanto, 2005)
GAMBAR
Keterangan:
b. Turbidostat
Teknik kultivasi denga system turbidostat dilakukan dengan menambahkan nutrient secara
kontinyu sehingga kerapatan sel selalu dalam keadaan tetap. Dalam teknik turbidostat, aliran
medium diatur berdasarkan atas kerapatan optic kultur mikrobia. Pertumbuhan konsentrasi sel
dipertahankan konstan dengan cara memonitor kekeruhan kultur.
Sistem ini didasarkan pada kerapatan bakteri tertentu atau kekeruhan tertentu yang
dipertahankan konstan. Ada perbedaan mendasar antara biak statik klasik dengan biak
sinambung dalam kemostat biak static arus dilihat sebagai sistem tertutup (boleh disamakan
dengan organisme sial, tahap stationer dan tahap kematian. Kalau pada biak sinambung
merupakan sistem terbuka yang mengupayakan keseimbangan aliran untuk organisme selalu
terdapat kondisi lingkungan yang sama.
Dalam pertumbuhan sinkron akan terjadi sinkronisasi pembelahan sel. Hal ini
dimaksudkan agar proses metabolisme siklus pembelahan bakteri dapat dipelajari disperlukan
suspensi sel yang mengalami pembelahan sel dalam waktu sama yaitu sinkron. Sinkronisasi
populasi sel dapat dicapai dengan berbagai tindakan buatan antara lain dengan merubah suhu
rangsangan cahaya, pembatasan nutrien atau menyaring untuk memperoleh sel-sel yang sama
ukurannya. Sinkronisasi pertumbuhan ini juga dimaksudkan untuk menyediakan stater dengan
usia yang sama (Budiyanto, 2005).
GAMBAR
Keterangan :
Digunakan untuk penelitian fisiologi dan biokimia mikroba, dikarenakan kondisinya mantap,
laju pertumbuhan dapat diatur oleh laju air dan laju pertumbuhan dibatasi oleh konsentrasi
substrat pembatas, dapat digunakan untuk penelitian pengaruh substrat pembatas terhadap
kinerja mikroba.
Untuk isolasi dan seleksi mikroba penghasil enzim menggunakan media diperkaya.
Untuk produksi biomassa, contoh ICI (Imperial Chemical Industries, kapasitas bioreaktor 3000
m3, substrat metanol).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. www.studentsguide.in/microbiology/hemostat-and-
turbidostat.html. Diakses tanggal 4 Desember 2014 , pukul 10.00 WIB.
Anonim. (2009). Kurva Pertumbuhan Mikroba. ( http://www.try4know.co.cc).
Diakses pada tanggal 04 September 2013.
Budiyanto, 2001. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Budiyanto MAK, 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Budiyanto MAK, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Budiyanto, MAK. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press.
Darneti. 2006. Pengantar Mikrobiologi. Andalas University Press : Padang.
Dwidjoseputro.1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.
Hadioetomo, Sri Ratna. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT.Gramedia :
Jakarta.
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Mangunwidjaja, Djumali. 2006. Rekayasa Bioproses. Bandung: IPB Press.
Pelczar, Michael. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press : Jakarta.
Pratiwi, Slyvia T. 2006. Mikrobiologi Farmasi. Erlagga : Jakarta.
Purwoko,Tjahjadi. 2007. Fisologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.
Zulfadly. 2011. Saccharomyces.http://zhulmaycry.blogspot.com/. Diakses 12 Mei
2011 pukul 11.45 WITA di Samarinda
Rachdie. (2006). Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba.
Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Stanier Roger, Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1.
Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang
Prees. Malang.