Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PRAKTIKUM III

MAKALAH PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN


“Persilangan Tanaman Padi”

Oleh:

Nama : Wa Ode Milawati


NIM : D1B1 18 009
Kelas : AGT-B

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Tugas Praktikum 3
Persilangan Tanaman Padi” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang morfologi bunga bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Lakudo, 5 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………
A. Latar Belakang………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………………………
BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………………
2.1. Proses penyerbukan sendiri pada tanaman padi
2.2. Fase pertumbuhan tanaman padi………………………………………………….
2.3. Reproduksi tanaman padi…………………………………………………………
BAB III.PENUTUP……………………………………………………………………
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………
3.2. Saran…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi adalah salah satu tanaman pangan yang memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Padi merupakan sumber karbohidrat yang tinggi selain jagung dan gandum.
Indonesia merupakan salah satu pengkonsumsi beras yang merupakan produk dari tanaman padi
ini. Padi merupakan tanaman yang identik dengan hidup secara tergenang oleh air.
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang berakar serabut, berbatang pendek,
struktur yang serupa dengan batang terdiri dari pelepah daun yang saling menopang. Daun pada
tanaman padi merupakan daun yang sempurna dengan pelepah yang tegak, daun ini berbentuk
lanset dan berwarna hhijau muda hingga hijau tua, urat daunnya sejajar dan tertutup oleh rambut
daun yang pendek serta jarang. Tanaman padi memiliki buah dengan tipe bulir yang tidak dapat
dibedakan mana buah dan mana yang bijinya. Bentuk dari buahnya yaitu bulat lonjong dengan
ukuran 3 mm sampai 15 mm yang ditutupi oleh palea dan lemma atau yang kita kenal dengan
sekam.
Persilangan padi secara buatan pada umumnya menghasilkan tanaman yang relatif
pendek, berumur genjah, anakan produktif banyak, dan hasil tinggi. Sementara itu persilangan
secara alami menghasilkan tanaman yang relative tinggi, berumur panjang, anakan produktif
sedikit, dan produktivitas rendah. Untuk menghasilkan varietas padi baru melalui persilangan
diperlukan waktu 5-10 tahun.
Terdapat beberapa metode persilangan buatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan
varietas unggul padi, yaitu silang tunggal atau single cross(SC), silang puncak atau top
cross(TC), silang ganda atau double cross(DC), silang balik atau back cross(BC), dan akhir-akhir
ini dikembangkan pula metode persilangan multi cross(MC). Silang tunggal hanya melibatkan
dua tetua saja. Silang puncak merupakan persilangan antara F1 dari silang tunggal dengan tetua
lain. Silang ganda merupakan persilangan antara F1 dengan F1 hasil dari dua persilangan
tunggal. Silang balik adalah persilangan F1 dengan salah satu tetuanya. Silang banyak
merupakan persilangan yang melibatkan lebih dari empat tetua. Tanda persilangan antara tetua
menggunakan garis miring (/). Dua garis miring menunjukan persilangan antara suatu hibrida
dengan suatu varietas, contoh: A/B = SC, A/B//C = TC, A/B//C/D = DC (Harahap, 2012).
Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak diperlukan.
Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan sehari sebelum penyerbukan
agar putik menjadi masak sempurna saat penyerbukan sehingga keberhasilan penyilangan lebih
tinggi. Setiap bunga (spikelet) terdapat enam benang sari. Dua kepala putik yang menyerupai
rambut tidak boleh rusak, oleh karena itu perlu hati-hati dalam melakukan kastrasi.
Proses penyerbukan, semua lampu di ruang persilangan dinyalakan sejak pagi hari agar
suhu ruangan meningkat untuk mempercepat pemasakan tepung sari. Suhu ruangan sekitar 32 o
C dengan kelembapan udara 80%. Bunga jantan diambil dari lapangan sekitar pukul 09.00 pagi
kemudian disimpan dalam bak plastic yang disiapkan di ruang persilangan (Soedyanto et al.
2011).
Persilangan pada tanaman padi merupakan proses penggabungan sifat melalui pertemuan tepung
sari dengan kepala putik dan kemudian embrio berkembang menjadi benih. Secara teknis
persilangan padi secara buatan dimulai dengan pemilihan tetua pada pertanaman petak
hibridisasi, dilanjutkan dengan kastrasi, hibridisasi, isolasi, dan pemeliharaan.Untuk itu dalam
makalah ini akan dibahas tentang menyerbuk sendiri pada tanaman padi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses penyerbukan sendiri pada tanaman padi ?
2. Bagaimana fase pertumbuhan tanaman padi?
3. Bagaimana reproduksi tanaman padi?
4. Bagaimana mekanisme persilangan tanaman padi?

