Anda di halaman 1dari 19

Makalah Praktikum

FISIOLOGI TUMBUHAN
“Pengukuran Transpirasi”

Oleh:

NAMA : Astika Renanda


NIM : D1B118088
KELAS : AGT-B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini yang berjudul “Pengukuran
Transpirasi” dapat selesai tepat pada waktunya.
Harapan penulis makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang membaca cepat. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dengan keterbatasan yang
penulis miliki maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Baubau, 19 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
Bab I. Pendahuluan...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................2
Bab II. Pembahasan..........................................................................................3
2.1. Pengertian Transpirasi.....................................................................3
2.2. Pengukuran Transpirasi...................................................................4
2.3. Mekanisme Transpirasi....................................................................7
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Transpirasi......................9
Bab III. Penutup................................................................................................14
3.1. Kesimpulan......................................................................................14
3.2. Saran................................................................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................................15

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan komponen penting bagi tumbuhan untuk kelangsungan


hidupnya. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu terjadi
fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh
tumbuhan, kecepatan proses pemakaian air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses
hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat
berupa cairan dan uap atau gas. Proses tersebut  dinamakan dengan  transpirasi.
Transpirasi adalah proses penguapan air dari jaringan tumbuhan ke
atmosfer.Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berkaitan
dengan udara luar yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang,
ranting, bunga, buah dan akar. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh
faktor-faktor yang mampu mempengaruhi dengan merubah wujud air sebagai
cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu
menyebabkan pergerakan uap atau gas. Faktor-faktor tersebut meliputi suhu,
cahaya, kelembaban udara dan angin. Selain itu, luas permukaan jaringan
epidermis atau luka tempat proses transpirasi berlangsung juga ikut berperan.
Peristiwa transpirasi biasanya berhubungan dengan kehilangan air dalam
melalui stomata,  kutikula  dan lentisel. Banyak air yang harus hilang melalui
transpirasi untuk membesarkan tumbuhan karena rangka molekul semua bahan
organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari
atmosfer. Karbon masuk ke dalam tubuh sebagai karbondioksida melaui pori
stomata, yanag paling banyak terdapat di permukaan daun dan air keluar secara
difusi melalui pori yang sama saat stomata terbuka.
Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh
xylem dan secepatnya akan mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi
pada hakikatnya sama seperti penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak
digunakan pada makhluk hidup. Hampir seluruh  bagian tanaman melakukan
transpirasi, karena dengan adanya transpirasi, maka terjadi  kehilangan molekul-

1
molekul pada tumbuhan. Berdasarkan uraian diatas, maka mahasiswa perlu
mengetahui cara pengukuran transpirasi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cara mengukur kecepatan transpirasi?
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju transpirasi?
c. Bagaimana mekanisme transpirasi?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dalam makalh ini adalah dapat mengetahui cara
mengukur kecepatan transpirasi, dapat mengetahui mekanisme transpirasi dan
dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju transpirasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Transpirasi

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari
jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi
kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata.
Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan
meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan
transpirasi. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara
langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari
permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel dari
ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari
dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada
gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya dan akhirnya
tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem pembuluh yang meluas ke tempat
persediaan air dalam tanah.
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat
dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi
dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap
air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala
stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui
stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan
demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.
Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua
buah sistem percabangan, satu di bawah dan satu lagi di atas permukaan tanah.
Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar
terdapat di atas tanah. Sistem yang ada dalam tanah terdiri atas akar yang
bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar. Akar-akar terkecil
terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Karena sumbu yang

3
menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan
wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi
tekanan air yang membentang dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh
karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sumbu lampu, yang
menyerap air dari tanah melalui akar, mengalirkannya melalui batang dan
kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun. Aliran air ini dikenal dengan
istilah alur transpirasi, merupakan konsekuensi struktur tumbuhan dalam
hubungannya dengan lingkungan.
Air sangat diperlukan oleh sebagian besar tumbuhan darat untuk
pertumbuhan dan metabolismenya, sebagian besar air yang di serap oleh akar
tidak di simpan dalam tumbuhan atau digunakan dalam berbagai proses
metabolisme, tetapi hilang ke udara melalui evaporasi. Proses evaporasi dari
tumbuhan diberi nama khusus, yaitu transpirasi , tetapi janganlah diartikan bahwa
transpirasi secara mendasar berbeda dengan evaporasi dari permukaan benda-
benda tidak hidup. Meskipun transpirasi terjadi pada setiap bagian tumbuhan
(biarpun hanya sedikit), pada umumnya kehilangan terbesar berlangsung melalui
daun-daun. Kita kenal transpirasi melalui kutikula, stoma dan melalui lentisel.
Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi
biasanya yang kita bicarakan hanyalah transpirasi lewat daun, karena hilangnya
molekul-molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal
ini disebabkan karena luasnya permukaan daun dan juga karena daun-daun itu
lebih kena udara dari pada bagian-bagian lain dari suatu tanaman. Mengenai
penguapan yang terjadi di daun kita kenal penguapan melalui kutikula dan
penguapan melalui stoma.