1.3 Tujuan Praktikum


1. Agar mengetahui mekanisme persilangan tanaman padi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Proses Penyerbukan Pada Tanaman Padi

Padi adalah salah satu tanaman pangan yang memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Padi merupakan sumber karbohidrat yang tinggi selain jagung dan gandum.
Indonesia merupakan salah satu pengkonsumsi beras yang merupakan produk dari tanaman padi
ini. Padi merupakan tanaman yang identik dengan hidup secara tergenang oleh air.
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang berakar serabut, berbatang pendek,
struktur yang serupa dengan batang terdiri dari pelepah daun yang saling menopang. Daun pada
tanaman padi merupakan daun yang sempurna dengan pelepah yang tegak, daun ini berbentuk
lanset dan berwarna hhijau muda hingga hijau tua, urat daunnya sejajar dan tertutup oleh rambut
daun yang pendek serta jarang.
Tanaman padi memiliki buah dengan tipe bulir yang tidak dapat dibedakan mana buah
dan mana yang bijinya. Bentuk dari buahnya yaitu bulat lonjong dengan ukuran 3 mm sampai 15
mm yang ditutupi oleh palea dan lemma atau yang kita kenal dengan sekam.

2.2. Fase Pertumbuhan Pada Tanaman Padi

2.1.1. Fase Vegetative : Tahap 0 – 4


Tahap 0 : Sejak berkecambah sampai muncul ke permukaan :
Benih biasanya dikecambahkan melalui perendaman selama 24 jam dan diinkubasi juga selama
24 jam. Setelah perkecambahan bakal akar dan tunas (the radicle an plumule) menonjol keluar
(protude) menembus kulit gabah (sekam). Pada hari ke 2 atau ke 3 setelah benih disebar di
persemaian, daun pertama menembus keluar melalui koleoptil. Akhir tahap 0 mempelihatkan
daun pertama yang muncul masih melengkung (curied) dan bakal akar memanjang (an elongated
radicle).

Tahap 1 : Pertunasan
Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah sampai dengan sebelum anakan pertama
muncul. Selama tahap ini, akar seminal dan 5 daun terbentuk. Sementara tunas terus tumbuh, dua
daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap
awal pertumbuhan. Kemunculan (adventitious) akar sekunder membentuk sistem perakaran
serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Bibit umur
18 hari. Bibit mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan cepat.

Tahap 2 : Pembentukan Anakan


Tahap ini berlangsung sejak muncul anakan pertama sampai pembentukan anakan maksimum
tercapai. Anakan muncul dari tunas aksial (axiallary) pada buku batang dan menggantikan tempat
daun serta tumbuh dan berkembang. Bibit menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang
mengapit batang utama dan daunnya. Setelah tumbuh anakan pertama, memunculkan anakan
sekunder. Ini terjadi pada 30 hari setelah tanam pindah. Tanaman memanjang dan aktif
membentuk anakan Pada tahap ini, anakan terus bertambah sampai pada titik dimana sukar
dipisahkan dari batang utama. Anakan terus berkembang sampai tanaman memasuki tahap
pertumbuhan berikutnya yaitu pemanjangan batang.

Tahap 3 : Pemanjangan Batang


Tahapan ini terjadi sebelum pembentukan malai atau terjadi pada tahap akhir pembentukan
anakan. Oleh karenanya bisa terjadi tumpang tindih dari tahap 2 dan 3. Anakan terus meningkat
dalam jumlah dan tingginya. Periode waktu pertumbuhan berkaitan nyata dengan memanjangnya
batang. Batang lebih panjang pada varietas yang jangka waktu pertumbuhannnya lebih panjang.
Dalam hal ini, varietas pada dapat di kategorikan pada 2 grup varietas berumur pendek yang
matang lama 105- 120 hari dan varietas umur panjang yang matang dalam 150 hari. Pada varietas
umur genjah semidwarf seperti IR64, buku kelima batang, dibawah kedudukan malai,
memanjang hanya 2 – 4 cm terlihat kasat mata sebelum pembentukan malai. Anakan maksimum,
memanjang batang, dan pembentukan malai terjadi nyaris simultan pada varieas umur genjah
(105-120 hari). Pada varietas umur dalam 150 hari, terdapat yang disebut lag periode vegetative
dimana anakan maksimum terjadi. Hal ini diikuti oleh memanjangnya batang atau ruas batang
(internode), dan akhirnya sampai ke tahap pembentukan Malai.

2. 2. 2. Fase Reproductive
Tahap 4 : pembentukan Malai Sampai Bunting
Pada varietas genjah, malai terlihat berupa kerucut berbulu putih panjang 1.0 – 1,5 mm. Pertama
kali muncul pada ruas buku utama (main Culom) kemudian pada anakan dengan pola tidak
teratur. Dapat terlihat dengan membelah batang. Saat malai terus berkembang bulir (spikelets)
terilihat dan dapat dibedakan Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di
dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung (bulge).
Penggembungan daun bendera in idisebut bunting. Bunting terlihat pertama kali pada ruas batang
utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non produktif
terlihat pada bagian dasar tanaman.

Tahap 5: Keluarnya bunga atau malai


Dikenal sebagai tahap keluar malai. Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari
pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.

Tahap 6: Pembungaan
Tahap pembungaan dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses
pembuahan. Pada pembungaan, kolopak bunga terbuka, antara menyembul keluar dari kelopak
bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuk sari tumpah (shed). Kelopak
bunga kemudian menutup. Proses : Acrets open Stament elongatePollen is shed Acrets close.
Serbuk sari (tepung sari-pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil
berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul (bulat, struktur gelap dama
ilustrasi ini) akan mengembang ke ovary. Proses pembungan berlanjut sampai hampir semua
spikelet pada malai mekar. Dari kiri ke kanan, gambar ini menunjukkan anthesis atau
pembungaan pada ujung dari malai, hari pertama setelah heading; anthesis pada tengahtengah
malai, dua hari setelah heading; anthesis pada malai ketiga dari bawah, 3 hari setelah heading
Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada umumnya, florets (kelopak bunga) membuka
pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun
masih aktif. Anakan pada tanaman padi telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan
dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan non produktif.

2. 2. 3. Fase Pemasakan
Tahap 7 : Gabah Matang Susu
Pada tahab ini gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu/larutan putih susu, dapat dikeluarkan
dengan menekan/menjepit gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Palayuan
(senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawah tetap hijau.
Tahap 8 : Gabah Matang Adonan (dough rain)
Gabah setengah matang. Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi
gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan
(senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman
terlihat menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan
mengering.

Tahap 9 : Gabah Matang Penuh


Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Daun bagian atas
mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang
mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman.