2.2.  Cara Pengukuran Transpirasi

Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan


utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan
penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju
transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi yaitu:

4
1. Kertas korbal klorida

Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara
yang diganti dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal
klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan
kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas
biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat.
Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah
warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari
bagian daun yang ditutup kertas.

2. Potometer

Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan
asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang
diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.

3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi


Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam
sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat
dipisahkan.

4. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan
yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari
pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat
ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung
Cara lain pengukuran Transpirasi dengan dua metode yaitu:
1. Metode Lisimeter atau metode Grafimeter
Dua abad yang lalu, Stephen Hales mempersiapkan tanaman dalam pot
dan tanamannya yang ditutup rapat agar air tidak hilang, kecuali dari tajuknya
yang bertranspirasi kemudian, tanaman dalam pot itu ditimbang pada selang
waktu tertentu, dan arena jumlah air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman
( misalnya, yang diubah menjadi karbohidrat ) kurang dari 1 % dari jumlah air

5
yang di transpirasikan, maka sebenarnya semua perubahan bobot dapat dianggap
berasal dari transpirasi. Ini dinamakan metode lisimeter.
Hanks dan peneliti lannya sudah banyak sekali mengembangkan metode
sederhana ini. Lisimeter miliknya di kebun Greenville merupakan beberapa bejana
yang besar ( beberapa meter kubik besarnya ) diisi penuh dengan tanah dan
dikuburkan, sehingga permukan atasnya sama tinggi dengan permukaan lapangan.
Bejana terebut diletakkan di dekat bantalan karet besar yang diletakkan
didasarnya dan diisi air dan zat anti beku yang dihubungkan dengan pipa yang
tegak keatas permukaan tanah. Tinggi cairan dalam pipa menunjukkan ukuran
bobot lisimeter, maka permukaannya berubah-ubah sejalan dengan perubahan
kandungan air dalam tanah dilisimeter dan dalam tanaman yang sedang tumbuh,
walaupun bobotnya kecil saja di bandingkan dengan bobot tanah. Jumlah air tanah
di tentukan oleh air irigasi dan jumlah hujan dikurangi evapotranspirasi, yaitu
gabungan antara penguapan dari tanah dan transpirasi dari tumbuhan. Penguapan
dari tanah dapat diduga dengan berbagai macam cara. Lisimeter merupakan
metode lapangan paling handal untuk mempelajari evapotransipirasi, tapi memang
mahal dan tidak mudah di pindah-pindahkan. Meskipun tidak diseluruh dunia,
lisimeter banyak digunakan. Teknik yang lebih umum, menggunakan persamaan
perimbangan air untuk menghitung evapotranspirasi dari selisih anars masukkan
dan pengeluaran
Et = irigasi + hujan + pengurasan – drainase – aliran permukaan.
Dengan Et = evapo transpirasi, dan pengurasan adalah kehilangan dari cadangan
tanah. Pengukuran cadangan air tangah pada awal dan akhir suatu periode
menghasilkan nilai pengurasaan.
2. Metode Pertukaran Gas atau Metode Kurvet
Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di
atmosfer yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan
sebuah kuvet bening misalnya, dan kelembabapan suhu, dan volume gas yang
masuk dan keluar kuvet di ukur.

6
2.3.  Mekanisme Transpirasi

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan.


Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal
yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan
untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak
langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi
pergerakannya.
Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri
atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara
sel epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air
oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini
rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga
dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga
antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap
air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami
kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi
oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan
menerima air dari batang dan batang menerima dari akar.
Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam
rongga antar sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka.
Kalaupun ada uap air yang keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya
hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata
pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada
penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer.
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan
menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan
untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan
waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata
menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba

7
(Salisbury dan Ross, 1995). Loveless (1991) dalam literaturnya menyebutkan
terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu berada
dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak dapat
terlaksana.
Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap
air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi.
Skema mekanisme membukanya stomata. Cahaya fotosintesis dalam sel-sel
mesophyl berkurangnya CO2 dalam ruang antar sel menaikan pH dalam sel
penutup perubahan enzimatik menjadi gula menaikkan kadar gula menaikkan
tekanan osmotic dari getah sel menaikkan turgor stomata membuka (Pandey dan
Sinha, 1983).
Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya,
suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini
mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh
perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium
(K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun
dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju
transpirasi tersebut dapat digunakan potometer. Sebagian besar transpirasi
berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang
lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk
mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti
bahwa tanaman tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu
mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan
hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga
kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat
tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini,
ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi
semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang
berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang
diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke

8
daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun
melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut.
Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses
transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan
proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam
tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas
sebuah tanaman Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air
melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus
menerus berada di bawah sinar matahari.
Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas
matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan
akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi,
tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan
fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi

Faktor yang mempengaruhi tranpirasi dibagi menjadi 2 yaitu faktor dalam


dan faktor luar.

a. Faktor Dalam
1. Penutupan Stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara
relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata
tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi
peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan
penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan
penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.

2. Jumlah dan Ukuran Stomata


Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan
mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata.

9
3. Jumlah Daun
Semakin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi. Banyak
tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan
transpirasi apabila persediaan air terbatas.

4.  Penggulungan atau Pelipatan Daun

Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang


menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.

5. Kedalaman dan Proliferasi Akar

Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya


sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih
dalam meningkatkan ketersediaan air dari proliferasi akar (akar per satuan volume
tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum
terjadi pelayuan permanen.

b. Faktor Luar

1. Sinar Matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan
membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar
berarti juga mempergiat transpirasi karena sinar itu juga mengandung panas
(terutama sinar infra-merah) maka banyak sinar berarti juga menambah panas,
dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu
batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian
memperbesar transpirasi.

2. Temperatur

Temperatur mrupakan faktor lingkungan yang terpenting yang


mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di
dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar
matahari mempunyai suhu 10-20 ̊F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh
tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu

10
didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air
di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun.
Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar
daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang
terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung
didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah
berdifusi dari dalam daun ke udara bebas.

3. Keabsahan Udara (Kelembaban udara)

Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam
keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari
pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu
lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air
berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di
luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi,
sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu
mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen.
Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata
dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air
tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan
uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang.
Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun
dengan meningkatnya kelembaban udara.

4. Angin

Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.


Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma.
Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat
kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang
cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat
disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di

11
dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah
sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian
terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada
pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. Dalam udara yang sangat tenang
suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih
aktif bertranspirasi.
Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi
konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh
semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan
udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar
permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan
yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke
udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang
stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang
berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang
bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap
transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih
kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju
transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk
mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin
secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi 

5. Keadaan air dalam tanah


Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-
akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-
bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi
pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan
penyerapan air melalui akar. Tersedianya air dalam tanah adalah faktor
lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah
sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju
transpirasi akan segera tampak  Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh
kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air

12
ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah.
Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi
kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika
kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.

Gambar 1. Faktor-Faktor Proses Transpirasi

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa


transpirasi ialah proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan
melalui stomata. Transpirasi dapat diukur dengan beberapa cara antara lain kertas
korbal klorida, patometer dan pengumpulan air yang di transpirasikan.
Pengukuran transpirasi juga bisa dilakuan dengan menggunakan metode lisimeter
dan metode pertukaran gas. Transpirasi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal yang dimana faktor tersebut dapat
mempengaruhi laju kecepatan transpirasi.

3.2. Saran
Saran saya yaitu mahasiswa bisa mempraktekkan langsung cara mengukur
laju transpirasi agar dapat memahami teori dari pengukuran transpirasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kuanta. 2016. Makalah Transpirasi. www.kuantanet blogspot.com. Diakses pada


tanggal 12 April 2020.

Lakitan B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo  Persada.


Jakarta.

Salisbury, F. B dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB.Bandung.

15

Anda mungkin juga menyukai