2.3 Reproduksi Tanaman Padi


Padi merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri karena lebih dari 95% serbuk sari
tanaman padi membuahi sel telur membuahi tanaman yang sama. Setiap bunga pada padi
memiliki enam kepala sari dan kepala putik yang bercabang. Umumnya kedua organ ini matang
pada waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma nya ketika
ia siap untuk melakukan proses reproduksi.
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah terjadi pembuahan zigot dan inti polar
yang telah dibuahi tersebut membelah diri. Zigot tersebut berubah menjadi embrio dan inti polar
menjadi endospermia yang mana di akhir perkembangannya sebagian besar bulir padi
menagndung pati pada bagian endospermanya yang pada tanaman muda hal ini berfungsi sebagai
cadangan makanan, sedangkan bagi manusia bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang
mengandung gizi yang banyak. Dari segi genetika, satu set genom pada padi terdiri dari 12
kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya.
Pemulian pada padi telah lama dilakukan sejak padi di budidayakan. Hasil dari pemulian
yang dikenal yaitu seperti rajalele dan pandanwangi yang merupakan salah satu ras lokal.
Namun, secara sistematis pemuliaan baru-baru ini dilakukan sejak didirikannya IRRI di
Filiphina.
2.4. Mekanisme persilangan tanaman padi
Persilangan dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul tanaman padi dengan
melakukan kawin silang antara dua varietas tanaman padi yang ingin di dapatkan sifat
unggulnya. Penyilangan dilakukan ketika bunga padi belum mekar untuk menghindari terjadinya
penyerbukan sendiri. Bunga padi merupakan bunga panjang dan berkelamin dua. Bunga-bunga
mekar pada tiap malai dari bawah keatas, atau dari luar kedalam, yaitu kearah poros. Lamanya
pembungaan dari tiap malai berkisar antara 5 sampai 10 hari
Pemotongan bagian bunga padi dilakukan pada pagi hari karena bunga padi dapat dengan cepat
mekar pada keadaan cuaca yang terang dan banyak mendapat sinar matahari. Bunga yang akan
diemaskulasi dipilih bunga yang belum mekar atau hampir mekar sehubungan dengan itu maka
pertumbuhan kuncup bunga perlu diamati dengan seksama. Emaskulasi dapat dilakukan pada
pagi hari hingga pukul 08.00 yaitu pada suhu rendah dengan udara yang cukup lembab, maka
kepala sari itu biasanya masih tertutup rapat, sehingga dengan mudah benang sari dapat dibuang
dalam keadaan utuh. Kastrasi dilakukan dengan cara menggunting sepertiga bagian bulir padi
kemudian dikumpulkan benang sarinya. Selanjutnya dilakukan penyilangan dengan menabur
benang sari pada pada bunga yang di jadikan induk betina, setelah di lakukan penyilangan bunga
segra diisolasi dengan melakukan pengerudungan, pengerudungan pada bunga tersebut bisa
dengan plastik ataupun kertas tahan air hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
penyerbukan oleh serbuk sari asing, pengerudungan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
terjaddi kerusakan.
Polinasi dilakukan pada siang hari, sekitar pukul 10.30. Dilakukan dengan cara menaburkan
benang sari varietas sebagai induk jantan ke kepala putik varietas sebagai induk betina dengan
menggunakan kuas. Tujuan dari polinasi adalah menggabungkan dua sifat dari dua varietas
tanaman ke dalam satu tubuh tanaman. Oleh karena itu, sifat tanaman hasil persilangan (F1)
merupakan gabungan sifat diantara kedua tetuanya. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam
melakukan polinasi adalah lamanya daya hidup (viabilitas) serbuk sari.
Kombinasi sifat dari kedua tetua pada F1 terjadi secara acak, jadi bisa saja kombinasi sifat yang
ada pada F1 bersifat lebih menguntungkan dari kedua tetuanya. Karena sifat kedua tetua berbeda
satu dengan yang lainnya, maka keturunan yang diperoleh dapat mempunyai sifat-sifat baru yang
berbeda dengan sifat yang ada pada kedua induknya. Keturunan F1 bersifat heterozigot dan
mengalami pemisahan pada generasi berikutnya.
Hibridisasi yang dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri agar berhasil sesuai dengan yang
diharapkan maka perlu dilakukan pemilihan tetua yang memiliki potensi genetik yang
diinginkan. Pemilihan tetua ini sangat tergaantung pada karakter tanaman yang akan digunakan,
yaitu apakah termasuk karakter kualitatif atau kuantitatif. Tujuan dari setiap program pemuliaan
tanaman adalah untuk menyatukan gamet jantan dan gamet betina yang diinginkan dari tetua
yang terpilih. Karakter kualitatif menunjukkan fenotip yang berbeda akibat adanya genotip yang
berbeda pula. Sedangkan pemilihan tetua untuk karakter kuantitatif jauh lebih sulit karena
perbedaan fenotif belum tentu disebabkan oleh genotif yang berbeda. Karena faktor lingkungan
juga mempengaruhi terhadap penampilan dari fenotif yang ada.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tanaman Padi termasuk bunga yang organ kelamin jantan dan organ kelamin betinanya
terletak pada satu bunga yang sama. Jika dilihat dari bentuk bunga, organ kelamin jantan dan
organ kelamin betina yang letaknya berdekatan maka bunga tersebut melakukan penyerbukan
secara autogami (penyerbukan sendiri). Alasan dilakukan emaskulasi pada pagi hari sebelum
matahari terbit dan sebelum bunga mekar adalah untuk mencegah penyerbukan secara alami pada
saat bunga sudah mekar dan pada teknik hibridisasi dilakukan pada pagi atau sore hari karena
putik dapat menagkap serbuk sari dengan sempurna pada saat keadaan putik masih segar.
Penyilangan bunga padi merupakan proses penggabungan dua sifat tanaman induk padi
melalui peleburan tepung sari dengan kepala putik dari dua tanaman padi dan kemudian embrio
berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan padi secara buatan dimulai dengan
pemilihan tetua pada pertanaman petak hibridisasi, dilanjutkan dengan kastrasi, hibridisasi,
isolasi, dan pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Z. 2007. Pedoman Pemuliaan Padi. Lembaga Biologi Nasional, Bogor.


Sadjad, S. 2012. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta.
Soedyanto, R., R. Sianipar, A. Sanusi, dan Hardjanto. 2011. Bercocok Tanam. Jilid I Yasaguna,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai